Anda di halaman 1dari 2

Reaksi

hipersensitivitas
tipe
IV
merupakan
DTH
(Delayed-type
Hypersensitivity) yang terjadi melalui sel CD4+ dan T Cell Mediated Cytolysis
yang terjadi melalui sel CD8+. Sel Th1 (T Helper) yang disensitasi melepas
sitokin yang mengaktifkan makrofag atau sel Tc (T Cytotoxic) yang berperan
dalam kerusakan jaringan. Manifestasi khas antara lain dermatitis kontak, lesi
tuberkulosis, dan penolakan tandur/pencangkokan/transplantasi. Dermatitis
kontak adalah peradangan/inflamasi yang disebabkan kontak langsung atau
pajanan langsung antigen tertentu. Seringkali memiliki batas yang tegas.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV A: sel imun Th1 (INF g TNF a) sedangkan tipe
IV B sel imunnya adalah Th 2 (IL 5 IL 4/IL 13). Baik hipersensitivitas tipe IV A
dan B, antigen berupa antigen yang larut dan dipresentasikan sel atau
stimulasi sel T langsung. Sel efektor IV A adalah aktivasi makrofag,
sedangkan IV B eosinophil. Contoh tipe IV A: reaksi tuberkulin, dan DK
(Dermatitis Kontak), IV B: asma kronik, RA kronik (Rheumatoid Arthritis), serta
eksantema makulopapular dengan eosinofilia. Reaksi hipersensitivitas tipe IV
merupakan hipersensitivitas granulomatosis (atau akumulasi makrofag yang
teraktivasi, dan sering berkembang seperti epitel / epiteloid). Ada beberapa
fase pada respon tipe IV yang dimulai dengan fase sensitasi yang
membutuhkan 1-2 minggu setelah kontak primer dengan antigen. Dalam fase
tersebut, Th (sel T helper) diaktifkan oleh APC (Antigen Presenting Cell)
melalui MCH-II (Major Histocompatibility Complex / Histokompabilitas Utama).
Reaksi Delayed-type Hypersensitivity mempunyai 2 fase yang dapat
dibedakan, yaitu fase sensitasi dan fase efektor. Berbagai Antigen Presenting
Cell seperti sel Langerhans dan makrofag yang menangkap antigen dan
membawanya ke kelenjar limfois regional untuk dipresentasikan ke sel T. Sel
T yang diaktifkan pada umumnya adalah sel CD4+ terutama Th1, tetapi pada
beberapa hal sel CD8+ juga dapat diaktifkan. Pajanan ulang dengan antigen
menginduksi sel efektor. Pada fase efektor, sel Th1 melepaskan berbagai
sitokin yangmengerahkan dan mengaktifkan berbagai makrofag dan sel
inflamasi nonspesifik lain. Makrofag adalah efektor utana dari respn DTH.
Sitokin yang dilepas sel Th1 menginduksi monosit menempel ke endotel
vaskular, dan bermigrasi dari sirkulasi darah ke jaringan sekitar. Influks
makrofag yang diaktifkan berperan pada DTH terhadap antigen-antigen yang
tidak dikenal antibodi. Enzim litik yang dilepaskan makrofag menimbulkan
destruksi nonspesifik intraselular yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan
jaringan. Pada beberapa hal, antigen tidak mudah dilisis, maka respon DTH
memanjang, dan lama kelamaan menimbulkan reaksi granuloma. Granuloma
terbentuk apabila makrofag terus menerus diaktifkan dan menempel satu
dengan yang lain, dan terkadang berfusi membentuk sel datia. Sel datia
mendorong jaringan normal dari tempatnya, membentuk nodul yang dapat
diraba dan melepas sejumlah emzim litik yang merusak jaringan sekitar.
Pembuluh darah pun juga dapat dirusak sehingga menimbulkan nekrosis
jaringan. Granuloma terbentuk pada tuberkulosis, lepra, skistosomiasis,
lesminiasis, dan sarkoidosis. Di antara sitokin yang diproduksi, sel Th1
berperan menarik dan mengaktifkan makrofag ke lokasi infeksi. IL-3 dan GMCSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) menginduksi
hematopoesis lokal dari sel granulosit-monosit. IFN-g (Interferon Gamma) dan
TNF-b (Tumor Necrosis Factor Beta) beserta sitokin asal makrofag (TNF-a dan
IL-1) memacu sel endotel untuk menginduksi sejumlah perubahan yang
memudahkan ekstravasasi (Pengeluaran sel dan plasma darah (cairan/fluid)

dari vaskuler ke jaringan sekitar) sel seperti monosit dan sel nonspesifik lain.
Neutrofil dan monosit dalam sirkulasi menempel pada molekul adhesi sel
endotel dan bergerak keluar dari vaskular menuju rongga jaringan. Neutrofil
nampak lebih dahulu pada reaksi, memuncak dalam waktu 6 jam. Infiltrasi
monosit terjadi antara 24-48 jam setelah pajanan antigen. Monosit yang
masuk jaringan menjadi makrofag ditarik oleh kemokin seperti MCP-1/CCL2
(Monocute Chemoattractant Protein 1) / (Chemokine C-C motif Ligand 2).

Anda mungkin juga menyukai