Anda di halaman 1dari 60

PENDEKATAN Rafika Oktivaningrum

S.K.M., M.Sc

DALAM ARKL rafika.oktivaningrum@fkm.


unsri.ac.id

Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Learning Describe exposure pathways
and exposure routes of
toxicants
Objectives
Describe different approaches
in environmental health risk
assessment

Describe tiered approaches in


environmental health risk
assessment
CLASS RULES

RESPECT EACH OTHER SPEAK UP YOUR MIND


Tidak berbicara saat ada yang Silahkan sampaikan ide dan
sedang menyampaikan pendapat selama proses
materi ataupun pendapat perkuliahan

NO PHONE AVOID PLAGIARISM


Penggunaan telfon tidak Hindari praktik copy-and-paste
diperbolehkan kecuali dalam dalam pembuatan laporan,
kondisi emergency lakukan parafrase dari sumber
informasi yang digunakan dan
sertakan referensi.
TERMINOLOGY RELATED TO RISK ASSESSMENT

Pajanan Jalur Pajanan Rute Pajanan Intake Uptake


(Exposure) (Exposure Pathway) (Exposure Route)

Kontak antara agen Jalur yang Cara masuknya agen ke Proses masuknya Proses
dan batas terluar dilalui oleh agen agen melalui masuknya agen
(permukaan) dari dari sumber dalam reseptor setelah permukaan terluar
hingga pajanan tanpa melewati
reseptor dalam adanya kontak (ingesti, absorption
mencapai inhalasi, dermal) melewati absorption
durasi tertentu. reseptor barrier barrier

Sumber: U.S. Environmental Protection Agency 2019


TERMINOLOGY RELATED TO RISK ASSESSMENT
Stressor
Entitas fisik, kimia, atau biologis yang dapat menyebabkan respon yang merugikan. Stresor
dapat berdampak buruk pada sumber daya alam tertentu atau seluruh ekosistem,
termasuk tumbuhan dan hewan, serta lingkungan tempat mereka berinteraksi.
Uncertainty
Uncertainty dalam penilaian risiko kesehatan adalah kurangnya pengetahuan (lack of
knowledge) tentang yang kepastian nilai seperti pengukuran atau perkiraan pajanan
tertentu.

Variability
Perbedaan dalam atribut karena keragaman atau heterogenitas; variabilitas tidak dapat
dikurangi dengan pengukuran atau penelitian lanjutan, meskipun bisa dikarakterisasikan
lebih baik

Sumber: U.S. Environmental Protection Agency 2019


ROUTES OF EXPOSURE
Tubuh manusia memiliki 3 barrier utama yang melindungi
dari berbagai kontaminan lingkungan:
• Kulit → kontaminan luar tubuh
• Saluran Gastrointestinal (GI) → melindungi bagian
dalam dari toksin yang ditelan.
• Membran pada paru-paru → melindungi dari
kontaminan yang diinhalasi.
Namun barier ini dapat mengalami kerusakan pada kondisi
tertentu.
• Kontaminan dapat masuk ke lapisan kulit.
• Terdapat jenis kontaminan yang larut dan dapat dengan
mudah diserap dan dibawa ke dalam sel tubuh.
• Paru-paru merupakan salah satu rute yang paling rentan,
kontaminan yang terhirup dapat terdeposit di paru-paru
dan jika kontaminan mudah terlarut akan dserap oleh

tubuh.
Sumber: ATSDR Module 2 Routes of Exposure
ROUTES OF EXPOSURE
Saat suatu kontaminan masuk ke dalam tubuh melalui
proses pencernaan, jumlah yang masuk ke dalam tubuh
dalam bentuk yang tersedia secara biologis disebut dosis.
Ada beberapa cara berbeda untuk mengukur dosis:
• Potential dose: jumlah kontaminan yang tertelan
(masuk ke dalam mulut), tidak semuanya terserap oleh
tubuh.
• Applied dose: jumlah kontaminan pada barrier absorbsi
seperti saluran gastrointestinal (GI), jumlahnya bisa
lebih kecil dari potential dose.
• Internal dose: jumlah kontaminan yang melewati batas
pertukaran (saluran GI) dan masuk ke dalam peredaran
darah.
• Biologically effective dose: jumlah kontaminan yang
berinteraksi dengan jaringan atau organ target internal.

Sumber: U.S. Environmental Protection Agency 2019


MAJOR EXPOSURE PATHWAYS

Sumber: EnHealth, 2012


CASE STUDY OF EXPOSURE PATHWAY AND ROUTES OF
PESTICIDE CONTAMINATION IN CITARUM RIVER

Identify the concentration


of agent in the media
(water, air, food, and soil)
and human activities
which lead to exposure to
the individual through
portal of entry (ingestion,
inhalation, dermal).

Sumber: Utami, R.R., 2020


DEFINITION AND CONCEP OF EHRA
Penilaian risiko adalah proses memperkirakan dampak potensial dari bahaya kimia, fisik,
mikrobiologi atau bahaya psikososial pada populasi manusia atau sistem ekologi dengan
kondisi spesfik dan pada kerangka waktu tertentu.

Proses Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan


Penilaian Dosis-Respons
Identifikasi Bahaya
(Dose-Response Assessment)
(Hazard Identification)
Bagaimana tingkat keparahan
Masalah kesehatan apa yang
masalah kesehatan berdasarkan
disebabkan oleh polutan? Karakterisasi Risiko
tingkat pajanan?
(Risk Characterization)
Bagaimana risiko kesehatan
Penilaian Pajanan bagi populasi terpajan?
(Exposure Assessment)
Berapa tingkat pajanan pada
periode waktu tertentu? Berapa
banyak populasi yang terpajan?

Sumber: Human Health Risk Assessment. U.S. Environmental Protection Agency


PENDEKATAN DALAM PENGUKURAN PAJANAN (ESTIMASI)
Pemilihan pendekatan ini menentukan bagaimana penilaian dilakukan

Deteministik Probabilistik

o Penilaian pajanan secara probabilistik


Penilaian pajanan secara deterministik menggunakan data distribusi statistik sebagai
menggunakan poin estimasi sebagai input dalam variable input dan karakter kondisi atau probabilitas
persamaan perhitungan atau model pajanan. yang berhubungan dengan distribusi tertentu.
o Analisis Monte Carlo adalah salah satu probabilistik
alat yang telah direkomendasikan untuk EHRA
karena estimasi deterministik dari input parameter
individu dengan fungsi distribusi probabilitas yang
Menghasilkan estimasi potensi menggambarkan variabilitas dari parameter input
pajanan dengan cepat yang digunakan.

Penggunaan data poin estimasi tidak Dapat menjelaskan kompleksitas dari


merepresentasikan variasi pada populasi. variasi yang ada pada populasi.

Sumber: EnHealth, 2012


TIERED APPROACH

Sumber: WHO IPCS 2010


TIERED APPROACH
Tier 1 (tingkat penyaringan)
penilaian risiko hanya
mengandalkan panduan, nilai
pedoman dan informasi yang
tersedia. Tidak dilakukan
penyesuaian terhadap
karakterisasi bahaya untuk
kondisi lokal atau
pertimbangan lain.

Tier 2 (tingkat adaptif) penilaian risiko dilakukan dengan konsis pajanan yang merefleksikan
kondisi local, dan dapat diinkorporasikan melalui tahapan identifikasi bahaya dan penialian
pajanan. Kondisi pajanana didapatkan dari hasil pemantauan rutin yang dilakukan untuk
tujuan regulasi atau lainnya.
Sumber: WHO IPCS 2021
TIERED APPROACH
Tier 3 (tingkat modelling atau
berdasarkan studi lapangan)
melibatkan karakterisasi pajanan
secara kuantitatif kondisi melalui
pengukuran atau pemodelan, dan
selebihnya sama dengan
pendekatan pada Tier 2 penilaian.
Penilaian Tier 3 memerlukan
desain dan pelaksanaan penilaian
pajanan kuantitatif, dalam banyak
situasi, penilaian pajanan terdiri
dari survei.

Tier 4 (de novo) berlaku untuk bahan kimia yang belum dilakukan evaluasi sifat toksikologi belum dilakukan
penelusuran rute pajanan baru, mungkin melibatkan peninjauan data asli atau pembuatan informasi baru
mengenai sifat berbahaya dari suatu bahan kimia, serta pengukuran atau pemodelan pendekatan untuk
penilaian kuantitatif pajanan yang khusus untuk kondisi lokal. Tier 4 secara umum berada diuar
ruang lingkup toolkit WHO dan membutuhkan teknik yang lebih advanced.
Sumber: WHO IPCS 2021
Rafika Oktivaningrum
Hazard Identification and S.K.M., M.Sc

Dose Response Relationship rafika.oktivaningrum@fkm.


unsri.ac.id

Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Learning Describe problem formulation
hazard identification, and
dose response step in risk
assessment
Objectives
Analyze and compare dose-
response curve

Describe the toxicity of


contaminants based on
specific dose levels
GENERAL ROADMAP OF RISK ASSESSMENT

Sumber: ENHEalth 2014 dan WHO IPCS, 2021


PROBLEM FORMULATION

• Formulasi masalah adalah proses yang mempertimbangkan kebutuhan dan jenis dari
penilaian yang dilakukan, ruang lingkup, kedalaman penilaian, dan waktu serta sumber
daya yang tersedia untuk mencapai tujuan risk management
• Tahapan ini mengidentifikasi fokus dari penilaian yang dilakukan (contoh: satu bahan kimia,
atau beberapa bahan kimia dan identifikasi dari bahan kimia melalui CAS number),
menentukan pendekatan yang akan digunakan sesuai dengan situasi yang akan dinilai.
• Komunikasi antara risk assessor dan risk manager, bersama dengan stakeholder,
merupakan aspek penting dari perumusan masalah, untuk memastikan bahwa penilaian
risiko memenuhi kebutuhan dan ekspektasi risk manager dan stakeholder.

Sumber: WHO IPCS, 2021


HAZARD IDENTIFICATION
Tujuan dari tahap
identifikasi bahaya
adalah menetukan
bahaya dari sifat kimia
bahan yang akan dinilai.

• Identifikasi bahaya dilanjutkan dengan karakterisasi bahaya dan tahap penilaian pajanan,
tahapan ini saling melengkapi dan terhubung, meskipun penilaian pajanan mungkin terjadi
sebelum atau bersamaan dengan identifikasi bahaya.
• Tahapan identifikasi bahaya menilai apakah stressor memiliki potensi untuk menyebabkan
dampak merugikan bagi kesehatan manusia.
• Output pada tahapan ini adalah deskripsi dari bahaya kesehatan yang didapatan dari
berbagai informasi yang tersedia secara internasional serta identifikasi dari bahan kimia
melalui CAS number.
Sumber: WHO IPCS, 2021
HAZARD IDENTIFICATION
• Untuk penilaian Tier 1 hingga 3,
setelah bahan kimia
teridentifikasi, potensi bahaya
bahan kimia tersebut dapat
ditentukan dari data ilmiah
internasional yang sudah
direview, umumnya data dari studi
toksikologi atau epidemiologi.
• Secara umum, bahan kimia
diklasifikasikan menurut bahaya
kesehatan manusia yang
ditimbulkannya, seperti iritasi dan
sensitisasi, atau efek neurologis,
perkembangan, reproduksi,
kardiovaskular, dan karsinogenik.

Sumber: WHO IPCS, 2021


DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP

• Dosis → jumlah zat yang diberikan pada satu waktu. Dosis merupakan jumlah toksikan/kg
berat badan organisme hidup (hewan/manusia).
• Dosis dapat diartikan sebagai pengukuran dari pajanan lingkungan atau jumlah substances
yang diberikan dalam periode waktu tertentu.
• Total dose → jumlah zat yang diberikan kepada seseorang selama periode waktu tertentu
atau dalam beberapa dosis individu.
• Hal ini menjadi sangat penting ketika mengevaluasi racun kumulatif
• Fractionating dari total dosis biasanya menurunkan kemungkinan bahwa total dose dapat
menyebabkan toksisitas
Contoh: 30 mg strychnine yang tertelan sekaligus bisa berakibat fatal bagi orang dewasa
sedangkan 3 mg strychnine yang tertelan setiap hari selama 10 hari tidak dianggap
sebagai dosis yang fatal.
• Satuan yang digunakan dalam toksikologi pada dasarnya sama dengan yang digunakan
dalam kedokteran. Gram (g) adalah satuan standar, namun karena sebagian besar pajanan
dalam jumlah yang lebih kecil, miligram (mg) biasanya digunakan.
Sumber: U.S. National Library of Medicine
DOSE –RESPONSE RELATIONSHIP
Berat Badan
Salah satu cara untuk membandingkan keefektifan dosis dan toksisitasnya adalah dengan
menilai jumlah zat yang diberikan sesuai dengan berat badan. Pengukuran dosis yang umum
adalah mg/kg yang merupakan singkatan dari mg bahan per kg berat badan.
Waktu dan Unit
Aspek waktu menjadi penting jika pajanan terjadi selama bberapa hari terjadi secara kronik, unit
yang umum digunakan adalah unit dosis mg/kg/day (ingesti dan dermal) dan mg/m3 untuk
pajanan inhalasi. Unit yang lebih umum digunakan biasanya dalam fraksi yang lebih kecul, yaitu
microgram (µg) karena bahan dapat bersifat toksik dalam kuantitas yang sangat kecil.
Konsentrasi
Satuan pajanan lingkungan dinyatakan sebagai jumlah xenobiotik dalam satu satuan media,
yang dapat berupa cairan, padat, atau udara. Konsentrasi adalah jumlah suatu zat yang
ditemukan dalam suatu bahan atau media seperti air, udara, tanah, makanan, darah, rambut,
urin, atau napas.

Sumber: U.S. National Library of Medicine


DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP
• Hubungan dosis-respons merupakan konsep penting dalam toksikologi. Ini menghubungkan
pajanan dengan perubahan fungsi tubuh atau kesehatan. Secara umum, semakin tinggi
dosisnya, semakin parah responsnya.
• Hubungan dosis-respons didasarkan pada data yang diamati dari hewan percobaan, studi
klinis pada manusia, atau studi sel.
• Pengetahuan tentang hubungan dosis-respons menetapkan:
o Causality → bahan menginduksi efek yang diamati.
o The threshold effect → dosis terendah yang menyebabkan terjadinya efek.
o The slope for teh dose response → tingkat dimana injuri mulai terjadi dan meningkat.
• Ambang batas efek toksik (threshold) terjadi pada titik di mana kemampuan tubuh untuk
mendetoksifikasi xenobiotik atau memperbaiki cedera toksik telah terlampaui. Sebagian
besar organ memiliki kapasitas cadangan sedemikian rupa sehingga hilangnya beberapa
fungsi organ tidak mengakibatkan penurunan kinerja.
Contoh: perkembangan sirosis hati mungkin tidak menghasilkan efek klinis sampai
lebih dari 50% organ telah digantikan oleh jaringan fibrosa.
Sumber: U.S. National Library of Medicine
DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP
• Dalam suatu populasi, sebagian besar respon
terhadap toksikan serupa, namun ada
perbedaan dalam cara menghadapi respon –
beberapa individu rentan dan yang lainnya
resisten.
• Kurva dosis-respons adalah representasi visual
dari tingkat respons suatu populasi terhadap
kisaran dosis suatu zat.
• Grafik respon individu dapat digambarkan
sebagai kurva distribusi standar berbentuk
lonceng (bell shaped). Reaksi ringan terjadi pada
individu yang resisten, respon tipikal pada
sebagian besar individu, dan reaksi berat pada
individu yang sensitif.

Sumber: U.S. National Library of Medicine


DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP

• Kemiringan (slope) kurva menunjukkan


perubahan respon pada populasi (dalam
persentase) ketika dosis meningkat.
• Peningkatan tajam pada slope kurva dosis-
respons menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya dosis, semakin tinggi risiko
respons toksik.
• Kurva dengan kemiringan yang tajam
menunjukkan bahan kimia tersebut
memiliki tingkat potensi yang tinggi, atau
lebih toksik dibandingkan dengan bahan
kimia lainnya.

Sumber: U.S. National Library of Medicine


DOSE ESTIMATES

• LD50 (Lethal Dose 50%) telah menjadi perkiraan


dosis umum untuk toksisitas akut. Ini adalah
dosis maksimum yang diturunkan secara statistik
di mana 50% dari kelompok organisme (tikus
atau spesies lain) diperkirakan akan mati.
• Untuk toksisitas inhalasi, konsentrasi udara
digunakan untuk nilai paparan. Oleh karena itu,
digunakan LC50 yang merupakan singkatan dari
Lethal Concentration 50%, konsentrasi yang
dihitung dari suatu gas yang mematikan sampai
50% dari suatu kelompok.
• Effective Doses (EDs) digunakan untuk
menunjukkan efektivitas suatu zat.
• Toxic Doses (TDs) digunakan untuk menunjukkan
dosis yang menyebabkan efek toksik yang
merugikan. Sumber: www.toxicologyschools.com dan U.S. National Library of Medicine
NOAEL LOAEL

• No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)


→ Dosis tertinggi di mana tidak ada efek
toksik merugikan yang teramati.
• Low Observed Adverse Effect Level (LOAEL)
→ Dosis terendah di mana ada efek toksik
atau merugikan yang teramati.

Sumber: U.S. National Library of Medicine


NOAEL, LOAEL, RFD

• RfD secara umum diekrpesikan dalam unit mg/kg berat badan per hari : mg/kg/day
(ingesti dan dermal). Untuk pajanan melalui jalur inhalasi, terminologi yang digunakan
adalah RfC yang mengacu pada konsentrasi pajanan di udara dengan unit mg/m3.
• Reference dose (RfD) adalah dosis oral atau dermal yang berasal dari NOAEL, LOAEL
atau BMDL yang dibagi dengan uncertainty factor (UFs) atau safety factor
• Uncertainty Factor (UFS) memperhitungkan variabilitas dan ketidakpastian yang
tercermin dalam kemungkinan perbedaan antara hewan uji dan manusia (umumnya 10
kali lipat atau 10x) dan variabilitas dalam populasi manusia (umumnya 10x lagi);
UF dikalikan bersama: 10 x 10 = 100x
• Jika LOAEL digunakan, faktor ketidakpastian lain, umumnya 10x, juga digunakan. Dengan
tidak adanya data toksisitas kunci (durasi atau efek kunci), faktor ketidakpastian
tambahan juga dapat digunakan.
𝑁𝑂𝐴𝐸𝐿 (𝐿𝑂𝐴𝐸𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵𝑀𝐷𝐿)
𝑅𝑓𝐷 =
𝑈𝐹𝑠

Sumber: U.S. National Library of


Medicine dan U.S. EPA
Rafika Oktivaningrum
S.K.M., M.Sc

Exposure Assessment rafika.oktivaningrum@fkm.


unsri.ac.id

Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Learning Describe exposure
assessment step in risk
assessment
Objectives
Describe different approach
in conducting exposure
assessment

Estimate exposure from


dermal, ingestion and
inhalation routes
GENERAL ROADMAP OF RISK ASSESSMENT

Sumber: WHO IPCS, 2021


EXPOSURE ASSESSMENT

• Penilaian pajanan digunakan untuk menentukan apakah seseorang


mengalami kontak dengan potensi bahaya, seberapa banyak, melalui rute apa,
melalui media apa, dan berapa lama kontak terjadi.
• Konsentrasi pajanan merupakan konsentrasi bahan kimia pada medium
dimana terjadi kontak dengan individu yang dinilai.
• Media yang dimaksud dapat berupa udara, air, tanah pada lokasi outdoor dan
indoor yang dikunjungi oleh individu atau populasi. Media lain dapat berupa
makanan dan produk yang kontak dengan individu.

Sumber: WHO IPCS, 2021


GENERAL ROADMAP FOR EXPOSURE ASSESSMENT
Dalam melakukan penilaian pajanan, risk
assessor harus menentukan beberapa parameter,
yaitu:
• Jalur dan rute pajanan yang relevan
• Media yang mungkin mengandung
• Durasi dan frekuensi pajanan.

Sumber: WHO IPCS, 2021


TERMINOLOGY RELATED TO EXPOSURE ASSESSMENT
• Exposure → kontak antara agen dan batas eksternal (permukaan pajanan) dari reseptor
untuk durasi tertentu. Terdapat dua jenis pajanan, yaitu:
o Aggregate exposure: total pajanan pada reseptor terhadap agen spesifik dari
semua sumber, rute, dan jalur pajanan.
o Cumulative exposure: total pajanan terhadap beberapa agen yang menyebabkan
efek kesehatan pada manusia melalui urutan kondisi biokimia utama yang sama
atau serupa.
• Exposure assessment → proses untuk mengestimasi atau mengukur besaran,
frekuensi, dan durasi pajanan oleh agen serta ukuran dan karakteristik dari populasi
terpajan.
• Exposure duration → Lama waktu kontak dengan agen penyakit (dalam tahun).
• Exposure factor→ Faktor yang berhubungan dengan perilaku dan karakteristik manusia
yang membantu dalam menentukan tingkat keterpajanan terhadap suatu agen.
• Exposure frequency→ Waktu kontak antara agen dan individu secara
terus menerus (menit/hari, jam/hari, hari/tahun).
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment, USEPA (2019)
TERMINOLOGY RELATED TO EXPOSURE ASSESSMENT
• Exposure point →lokasi terjadinya kontak antara agen dengan resptor.
• Exposure point concentration → perkiraan pajanan pada media spesifik (air, udara,
sedimen).
• Exposure route → cara agen masuk ke dalam tubuh reseptor (inhalasi, ingesti, dermal
kontak).
• Exposure scenario→ kombinasi fakta, asumsi, dan kesimpulan yang digunakan untuk
menentukan potensi pajanan yang mungkin terjadi.
• Exposure science→ disiplin ilmu yang mempelajari karakterisasi dan memprediksi agen
dan reseptor dalam ruang dan waktu.
• Exposure surface (contact boundary) → permukaan pada reseptor dimana terdapat
agen (seperti permukaan kulit untuk bagian luar).
• Bioavailability → Kapasitas dari suatu bahan kimia untuk dapat diabsorbsi oleh
organisme melalui proses uptake dan tersedia untuk dilakukan metabolisme atau
berinteraksi secara biologis dengan reseptor.
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,
USEPA (2019)
OVERVIEW OF EXPOSURE ASSESSMENT

Penilaian pajanan menjawab tiga pertanyaan kunci, yaitu:


• What are the characteristics of exposure (e.g., magnitude, frequency, duration, route
of entry)?
Tujuan utama pada penilaian pajanan adalah estimasi pajanan atau dosis yang
dikombinasikan dengan exposure-response atau dose-response untuk melakukan
estimasi risiko.
• How can exposure be reduced?
Penilaian pajanan memberikan informasi mengenai individu terpajan dan menentukan
cara yang paling efektif untuk menurunkan tingkat pajanan, serta risiko.
• Has exposure changed over time?
Penilaian pajanan memonitor status dan trend dari pajanan. Penilaian ini menekankan
pada kondisi pajanan pada waktu tertentu dan bagaimana kondisi itu berubah
seiring dengan perubahan waktu.
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,
USEPA (2019)
APPROACHES FOR EXPOSURE ASSESSMENT

Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,


USEPA (2019)
APPROACHES FOR EXPOSURE ASSESSMENT-DESIGN
Berdasarkan design penilaian pajanan dapat dibedakan menjadi:
• Direct Measurement
Metode langsung melakukan pengukuran kontak antara individu dengan konsentrasi bahan
kimia pada media pajanan dalam periode yang teridentifikasi, seperti pengukuran pajanan
udara personal, atau monitoring diet individu.
• Indirect Measurement
Estimasi secara tidak langsung menggunakan informasi yang tersedia dari konsentrasi bahan
kimia yang ada dimedia dan informasi mengenai kapan, dimana, dan bagaimana individu
dapat mengalami kontak dengan media terkontaminasi. Estimasi dosis bergantung pada data
konsentrasi polutan, exposure factor (durasi dan frekuensi kontak), dan model untuk
mengestimasi tingkat pajanan dalam skenario.
• Biomonitoring
Biomonitoring mengukur tingkat stressor pada matriks biologis. Model dapat digunakan
dengan data biomarker untuk mengestimasi jumlah agen yang memajan manusia serta
dosisnya. Contohnya adalah model farmakokinetik.
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,
USEPA (2019)
APPROACHES FOR EXPOSURE ASSESSMENT-
POPULATION SELECTION
• Scenario based
Skenario pajanan menggunakan serangkaian fakta, asumsi, dan kesimpulan tentang
bagaimana pajanan terjadi di bawah rangkaian kondisi tertentu. Matriks keterpajanan
yang dihasilkan biasanya merupakan perkiraan titik tunggal (misalnya, persentil ke-
95) untuk populasi tertentu. Exposure factor dipilih dengan hati-hati untuk
menghindari perkiraan konservatif yang tidak realistis.

• Population based
Pendekatan berbasis populasi memberikan informasi tentang konteks pajanan yang
lebih luas untuk populasi terpilih, termasuk variabilitas dalam populasi tersebut atau
variabilitas intrapersonal. Data input mewakili populasi yang diminati, variabilitas dan
korelasi antar variabel, dan memperhitungkan non-linearitas dalam kondisi pajanan.

Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,


USEPA (2019)
APPROACHES FOR EXPOSURE ASSESSMENT-
ESTIMATION
• Deterministic
Penilaian pajanan dengan pendekatan deterministik menggunakan point estimate
(data empiris) sebagai input dalam persamaan aau model. Pendekatan ini umumnya
digunakan pada tier 1 (screening level). Estimasi exposure dapat menggunakan nilai
tertinggi (90th percentile atau lebih), median (50th percetile), dan rendah (25th
precentile) dari dstribusi tergantung tujuan dari analisis risiko.

• Probabilistic
Pendektaan probabilistik menggunakan distribusi statistik sebagai input (analitikal),
melakukan karakterisasi dari kondisi atau probabilitas yang berhubungan dengan
penggunaan distribusi tertentu. Pendekatan probabilistik lebih baik dalam
menjelaskan uncertainty dan variability dalam variable input. Hasil penilaian pajanan
menggunakan pendekatan probabilistik adalah distribusi statistik perkiraan pajanan
atau dosis untuk reseptor.
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,
USEPA (2019)
APPROACHES FOR EXPOSURE ASSESSMENT-
STRESSOR EVALUATION
• Single Chemical
Sebagian besar penilaian pajanan dilakukan untuk melakukan evaluasi single-pathway dan
single-chemical dari poin estimasi pajanan. Namun, hal ini tidak dapat menggambarkan kondisi
real-world dari pajanan.
• Aggregate
Pendekatan ini melakukan penjumlahan atau agregat dari pajanan yang dialami individu oleh
agen tertentu dari berbagai sumber dan jalur pajanan. Penilaian pajanan dengan metode ini
dapat memberikan estimasi kualitatif dan kuantitaif dari kombinasi pajanan individu (atau
populasi tertentu).
• Cumulative
Pendekatan ini memberikan gambaran mengenai tingkat pajanan dari berbagai bahan kimia
dari berbagai jalur dan rute pajanan. Pendekatan ini bisa menjadi sangat kompleks dan
membutuhkan berbagai informasi terkait data epidemiologi dan toksikologi, jalur pajanan
lengkap, diferensial dari pajanan dan kontak dengan media dan sumber polutan.
Sumber: Guideline for Human Exposure Assessment,
USEPA (2019)
CALCULATION OF EXPOSURE-INGESTION
𝑪 × 𝑰𝑹 × 𝑬𝑭 × 𝑬𝑫
𝑨𝑫𝑫 =
𝑩𝑾 × 𝑨𝑻
ADD Average Daily Dose mg/kg/day
C Concentration, konsentrasi kontaminan pada media (mg/L, mg/gr)
IR Ingestion Rate, laju asupan atau konsumsi (L/hari untuk minuman),
g/hari makanan)
EF Exposure Frequency, frekuensi pajanan (hari/tahun)
ED Exposure Duration, durasi pajanan (tahun), menggunakan data real
time atau proyeksi nilai default residensial 30 tahun
BW Body Weight, berat badan (kg)
AT Averaging Time, rerata periode waktu, risiko non karsinogen
AT=EDx365 hari/tahun, penilaian risiko kronis (karsinogenik), life time
average daily dose (LADD) dikalkulasikan dengan menggunakan nilai
AT=70 tahun x 365 hari/tahun

Sumber: U.S. EPA


CALCULATION OF EXPOSURE-INHALATION (DUST)
𝑪 × 𝑰𝑹 × 𝑬𝑻 × 𝑬𝑭 × 𝑬𝑫
𝑨𝑫𝑫 =
𝑩𝑾 × 𝑨𝑻

ADD Average Daily Dose mg/kg/day


C Concentration, konsentrasi kontaminan pada media (mg/m3)
IR Inhalation Rate, laju inhalasi (m3/jam)
ET Exposure Time, waktu pajanan (jam/hari)
EF Exposure Frequency, frekuensi pajanan (hari/tahun)
ED Exposure Duration, durasi pajanan (tahun), menggunakan data real
time atau proyeksi nilai default residensial 30 tahun
BW Body Weight, berat badan (kg)
AT Averaging Time, rerata periode waktu, risiko non karsinogen
AT=EDx365 hari/tahun, penilaian risiko kronis (karsinogenik), life time
average daily dose (LADD) dikalkulasikan dengan menggunakan nilai
AT=70 tahun x 365 hari/tahun
Sumber: U.S. EPA
CALCULATION OF EXPOSURE-INHALATION
Berdasarkan publikasi guideline USEPA (2009), persamaan sebelumnya terkait inhalasi sudah tidak
direkomendasikan, sehingga risk assesor dapat menggunakan konsentrasi kontaminan di udara (Cair)
sebagai matriks pajanan (mg/m3) dibandingkan menggunakan persamaan intake kontaminan
berdasarkan laju inhalasi dan berat badan (mg/kg/day)
𝑪 × 𝑬𝑻 × 𝑬𝑭 × 𝑬𝑫
𝑪𝒂𝒊𝒓 − 𝒂𝒅𝒋 =
𝑨𝑻
Cair-adj The adjusted air concentration (mg/m3)
C Concentration, konsentrasi kontaminan pada media (mg/m3)
ET Exposure Time, waktu pajanan (jam/hari)
EF Exposure Frequency, frekuensi pajanan (hari/tahun)
ED Exposure Duration, durasi pajanan (tahun), menggunakan data real time atau
proyeksi nilai default residensial 30 tahun
AT Averaging Time, rerata periode waktu, risiko non karsinogen AT=EDx365
hari/tahun, penilaian risiko kronis (karsinogenik), life time average daily dose
(LADD) dikalkulasikan dengan menggunakan nilai AT=70 tahun x 365 hari/tahun

Sumber: U.S. EPA


CALCULATION OF EXPOSURE-DERMAL
Fluks, atau jumlah kontaminan yang menembus per satuan waktu, telah dijelaskan secara
matematis oleh Hukum Difusi Fick untuk membran. Internal (absobed dose untuk bahan
kimia inorganik pada air dapat dikalkulasikan dengan persamaan berikut:

𝑫𝑨𝒆𝒗𝒆𝒏𝒕 = 𝑲𝒑 × 𝑪 × 𝒕

DAevent Absorbed dose (mg/cm2/event)


Kp Permeability coefficient, koefisien premeabilitas (cm/hr)
C Concentration, konsentrasi kontaminan pada media kontak dengan kulit (mg/cm3)
t time, waktu kontak (jam/even)

Sumber: U.S. EPA


CALCULATION OF EXPOSURE-DERMAL
𝑫𝑨𝒆𝒗𝒆𝒏𝒕 × 𝑺𝑨 × 𝑬𝑭 × 𝑬𝑫
𝑨𝑫𝑫 =
𝑩𝑾 × 𝑨𝑻

ADDabs Average Daily Dose mg/kg/day


DAevent Absorbed dose (mg/cm2/event)
SA Skin Surface Area, luas permukaan kulit yang kontak (cm2)
EF Exposure Frequency, frekuensi pajanan (hari/tahun)
ED Exposure Duration, durasi pajanan (tahun), menggunakan data real
time atau proyeksi nilai default residensial 30 tahun
BW Body Weight, berat badan (kg)
AT Averaging Time, rerata periode waktu, risiko non karsinogen
AT=EDx365 hari/tahun, penilaian risiko kronis (karsinogenik), life time
average daily dose (LADD) dikalkulasikan dengan menggunakan nilai
AT=70 tahun x 365 hari/tahun

Sumber: U.S. EPA


Rafika Oktivaningrum
S.K.M., M.Sc

Risk Characterization rafika.oktivaningrum@fkm.


unsri.ac.id

Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Learning Describe risk characterization
step in risk assessment

Objectives
Estimate risk for cancer and
non cancer
GENERAL ROADMAP OF RISK ASSESSMENT

Sumber: WHO IPCS, 2021


EXPOSURE ASSESSMENT

• Karakterisasi risiko merupakan tahap akhir dalam penilaian risiko, yang


merupakan pernyataan kuantitatif mengenai perbandingan antara estimasi
pajanan dengan nilai yang paling tepat untuk dosis referensinya.
• Pada bahan kimia dengan potensi efek non karsinogenik, risiko biasanya
dikarakterisasikan dengan rasio tingkat pajanan dengan health-based guidance
value (ADI, TDI, RfD).
• Pada bahan kimia dengan potensi efek karsinogenik, karakterisasi risiko
diekspresikan sebagai the excess lifetime cancer risk, yang diestimasikan dengan
menggunakan slope factor dari hasil model dose-response.

Sumber: WHO IPCS, 2021


GENERAL ROADMAP FOR EXPOSURE ASSESSMENT
• Pada tahap karaterisasi risiko,
dilakukan integrasi informasi dari
tahap identifikasi hazard, penilaian
dose-response, dan penilaian
pajanan.
• Tujuan dari karakterisasi risiko
adalah menentukan apakah pajanan
lingkungan yang dinilai tidak
melebihi level yang dianggap
merugikan kesehatan manusia
(reference dose/acceptable daily
intake)
• Perhitungan karakterisasi risiko
menggunakan input dari hasil
penilaian dosis-response dan
pajanan
Sumber: WHO IPCS, 2021
THRESHOLD RISK ESTIMATION
• Karakterisasi risiko dibedakan menjadi estimasi untuk bahan kimia yang memiliki
“threshold” dan bahan kimia “non threshold”. Bahan kimia yang dipercaya memiliki
threshold adalah bahan kimia dengan potensi efek non-karsinogen.
• Estimasi dilakukan dengan membagi intake atau hasil penilaian pajanan (ADD) dengan
nilai “threshold” yang sesuai (ADI, RfD, TDI). Hasil estimasi ini diekspresikan dalam
terminology Hazard Quotient (HQ) atau Risk Quotient (RQ).
• Nilai RQ < 1 mengindikasikan pajanan kimia yang rendah dari nilai referensi sehingga
pajanan tidak menyebabkan efek yang merugikan/ aman dari risiko kesehatan
pemajanan.
• Nilai RQ> 1 mengindikasikan tingkat pajanan yang lebih tinggi dari nilai referensi
konsentrasi sehingga terdapat risiko yang merugikan bagi kesehatan dan dibutuhkan
evaluasi lebih lanjut.
𝑨𝑫𝑫/𝑰𝒏𝒕𝒂𝒌𝒆
𝑯𝑸 =
𝑹𝒇𝑫/𝑹𝒇𝑪
Sumber: EPA, 2019 dan WHO IPCS 2022
THRESHOLD RISK ESTIMATION

Sumber: ENHealth, 2014


NON-THRESHOLD RISK ESTIMATION
• Karakterisasi risiko untuk “non-threshold” diasumsikan bagi bahan kimia dengan linear low-dose
relationship. Untuk bahan kimia yang menyebabkan kanker, diasumsikan bahwa tidak ada dosis yang
dianggap aman atau tanpa risiko.
• Risiko ini diestimasikan untuk kemungkinan individu atau populasi terkena kanker dari pajanan
seumur hidup sebagai akibat dari pajanan bahan karsinogen.
• Cancer Slope Factor (CSF) adalah perkiraan batas atas yang masuk akal dari kemungkinan respon
karsinogenik per unit asupan seumur hidup; dia dinyatakan dalam satuan (mg/kg/hari) -1).
• IUR adalah ekspresi potensi karsinogenik dalam konsentrasi, dinyatakan sebagai probabilitas kanker
per unit media pajanan (misalnya per μg/m3 udara)
𝑪𝑹 = 𝑳𝑨𝑫𝑫 × 𝑺𝑭 𝒐𝒓 𝑪𝒂𝒅𝒋 × 𝑰𝑼𝑹
CR Cancer Risk
LADD Life Time Average Daily Dose (mg/kg/hari)
SF Cancer Slope Factor ((mg/kg/hari) -1)
Cadj The adjusted air concentration (µg/m3)
IUR Inhalation Unit Risk ((µg/m3) -1)
Sumber: EPA, 2019 dan WHO IPCS 2022
EXERCISE RISK ESTIMATION
Seorang guru berusia 40 tahun bekerja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 5 hari
dalam seminggu selama 6 tahun. Guru tersebut bekerja selama 9 bulan dalam satu tahun.
Air yang dikonsumsi oleh guru di SMP tersebut mengandung bromoform sebesar 10 mg/L.
Berapa intake pajanan kronis untuk guru tersebut selama 4 tahun bekerja?

𝟏𝟎𝒎𝒈 𝟐𝑳 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖


× ×𝟓 × 𝟑𝟔 × 𝟒 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑳 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑨𝑫𝑫 =
𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖
𝟖𝟎 × 𝟓 × 𝟓𝟐. 𝟏𝟒 × 𝟒 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝒎𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝟐𝟎 × 𝟎. 𝟒𝟗𝟑
𝑨𝑫𝑫 =
𝟖𝟎

ADD = 0,12 mg/kg/hari


Sumber: EPA, 2019
EXERCISE RISK ESTIMATION
Suatu lokasi pemukiman memiliki konsentrasi Arsen dalam air minum sebesar 0,02 mg/L.
Apakah air minum tersebut aman dikonsumsi oleh warga setempat (kalkulasi efek
karsinogen dan non karsinogen)?

𝟎, 𝟎𝟐 𝒎𝒈/𝑳 × 𝟐𝑳/𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 ADD = 0,00072 mg/kg/hari


𝑨𝑫𝑫 =
𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

𝟎, 𝟎𝟐 𝒎𝒈/𝑳 × 𝟐𝑳/𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 ADD = 0,00031 mg/kg/hari


𝑳𝑨𝑫𝑫 =
𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟕𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑨𝑫𝑫 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟕𝟐
𝑹𝑸 = = = 𝟐, 𝟒
𝑹𝒇𝑫 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑

CR = 𝑳𝑨𝑫𝑫 × 𝑺𝑭 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟏 × 𝟏, 𝟓 = 4,65E-04


EXERCISE RISK ESTIMATION
Suatu lokasi pemukiman memiliki konsentrasi Arsen dalam air minum sebesar 0,02 mg/L.
Apakah air minum tersebut aman dikonsumsi oleh warga setempat (kalkulasi efek
karsinogen dan non karsinogen)?

𝟎, 𝟎𝟐 𝒎𝒈/𝑳 × 𝟐𝑳/𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 ADD = 0,00072 mg/kg/hari


𝑨𝑫𝑫 =
𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

𝟎, 𝟎𝟐 𝒎𝒈/𝑳 × 𝟐𝑳/𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟑𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 ADD = 0,00031 mg/kg/hari


𝑳𝑨𝑫𝑫 =
𝟓𝟓 𝒌𝒈 × 𝟑𝟔𝟓 𝒉𝒂𝒓𝒊 × 𝟕𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑨𝑫𝑫 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟕𝟐
𝑹𝑸 = = = 𝟐, 𝟒
𝑹𝒇𝑫 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑

CR = 𝑳𝑨𝑫𝑫 × 𝑺𝑭 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟏 × 𝟏, 𝟓 = 4,65E-04


EXERCISE RISK ESTIMATION
Interpretasi hasil estimasi risiko:
• RQ>1, air minum tidak aman dikonsumsi oleh warga setempat dan dibutuhkan evaluasi
lebih lanjut mengenai pajanan Arsen pada wilayah tersebut karena dapat menyebabkan
efek kesehatan yang merugikan seperti hiperpigmentasi, keratosis, komplikasi pada
sistem vascular (efek kesehatan dapat ditinjau pada studi toksisitas yang tersedia pada
website IRIS).
• Nilai CR menunjukkan bahwa terdapat penambahan 4-5 kasus kanker (kulit) per 10.000
penduduk (efek karsinogenik dapat ditinjau pada studi toksisitas yang tersedia di
website IRIS).
• Berapa jumlah penduduk yang mungkin mengalami kanker jika jumlah penduduk
pemukiman tersebut adalah 1.000.000 jiwa?
ASSIGNMENT

Sebuah fasilitas industri mengeluarkan polusi berupa benzene ke udara. Setelah dilakukan
pengukuran benzene pada udara ambien dilokasi kerja dan wilayah pemukiman penduduk
di lokasi tersebut diketahui konsentrasi pajanan adalah 0.02 mg/m3 (lokasi kerja) dan 0.01
mg/m3 (pemukiman). Seorang pekerja di lokasi industri tersebut bekerja selama 5 hari
dalam 1 minggu sepanjang tahun dengan waktu cuti selama 1 bulan (lama kerja 6 tahun).
• Tentukan tingkat pajanan kronis dari laki-laki pekerja pada lokasi industri tersebut.
• Tentukan tingkat pajanan penduduk di sekitar fasilitas industri tersebut.
• Lakukan estimasi risiko terhadap efek non-karsinogenik untuk pekerja dan penduduk.
• Lakukan estimasi risiko terhadap efek karsinogenik untuk pekerja dan penduduk.
ASSIGNMENT

Pada suatu pemukiman dilakukan pengukuran terhadap kualitas suplai air minum dan
ditemukan konsentrasi toluene 50 mg/L. Seorang wanita telah tinggal di pemukiman
tersebut selama 50 tahun. Namun, setiap hari jumat hingga minggu, Wanita tersebut
tinggal dirumah orang tuanya di kota lain dan setiap musim panas berlibur selama dua
bulan di luar negeri. Tentukan tingkat pajanan dan estimasi risiko dari pajanan toluene
yang ada pada air minum wanita tersebut?

Anda mungkin juga menyukai