SARI
Gunung Rinjani yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu gunungapi aktif
yang memiliki kaldera yang luas di tengahnya. Sejarah letusan dahsyat yang menghasilkan sebuah
kaldera ini mampu mempengaruhi iklim dunia selama beberapa tahun. Periode letusannya dibagi
menjadi tiga, yakni sebelum, selama, dan setelah pembentukan kaldera. Material berupa batuan
piroklastik hadir dalam setiap periode letusan, sehingga dapat menunjang dalam menyingkap proses
geologi yang telah terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis petrologi,
analisis petrografi, dan analisis geokimia menggunakan metode XRF dan CIPW pada sampel batuan
dari 30 titik pengamatan di dinding kaldera, bagian dalam kaldera, maupun titik lain yang tersebar di
Pulau Lombok.
Berdasarkan analisis petrologi, sampel batuan piroklastik Komplek Gunung Rinjani terdiri dari lapili
tuff. Berdasarkan mineralogi, plagioklas hadir paling banyak, sedikit piroksen, serta gelas vulkanik.
Berdasarkan analisis geokimia, batuan piroklatik periode sebelum pembentukan kaldera berjenis
basalt, berasal dari seri Kalk-Alkali, dan magma berinteraksi dengan kerak benua. Batuan piroklastik
selama pembentukan kaldera bersifat trakhit, berasal dari seri Shoshonitik, dan magma berinteraksi
dengan kerak benua. Batuan piroklatik setelah pembentukan kaldera bersifat basaltik trakhi-andesit,
seri magma tinggi Kalk-Alkali, dan magma berinteraksi dengan kerak benua. Melalui perhitungan
normatif metode CIPW, magma asal berada di kedalaman antara ±168 km - ± 211 km di bawah
permukaan bumi, terbentuk pada suhu 912-1250 0C dengan berat jenis batuan 2,48- 3,02 gram/cm3.
434
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
inklusi piroksen oleh amfibol secara total. Berdasarkan petrografi ketiga periode,
Tekstur intersertal hadir pada beberapa perbedaan kehadiran plagioklas dan
sampel dimana ruang antar mikrolit piroksen menunjukan bahwa komposisi
plagioklas diisi oleh gelas vulkanik (gambar penyusun batuan berbeda-beda. Selama
1). tubuh Gunung Rinjani terbentuk, yaitu pada
pra kaldera, komposisi plagioklas lebih
Pada batuan piroklastik periode syn kaldera
tinggi Ca dilihat dari jenis plagioklasnya
hadir plagioklas sebanyak 15-38% berjenis
(gambar 4). Hipersten yang kaya
andesin, kuarsa 5-15%, mineral opak 4-18%
magnesium, serta augit yang memiliki gugus
berjenis pirit dan magnetit, serta mineral lain
Ca juga hadir. Berbeda dengan komposisi
dengan jumlah sedikit seperti alkali feldspar,
syn kaldera yang tidak ditemukannya
piroksen (augit-aegirin), biotit, atau amfibol.
ortopiroksen, namun hadir augit-aegirin
Gelas vulkanik, dan litik juga hadir pada
yang memiliki gugus Na pada mineralnya
batuan. Beberapa sayatan mengalami ubahan
(gambar 5). Plagioklas yang ditemukan
mineral sekunder berupa mineral lempung.
berupa andesin yang berkomposisi lebih
Tekstur batuan khas yaitu zoning, subofitik,
sodik. Gelas vulkanik hadir paling tinggi di
dan inklusi. Zoning oskilatori pada
fase ini. Setelah kaldera terbentuk, hadir
plagioklas hadir di seluruh sayatan tipis
sedikit klinopiroksen, serta augit yang lebih
batuan. Tekstur subofitik pada sayatan tipis
banyak. Plagioklas yang ditemukan berupa
kode Sin 3b* hadir karena mikrolit
andesin dan labradorit, sedangkan gelas
plagioklas menutupi atau mengelilingi
vulkanik lebih sedikit (gambar 6).
beberapa sisi piroksen. Pada sampel Sin 3a
dan Sin 7 terlihat inklusi plagioklas oleh Geokimia
biotit secara total (gambar 2).
Analisis geokimia menggunakan metode
Pada batuan piroklastik periode pasca XRF menghasilkan persen unsur kimia
kaldera mineral yang hadir adalah oksida seperti SiO2, TiO2. Al2O3, Fe2O3,
plagioklas 15-38% berjenis andesin dan MnO3, CaO, MgO, Na2O, K2O dan P2O5
labradorit, piroksen 5-15% berjenis (tabel 3). Hasil analisis ini akan menentukan
hipersten dan augit, mineral opak 4-18% karakteristik magma setiap periode.
berjenis pirit, mineral lain hadir sedikit Berdasarkan data kimia batuan maka dapat
seperti alkali feldspar, mineral opak, dan diketahui jenis magma, seri magma, asal
olivin. Gelas vulkanik, dan litik juga hadir magma, kedalaman zona Benioff, serta
pada batuan. Tekstur khas yang hadir kehadiran mineral normatif.
diantaranya glomeroporfiritik, pilotasitik,
dan subofitik. Tekstur glomeroporfiritik Jenis Batuan Berdasarkan Kandungan
menunjukan terkumpulnya plagioklas dan Alkali Total dan Silika
piroksen menjadi satu kumpulan kristal atau Diagram Total Alkali Silika (TAS) yang
biasa disebut glomerokristal. Tekstur digunakan yaitu diagram biner Le Bas, dkk
pilotasitik pada sampel Pasca 9 dan Pasca 14 (1986). Batuan piroklastik pra kaldera
yang menunjukan mikrolit plagioklas umumnya bersifat basalt, kecuali pada
memiliki orientasi yang teratur dan sampel Pra 1, Pra 2, Pra 5, dan Pra 7 yang
membentuk pola aliran. Adapun tekstur bersifat Trachy-andesite dan Trachyte.
subofitik pada beberapa sayatan tipis yang Batuan piroklastik syn kaldera bersifat
menunjukan pembentukan feldspar dan Trachyte, kecuali sampel Sin 5 yang bersifat
piroksen cenderung bersamaan karena Trachy-andesite. Batuan piroklastik pasca
mikrolit plagioklas tidak sepenuhnya kaldera seluruhnya bersifat Basaltic Trachy-
menutupi atau mengelilingi piroksen andesite (gambar 7).
(gambar 3). Tekstur zoning dan sieve juga
hadir pada sayatan.
435
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
437
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Secara tatanan geologi, magma pembentuk SAW, kedua orang tua dan keluarga atas
batuan piroklastik Komplek Gunung Rinjani segala dukungannya. Terima kasih kepada
berasal dari lempeng benua yang mengalami Ir. Heryadi Rachmat MM dan Prof. Ir. Mega
perubahan sifat dari basa, kemudian berubah F. Rosana, M.Sc., Ph.D. sebagai pebimbing
menjadi asam, dan menurun menjadi penulis. Dan terima kasih kepada pak
intermediet. Agung, bang Sahala, teh Beta, Roni
Permadi, pak Mutaharlin, serta berbagai
VII. UCAPAN TERIMA KASIH pihak yang ikut membantu dalam proses
Penulis menyampaikan terima kasih kepada penyusunan.
Allah SWT, junjungan Nabi Muhammad
DAFTAR PUSTAKA
Cross, W, Iddings J,P, Pirson L.V, and Washington H,S., 1930. Quantitative Classification of Igneous
Rock. Univ. Chicago Press.
Hutchison C. S., 1973. Tectonic Evaluation of Sundaland. Aphanerozoic Synthesis. Geol Soc.
Malaysia Bulletin p. 61-86.
Irvine, T. N. & Baragar, W. R. A., 1971. A Guide to The Chemical Classification of The Common
Volcanic Rocks. Canadian Journal of Earth Sciences 8, 523–548.
Le Bas, M. J., Le Maitre, R. W., Streckeisen, A. & Zanettin, B., 1986. A Chemical Classification of
Volcanic Rocks Based on The Total Alkali–Silica Diagram. Journal of Petrology 27, 745–750.
Pearce, T. H., Gorman, B. E. & Birkett, T. C., 1977. The Relationship Between Major Element
Geochemistry and Tectonic Environment of Basic and Intermediate Volcanic Rocks. Earth and
Planetary Science Letters 36, 121–132.
Peccerillo, A. & Taylor, S. R., 1976. Geochemistry of Eocene Calc-Alkaline Volcanic Rocks From the
Kastamonu Area, Northern Turkey. Contributions to Mineralogy and Petrology 58, 63–81.
R. V. Fisher & H. U. Schmincke, 1984. Pyroclastic Rocks. Berlin : Springer-Verlag.
Rachmat, H., Rosana, M.F., Wirakusumah, A.D., and Jabbar, G.A., 2016. Petrogenesis of Rinjani
Post-1257-Caldera-Forming-Eruption Lava Flows. Indonesian Journal on Geoscience, 3 (2),
p.107-126. DOI: 10.17014/ijog.3.2.107-126
Rachmat, H. 2016. Rinjani dari Evolusi Kaldera Hingga Geopark, GeoMagz Vol. 6 No. 1, Maret p 28-
33.
Rollinson, Hugh R., 1993. Using Geochemical Data : Evaluation, Presentation, Interpretation. John
Willey & Sons Inc : New York
Whitford, 1979. Classification of Igneous Rock by Silica. Dalam Rollinson, H. R. 1993. Using
Geochemical Data. John Willey & Sons Inc : New York
438
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1. Sejarah letusan Gunung Rinjani (Rachmat, 2016).
Tahun kejadian Keterangan
1846 Gunung Api Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi
berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G. Rombongan/Mas).
1884 Asap dan nyala api tampak pada beberapa hari pertama bulan Agustus.
1901 1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, disertai hujan abu tipis di Mataram.
1906 April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan.
1909 30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang berlangsung hingga 2 Desember.
Setelah itu tampak kegiatan meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai
tampak keruh.
1915 4 November tampak tiang asap.
1944 30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut Petroeschevsky kegiatan mulai
pada 25 Desember 1943.
Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan hembusan asap tebal. Pada
malam hari tampak sinar api dan kilat sambung-menyambung. Gempa bumi terasa
terjadi antara 25 - 30 Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari
dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah.
G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m) yang berada di kaki G.
Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara dan barat. Mitrohartono (1969)
menghitung, bahwa jumlah bahan baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk.
7,4 x 107 m3. Kusumadinata (1969, 1973) dengan menggunakan rumus Yokoyama
(1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3 x 10 24 erg, sedangkan
Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan Kesetaraan Bom Atomnya 273,8.
1966 28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu terdengar suara dentuman
berasal dari Segara Anak.
21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan kepundan G. Baru
tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak menuju ke utara dan melebar ke barat dan
timur. Persentuhan pasir panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu
kukusan, asap mengepul. Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir
panas ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G. Barujari sebelah
timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan Segara Endut di selatan. Mitrohartono
(1969) telah menghitung luas penyebaran lava sebesar 954.350 m2 dan isi 6,6. 106 m3.
Kusumadinata (1969) menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 10 21 erg, Kebesaran
Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0.
1994 4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang berasal dari dalam
Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam
tebal membumbung ke udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6
Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan dengan ketebalan
endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil tempat di G. Barujari dan berlangsung
hingga awal bulan Januari 1995. Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa,
hanya petani bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu. Volume
material letusan sebesar 15.036.405,07 m3, dengan energi termal sekitar : 4,7 X
1023 erg.
2004 Terjadi letusan abu pada bulan oktober dan diakhiri aliran lava yang berasal dari lereng
utara G. Barujari.
2009 Tanggal 2 Mei 2009 pukul 16.01 WITA terjadi letusan asap berwarna coklat pekat
mencapai ketinggian 1000 meter di atas titik letusan Gunung Barujari disertai suara
dentuman lemah. Aliran lava mengalir dari titik letusan masuk ke dalam Danau Segara
Anak.
2015 25 Oktober 2015 pukul 10.04 WITA terjadi erupsi awal dengan kolom abu setinggi lk.
200 m yang berasal dari lereng utara G. Barujari (sama dengan pusat letusan 2004 dan
2009) yang terus berlangsung sampai munculnya aliran lava ke arah utara menutup
sebagian aliran lava 2009 sampai dinyatakan aktif normal 19 Januari 2016.
439
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2. Sejarah Pembentukan Kaldera dan Gunungapi Barujari (Rachmat, dkk, 2016)
Tabel 3. Persen elemen utama pembentuk batuan piroklastik berdasarkan uji XRF Rinjani dalam wt %
(elemen utama belum dinormalisasi).
Sampel Pra 1 Pra 2 Pra 3 Pra 5 Pra 7 Pra 9 Pra 11 Pra 13 Pra 14 Pra 15
wt%
SiO2 38.00 63.87 48.06 62.08 60.82 47.15 48.20 48.70 50.40 47.10
TiO2 1.48 0.62 0.98 0.56 0.60 1.02 0.45 1.03 1.03 1.08
Al2O3 19.74 15.87 17.12 14.07 14.82 17.34 18.78 17.99 17.16 17.07
Fe2O3 5.61 1.6 3.79 1.7 1.79 4.14 3.82 4.1 3.68 4.28
FeO 11.77 3.36 7.96 3.57 3.76 8.69 8.02 8.61 7.73 8.98
MnO 0.23 0.14 0.21 0.15 0.15 0.17 0.19 0.21 0.19 0.21
CaO 6.71 3.04 10.76 4.58 4.46 9.14 9.71 9.36 10.01 11.45
MgO 2.67 1.20 3.26 1.98 1.59 4.23 4.32 3.60 3.54 4.36
Na2O 1.11 3.65 2.47 3.60 3.75 2.16 2.31 2.35 2.71 2.19
K2O 0.30 4.87 1.43 4.29 4.38 0.94 1.07 1.03 1.53 1.23
P2O5 0.30 0.22 0.22 0.25 0.24 0.22 0.21 0.25 0.26 0.21
LOI 11.21 1.29 2.67 2.67 2.87 3.67 1.9 2.35 1.53 1.16
Total 99.13 99.73 98.93 99.49 99.23 98.87 98.98 99.58 99.77 99.32
Na2O+K2O 1.41 8.52 3.90 7.89 8.13 3.10 3.38 3.38 4.24 3.42
440
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Sampel Sin 1A Sin 1B Sin 1C Sin 3A Sin 3B Sin 5 Sin 6A Sin 6B Sin 7 Sin 9
wt%
SiO2 61.82 63.78 63.03 54.04 64.02 58.91 61.96 61.20 63.84 63.92
TiO2 0.59 0.51 0.56 0.65 0.51 0.65 0.54 0.56 0.53 0.51
Al2O3 14.59 13.82 14.06 13.30 13.88 14.57 14.03 13.80 14.13 13.96
Fe2O3 1.83 1.56 1.65 2.09 1.48 2.11 1.64 1.68 1.57 1.48
FeO 3.85 3.28 3.46 4.39 3.11 4.43 3.45 3.53 3.29 3.11
MnO 0.23 0.14 0.13 0.16 0.13 0.15 0.14 0.14 0.14 0.13
CaO 4.60 3.55 4.19 4.10 3.49 5.81 3.98 4.13 3.79 3.62
MgO 1.84 1.29 1.48 1.35 1.30 2.46 1.60 1.60 1.48 1.30
Na2O 3.78 3.73 3.59 2.60 3.54 3.51 3.76 4.86 3.89 3.97
K2O 4.16 4.68 4.42 4.02 4.73 3.43 4.34 4.27 4.50 4.68
P2O5 0.25 0.22 0.22 0.18 0.19 0.26 0.23 0.10 0.22 0.19
LOI 1.76 2.89 2.65 12.96 3.02 2.84 3.66 2.99 1.94 2.45
Total 99.30 99.44 99.44 99.84 99.41 99.12 99.33 98.85 99.32 99.32
Na2O+K2O 7.94 8.41 8.01 6.62 8.27 6.94 8.10 9.13 8.39 8.65
Sampel Pasca 1 Pasca 4 Pasca 5 Pasca 6 Pasca 8 Pasca 9 Pasca 10 Pasca 11 Pasca 14 Pasca 15
wt%
SiO2 54.83 54.82 55.04 54.92 55.18 55.18 54.69 54.66 53.92 54.25
TiO2 0.75 0.73 0.72 0.72 0.72 0.73 0.73 0.75 0.75 0.78
Al2O3 16.84 16.94 17.02 17.02 16.90 16.85 17.02 16.77 16.74 16.78
Fe2O3 2.86 2.89 2.75 2.77 2.77 2.78 2.82 2.92 3.05 3.07
FeO 6.01 6.07 5.78 5.82 5.81 5.84 5.92 6.13 6.41 6.44
MnO 0.16 0.16 0.15 0.16 0.16 0.16 0.16 0.17 0.17 0.17
CaO 9.12 8.98 9.03 9.19 9.00 9.09 9.31 9.13 9.13 9.34
MgO 2.80 2.84 2.68 2.62 2.61 2.63 2.63 2.91 2.91 3.02
Na2O 3.42 3.52 3.49 3.48 3.49 3.45 3.41 3.43 3.43 3.26
K2O 2.48 2.42 2.46 2.49 2.54 2.53 2.48 2.45 2.45 2.35
P2O5 0.21 0.20 0.19 0.20 0.20 0.20 0.21 0.20 0.20 0.20
LOI - - - - - - - - - -
Total 99.48 99.57 99.31 99.38 99.38 99.44 99.38 99.52 99.16 99.66
Na2O+K2O 5.90 5.94 5.95 5.97 6.03 5.98 5.89 5.88 5.88 5.61
GAMBAR
Gambar 1. Tekstur zoning oskilatori dan sieve pada plagioklas (kiri), inklusi piroksen pada amfibol
(tengah), tekstur intersertal (kanan).
Gambar 2. Tekstur zoning pada plagioklas (kiri), tekstur subofitik (tengah), inklusi plagioklas pada
biotit (kanan).
441
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Tekstur glomeroporfitik (kiri), tekstur pilotasitik (tengah), tekstur subofitik (kanan).
60 57 52
50 42 42 44 4343
39 37 40 38 39 3735
% Total Plagioklas
40 35 3535
30 28 30 30
30 25 25
20 20 20 20 22
20 15 17
10
0
sin 5
sin 7
sin 9
pra 11
pra 13
pra 14
pra 15
pasca 10
pasca 11
pasca 14
pasca 15
pra 1
pra 2
pra 3
pra 3*
pra 5
pra 7
pra 9
sin 1a
sin 3a
sin 3b*
sin 6a
pasca 1
pasca 4
pasca 5
pasca 8
pasca 9
sin 1b
sin 1c
sin 3b
% Kode Sampel
25
20
15 8 6 14
5 7 12
% Piroksen
1212 12 12
10 10 10 13 10
8 15
5 11 1212 10
3 8 7 7 7 5 8 5 6 6 5
2 4 4 2 2 2
5
2 4 5 4 5 6
0
sin 5
sin 7
sin 9
pasca 10
pasca 11
pasca 14
pasca 15
pra 3*
pra 11
pra 13
pra 14
pra 15
pasca 1
pasca 4
pasca 5
pasca 8
pasca 9
sin 1a
sin 3a
sin 3b*
sin 6a
pra 1
pra 2
pra 3
pra 5
pra 7
pra 9
sin 1b
sin 3b
sin 1c
% Kode Sampel
Opx Pra Kaldera Cpx Pra Kaldera
Opx Sin Kaldera Cpx Sin Kaldera
Gambar 5. Persentase Total Kandungan Piroksen Batuan Piroklastik
70 65
60 54
% Gelas Vulkanik
50 45 45 42
3838 4040 43
40 35 35
27
30 25 22
17 20 18 18 17 1515
20
10 10 12 10 10 13
10 2 2
0
sin 5
sin 7
sin 9
pra 3*
pra 11
pra 13
pra 14
pra 15
pasca 10
pasca 11
pasca 14
pasca 15
pra 1
pra 2
pra 3
pra 5
pra 7
pra 9
pasca 4
pasca 5
pasca 8
pasca 9
sin 1a
sin 1b
sin 1c
sin 3a
sin 3b
sin 3b*
pasca 1
sin 6a
% Kode Sampel
Gambar 6. Persentase Total Kandungan Gelas Vulkanik Batuan Piroklastik
442
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 8. Seri magma batuan piroklastik Gunung Rinjani berdasarkan diagram AFM (Irvine
Baragar, 1971).
Gambar 9. Seri magma batuan piroklastik Gunung Rinjani berdasarkan Peccerillo & Taylor (1976).
443
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 10. Penentuan asal magma batuan piroklastik Gunung Rinjani pada Diagram Pearce (1977).
444