Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri Pertambangan adalah usaha yang mana kegiatan meliputi Propeksi,


eksplorasi, pengolahan serta pemasaran yang bermaksud untuk memanfaatkan
sumber daya mineral yang terdapat dialam bagi kesejaterahan masyarakat.
Industri pertambangan merupakan salah satu penunjang dalam pembangunan
khususnya untuk pembangunan fisik yang dewasa ini cukup pesat dilakukan. Dimana
pembangunan yang dilakukan sangat membutuhkan bahan galian industri untuk
memenuhi kebutuhan bahan pembangunan seperti Pasir, Batu Andesit, Sirtu dan
sebagainya.
Pada mata kuliah perencanaan tambang yang terdapat di semester VII, kami
mahasiswa Teknik pertambangan S-I diberi tugas untuk membuat Perencanaan
Tambang. Yang mana kami ditugaskan mendirikan suatu perusahaan tambang untuk
dapat memenuhi kebutuhan pembangaunan di Kabupaten Jayapura yang cukup pesat.
Dalam mengerjakan tugas Perencanaan Tambang ini, ada dua aspek yang sangat
penting yaitu Perancanaan Teknis dan Perencanaan Ekonomis. Perencanan teknis
meliputi : Jumlah cadangan yang akan diambil, kestabilan lereng, dimensi jenjang,
perencanaan jalan tambang, memperhitungkan produksi alat untuk target produksi
tertentudan lain - lain. Perencanaan ekonomis meliputi : Analisis cash flow,
perhitungan Net Value, biaya produksi, biaya variable produksi, penentuan ROR,
analisa pay back periode dan lain - lain.
Sedangkan untuk mendirikan suatu Industri pertambangan selain perncanaan
teknis dan ekonomis ada hal lain yang tidak bisa di lupakan yaitu kondisi politik,
social, hokum social, hokum adapt dan masih ada lagi yang mana semua itu
merupakan factor eksternal, maka pengkajian untuk masalah seperti ini biasanya
dititik beratkan pada Perencanaan Ekonomi.
1.2 BATASAN MASALAH

Dalam tugas Perencanaan Tambang ada dua hal yang dipertimbangkan yaitu :
1. Perencanaan Teknis, meliputi :
a. Bagaimana perhitungan cadangan ?
b. Bagaimana perhitungan kestabilan lereng ?
c. Bagaimana menghitung dimensi jenjang ? .
d. Bagaimana membuat rencana jalan tambang ?
e. Bagaimana perhitungan produksi alat mekanis ?
f. Bagaimana perhitungan produksi alat cominusi ?
g. Dan lain - lain yang diangap perlu

2. Perencanaan Ekonomis, meliputi :


a. Bagaimana perhitungan biaya produksi ?
b. Bagaiman menghitung biaya variable produksi ?
c. Bagaimana menghitung analisa cash flow ?
d. Bagaiman perhitungan Net Value ?
e. Bagaimana cara penentuan ROR ?
f. Bagaimana menganalisa Payback ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Dalam tugas Perencanaan Tambang ada dua hal yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan Teknis, meliputi :
a. Perhitungan cadangan
b. Kestabilan lereng
c. Dimensi jenjang.
d. Rencana jalan tambang
e. Perhitungan produksi alat mekanis
f. Perhitungan produksi alat cominusi
g. Dan lain - lai yang diangap perlu.
2. Perencanaan Ekonomis, meliputi :
a. Perhitungan biaya produksi
b. Biaya variable produksi
c. Analisa cash flow
d. Perhitungan Net Value
e. Penentuan ROR
f. Analisa Payback

1.4 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode turun


kelapangan ( Field Research Method ) dan metode penelitian kepustakaan ( Library
Research Method).

l.4.1 Persiapan

Pada tahap ini, penulis mengunakan waktu yang ada untuk mengumpulakan
berbagai jenis dan macam data yang dibutuhkan. Dimana data - data tersebut
diperoleh penulis melalui referensi - referensi ilmiah, jurnal - jurnal dan sumber -
sumber lain yang dianggap penting.
Adapun data yang dikumpulkan pada tahap ini meliputi data cadangan, kohesi,
sudut geser dalam, harga alat, spesifikasi alat, suku bunga bank, harga mata uang,
data curah hujan, kelembapan udara, angin, suhu, pajak bumi dan bangunan, asuransi
tenaga kerja, harga material dan data - data lain yang dapat dikumpulkan.

1.4.2 Perencanaan Teknis

Tahap ini data - data yang telah dikumpul diolah untuk melakukan perencanaan
teknis yang dibutuhkan dalam melakukan penambangan seperti jalan tambang,
kemiringan lereng, dimensi jenjang, drainage, dan lain - lain. Perencanaan teknis
tersebut merupakan hal yang sangat menentukan kelancaran dalam proses
penambangan dilapangan.

1.4.3 Perencanaan Ekonomis

Pada tahap ini dilakukan evaluasi ekonomi untuk mengetahui penambangan yang
kita rencanakan menguntungkan atau merugikan, kemudian dilakukan analisan resiko
untuk melihat pengaruh perubahan harga jual dan biaya operasi terhadap keuntungan.

1.4.4 Hasil

Setelah semua data diolah dan telah diperoleh hasil akhir perencanaan yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam menjalankan suatu usaha pertambangan.

1.4.5 Kesimpulan

Tahap ini ditarik kesimpulan dari hasil pembuatan tugas perencanaan tambang
bahwa dalam mendirikan suatu usaha perlu banyak dilakukan analisa - analisa secara
mendetail sehingga pada waktu pendirian semua resiko yang dihadapi nantinya telah
diperhitungkan. Sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

PERSIAPAN
- Penagmatan / observasi daerah penelitian
- Menyiapkan literature pendukung
- Pengambilan data awal

PERENCANAAN TEKNIS PERENCANAAN EKONOMIS

HASIL

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 1.4.5
Bagan Alir Penelitian
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

Lokasi penelitian secara administratif terletak di kelurahan Saoka, distrik Sorong


Barat, kabupaten Sorong, propinsi Irian Jaya Barat. Lokasi berjarak sekitar 15 km
dari basecamp kami di kelurahan Rufei, dengan lama perjalanan menggunakan
kendaraan roda empat kurang lebih 1 jam.
Secara astronomis lokasi perusahaan terletak pada koordinat 0º 54’ 25” - 0º 55’
05” LS dan 131º 20’ 55” - 131º 21’ 55” BT. Dan secara geografis lokasi perusahaan
memiliki batas – batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Samudra pasifik
b. Sebelah timur : Kelurahan Klabala
c. Sebelah selatan : Kelurahan Klabala
d. Sebelah barat : Kelurahan Tanjung Kasuari

2.2. IKLIM, CUACA, DAN CURAH HUJAN

Secara umum kondisi iklim dan curah hujan di lokasi perusahaan sama dengan
kondisi daerah - daerah disekelilingnya. Temperatur rata – rata perbulan berkisar
antara 26,5º - 27,1º C. Berdasarakan klasifikasinya maka kondisi iklim cuaca dan
curah hujan rata – rata di daerah perusahaan adalah beriklim tropis.
Curah hujan yang disajikan dalam tabel 2.2, dari data tahun 2005 menunjukkan
rata – rata jumlah curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni yaitu 302 mm.
Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan November yaitu 48 mm. Rata –
rata curah hujan bulanan adalah 158,25 mm/bulan pada tahun 2005.
Kawasan penelitian dan sekitarnya mengalami 2 angin musim yaitu angin musim
barat laut dan angin musim timur/timur laut.
Berdasarkan hasil data BMG kabupaten Sorong angin musim barat inilah yang
membawa hujan dikawasan penelitian dan daerah sekitarnya.
Tabel 2.2.
Data curah hujan kota Sorong tahun 2005 dan 2006

TAHUN
2005 2006
BULAN
Curah Hujan Kelembaban Curah Hujan Kelembaban
( mm ) ( mm )
JANUARI 461 23 201 13
FEBRUARI 199 14 150 17
MARET 93 14 152 18
APRIL 142 11 207 7
MEI 174 15 155 21
JUNI 324 19 302 15
JULI 122 9 90 9
AGUSTUS 159 12 176 19
SEPTEMBER 75 19 75 19
OKTOBER 100 8 164 14
NOVMBER 164 10 48 7
DESEMBER 420 18 179 20
JUMLAH 2433 172 1899 179
Rata - rata 202,75 14,33 158,25 14,92
Sumber : Stasiun Geofisika Kelas III Sorong Tahun 2006

2.3. KONDISI GEOLOGI

2.3.1. Morfologi
Daerah penambangan PT.PII memiliki kondisi morfologi yang datar karena
terletak di daerah pantai yang memiliki topografi yang landai. Semakin ke arah
selatan adalah daerah pegunungan yang menjadi daerah lokasi penambangan

2.3.2. Litologi
Litologi yang terdapat pada daerah lokasi perusahaan adalah batuan beku
asam – intermediete yakni batuan andesit. Batuan andesit ini yang merupakan
material yang menjadi objek penambangan perusahaan.

2.4. SEJARAH PERUSAHAAN


Perusahaan Batu Andesit adalah salah satu bahan galian golongan C yang sangat
besar manfaatnya bagi hidup manusia. Disamping mudah diperoleh, kegiatan
penambangannya juga tidak terlalu sulit dan yang membutuhkannya juga cukup
banyak. Sehingga dari hari - kehari kebutuhan dan permintaanpun semakin
meningkat.
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka pada tanggal 24 Juli 2006 Tim
Expedisi kelompok 2 mengadakan survey awal distrik Saoka, Kabupaten Sorong
Propinsi Irian Jaya Barat. Ternyata survey tersebut membawa hasil yang
memuaskan, karena dari data yang diperoleh ternyata jumlah cadangan yang ada
sangat memuaskan dan setelah diperhitungkan secara ekonomis dan teknis ternyata
juga sangat memuaskan. Sehingga untuk menindak lanjuti kegiatan tersebut
dibuatlah suatu perencanaan penambangan batu Andesit tersebut dengan
menggunakan metode tambang terbuka.

2.5 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN


Struktur organisasi perusahaan kami dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.
Struktur Organisasi Perusahaan

BAB III
DASAR TEORI
3.1 PERHITUNGAN CADANGAN

Dalam suatu industri tambang, kita harus mengetahui jumlah cadangan material
yang ada dalam lokasi penambangan kita, agar pada waktu kita menambang kita
dapat memperkirakan target produksi yang diinginkan dan lamanya umur tambang
yang dibutuhkan untuk menghabiskan jumlah cadangan yang ada.
Metode yang digunakan adalah metode “ Cross Section “ ( sayatan ) adalah
metode perhitungan cadangan yang dapat diselesaikan dengan cara membuat profil –
profil pada sayatan topografi untuk mengetahui luasan dari pada “ Overburden “ dan
luasan dari endapan baha galian.
Metode “ Cross Section “ ( sayatan ) banyak diterapkan untuk menhitung endapan
bahan galian yang berbentuk perlapisan ( batubara ). Umumnya endapan ini memiliki
perubahan parameter – parameter ( ketebalan ), luas dan kualitas. Metode ini dapat
berhasil dengan baik jika terdapat kesamaan geologi ditiap block yang ditentukan.
Rumus yang digunakan

LBTA  LBTB
V  xP  A  B 
2

Dimana :
V : Volume ( m3 )
P(A– B ) : Jarak sayatan A – B ( m )
LBTA : Luas endapan bahan galian sayatan A ( m3 )
LBTB : Luas endapan bahan galian sayatan B ( m3 )
Gambar 3.1
Penampang sayatan
Lima sayatan : ( A – A1 ), ( B – B1 ), : ( C – C1 ), ( D – D1 ) dan ( E – E1 )
Untuk menentukan tonase cadangan endapan bahan galian yang akan
dihitung terlebih dahulu harus diketahui berapa berat jenis dari endapan bahan
galian tersebut.
Berat jenis ini dapat diketahui berdasarkan hasil analisa laboratorium.

Berat
Satuan Berat Jenis  BJ  
Volume

Sehingga didapat tonase cadangan dengan rumus sebagai berikut :

T = V x BJ

3.2 PRODUKSI ALAT MEKANIS

Ada beberapa yang mempengaruhiproduksi alat mekanis, yaitu sebagai berikut :


3.1.2 Effisiensi Kerja
Effisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja efektif dengan
waktu kerja yang disefiakan oleh perusahaan. Effisiensi kerja dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
WAKTU KERJA EFEKTIF
EFFISIENSI KERJA  X 100%
JAM KERJA YANG TERSEDIA

Effisiensi kerja alat dapat dihitung dengan menggunakan tabel effisiensi kerja, yang
menjadi ukuran bagi perlatan tambang yang bekerja baik atau tidak :
Tabel 3.1.2
Effisiensi kerja

3.2.2 Kapasitas Blade / Bucket / Munjung

Kapasitas blade dari bulldozer, kapasitas bucket dari wheel loader dan kapasitas
munjung dari dump truck dapat dihitung dengan mengukur panjang, lebar dan
tinggi blade, bucket dan munjung dari alat - alat tersebut.
Tetapi untuk lebih mudahkan perhitungan produksi alat berat, maka kapasitas alat
berat yang digunakan diambil langsung dari spesifikasi alat yang telah tersedia.

3.2.3 Faktor Pengembangan

Pada kondisi normal, material yang terdapat dialam ditemukan dalam keadaan
padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit saja bagian yang
kosong yang terisi oleh udara diantara butir - batir, terlebih bila butir - butir material
sangat halus.
Untuk menghitung factor pengembangan material dipakai rumus sebagai berikut :
Untuk perhitungan perkiraan ( estimasi ) cukup dipakai angka rata - rata saja
( lampiran ... )

3.2.4 Produksi Bulldozer

Untuk menghitung produksi Bulldoser pada waktu mendorong tanah


dengan gerakan yang teratur, misalnya pembuatan jalan tambang, pembabatan
lokasi yang akan ditambang, pengalian selokan, penimbunan kembali, penimbunan
dan lain - lain.
Data - data yang dibutuhkan dalam perhitungan produksi Bulldoser adalah
a. Waktu tetap ( memindah gigi, berhenti )
b. Waktu mendorong muatan
c. Waktu kembali kebelakang
d. Jarak lintasan ( pulang pergi )
e. Kapasitas bilah ( Blade kapacity )
f. Sweel factor
g. Effisiensi kerja
Dari data data diatas, maka produksi boldoser dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

IxH
pE
Ct

Dimana :
P = produksi boldoser (cuyd/jam)
E = efisiensi kerja
I = Sweel factor (factor pengembangan)
H = kapasitas blade
Ct = Cycle time (waktu daur)
Rumus lain yang dapat dipergunakan untuk menghitung produksi boldoser adalah
1. P = PMT x FK
2. PMT = KBxT
3. T = 60 / Ct
4. Ct = J/F + J/F =Z
Dengan rumus rumus diatas dapat disederhanakan menjadi :

KBx 60 xFK
P
J /F  J /RZ

Dimana :
P = produksi boldoser, m3 / jam
PMT = Produksi maksimum teoritis dengan efisiensi 100%, M3/jam
FK = Faktor koreksi
KB = Kapasitas bilah, m3
T = Lintasan /jam
Ct = Waktu daur (cycle time) menit
J = jam kerja, menit
F = kecepatan (forward velocity), M/menit
R = kecepatan mundur (reserve velocity) m/menit
Z = Waktu tetap, menit

Perhitungan produksi boldoser untuk pembabatan (clearing)


Dalam pembabatan, pepohonan yang harus dirobohkan mempunyai
ukuran yang bermacam macam, oleh karena itu untuk memperkirakan waktu yang
diperlukan oleh boldoser untuk merobohkan pepohonan dipergunakan persamaan

T = B+ M1 N1 + M2 N2 + M3 N3 + M4 N4 + DF

Dimana :
T = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan untuk
lapangan kerja seluas area (= 0,047 Km2), menit
B = Waktu untuk menjelajahi lapangan seluas 1 areal tanpa
merobohkan pepohonan, menit
M = Waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki diameter tertentu, menit
N = jumlah pohon tiap area untuk selang (interval) diameter tertentu.
D = Jumlah diameter semua pohon yang mempunyai diameter > 6 ft, tiap acre,
feet.
F = Waktu untuk merobohkan per-ft, diameter pepohonan yang mempunyai
diameter > 6 ft, pada lapangan datar.
3.2.5 Produksi Excavator

Terdapat dua metode untuk melakukan perhitungan produksi terhadap


Backhoe yaitu :
1. Metode table (“Tabular methode”)
2. “ Direct computation methode” ( sama dengan menghitung produksi dump truck
dan boldoser)
Untuk metode table ini cara perhitungannya agak berbeda dengan metode yang
sebelumnya karena harus memakai beberapa table khusus yang dibuat oleh para
pembuat alat tersebut. Table – table tersebut dibuat dengan mengingat adanya factor
– factor yang mempengaruhi produksinya yaitu :
1. macam material yang digali
2. kedalaman penggalian
3. sudut putar
4. kondisi kerja
5. kondisi pengeloloaan
6. ukuran alat angkut
7. pengalaman dan keterampilan operator
8. keadaan fisik alat
9. ketinggian dari permukaan air laut
Dengan memakai daftar – daftar tersebut perhitungan menjadi lebih mudah dan
sederhana, tetapi ketelitiannya kurang.
Produksi alat gali muat
Dimana :
qm x 60 x E
Qm = Qm : Produksi (m³/jam)
Wsm Wsm : waktu siklus alat gali muat (menit)
qm : Produksi satu siklus (m³)
Ki = Ff x Sf qi : kapasitas bucket (m³)
Qm = qi x ki Ki : Faktor bucket (%)
Ff : Faktor pengisian bucket (%)
Sf : Faktor pengembangan (%)
3.2.6 Produksi Dump Truck

Untuk melakukan perhitungan terhadap produksi Dump Truck secara teoritis


diperlukan data dari alat dan keadaan lapangan, Data teknis. meliputi :
1. Kapasitas mujung ( cuyd )
2. berat kosong (lbs)
3. Kekuatan mesin (Hp)
4. Efisiensi mekanis (%)
5. Kecepatan maksimum tiap – tiap gear.
Keadaan lapangan meliputi :
1. Jarak yang ditempuh
2. Lokasi tempat kerja ( dekat atau tidaknya dengan permukaan air laut)
3. “Rolling resistance”
4. “Coeficient Of Traction” (%)
5. “Swell Factor”
6. Bobot isi (lb/cuyd)
Setelah didapatkan data data diatas maka langka selanjutnya adalah melakukan
perhitungan terhadap waktu edar
Waktu edar dari Dump Truck terdiri dari :
1. Waktu tertap
Waktu tetap terdiri dari waktu mengisi, mengosongkan, membnelok dan
waktu unutuk mencapai kecepatan maksimum.
2. Waktu untuk mengangkut muatan
Sebelum dilakukan perhitungan terhadap waktu untuk mengangkut
muatan ,maka harus terlebih dahulu mengetahui data data sebagai berikut :
- berat kendaraan
- berat muatan
- kemampuan roda penggerak dalam menerima RP ( lb )
Waktu untuk mengangkut muatan diperoleh dengan menjumlahkan waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut muatan pada jarak dan kemiringan tertentu dengan
jarak yang sudah diklasifikasikan dalam jalur terlebih dahulu, misal : jalur AB
diketahui mempunyai jarak 1600 ft dengan kemiringan 0%, jalur BC mempunyai
lintasan dengan jarak 1200ft dengan kemiringan -9% (negative karena jalur
turun). Maka tiap tiap jalur jalur tersebut harus dihitung waktu yang dibutuhkan
oleh dump truck untuk dkembali kosong dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

jarak
= kecepa tan maksimumpadatiap  tiapgear

Jadi waktu edar Dump Truck dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Ct = Waktu tetap + Waktu angkut + Waktu kembali kosong
Sedangkan untuk produksi Dump Truck dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

IxH
P  Ex
Ct

Dimana :
P = Produksi Dump Truck (cuyd/jam)
E = efisiensi kerja
I = “Swell factor”
H = Kapasitas bak truck
Ct = Waktu edar

3.2.7 Produksi Whell Loader

Whell loader adalah salah satu alat muat yang kini banyak dipergunakan
karena gerakannya lincah dan gesit. Tetapi bila dipergunakan untuk menangani
daerah berlumpur atau daerah yang berbatu tajam, misalnya dikuari andesit, maka
sebaiknya roda roda karet dilindungi dengan rantai baja ( stell beads)
Sebelum bucket dipergunakan untuk menggali, mengangkat dan
mengangkut kesuatu tempat yang tak jauh atau langsung dimuatkan kealat angkut
yang letaknya sama tinggi dengan tempat whell loader bekerja. Daya jangkau
mangkoknya terbatas artinya tidak terlalu tinggi.
Untuk menggali, maka bucket harus didorong kearah permukaan kerja,
jika bucket telah penuh “primer mover” mundur dan bucket diangkat kesuatu
tempat penimbunan atau dimuatkan keatas alat angkut bila gerakan pemuatan itu
merupakan huruf” V ‘ maka cara pemuatan itu disebut “ V shape loading”. Cara
pemuatan yang lain disebut “Cross loading” yatiu bila gerakan whell loader hanya
maju mundur, sedangkan gerakan trucknya juga maju mundur tetapi memotong
arah gerak whell loader.
Untuk menghitung jumlah produksi whell loader rumus yang digunakan
sama dengan rumus produksi backhoe, hanya dibedakan pada pengambilan data
cycle time. Untuk whell loader pergerakannya adalah menggali, manuver
bermuatan, memuat, manuver kosong.
Produksi alat gali muat
Dimana :
qm x 60 x E
Qm = Qm : Produksi (m³/jam)
Wsm Wsm : waktu siklus alat gali muat (menit)
qm : Produksi satu siklus (m³)
Ki = Ff x Sf qi : kapasitas bucket (m³)
Qm = qi x ki Ki : Faktor bucket (%)
Ff : Faktor pengisian bucket (%)
Sf : Faktor pengembangan (%)

3.2.8 Produksi Crusher


Menurut Taggart bahwa Kapasitas dari suatu Jaw Crusher adalah Produk
hasil pemecahan melalui discharge opening persatuan waktu yang dinyatakan
dalam ton/jam. Leh Taggart kapsitas jaw Crusher dinyatakan dalam suatu
pewrsamaan, sebagai berikut :

T = 0,6 . Lr . SO
Dimana :
T = Kapasitas Jaw Crusher
Lr = Panjang Rreceiving Opening
SO = Open Setting

3.2.9 Produksi Peledakan


Rencana produksi dapat dicari setelah geometri peledakan dan pola
peledakan yang dipakai ditentukan terlebih dahulu karena akan mempengaruhi
besarnya produksi yang akan dihasilkan.
Produksi peledakan dapat dihitung dengan menggunakana rumus :
P=BxSxLxNxρ

di mana, P = Produksi peledakan


B = Burden
S = Spacing
L = Tinggi jenjang
N = Jumlah lubang ledak
ρ = Density batuan

3.3 KESELARASAN ALAT MEKANIS

Untuk menyatakan keserasian “ synchronization “ kerja antara alat muat dengan


alat angkut dapat dilakukan penilaian terhadap factor keserasian ( Match Factor ),
yaitu sebagai berikut :
Na x Ctm
Faktor Keserasian Alat ( Match Factor ) 
Nm x Cta

Dimana :
Na : Jumlah alat angkut yang dibuat ( Buah )
Nm : Jumlah alat muat, ( Buah )
Ctm : Waktu edar alat muat, ( Menit )
Cta : waktu edar alat angkut, ( Menit )
Bila dari hasil perhitungan ternyata :
a. Faktor keserasian < 1, maka alat muat akan sering menganggur.
b. Factor keserasian > 1, maka alat angkut akan sering menganggur.
c. Faktor keserasian = 1, maka alat angkut dan alat muat sama – sama sibuk ( sudah
serasi ) dan tidak ada yang menunggu.

3.4 KEMANTAPAN LERENG DAN DESAIN JENJANG


3.4.1. Kemantapan lereng
Untuk menghitung kemantapan lereng suatu limit equilibirium method
atau cara keseimbangan batas yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan
yang ada , yang mana nantinya akan dapat perbandingan faktor keamanannya
(FK).
Metode analisa kemantapan lereng secara garis besar dapat dibagi dalam
tiga kelompok,yaitu :
1.Pengamatan Visual
2.Cara komputasi/ analitis
3.Cara Grafik
Pada perencanaan tambang ini , analisa kemantapan lereng yang
dipergunakan adalah cara Grafik dengan metode Hoek and Bray.
Stability cahrt Hoek & Bray adalah analisa kemantapan lereng secara grafik
yang di kemukakan oleh Prof Hock & Bray dengan membuat suatu
perbandingan secara grafis setelah di lakukan analisa yang berulang – ulang
dengan mnggunakan parameter yang perlukan, secara , cara ini banyak simple
dan dapat dipakai menganalisa kemantapan lereng dengan cepat.
Metode Hoek & Bray dapat digunakan untuk mengalisa kemantapan lereng
yang tersusun oleh material yang berupa bantun sedangkan kelongsoran berupa
lingkaran atau circulary failure dan plane failure.
Cara menggunakan grafik metode Hoek & Bray pada kelongsoran pada
lingkaran adalah sebagai berikut
1. Pilihlah dan tentukan satu dari lima grafik yang paling yang paling
dekat dengan kondisi air tanah dari lereng yang akan di analisa.
( lihat gambar 2 )
hitung harga

C
L1 = ………
y. H . Tan

Dimana :
C =Kohesi, Ton/m3
(diketahui = 2 Ton/m3 )
 = Sudut Geser dalam , (di ketahui =15)
H = Tinggi lereng ( m )
y= Berat isi, kg/m2 (di ketahui =1,5 kg/m2
2. Tarik garis kedudukan harga ( 2 ) pada lingkaran dengan titik 0.
3. Prhatikan perpotongan dengan tinggi lereng dengan tinggi lereng yang di
cari.
Dengan harga :

Tg 
L2 = …

Fk

Dimana :
C = Kohesi, Ton/m (di ketahui = 2 Ton/m )
 = Sudut Geser dalam,  (diketahui = 15 )
y = Berat isi kg/m ( diketahui =1,5 kg/m )
FK = Faktor Keamanan.
5. Hitung tinggi lereng dengan faktor keamanan (1,25) berdasarkan grafik
yang sesuai dengan muka air tanah yang ada.

C
L3 = …
Y x H x Fk

Dimana :
C = Kohesi Fk = Faktor keamanan
 = Sudut geser dalam
Y = Berat isi
H = tinggi lereng
3.4.2. Dimensi Jenjang
Dimensi jenjang dilakukan agar mengetahui lebar dari masing-masing
dari
alat yang dipergunakan pada penambangan, serta panjang dan tinggi.
Pada perhitungan dimensi jenjang ini, kami membuat menurut “Head
Quarter Departement Of ARMY (USA)”
Rumus :

Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb

Dimana :
Wmin = lebar bench minimum
Y = lebar bench yang dibor
Wt = lebar dari alat angkut
Ls = panjang power shovel (tanpa boom)
G = “floor cutting radius” dari power shovel
Wb = lebar material hasil peledakan (dianggap sama dengan ½ )
3.5 JALAN TAMBANG
3.5.1 Lebar Jalan Tambang
a. Lebar pada jalan lurus

L = n . Wt + (n + 1) (1/2 . Wt), m

Dimana :
L = lebar jalan angkut minimum, m
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (total),m
Gambar 3.5.1.a
Penentuan Lebar Jalan Pada Jalur Lurus

b. Lebar pada jalan tikungan

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C

C = Z = ½ (U + Fa + Fb)

Dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan, m
n = jumlah jalur
U = jarak jejak roda kendaraan, m
Fa = lebar juntai depan,m
Fb = lebar juntai belakang,m
Ad = jarak as roda depan dengan bagian depan “truck”, m
Ab = jarak as roda depan dengan bagian belakang “truck”, m
 = sudut penyimpangan roda depan
C = jarak antara dua “truck” yang akan bersimpangan, m
Z = jarak sisi luar “truck” ke tepi jalan, m
Gambar 9
Penentuan Lebar Jalan pada belokan

3.G.2 Kemiringan Jalan

N sin  = (m . V2) : R

Karena tidak dipercepat vertical maka N cos  = w, sehingga dari kedua


persamaan tersebut besarnya super elevasi adalah :

Tan  = V2 : (R . g 0, m/m atau mm/m

Dimana :
V = kecepatan rencana km/jam
R = radius tikungan, m
G = gravitasi bumi, 9,8 m/det2

Sehingga dengan mendasarkan rumus tersebut maka untuk


menghindari terjadinya slip, pada tikungan dibuat super elevasi sebesar 0,20
m/m atau 20 mm/m.

3.5.3 Kemiringan Jalan Angkut


Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan (α) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter
atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft. (lihat
lampiran)
Kemiringan (Grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Δh
Grade (α) =
ΔX
Dimana :
Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur
ΔX = Jarak datar antara dua titik yang diukur

3.5.4 PERKERASAN JALAN


Rumus :

Po (1  0.7 log   N / 365 Pa


he = 20 - 17,8
CBR  a

Dimana : no = δ.η.n
h = Tebal equvalen perkerasan (m)
Po = Standar tekanan gandar tunggal atau kelas jalan

 = Faktor keadaan drainase setempat


 = Faktor curah hujan setempat
CBR = California Bearing Ratio
Ta = Tekanan angina dalam ban karet dari roda tersebut
n = lalu lintas ekivalen yang direncanakan
no = lalu lintas ekivalen yang diperhitungkan ( L.E.R)

3.6 PENIRISAN TAMBANG


Penirisan adalah suatu cara untuk mengeringkan atau mengeluarkan air yang
terdapat atau menggenangi suatu daerah tertentu. Sedangkan penirisan tambang
adalah upaya mencegah atau mengeluarkan air yang menggenangi daerah
tambang yang mengganggu aktifitas penambangan. System penirisan sangat
diperlukan untuk mencegah hambatan yang mungkin terjadi pada saat beroperasi /
produksi, misalnya pada waktu hujan akan berpengaruh pada jalan tambang dan
lokasi penambangan dimana jalan akan menjadi licin.

Secara garis besar penanganan sistem penirisan dalam suatu tambang dapat
dilakukan dengan cara :

1. Mine Drainage.
Merupakan upaya untuk mencegah masuk dan mengalirnya air ke lokasi
penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan
air yang berasal dari sumber air permukaan.

2. Mine Dewatering.
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke tempat
penggalian, terutama penanganan air hujan.

Hujan, jika tidak ditampung vegetasi atau oleh permukaan buatan


seperti saluran atau drainage, jatuh dipermukaan dan akan menguap,
tersimpan dalam penyimpanan air yang terletak ditempat-tempat rendah dan
menguap. Dan dengan hukum gravitasi akan mengalir melintasi permukaan
dan aliran-aliran tersebut akan mengalir dan bersatu mengikuti alurnya
menuju laut. Bila hujan sangat lebat maka saluran-saluran akan penuh dan
meluap tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi aktifitas manusia.
Untuk itu wajarlah bagi kita untuk mempertimbangkan bagaimana
sifat suatu daerah aliran (catchment area) besaran dan kuantitas debit dari
daerah aliran tersebut.
Ada beberapa sifat daerah aliran yang mempengaharui limpasan dan
setiap sifat tersebut berpengaruh besar ataupun kecil, yaitu :
1. Luas Daerah Aliran.
Legih air topografis (Topographic Water-Devide) gambar F.1
menunjukan potongan melintang terjadinya legih topografis air dari
suatu daerah aliran. Disebabkan oleh keadaan Geologi bagian bawahnya,
mungkin saja air dari suatu daerah aliran mengalir melewati legih air dan
mengalir mengairi daerah aliran disebelahnya. Batas sesungguhnya dari
suatu daerah aliran tidak dapat ditentukan, sebab sebagian dari tingginya
tidak sama.
Pada gambar 4.3 Kondisi air akan terbagi disebelah kiri legih
(topography devide) dapat mengalir ke daerah aliran B, limpasan
permukaan akan tetap mengalir didalam aliran A. Kapasitas penyerapan
tanah dari intensitas curah hujan akan mempengaharui curah hujan yang
diterima masing -masing daerah aliran.

Hujan
Lebih air

LimpasanPermukaan B

Daerah Aliran B
Daerah Aliran A

Gambar 3.6
Topographic Water Devide.

3.7 PERENCANAAN EKONOMIS


3.7.1 Evaluasi Ekonomi
3.7.1.1 Metode Analisa Investasi
Prosedur umum untuk melakukan evaluasi atas peluang investasi adalah
dengan membandingkan antara manfaat dari peluang investasi dengan biaya
yang terkait. Keputusan untuk melakukan investasi diambil bila manfaat lebih
besar dari biaya yang timbul.

Analisi investasi dalam pengembangan mineral dimulai dengan


memperkirakan besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan
eksplorasi, pengembangan, operasi, pajak dan aktivitas lainnya, serta jumlah
pendapatan yang akan diterima dari produksi mineral. Jumlah penerimaan dan
pengeluaran setiap tahun sepoanjang umur proyek disebut aliran kas. Terhadap
aliran kas ini haruslah dilakukan penyesuaian berdasarkan adanya pengertian
nilai uang berdasarkan waktu (time value of money), sehingga perlu
memasukkan tingkat bunga dalam perhitungan nilai sekarang dari aliran dana
sebuah proyek mineral.
Pengertian tingkat bunga dapat dipandang dalam dua cara,
yaitu :
1. Sebagai biaya modal (cost of capital) sehubungan meminjam uang (dana)
dari luar perusahaan. Disini perusahaan harus membayar bunga dengan
tingkat bunga sebesar presentase yang ditetapkan.
2. Sebagai biaya peluang (opportunity cost) dari penggunaan dana sendiri.
Disini perusahaan memiliki berbagai peluang untuk menggunakan sumber
dananya.

3.7.1.2 Metode Net Value


Dalam metode ini, aliran kas diubah menjadi bentuk yang setara dengan nilai
sekarang, berdasarkan tingkat bunga minimum yang diinginkan. Bila nilai
sekarang dari aliran kas adalah sama atau lebih besar dari nol, maka alternatif
dapat dipertimbangkan.

a. Net Present Value (NPV)


PW Revenues atau savings @I*- PW Costs @I*
b. Net Annual Value (NAV)
EA Revenues atau savings @I*- PW Costs @I*
c. Net Future Value (NFV)
FW Revenues atau savings @I*- PW Costs @I*

Net Value positif menunjukkan investasi relatif memuaskan dibandingkan


investasi dengan i* (minimum ROR).

3.7.1.3 Metode Tingkat Pengembalian modal (Rate of Return Method)


Analisis ekonomi dengan metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa
hasil kotor (Gross Income) dari suatu perusahaan biasanya digunakan untuk dua
tujuan, yakni untuk membayar semua biaya dan membayar suatu tingkat
pengembalian modal (Rate of Return – ROR).
Jadi ROR dapat dikatakan sebagai tingkat bunga yang menjadikan
pembayaran setara dengan penerimaan, berdasarkan satu titik waktu tertentu
(sekarang, tahunan, masa mendatang). Bila ROR lebih besar atau sama dengan
bunga minimum, maka proyek layak dipertimbangkan.
a. Present Worth (PW) equation
PW cost = PW income + salvage value
b. Annual Worth (AW) equation
AW cost = AW income + salvage value
c. Future Worth (FW) equation
FW cost = FW income + salvage value

3.I.1.4 Metode Payback Period


Metode ini sering pula disebut metode payout period (metode masa
pelunasan). Payback period diartikan sebagai periode waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan modal, dihitung sejak modal tersebut ditanam.

CF1 + CF2 + …. + Cn = Cost


Dimana :
1…..n = Periode
berbeda dengan metode lainnya, metode ini tidak
mempertimbangkan aliran kas setelah periode pengembalian modal
dan juga mengabaikan nilai uang terhadap waktu. Metode ini lebih
terkait dengan pertimbangan terhadap adanya resiko dari proyek
mineral.
Metode masa pelunasan ini mengabaikan nilai uang terhadap
waktu karena tidak memperhitungkan faktor bunga. Metode ini
digunakan untuk mengetahui berapa lama modal akan kembali,
dimana biasanya dilakukan dilakukan oleh perusahaan yang
memiliki modal terbatas, sehingga perlu mengetahui kapan
modalnya terbayar lunas. Masa pelunasan perlu diketahui, bila
perusahaan memandang perlu untuk mengetahui hal ini dalam
kaitannya dengan faktor keamanan.

3.I.1.5 Metode Analisis Resiko

Prosedur yang umum digunakan untuk melakukan evaluasi suatu proyek


investasi adalah membandingkan antara manfaat dari suatu proyek tertentu
dengan biaya atau ongkos yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Bila
manfaat lebih besar dari biaya yang diperlukan, maka investasi dapat
dipertimbangkan. Dalam melakukan evaluasi tersebut faktor resiko termasuk
juga dipertimbangkan.

Umumnya metode yang dipergunakan untuk melakukan evaluasi adalah


metode nilai sekarang bersih (NPV). Metode yang banyak digunakan adalah
metode analisis resiko.
Analisis ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh kemampulabaan
penanaman modal terpengaruh oleh adanya variasi dalam parameter yang
berpengaruh terhadap kemampulabaan secara keseluruhan.
Dalam kasus dimana kriteria ekonomi yang dipergunakan untuk
mengukur kemampulabaan adalah tingkat pengembaluan modal (Rate of
return), maka analisis resiko melakukan penilaian atas tingkat pengembalian
modal pada berbagai kondisi (perubahan dari parameter-parameternya),
misalnya modal awal, keuntungan pertahun, umur proyek dan nilai sisa.
Disini akan dapat terlihat peka atau tidaknya keputusan yang diambil
terhadap adanya perubahan parameter-parameter tertentu. Bila nilai parameter
tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat
terhadap kelayakan proyek, maka dikatakan bahwa kelayakan proyek tidak
peka terhadap parameter yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan
kecil saja sudah berpengaruh terhadap kelayakan proyek, maka kelayakan
proyek peka terhadap parameter yang dimaksud.
Analisis resiko ini menggunakan pendekatan ceteris paribus (apabila hal-
hal lain sama), uakni menganggap perubahan hanya
terjadi pada satu variabel, sedang variabel-variabel lain dianggap sama
atau tetap. Dalam kenayataannya, kegiatann tambang akan berubah sepanjang
waktu, menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi karena faktor atau
lingkungan eksternal.
Dalam melakukan analisis resiko, kisaran perubahan dari masing-masing
parameter berdasarkan pada nilai paling optimistik dan nilai paling pesimistik.

Dasar pendekatan seperti ini akan mempermudah membuat keputusan,


karena :

a. Bila suatu proyek tetap layak pada nilai parameter pesimistik, maka dari
pandangan ekonomi proyek tersebut dapat dipertimbangkan.
b. Bila suatu proyek tetap tidak layak pada nilai parameter optimistik, maka
dari pandangan ekonomi proyek tersebut haruslah ditolak.
c. Bila suatu proyek layak pada nilai parameter optimistik, namun tidak layak
pada nilai parameter pesmistik, maka diperlukan kajian lebih lanjut tentang
proyeknya sendiri maupun resikonya.

Anda mungkin juga menyukai