.(1.1)
= Jumlah lajur
Fa
Fb
R =
(1.4)
Dimana :
R = Jari-jari tikungan
W = Jarak poros roda depan sampai belakang
= Sudut penyimpangan roda depan
Superelevasi merupakan kemiringan melintang jalan pada tikungan, ini merupakan
hal yang sangat penting. Dengan adanya superelevasi maka alat angkut dapat
memepertahannkan kecepatan pada saat melewati tikungan. Superelevasi maksimum yang
dapat dipergunakan pada suatu jalan dibatasi oleh beberapa keadaan, seperti keadaan cuaca,
keadaan medan, keadaan lingkungan dan komposisi jensi kendaraan. Rumus-rumus umum
untuk superelevasi adalah :
v2
127 R
e+f=
(1.5)
Dimana :
e = Superelevasi maksimum pada tikungan jalan (m/m)
f = Koefisien gesekan samping maksimum (Tabel 1.1)
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Radius lengkung minimum tikungan (m)
Tabel 1.1 Rekomendasi AASHTO Koefisien Gesekan Samping (Oglesby,1990)
Kecepatan rencana (mph)
20
30
40
50
60
70
80
32
48
64
80
97
113
129
0,17
0,16
0,15
0,14
0,12
0,10
0,08
Koefisien
1.3 Kemiringan Jalan (Grade)
Grade adalah tanjakan dari jalan, kelandaian atau kecuramannya sangat mempengaruhi
produksi (output) alat angkut, sebab adanya kemiringan jalan (grade) menimbulkan tahanan
tanjakan (grade resistance) yang harus diatasi oleh mesin alat angkut. Pengaruh kemiringan
terhadap grade resistance adalah naik untuk kemiringan positif dan menurun untuk
kemiringan negatif (Indonesianto, 2013).
Grade jalan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Grade satu persen adalah
kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun satu meter atau satu feet secara vertikal
dalam jarak horizontal 100 meter atau 100 feet. Grade dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut (Prodjosumarto, 2000) :
Grade ( ) =
h
100 (1.6)
x
Keterangan :
h
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b) dan horizontal (a)
dengan satuan mm/m atau m/m (lihat rumus 22). Jalan angkut yang baik memiliki cross
slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m.
2. Tahanan Gulir (Rolling Resistence)
Tahanan gulir didefiniskan sebagai jumlah segala gaya-gaya luar yang bekerja yang
berlawanan dengan arah gerak kendaraan, yang bekerja diatas permukaan jalan atau
permukaan tanah (Rochmanhadi, 1992). Pada kecepatan rendah, tahanan gulir merupakan
gaya utama yang menghambat gerak kendaraan, sedangkan pada kecepatan tinggi terdapat
gaya-gaya lain yang menghambat gerak kendaraan selain tahanan gulir seperti tahanan
aerodinamis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai dari tahanan gulir , faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut (Wood, 1995) :
1.
Berat muatan, semakin besar berat muatan akan memberikan nilai tahanan
2.
3.
Keadaan jalan, semakin keras dan rata jalan maka semakin kecil tahanan
gulirnya.
4.
Tipe permukaan jalan, Lanau (silt), lempung (clay) dan pasir (sand) akan
5.
Tabel 2.1 Angka rata-rata tahanan gulir untuk berbagai kondisi jalur jalan (H. L. Nichols,
1976)
Macam Jalan
(lb/ton)
40
65
100
maintenance
Dirt road, soft or rutted
Deep, muddy surface, or loose sand
150
250-400
Tabel 2.2 Nilai Rolling Resistence dalam persen (Specifications and Application Handbook
Edition 30 Komatsu, 2009)
Haul Road Conditions
Well-maintained road, surface is flat and firm, properly
wetted, and does not sink under weight
of vehicle
Same road conditions as above, but surface sinks
Rolling Resistence
2%
3,5%
5,0%
vehicle
Badly maintained, road base not compacted or
8,0%
10.0%
15 to 20%
3. Koefisien Traksi
Traksi adalah daya cengkreraman antara roda dengan permukaan jalan pada waktu
kendaraan bergerak. Cengkeraman inilah yang memungkinkan roda dapat bergerak melewati
permukaan jalan sehingga tidak terjadi slip. Jadi, cengkraman akan membatasi tenaga yang
dapat digunakan.
Berapapun beratnya tenaga yang tersedia untuk menggerakan alat, tetapi bila
cengkeraman atau traksi kurang mencukupi, maka alat tidak akan dapat bergerak berpindah
tempat. Ketiadaan traksi antara roda dan permukaan jalan dapat dilihat pada saat alat dalam
keadaan slip. Meskipun roda berputar (menandakan tenaga tersedia cukup) namun alat masih
tidak dapat berpindah tempat (diam). Oleh karena itu traksi atau daya cengkeraman ini perlu
ditentukan terlebih dahulu sebelum membuat perhitungan produksi kerja.
Jalan angkut biasanya terdiri dari berbagai jenis lapisan permukaan seperti : tanah,
pasir, batu, beton dan lainnya. Setiap jenis permukaan akan mempunyai daya cengkeraman
berbeda. Misalnya permukaan jalan pasir yang tidak dipadatkan akan mempunyai daya
cengkeraman lebih rendah dibandingkan dengan permukaan jalan beton yang agak kesat.
Sehingga slip akan lebih cepat terjadi pada jalan pasir yang tidak dipadatkan tadi. Sedangkan
pada jalan beton dengan berat sama alat akan melaju dngan lancar tanpa terjadi slip. Kejadian
semacam ini adalah akibat angka faktor traksi permukaan jalan pasir lebih kecil dibandingkan
dengan jalan beton.
Begitu juga permukaan jalan tanah yang becek dan licin, dibandingkan dengan
permukaan jalan tanah yang kering dan keras akan memberikan daya cengkeraman yang
berbeda. Dimana roda akan lebih cepat slip di permukaaan jalan becek dan licin
dibandingkan dengan jalan tanah yang agak kering dan keras.
Koefisien traksi adalah perbandingan beratnya tenaga yang dapat dikerahkan pada roda
penggerak dengan beban yang bekerja pada roda penggerak dengan beban yang bekerja pada
roda tersebut sebelum terjadi slip. Beratnya tenaga yang dimaksudkan di atas adalah tenaga
tarik maksimal yang digunakan sebelum terjadi slip.
Berikut ini diberikan angka-angka faktor koefisien traksi beberapa jenis permukaan
jalan yang sering digunakan dalam perhitungan-perhitungan produksi.
Jenis Roda
Ban Karet
Rantai (Track)
0,9
0,45
0,55
0,9
0,45
0,7
0,4
0,7
Pasir kering
0,2
0,3
Pasir basah
0,4
0,5
Penambangan batu
0,65
0,55
0,36
0,5
Tanah padat
0,55
0,9
Tanah gembur
0,45
0,6
Batubara timbunan
0,45
0,6
4. Rimpull
Rimpull (RP) adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan mesin
atau suatu alat pada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan
jalur jalan. Bila CT cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka RP maksimum
adalah fungsi dari horse power (daya) dan transmisi (gear ratio) antara mesin dan rodarodanya. Tetapi jika selip, maka RP maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda
penggerak dikalikan CT. Besarnya harga RP dapat dihitung dengan rumus :
Rimpull = HP kendaraan 375 Effisiensi Mekanis (%)
Kecepatan (mph)
Apabila RP tiap segmen jalan angkut diketahui, maka waktu tempuh alat angkut dapat
dihitung dengan rumus :
T (menit) =
Jarak (feet)
Kecepatan (mph) 88
subbase,
Namun, pada kenyataan di lapangan konstruksi jalan tambang hanya terdiri dari
material subgrade atau lapisan tanah dasar yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan
compactor. Kekuatan jalan angkut terhadap alat mekanis yang melaluinya ditentukan oleh
daya dukung jalan dan beban kendaraan terhadap permukaan jalan. Kekuatan jalan angkut
dapat diupayakan agar mampu mengatasi beban kendaraan dengan cara perkerasan.
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Secara keseluruhan harus mampu untuk menahan berat kendaraan dan muatan yang
melaluinya.
2. Permukaan jalan harus dapat menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air dan hujan.
Bila syarat pertama tidak terpenuhi, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan
dan pergeseran baik pada permukaan maupun tanah dasarnya. Hal ini akan menyebabkan
jalan menjadi bergelombang atau berlubang. Sedangkan bila syarat kedua tidak terpenuhi
maka permukaan jalan akan mengalami kerusakan akibat adanya lubang-lubang.
Untuk dapat mengetahui kemampuan atau kekuatan jalan angkut terhadap berat beban
kendaraan dan muatan yang melaluinya perlu diketahui daya dukung material dan beban
kendaraan yang akan diteruskan roda terhadap permukaan jalan angkut.
5.1 Daya dukung material
Untuk mengetahui macam pengeras jalan angkut terhadap beban kendaraan yang akan
melaluinya perlu diketahui daya dukung material terhadap beban kendaraan pada permukaan
jalan angkut. Besarnya daya dukung dari bermacam-macam material dapat dilihat pada tabel
5.1.
Tabel 5.1 Daya Dukung Material
Material
Hard, sound rock
Medium hard rock
Hard pan Overlying rock
Compact gravel and boulder-gravel formation;very compact sandy gravel
Soft rock
Loose gravel and sandy gravel; compact sand and gravelly sand;very compact-inorganic
silt soil
Hard dry consolidated clay
Loose coarse to medium sand;medium compact fine sand
Compact sand-clay soils
Loose find sand; medium compact sand- inorganic silt soils
Firm or siff clay
Loose saturated sand cly soils, medium soft clay
Kaufman, W. Walter, Design of Surface Mine Haulage Road Manual, 1977
1,000
psf
120
80
24
20
16
12
10
8
6
4
3
2
Distribusi beban pada roda dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jumlah ban,
ukuran ban, tekanan ban serta berat total kendaraan. Beban pada roda untuk setiap kendaraan
dapat diketahui berdasarkan spesifikasi dari pabrik pembuatnya.
Sedangkan untuk menghitung luas bidang kontak (contact area) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
0,9 x Berat pembebanan pada roda (lb )
Tekanan dalam ban ( psi )
9)
Setelah luas bidang kontak (contact area) antara roda kendaraan dengan permukaan
jalan diketahui, maka besarnya beban dari kendaraan yang diterima oleh permukaan jalan
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
9)
Dalam setiap perhitungan, beban pada roda yang terbesar yang digunakan sebagai dasar
penentuan kesesuaian daya dukung tanah dengan beban yang melintas di atasnya, karena jika
tanah dasar sudah mampu mendukung beban pada roda yang terbesar maka beban pada roda
yang lebih kecil tidak perlu diperhitungkan lagi.