Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA I

PERALATAN DAN METODE UNTUK MENENTUKAN


PANJANG JALAN, LUAS AREAL, DAN KELERENGAN
KAWASAN HUTAN

Oleh:
Nama : Nanda Mustika Nurbaiti
NIM : 20/457040/SV/17487
Co Ass : Siti Aminah
Kelompok : 3
Kelas :A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA I

PERALATAN DAN METODE UNTUK MENENTUKAN PANJANG


JALAN, LUAS AREAL, DAN KELERENGAN KAWASAN HUTAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari cara-cara penggunaan alat ukur panjang yaitu curvimeter.
2. Dapat menggunakan curvimeter dengan benar
3. Dapat mengetahui metode pengukuran kelerengan.
4. Mampu menghitung kelerengan suatu areal hutan.
5. Memperkenalkan alat-alat ukur yang lazim digunakan.
6. Dapat mengetahui metode dan jenis pengukuran luas.
7. Dapat menghitung luas areal dengan berbagai metode.

II. DASAR TEORI


Membangun jaringan jalan merupakan pusat kegiatan pengumpulan hasil
hutan. Perencanaan jalan yang baik membantu menghemat tenaga kerja,
transportasi dan biaya material (Dulsalam & Thaib, 1990). Dalam kegiatan
pemanenan hutan dibutuhkan jalan hutan untuk membantu mendukung
pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan. Jalan hutan adalah jalan
transportasi yang diperlukan untuk mengangkut hasil hutan ke tempat
pengumpulan hasil hutan (TPk/TPn) dan tempat pengelolaan hasil hutan.
Perencanaan jaringan jalan hutan merupakan salah satu poin terpenting
dalam kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH). Ini jelas karena
kegiatan tersebut pada dasarnya mengangkut kayu dari hutan dan
membangun sarana dan prasarana untuk penggunaan lebih lanjut di luar
lokasi. (Kehutanan, 2010).
Umumnya jaringan jalan hutan yang efisien diklasifikasikan
menjadi 4 jenis jalan yaitu: jalan utama, jalan cabang, jalan ranting dan
jalan sarad. Sedangkan berdasarkan fungsi dan standar teknis jalan hutan
diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu: jalan koridor, jalan utama, jalan
cabang, jalan ranting dan jalan sarad (Elias, 2008 dalam Junaedi, dkk.
2021). Pola jaringan dan lokasi jalan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti topografi, geologi, tanah, sistem penyaradan dan pengangkutan.
Akibat pengaruh faktor tersebut maka tata letak pola jaringan jalan terpaksa
menyimpang dari keadaan ideal sehingga mempengaruhi tingkat kerapatan
jalan dan persen (%) pembukaan wilayah hutan. Kelerengan topografi
merupakan faktor yang penting di dalam pembangunan jalan dan kegiatan
penebangan (Ruslim, 1995). Hal ini dikarenakan dampak yang signifikan
yang diberikan kelerengan topografi terhadap produktivitas transportasi.
Perbedaan kemiringan 5% membuat perbedaan besar dalam produktivitas
transportasi (Sutopo & Suparto, 1988).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat tulis 5. Kertas transparansi
2. Dot grid 6. Laptop
3. Kalkulator 7. Penggaris
4. Kertas milimeter 8. Peta kerja

IV. CARA KERJA

Peta yang Peta pada kertas Panjang jalan


diberikan diamati. kalkir dijiplak (benang &
sebanyak 4 kali curvimeter) dan
lalu ditempel di luas dihitung
kertas milimeter dengan metode
blok. grafis (transek,
kisi, dot grid).

Transek Kisi Dot Grid

Menghitung dengan Menghitung dengan Menghitung dengan


rumus: rumus: rumus:
𝐴.𝑡 𝑑𝑜𝑡𝑔𝑟𝑖𝑑
L= dengan L = [f.%]l.MRS2 L= l.MRS2
𝑇 4
dengan dengan
A = p.l ; T = n.p
MRS = skala peta MRS = skala peta
Peta kontur dibuat Dalam garis kisi Data jumlah garis 1
garis kisi tersebut dibuat cm pada tiap kisi
berukuran 2  2 cm garis sepanjang 1 dimasukkan ke
cm. dalam excel untuk
dihitung
kelerengannnya.

Rumus gradien (°) Rumus gradien (%) Rumus VI


180 𝑉𝐼 𝑆
= tan   gradien (%)  =  100% = 2000
𝜋 𝐻𝐸(𝐿𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛)

Laporan praktikum
dibuat berdasarkan
data-data yang
sudah diperoleh.

Uraian:
Peta yang digunakan adalah peta Bagian Hutan (BH) Getas, Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Ngawi. Petak yang dijiplak praktikan yakni petak
128. Petak dijiplak sebanyak 4 kali untuk alat bantu perhitungan panjang,
perhitungan luas dengan metode transek, kisi, dan dot grid. Perhitungan
panjang dilakukan dengan 2 alat yakni curvimeter dan benang. Perhitungan
dengan curvimeter dilakukan dengan menaruh alat ditaruh secara tepat
tegak lurus (vertikal) pada peta, dan rute atau jalan yang ingin diukur diikuti.
Jarak yang sudah didapatkan dibaca dengan angka yang didapat merupakan
jarak lapangan. Perhitungan jarak dengan benang dilakukan dengan
mengukur panjang benang yang sudah mengikuti jalan pada petak. Angka
yang didapat perlu dikalikan lagi dengan skala untuk mendapatkan jarak
sebenarnya. Selanjutnya menghitung luas dengan metode grafis. Pada
metode transek, peta petak dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan ukurannya pada sumbu X. Pembagian tersebut dilakukan dengan
memberikan garis vertikal berjarak 1 cm yang tegak lurus dengan sumbu X.
Jumlah garis tersebut dihitung untuk dimasukkan dalam rumus. Setelah itu,
bagian terluar petak pada sumbu X dan Y diamati untuk mengetahui panjang
dan lebar petak yang lalu dihitung dengan memasukkan rumus. Pada metode
kisi, masing-masing kotak kisi berukuran 1  1 cm diberi warna yang
berbeda sebagai tanda untuk menggambarkan keutuhan kotak tersebut.
Pembagian presentasenya yakni 100%, 75%, 50%, dan 25%. Pada metode
dot grid tanda bulatan pada tiap sudut kotak kisi berukuran 1  1 cm dihitung
jumlahnya lalu dikalikan dengan skala dan dibagi dengan 4 untuk
mengetahui luas sebenarnya. Selanjutnya membuat kisi pada peta topografi
dengan ukuran 2  2 cm. Pada masing-masing kisi dibuat garis sepanjang 1
cm dengan memotong garis kontur. Data-data yang digunakan untuk
menghitung kelerengan diantaranya skala, jarak peta, jarak lapangan,
Vertical Interval (VI), dan jumlah kontur dalam garis 1 cm.
e. Pengukuran kelerengan
Tabel 1.1 Pengukuran Kelerengan
He
He Peta Jumlah Gradien Gradien
Kisi Lapangan VI di Peta VI (m)
(cm) Kontur (%) (°)
(m)
LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Jurnal Yang Digunakan


Lampiran 1.3 Jurnal Yang Digunakan

Lampiran 1.4 Jurnal Yang Digunakan

Lampiran 1.2 Buku Yang Digunakan

Lampiran 1.5 Jurnal Yang Digunakan

Anda mungkin juga menyukai