Disusun oleh :
Nama : Prasetyo Utomo
NIM : 21/474430/KT/09483
Co-Ass : Gery Novrian
Kelompok : Ulin
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini adalah :
1. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur kayu
2. Mengukur diameter pohon atau poles yang telah ditentukan dengan
menggunakan beberapa jenis alat ukur dan membandingkan
hasilnya
3. Menaksir tinggi pohon atau poles dengan beberapa alat ukur tinggi
dan membandingkankan hasilnya
1. Data primer
2. Tabel statistika (Tabel F)
Keterangan :
B. HASIL PERHITUNGAN
1. Penaksiran Tinggi Pohon
a. Hagameter
Rumus Tinggi = Tinggi = Skala atas - Skala bawah
- Pohon 4 = 27 (Atas) – (-1) (Bawah)
= 28 m
b. Christen Hypsometer
c. Spiegel Relaskop
% 𝐴𝑡𝑎𝑠−% 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ
Rumus 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 𝑥 𝐽𝐷 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟)
100
65−8
- Pohon 1 = 𝑥 15
100
= 8.55 m
130−20
- Pohon 2 = 𝑥 15
100
= 16.5 m
85−7
- Pohon 3 = 𝑥 15
100
= 11.7 m
d. Klinometer
% 𝐴𝑡𝑎𝑠−% 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ
Rumus 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 𝑥 𝐽𝐷 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟)
100
60−(−29)
- Pohon 1 = 𝑥 15
100
= 13.35 m
45−(−24)
- Pohon 2 = 𝑥 15
100
= 10.35 m
60−(−31)
- Pohon 3 = 𝑥 15
100
= 13.65 m
= 19.5 cm
23.5+24
- Pohon 2 = 2
= 23.75 cm
24.50+24
- Pohon 3 = 2
= 24.25 cm
c. Spiegel
Rumus 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑈 𝑥 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑟 𝑥 2
- Pohon 1 = 0.75 x 20 x 2
= 30 cm
- Pohon 2 = 0.75 x 20 x 2
= 30 cm
- Pohon 3 = 0.75 x 20 x 2
= 30 cm
d. Pita meter
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
Rumus 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = phi
65
- Pohon 1 =
3,14
= 20.7 cm
77
- Pohon 2 = 3,14
= 24.5 cm
77
- Pohon 3 = 3,14
= 24.5 cm
4. Hasil Pengukuran Diameter Pohon
Digunakan contoh penghitungan dengan pohon 1
a. Diameter tape (Phiband)
D = 20 cm
D2 = 400 cm
b. Kaliper
D = 19.5 cm
D2 = 380.25 cm
c. Spiegel Relaskop
D = 30 cm
D2 = 900 cm
d. Pita meter
D = 20.7 cm
D2 = 428.49 cm
Digunakan contoh penghitungan dengan pohon 2
e. Diameter tape (Phiband)
D = 24 cm
D2 = 576 cm
f. Kaliper
D = 23.75 cm
D2 = 564.06 cm
g. Spiegel Relaskop
D = 30 cm
D2 = 900 cm
h. Pita meter
D = 24.5 cm
D2 = 600.25 cm
Digunakan contoh penghitungan dengan pohon 3
i. Diameter tape (Phiband)
D = 24.5 cm
D2 = 600.25 cm
j. Kaliper
D = 24.25 cm
D2 = 588.06 cm
k. Spiegel Relaskop
D = 30 cm
D2 = 900 cm
l. Pita meter
D = 24.5 cm
D2 = 600.25 cm
=
(20156.45+16892.68+16004.20+14334.38)
-
53
55807.83
67887.71
= -55807.83
53
= 1271.46 -55807.83
= -54536.37
∑ta2+∑tb2+∑tc2+∑td2
- Jumlah kuadrat total = -fk
n
904305.90+771235.24+665284.92+631802.42
= -55807.83
53
2972628.4846
= -55807.83
53
= 279.50
- Jumlah kuadrat eror = JK total – JK regresi
= 279.5-(-54536.37)
= 54815.86
𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 −54536.37
- Kuadrat tengah regresi = = = -18178.79
db regresi 3
𝐽𝐾 𝑒𝑟𝑜𝑟 54815.86
- Kuadrat tengah eror = db eror = = 263.54
208
𝐾𝑇 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 −18178.79
- F hitung = = = -68.98
KT eror 263.54
(87645+85045.25+107445.5+89224.83)
= -
53
286096.55
369360.58
= -286096.55
53
= 6969.067547-286096.55
= -279127.48
VI. PEMBAHASAN
Inventarisasi hutan ialah kegiatan dengan tujuan guna mengetahui
potensi hutan yang mencakup sejumlah informasi terkait jumlah
persediaan produk, riap dari tegakan, komposisi jenis pohon serta untuk
pembuatan rencana kerja panjang untuk kelestarian hutan. Kegiatan ini
syarat penting dalam merencanakan hutan lestari serta kepentingan di
bidang lain diantaranya bidang kelistrikan, yaitu inventarisasi tumbuhan
ekonomis (tanam tumbuh) pada tapak tower (Indrayatie, 2021). Untuk
mengetahui besarnya potensi pada suatu hutan tertentu maka perlu
dilakukan proses pengukuran dan penaksiran terhadap karakteristik
suatu individu pohon tertentu. Menurut Riskawati, dkk (2019)
pengukuran merupakan proses pengumpulan data dan informasi dengan
pengamatan empiris, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
proses tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu nilai besaran atau bukti
kuantitatif. Umar (2016) menyebutkan bahwa metode penaksiran
adalah cara pengukuran dan penghitungan sebagian atau seluruh elemen
dari suatu hutan yang menjadi sasaran pengamatan untuk mengetahui
sifat-sifat dari hutan yang bersangkutan. Sehingga, pengukuran sifatnya
dilakukan pada objek yang mudah atau dapat dijangkau secara langsung
sehingga hasil yang diperoleh merupakan hasil nyata dari ukuran objek
yang diambil. Berbeda halnya dengan penaksiran yang digunakan untuk
mengukur objek yang tidak mampu terjangkau secara langsung
sehingga perlu dengan alat bantu duga atau alat bantu taksir. Pengukuran
digunakan untuk mengukur diameter dan keliling pohon sementara
penaksiran untuk tinggi pohon.
Pada kegiatan pengukuran dan penaksiran ini merupakan faktor
yang sangat penting untuk mengambil keputusan dalam perencanaan
dan pengelolaan hutan sehingga kelestarian dan keberlangsungan hutan
juga akan terpengaruh. Kegiatan ini juga dapat digunakan untuk melihat
pendugaan potensi sumberdaya hutan diantaranya kayu dan hasil hutan
lainnya. Melalui pendugaan ini hasil yang didapatkan akan
menggambarkan bagaimana potensi hutan itu yang dapat digunakan
untuk menentukan daur tebang, tindakan dan teknik silvikuktur, serta
keputusan-keputusan lain untuk mengelola hutan tersebut. Oleh karena
itu, ketika mengambil suatu data harus presisi dan diminimalisir
terjadinya bias karena melalui sampel data yang diambil ini akan
menggambarkan potensi sumberdaya hutan di kawasan tersebut.
Sehingga, ketika melakukan pengambilan data perlu menggunakan alat-
alat tertentu, diantaranya :
1. Hagameter
Alat ini digunakan untuk menaksir ketinggian pohon melalui
prinsip trigonometri sehingga dapat digunakan rumus :
Tinggi = skala atas - skala bawah
Dalam penggunaannya dapat disesuaikan jarak datar yang
digunakan dengan ujung dari pohon. Apabila dalam jarak
terdekat yaitu 15 meter belum terjangkau maka dapat digunakan
jarak setelahnya pada hagameter. Prinsipnya adalah dengan
mengukur jarak diantara pengamat dengan pohon sesuai skala
yang dipilih. Lalu dinetralkan kunci dengan menekan tombol
pengunci lalu dibidik bagian pangkal dan tajuk tertinggi pohon
kemudian dikunci dan dibaca hasilnya. Alat ini cukup praktis
untuk dibawa dan mudah untuk digunakan, sayangnya hasilnya
bersifat subjekitf karena bergantung terhadap ujung dari pohon
yang dibidik oleh pengamat. Sehingga, harus ada patokan pasti
pucuk dari suatu pohon antara dua pengamat juga harganya yang
mahal.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengukuran karakteristik individu pohon untuk mengukur diameter
pohon
menggunakan Kaliper dengan cara menjepit pohon pada dua
sisi/arah, Diameter tape (phi band) dengan cara melilitkan pita pada
batang pohon, Pita meter dengan cara melilitkan pada batang pohon
dan membaginya dengan phi, Spiegel Relaskop dengan cara
membaca bar yang tertera. Sedangkan pada penaksiran tinggi pohon
menggunakan Christen Hypsometer dengan cara membidik galah
yang diletakkan pada batang pohon, Clinometer dengan cara
membidik ujung dan pangkal pohon menggunakan skala persen,
Hagameter dengan cara membidik ujung dan pangkal pohon, dan
Spiegel Relaskop dengan cara membidik ujung dan pangkal pohon
melalui skala persen.
2. Pengukuran diameter pohon dari setiap alat tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antar alat dikarenakan hasil
analisis dari F hitung < F tabel, maka disimpulkan bahwa H0
diterima.
3. Pengukuran tinggi pohon dari setiap alat tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antar alat dikarenakan hasil analisis dari
F hitung < F tabel, maka disimpulkan bahwa H0 diterima.