Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Fisika Teknik

Nama : Akbar Hanafi


NIM : 19067078

Pend. Teknik Mesin


Universitas Negeri Padang
2019
A. Teori Singkat

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan
terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti
diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi
dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan
menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan
selalu terdapat ketidakpastian.

1. Alat Ukur Dasar

Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau
variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat ukur analog dan
digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur analog
memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan temperatur yang
ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik
(Gambar 1). Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil
pengukuran tegangan atau arus dari meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit
terterntu yang ditunjukkan pada panel display-nya.

(gambar 1)

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab


ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang
saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan
demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin diperlukan
dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah jangka
sorong, mikrometer skrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur derajat, stopwatch, dan
beberapa alat ukur besaran listrik. Masing masing alat ukur memiliki cara untuk
mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur.

2. Nilai Skala Terkecil

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, inilah
yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada NST
ini. Pada Gambar 3 dibawah ini tampak bahwa NST = 0.25 satuan.

3. Nonius

Pada gambar dibawah ii, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan dan dengan
nonius adalah 16.5 + 4 x 0.1 = 17.4 satuan, karena skala nonius yang berimpit dengan skala
utama adalah skala ke-4 atau N1=4
4. Parameter Alat Ukur

Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami, diantaranya:

1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable yang
diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang

5.Ketidakpastian

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian


tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan pegas, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan
yang mempengaruhi hasil pengukuran, dan karena hal-hal seperti ini pengukuran mengalami
gangguan. Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran
melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap pengukuran harus dilaporkan dengan
ketidakpastiannya.Ketidakpastian dibedakan menjadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak dan
relatif. Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan
berualang.

6. Ketidakpasstian Mutlak

Suatu nilai ketidakpastia yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah dari
NST. Untuk suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal
adalah:
Δx = ½NST

dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai

X = x ± Δx

Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara, dantaranya
adalah menggunakan kesalahan ½ – rentang atau bisa juga menggunakan standar deviasi.

7. Kesalahan ½-Rentang

Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan idak lagi seperti pada pengukuran
tunggal. Kesalahan ½ – Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian
pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:

 Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu x1, x2, x3,
… xn
 Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar

x-bar = (x1 + x 2 + … + xn)/n

 Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan

Δx = (xmax – xmin)/2

 Penulisan hasilnya sebagai:

x = x-bar ± Δx

8. Standar Deviasi

Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul data
x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:
Kesalahn dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang tidak mungkin kita
ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.

Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat menyatakan
bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ) sampai (x + σ). Dan untuk
penulisan hasil pengukurannya adalah x = x ± σ

B. Alat dan Bahan

1. Jangka Sorong
2. Micrometer Sekrup
3. Objek (massa 500g)
4. Poros Bertingkat

C. Langkah Kerja

Micrometer Sekrup

1. Ukur ketebalan objek (massa 500 g) dengan mikrimeter sekrup sebanyak 10 kali pada
tempat yang berbeda
2. Masukkan data ke dalam table
3. Tentukan rata-rata pengukuran dan standar deviasinya
4. Hitung ketidakpastian (ktp) untuk masing-masing data percobaan

Jangka Sorong

1. Ukur diameter luar lingkaran terbesar dari poros bertingkat sebanyak 10 kali, diameter
dalam dan kedalamannya juga 10 kali dengan jangka sorong
2. Masukkan data ke dalam table
3. Tentukan rata-rata pengukuran standar deviasinya
4. Hitung ketidakpastian (ktp) untuk masing-masing data percobaan
D. Data Praktikum

Mikrometer Jangka Sorong


Tebal Diameter Luar Diameter Dalam Kedalaman
i
Xi Xi2 Xi Xi2 Xi Xi2 Xi Xi2
1 5mm 25mm 45mm 2.025mm 35mm 1.225mm 15mm 225mm
2 6mm 36mm 44mm 1.936mm 35,5m 1.260,25m 16mm 256mm
m m
3 4mm 16mm 43mm 1.849mm 35,6m 1.267,36m 15,5m 240,25m
m m m m
4 7mm 42mm 42mm 1.764mm 36mm 1.296mm 17mm 289mm
5 4,9m 24,1m 42,5m 1.806,25m 36,5m 1.332,25m 16,5m 272,25m
m m m m m m m m
6 7,5m 56,25m 44,5m 1.980,25m 36,6m 1.339,76m 18mm 324mm
m m m m m m
7 5,5m 30,25 45,5m 2.070,25m 37,4m 1.398,76 15,8m 249,64m
m m m m m m
8 4,5m 50,25m 46,5m 2.162,25m 35,7m 1.274,49m 16,6m 275,56m
m m m m m m m m
9 5,8m 33,64m 41,5m 1.722,25m 37,5m 1.406,25m 15,2m 231,04m
m m m m m m m m
1 8mm 64mm 45,7m 2.088,49m 35,7m 1.274,49m 16,8m 282,24m
0 m m m m m m
Σ
E. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah sebagai berikut :

1. Dalam kegiatan pengukuran terdapat angka atau nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran
dengan dasar ketidakpastian setengah dari nilai skala terkecil (NST) alat ukurnya.

2. Dalam melakukan pengukuran, alat ukur yang digunakan sangat berpengaruh dengan hasil
perhitungannya.

3. Dalam kegiatan pengukuran, semakin kecil skala alat ukur yang digunakan maka semakin
akurat nilai yang didapatkan dan semakin kecil angka ketidakpastiannya. Sebaliknya,
semakin besar skala alat ukur yang digunakan maka ketelitian atau keakuratan dari alat ukur
tersebut semakin kecil dan nilai ketidakpastiannya pun semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai