Anda di halaman 1dari 9

Beberapa Permasalahan Tebu Rakyat

Intensiflkasi dan Industri Gula


Indonesia
Oleh Edy Suandi Hamid

1. TRI: Tujuan dan Kenyataan sistem sewa, ke tangan petani yang hams
Program Tebu Rakyat Intensiflkasi mengusahakan sendiri tanaman tebu di atas
sudah beijalan di tanah air selama delapan lahannya;
belas tahun, tepamya sejak 22 April 1975, 2. memperbaiki penghasilanpetanitebu
yang dilegitimasi lewatlnpres No. 9/1975. denganmeningkatkanproduktivitasmelalui
Walaupun sejarah perjalanan TRI sudah pengelolaan usahatani yanglebih intensif;
relatif cukuppanjang, namun sejak program 3. menjamin peningkatan dan
ini dil^anakan banyak sekali persoalan- kemantapan produksi gula.
persoalan yang muncul di lapangan untuk Dari yang tersurat dalam tujuan
mewujudkansasaranyangdigariskandalam tersebut, maka tampak bahwa sasaran dari
Inpres tersebut. Hambatan dan Inpres ini sangat luas dan menyangkut
permasalahan ini tidak saja berkaitan pembahan yang mendasar dibandingkan
dengan para petani pemilik lahan, pola atau sistem penanaman tebu
melainkan juga mengait pada berbagai sebelumnya. . .
institusi yang terlibat dalam pelaksanaan Petani yang sebelumnya umumnya
TRI ini, seperti pabrik gula, lembaga menyewakan tanahnya kepada pabrik-
keuangan, pemerintah daerah ataupun juga pabrik gula, dehgan Inpres tersebut
dari koperasi. Padahal program TRI ini diarahkan merijadi aktor/pelaku ekonomi
secara formal sangat bagus, baik dilihat yang terlibat langsung dalam proses
dari kepentingan makro ekonomi Indone produksi tebu. Mereka tidak lagi hanya
sia maupun kepentingan dari individu para dimanfaatkan sebagai bumh kasar dari
petani yang diharapkan terlihat dalam pabrik-pabrik tebu diatas tanah miliknya.
program tersebut. Petani tebu dengan demikian diharapkan
. Sebagaimana diketahui ada liga menjadi seperti petani tanaman pangan-
tujuan utama yang disuratkan dalam Inpres umumnya,. yang bisa menikmati
No. 9/1975, yaitu: keuntungan, dan sekaligus siap
1. mengalihkanpengusahaan tebu yang menanggung risiko kemgian dari usaha
semula berada di tanganpabrik gula dengan TRI tersebut Dalam teknis pelaksanaannya,

Drs. Edy Suandi Hamid. M£c adalah Dosen telap Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia,
saatini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

59
petani bekeija dalam kelompok-kelompok kecocokan lahan, terpaksa, pengaruh
tani dan melibatkan koperasi-koperasi unit lingkungan dan alasan Iain-lain. Dengan
desa. Dengan kata lain, petani akan dididik kondisi seperti ini maka memang sulit
menjadi wiraswasta yang mampu berusaha diharapkan semua petani (baca: pemilik
dan mandiri, dalam bentuk kelompok tani lahan) TRI untuk secara serius menangani
maupun koperasi petani dan mempunyai tanaman tebunya agarhasil yangdidapatkan
kedudukan ekonomi yangkuat(Mubyarto, betul-betul optimal.
1984, halaman 93).
Sasaran lain dari TRI ini adalah 2. Pendapatan Petani
meningkatkan pendapatan petani melalui
intensifikasi, disamping untuk mengejar Memang jika dibandingkan dengan
sasaran nasional lainnya berupa sistem penyewaan seperti sebelum TRI,
sw^embadagula. Sasaran inisecarateoritik kini pendapatan petani tebu sudah jauh
memang sangat mungkin untuk lebih baik. Namun demikian, jika
diwujudkan, karena kini petani melakukan dibandingkan dengan menaman komoditi
sendiri aktivitas produksinya, sehingga pangan lainnya, pendapatan petani tebu
dimungkinkan untuk sangat serius dalam (termasuk non-TRI), masih lebih rendah.
menangani tanamannya. Dari sini
produktivitas diharapkan akan mengalami Tabel 1 :Pendapatan dari Tanaman Tebu,
Sewa Tanah dan Tanaman Pangan lainnya
peningkatan -ceteris paribus -- yang akan
meningkatkan penghasilannya. Begitujuga PoUKegiaian Pendapatan Pendapatan I^nlase Pendapatan
usaha swasembada gula, karena produksi Benih lerhadapleba
kolor benih
yang diharapkan meningkat akan dapat 100
l.Tebn 1.418.617 934379
memenuhi semua pemiintaan konsumsi di 1 Se«a lanah .
43.368* 26
dalam negeri. 3.P2(ii-p3(£-p3di-padi 1,838.972 1313315 130
4.Padi-padi-pdi 1.2M.640 ' 769.814 82
Namun dalam kenyataannya sasaran-
5.Paifi-paifi-bdclai 1.891959 1338.434 132-
sasaran tersebut tidak. sepenuhnya 6. Pa(£-pa(S 864.191 474.666 51

mewujud. Sebagaimana diketahui, sejak 7.Pal-pai-jajong 861.735 507305 54


8.Pai-padi-
Inpres itu diluncurkan berbagai masalah kedelai-jagung i.9iai7i 1338.839 133
berkaitan dengan TRI bermunculan, dan
didapat kesan bahwa petani mengikuti.
program TRI bukan karena kesadarannya, Sumber: Mubyarto dan Daryanti (1991),
melainkan karena "faktor-faktor" lain yang yangmengutipdari KusbiantoAdisasmito,
mendorongnya. Penelitian yang diadakan dkk, "Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 9/
FE UII (1993) menunjukkan bahwa dari 1975 sampai Tahun Giling 1980" dalam
150 petani sampel yang ada di Sleman dan MaJalahPerusahaanOula, September1982,
Kulonprogo pada musim tanam lalu halaman 12.
(sebelum penelitian) hanya44 persen yang
mengatakan bahwa keiikutsertaannya pad a Produksi padi secara nasional
program ini menguntungkan. Alasan memang menunjukkan peningkatan.
lainnya adalah karena wajib tanam. Namun demikian peningkatan ini teijadi

60
karena perluasan areal tanani: yang lahun 1991 sudah mcncapai 2.253
(ekstensifikasi), dan bukan karena ribu ton (Pidato Kenegaraan Presidcn, 15
peningkatan produktivitas per lahan yang Agustus 1992, hal. 227) -- bukan karena
ada. Ini berarti memberikanindikasi bahwa intensifikasi melainkan karena semakin
pendapatanpetani persatuanluaslahannya banyak lahan yang disediakan untuk
juga mengalami penumnan, sebagaimana tanaman tersebuL Perluasan areal tanaman
ditunjukkan dalam Tabel berikul ini. tebu ini sejaktahun 1982/1983 sarnpai tahun
1930 196.592,0 . - 11,33 - 147,9 - 3.907.098

I93S 38.261,5 - 13,46 - 174,3 -


492.598

1940 83.521,5 -
13,79 - 176.3 -
1.473.484

1950 37.712,0 75,0 9,43 93.7 31.3 259.771

19S2 47.680.0 1.043,0 10,93 11,36 91,4 61,8 441.909

19SS SI.495.0 20.617,0 11,16 11,34 138,0 73,3 813.344

1960 55.438.0 17.000,0 10,94 10,61 99,3 57,5 615.810

1965 71.030.0 16.378,0 10,63 9,79 96,6 54,9 775.950


o
1970 69.173,0 13.505,0 9,07 92,9 56.7 715.313
o
1975 83.395.0 31.483,0 10,73 9,31 107,4 59,8 1.035.053

1973 69.637,0 78.361.0 9,11 o


8,77 83,5 69,5 1.137.354
o

1960 56.638,5 133.143,8 0,68 9,13 61,1 65,5 1.349.946

1961 50.348,0 143.900,1 7,89 8,93 55.4 66,9 1.350.117

1963 56.195,6 301.359,7 7,90 9,37 43,3 68,1 1.637.545

1983 59.475.1 334.243,8 6,41 7,6 45,4 58.3 1.647.071


1964 79.932,5 306.640,7 6,69 8,56 45,0 65,0 1.707.048

1985 01.755,0 315.334,9 7.10 8,41 47,3 69,5 3.119.496

1986 01.755,0 315.334,9 7,10 8,41 47,9 • 71,4 2.034.027

1987 97.338,5 336.535,5 ' 6,93 8,64 45,3 70,9 3.118.305

1988 . 95.235,1 338.066,7 6.36 ' 8,06 41,3 65,6 1.917.433

1989 07.819,8 333.066,7 6,74 7.96 45,2 67,3 2.053.570

1990* 114.168,9 338.310,3 6,76 7,90 48,1 63,9 3.173.857

sunhcr: Ooedldjona Wirlacnodjo, dkk... op. elt..,hlD 7. , * O.ita e.iinp.ii Nopcflkbcr 1990
pjci. op. eic.

Gambaran dari tabel tersebut 1988/1989 setiap tahun mengalami


memang tidak secara tegas menunjukkan peningkatan rata-rata 2,3% (Tim Study
kecenderungan penurunan, namun lebih Gula, 1990,halaman57).Sedangkanselama
pada gambaran fluktuatif. Akan tetapi ini tiga tahun pertama Repelita V rata-rata
tidak menggugurkan kesimpulan bahwa peningkatan areal tanaman tebu mencapai
perwujudan sasaran untuk meningkatkan 3,3 persen per tahun.
produktivitas dari petani tebulewatprogram
TRItersebutmemangperlu dipertanyakaa 3. Berbagai Masalah
Kalau kita menggunakan basis tahun 1975 Sebagaimana disinggung di muka
(tahun awal program TRI), maka jika ada bahwa banyak masalah yang melirigkupi
ekstensifikasi dapat dipastikah defisit gula program TRI ini. Masalah-masalah tersebut
nasional akan jauh lebih besar dari yang terutama berkaitand engan (1) penyediaan
teijadi sekarang. Peningkatan produks! - dan keterbatasan lahan; (2) pembiayaan

.61
danpennodalanpetani; (3) teknisbudidaya; tanaman tebu waktunya relatif lebih lama
(4) penanganan panen dan pasca-panen; (12-14 bulah), dan biaya-biaya yang
(5) produktivitas; dan (6) masalah yang dibutuhkan untuk persiapan, penanaman
berkaitan dengan kesadaran dan hingga panenan dibutuhkan lebih banyak
kesukarelaan petani lintuk mendukung ketimbang menanam padi. Lamanya waktu
program TRI itu sendiri. penantian untuk memetik hasil berartiJuga
Berkaitan dengan masalah lahan, memperhesardana yangdibutuhkanselama
maka memang pemerintah mengharapkan masatunggu tersebut, khususnyadanauntuk
agarpetani menyediakan sebagian lahannya. biayahidup (costofliving). Petani memang
unluk ditanami tebu. Tujuannya agar bisa mendapalkan kreditdari bank, namun
produksi gula ini dapat terus ditingkatkan, pencairannya tidak selalu tepat waktu
yang antara lain lewat ekstensifikasi lahan. dengan yang dibutuhkan petani, padahal
Namun dengan berbagai perhitungan sebagian besar petani mengandalkan
ekonomis, resiko kegagalanmaupun karena dananyadari pinjaman atau kredit tersebut.
kebutuhan untuk jangka pendeknya, maka Penelitian yang dilakukan FE UII
petani yang umumnya memiliki lahan menunjukkan bahwa dari 150 responden,
terbatas enggan untuk menanami tebunya pada musim tanam yang lalu sebanyak 87
dengan TRI ini. Merekalebihmemilih untuk orang (58 persen) mengandalkan modal
ditanami dengan tanaman lainnya, yang i kerjanya dari kredit bank. Sedangkan pada
menurutperhitunganlebihmenguntungkan ^ musim tanam saatpenelitiandilakukan yang
dan cocok dengan kebutuhannya. Terlebih • memanfaatkan fasilitas kredit bank
lagi jika lahan yang dimilikinya ini meningkat menjadi 99 orang (66 persen).
berpengalrancukup,sehinggamereka lebih Dalam kaitan dengan masalah kredit
sukamenanaminya dengan padi. Akibatny a, ini, bagi perbankan sendiri memang cukup
penggunan lahan untuk tebu menjadi sulit. Mempermudah persyaratan dan
berkurang atau mundur waktunya, yang pencairan, akanmenimbulkan resikokredit
mengurangi pula optimalisasi hasil yang macet yang tinggi dan penyimpangan.
diharapkan. Di samping itu, perpencaran Sementara menawarkan dengan pola yang
(fragmentasi) lahan yang sempit-sempit umum dan birokratis, me.nimbulkan
yang dimiliki petani menyulitkan untuk keterlambatan pencairan dan mengganggu
mengolahnya secara efisien dan kelancaran aktivitas petani. Dalam kaitan
mengunmngkan untuk digarap sendiri. Ini ini, upaya pabrik gula dalam penyaluran
membuat petani lebih suka melepas kredit, kendati sekedar pemberi
lahannya untuk disewa pihak lain guna rekomendasi, kiranya akan memberikan
ditanami tebu, sehingga misi untuk dampak yang positif. Keterlibatan Pabrik
menjadikan petani "tuan di lahannya Gula, sejauh ini terbatas pada penilaian
sendiri" menjadi tidak kesampaian. teknis untuk memberikan rekomendasi
' Sebagaimana diketahui, tanaman apakah layak atau tidaknya lahan itu
.tebu berbeda dengan tanaman padi yang ditanami tebu, dan melakukan verifikasi
sudah sangat akrab dengan para petani pada alas kebenaran informasi teknis yang
umumnya. Untuk menikmati hasil dari berkaitan dengan lahan untuk ditanami tebu

62
iyang diajukan petani itu. Tanpa adanya 6,76%, adalah jauh lebih rendah
rekomendasi dari pabrik gula, maka kredit dibandingkan dengan tingkat rendemen
tidak akan diberikan oleh bank. tahun 1950yangbisa mencapai 9,43 persea
Keterlibatan pabrik gula sangat Bahkan tingkat rendemen tebu rakyat ini
penting untuk membantu bank dalam pemah mencapai 11,26 persen pada tahun
'mengambil keputusan agar kredit yang 1952.Walaupunberbagai usahajugasudah
disalurkan cukup aman. Pengalaman pada dilakukan, namun sampai sekarang hasilnya
waktu lalu, dimana kredit bisa langsung belum seperti yang diharapkan. Pabrik gula
diberikan tanpa rekomendasi pabrik gula, maupun PPL, misalnya, cukup aktif
telah menyebabkan b^yak kredit yang memberikan penyuluhan, tidak saja bagi
macet. Akan tetapi konsekuensi dari petani TRI" namun juga petani non-TRI.
keharusan adanya rekomendasi pabrik gula Dari 47 responden petani tebu bebas yang
ini adalah prosedur relatif menjadi lebih mengisi kuesionertentangpemah-tidaknya
panjang. Namun demikian sejauh ini tidak penyuluhan tentang teknis-produksi,
menimbulkan keluhan dari para petani, sebanyak 23 orang menyalakan pemah
karena prosedur tersebut tidak secara mendapatkan penyuluhan tersebut. Dari 23
signifikan membuat pencairan kredit yang responden ini terbanyak (11 responden)
dibutuhkan menjadi lebihlama. Olehkarena menyatakan pernah mendapatkan
itu, peran seperti ini perlu terus penyuluhan tersebut dari pabrik gula,
dipertahankan, dan bank tetap melibatkan sedangkanlainnyadari PPL, bankdan KUD.
j asa pabrikgula untuk melakukan verinkasi Sedangkan untuk petani TRI, dari 150
teknis atas pengajuan kredit TRI. responden yang mendapatkan penyuluhan
Pangalaman pada masa lalu menunjukkan dari pabrik gula sebanyak 39 orang.
bahwa tanpa adanya rekomendasi da'ri Sedangkan lainnya dari PPL (85 orang),
pabrik gula kredit bisa tetap disalurkan. 'bank (31 orang) dan KUD (17 orang),
Akibatnya. banyak teijadi kredit macet disamping lima orang tidak mengisi yang
Sekarang ini, dengan keterlibatan pabrik kemungkinan merasa tidak pernah
gula, dan prosedur TRI dijalankan secara mendapatkan penyuluhan. Data ini juga
penuh, maka kredit relatif aman dan kredit menggambarkan bahwa PPL sangat aktif
macet bisa ditekan. Imemberikan penyuluhan kepada petani
Soal kemampuan teknis petani untuk ITRI, sedangkan petani bebas kurang
menanam tebu dengan hasil yang efisien mendapatkan perhatiannya.
juga merupakan problematika yang hingga I Sebagaimana diketahui, konsumen
kini sering dihadapi petani tebu kita. Adanya dari tebu ini adalah pabrik-pabrik tebu,
fluktuasi produktivitas per lahan petani, ' yang sudah ditentukan bagi setiap petani
sebagaimana disinggung diatas, tidak bisa yangada, yakni kepabrikgulapembinanya.
dilepaskan dari masalah faktor teknis Dalam penebangan atau pemanenan tebu
budidaya tebu tersebut. Tingkat rendemen .ini, juga memerlukan kehati-hatian agar
juga menunjukkan penurunaa Misalnya Irendemennya tinggi. Penebangan ini, juga
dari Tabel 2 diatas, tingkat rendemen tebu pengankutannya, karena tidak dilakukan-
rakyat pada tahun 1990, yakni sebesar oleh petani sendiri, maka sering dilakukan

63
dengan ceroboh, sehihggamengurangi nilai 4. Masalah Swasembada Gula
panen tersebut, yang berarti mengurangi Satu pertanyaan yang sering munciil
produksi danpendapatanpetani. Di samping dalam kaitan masalah pertebuan (gula) di
itu, karena lemahnya daya tawar menawar tanahairadalah: apakahupaya swasembada
petani, mereka juga bisa mengetahui pasti gulapasirdi Indonesia merupakan hal yang
hasil rendeman sebenamya. Mereka sering mutlak untuk dipeijuangkan? Di satupihak
merasa direndahkan kadar rendemannya, . menyatakan kesetujuannya, karena
sehingga menimbulkan keengganan menganggap bahwa tebu merupakan
menjual pada pabrik pembina, dan komoditi pangan, yang dikonsumsi semua
menjualnya pada pabrik gula lainnya yang masyarakat, sehingga riskanjika tergantung
bisa memberikan rendeman lebih tinggi. pada impor. Di samping itu. melihatpotensi
Inilah yang sering disebut dengan "tebu dan pengalaman di masa lalu. maka Indo
tamasya", yang sering dikeluhkan oleh nesia cukup potensial untuk
kalangan pabrik-pabrik gula yang mengembangkan produksi. Dan tentu saja
kekurangan bahan baku. jugakarenaalasanuntukmenghematdevisa
yang sangat teibatas yang kita miliki dari
Masalah produktivas yang tampak ekspor komoditi lainnya.
menunin kiranya juga memerlukan Di sisi lain, ada pendapat yang
permikiran yang serius untuk kelanjutan menolak memaksakan diri untuk
program TRI ini. Karena penurunan swasembada gula, karena dinilai tidak
produktivitasbukansajamembuatproduksi . terlalu efisien. Kita dapat membeli di pasar
gula per satuan input menjadi lebih mahal, dunia, yang sering harganya lebih murah
melainkan Juga akan menimbulkan dibandingkan Indonesia. Di samping itu,
kerugian bagi petani yang menanam tebu dari kacamata petani, mereka mungkin lebih
tersebuL Padahal mereka ini pendapatannya baik menggunakan lahannya untuk
sudah pas-pasan, dan sebenamya menanam tanaman lain ^ yang
mempunyai pilihan tanaman lain yang memungkinkannya memperoleh
memungkinkan untuk lebih meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi.
pendapatannya. Karenanya, masalah yang Pendapat tersebut memang masing-
berkaitan dengan teknis produksi. pemilihan masingmempunyai alasan yang cukup kuat.
bibit, penanganan panen dan pasca panen, Namun melihat berbagai fakta yang
perlu dikaji dan dicarikan altematifterbaik, diuraikan dimuka, dan juga konstelasi
sehingga tidak menimbulkan perdagangan dunia dewasa ini dan
kecenderungan penurunan produktivitas keccnderungannya di masa yang akan
pasa masa-niasa selanjutnya, sebaliknya .datang, maka saya cenderung untuk memilih
perlu ditingkatkan. Adanya unsur pendapat yang kedua, yakni tidak terlalu
keterpaksaan dalam ikutprogram TRI juga melaksanakan diri untuk swasembada gula.
mempengaruhiproduktivastersebut.Sikap Perkembangan produksi perlu dipacu,
yangdemikianmempengaruhi sikappetani namun dalam batas-batas yang secara teknis
untuk secara serius mengelola tanaman dan ekonomis bisa dipertanggungjawabkan,
tebunya. jadi tidak seperti produksi beras yang

64
dilakukan secara "all aout" dan "at all cost" tersebut.
dipaksanakan mencapai swasembada, Pandangan seperti ini tidakdimaksud
walaupun biaya dan harganya menjadi memperkecilusahamencapai swasembada
sangat mahal. "Jalan" yang diiempuh gula. Sasaran tersebut tetap saja bisa
komoditi beras ini tidak bisa diterapkan dicanangkan, namun demikian untuk
begitu saja mengingat posisi gula dan beras mewujudkan sasaran tersebut tetap
—yang merupakan makanan pokok utama memperhatikan kaidah-kaldah atau proses
bagi sebagian besar penduduk Indonesia— mekanisme pasar. Artinya, kalau memang
adalah tidak saina. harga gula di pasar dunia lebih menarik,
Kondisi perekonomian global saat maka petani diberi kebebasan untuk
ini, dengan diratifikasinya Kesepakatan memanfaatkan lahannya untuk ditanami
Putaran Uruguay, akan mengalami tebu karena ada rangsangan harga yang
perubahan cukup besar. Sistem menguntungkan. Sebaliknya kalau
perdagangan dunia akan menjadi lebih harganya tidak terlalu menarik, yakni lebih
bebas, dan tidak teriialang oleh berbagai rendah dibandingkan dengan harga
proteksi. Hal inijugaberlaku bagi komoditi domestik, maka petani juga bebas untuk
pertanian. Dengan demikianpasargulakita tidak menanam i lahannya dengan tebu, dan
juga hariis dibuka dari persaingan dengan pemerintahmembukakranimpordari harga
gula-gula yang dihasilkan negara lain. Jika ' gula yang murah di pasar intemasional.
gula yang dihasilkan biayanya terlalu tinggi,
maka mau tak mau orang tidak akan mau Penutup
membeli gula domestik ini dan lari ke gula Dem ikianlah beberapapemiasalahan
impor. Sekarang kita bisa saja memberikan dan pokok pikiran yang dapat disajikan
proteksi yangtinggi melalui tarifbeamasuk dalam makalah ringkas ini. Memang belum
ataupun dengannon-tarif. Namun demikian, semua aspek yang dikemukakan dalam
dalamjangkamenengahhaldemikian tidak judul diatasdibahasdalammakalahringkas
bisadilakukanlagi, karena ketentuan GATT ini, dengan maksud akan mendapatkan
akan sangat membatasi tingkat tarif bea tambahan masukan dari forum diskusi ini.
masuk, dan mengurangi seminimal Mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi
mungkin adanya hambatan non-tarifuntuk pancingan untuk berdiskusi lebih larijut.
melindungi produsen dalam negeri.
01ehkarenaitu,parapetani,terutama Daftar Pustaka
yang berada di Jawa, sebaiknya diberikan
kebebasan dalam menanami lahannya yang BankBumi Daya.Gula, TinjauanProduksi
terbatas tersebut. Sehingga petani yang dan Pemasaran Gula di Indonesia,
betul-betulberminatdanpaham seluk-beluk Bank Bumi Daya, Jakarta, 1983.
tanaman tebu yang bertahan pada komoditi Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia,
ini. Petani yang demikian bisa diharapkan BPS, Jakarta, 1991.
memiliki kemampuanuntuk meningkatkan Djisman S Simanjuntak, "Tebu Rakyat
produktivitasnya karena adanya motivasi Intensifikasi, Peluang Perbaikan dan
;dari dirinyasendiriuntukmemilih tanaman Kebijakan Altematif, makalah

65
Seminar Peranan Jndustri Gula . Ekonomi, Adutya Media,
dalam Pembangunan NasionaU FE Yogyakarta, 1991.
Unair, Surabaya, 1985. Republik Indonesia, Nota Keuangan dan
Fakultas Ekonomi UII, draft Penelitian RAPBN J993II994, Republik Indo
tentangTebuRakyatlntensifikasi di nesia, Jakarta,. 1993.
Yogyakarta, 1993. Republik Indonesia, Pidato Kenegaraan
MwhydtXiOy Masalah Industri Gula diIndo Presiden ,RI Soeharto di Depan
nesia, BPFE, Yogyakarta, 1984. Sidang DPR 15 Agustus 1992,
Soemartojo (ed), Perkebunan Indonesia di RepublikIndonesia, 1992.
Masa Depan, Yayasan Agro TimStudyGula,SistemTataniagatebu dan
Ekonomika. Jakarta, 1984. Gula di BeberapaNegara Asia,Tim
Mubyartodan Darys^^yGuIa.KajianSosial Study Gula, Bulog, Jakarta, 1990.

KERAGAAN SITUASIPERGAULAN DI BEBERAPA NEGARA

URAIAN PHIUPINA TAIWAN INDIA MALAYSIA THAILAND PAKISTAN INDONESIA

NE NE NE NI NE NI SS/NI
Status

Tersebar Terpusat Tersebar. Terpusat Tersebar Tersebar Teipusat


Lokasi PG

Kepulauan Batk Kurang Baik Baik Kurang Kepulauan


Prasarana Jalan

Kebijakan Tataniaga
Ya Ya Tidak Ya Ya Ya
Harga Dasar Tidak

Tidak Dgn. Kuota Ya Ya Tidak Ya


Harga Tertinggi Ya

Pcnyaluran
Diatiir Rebas Diatur Bebas Diatur Bebas Diatur
Distribusi
Bebas Ada+Sanksi Bebas Bebas Bebas
Usensi Dagang Ada+Sanksi Bebas

11 35 18 19 13
Konsumsi/Kap (Kg/Th) 23 25

1.2 0.6 9 0.8 4 1.8 2


Produksi (Juia ton)
2.000 800 380 530
Peadapatan/Kap(US S.19S5) S80 2.000 270

Catalan NE : Not Eksportor


NI : Not Importer
SS : Swasembada

Sumber : Tim Studi Gula ( 1990)

66
PERKEMBANGAN AREAL TEBU RAKYATINTENSIFIKASI
1988- 1991
(Hektar)

Repelita V

L 0 k a s i 1988 1989 . 1990 0 19910

JawaBaratS) 13.850 13.857 13.296 13.665


Jawa Tengah 3) 63.080 68.660 68.664 68.358
Daerah Istimewa Yogyakarta 3) 5.550 6.387 6.410 6.621
Jawa Timur 3) 128.448 131.021 132.128 136.660
Sumetra Utara 4) 571 584 482 625

Lampung 5) 2.939 3.884 3.894 4.569


Kalimantan Selatan 6) 199 5.656 5.665 5.296
Sumatera Selatan 7) - - 5 124

Sulawesi Selatan 7) - - 82 85

Jumlah 214.637 230.049 230.626' 236.003

1) Angka diperbaiki 5) Mulai tahun 1986


2) Angka sementara 6) Mulai tahun 1988
3) Mulai tahun 1975 7) Mulai tahun 1990
4) Mulai tahun 1985

67

Anda mungkin juga menyukai