Anda di halaman 1dari 60

Produksi Diacylglycerol

(DAG) dengan Bahan Baku


Jagung

Kelompok S1-6 (La Vie en Rose)


Amalia Weediyanti
Bryan Suryapranata
Jessica Valencia Theodore
Nur Elistiani Eksadita
Wulan Guritno
Gliserol
Gliserol (C3H5(OH)3) merupakan senyawa kimia yang
memiliki tiga gugus hidroksil. Penggunaan senyawa gliserol
dalam kehidupan sehari - hari seperti untuk pelarut, bahan
pemanis, kosmetik, pengemulsi, sabun cair, dsb.

Peningkatan kebutuhan gliserol mendorong perkembangan


industri gliserol di Indonesia. Ketersediaan bahan baku
untuk pembuatan gliserol juga melimpah di Indonesia. Gambar 1. Struktur kimia dari gliserol
Perkembangan gliserol dibutuhkan untuk menekan jumlah
impor gliserol

Menghidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak


bebas
Diacylglycerol (DAG)

Produk turunan yang dipilih adalah diacylglycerol

Diacylglycerol (DAG) merupakan ester dari gliserol ketika


dua grup hidroksil diesterifikasi dengan asam lemak

Pemanfaatan diacylglycerol dapat dijadikan sebagai


emulsifier.

Gambar 2. Struktur kimia dari DAG


Bahan Baku
Analisis Bahan Baku
Tabel 1. Komposisi Minyak Jagung

Bahan baku yang dipilih adalah minyak jagung.

Alasan pemilihan :

(1) Kandungan dari minyak jagung

Minyak jagung memiliki kandungan trigliserida


yang cukup tinggi, dimana trigliserida ini dapat
dihidrolisis untuk menghasilkan gliserol.

( Sumber: Blachard, 1992)


Analisis Bahan Baku

(2) Ketersediaan bahan baku yang melimpah

Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa


produktivitas jagung cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya.

Daerah dengan produksi jagung tertinggi


berasal dari daerah di Pulau Jawa.

Gambar 3. Grafik perkembangan produktivitas jagung Indonesia dari tahun 1980


- 2016
Analisis Bahan Baku
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional telah mencapai 19 juta ton pada tahun
2014 dan meningkat menjadi 19.6 juta ton pada tahun 2015.

Tahun
Provinsi
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumatra Utara 1.098.969 1.166.548 1.377.718 1.294.645 1.347.124 1.183.011 1.159.795 1.519.407
Lampung 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.817.906 1.760.275 1.760.278 1.719.386 1.502.800
Jawa Tengah 2.679.914 3.057.845 3.058.710 2.772.575 3.041.630 2.930.911 3.051.516 3.212.391
Jawa Timur 5.053.107 5.266.720 5.587.318 5.443.705 6.295.301 5.760.959 5.737.382 6.131.163

Gambar 4. Potongan tabel produksi jagung menurut provinsi (dalam ton) dari tahun 1993 - 2015
Sumber : https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868
Analisis Bahan Baku

(3) Pemilihan jagung sebagai bahan baku


tidak akan menimbulkan kompetisi
dengan jagung sebagai kebutuhan pangan

Sejak lama, konsumsi jagung untuk


kebutuhan pangan sudah rendah dan
cenderung mengalami penurunan

Jagung di Indonesia mayoritas dipakai


untuk industri dan pakan ternak.

Gambar 5. Grafik perkembangan konsumsi jagung di Indonesia dari


tahun 2001 - 2014 menurut Neraca Bahan Makanan (NBM)
Analisis Bahan Baku

(4) Waktu yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku

Masa panen jagung cukup singkat yaitu waktu tiga bulan setelah tanam sehingga panen
jagung bisa mencapai 3-4 kali setiap tahunnya.

Dari segi lokasi, budidaya jagung tergolong mudah. Jagung dapat ditanam di lahan tadah
hujan maupun lahan kering, dataran rendah maupun dataran tinggi selama tetap dilakukan
pemeliharaan tanaman. Yang terpenting bagi tanaman jagung adalah untuk selalu tersinari
matahari
Strategi Menjaga Keberlangsungan Bahan Baku

Perkembangan luas lahan jagung masih


bersifat fluktuatif

Masih sering terjadi persaingan dan


pengalihan lahan dengan jenis tanaman
lainnya, seperti kelapa sawit dan ubi
kayu

Gambar 6. Grafik luas lahan dan produktivitas tanaman jagung Indonesia (1993 - 2018)
Sumber : Kementrian Pertanian - Direktorat Jenderal Horti (2018)
Strategi Menjaga Keberlangsungan Bahan Baku

Produksi cenderung mengalami


peningkatan mengikuti angka konsumsi
yang juga meningkat

Di Indonesia, penggunaan jagung


terbesar adalah untuk industri dan
pakan ternak

Gambar 7. Perkiraan pemetaan supply dan demand jagung dari tahun 2016 - 2021
Sumber : Katadata.com
Strategi Menjaga Keberlangsungan Bahan Baku
Langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah:

(1) Pengembangan teknologi dan budidaya (2) Pengembangan usaha tani jagung
jagung
Langkah pengembangan usaha tani jagung dapat
Salah satu alasan belum maksimalnya dilakukan dengan pemerintah mengurangi
produktivitas jagung di Indonesia adalah karena
jumlah impor jagung. Alasan pemerintah masih
penggunaan bibit unggul yang masih minim.
Saat ini, telah berkembang di daerah Nusa melakukan impor jagung adalah untuk
Tenggara inovasi teknik produksi jagung yang menstabilkan harga jagung nasional. Namun hal
diyakini dapat meningkatkan produktivitas ini cenderung mendorong petani untuk beralih
jagung nasional, yaitu “double track” menanam tanaman lain
Menjaga Keberlangsungan Jagung dengan Inovasi
Double Track
Di daerah Nusa Tenggara dan sekitarnya,
pengaplikasian teknik ini mampu meningkatkan
produktivitas jagung.

1 Ha lahan yang awalnya hanya mampu


memproduksi 1 - 2 ton jagung per tahunnya
dengan kemampuan kapasitas menampung 55
- 66 ribu pohon, dengan pengaplikasian teknik
ini, berkembang menjadi 5 ton jagung per
tahunnya dengan kemampuan kapasitas
menampung hingga 77 ribu pohon jagung.

Terjadi peningkatan hasil 2x lipat dari


sebelumnya Gambar 8. Penyuluhan kepada petani lokal teknik menanam double
track.
Teknik Menanam Double Track
Pola Double Track, menanam 1 biji benih per lubang
untuk meningkatkan performa pertumbuhan dan
produksi

Realitas lapangan : dalam 1 lubang ditanam 3 hingga


10 biji benih per lubang

Double Track merupakan teknik menata persaingan zat


hara, gas CO2 dan O2, cahaya matahari antar tanaman
dalam satu lubang (sebelum) yang kemudian dengan
cara dipisahkan menjadi 1 benih / lubang

Gambar 9. Skema menanam double track.


Keekonomian Jagung

Pada tahun 2019,


produksi jagung nasional
adalah sebesar 33 juta
ton.

Grafik 1. Produksi jagung nasional


(Sumber: katadata.com)
Keekonomian Minyak Jagung

Harga minyak jagung


Harga jagung di tingkat petani 

Rp45.000 - Rp80.000/liter
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7
Tahun 2020 dipatok di angka Rp3.150 per kg
untuk kadar air 15 persen.

Sementara untuk jagung berkadar air 20


persen, harga acuan dipatok Rp3.050 per kg
Keekonomian Minyak Jagung
USD / year
Raw Material
Estimasi perhitungan Dry - milled germ 2690.000
keekonomian produksi minyak
Cellulase 750.000
jagung skala industri dengan
menggunakan metode aqueous Water 19.620
enzyme extraction.  Utilities
Electricity 328.000
Kapasitas: 4,1 juta kg minyak Chilled Water 378.252
jagung/tahun.  Labor and Supplies
Labor dependent 396.000
Facility dependent 375.000
Tantangan Pengembangan

Hal yang berpotensi menjadi kendala Hal yang berpotensi menjadi kendala saat
saat pembudidayaan pengolahan dan manfaat

Lahan jagung yang semakin lama Tanaman jagung yang mudah terserang
berkurang. hama, seperti ulat penggerek batang jagung,
kutu daun, ulat grayak, dll.
Produksi Minyak Jagung

Teknologi Produksi Produksi Glycerol

Produksi Diacylglycerol
Proses Produksi Minyak Jagung (Wet
Milling)
 1. Cleaning → membersihkan biji jagug
dari bonggol, kerikil, serangga, dan
pengotor lain
2. Steeping → untuk memisahkan germ,
pericarp, endosperm dan starch
- Menggunakan steepwater (air +
SO2)
- T=52, t=24-36 jam
3. Germ Separation → dengan
penggilingan dan hidrosiklon
4. Screw pressing → untuk memisahkan
air
5. Drying → menggunakan rotary steam
tube dryer sampai 3% moisture

Wet Milling Process Flow Diagram


(Rausch et al. 2005).
Konvensional
Konvensional

Solvent
Solvent extraction
extraction
Pressing
Pressing
Supercritical
Supercritical CO2
CO2 extraction
extraction
Aqueous
Aqueous extraction
extraction
Teknologi Produksi
Minyak Jagung
Perkembangan
Perkembangan

Enzyme
Enzyme assisted
assisted aq.
aq. extraction
extraction
Teknologi Produksi Minyak Jagung

(Shende and Sidhu, 2014)


Teknologi Produksi Minyak Jagung

(Shende and Sidhu, 2014)


Teknologi Produksi Minyak Jagung
Perkembangan Riset
Ekstraksi minyak jagung dengan bantuan enzim
1. Tiga skema dalam pengembangan riset aqueous enzymatic oil extractions

Skema 1 : cellulase only

Skema 2 : cellulase + protease with buffers

Skema 3 : cellulase + protease with pH adjustment but no buffers were used


2. Pengujian berbagai jenis enzim yang dapat menghasilkan persentase oil yields paling besar
Teknologi Produksi Gliserol
HIDROLISIS TRIGLISERIDA

● Gliserol dapat disintesis dari reaksi hidrolisis lemak oleh adanya air. Proses ini umum digunakan
baik dalam skala industri maupun skala laboratorium.

Reaksi Hidrolisis secara Umum


(sumber: Effendi, 2013)
Teknologi Produksi Gliserol
HIDROLISIS TRIGLISERIDA

● Gliserol yang dihasilkan dari proses hidrolisis trigliserida masih terkandung di dalam sweet water,
sehingga diperlukan proses pemisahan dan purifikasi gliserol dari pelarut dan pengotornya.
● Adapun proses yang digunakan untuk pemurnian gliserol diantaranya yaitu dengan sentrifugasi,
evaporasi, dan filtrasi.
● Salah satu jenis evaporator yang digunakan dalam industri gliserol dari minyak jagung yaitu triple
effect evaporator.
Teknologi Produksi Gliserol
HIDROLISIS TRIGLISERIDA

Keterangan:
1 = Tangki minyak jagung
2 = tangki pewangi
3 = tangki pewarna
4 = NaOH storage
5 = mixer
6 = filter press
7 = evaporator
8 = cooler
9 = tangki produk

Diagram Alir Proses Produksi Gliserol dari Minyak Jagung


(sumber: Depari, 2009)
Teknologi Produksi Gliserol
REAKSI TRANSESTERIFIKASI

● Gliserol dapat dihasilkan dari transesterifikasi lemak dan minyak di pabrik biodiesel.
● Transesterifikasi adalah reaksi kimia dimana lemak dan minyak (trigliserida) bereaksi dengan
alkohol (seperti metanol) menghasilkan asam lemak metil ester dan gliserol sebagai produk
sampingannya. Proses transesterifikasi umumnya menggunakan katalis untuk mempercepat
kelangsungan reaksi.
● Gliserol hasil proses transesterifikasi memiliki kandungan garam yang tinggi dan alkohol yang
berlebih.
Teknologi Produksi Gliserol
REAKSI TRANSESTERIFIKASI

Reaksi Transesterifikasi
(sumber: Tani, 2013)
Teknologi Produksi Gliserol
katalis yang dapat
digunakan pada proses
transesterifikasi. (Tan,
2013)
Teknologi Produksi Gliserol
SAPONIFIKASI

● Gliserol dapat terbentuk sebagai produk samping dari proses saponifikasi trigliserida dalam
produksi asam lemak bebas dan lemak ester.
● Reaksi saponifikasi adalah hidrolisis lemak dan minyak (trigliserida) dengan alkali yang
menghasilkan 2 produk yaitu sabun dan gliserol. Reaksi saponifikasi dapat dilihat pada gambar
dibawah
Teknologi Produksi Gliserol
Berikut adalah tabel perbandingan hasil gliserol berdasarkan dari 3 proses (Tan, 2013).

%
Compoonent
Transesterification Saponification Hydrolisis
Glycerol 75 83 - 84 88 - 90
Ash 10 8.5 - 9.5 0.7 - 1.0
Water 10 6.0 - 7.0 8.0 - 9.0
Mong (material organic non - glycerol) 5 3.0 - 4.0 0.7 - 1.0
Tmg (trimetylene glycerol) 1 0.1 0.2
Teknologi Produksi Gliserol
PURIFIKASI CRUDE GLISEROL

● Proses purifikasi dilakukan untuk mengubah crude gliserol menjadi gliserol yang dapat digunakan,
yang telah memenuhi persyaratan kemurnian untuk suatu penggunaan.
● Terdapat beberapa metode yaitu distilasi, filtrasi, chemical treatment, adsorpsi (menggunakan
karbon aktif), ion-exchange (menggunakan resin), dan ekstraksi
● Selama proses purifikasi digunakan dua atau lebih metode purifikasi untuk mencapai efektivitas
pemurnian yang tinggi.
● Semua metode purifikasi membutuhkan pemahaman yang baik mengenai sifat kimia dan fisik
bahan yang terlibat.
Teknologi Produksi Gliserol
PURIFIKASI CRUDE GLISEROL : DISTILASI

● Distilasi merupakan metode yang paling umum dilakukan untuk memurnikan crude gliserol,
umumnya dilakukan untuk menghilangkan air dan metanol berdasarkan titik didih pada saat
purifikasi gliserol.
● Distilasi juga merupakan metode sederhana dan efisien untuk memurnikan crude gliserol dengan
kandungan garam yang tinggi dan bahan organik non-gliserol.
● Kelebihan proses distilasi: operasi kontinyu skala kecil hingga besar, biaya bahan kimia rendah,
proses adaptasi yang dapat disesuaikan dengan berbagai kualitas produk mentah dan produk
akhir.
Teknologi Produksi Gliserol
PURIFIKASI CRUDE GLISEROL : DISTILASI

● Kekurangan proses distilasi: membutuhkan energi yang tinggo untuk penguapan dan menciptakan
dekomposisi termal.
Teknologi Produksi Gliserol
PURIFIKASI CRUDE GLISEROL : ION-EXCHANGE

● Ion-exchange merupakan metode untuk menghilangkan kotoran, warna, dan bau melalui
pertukaran ion dari bahan penukar ion. Metode ini menggunakan air yang relatif sedikit untuk
pemisahan garam dari crude gliserol dan tidak memerlukan proses penguapan.
● Isahak dkk. bereksperimen menggunakan jenis resin Amberlite IRN-78 dan Amberlite 200 untuk
memurnikan crude gliserol dan meneliti keefektifan resin.
● Hasilnya yaitu pengotor seperti garam anorganik dan ion bebas hilang ketika metode ion-exchange
diterapkan.
Teknologi Produksi Diacylglycerol
GLISEROLISIS

● Produksi dialisgliserol dapat melalui proses gliserolisis (antara minyak dan gliserol). Pada
umumnya, proses gliserolisis menggunakan katalis alkali seperti natrium hidroksida atau kalsium
hidroksida.
● Reaksi gliserolisis merupakan salah satu bentuk reaksi interesterifikasi yang melibatkan
perpindahan gugus asil yang terdapat pada gliserol dan minyak (dalam bentuk triasilgliserol).
Teknologi Produksi Diacylglycerol
GLISEROLISIS

Reaksi Gliserolisis
(sumber: Trirahayu, 2020)
Teknologi Produksi Diacylglycerol
GLISEROLISIS

● Pada skala industri, gliserolisis kimiawi biasanya dilakukan pada suhu 210-260
derajat Celcius dan menggunakan berbagai katalis alkali seperti natrium
hidroksida, kalium hidroksida, natrium metoksida, dan kalium asetat.
● Namun nyatanya proses ini memiliki banyak kekurangan terkait dengan kondisi
operasi ekstrim yang digunakan.
● Paparan kondisi suhu tinggi yang berkepanjangan terutama untuk asam lemak tak
jenuh dapat menyebabkan pembentukan produk samping yang tidak diinginkan.
● Terdapat variabel penting dalam reaksi gliserolisis yaitu waktu dan suhu reaksi,
konsentrasi katalis, rasio molar reaktan, penambahan pelarut, kandungan air, dan
kemurnian gliserol.
Teknologi Produksi Diacylglycerol
GLISEROLISIS

● Setelah proses gliserolisis, selanjutnya proses netralisasi dimana bertujuan untuk


menghilangkan katalis basa. Hal tersebut agar menghindari rasa sabun pada
produk dan menghindari kualitas produk yang buruk.
● Proses purifikasi juga diperlukan untuk memurnikan diasilgliserol dari produk
samping yang terbentuk.
 
Teknologi Produksi DAG  Chemical glycerolysis adalah metode
yang paling banyak digunakan dalam
produksi DAG
 Biasanya dilakukan pada suhu 210-260
Catalytic Production
dengan katalis basa
Enzymatic
• Esterification Kekurangan Chemical Glycerolysis
Chemical Glycerolysis
• Glycerolysis
• Partial hydrolysis • Kondisi operasi yang ekstrem dapat
menyebabkan pembentukan by-
products yang tidak diinginkan
• Perubahan karakteristik produk
(sensory, appearance, aroma)
Purification • Yield dan kemurnian DAG yang
rendah
• Kebutuhan energi tinggi
DIstillation
Pengembangan Teknologi
Teknologi enzim memiliki potensi yang baik dibandingkan
menggunakan katalis basa karena:
• bersifat reusable dan lebih kompatibel dengan
keberagaman kualitas bahan baku
• membutuhkan langkah yang lebih sedikit
• kebutuhan energi rendah sehingga meminimalisir
terjadinya produk samping yang tidak diinginkan
• Enzim lipase memiliki seletivitas tinggi terhadap
produksi DAG

(Phuah, et al., 2014)


Kelemahan Teknologi Enzim
• Laju reaksi rendah
• Stabilitas rendah pada kondisi operasi
• Harga enzim yang mahal
• Kelarutan gliserol dan asam lemak yang rendah
• Enzim inhibition oleh gliserol yang mengganggu aktivitas
enzimatik
Pengembangan Teknologi
ENZYMATIC ESTERIFICATION
► Reaksi antara asam lemak bebas dan gliserol yang E Enzyme (lipase)
dikatalis enzim lipase dalam bentuk bebas atau FFA free fatty acid
terimobilisasi untuk menghasilkan asilgliserol dan
G Glycerol
air
DAG diacyl glycerol
E.FFA kompleks lipase dan FFA

E*H2O kompleks intermediet lipase


dan air
E* kompleks enzim termodifikasi
E*G kompleks lipase dan gliserol
Skema mekanisme reaksi esterifikasi dengan katalis enzim E.DAG komplek intermediet lipase dan
(Phuah, 2015) DAG
E-G kompleks lipase-gliserol
Tantangan enzymatic esterification
□ Diperlukan sedikit ait (trace amount)untuk menjaga
aktivitas enzim. Namun air yang terlalu banyak akan
menyebabkan reaksi balik
■ Eliminasi air dengan vacuum pump

□ Kelarutan rendah antara gliserol dan asam lemak


□ Adsorpsi gliserol ke permukaan enzim menghalangi
aktivitas enzim
■ Rekayasa solvent → menurunkan viskositas
campuran untuk meningkatkan perpindahan masa
Most Promising Results For Enzymatic DAG Production Via Esterification

DAG
Lipase Form Substrate Reaction Condition
Yield %
Rhizomucor Imm G+LOA 25 °C, 4.2 wt% enzyme based 75
miehei on oil weight,
12 hours
Perbandingan LOA:Gliserol 2:1
(3 mmHg)

Rosu et al. (1999)

Imm: immobilized, G: gliserol, LOA: linoleic acid


Pengembangan Teknologi
ENZYMATIC GLYCEROLYSIS
► Migrasi bagian fatty acyl dari TAG
(edible oil) ke akseptor acyl (gliserol)
dengan bantuan enzim lipase

Opportunity

Oversupply gliserol akibat peningkatan produksi biodiesel membuat harga gliserol menjadi rendah
→ Hal ini membuat metode gliserolisis unggul dibandingkan metode lain karena harga bahan baku
yang murah
Enzymatic Glycerolysis Reaction For Diacylglycerol (DAG) Production
Mengatasi Kelarutan Substrat yang Rendah
 Mengimprove pelarut untuk membentuk sistem reaksi homogen, menurunkan viskositas
campuran, menghindari difusi dan menghasilkan reaksi yang lebih cepat
 Namun pemisahan dan recovery pelarut membutuhkan waktu yang lama dan langkah operasi
yang rumit sehingga tidak praktis untuk diterapkan di industri
 Selain itu, pelarut organnik merupakan salah satu agen karsinogenik dan tidak ramah
lingkungan
 Kebutuhan akan teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan mendorong penggunaan
ionic liquid sebagai green solvent
 Kahveci et al., (2010) melaporkan bahwa binary ionic liquid system efektif untuk
meningkatkan yield DAG (70% w/w) dengan kehadiran MAG sebagai produk samping yang
sangat kecil
Mengatasi Pembentukan Lapisan Hidrofilik Gliserol di
Permukaan Enzim Lipase
 Terbentuknya lapisan hidrofilik membatasi kontak enzim dengan fasa hidrofobik (minyak)
yang menyebabkan konversi DAG rendah (Kristensen et al., 2005)
 Dapat diatasi dengan pemilihan enzim hidrofobik
 Alternatif lain adalah ketika menggunakan enzim hidrofilik dapat ditambahkan solid support
seperti silika gel, diatomaceous earths atau karbon aktif sebagai reservoir gliserol
Pengembangan Teknologi
ENZYMATIC PARTIAL HYDROLYSIS
► Migrasi bagian fatty acyl dari TAG
(edible oil) ke akseptor acyl (gliserol)
dengan bantuan enzim lipase

 Dengan pengendalian kadar air yang tepat, cukup banyak jumlah DAG dapat diperoleh.
 Hidrolisis parsial adalah metode pemrosesan yang menarik karena bahan baku utama yang tidak
mahal (minyak atau lemak dan air)
 Selain itu, DAG dapat diproduksi dalam reaksi hidrolitik satu langkah TAG tanpa penambahan
lebih lanjut substrat lain seperti gliserol.
Tantangan dan peluang Aplikasi Gliserolisis Parsial

□ Secara umum, area antarmuka air lipid merupakan faktor pembatas laju yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap laju hidrolisis parsial berbantuan lipase.
□ Studi yang dilakukan menunjukkan bahwa laju reaksi awal dapat ditingkatkan dengan
peningkatan kecepatan agitasi, menunjukkan bahwa batasan perpindahan massa eksternal
diatasi pada kecepatan agitasi tinggi
□ Surfaktan sering ditambahkan ke dalam campuran reaksi untuk meningkatkan kontak antar muka
antara minyak dan fasa air dan menstabilkan sistem emulsi.
□ Namun penghilangan surfaktan dari media membawa kesulitan tersendiri
□ Tantangan lainnya untuk hidrolisis parsial yang efektif adalah pembentukan gliserol secara terus
menerus selama reaksi. Gliserol akan membentuk lapisan hidrofilik di sekitar enzim yang
membatasi laju difusi substrat, menghasilkan konversi DAG yang lebih rendah.
□ Oleh karena itu, reaksi hidrolisis parsial perlu dikontrol secara hati-hati untuk menghindari
hidrolisis lebih lanjut
Keekonomian DAG
Harga bahan baku menentukan keekonomian proses. Harga bahan baku yang
rendah akan meningkatkan keuntungan

(Arora and Singh, 2020)


Kesimpulan
● Salah satu produk turunan dari gliserol adalah DAG yang biasa digunakan
sebagai emulsifier.
● Produksi dari gliserol dapat menggunakan bahan baku jagung karena kandungan
trigliserida dari minyak jagung yang cukup tinggi.
● Untuk menjaga keberlangsungan jagung, langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan menanam menggunakan teknik double track.
● Teknologi produksi minyak jagung terdiri dari pressing, solvent extraction,
aqueous extraction, enzyme assissted aqueous extraction.
● Teknologi produksi gliserol terdiri dari proses hidrolisis, saponifikasi, dan
transesterifikasi. Dari ketiga proses tersebut yang paling menghasilkan
persentase gliserol yaitu proses hidrolisis sebesar 88-90%.
● Proses produksi diasilgliserol yaitu menggunakan gliserolisis kimiawi, dimana
tahapnya yaitu gliserolisis, netralisasi, dan purifikasi.
Kesimpulan
• Produksi DAG dengan enzim merupakan pengembangan teknologi untuk
mengatasi kelemahan gliserolisis konvensional yaitu kondisi operasi yang ekstrem.
• Kelemahan utama metode enzim adalah harga enzim yang mahal
• Terdapat beberapa kendala dalam pengaplikasian teknologi enzim seperti kelarutan
substrat yang rendah dan pembentukan lapisan hidrofilik di permukaan enzim
Terima Kasih
Referensi
• Kwiatkowski, J.R. and Cheryan, M., (2002). Extraction of oil from ground corn using ethanol. Journal of the American Oil Chemists'
Society, 79(8), pp.825-830.
• Shende, D. and Sidhu, G.K., (2014) Methods Used For Extraction of Maize (Zea mays, L.) Germ Oil-A.

• Cheryan, M., University of Illinois, 2002. Corn oil and protein extraction method. U.S. Patent 6,433,146.

• Cheryan, M., Shane, P. and Arana, F., PRAIRIE GOLD Inc, 2012. Germ oil extraction with ethanol. U.S. Patent Application
12/961,040.
• Karlovic et al. 1994. Acta Alimentaria. Oil Chemistry Social. Volume 70, 1273-1277.

• Moreau, R. A. et al. 2007. Aqueous Enzymatic Oil Extraction: A “Green” Bioprocess to Obtain Oil from Corn Germ and Other Oil-
Rich Plant Materials. Industrial Application of Enzymesrbohydrate-Based Material, 101-12-. doi: 10.1021/bk-2007-0972.ch008.
• Katadata (n.d.) berapa produksi dan volume impor jagung nasional? [Online] tersedia di: Berapa Produksi dan Volume Impor Jagung
Nasional? | Databoks (katadata.co.id) [diakses pada 24 November 2020]
Referensi
• Robert A. Moreau, Leland C. Dickey, David B. Johnston, Kevin B. Hicks (2009) A Process for the Aqueous Enzymatic Extraction of
Corn Oil from Dry Milled Corn Germ and Enzymatic Wet Milled Corn Germ (E-Germ). J Am Oil Chem Soc86:469-474
• Robert A. Moreau, David B. Johnston, Michael J. Powell, and Kevin B. Hicks (2004) A Comparison of Commercial Enzymes for the
Aqueous Enzymatic Extraction of Corn Oil from Corn Germ.  Journal of the American Oil Chemists Society
• L.C. Dickey, M.J. Kurantz, D.B. Johnston, A.J. McAloon, R.A. Moreau (2010) Grinding and cooking dry-fractionated corn germ to
optimize aqueous enzymatic oil extraction. U.S. Department of Agriculture
• Daniel Barrera-Arellano, Ana Paula Badan-Ribeiro and Sergio O. Serna-Saldivar (2019) Corn Oil: Composition, Processing, and
Utilization. Fats and Oils Laboratory, School of Food Engineering, University of Campinas—UNICAMP
• Kahveci, D., Guo, Z., Özçelik, B., & Xu, X. (2010). Optimisation of enzymatic synthesis of diacylglycerols in binary
medium systems containing ionic liquids. Food Chemistry, 119(3), 880–885
• Kristensen, J., Xu, X., & Mu, H. (2005). Diacylglycerol synthesis by enzymatic glycerolysis: screening of commercially
available lipases. Journal of the American Oil Chemists’ Society, 82(5),329–334.
Referensi
• Depari, E. 2009. Pra Perancangan Pabrik Pembuatan Gliserol dari Minyak Mentah Jagung dengan Kapasitas 40000
ton/tahun. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. [online]:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11711/1/09E02610.pdf. Diakses: 4 Desember 2020
• Efendy, Ach. Haris. 2013. Evaporasi Gliserol dari Minyak Jagung Mentah. Jurusan Kimia FMIPA : Universitas
Jember
• Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2019. Produksi dan Kualitas Jagung Indonesia Tidak Kalah Saing
dengan Impor. [online].
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3932#:~:text=Dari%20data%20Badan%20Pusat%20
Statistik,mencapai%2028%2C9%20juta%20ton
. Diakses pada 22 November 2020
• Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. [online].
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2015/Tanaman%20Pangan/Outlook%20Jagung%202015/fi
les/assets/common/downloads/Outlook%20Jagung%202015.pdf
. Diakses pada 22 November 2020
• Obornusantara. 2018. “Double Track” Inovasi Baru Metode Tanam Varietas Jagung, Hasil Kajian Peneliti di NTT.
[online].
https://obor-nusantara.com/2018/08/18/double-trackinovasi-baru-metode-tanam-varietas-jagung-hasil-kajian-peneliti
-di-ntt/
. Diakses pada 22 November 2020
• Prasetya, Doddy Indra dan Farobi I, Rahman. 2012. Tugas Perancangan Pabrik Gliserol dari Minyak Jagung
Mentah Kapasitas 45.000ton/tahun. [online]. https://core.ac.uk/reader/11734886. Diakses pada 2 Desember 2020
Referensi
• Nanjing, Zhong et al. 2010. Production of Diacylglycerols through Low-Temperature Chemical Glycerolysis, 122(1),
228-232. DOI: 10.1016/j.foodchem.2010.02.067
• Weifei, Wang et al. 2011. Production of Extremely Pure Diacylglycerol from Soybean Oil by Lipase-Catalyzed
Glycerolysis. Enzyme and Microbial Technology. 49(2), 192-196. DOI: 10.1016/j.enzmictec.2011.05.001
• Tan, H. W., Abdul Aziz, A. R., & Aroua, M. K. 2013. Glycerol Production and Its Applications as A Raw Material: A
Review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 27, 118-127. DOI: 10.1016/i.rser.2013.06.035
• Phuah, E., Tang, T., Lee, Y., Choong, T., Tan, C. and Lai, O., 2015. Review on the Current State of
Diacylglycerol Production Using Enzymatic Approach. Food and Bioprocess Technology, 8(6), pp.1169-1186.
• Trirahayu, D. A. 2020. Process Simulation of Glycerol Production from Corn Oil via Transesterification. Conference Series:
Materials Science and Engineering, 830, DOI: 10.1088/1757-899X/830/2/022011.
• Satriana et al. 2016. Diacylglycerol-Enriched Oil Production using Chemical Glycerolysis. Eur. J. Lipid Science Technology,
118, DOI: 10.1002/ejlt.201500489
• Zhong et al. 2014. Low-Temperature Chemical Glycerolysis to Produce Diacylglycerols by Heterogeneous Base Catalyst. Eur.
J. Lipid Science Technology, 116, DOI: 10.1002/ejlt.201300438

Anda mungkin juga menyukai