WIDYASTUTI
NIM. M1A116207
i
KARAKTERISTIK DAN MUTU GETAH DAMAR POOTI
(Hopea gregaria V. Slooten) ASAL TAHURA
NIPA-NIPA
WIDYASTUTI
NIM. M1A116207
ii
PERNYATAAN
WIDYASTUTI
NIM. M1A1 16 207
iii
ABSTRAK
Kata Kunci : Getah Damar, Hopea gregaria, Mutu damar, Karakteristik getah
Damar
ABSTRACT
iv
RINGKASAN
v
© Hak Cipta milik UHO, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
UHO.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin UHO.
vi
KARAKTERISTIK DAN MUTU GETAH DAMAR POOTI
(Hopea gregaria V. Slooten) ASAL TAHURA
NIPA-NIPA
WIDYASTUTI
M1A116207
vii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-
saran saat ujian.
Tim Penguji:
viii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Widyastuti
Menyetujui:
Mengetahui:
Prof. Dr.Ir. Aminuddin Mane Kandari, M.Si Dr. Ir. Sitti Marwah, MP
NIP. 19651231 199003 1 016 NIP. 19600101 198503 2 003
ix
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadlrat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
Seiring dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghormatan kepada Ibu Niken Pujirahayu, S.Hut., MP., Ph.D sebagai
Pembimbing 1 dan Bapak Dr. Basrudin, SP.,M.Si sebagai Pembimbing II yang
telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih
penulis tujukan kepada Ayahanda La Malesi dan Ibunda Wa Ode Maudiah atas
perhatian, doa, pengorbanan motivasi dan kasih sayangnya yang selalu diberikan
kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc Selaku Rektor
Universitas Halu Oleo, Kendari.
2. Terimakasih kepada Ibu Asrianti Arif., SP., M.Si, Ibu Dr. Zakiah Uslinawaty,
S.Hut., M.Si. dan Ibu Nurhayati Hadjar, S.Hut., MP selaku dosen penguji
saya yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah, MP selaku penasehat akademik
selama empat semester yang selalu memberikan arahan dan nasehat kepada
penulis.
4. Terima kasih tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam lingkup
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan yang telah banyak membimbing
dan memberi layanan pendukung akademik selama mengikuti pendidikan.
Pegawai administrasi Jurusan Kehutanan dan Fakultas Kehutanan dan Ilmu
Lingkungan atas urusan administrasi yang mendukung penulis dalam proses
pengurusan berkas penyelesaian studi akhir.
5. Teman-teman SERBU 2016 yang telah mendukung serta membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian maupun membantu dalam memberikan
informasi Sri Familasari, Husnul Usman, Kadek Eri Satriawan, Laode Anando,
Anggi Nurhafizhah Alang, Siti Nurhaliza Nabang, Jannika Sampealla’, Desriyani,
, M. Mufti Nasrullah M.S, Fahril Astaman, Laode Ardi Nurdin, Armin, Triska
Amalia Santi, Yogi Sri Munandar, Sahrun,Alman, Endah Puspa Agustina, Melisa,
x
Natalia Arianti Saputri, Wa Ode Asriani Anisa dan yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu serta terima kasih kepada Ilman yang selalu menemani dan
membantu dalam segala kondisi yang penulis hadapi. Serta terimakasih kepada
keluarga Zigcler yang telah banyak membantu penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan....................................................................................... 35
6.2. Saran................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................. 40
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berfikir.................................................................................. 4
2. Pengambilan Titik Koordinat Pohon.................................................... 12
3. Pengukuran Diameter Pohon Hopea gregaria...................................... 13
4. Metode Koakan..................................................................................... 14
5. Proses Penyadapan Getah Damar Hopea gregaria............................... 14
6. Warna dan ukuran getah damar Hopea gregaria V.Slooten................. 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
diseluruh dunia mencapai 506 jenis, tergolong dalam 14 marga yang sebagian
menjulang ini merupakan jenis pohon pertumbuhannya sangat lambat, dan dalam
ambang kepunahan, karena jenis famili ini terus menerus mengalami eksploitasi
(Septria et al., 2018). Salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae ini adalah
H. gregaria.
Jenis ini memiliki penyebaran yang sempit dan hanya ditemukan di Sulawesi
Tenggara (Sahidin et al., 2006). Jenis ini dilaporkan sudah terancam punah oleh
IUCN sejak tahun 1998. Pooti (H. gregaria) dapat menghasilkan getah damar atau
Damar adalah salah satu hasil hutan bukan kayu, damar mempunyai nilai
ekonomis tinggi sebagai bahan baku industri cat, vernish, lak, tinta, korek api,
plastik dan penutup tahan air. Komoditi damar mampu memberikan kontribusi
(Karyono et al., 1996). Getah damar merupakan suatu padatan rapuh dengan
warna yang pada umumnya pucat kekuning - kuningan hingga hitam tetapi warna
tersebut tergantung dari jenis damar tersebut. Getah damar juga memiliki sifat
1
mudah terbakar dan bukan termasuk bahan yang mudah menguap bila tidak
getah damar meliputi karakteristik fisik, fisika, dan kimia. Karakteristik fisik
damar terdiri atas warna dan ukuran bongkahan. Karakteristik warna getah damar
(SNI 290 01-2012). Adapun karakteristik fisika getah damar yaitu titik lunak
sedangkan karakteristik kimia terdiri atas kadar abu, kadar kotoran, bahan tak
terlarut dalam toluea (Mulyono dan Anton, 2004) dan bilangan asam
Kadar abu, titik lunak dan bilangan asam termasuk variabel dalam standar
(Gusti dan Zulnely, 2014) didapatkan rata – rata hasil pembakaran damar mata
kucing (S. javanica) dengan kadar kotoran rendah. Penelitian (Alang, 2020) pada
getah damar mata kucing (S. javanica) diameter 30 cm menunjukkan rata – rata
hasil pengujian kadar abu dan bilangan asam masuk dalam kelas mutu II (dua),
standar SNI 2900.1:2012, didapatkan hasil getah damar pooti (H. Gregaria)
pada ukuran diameter 30 cm, 50 cm, dan 90 cm pohon pooti (H. grearia) dengan
menggunakan metode koakan di peroleh laju produksi getah damar yang berbeda,
produksi terbaik adalah pada kelas diameter 45-50 cm, dan pada diameter 30 cm
2
sementara itu pada diameter 50 cm belum dilakukan pengujian kualitas getah
damar.
mengenai karakteristik dan mutu getah damar pooti (H. grearia) pada diameter
Tahura Nipa-Nipa.
getah damar pooti (H. grearia) asal Tahura Nipa-Nipa. Sedangkan kegunaan
Pooti adalah salah satu jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae yang
dapat menghasilkan getah atau damar untuk dimanfaatkan. Getah damar dari
visual dan uji mutu untuk mengetahui karakteristik getah damar pooti agar dapat
dilakukan untuk melihat warna sampel sebagai salah satu parameter dalam
menentukan mutu getah damar dan uji mutu laboratorium untuk melihat kadar
3
kotoran sampel, titik lunak, kadar abu, bilangan asam dan kekeruhan sampel
dalam larutan toluena. Sistematis kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan
pada Gambar 1.
Pooti
Damar
Warna
Kadar Titik Kekeruhan Kadar Bilangan
Kotoran Lunak dalam Abu Abu
Larutan
Toluena
Karakteristik Getah
Pooti (Hopea gregaria)
di Kawasan Tahura
Nipa-Nipa
Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian
4
II.1. Deskripsi Pooti
(Purwaningsih, 2004).
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Kelas : Magniolopsida
Ordo : Malvales
Family : Dipterocarpaceae
Genus : Hopea
mencapai ketinggian 35 meter yang berukuran sedang. Jenis ini hanya ditemukan
di Sulawesi Tenggara dan memiliki penyebaran yang sempit. Jenis ini dilaporkan
sudah terancam punah oleh IUCN sejak tahun 1998. H. gregaria ditemukan di
5
hutan dataran rendah yang dapat menghasilkan getah atau resin yang berwarna
putih dan kuning. Pooti tumbuh di hutan alam Pohara Sulawesi Tenggara
Pooti merupakan salah satu jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae yang
sudah sangat langka, tumbuhan ini termaksud jenis terancam punah jenis ini juga
(Sahidin et al., 2006) dan di Tahura Nipa-Nipa (Albasri et al, 2019). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agustina, (2020) pooti ini banyak tersebar di Blok
Kota Kendari.
Pooti ini memiliki banyak manfaat yakni kayunya baik digunakan untuk
bahan gulam, selain itu untuk kulit dari jenis ini memiliki tiga kandungan
vatikanol B dan hopeafenol (Sahidin, 2006). Kayu pooti digunakan sebagai giam
(balau) dan pohon ini menghasilkan resin berwarna putih atau kuning atau
6
II.3. Deskripsi Getah Damar
Damar dalam bahasa melayu disebut sebagai lampu atau resin yang
berasal dari resin. Getah damar berasal dari jenis pohon dalam famili
(Tapping), getah damar adalah hasil sekresi getah dari pohon yang berasal dari
pohon Shorea sp, Vatica sp, Dryobalanops sp dari jenis famili Dipterocarpaceae
Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian
pegunungan (Zai, 2017). Nama damar digunakan pula untuk menyebut resin yang
lainnya. Sementara, resin pohon damar disebut kopal. Nama kayu damar
digunakan dalam perdagangan untuk menyebut kayu yang dihasilkan oleh jenis-
merupakan material solid atau semi solid yang terdiri dari beberapa komponen
kompleks bersifat tidak larut dalam air dan bisa larut menggunakan pelarut
mekanis, sehingga apabila saluran damar terpotong dan dilukai, maka sekresi
membeku.
spiritus, plastic, bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak dan
7
lain-lain. Pohon damar juga dapat digunakan sebagai peneduh karena daunnya
yang rimbun serta dapat dijadikan tanaman hias jika ditanam dengan lurus secara
terpilih untuk disadap (diameter 20 up) kemudian dilukai kulit batangnya agar
getah damar dapat mengalir keluar. Selanjutnya setiap 15 hari sekali, pohon damar
dilukai di tempat luka sama agar getah yang keluar semakin banyak. Setiap 3
(tiga) bulan, getah dipanen dengan menggunakan parang khusus untuk damar
dilakukan setiap periode 6 hari. Pembuatan lubang bor baru dilakukan melingkar
batang (horizontal), jumlah lubang melingkar batang sebanyak 3 buah dan jarak
antara lubang bor 20-25 cm. Setelah lubang bor melingkar batang mencapai 3
buah, maka pembuatan lubang berikutnya dilakukan ke arah atas batang (vertikal)
Mencatat kondisi awal pohon yang akan di sadap, seperti diameter pohon
sedemikian rupa sehigga bidang sadap dapat terkena matahari secara langsung.
Membuat torehan pada batang pohon yang akan disadap dan menyemprotkan
8
dilakukan pada pagi hari dan luka sadapan diusahakan menghadap sinar matahari
Pohon damar mata kucing sudah siap diambil getahnya pada saat pohon
berumur sekitar lebih dari 20 tahun atau diameter batang mencapai 25 cm atau
lebih (Yulizar, 2016 dalam Saputri, 2017). Periode penyadapan dilakukan dengan
teknik manual yaitu metode koakan. Getah yang disadap dalam usia 1 bulan atau
lebih memiliki kualitas yang baik yaitu getah yang telah terkumpul banyak, tidak
Secara umum getah damar memiliki sifat rapuh dan mudah melekat pada
tangan dan suhu kamar, mudah larut dalam minyak atsiri dan pelarut organik non
polar, sedikit larut dalam pelarut organik yang polar, tidak larut dalam air, tidak
tahan panas, serta mudah terbakar, tidak volatil bila tidak terdekomposisi dan
warna dapat berubah bila disimpan terlalu lama dalam tempat tertutup tanpa
tetapi damar juga mengandung suatu fraksi polimer, yang tersusun dari
polycadinene dan mengandung asam-asam resinol, resin, minyak atsiri. Getah ini
stabil, dapat dibakar dan tidak kompatibel dengan bahan oksidator kuat.
komponen.
9
Komponen terbanyak dalam getah damar mata kucing salah satunya adalah
brasikasterol, yaitu sebanyak 20,23%. Senyawa ini memiliki struktur yang mirip
ekstrak damar mata kucing dari tumbuhan S. javanica mempunyai aktivitas anti
rayap dan anti jamur (Mulyono et al., 2012). Karena itulah getah damar ini
digunakan juga sebagai bahan perekat dengan daya rekat yang sangat kuat dan
mempunyai sifat tidak mudah larut dengan air atau tahan terhadap air
(Akram et al., 2014). Hasil karakterisasi gugus fungsi dalam getah damar mata
mempunyai gugus alkil, karbonil, vinil, dan hidroksil (Mulyono et al., 2012).
10
III. METODE PENELITIAN
(Lampiran 1), kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut uji karakteristik dan
mutu getah damar pooti (H. grearia) di Laboratorium Jurusan Ilmu Teknologi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu getah damar pooti
(H. grearia) larutan toluena, etanol, KOH, dan Indikator Fenolflatelin (PP)
etanol, sedangkan alat yang digunakan unuk menunjang penelitian ini yaitu
neraca analitik (untuk mengetahui berat dari sampel atau bahan), cawan (berfungsi
untuk menyimpan sampel bebas air), gelas piala (berfungsi sebagai penampung
kimia cair dengan ketelitian rendah, sebagai tempat untuk menampung bahan
11
kimia untuk sementara), pengaduk magnetik (untuk mempercepat dan
keperluan analisis kekeruhan air atau larutan), kelereng, vacuum pump (berfungsi
sebagai penyedot yang terlarut), kertas what man (berfungsi sebagai penyaringan),
camera dan alat tulis menulis seperti (papan alas, penggaris, buku dan pulpen).
III.3.1.Pengambilan Sampel
terlebih dahulu untuk melihat pohon Pooti (H. grearia) berdiameter 50 cm yang
Memilih dan mengukur kondisi fisik pohon pooti (H. grearia) kriteria
diameter pohon 50 cm karena pada diameter ini belum dilakukan uji karakteristik
Kriteria ini diambil karena pada penelitian yang dilakukan oleh Munandar, (2020)
12
kelas diameter 45-50 cm getah damar pooti (H. grearia) menghasilkan produksi
b) Kemudian dibuat koakan permulaan dengan alat sadap yang disebut kadukul.
kulit).
1. Pemasangan talang ditempelkan pada tepi bawah koakan dan dipaku pada
kedua sisinya.
13
f) Pemungutan gelah damar dilakukan setiap 7 hari selama 1 bulan.
Penelitian ini menggunakan dua metode tahap uji, yaitu uji visual
(menentukan mutu getah damar dengan melihat warna getah damar serta ukuran
bongkahan getah damar) dan uji mutu laboratorium (menghitung kadar kotoran,
bilangan asam, kekeruhan dalam toluene, kadar abu dan titik lunak) dengan
jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
1. Uji visual damar Pooti (H. grearia) pada penelitian ini dilakukan pengujian
dengan melihat parameter warna sampel untuk menentukan kelas mutu getah
damar.
dengan menggunakan lima parameter sebagai titik ukur atau persyaratan mutu
14
a) Pengujian kadar kotoran
1. Menimbang 2,6 gram sampel uji (W) dan masukkan ke dalam gelas piala
300 Ml.
kosongnya (W1)
4. Bila cawan Gooch berisi residu (bahan tak larut toluena) dengan toluena
jam sampai diperoleh berat konstan. Berat konstan tercapai jika selisih dua
maksimum 0,1 %.
b) Bilangan asam
larutan menjadi merah muda: catat volume larutan KOH yang diperlukan
15
c) Kekeruhan dalam larutan toluena
ke dalam turbidimeter.
d) Kadar abu
1. Menimbang contoh uji damar yang telah dibuat serbuk halus sebanyak ± 2
Dengan pengertian :
16
e) Titik lunak
menentukan tingkat suhu yang menandai saat awal resin mulai melunak.
Pengujian titik lunak dilakukan berdasarkan uji SNI 7636 : 2011 dengan prosedur
sebagai berikut:
3. Kemudian masukkan bola baja dan termometer kedalam gelas piala lalu air
dan mencatat:
(a) Tingginya suhu awal yang menyatakan saat resin mulai melunak ditandai
(b) Suhu akhir yang ditandai bola baja menyentuh dasar lempeng.
(c) Menentukan titik lunak dengan cara menghitung nilai rata-rata suhu awal
yang ditandai dengan bola baja mulai mulai menurun dan suhu akhir yang
ditandai dengan bola baja menyentuh lempeng. Nilai rata rata kemudian
Penelitian ini menggunakan dua metode tahap uji, yaitu uji visual
(menentukan mutu getah damar dengan melihat warna getah damar serta ukuran
17
bongkahan getah damar) dan uji mutu laboratorium (menghitung kadar kotoran,
bilangan asam, kekeruhan dalam toluene, kadar abu dan titik lunak) dengan
jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
1. Uji visual
Berikut adalah tabel syarat mutu getah damar berdasarkan standar uji
visual, yaitu :
yaitu menghitung kadar kotoran, kadar abu, titik lunak, bilangan asam dan
kekeruhan dalam larutan toluena dengan jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2900.2: 2013 mutu getaah damar
a. Kadar kotoran
18
Merupakan jumlah bahan tak larut dalam toluena dan dinyatakan dalam
Keterangan :
b. Titik lunak
Titik lunak merupakan suhu saat getah damar mulai berubah wujud dari
padat menjadi semi padat. Titik lunak dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Keterangan :
TL = titik lunak (˚C)
T1 = jumlah suhu awal (˚C)
T2 = jumlah suhu akhir (˚C)
c. Kadar abu
19
Dengan pengertian :
W = adalah berat cawan kosong (g)
W1 = adalah berat cawan + contoh uji (g)
W2 = adalah berat cawan + abu (g)
d. Bilangan asam
Keterangan:
BA = Bilangan asam
Data pada hasil penelitian ini dianalisis dengan membandingkan data hasil
penelitian dengan Standar Nasional Indonesia untuk uji visual (SNI 2900.1: 2012)
1. Uji Visual merupakan pengujian sampel secara fisik dengan kasat mata.
20
2. Uji Mutu adalah pengujian yang dilakukan dilaboratorium dengan standar
3. Kadar Kotoran adalah jumlah bahan tak larut dalam bahan pelarut.
4. Kadar Abu adalah kadar mineral yang terkandung sebagai zat sisa dari hasil
pembakaran sampel.
5. Bilangan Asam adalah banyaknya asam bebas dalam damar. Damar yang
kadar asam.
6. Titik Lunak merupakan titik dimana bahan yang padat menjadi semi padat
atau melunak.
21
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
Nipa secara administratif pemerintah Daerah yaitu terletak pada dua wilayah
22
tersebut Kawasan Kawasan Tahura Nipa-Nipa lebih luas berada di Konawe
IV.2. Iklim
Kecamatan Kendari Barat berkisar antara 21˚C sampai dengan 35˚C, suhu
tertinggi pada bulan Januari dan Oktober dengan suhu udara rata-rata maksimal
sebesar 35˚C. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi mulai dari 65,8%
hingga 97,4%. Curah hujan tertinggi di Kecamatan Kendari Barat tercatat pada
bulan Mei sebesar 840 mm dan terendah di bulan September sebesar 29 mm.
Tabel 2. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kecamatan
Kendari Barat
No Bulan Hari Hujan Curah Hujan
1 Januari 225,2 22,00
2 Februari 190,8 19,00
3 Maret 366,8 21,00
4 April 98,4 14,00
5 Mei 460 25,00
6 Juni 410,6 21,00
7 Juli 279,8 16,00
8 Agustus 3,2 7,00
9 September 19,7 5,00
10 Oktober 0 -
11 November 130,1 15,00
12 Desember 203,4 18,00
Jumlah 2388 183,00
Sumber: BPS Kecamatan Kendari Barat Dalam Angka 2019
IV.3. Topografi
23
Kondisi topografi yang terdapat Pada Kawasan Blok Perlindungan Taman
Hutan Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari memiliki daerah
landai, agak curam, curam dan sangat curam dapat dilihat pada Tabel 2.
IV.4. Tanah
Jenis tanah yang terdapat pada Kawasan Blok Perlindungan Taman Hutan
Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yaitu memiliki satu jenis
tanah saja, yaitu jenis tanah Dystrudepts berdasarkan hasil dari data analisis
(Agustina, 2010).
IV.5. Vegetasi
tiang, pancang dan semai. Jenis individu yang tersebar di Tahura Nipa-Nipa
(Diospiros buxipollia), rook (Premna sp.), koloua(Chydenanthus excels Miers.),
asam hutan (Dillenia sp.), bintangur (Callophyllum waworenteii), bolo-bolo
24
(Adenandra celebica) dongkala (Anthocephhallus), eha (Castanopsis buruana),
(Litsea firma Hook. f.), damar (Canarium sp.) puloli (Lithocarpus cf.), kalemo-
(Prunus arborea), holea (Cleistanthus laevis Hook. f.) dan walahopa (Aporosa).
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1.Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu uji visual getah damar dan
uji mutu laboratorium. Uji visual getah damar terdiri dari pengujian warna dan
damar yang terdiri dari pengujian kadar kotoran, titik lunak, kekeruhan dalam
toluena, kadar abu dan bilangan asam yang mengacu pada SNI 2900.2:2013.
Hasil pengamatan kelas mutu getah damar pooti (H. gregaria) berdasarkan
warna yang diamati secara visual, sesuai standar mutu SNI 2900.1:2012 disajikan
pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 hasil pengamatan visual getah damar pooti (H. gregaria)
berdasarkan warna didapatkan hasil pada ulangan satu, dua dan tiga yaitu
26
berwarna kuning bening dan memiliki mutu grade A hal ini sesuai dengan syarat
mutu SNI 2900.1:2012. Hasil pengamatan kelas mutu getah damar Pooti
berdasarkan ukuran bongkahan yang diamati secara visual, sesuai standar mutu
SNI 2900.1:2012. Hasil uji visual getah damar berdasarkan ukuran bongkahan,
getah damar pooti memiliki ukuran bongkahan > 3 x 3 cm 2 dan termasuk mutu
Penampakan visual warna dan ukuran bongkahan getah damar pooti (H. gregaria)
a. Kadar Kotoran
27
Hasil pengujian pada tabel 4 degan acuan SNI 2900.2:2013 menunjukkan
nilai kadar kotoran dengan tiga kali pengamatan didapatkan nilai rata – rata yaitu
0,44 hasil ini menunjukkan bahwa nilai kadar kotoran getah damar pooti masuk
b. Titik Lunak
rata – rata 75°C hasil ini menunjukkan bahwa titik lunak getah damar pooti
(H. gregaria) ini termasuk kedalam kelas mutu I berdasarkan acuan mutu SNI
2900.2:2013.
damar pooti (H. gregaria) dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel
7.
28
A3 187
Rata - Rata 192,3
pada getah damar pooti (H. gregaria) memiliki nilai bahan tak larut dala toluena
dengan tiga pengulangan mendapatkan nilai rata - rata yaitu 192,3 sesuai dengan
acuan mutu SNI 2900.2:2013 kekeruhan getah damar pooti ini termasuk kedalam
mutu I.
d. Kadar Abu
rata-rata kadar kotoran pada getah damar pooti (H. gregaria) dengan tiga kali
pengamatan yaitu 0,01 hal ini menunjukkan bahwa kadar abu getah damar pooti
e. Bilangan Asam
29
Berdasarkan hasil laboratorium pengujian bilangan asam getah damar
pooti (H. gregaria) dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel 9.
hasil 28,22 dan ulangan 3 didapatkan hasil 29,11 dengan nilai rata – rata bilangan
asam yaitu 28 sehingga bilangan asam getah damar pooti (H. gregaria) ini masuk
V.2.Pembahasan
(H. gregaria) secara visual menunjukkan bahwa kesesuaian mutu getah damar
menurut SNI 2900.1:2012, warna getah damar pooti ini termasuk dalam mutu A,
30
termasuk dalam mutu A karena memiliki ukuran bongkahan ˃ 3 x 3 cm 2. Warna
getah damar pooti (H. gregaria) diduga berhubungan dengan kotoran yang
terdapat dalam bongkahan getah damar tersebut. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alang (2020) yang juga
visual berdasarkan warna yaitu memiliki tampak warna jernih kekuningan dan
menyatakan bahwa mutu getah damar akan semakin tinggi apabila memiliki
warna semakin kuning bening dan mengkilap, dan semakin besar ukuran
bongkahan getah damar semakin jernih warnanya sehingga semakin tinggi kelas
mutunya.
kotoran damar pooti (H. gregaria) diperoleh hasil nilai rata-rata yaitu 0,44
kotoran damar pooti (H. gregaria) termasuk kedalam kelas mutu I, semakin
rendah kadar kotoran maka semakin rendah nilai titik lunaknya, artinya kualitas
getah damar semakin baik. Penelitian ini membuktikan bahwa kelas mutu getah
damar pooti (H. gregaria) memiliki nilai titik lunak yang rendah pula. Hal ini
didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gusti dan Zulnely
(2014), menunjukkan bahwa pada semua kelas kualitas, getah damar mata kucing
hasil pemurnian memiliki nilai titik lunak yang lebih rendah dibandingkan dengan
31
Menurut Kuspradini et al. (2016), menyatakan bahwa kadar kotoran getah
damar menunjukkan bahan yang tak terlarut dalam toluena. Selain mempengaruhi
bahan yang tak terlarut dalam toluena, kadar kotoran juga berpengaruh terhadap
kadar abu getah damar pooti (H. gregaria). Sesuai dengan pernyataan Wijayanto,
(2012). Yang menyatakan bahwa kadar kotoran yang semakin tinggi dapat
meningkatkan kadar abu getah damar mata kucing (Shorea javanica). Hal ini
terbukti dengan sejalannya nilai rata-rata kadar abu dan nilai rata-rata kekeruhan
Standar mutu bilangan asam yang terkandung dalam getah damar menurut
Berdasarkan hasil penelitian ini sesuai dengan standar SNI, diperoleh nilai rata
rata bilangan asam yaitu 28 sehingga termasuk kedalam kelas mutu II. Sedangkan
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alang (2020), dimana hasil
bilangan asam yang diperoleh yaitu sebesar 29. Artinya nilai bilangan asam getah
damar pooti (H. gregaria) pada penelitiannya dengan ukuran diameter pohon 30
cm termasuk dalam kelas mutu II. Dan penelitian bilangan asam yang dilakukan
oleh Gusti dan Zulnely (2014), diperoleh sekitar 27-32, juga termasuk kedalam
kelas mutu II. Sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya.
hasil penelitian ini, nilai bilangan asam yang diperoleh termasuk rendah dan
sesuai dengan standar mutu SNI. Semakin rendah nilai bilangan asam maka getah
damar semakin tahan lama. Hal ini didukung oleh pernyataan Gusti et al. (2012)
32
yang menyatakan bahwa semakin besar nilai bilangan asam maka getah damar
nilai rata-rata kadar abu getah damar pooti (H. gregariai) yaitu 0,01 % sesuai
standar mutu SNI 2900.2.2013 termasuk kedalam kelas mutu I. Dimana nilai
kadar abu terndah menurut SNI <0,5 % sedangkan nilai kadar abu tertinggi yaitu
pada diameter pohon 30 cm, nilai rata-rata kadar abu yang diperoleh yaitu 0,7 %,
artinya termasuk kedalam kelas mutu II. Hal ini membuktikan bahwa kualitas
getah damar pada penelitian ini lebih baik dari penelitian sebelumnya. Didukung
oleh pernyataan Wijayanto (2012), yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar
abu, maka semakin buruk kualitasnya, dimana penentuan kadar abu ada
(S. javanica) yang dilakukan oleh Gusti dan Zulnely (2014), diperoleh nilai rata-
rata kadar abu berkisar 0,02 % - 1,09 %, dan penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al., (2013) diperoleh nilai kadar abu berkisar 0,05 % - 2,20 %. Kedua
penelitian tersebut masih memenuhi standar mutu SNI dan termasuk kedalam
kelas mutu I. Jika dibandingkan dengan penelitian ini, tidak jauh berbeda karna
rata titik lunak getah damar pooti (H. gregaria) diperoleh nilai 75°C dengan kelas
mutu SNI 2900.2.2013 termasuk kedalam kelas mutu I yaitu 75 – 85°C. Menurut
Gusti dan Zulnely (2014), menyatakan bahwa adanya kotoran yang berikatan
33
dengan senyawa dalam getah damar mempengaruhi nilai titik lunak getah damar.
Getah damar dengan kadar kotoran rendah akan menghasilkan nilai titik lunak
yang rendah pula. Dibuktikan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu pada
getah damar mata kucing (S. javania) dimana titik lunak getah damar alami yaitu
96 - 110°C sedangkan titik lunak getah damar yang dimurnikan yaitu 94 - 104°C.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Larasati (2007) yang menyatakan bahwa
semakin rendah titik lunak maka semakin baik kelas mutunya. Berdasarkan hasil
pada penelitian ini membuktikan pernyataan tersebut. Dimana pada Tabel 5, yang
titik lunak getah damar pooti (H. gregaria) yang memenuhi persyaratan SNI lebih
SNI 01-2900-1999 yaitu 95-120 °C. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
titik lunak yang diperoleh memiliki kadar kotoran yang lebih rendah. Sedangkan
jika kadar abunya tinggi maka kekeruhan dalam toluena juga semakin tinggi.
SNI 2900.2.2013, getah damar pooti (H. gregaria) termasuk kedalam kelas mutu
yaitu persentase jumlah bahan organik atau bahan anorganik yang tidak larut
Wijayanto (2012), nilai kekeruhan dalam toluena getah damar mata kucing
(S. javanica) berkisar 0,14 – 39,72 dan termasuk kedalam kelas mutu II. Artinya
34
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki kualitas yang lebih baik jika
abu dan titik lunak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana
semakin tinggi nilai kekeruhan dalam toluena pada getah damar maka kadar abu
VI.1. Kesimpulan
bahwa secara visual karakteristik getah damar pooti H. gregaria asal tahura Nipa-
Nipa berwarna kuning bening dengan ukuran bongkahannya > 3 x 3 cm2 sehingga
Sedangkan pengujian mutu getah damar pooti (H. gregaria) dengan mengacu
pada SNI. 2900.2:2013 didapatkan nilai rata-rata kadar kotoran yaitu 0,44 hasil
ini masuk kedalam kelas mutu I SNI yaitu <1,5, pengujian titik lunak didapatkan
hasil rata-rata yaitu 75°C dan memenuhi syarat SNI yaitu mutu I dengan nilai 75-
85, pengujian pada kekeruhan dalam toluena yaitu didapatkan nilai rata-rata 192,3
dan masuk kedalam kelas mutu I SNI dengan nilai <200, pada pengujian kadar
abu didapatkan nila rata-rata 0,01 hasil ini masuk kedam kelas mutu I SNI yaitu
35
<0,5 dan hasil pengujian bilangan asam dengan nilai rata-rata 28 masuk kedalam
VI.2. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kegunaan dan lama simpan
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, P.E. 2020. Analisis Spasial Potensi Sebaran Jenis Pooti (Hopea
gregariai) Menggunakan Pendekatan Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) Di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Nipa – Nipa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. [Skripsi]. Universitas Halu
Oleo. Kendari.
Akram, A., S. Rizal dan S. Huzni. 2014. Sifat Fisik Dan Mekanik Papan Partikel
Menggunakan Perekat Damar. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Univeritas Syiah Kuala. Depok.
Alang, AN. 2020. Karakteristik Visual Dan Uji Mutu Damar Pooti
(Hopea gregaria V.Slooten). [Skripsi]. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Albasri, F.D. Tuhateru dan M.S. Sanjaya. 2019. Analisis Kerapatan Dan
Penyebaran Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) Di Sekitar Sungai
Lahundape Tahura Nipa Nipa Kota Kendari. Ecogren. Vol. 5(1):77-81.
Anasis, A.M dan M.Y.A.R. Sari. 2015. Perlindungan Indikasi Geografis terhadap
Damar Mata Kucing (Shorea Javanica) sebagai Upaya Pelestarian
Hutan. Vol (4): 566 - 593
Andhika, R. R., Muhadiono dan I. Hilwan. 2016. Etnobotani Damar Pada Orang
Rimba Di Taman Nasional Bukit Duabelas [Ethnobotany of Dammar
by Orang Rimba in Bukit Duabelas National Park ]. Berita Biologi. Vol
15 (1): 0126-1754.
36
Arianti, D.O., Idham dan S. Zainal. 2018. Pemanfaatan Getah Damar Oleh
Masyarakat Di Kelurahan Kedamin Hulu Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Hulu. Jurnal Hutan Lestari.Vol. 6(3):464-472.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Kendari Barat. Kota Kendari.
Geospasial.
Gusti, R.E.P dan Zulnely. 2014. Sifat Fisiko Kimia Damar Mata Kucing Hasil
Pemurnian Tanpa Pelarut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.32(3):164-174.
Isanto, 2018. Potensi ekowisata di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA)
Nipa - Nipa di Kelurahan Watu-Watu. Jurnal Penelitian Pendidikan
Geografi. 3(1):106-119.
IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature and Natural resources).
2019. IUCN red list of thereatened species. Version 2019.2.
Karyono, O.K., S. Sumadiwangsa dan B.M. Poernama. 1996. Suatu Kajian
Tentang Produksi Dan Ekonomi Damar Di Sumatera Barat. Buletin
Penelitian Hasil Hutan. Sumatera Barat. Vol 14(9):355-365.
Kurniawati, F dan M. Ariyani. 2013. Pengaruh Media Tanam Dan Pemupukan
NPK Terhadap Pertumbuhan Damar Mata Kucing (Shorea javanica).
Jurnal Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi. Vol 10(1):9-18.
Kuspradini, H., E. Rosamah, E. Sukaton, E.T. Arung dan I.W. Kusuma. 2016.
Pengenalan Jenis Getah : Gum-Lateks-Resin. Mulawarman University
Press. Samarinda.
Larasati, F. 2007. Pemurnian Beberapa Mutu Damar Mata Kucing
(Shorea javanica) dengan Sistem Pemanasan. [skripsi]. Bogor:
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lempang, M. 2017. Studi Penyadapan Getah Pinus Cara Bor Dengan Stimulan
Hso 2 4 (Study Of Pine Resin Tapping By Drilling Using H So
Stimulant). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. Vol 35 (3): 221-230.
Mampi, B., A. Hapid dan Mutmainnah. 2018. Produksi getah Pinus (Pinus
Merkusii Jung Et De Vriese) pada berbagai diameter batang
menggunakan sistem koakan di Desa Namo Kecamatan Kulawi
Kabupaten Sigi. Jurnal Warta Rimba. Vol 6 (3).
Maria, K.W., T.F. Manurung dan L.Sisilia. 2016. Identifikasi Jenis Pohon Famili
Dipterocarpaceae Di Kawasan Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. Vol (4):537-534.
Mulyono, N dan A. Apriyantono. 2004. Sifat Fisik, Kimia dan Fungsional Damar.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.15(3):245-252.
Mulyono, N., Wijaya, C.H., Dedi, F dan Wuryaningsih, S.R. 2012. Identifikasi
Komponen Kimia Damar Mata Kucing (Shorea Javanica) dengan
Metode Pirolisis-GC/MS. Jurnal Natiral Indonesia. Vol 14 (2):155-159.
37
Munandar, Y.S. 2020. Produksi Alami Getah Damar Pooti (Hopea gregaria
V.Slooten) Pada Beberapa Ukuran Diameter. [Skripsi]. Universitas
Halu Oleo. Kendari.
Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Jenis Jenis Dipterocarpaceae Di Indonesia.
Biodiversitas. Vol. 5(2):89-95.
Purwanti, R dan N. Hayati. 2019. Manfaat Ekonomi Damar Bagi Masyarakat Di
Sekitar Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Larona Malili.
Talenta Conference Series. Vol. 2(1):2654-7023.
Puspitasari, L. 2016. Nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) pada Tanaman
Damar (Agathis dammara) dan Pucuk Merah (Syzygium oleana) yang
terdapat di Tepi Jalan Ir. H. Juanda Kota Bandung. Universitas
Pasundan. Bandun. [Skripsi].
Redha. F. 2013. Proses Pembuatan Vernis Dari Serbuk Damar Menggunakan
Pelarut Berbasis Minyak Hidrokarbon. Hasil Penelitian Industri. Vol.
26(1): 2089-5380
Sahidin., E.H. Hakim., Y.M. Syah., L.D. Juliawaty., S.A. Achmad dan L. Latif.
2006. Tiga oligomer resveratrol dari kulit batang Hopea gregaria
(dipterocarpaceae) serta sifat toksik dan sitotoksiknya. Majalah Farmasi
Indonesia. 1(17):109-115.
Saputri, N.W. 2017. Produktivitas Dan Pendapatan Penyadapan Damar Mata
Kucing Oleh Masyarakat Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Skripsi]
Sari, R. K., Nyoman, J. W., Arif, W dan Totok, K.W. 2013. Karakteristik Damar
Mata Kucing Dalam Rangka Revisi Standar Nasional Indonesia. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis. Institut pertanian bogor. Bogor. Vol
11 (1).
Saridan, A dan Ngatiman. 2015. Kajian Strategis Daerah. Balai besar penelitian
dipterocarpa. Samarinda.
Sembiring, B.E. 2018. Pengaruh Penambahan Abu Kayu Damar Batu (Agathis
Alba) Pada Campuran Semen Portland Dan Agregat Sebagai Aplikasi
Beton K175. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sumatera Utara, Medan.[Skripsi].
Septria, D., T.M. Fernando dan G.E. Tavita. 2018. Keanekaragaman Jenis Pohon
Famili Dipterocarpaceae Di Hutan Adat Bukit Benuah Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. Vol
6(1):114-122.
SNI 2900.1:2012. Damar Mata Kucing Bagian 1 : Klasifikasi dan Persyaratan
Mutu Berdasarkan Uji Visual. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
SNI 2900.2:2013. Damar Mata Kucing Bagian 2 : Klasifikasi, Persyaratan dan
Cara Uji berdasarkan Uji Laboratorium. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
38
Soerianegara, I & Lemmens, R. H. M. J. (1994). Timber tree: major commercial
timbers. PROSEA (Plant Resources of South East Asia) Vol 5 (1):190-
191.
Sukandaryati, Dulsalam dan Yuniawati. 2015. Seri Praktek Iptek Teknik
Pemanenan Getah Dengan Menggunakan Stimulasi Organik Cuka
Kayu. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan Badan
Penelitian, Pengembangan Dan Inovasi Kementrian Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan. Bogor.
Suranto, Y. 2018. Karakter Dan Kualitas Gondurukem Kuna Hasil Penemuan Di
Pemukiman Pecinan Kutarjo Kabupaten Purworejo. Jurnal Konservasi
Cagar Budaya Borobudur. Vol 12(2):47-60.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi.
Widhiharjo. B., A. Setyawan dan S.J. Legowo. 2017. Studi Karakteristik Daspal
Modifikasi Dengan Bahan Getah Damar, Fly Ash, Oli Bekas & Lateks
Dibandingkan Dengan Aspal Penetrasi Dan Asbuton. Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol 5(2):2723-4223.
Wijayanto, A. 2012. Sifat fisiko-Kimia Damar Mata Kuicing (Shorea javanica K.
Et V.) Hasil Klasifikasi Mutu di Pasar Domestik. [Skripsi].IPB. Bogor.
Wiyono, B dan T. Haryani. 2001. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Kualitas Damar
Terhadap Rendemen Dan Sifat Fisiko – Kimia Damar Yang
Dimurnikan. Bulletin Penelitian Hasil Hutan. Vol 19 (2):103 – 115.
Zai, A.K.S., Djumari dan A. Setiawan. 2017. Studi Karakteristik Daspal
Modifikasi Dengan Bahan Getah Damar, Fly Ash, Minyak Goreng Dan
Lateks Dibandingkan Dengan Aspal Penetrasi. Jurnal Matriks Teknik
Sipil. Vol 5(3):2723-4223.
Zulkarnain., L.O. Alimudin dan A. razak. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi
profil vegetasi hutan tahura nipa-nipa di kelurahan manga dua kota
kendari. Jurnal ecogreen. Vol 1 (1):43-54.
39
LAMPIRAN
40
41
Lampiran 1. Peta lokasi pengambilan sampel
Lampiran 2. Dokumentasi Analisis Laboratorium
(a) (b)
Gambar a dan b: (a) bentuk bongkahan damar H. gregaria; (b) Damar H. gregaria
yang telah dihaluskan.
43
(i) (j) (k)
Gambar I, j dan k: (i) Memasukkan cawan yang berisi sampel kedalam tanur; (j)
Mendinginkan cawan didalam sentrifusa; (k) Abu hasil pembakaran.
44
Lampiran 3. Tabel Analisis Kimiawi Damar H.gregaria V.Slooten
1. Kadar Kotoran
Kode Sampel W1 W2 W % Kadar Kotoran
A1 1,305 1,291 2,5 0,56
A2 1,567 1,554 2,5 0,52
A3 1,255 1,249 2,5 0,24
2. Titik Lunak
Kode Sampel T1 T2 Rata - Rata
k1 84°C 150°C 78°C
k2 82°C 146°C 76°C
k3 83°C 130°C 71°C
Rata-rata 75
3. Kadar Abu
berat berat cawan
Kode awal berat cawan setelah berat cawaan
sampel sampel porselen ditambah setelah tanur kadar abu
(g) kosong (g) sampel (g) (% bb)
U1 2,26 19,05 21,31 19,05 0,00
U2 2,28 18,94 21,21 18,94 0,04
U3 2,20 21,09 23,29 21,09 0,00
4. Bilangan Asam
Kode Bobot molekul
sampel V1 V N KOH Massa (g) BA
A1 13 8 0,1 56,1 1,052 26,66
A2 13 7,9 0,1 56,1 1,014 28,22
A3 13 7,8 0,1 56,1 1,002 29,11
45
6. Persyaratan Mutu Damar
Mutu
No Parameter uji satuan
I II III
1 Kadar kotoran % <1,5 1,5-7,5 >7,5
2 Titik lunak C 75-85 86-100 >1,0
3 Kadar abu % <0,5 0,5-1,0 >1,0
4 Bilangan asam - 20-30 >30
Kekeruhan dalam
5 NTU <200 ≥200
toluena
Keterangan:
NTU adalah nephelometric turbidity unit
*) adalah parameter operasional, sebagai uji cepat di lapangan
46
RIWAYAT HIDUP
Pertama pada tahun 2010 di SMP Negeri 1 Tiworo Utara, dan lulus pada tahun
Kejuruan pada tahun 2013 di SMK Negeri 1 Tiworo Utara, dan tamat pada tahun
(UHO), dengan melalui jalur SBMPTN dan lulus di Fakultas Kehutanan dan Ilmu
47
48