Anda di halaman 1dari 62

KARAKTERISTIK DAN MUTU GETAH DAMAR POOTI

(Hopea gregaria V. Slooten) ASAL TAHURA


NIPA-NIPA

WIDYASTUTI
NIM. M1A116207

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
KARAKTERISTIK DAN MUTU GETAH DAMAR POOTI
(Hopea gregaria V. Slooten) ASAL TAHURA
NIPA-NIPA

WIDYASTUTI
NIM. M1A116207

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

ii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–

BENAR HASIL KARYA SENDIRI DENGAN ARAHAN PEMBIMBING DAN

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ATAU

KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN. APABILA DI KEMUDIAN HARI TERBUKTI BAHWA SKRIPSI

INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIAMA SANKSI

SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU

DENGAN INI SAYA MELIMPAHKAN HAK CIPTA DARI KARYA

TULIS SAYA KEPADA UNIVERSITAS HALU OLEO.

Kendari, Februari 2021

WIDYASTUTI
NIM. M1A1 16 207

iii
ABSTRAK

WIDYASTUTI (M1A116207). Karakteristik dan Mutu Getah Damar Pooti


(Hopea gregaria V. Slooten) Asal Tahura Nipa-Nipa. Dibimbing oleh
NIKEN PUJIRAHAYU sebagai pembimbing I, dan BASRUDIN sebagai
pembimbing II.
Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) merupakan salah satu spesies dari
family Dipterocarpaceae dengan penyebaran yang terbatas di sekitar hutan Pohara
dan di Kawasan Tahura Nipa-Nipa, Kendari Sulawesi Tenggara. Jenis ini
merupakan salah satu yang dapat menghasilkan damar, namun karakteristik getah
damar H. gregaria belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dan mutu getah damar H. gregaria.
Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu uji visual SNI 2900.1.2012
dan uji mutu laboratorium SNI 2900.2.2013. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengujian visual damar pooti berdasarkan warna kuning bening dan ukuran
bongkahan > 3 x 3 cm2 serta berdasarkan pengujian mutu laboratorium didapatkan
nilai kadar kotoran pooti 0,44%, nilai titik lunak 75°C, nilai kadar abu 0,01%,
nilai bilangan asam 28 secara rata-rata masuk kedalam kelas mutu I dan nilai
kekeruhan dalam toluena 192,3 termasuk kedalam kelas mutu II rata-rata
keseluruhan termasuk kedalam kelas kualitas pertama.

Kata Kunci : Getah Damar, Hopea gregaria, Mutu damar, Karakteristik getah
Damar

ABSTRACT

WIDYASTUTI (MIA116207). Characteristics and quality of resin pooti


(Hopea gregaria V. Slooten) of Tahura Nipa-Nipa. Supervised by 
NIKEN PUJIRAHAYU as fitst supervisor . and BASRUDIN assecond
supervisor.
Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) is a species from the Dipterocarpaceae
family with a limited distribution around the Pohara forest and in the Tahura
Nipa-Nipa area, Kendari, Southeast Sulawesi. This species is one that can produce
resin. However, the characteristics of H. gregaria sap resin are not widely known.
This study aims to determine the characteristics and quality of H. gregaria sap
resin.
This research uses two methods, namely the visual test of SNI 2900
1.2012 and the laboratory quality test of SNI 2900 2.2013. Visual test results
show clear yellow pooti resin and chunk size 3x3 cm. The impurity value of pooti
resin is 0.44%, soft point value 75°C, ash content value 0.01%, ASA average
value of turbidity value in toluene 192.3 belonged to class II quality - the overall
average was included in the first quality class.
Keywords: Getah Damar, H. gregaria, Quality of sap resin, Characteristics of
resin.

iv
RINGKASAN

WIADYASTUTI (M1A116207). Karakteristik dan Mutu Getah Damar Pooti


(Hopea gregaria V. Slooten) Asal Tahura Nipa-Nipa. Dibimbing oleh
NIKEN PUJIRAHAYU sebagai pembimbing I, dan BASRUDIN sebagai
pembimbing II.

Dipterocarpaceae (Dipterocarp) adalah suku besar dengan jumlah jenis


diseluruh dunia mencapai 506 jenis, tergolong dalam 14 marga yang sebagian
besar (76%) jenis tumbuh di kawasan Malesia, terutama di Indonesia. Salah satu
jenis dari famili Dipterocarpaceae ini adalah H. gregaria. Pooti (Hopea gregaria
V.Slooten) merupakan salah satu spesies dari famili Dipterocarpaceae yang dapat
menghasilkan getah damar, namun karakteritik getah damar H.gregaria belum
banyak di ketahui, karena spesies ini hanya terdapat dihutan Pohara dan di
Kawasan Tahura Nipa-Nipa, Kendari Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan mutu getah
damar H. gregaria. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember
2020 di Tahura Nipa – Nipa Kota Kendari dan di Laboratorium Jurusan Ilmu
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas
MIPA Universitas Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu uji visual SNI 2900.1.2012
dan uji mutu laboratorium SNI 2900.2.2013. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengujian visual getah damar pooti berwarna kuning bening dan ukuran
bongkahan > 3 x 3 cm2. Berdasarkan pengujian mutu laboratorium pada
pengujian kadar kotoran diperoleh nilai rata-rata yaitu 0,44%, hasil ini
menunjukkan bahwa nilai kadar kotoran getah damar pooti masuk kedalam kelas
mutu I, hasil pengujian titik lunak memiliki nilai rata-rata 75°C (kelas mutu I),
hasil pengujian kekeruhan dalam toluena dengan tiga kali ulangan didapatkan
nilai rata-rata yaitu 192,3 nilai kekeruhan dalam toluena termasuk kedalam kelas
mutu II, hasil pengujian kadar abu dengan ulangan satu, dua dan tiga didapatkan
hasil rata-rata 0,01 hasil ini menunjukkan bahwa nilai kadar abu damar pooti
masuk kedalam mutu I dan pengujian bilangan asam getah damar pooti dengan
tiga kali ulangan diperoleh nilai rata-rata yaitu 28 sehingga bilangan asam damar
pooti masuk kedalam kelas mutu I.
Kata Kunci : Getah Damar, Hopea gregaria, Karakteristik getah damar,
Tahura Nipa-Nipa.

v
© Hak Cipta milik UHO, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
UHO.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin UHO.

vi
KARAKTERISTIK DAN MUTU GETAH DAMAR POOTI
(Hopea gregaria V. Slooten) ASAL TAHURA
NIPA-NIPA

WIDYASTUTI
M1A116207

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


pada program studi kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

vii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Judul : Karakteristik dan Mutu Getah Damar Pooti


(Hopea gregaria V. Slooten) Asal Tahura Nipa-Nipa.
Nipa-NipaNama : Widyastuti
NIM : M1A1 16 207

Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-
saran saat ujian.

Kendari, Maret 2021

Tim Penguji:

Ketua : Asrianti Arif, SP., M,Si. ........................................


Sekretaris : Dr. Zakiah Uslinawaty, S.Hut., M.Si. ........................................
Penguji Utama : Niken Pujirahayu, S.Hut., MP, Ph. D. ........................................
Anggota : Dr. Basrudin, S.P., M.Si .......................................
Anggota : Nurhayati Hadjar, S.Hut., MP. ........................................

viii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Karakteristik dan Mutu Getah Damar Pooti

(Hopea gregaria V. Slooten) Asal Tahura Nipa-Nipa.

Nama : Widyastuti

NIM : M1A1 16 207

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Niken Pujirahayu, S. Hut. MP, Ph. D. Dr. Basrudin,S.P., M.Si


NIP. 19731103 20060 4 001 NIP. 19750611 200812 1 003

Mengetahui:

Dekan FHIL, Ketua Jurusan Kehutanan,

Prof. Dr.Ir. Aminuddin Mane Kandari, M.Si Dr. Ir. Sitti Marwah, MP
NIP. 19651231 199003 1 016 NIP. 19600101 198503 2 003

Tanggal Lulus : April, 2021

ix
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadlrat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
Seiring dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghormatan kepada Ibu Niken Pujirahayu, S.Hut., MP., Ph.D sebagai
Pembimbing 1 dan Bapak Dr. Basrudin, SP.,M.Si sebagai Pembimbing II yang
telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih
penulis tujukan kepada Ayahanda La Malesi dan Ibunda Wa Ode Maudiah atas
perhatian, doa, pengorbanan motivasi dan kasih sayangnya yang selalu diberikan
kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc Selaku Rektor
Universitas Halu Oleo, Kendari.
2. Terimakasih kepada Ibu Asrianti Arif., SP., M.Si, Ibu Dr. Zakiah Uslinawaty,
S.Hut., M.Si. dan Ibu Nurhayati Hadjar, S.Hut., MP selaku dosen penguji
saya yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah, MP selaku penasehat akademik
selama empat semester yang selalu memberikan arahan dan nasehat kepada
penulis.
4. Terima kasih tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam lingkup
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan yang telah banyak membimbing
dan memberi layanan pendukung akademik selama mengikuti pendidikan.
Pegawai administrasi Jurusan Kehutanan dan Fakultas Kehutanan dan Ilmu
Lingkungan atas urusan administrasi yang mendukung penulis dalam proses
pengurusan berkas penyelesaian studi akhir.
5. Teman-teman SERBU 2016 yang telah mendukung serta membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian maupun membantu dalam memberikan
informasi Sri Familasari, Husnul Usman, Kadek Eri Satriawan, Laode Anando,
Anggi Nurhafizhah Alang, Siti Nurhaliza Nabang, Jannika Sampealla’, Desriyani,
, M. Mufti Nasrullah M.S, Fahril Astaman, Laode Ardi Nurdin, Armin, Triska
Amalia Santi, Yogi Sri Munandar, Sahrun,Alman, Endah Puspa Agustina, Melisa,

x
Natalia Arianti Saputri, Wa Ode Asriani Anisa dan yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu serta terima kasih kepada Ilman yang selalu menemani dan
membantu dalam segala kondisi yang penulis hadapi. Serta terimakasih kepada
keluarga Zigcler yang telah banyak membantu penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
.

Kendari, April 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii


DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan......................................................................... 3
1.4. Kerangka Pemikiran........................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Deskripsi Hopea gregaria V.Slooten ............................................... 5
2.2. Penyebaran Pohon Pooti.................................................................... 6
2.2. Deskripsi Getah Damar..................................................................... 7
2.3. Proses Penyadapan Getah Damar...................................................... 8
2.4. Karakteristik Getah Damar ............................................................... 9

III. METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 11
3.2. Bahan dan Alat................................................................................. 11
3.3. Prosedur Penelitian........................................................................... 12
3.4. Variabel Penelitian........................................................................... 17
3.5. Analisis Data.................................................................................... 20
3.6. Definisi Operasional......................................................................... 20

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH


4.1. Letak dan Batas Wilayah.................................................................. 22
4.2. Iklim................................................................................................. 23
4.3. Topografi.......................................................................................... 23
4.4. Tanah................................................................................................ 24
4.5. Vegetasi............................................................................................ 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Hasil Penelitian................................................................................ 26
5.2. Pembahasan...................................................................................... 30

VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan....................................................................................... 35
6.2. Saran................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................. 40

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Uraian Halaman

1. Syarat mutu damar berdasarkan penampilan (Visual)....................... 18


2. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan
di Kecamatan Kendari Barat............................................................ 23
3. Kondisi Topografi Pada Kawasan Blok Perlindungan Taman
Hutan Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari... 24
4. Uji visual damar berdasarkan warna dan ukuran bongkahan........... 26
5. Pengujian Kadar Kotoran damar H. gregaria.................................. 27
6. Pengujian Titik Lunak Damar H. gregaria........................................ 28
7. Pengujian Kekeruhan dalam Toluena Damar H. gregaria................ 28
8. Pengujian Kadar Abu Damar H. gregaria......................................... 29
9. Pengujian Bilangan Asam Damar H. gregaria.................................. 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman

1. Kerangka berfikir.................................................................................. 4
2. Pengambilan Titik Koordinat Pohon.................................................... 12
3. Pengukuran Diameter Pohon Hopea gregaria...................................... 13
4. Metode Koakan..................................................................................... 14
5. Proses Penyadapan Getah Damar Hopea gregaria............................... 14
6. Warna dan ukuran getah damar Hopea gregaria V.Slooten................. 27

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Uraian Halaman

1. Peta lokasi pengambilan sampel........................................................ 41


2. Dokumentasi analisis laboratorium.................................................... 42
3. Tabel analisis kimiawi getah damar Hopea gregaria V.Slooten....... 44

xiv
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dipterocarpaceae (Dipterocarp) adalah suku besar dengan jumlah jenis

diseluruh dunia mencapai 506 jenis, tergolong dalam 14 marga yang sebagian

besar (76%) jenis tumbuh di kawasan Malesia, terutama di Indonesia

(Purwaningsih, 2004). Jenis Dipterocarpaceae atau dikenal dengan pohon

menjulang ini merupakan jenis pohon pertumbuhannya sangat lambat, dan dalam

ambang kepunahan, karena jenis famili ini terus menerus mengalami eksploitasi

(Septria et al., 2018). Salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae ini adalah

H. gregaria.

Pooti (H. gregaria) sebagai salah satu spesies dari genus Hopea

(Dipterocarpaceae) memiliki ukuran sedang dan dapat mencapai tinggi 35 m.

Jenis ini memiliki penyebaran yang sempit dan hanya ditemukan di Sulawesi

Tenggara (Sahidin et al., 2006). Jenis ini dilaporkan sudah terancam punah oleh

IUCN sejak tahun 1998. Pooti (H. gregaria) dapat menghasilkan getah damar atau

resin berwarna putih dan kuning (Soerianegara dan Lemmens, 1994).

Damar adalah salah satu hasil hutan bukan kayu, damar mempunyai nilai

ekonomis tinggi sebagai bahan baku industri cat, vernish, lak, tinta, korek api,

plastik dan penutup tahan air. Komoditi damar mampu memberikan kontribusi

yang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional

(Karyono et al., 1996). Getah damar merupakan suatu padatan rapuh dengan

warna yang pada umumnya pucat kekuning - kuningan hingga hitam tetapi warna

tersebut tergantung dari jenis damar tersebut. Getah damar juga memiliki sifat

1
mudah terbakar dan bukan termasuk bahan yang mudah menguap bila tidak

terdekomposisi (Redha, 2013). Menurut Sari et al. (2013) bahwa karakteristik

getah damar meliputi karakteristik fisik, fisika, dan kimia. Karakteristik fisik

damar terdiri atas warna dan ukuran bongkahan. Karakteristik warna getah damar

yaitu kuning bening, kuning kekuningan, putih kekuningan, dan kehitaman

(SNI 290 01-2012). Adapun karakteristik fisika getah damar yaitu titik lunak

sedangkan karakteristik kimia terdiri atas kadar abu, kadar kotoran, bahan tak

terlarut dalam toluea (Mulyono dan Anton, 2004) dan bilangan asam

(Wiyono dan Toga, 2001).

Kadar abu, titik lunak dan bilangan asam termasuk variabel dalam standar

pengujian SNI getah damar mata kucing (S. javanica). Hasil penelitian

(Gusti dan Zulnely, 2014) didapatkan rata – rata hasil pembakaran damar mata

kucing (S. javanica) dengan kadar kotoran rendah. Penelitian (Alang, 2020) pada

getah damar mata kucing (S. javanica) diameter 30 cm menunjukkan rata – rata

hasil pengujian kadar abu dan bilangan asam masuk dalam kelas mutu II (dua),

sedangkan secara visual berdasarkan warna dan ukuran bongkahan berdasarkan

standar SNI 2900.1:2012, didapatkan hasil getah damar pooti (H. Gregaria)

memiliki warna kuning bening dan ukuran bongkohan > 3 x 3 cm 2, sehingga

termasuk dalam grade mutu A.

Penelitian produksi getah damar yang dilakukan oleh Munandar, (2020)

pada ukuran diameter 30 cm, 50 cm, dan 90 cm pohon pooti (H. grearia) dengan

menggunakan metode koakan di peroleh laju produksi getah damar yang berbeda,

produksi terbaik adalah pada kelas diameter 45-50 cm, dan pada diameter 30 cm

2
sementara itu pada diameter 50 cm belum dilakukan pengujian kualitas getah

damar.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian lanjutan

mengenai karakteristik dan mutu getah damar pooti (H. grearia) pada diameter

50 cm asal Tahura Nipa-Nipa, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu permasalahan

yaitu bagaimana karakteristik dan mutu getah damar pooti (H. grearia) asal

Tahura Nipa-Nipa.

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan mutu

getah damar pooti (H. grearia) asal Tahura Nipa-Nipa. Sedangkan kegunaan

penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai karakteristik dan

mutu getah damar Pooti (H. grearia) asal Tahura Nipa-Nipa.

1.4. Kerangka Pikir

Pooti adalah salah satu jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae yang

dapat menghasilkan getah atau damar untuk dimanfaatkan. Getah damar dari

pohon pooti belum diketahui karakteristiknya, maka perlu dilakukan pengujian

visual dan uji mutu untuk mengetahui karakteristik getah damar pooti agar dapat

dimanfaatkan sesuai dengan karakteristiknya. Pada penelitian ini uji visual

dilakukan untuk melihat warna sampel sebagai salah satu parameter dalam

menentukan mutu getah damar dan uji mutu laboratorium untuk melihat kadar

3
kotoran sampel, titik lunak, kadar abu, bilangan asam dan kekeruhan sampel

dalam larutan toluena. Sistematis kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan

pada Gambar 1.

Pooti

Damar

Uji Visual Uji Mutu

Warna
Kadar Titik Kekeruhan Kadar Bilangan
Kotoran Lunak dalam Abu Abu
Larutan
Toluena

Karakteristik Getah
Pooti (Hopea gregaria)
di Kawasan Tahura
Nipa-Nipa
Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

4
II.1. Deskripsi Pooti

Dipterocarpaceae merupakan salah satu jenis pohon hutan yang

mendominasi hutan hujan tropika di Indonesia. Di indonesia terdapat tipe-tipe

hutan yang terdiri dari hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah

(Maria et al., 2016). Di Indonesia Dipterocarpaceae tergolong dalam sembilan

genus. Famili Dipterocarpaceae mempunyai nilai ekonomi dan ekologi yang

tinggi dalam sektor pembangunan maupun konservasi hutan

(Saridan dan Ngatiman, 2012). Secara ekologis jenis Dipterocapaceae mempunyai

beberapa faktor pembatas untuk pertumbuhan dan penyebarannya. Faktor yang

paling menentukan adalah faktor tanah, iklim dan ketinggian tempar

(Purwaningsih, 2004).

Klasifikasi Pooti (Hopea gregaria) adalah sebagai berikut (Internasional

Union Of Conservation Nature (IUCN) (2020)) :

Kingdom : Plantae

Phylum : Tracheophyta

Kelas : Magniolopsida

Ordo : Malvales

Family : Dipterocarpaceae

Genus : Hopea

Species : Hopea gregaria.

H. gregaria merupakan salah satu jenis pohon dari famili Dipterocapaceae

mencapai ketinggian 35 meter yang berukuran sedang. Jenis ini hanya ditemukan

di Sulawesi Tenggara dan memiliki penyebaran yang sempit. Jenis ini dilaporkan

sudah terancam punah oleh IUCN sejak tahun 1998. H. gregaria ditemukan di

5
hutan dataran rendah yang dapat menghasilkan getah atau resin yang berwarna

putih dan kuning. Pooti tumbuh di hutan alam Pohara Sulawesi Tenggara

(Albasri et al., 2019).

II.2. Penyebaran Pohon Pooti

Pooti merupakan salah satu jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae yang

berukuran sedang dan dapat mencapai tinggi sampai 35 m, namun keberadaannya

sudah sangat langka, tumbuhan ini termaksud jenis terancam punah jenis ini juga

memiliki penyebaran yang sangat sempit dan hanya ditemukan di Sulawesi

Tenggara (Albasri et al., 2019).

Pooti banyak tersebar di Sulawesi Tenggara khususnya di hutan Pohara

(Sahidin et al., 2006) dan di Tahura Nipa-Nipa (Albasri et al, 2019). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Agustina, (2020) pooti ini banyak tersebar di Blok

Perlindungan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat

Kota Kendari.

Pooti ini memiliki banyak manfaat yakni kayunya baik digunakan untuk

bahan gulam, selain itu untuk kulit dari jenis ini memiliki tiga kandungan

senyawa yang sangat baik yaitu Oligoner resveratrol diantaranya a-viniferin,

vatikanol B dan hopeafenol (Sahidin, 2006). Kayu pooti digunakan sebagai giam

(balau) dan pohon ini menghasilkan resin berwarna putih atau kuning atau

disebut juga dengan getah damar (Soerianegara dan Lemmens, 1994).

6
II.3. Deskripsi Getah Damar

Damar dalam bahasa melayu disebut sebagai lampu atau resin yang

berasal dari resin. Getah damar berasal dari jenis pohon dalam famili

Dipterocarpaceae, terutama berasal dari Indonesia dipanen dengan cara peneresan

(Tapping), getah damar adalah hasil sekresi getah dari pohon yang berasal dari

pohon Shorea sp, Vatica sp, Dryobalanops sp dari jenis famili Dipterocarpaceae

salah satunya H. gregaria. (Kuspardini et al., 2016). H. gregaria ini dapat

menghasilkan getah damar.

Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian

sekitar 1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di

pegunungan (Zai, 2017). Nama damar digunakan pula untuk menyebut resin yang

dihasilkan oleh jenis-jenis Shorea, Hopea dan beberapa spesies dipterokarpa

lainnya. Sementara, resin pohon damar disebut kopal. Nama kayu damar

digunakan dalam perdagangan untuk menyebut kayu yang dihasilkan oleh jenis-

jenis Araucaria (Serimbing, 2018).

Menurut (Ella, 2001) dalam Andhika et al. (2016). Getah damar

merupakan material solid atau semi solid yang terdiri dari beberapa komponen

kompleks bersifat tidak larut dalam air dan bisa larut menggunakan pelarut

organik. Di dalam saluran cairan damar mendapatkan tekanan fisiologis dan

mekanis, sehingga apabila saluran damar terpotong dan dilukai, maka sekresi

cairan damar tersebut keluar, selanjutnya jika terkontaminasi diudara akan

membeku.

Getah damar digunakan sebagai bahan untuk pembuatan cat, vernis,

spiritus, plastic, bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak dan

7
lain-lain. Pohon damar juga dapat digunakan sebagai peneduh karena daunnya

yang rimbun serta dapat dijadikan tanaman hias jika ditanam dengan lurus secara

berjajar (Puspitasari, 2016).

II.4. Proses Penyadapan Getah Damar

Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pemanenan adalah

membersihkan pohon damar dari tanaman-tanaman pengganggu yang

dikhawatirkan dapat menganggu produktivitas getah damar. Pohon damar yang

terpilih untuk disadap (diameter 20 up) kemudian dilukai kulit batangnya agar

getah damar dapat mengalir keluar. Selanjutnya setiap 15 hari sekali, pohon damar

dilukai di tempat luka sama agar getah yang keluar semakin banyak. Setiap 3

(tiga) bulan, getah dipanen dengan menggunakan parang khusus untuk damar

(parang palele), penadah (tambu-tambu) dan karung. Pemanenan biasanya

dilakukan selama 10 – 15 hari (Purnawaanti dan Nurhayati, 2019).

Pengunduhan (pengumpulan) hasil getah dan pembuatan lubang baru

dilakukan setiap periode 6 hari. Pembuatan lubang bor baru dilakukan melingkar

batang (horizontal), jumlah lubang melingkar batang sebanyak 3 buah dan jarak

antara lubang bor 20-25 cm. Setelah lubang bor melingkar batang mencapai 3

buah, maka pembuatan lubang berikutnya dilakukan ke arah atas batang (vertikal)

dengan jarak antara lubang 15 cm (Lempang, 2017).

Mencatat kondisi awal pohon yang akan di sadap, seperti diameter pohon

dan tinggi pohon. Membersihkan perdu atau semak sebelum penyadapan

sedemikian rupa sehigga bidang sadap dapat terkena matahari secara langsung.

Membuat torehan pada batang pohon yang akan disadap dan menyemprotkan

stimulan organik pada bidang perlukaan sebanyak ± 1 cc. Penyadapan pohon

8
dilakukan pada pagi hari dan luka sadapan diusahakan menghadap sinar matahari

langsung. Memasang tempat penampang getah disekitar bidang sadap sedemikian

rupa sehingga getah bisa tertampung semua (Sukardayati et al., 2015)

Pohon damar mata kucing sudah siap diambil getahnya pada saat pohon

berumur sekitar lebih dari 20 tahun atau diameter batang mencapai 25 cm atau

lebih (Yulizar, 2016 dalam Saputri, 2017). Periode penyadapan dilakukan dengan

teknik manual yaitu metode koakan. Getah yang disadap dalam usia 1 bulan atau

lebih memiliki kualitas yang baik yaitu getah yang telah terkumpul banyak, tidak

lengket, bongkahan lebih besar, bersih dan terlihat bening.

II.5. Karakteristik Getah Damar

Secara umum getah damar memiliki sifat rapuh dan mudah melekat pada

tangan dan suhu kamar, mudah larut dalam minyak atsiri dan pelarut organik non

polar, sedikit larut dalam pelarut organik yang polar, tidak larut dalam air, tidak

tahan panas, serta mudah terbakar, tidak volatil bila tidak terdekomposisi dan

warna dapat berubah bila disimpan terlalu lama dalam tempat tertutup tanpa

sirkulasi udara yang baik (Widhiharjo et al., 2017).

Getah damar merupakan resin triterpenoid, mengandung banyak triterpene

dan hasil oksidasinya. Banyak di antaranya merupakan senyawa dengan berat

molekul rendah (dammarane, asam damarenolat, oleanane, asam oleanonat, dll.),

tetapi damar juga mengandung suatu fraksi polimer, yang tersusun dari

polycadinene dan mengandung asam-asam resinol, resin, minyak atsiri. Getah ini

stabil, dapat dibakar dan tidak kompatibel dengan bahan oksidator kuat.

Toksisitasnya rendah (Serimbing, 2018). Getah damar ini mempunyai beberapa

komponen.

9
Komponen terbanyak dalam getah damar mata kucing salah satunya adalah

brasikasterol, yaitu sebanyak 20,23%. Senyawa ini memiliki struktur yang mirip

dengan β-sitosterol dan stigmasterol. Struktur kimia komponen getah damar

ekstrak damar mata kucing dari tumbuhan S. javanica mempunyai aktivitas anti

rayap dan anti jamur (Mulyono et al., 2012). Karena itulah getah damar ini

digunakan juga sebagai bahan perekat dengan daya rekat yang sangat kuat dan

mempunyai sifat tidak mudah larut dengan air atau tahan terhadap air

(Akram et al., 2014). Hasil karakterisasi gugus fungsi dalam getah damar mata

kucing menunjukkan bahwa getah tersebut mengandung senyawa yang

mempunyai gugus alkil, karbonil, vinil, dan hidroksil (Mulyono et al., 2012).

10
III. METODE PENELITIAN

III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan pada bulan November – Desember 2020

bertempat di Tahura Nipa-Nipa Kota Kendari untuk pengambilan sampel uji

(Lampiran 1), kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut uji karakteristik dan

mutu getah damar pooti (H. grearia) di Laboratorium Jurusan Ilmu Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas MIPA

Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

III.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu getah damar pooti

(H. grearia) larutan toluena, etanol, KOH, dan Indikator Fenolflatelin (PP)

etanol, sedangkan alat yang digunakan unuk menunjang penelitian ini yaitu

parang, wadah berukuran sedang, timbangan, thermometr (berfungsi untuk

mengukur suhu (temperature)  ataupun perubahan suhu),  hotplate  (untuk

memanaskan campuran/sampel), gelas ukur (untuk mengukur volume larutan),

neraca analitik (untuk mengetahui berat dari sampel atau bahan), cawan (berfungsi

mereaksikan zat kimia pada suhu tinggi/tempat mengarangkan bahan yang

kemudian sekaligus tempat untuk mengabukan baha), oven (berfungsi untuk

mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas), desikator (berfungsi

untuk menyimpan sampel bebas air), gelas piala (berfungsi sebagai penampung

bahan kimia), pompa vakum (berfungsi untuk mempercepat penyaringan), buret

(berfungsi untuk melakukan tetrasi), erlenmeyer (berfungi untuk mengukur bahan

kimia cair dengan ketelitian rendah, sebagai tempat untuk menampung bahan

11
kimia untuk sementara), pengaduk magnetik (untuk mempercepat dan

mempermudah pengadukan), turbidimeter (salah satu alat yang digunakan untuk

keperluan analisis kekeruhan air atau larutan), kelereng, vacuum pump (berfungsi

sebagai penyedot yang terlarut), kertas what man (berfungsi sebagai penyaringan),

camera dan alat tulis menulis seperti (papan alas, penggaris, buku dan pulpen).

III.3. Prosedur Penelitian

III.3.1.Pengambilan Sampel

1. Observasi dan survei lokasi penelitian

Melakukan pengamatan secara langsung dan survey lokasi penelitian

terlebih dahulu untuk melihat pohon Pooti (H. grearia) berdiameter 50 cm yang

dijadikan sampel uji.

Gambar 2 pengambilan titik koordinat pohon

2. Memilih pohon pooti

Memilih dan mengukur kondisi fisik pohon pooti (H. grearia) kriteria

diameter pohon 50 cm karena pada diameter ini belum dilakukan uji karakteristik

getah damarnya. Kemudian memilih sebanyak 3 pohon untuk dijadikan sampel.

Kriteria ini diambil karena pada penelitian yang dilakukan oleh Munandar, (2020)

12
kelas diameter 45-50 cm getah damar pooti (H. grearia) menghasilkan produksi

getah damar terbaik.

Gambar 3 Pengukuran diameter pohon H. gregaria.

3. Penyadapan damar pooti

Menurut Mampi et al. (2018) penyadapan getah dengan menggunakan

sistem koakan dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Bagian batang pohon yang akan disadap kulitnya dibersihkan setebal 3 mm

tanpa melukai kulitnya.

b) Kemudian dibuat koakan permulaan dengan alat sadap yang disebut kadukul.

c) Koakan berukuran 10 cm x 10 cm dan dalamnya 2 cm ( termasuk ketebalan

kulit).

d) Getah yang keluar dialirkan melalui talang dan ditampung menggunakan

tempurung. Tinggi penyadapan dari permukaan tanah ± 50 cm dengan diameter

yang telah ditentukan.

1. Pemasangan talang ditempelkan pada tepi bawah koakan dan dipaku pada

kedua sisinya.

2. Ukuran talang 10 x 5 cm dengan bentuk melengkung yang terbuat dari seng.

e) Pembaharua koakan dilakukan setiap 3 hari sekali sepanjang koakan 3 cm.

13
f) Pemungutan gelah damar dilakukan setiap 7 hari selama 1 bulan.

Gambar 5 Metode koakan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020). Gambar 6.


Proses penyadapan getah damar H. gregaria.

3.3. Metode Pengujian

Penelitian ini menggunakan dua metode tahap uji, yaitu uji visual

(menentukan mutu getah damar dengan melihat warna getah damar serta ukuran

bongkahan getah damar) dan uji mutu laboratorium (menghitung kadar kotoran,

bilangan asam, kekeruhan dalam toluene, kadar abu dan titik lunak) dengan

jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia

(SNI) 2900.2:2013 mutu getah damar dapat dihitung menggunakan persamaan –

persamaan sebagai berikut :

1. Uji visual damar Pooti (H. grearia) pada penelitian ini dilakukan pengujian

dengan melihat parameter warna sampel untuk menentukan kelas mutu getah

damar.

2. Pengujian mutu laboratorium

Pengujian mutu getah damar di laboratorium mengacu pada SNI 2900.2:2013

dengan menggunakan lima parameter sebagai titik ukur atau persyaratan mutu

damar, yaitu sebagai berikut:

14
a) Pengujian kadar kotoran

1. Menimbang 2,6 gram sampel uji (W) dan masukkan ke dalam gelas piala

300 Ml.

2. Menambahkan 31,15 Ml toluena, memanaskan (suhunya dibawah titik

didih toluena), dan dikocok hingga larut sempurna.

3. Menyaring larutan melalui cawan Gooch yang telah diketahui berat

kosongnya (W1)

4. Bila cawan Gooch berisi residu (bahan tak larut toluena) dengan toluena

panas hingga filtrat berwarna jernih.

5. Mengeringkan cawan Gooch berisi residu pada suhu (105±3)˚C selama 1

jam sampai diperoleh berat konstan. Berat konstan tercapai jika selisih dua

kali penimbangan pada interval 30 menit, berat sampel uji perbedaannya

maksimum 0,1 %.

6. Mendinginkan dalam desikator dan timbang cawan Gooch berisi residu

taklarut toluena (W2).

b) Bilangan asam

1. Menimbang ± 0,1 g (M) contoh uji dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.

2. Melarutkan contoh uji dengan 5 Ml campuran toluena-etanol 1:1, lalu

meneteskan (2 ml) tetes indikator PP.

3. Selanjutnya menitrasi larutan tersebut dengan 0,1 N KOH sampai warna

larutan menjadi merah muda: catat volume larutan KOH yang diperlukan

untuk menitrasi larutan contoh (V).

4. Kemudian menittrasi larutan toluena-etanol 1:1 dengan 0,1 N KOH untuk

menetapkan blanko (V1).

15
c) Kekeruhan dalam larutan toluena

1. Menimbang 7 g contoh uji dan larutan dalam 25 Ml toluena.

2. Mengalihkan larutan toluena ke dalam kuvet kaca ; masukkan kuvet kaca

ke dalam turbidimeter.

3. Kemudian membaca nilai kekeruhan pada alat turbidimeter

d) Kadar abu

1. Menimbang contoh uji damar yang telah dibuat serbuk halus sebanyak ± 2

gram dalam cawan porselen 100 ml yang sudah diketahui beratnya.

2. Contoh uji dipanaskan dengan pembakaran macker selama ± 1 jam.

3. menyempurnakan pemijaran dengan jalan menempatkan cawan dalam

tanur listrik pada suhu (625˚C ± 5)˚C sampai menjadi abu.

4. Cawan dipanaskan kembali pada tanur listrik selama ± 30 menit, kemudian

dinginkan dalam desikator dan ditimbngan sampai berat tetap.

5. Lakukan pekerjaan triplo.

6. Perhitungan kadar abu dengan rumus :

Dengan pengertian :

W adalah berat cawan kosong, dinyatakan dalam gram;


W1 adalah berat cawan + contoh uji, dinyatakan dalam gram;
W2 adalah berat cawan + abu, dinyatakan dalam gram.

16
e) Titik lunak

Suranto (2018) menyatakan bahwa pengujian titik lunak dilakukan untuk

menentukan tingkat suhu yang menandai saat awal resin mulai melunak.

Pengujian titik lunak dilakukan berdasarkan uji SNI 7636 : 2011 dengan prosedur

sebagai berikut:

1. Resin dihaluskan untuk mencapai dimensi tertentu sedemikian rupa sehingga

resin berubah dari bentuk bongkahan menjadi serbuk halus.

2. Serbuk dicairkan dengan suhu rendah dimasukkan kedalam gelas piala

dengan permukaan resin yang diratakan

3. Kemudian masukkan bola baja dan termometer kedalam gelas piala lalu air

suling diisikan kedalam gelas piala

4. Memanaskan air secara perlahandimulai dari suhu 40˚C sambil mengamati

dan mencatat:

(a) Tingginya suhu awal yang menyatakan saat resin mulai melunak ditandai

oleh bola baja bergerak menurun dari permukaan.

(b) Suhu akhir yang ditandai bola baja menyentuh dasar lempeng.

(c) Menentukan titik lunak dengan cara menghitung nilai rata-rata suhu awal

yang ditandai dengan bola baja mulai mulai menurun dan suhu akhir yang

ditandai dengan bola baja menyentuh lempeng. Nilai rata rata kemudian

ditetapkan sebagai titik lunak.

III.4. Variable Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua metode tahap uji, yaitu uji visual

(menentukan mutu getah damar dengan melihat warna getah damar serta ukuran

17
bongkahan getah damar) dan uji mutu laboratorium (menghitung kadar kotoran,

bilangan asam, kekeruhan dalam toluene, kadar abu dan titik lunak) dengan

jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia

(SNI) 2900.2:2013 mutu getah damar dapat dihitung menggunakan persamaan –

persamaan sebagai berikut :

1. Uji visual

Berikut adalah tabel syarat mutu getah damar berdasarkan standar uji

visual, yaitu :

Tabel 1. Syarat mutu damar berdasarkan penampilan (visual)


Mutu Warna Titik lolos lubang saringan
A Kuning bening (3 × 3) cm2
B Putih Kekuningan (2 × 2) cm2
C Putih Kekuningan (1 × 1) cm2
D Kecoklatan (0,5 × 0,5) cm2
E Kehitaman (0,3 × 0,3) cm2
Catatan : klasifikasi mutu diatas dapat bervariasi sesuai kesepakatan penjual dan
pembeli, misalnya mutu AB, BC, dsb.
Sumber : SNI 2900.1 : 2012

2. Uji mutu laboratorium

yaitu menghitung kadar kotoran, kadar abu, titik lunak, bilangan asam dan

kekeruhan dalam larutan toluena dengan jumlah sampel sebanyak tiga sampel uji.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2900.2: 2013 mutu getaah damar

dapat dihitung menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut:

a. Kadar kotoran

18
Merupakan jumlah bahan tak larut dalam toluena dan dinyatakan dalam

persen (%). Kadar kotoran sampel dihitung menggunakan persamaan :

Keterangan :

KK = kadar kotoran (%)


W = berat contoh awal (g)
W1 = berat cawan kosong (g)
W2 = berat cawan berisi residu tak larut toluena (g)

b. Titik lunak

Titik lunak merupakan suhu saat getah damar mulai berubah wujud dari

padat menjadi semi padat. Titik lunak dapat ditentukan dengan persamaan sebagai

berikut :

Keterangan :
TL = titik lunak (˚C)
T1 = jumlah suhu awal (˚C)
T2 = jumlah suhu akhir (˚C)

= jumlah banyaknya data (˚C)

c. Kadar abu

Perhitungan kadar abu dapat ditulis dengan rumus:

19
Dengan pengertian :
W = adalah berat cawan kosong (g)
W1 = adalah berat cawan + contoh uji (g)
W2 = adalah berat cawan + abu (g)

d. Bilangan asam

Bilangan asam adalah banyaknya kalium hidroksida dalam mg yang

digunakan untuk menetralkan asam – asam bebas dalam 1 gr getah damar.

Bilangan asam dapat dihitung menggunakan persamaan :

Keterangan:

BA = Bilangan asam

V = Volume larutan alkali yang diperlukan untuk menitrasi larutan toluena-


etanol 1:1 yang mengandung sampel uji (ml)
N = Normalitas larutan alkali (KOH)
M = Berat sampel uji (g)
V1 = Volume larutan alkali yang diperlukan untuk menitrasi blanko (ml)
56,1 = Berat molekul KOH

III.5. Analisis Data

Data pada hasil penelitian ini dianalisis dengan membandingkan data hasil

penelitian dengan Standar Nasional Indonesia untuk uji visual (SNI 2900.1: 2012)

dan uji mutu (SNI 2900.2 : 2013).

III.6. Definisi Operasional

1. Uji Visual merupakan pengujian sampel secara fisik dengan kasat mata.

20
2. Uji Mutu adalah pengujian yang dilakukan dilaboratorium dengan standar

mutu yang telah ditentukan.

3. Kadar Kotoran adalah jumlah bahan tak larut dalam bahan pelarut.

4. Kadar Abu adalah kadar mineral yang terkandung sebagai zat sisa dari hasil

pembakaran sampel.

5. Bilangan Asam adalah banyaknya asam bebas dalam damar. Damar yang

disimpan terlalu lama akan mengalami reaksi oksidasi yang meningkatkan

kadar asam.

6. Titik Lunak merupakan titik dimana bahan yang padat menjadi semi padat

atau melunak.

21
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV.1. Letak dan Batas Wilayah

Kawasan taman hutan Raya Tahura Nipa-Nipa Provinsi Sulawesi

Tenggara secara geografis terletak antara 03°54’05-03°58’00” Lintang Selatan

dan 122°29’38”-122°04’25” Bujur Timur sedangkan letak kawasan Tahura Nipa-

Nipa secara administratif pemerintah Daerah yaitu terletak pada dua wilayah

pemerintah Kabupaten/Kota yakni Kabupaten Konawe dan Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara. Secara kewilayahan batas-batas Taman Hutan Raya Nipa-

Nipa adalah sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Lasolo Laut Banda

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Nipa-Nipa, Laut Banda

3) Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Mandonga Kota Kendari.

4) Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk kendari dan Pemukiman Masyarakat

Kecamatan Kendari Barat, Kendari, dan Kecamatan Mandonga.

Luas Kawasan Tahura Nipa-Nipa merupakan Kawasan pelestarian Alam

(Hutan Konservasi) di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas 7.877,5 Ha.

Dalam wilayah administratif pemerintahan terletak di Kabupaten Konawe seluas

5.574,9 Ha dan Kota Kendari seluas 2.302,6 Ha berdasarkan Lokasi kewilayahan

22
tersebut Kawasan Kawasan Tahura Nipa-Nipa lebih luas berada di Konawe

sebesar 71% dan Kota Kendari sebesar 29% (Isanto, 2018).

IV.2. Iklim

Menurut stasiun Meteorologi Maritim Kendari, suhu udara rata - rata di

Kecamatan Kendari Barat berkisar antara 21˚C sampai dengan 35˚C, suhu

tertinggi pada bulan Januari dan Oktober dengan suhu udara rata-rata maksimal

sebesar 35˚C. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi mulai dari 65,8%

hingga 97,4%. Curah hujan tertinggi di Kecamatan Kendari Barat tercatat pada

bulan Mei sebesar 840 mm dan terendah di bulan September sebesar 29 mm.

Untuk data curah hujan dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kecamatan
Kendari Barat
No Bulan Hari Hujan Curah Hujan
1 Januari 225,2 22,00
2 Februari 190,8 19,00
3 Maret 366,8 21,00
4 April 98,4 14,00
5 Mei 460 25,00
6 Juni 410,6 21,00
7 Juli 279,8 16,00
8 Agustus 3,2 7,00
9 September 19,7 5,00
10 Oktober 0 -
11 November 130,1 15,00
12 Desember 203,4 18,00
Jumlah 2388 183,00
Sumber: BPS Kecamatan Kendari Barat Dalam Angka 2019

IV.3. Topografi

23
Kondisi topografi yang terdapat Pada Kawasan Blok Perlindungan Taman

Hutan Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari memiliki daerah

landai, agak curam, curam dan sangat curam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Kondisi Topografi Pada Kawasan Blok Perlindungan Taman


Hutan Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota
Kendari.
Kelas Luas
No Kelerengan
Kelerengan (%) (ha) (%)
1 8 – 15 Landai 25 7
2 15 – 25 Agak Curam 98 27
3 25 – 45 Curam 201 56
4 >45 Sangat Curam 38 10
Jumlah     361 100

IV.4. Tanah

Jenis tanah yang terdapat pada Kawasan Blok Perlindungan Taman Hutan

Raya Nipa-Nipa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yaitu memiliki satu jenis

tanah saja, yaitu jenis tanah Dystrudepts berdasarkan hasil dari data analisis

(Agustina, 2010).

IV.5. Vegetasi

Secara umum di kawasan Tahura Nipa-Nipa Kendari tumbuh dan tersebar

beberapa jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertembuhannya baik dari pohon,

tiang, pancang dan semai. Jenis individu yang tersebar di Tahura Nipa-Nipa

Kendari berdasarkan penelitian Zulkarnain et al. (2015) yaitu yaitu tarumangga

(Diospiros  buxipollia), rook (Premna sp.), koloua(Chydenanthus excels Miers.),

asam hutan (Dillenia sp.), bintangur (Callophyllum waworenteii), bolo-bolo 

24
(Adenandra celebica) dongkala (Anthocephhallus), eha (Castanopsis  buruana), 

jati hutan (Geunsia quatemiforlia), kapila (Cananga odorata), kayu besi

(Metrosideros petiolata), tembe uwa (Kjellbergiodendron), ponto

(Litsea firma Hook. f.), damar (Canarium sp.) puloli (Lithocarpus cf.), kalemo-

lemo (Archidendron pauciflorium), anga (Gluta elegans Kurz.), karemati

(Vitex quinata), bolo-bolo (Thea lanceolata), soga (Peltophorum pterocarpa),

tambar (Gmelina palawensis) kolaka (Parinarium corimbosum Miq), kuma

(Planchonella firma), kanifi kuli (Rhodamina mulleri Bl.), korope  

(Mischocarpus sundaicus), pinang hutan  (Areca sp.), puta

(Barringtonia reticulate), totabha (Callophylum soulatri), waruruhi

(Syzygium subglauca), sio-sio (Cratoxylon formasum), kayu cina

(Podocarpus neriifolius), tiriondahi (Alstonia macrophylla), kadea ghole

(Paratocarpus venesosa), kakolo (Disoxylum alliacaum), kuli

lawa (Lindera), jambu-jambu (Gardenia anisophylla), melinjo

(Gnetum gnemon L.) gito-gito (Diospyros ilosanthera), walagho

(Saccopetaluim horsfieldii), daun kikir (Semecarpus cuneiformis), hokio

(Prunus arborea), holea (Cleistanthus laevis Hook. f.) dan walahopa (Aporosa).

25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1.Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu uji visual getah damar dan

uji mutu laboratorium. Uji visual getah damar terdiri dari pengujian warna dan

bongkahan yang mengacu pada SNI 2900.1-2012 serta pengujian karakteristik

damar yang terdiri dari pengujian kadar kotoran, titik lunak, kekeruhan dalam

toluena, kadar abu dan bilangan asam yang mengacu pada SNI 2900.2:2013.

a. Warna Damar Pooti

Hasil pengamatan kelas mutu getah damar pooti (H. gregaria) berdasarkan

warna yang diamati secara visual, sesuai standar mutu SNI 2900.1:2012 disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji visual damar berdasarkan warna dan ukuran bongkahan.


Uji Visual Damar Mutu
Ukuran berdasarkan
Jenis Damar Warna
Ulangan Bongkahan SNI
(W) 2900.1:2012
(U)
A1 Kuning bening > (3 × 3) cm A (W,U)
H. gregaria A2 Kuning bening > (3 × 3) cm A (W,U)
A3 Kuning bening > (3 × 3) cm A (W,U)
Keterangan: (W): Warna; (U): Ukuran bongkahan.

Pada Tabel 4 hasil pengamatan visual getah damar pooti (H. gregaria)

berdasarkan warna didapatkan hasil pada ulangan satu, dua dan tiga yaitu

26
berwarna kuning bening dan memiliki mutu grade A hal ini sesuai dengan syarat

mutu SNI 2900.1:2012. Hasil pengamatan kelas mutu getah damar Pooti

berdasarkan ukuran bongkahan yang diamati secara visual, sesuai standar mutu

SNI 2900.1:2012. Hasil uji visual getah damar berdasarkan ukuran bongkahan,

getah damar pooti memiliki ukuran bongkahan > 3 x 3 cm 2 dan termasuk mutu

grade A berdasarkan Mutu berdasarkan SNI 2900.1:2012.

Penampakan visual warna dan ukuran bongkahan getah damar pooti (H. gregaria)

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Damar H.gregaria asal Tahura Nipa-Nipa


(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2020)

a. Kadar Kotoran

Berdasarkan hasil laboratorium pengujian kadar kotoran getah damar Pooti

(H. gregaria) dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengujian kadar kotoran getah damar pooti H.gregaria


Mutu Berdasaran
Kadar Kotoran
Kode Sampel SNI 2900.2:2013 Keterangan
(%)
(%)
A1 0,56
A2 0,52 I (<1,5) Sesuai dan Kelas I
A3 0,24      
Rerata 0,44      
Keterangan: (W1) Bobot cawan berisi residu tak larut, (W2) Bobot cawan kosong,
(W) Berat Sampel.

27
Hasil pengujian pada tabel 4 degan acuan SNI 2900.2:2013 menunjukkan

nilai kadar kotoran dengan tiga kali pengamatan didapatkan nilai rata – rata yaitu

0,44 hasil ini menunjukkan bahwa nilai kadar kotoran getah damar pooti masuk

kedalam kelas mutu I.

b. Titik Lunak

Hasil laboratorium pengujian titik lunak getah damar pooti H. gregaria

dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel 6.

Table 6. Pengujian titik lunak getah damar H.gregaria.


Mutu Berdasaran
Kode Sampel T1 T2 Rata - rata SNI 2900.2:2013
(%)
A1 84°C 150°C 78°C
A2 82°C 146°C 76°C I (75-85)
A3 83°C 130°C 71°C
Rata-rata 75  
Keterangan: (TL) Titik lunak, (T1) Jumlah suhu awal, (T2) Jumlah suhu akhir.

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil pengujian titik lunak memiliki nilai

rata – rata 75°C hasil ini menunjukkan bahwa titik lunak getah damar pooti

(H. gregaria) ini termasuk kedalam kelas mutu I berdasarkan acuan mutu SNI

2900.2:2013.

c. Kekeruhan dalam Toluena

Berdasarkan hasil laboratorium pengujian kekeruhan dalam toluena getah

damar pooti (H. gregaria) dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel

7.

Table 7. Pengujian kekeruhan dalam toluena damar Pooti.


Mutu Berdasaran SNI
Kode Sampel Hasil Uji
2900.2:2013 (%)
A1 202  
A2 190 I (<200 )

28
A3 187
Rata - Rata 192,3  

Pada tabel 7 berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan

pada getah damar pooti (H. gregaria) memiliki nilai bahan tak larut dala toluena

dengan tiga pengulangan mendapatkan nilai rata - rata yaitu 192,3 sesuai dengan

acuan mutu SNI 2900.2:2013 kekeruhan getah damar pooti ini termasuk kedalam

mutu I.

d. Kadar Abu

Hasil pengujian laboratorium kadar abu getah damar pooti dengan acuan

SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel 8.

Table 8. Pengujian kadar abu getah damar pooti (H. gregaria).


Mutu Berdasarkan SNI
Kode Sampel Kadar Abu (%)
2900.2:13
A1 0
A2 0,04 I (<0,5)
A3 0  
Rerata 0,01  
Keterangan: (W0) Berat awal sampel (g), (W) berat cawan porselen kosong (g),
(W1) berat cawan setelah ditambah sampel, (W2) berat cawaan
setelah tanur (g), (KA) kadar abu (% )

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai

rata-rata kadar kotoran pada getah damar pooti (H. gregaria) dengan tiga kali

pengamatan yaitu 0,01 hal ini menunjukkan bahwa kadar abu getah damar pooti

masuk kedalam mutu I berdasarkan acuan mutu SNI 2900.2:2013.

e. Bilangan Asam

29
Berdasarkan hasil laboratorium pengujian bilangan asam getah damar

pooti (H. gregaria) dengan acuan SNI 2900.2:2013 disajikan pada Tabel 9.

Table 9. Pengujian bilangan asam damar pooti (H. gregaria).


Mutu
Bobot
Kode Massa Berdasarkan
V1 V N molekul BA
Sampel (g) SNI
KOH
2900.2:13
26,6
A1 13 8 0,1 56,1 1,052 6  
28,2 II (20-30)
A2 13 7,9 0,1 56,1 1,014 2
29,1
A3 13 7,8 0,1 56,1 1,002 1
Rerata           28  
Keterangan: (V) Volume larutan alkali yang diperlukan untuk menitrasi larutan
toluene-etanol 1:1 yang mengandung sampel uji (ml), (V1) Volume
larutan alkali yang diperlukan untuk menitrasi blanko (ml), (N)
Normalitas larutan alkali (KOH), (M) Bobot sampel uji (g).
Hasil pengujian bilangan asam getah damar pooti pada Tabel 9

menunjukkan dimana ulangan 1 didapatkan hasil 26,66, ulangan 2 didapatkan

hasil 28,22 dan ulangan 3 didapatkan hasil 29,11 dengan nilai rata – rata bilangan

asam yaitu 28 sehingga bilangan asam getah damar pooti (H. gregaria) ini masuk

kedalam kelas mutu II sesuai dengan mutu SNI 2900.2:2013.

V.2.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengamatan getah damar pooti

(H. gregaria) secara visual menunjukkan bahwa kesesuaian mutu getah damar

menurut SNI 2900.1:2012, warna getah damar pooti ini termasuk dalam mutu A,

karena memiliki warna jernih kekuningan dan ukuran bongkahannya juga

30
termasuk dalam mutu A karena memiliki ukuran bongkahan ˃ 3 x 3 cm 2. Warna

getah damar pooti (H. gregaria) diduga berhubungan dengan kotoran yang

terdapat dalam bongkahan getah damar tersebut. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alang (2020) yang juga

melakukan pengamatan terhadapat getah damar pooti (H. gregaria) dengan

diameter sampel pohon 30 cm dimana hasil yang didapatkan pada pengujian

visual berdasarkan warna yaitu memiliki tampak warna jernih kekuningan dan

ukuran bongkahan > 3 x 3 cm 2. Dan penelitian Wijayanto (2012) yang

menyatakan bahwa mutu getah damar akan semakin tinggi apabila memiliki

warna semakin kuning bening dan mengkilap, dan semakin besar ukuran

bongkahan getah damar semakin jernih warnanya sehingga semakin tinggi kelas

mutunya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengamatan kadar

kotoran damar pooti (H. gregaria) diperoleh hasil nilai rata-rata yaitu 0,44

disesuaikan dengan standar mutu SNI 2900.2.2013. Sehingga diketahui kadar

kotoran damar pooti (H. gregaria) termasuk kedalam kelas mutu I, semakin

rendah kadar kotoran maka semakin rendah nilai titik lunaknya, artinya kualitas

getah damar semakin baik. Penelitian ini membuktikan bahwa kelas mutu getah

damar pooti (H. gregaria) memiliki nilai titik lunak yang rendah pula. Hal ini

didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gusti dan Zulnely

(2014), menunjukkan bahwa pada semua kelas kualitas, getah damar mata kucing

hasil pemurnian memiliki nilai titik lunak yang lebih rendah dibandingkan dengan

getah damar mata kucing alami.

31
Menurut Kuspradini et al. (2016), menyatakan bahwa kadar kotoran getah

damar menunjukkan bahan yang tak terlarut dalam toluena. Selain mempengaruhi

bahan yang tak terlarut dalam toluena, kadar kotoran juga berpengaruh terhadap

kadar abu getah damar pooti (H. gregaria). Sesuai dengan pernyataan Wijayanto,

(2012). Yang menyatakan bahwa kadar kotoran yang semakin tinggi dapat

meningkatkan kadar abu getah damar mata kucing (Shorea javanica). Hal ini

terbukti dengan sejalannya nilai rata-rata kadar abu dan nilai rata-rata kekeruhan

dalam toluena yang termasuk kedalam mutu I.

Standar mutu bilangan asam yang terkandung dalam getah damar menurut

SNI 2900.2.2013 yaitu 20 – 30 termasuk kedalam kelas mutu I dan II.

Berdasarkan hasil penelitian ini sesuai dengan standar SNI, diperoleh nilai rata

rata bilangan asam yaitu 28 sehingga termasuk kedalam kelas mutu II. Sedangkan

pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alang (2020), dimana hasil

bilangan asam yang diperoleh yaitu sebesar 29. Artinya nilai bilangan asam getah

damar pooti (H. gregaria) pada penelitiannya dengan ukuran diameter pohon 30

cm termasuk dalam kelas mutu II. Dan penelitian bilangan asam yang dilakukan

oleh Gusti dan Zulnely (2014), diperoleh sekitar 27-32, juga termasuk kedalam

kelas mutu II. Sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya.

Tinggi rendahnya bilangan asam terhadap getah damar sangat penting,

karena mempengaruhi daya tahan (simpan) getah damar tersebut. Berdasarkan

hasil penelitian ini, nilai bilangan asam yang diperoleh termasuk rendah dan

sesuai dengan standar mutu SNI. Semakin rendah nilai bilangan asam maka getah

damar semakin tahan lama. Hal ini didukung oleh pernyataan Gusti et al. (2012)

32
yang menyatakan bahwa semakin besar nilai bilangan asam maka getah damar

semakin tidak tahan lama Kuspradini et al. (2016).

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan diperoleh hasil

nilai rata-rata kadar abu getah damar pooti (H. gregariai) yaitu 0,01 % sesuai

standar mutu SNI 2900.2.2013 termasuk kedalam kelas mutu I. Dimana nilai

kadar abu terndah menurut SNI <0,5 % sedangkan nilai kadar abu tertinggi yaitu

>0,1 %. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alang (2020)

pada diameter pohon 30 cm, nilai rata-rata kadar abu yang diperoleh yaitu 0,7 %,

artinya termasuk kedalam kelas mutu II. Hal ini membuktikan bahwa kualitas

getah damar pada penelitian ini lebih baik dari penelitian sebelumnya. Didukung

oleh pernyataan Wijayanto (2012), yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar

abu, maka semakin buruk kualitasnya, dimana penentuan kadar abu ada

hubungannya dengan bahan mineral suatu bahan.

Kemudian pada penelitian sebelumnya pada getah damar mata kucing

(S. javanica) yang dilakukan oleh Gusti dan Zulnely (2014), diperoleh nilai rata-

rata kadar abu berkisar 0,02 % - 1,09 %, dan penelitian yang dilakukan oleh

Sari et al., (2013) diperoleh nilai kadar abu berkisar 0,05 % - 2,20 %. Kedua

penelitian tersebut masih memenuhi standar mutu SNI dan termasuk kedalam

kelas mutu I. Jika dibandingkan dengan penelitian ini, tidak jauh berbeda karna

termasuk kelas mutu I, tetapi memiliki nilai rata-rata lebih rendah.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kesesuaian dari nilai rata-

rata titik lunak getah damar pooti (H. gregaria) diperoleh nilai 75°C dengan kelas

mutu SNI 2900.2.2013 termasuk kedalam kelas mutu I yaitu 75 – 85°C. Menurut

Gusti dan Zulnely (2014), menyatakan bahwa adanya kotoran yang berikatan

33
dengan senyawa dalam getah damar mempengaruhi nilai titik lunak getah damar.

Getah damar dengan kadar kotoran rendah akan menghasilkan nilai titik lunak

yang rendah pula. Dibuktikan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu pada

getah damar mata kucing (S. javania) dimana titik lunak getah damar alami yaitu

96 - 110°C sedangkan titik lunak getah damar yang dimurnikan yaitu 94 - 104°C.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Larasati (2007) yang menyatakan bahwa

semakin rendah titik lunak maka semakin baik kelas mutunya. Berdasarkan hasil

pada penelitian ini membuktikan pernyataan tersebut. Dimana pada Tabel 5, yang

menunjukkan bahwa semakin rendah kadar kotoran getah damar pooti

(H. gregaria) maka semakin rendah titik lunaknya.

Berdasarkan hasil penelitian ini dengan mengacu pada SNI 2900.2.2013,

titik lunak getah damar pooti (H. gregaria) yang memenuhi persyaratan SNI lebih

rendah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang mengacu pada

SNI 01-2900-1999 yaitu 95-120 °C. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

titik lunak yang diperoleh memiliki kadar kotoran yang lebih rendah. Sedangkan

jika kadar abunya tinggi maka kekeruhan dalam toluena juga semakin tinggi.

Penelitian yang dilakukan terhadap kekeruhan dalam toluena diperoleh

hasil nilai rata-rata yaitu 192,3, disesuaikan dengan standar mutu

SNI 2900.2.2013, getah damar pooti (H. gregaria) termasuk kedalam kelas mutu

I. Pengujian kekeruhan dalam toluena dilakukan untuk mengetahui kadar kotoran

yaitu persentase jumlah bahan organik atau bahan anorganik yang tidak larut

dalam toluena. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Wijayanto (2012), nilai kekeruhan dalam toluena getah damar mata kucing

(S. javanica) berkisar 0,14 – 39,72 dan termasuk kedalam kelas mutu II. Artinya

34
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki kualitas yang lebih baik jika

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Besarnya nilai kekeruhan dalam toluena diduga mempengaruhi nilai kadar

abu dan titik lunak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana

semakin tinggi nilai kekeruhan dalam toluena pada getah damar maka kadar abu

dan titik lunak getah damar semakin meningkat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa secara visual karakteristik getah damar pooti H. gregaria asal tahura Nipa-

Nipa berwarna kuning bening dengan ukuran bongkahannya > 3 x 3 cm2 sehingga

masuk dalam kelas mutu A sesuai dengan syarat SNI 2900.1:2012.

Sedangkan pengujian mutu getah damar pooti (H. gregaria) dengan mengacu

pada SNI. 2900.2:2013 didapatkan nilai rata-rata kadar kotoran yaitu 0,44 hasil

ini masuk kedalam kelas mutu I SNI yaitu <1,5, pengujian titik lunak didapatkan

hasil rata-rata yaitu 75°C dan memenuhi syarat SNI yaitu mutu I dengan nilai 75-

85, pengujian pada kekeruhan dalam toluena yaitu didapatkan nilai rata-rata 192,3

dan masuk kedalam kelas mutu I SNI dengan nilai <200, pada pengujian kadar

abu didapatkan nila rata-rata 0,01 hasil ini masuk kedam kelas mutu I SNI yaitu

35
<0,5 dan hasil pengujian bilangan asam dengan nilai rata-rata 28 masuk kedalam

kelas mutu II SNI yaitu 20-30.

VI.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kegunaan dan lama simpan

getah damar pooti H. gregaria.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P.E. 2020. Analisis Spasial Potensi Sebaran Jenis Pooti (Hopea
gregariai) Menggunakan Pendekatan Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) Di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Nipa – Nipa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. [Skripsi]. Universitas Halu
Oleo. Kendari.
Akram, A., S. Rizal dan S. Huzni. 2014. Sifat Fisik Dan Mekanik Papan Partikel
Menggunakan Perekat Damar. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Univeritas Syiah Kuala. Depok.
Alang, AN. 2020. Karakteristik Visual Dan Uji Mutu Damar Pooti
(Hopea gregaria V.Slooten). [Skripsi]. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Albasri, F.D. Tuhateru dan M.S. Sanjaya. 2019. Analisis Kerapatan Dan
Penyebaran Pooti (Hopea gregaria V. Slooten) Di Sekitar Sungai
Lahundape Tahura Nipa Nipa Kota Kendari. Ecogren. Vol. 5(1):77-81.
Anasis, A.M dan M.Y.A.R. Sari. 2015. Perlindungan Indikasi Geografis terhadap
Damar Mata Kucing (Shorea Javanica) sebagai Upaya Pelestarian
Hutan. Vol (4): 566 - 593
Andhika, R. R., Muhadiono dan I. Hilwan. 2016. Etnobotani Damar Pada Orang
Rimba Di Taman Nasional Bukit Duabelas [Ethnobotany of Dammar
by Orang Rimba in Bukit Duabelas National Park ]. Berita Biologi. Vol
15 (1): 0126-1754.

36
Arianti, D.O., Idham dan S. Zainal. 2018. Pemanfaatan Getah Damar Oleh
Masyarakat Di Kelurahan Kedamin Hulu Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Hulu. Jurnal Hutan Lestari.Vol. 6(3):464-472.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Kendari Barat. Kota Kendari.
Geospasial.
Gusti, R.E.P dan Zulnely. 2014. Sifat Fisiko Kimia Damar Mata Kucing Hasil
Pemurnian Tanpa Pelarut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.32(3):164-174.
Isanto, 2018. Potensi ekowisata di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA)
Nipa - Nipa di Kelurahan Watu-Watu. Jurnal Penelitian Pendidikan
Geografi. 3(1):106-119.
IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature and Natural resources).
2019. IUCN red list of thereatened species. Version 2019.2.
Karyono, O.K., S. Sumadiwangsa dan B.M. Poernama. 1996. Suatu Kajian
Tentang Produksi Dan Ekonomi Damar Di Sumatera Barat. Buletin
Penelitian Hasil Hutan. Sumatera Barat. Vol 14(9):355-365.
Kurniawati, F dan M. Ariyani. 2013. Pengaruh Media Tanam Dan Pemupukan
NPK Terhadap Pertumbuhan Damar Mata Kucing (Shorea javanica).
Jurnal Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi. Vol 10(1):9-18.
Kuspradini, H., E. Rosamah, E. Sukaton, E.T. Arung dan I.W. Kusuma. 2016.
Pengenalan Jenis Getah : Gum-Lateks-Resin. Mulawarman University
Press. Samarinda.
Larasati, F. 2007. Pemurnian Beberapa Mutu Damar Mata Kucing
(Shorea javanica) dengan Sistem Pemanasan. [skripsi]. Bogor:
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lempang, M. 2017. Studi Penyadapan Getah Pinus Cara Bor Dengan Stimulan
Hso 2 4 (Study Of Pine Resin Tapping By Drilling Using H So
Stimulant). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. Vol 35 (3): 221-230.
Mampi, B., A. Hapid dan Mutmainnah. 2018. Produksi getah Pinus (Pinus
Merkusii Jung Et De Vriese) pada berbagai diameter batang
menggunakan sistem koakan di Desa Namo Kecamatan Kulawi
Kabupaten Sigi. Jurnal Warta Rimba. Vol 6 (3).
Maria, K.W., T.F. Manurung dan L.Sisilia. 2016. Identifikasi Jenis Pohon Famili
Dipterocarpaceae Di Kawasan Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. Vol (4):537-534.
Mulyono, N dan A. Apriyantono. 2004. Sifat Fisik, Kimia dan Fungsional Damar.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.15(3):245-252.
Mulyono, N., Wijaya, C.H., Dedi, F dan Wuryaningsih, S.R. 2012. Identifikasi
Komponen Kimia Damar Mata Kucing (Shorea Javanica) dengan
Metode Pirolisis-GC/MS. Jurnal Natiral Indonesia. Vol 14 (2):155-159.

37
Munandar, Y.S. 2020. Produksi Alami Getah Damar Pooti (Hopea gregaria
V.Slooten) Pada Beberapa Ukuran Diameter. [Skripsi]. Universitas
Halu Oleo. Kendari.
Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Jenis Jenis Dipterocarpaceae Di Indonesia.
Biodiversitas. Vol. 5(2):89-95.
Purwanti, R dan N. Hayati. 2019. Manfaat Ekonomi Damar Bagi Masyarakat Di
Sekitar Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Larona Malili.
Talenta Conference Series. Vol. 2(1):2654-7023.
Puspitasari, L. 2016. Nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) pada Tanaman
Damar (Agathis dammara) dan Pucuk Merah (Syzygium oleana) yang
terdapat di Tepi Jalan Ir. H. Juanda Kota Bandung. Universitas
Pasundan. Bandun. [Skripsi].
Redha. F. 2013. Proses Pembuatan Vernis Dari Serbuk Damar Menggunakan
Pelarut Berbasis Minyak Hidrokarbon. Hasil Penelitian Industri. Vol.
26(1): 2089-5380
Sahidin., E.H. Hakim., Y.M. Syah., L.D. Juliawaty., S.A. Achmad dan L. Latif.
2006. Tiga oligomer resveratrol dari kulit batang Hopea gregaria
(dipterocarpaceae) serta sifat toksik dan sitotoksiknya. Majalah Farmasi
Indonesia. 1(17):109-115.
Saputri, N.W. 2017. Produktivitas Dan Pendapatan Penyadapan Damar Mata
Kucing Oleh Masyarakat Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Skripsi]
Sari, R. K., Nyoman, J. W., Arif, W dan Totok, K.W. 2013. Karakteristik Damar
Mata Kucing Dalam Rangka Revisi Standar Nasional Indonesia. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis. Institut pertanian bogor. Bogor. Vol
11 (1).
Saridan, A dan Ngatiman. 2015. Kajian Strategis Daerah. Balai besar penelitian
dipterocarpa. Samarinda.
Sembiring, B.E. 2018. Pengaruh Penambahan Abu Kayu Damar Batu (Agathis
Alba) Pada Campuran Semen Portland Dan Agregat Sebagai Aplikasi
Beton K175. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sumatera Utara, Medan.[Skripsi].
Septria, D., T.M. Fernando dan G.E. Tavita. 2018. Keanekaragaman Jenis Pohon
Famili Dipterocarpaceae Di Hutan Adat Bukit Benuah Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. Vol
6(1):114-122.
SNI 2900.1:2012. Damar Mata Kucing Bagian 1 : Klasifikasi dan Persyaratan
Mutu Berdasarkan Uji Visual. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
SNI 2900.2:2013. Damar Mata Kucing Bagian 2 : Klasifikasi, Persyaratan dan
Cara Uji berdasarkan Uji Laboratorium. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.

38
Soerianegara, I & Lemmens, R. H. M. J. (1994). Timber tree: major commercial
timbers. PROSEA (Plant Resources of South East Asia) Vol 5 (1):190-
191.
Sukandaryati, Dulsalam dan Yuniawati. 2015. Seri Praktek Iptek Teknik
Pemanenan Getah Dengan Menggunakan Stimulasi Organik Cuka
Kayu. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan Badan
Penelitian, Pengembangan Dan Inovasi Kementrian Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan. Bogor.
Suranto, Y. 2018. Karakter Dan Kualitas Gondurukem Kuna Hasil Penemuan Di
Pemukiman Pecinan Kutarjo Kabupaten Purworejo. Jurnal Konservasi
Cagar Budaya Borobudur. Vol 12(2):47-60.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi.
Widhiharjo. B., A. Setyawan dan S.J. Legowo. 2017. Studi Karakteristik Daspal
Modifikasi Dengan Bahan Getah Damar, Fly Ash, Oli Bekas & Lateks
Dibandingkan Dengan Aspal Penetrasi Dan Asbuton. Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol 5(2):2723-4223.
Wijayanto, A. 2012. Sifat fisiko-Kimia Damar Mata Kuicing (Shorea javanica K.
Et V.) Hasil Klasifikasi Mutu di Pasar Domestik. [Skripsi].IPB. Bogor.
Wiyono, B dan T. Haryani. 2001. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Kualitas Damar
Terhadap Rendemen Dan Sifat Fisiko – Kimia Damar Yang
Dimurnikan. Bulletin Penelitian Hasil Hutan. Vol 19 (2):103 – 115.
Zai, A.K.S., Djumari dan A. Setiawan. 2017. Studi Karakteristik Daspal
Modifikasi Dengan Bahan Getah Damar, Fly Ash, Minyak Goreng Dan
Lateks Dibandingkan Dengan Aspal Penetrasi. Jurnal Matriks Teknik
Sipil. Vol 5(3):2723-4223.
Zulkarnain., L.O. Alimudin dan A. razak. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi
profil vegetasi hutan tahura nipa-nipa di kelurahan manga dua kota
kendari. Jurnal ecogreen. Vol 1 (1):43-54.

39
LAMPIRAN

40
41
Lampiran 1. Peta lokasi pengambilan sampel
Lampiran 2. Dokumentasi Analisis Laboratorium

(a) (b)
Gambar a dan b: (a) bentuk bongkahan damar H. gregaria; (b) Damar H. gregaria
yang telah dihaluskan.

(c) (d) (e)


Gambar c, d dan e: (c) Menimbang damar H.gregaria V.Slooten; (d) Memanaskan
larutan diatas hot plate; (e) Menyaring larutan yang telah dipanaskan

(f) (g) (h)


Gambar: f, g dan h: (f) Proses pembuatan larutan toluena, Ethanol dan KOH; (g)
Memasukkan Larutan kedalam alat titrasi; (h) Hasil titrasi.

43
(i) (j) (k)
Gambar I, j dan k: (i) Memasukkan cawan yang berisi sampel kedalam tanur; (j)
Mendinginkan cawan didalam sentrifusa; (k) Abu hasil pembakaran.

(l) (m) (n)


Gambar l, m, dan n: (l) Menimbang damar H.gregaria V.Slooten; (m) Melarutkan
damar H.gregaria V.Slooten dengan toluena; (n) Memasukkan larutan damar
H.gregaria V.Slooten kedalam turbidimeter.

(o) (p) (q)


Gambar o, p dan q: (o) Mengatur suhu hot plate; (p) Mengukur suhu awal dengan
thermometer; (q) Bola baja saat menyentuh dasar lempeng.

44
Lampiran 3. Tabel Analisis Kimiawi Damar H.gregaria V.Slooten

1. Kadar Kotoran
Kode Sampel W1 W2 W % Kadar Kotoran
A1 1,305 1,291 2,5 0,56
A2 1,567 1,554 2,5 0,52
A3 1,255 1,249 2,5 0,24

2. Titik Lunak
Kode Sampel T1 T2 Rata - Rata
k1 84°C 150°C 78°C
k2 82°C 146°C 76°C
k3 83°C 130°C 71°C
Rata-rata 75

3. Kadar Abu
berat berat cawan
Kode awal berat cawan setelah berat cawaan
sampel sampel porselen ditambah setelah tanur kadar abu
(g) kosong (g) sampel (g) (% bb)
U1 2,26 19,05 21,31 19,05 0,00
U2 2,28 18,94 21,21 18,94 0,04
U3 2,20 21,09 23,29 21,09 0,00

4. Bilangan Asam
Kode Bobot molekul
sampel V1 V N KOH Massa (g) BA
A1 13 8 0,1 56,1 1,052 26,66
A2 13 7,9 0,1 56,1 1,014 28,22
A3 13 7,8 0,1 56,1 1,002 29,11

5. Kekeruhan dalam Toluena


Kode Sampel Hasil Uji
K1 202
K2 190
K3 187
Rata - Rata 192,3

45
6. Persyaratan Mutu Damar

Mutu
No Parameter uji satuan
I II III
1 Kadar kotoran % <1,5 1,5-7,5 >7,5
2 Titik lunak C 75-85 86-100 >1,0
3 Kadar abu % <0,5 0,5-1,0 >1,0
4 Bilangan asam - 20-30 >30
Kekeruhan dalam
5 NTU <200 ≥200
toluena
Keterangan:
NTU adalah nephelometric turbidity unit
*) adalah parameter operasional, sebagai uji cepat di lapangan 

7. Syarat mutu damar mata kucing berdasarkan penampilan (visual)

Mutu Warna Tidak lolos lubang saring


A Kuning bening (3x3) cm
B Putih kekuningan (2x2) cm
C Putih kekuningan (1x1) cm
D Kecoklatan (0,5 x 0,5 )
E Kehitaman (0,3 x 0,3)
Bubuk/Abu - < (0,3 x 0,3) cm

Catatan klasifikasi mutu di atas dapat bervariasi sesuai kesepakatan penjual


dan pembeli, misalnya mutu AB, BC, dsb.

46
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Widyastuti akrab dipanggil Widi.

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1998 di P. Balu

Kecamatan Tiworo Utara Kabupaten Muna Barat Provinsi

Sulawesi Tenggara. Penulis merupakan anak terakhir dari

5 bersaudara, pasangan dari ayah bernama La Malesi.

dan ibu bernama Wa Ode Maudiah. Penulis

menyelesaikan pendidikan formal di SDN 7 Tiworo Utara pada tahun 2010,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah

Pertama pada tahun 2010 di SMP Negeri 1 Tiworo Utara, dan lulus pada tahun

2013. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Kejuruan pada tahun 2013 di SMK Negeri 1 Tiworo Utara, dan tamat pada tahun

2016. Pada pertengahan tahun 2016,  penulis memutuskan melanjutkan

pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi Negeri, tepatnya di Univeristas Halu Oleo

(UHO), dengan melalui jalur SBMPTN dan lulus di Fakultas Kehutanan dan Ilmu

Lingkungan (FHIL) sebagai pilihan kedua penulis.

47
48

Anda mungkin juga menyukai