Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LEBAH MADU

“Makalah Budidaya Lebah Madu”

Oleh :

WIDYASTUTI

M1A1 16 207

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah berjudul Budidaya Lebah

Madu ini yang merupakan tugas individu mata kuliah Teknologi Pengolahan

Lebah Madu.

Makalah ini di buat berdasarkan pengetahuan yang kami miliki, selain itu

kami mengutip dari sebagian sumber-sumber seperti buku dan jurnal yang

berkaitan langsung dan relevan dengan judul makalah ini. Kami menyadari bahwa

makalah kami ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami membutuhkan

kritikan & saran dari pembaca untuk menciptakan karya ilmiah yang lebih baik

lagi.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan Wasalmualikum

Warohmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, Oktober 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1. Latar Belakang........................................................................................4

1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................................6

1.3. Rumusan Masalah...................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................9

3.1. Jenis-Jenis Lebah Madu..........................................................................9

3.2. Habitat dan Penyebaran Lebah Madu...................................................12

3.3. Teknik Budidaya Lebah Madu..............................................................13

3.4. Jenis Lebah yang Dapat dibudidayakan di Sulawesi Tenggara.............19

BAB IV PENUTUP.............................................................................................22

4.1. Kesimpulan...........................................................................................22

4.2. Saran......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dahulu kala banyak orang memanfaatkan lebah untuk diambil madunya,

Hal ini di buktikan dengan adanya pembudidayaan lebah madu yang tersebar di

beberapa tempat di Indonesia. Sejauh ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu

yang dikenal dengan sekitar 44 sub-spesies. Semua spesies ini termasuk dalam

genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari

nektar bunga. Sarang mereka terbuat dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah

pekerja dalam koloni mereka. Lebah madu yang terdapat di alam Indonesia antara

lain A. andreniformis, A. cerana dan A. dorsata, terkhusus di Kalimantan terdapat

A. koschevnikovi. Lebah madu di kenal oleh manusia sejak beberapa ribu tahun

yang lalu yaitu sekitar zaman budaya-budaya kuno.

Sejak beribu-ribu tahun yang lalu, lebah madu berkembang begitu pesat

hingga zaman modern saat ini, mulai dari luar negeri sampai ke pelosok-pelosok

wilayah di Indonesia. Pada umumnya madu yang di hasilkan di Indonesia terdiri

dari tiga jenis lebah madu yaitu; Apis dorsata (lebah hutan), Apis mellifera (lebah

unggul) dan Apis cerana (lebah lokal) yang ada di atas atap-atap rumah penduduk.

Dari segi kualitas, madu hutan (madu organik) berwarna hitam pekat lebih baik

daripada madu yang di budidaya. Sayangnya, masyarakat Indonesia sudah terbiasa

mengkonsumsi madu budidaya berwarna coklat cerah. Akibatnya, madu hutan

dianggap sebagai madu palsu. Banyak orang penasaran untuk membedakan madu

asli yang dihasilkan lebah pencari makan di alam bebas dari madu palsu.
5

Disinyalir, peredaran madu palsu di Indonesia sangat tinggi. Uji coba madu asli

atau palsu lewat aroma, semut yang mengerubuti, kekentalan jika diteteskan pada

debu, belum jadi jaminan keaslian sebuah produk madu. Madu asli mengandung

mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan

kalium, sedangkan madu palsu mengandung campuran glukosa dengan gula pasir,

buah, flavour dan zat warna sangat merugikan kesehatan manusia.

Indonesia menyimpan kekayaan alam yang melimpah yang berpotensi

besar untuk konservasi dan budidaya lebah madu, karena dari tujuh spesies lebah

di dunia ada enam species yang hidup di Indonesia yang sudah di manfaatkan

masyarakat untuk di ambil lilin dan madunya. Budidaya lebah madu dapat di

kategorikan sebagai usaha untuk memanfaatkan hasil berupa madu, dengan

beberapa teknik budidaya dalam memproduksinya. Dilihat dari segi konservasi

lebah madu konservasi berarti mampu memelihara, menjaga, melindungi dan

meningkatkan kualitas lebah madu secara lestari. Dengan kata lain budidaya dan

konservasi lebah madu secara alami tidak dapat di pisahkan.

Atas dasar pemikiran tersebut perlu dibuatnya makalah yang mencakup

pengetahuan tentang jenis-jenis lebah penghasil madu, habitat dan penyebaranya,

teknik budidaya lebah madu dan terkhusus yang dapat di budidayakan di Sulawesi

tenggara.
1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis

lebah penghasil madu, habitat dan penyebaranya, teknik budidaya lebah madu dan

terkhusus yang dapat di budidayakan di Sulawesi tenggara.

Manfaat dari makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui jenis-

jenis lebah apa saja yang dapat menghasilkan madu, habitat dan penyebaranya,

teknik budidaya lebah madu serta mengetahui jenis lebah madu yang dapat

budidayakan di Sulawesi tenggara.

1.3. Rumusan Masalah

Merumus dari uraian latar belakang makalah ini, terdapat beberapa

permasalahan yang secara detail belum di ketahui, yaitu sebagai berikut :

1. Jenis-jenis lebah madu ?


2. Habitat dan penyebaran lebah madu ?
3. Teknik budidaya lebah madu ?
4. Jenis lebah madu apa saja yang dapat di budidayakan di Sulawesi tenggara ?
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lebah merupakan serangga [insekta] yang sejak lama telah dimanfaatkan

oleh manusia untuk diambil manfaatnya berupa madu. Sejak zaman budaya kuno

manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-

tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang

sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin)

dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan lebah madu dengan

dengan cara tradisional memakai gelodog kayu dan berkembang hingga saat ini

dengan sistem stup modern (Yunus dan Minarti, 1995).

Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan

genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia

adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering dibudidayakan

adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar

penyebarannya: 1). Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar

sampai Afghanistan, Cina maupun dan Jepang. 2). Apis mellifera, banyak

dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah

sekitar Mediterania. 3. Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan

daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan

sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.

4. Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India

sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon klanceng

(Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).


Suhu ideal yang cocok untuk beternak lebah madu berkisar antara 26 derajat

C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal seperti pada habitat aslinya. Suhu di

atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang

bersuhu normal 25 derajat C, lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang

disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga

sebagai bahan utama lebah untuk menghasilkan madu (Trubus, 1992).

Pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya,

kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan. Syarat yang paling utama

dalam pembudidayaan lebah madu yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah

adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam

satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk

memimpin koloni (Marhiyanto, 1999).

Dengan perkembangan penelitian lebah madu akhir-akhir ini, terutama di

Asia Tenggara, ternyata jumlah species lebah madu lebih banyak dari yang

diperkirakan semula. Dalam kurun waktu sekitar delapan tahun, species lebah

madu telah berkembang dari empat menjadi sembilan species dengan tiga

subgenera yakni: subgenus Micrapis: A. florea, andreniformis, subgenus

Megapis: dorsata, laboriosa, serta subgenus Apis: mellifera, cerana,

koschevnikovi, nigrocincta, dan nuluensis. Pada saat hanya empat species lebah

madu dikenal di dunia, Indonesia sudah terbukti mempunyai tiga species: A.

florea, dorsata, dan cerana. Subspecies A. dorsata binghami yang hanya terdapat

di pulau Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, dapat menjadi peluang ekonomi

bagi para pembudidaya lebah madu khususnya di Sulawesi tenggara (Hadisoesilo,

2001).
9

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Jenis-Jenis Lebah Madu

Lebah madu sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat dunia maupun

masyarakat Indonesia. Hal ini dapat diketahui melalui adanya berbagai nama

lebah dalam beberpa bahasa daerah, seperti nyiruan dalam bahasa sunda, tawon

dalam bahasa jawa, labah dalam bahsa minang, loba dalam bahasa tapanuli dan

masih banyak lagi.

Secara umum klasifikasi lebah dapat di rumuskan sebagai beriku :

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Family : Apidae

Genus : Apis

Spesies : A. andreniformis, A. cerana, A. dorsata, A. florae, A.

koschevnikovi, A. laboriosa, A. mellifera

Sejauh ini, lebah madu yang telah teridantifikasi terdiri dari lima jenis

lebah, yaitu; Apis florae, Apis trigona, Apis cerana javanica/ indica, Apis

mellifera, dan Apis dorsata. Dari kelima jenis lebah tersebut terdapat lebah madu

yang telah dapat di budidayakan dan ada juga yang belum dapat di budidayakan.
3.1.1. Lebah madu yang telah di budidayakan

Adapun jenis-jenis lebah madu yang telah dibudidayakan adalah sebagai

berikut :

a. Lebah Apis koschevnikovi

Jenis lebah Apis koschevnikovi ini tersebar luas di kepulauan Kalimantan

dan Sumatera Barat. Ciri-ciri fisik yang menonjol dari lebah ini jika dibandingkan

dengan jenis A. cerana adalah warna merah disebagian besar tubuhnya yang

berukuran sedikit lebih besar. Menurut beberapa peternak lebah di Kalimantan

Selatan lebah madu jenis ini lebih produktif dari pada jenis A. cerana.

b. Lebah Apis mellifera

Lebah ini adalah lebah madu utama yang dibudidayakan hampir disemua

negara, termasuk Indonesia. Apis mellifera umum ditemuka pada daerah beriklim

sedang seperti Eropa, Perancis, Yunani, Spanyol, dan Yugoslavia. Jenis ini

berukuran sedikit lebih besar dari A. cerana dan memiliki gelang berwarna di

belakang abdomen. Alasan utama mengapa jenis ini dipilih, karena produksi madu

yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lebah madu yang

lain.

c. Lebah Apis cerana

Lebah ini merupakan jenis lebah madu asli Asia yang tersebar mulai dari

Afganistan, Cina, Jepang dan Indonesia. Lebah jenis ini banyak dibudidayakan

mengingat daya adaptasi lebah ini yang cukup tinggi. Produktivitas madu A.

cerana di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu antara 1-5 kg per koloni per
11

tahun. Bentuk tubuhnya hampir menyerupai A. dorsata hanya saja lebih kecil dan

lebih jinak.

3.1.2. Lebah madu yang belum dapat dibudidayakan

Beberapa jenis lebah madu yang telah diketahui namun belum dapat

dibudidayakan yaitu :

a. Lebah Apis dorsata

Jenis Apis dorsata hanya mendiami sub tropis dan tropis di kawasan Asia,

seperti Indonesia, Philipina, dan pulau-pulau disekitarnya. Madu hutan Apis

dorsata banyak dihasilkan dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan

pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat serta Nusa Tenggara timur. Sarang A. dorsata

tergantung di cabang pohon, tebing batuan, atau pada celah bangunan. Ukuran

sarang bervariasi dengan ukuran terpanjang dan tertinggi dapat mencapai dua

meter. Oleh karena keagresifan dan keganasannya, sampai sekarang A. dorsata

belum dapat dibudidayakan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi potensi dapat di budidayakannya lebah ini dapat di katakana cukup

tinggi.

b. Lebah Apis florae

Jenis ini merupakan jenis lebah yang paling kecil diantara jenis lebah

madu lainnya. Jenis ini tersebar mulai dari Oman, Iran di Asia Barat hingga India

sampai Indonesia, kecuali Pegunungan Himalaya. Satu koloni A. florea biasanya

membangun sarang tunggal satu sisiran dengan lebar lebih kurang 35 cm dengan

tinggi 27 cm, dan tebal 1,8 cm. Sisiran sarang tersebut menggantung pada sehelai

daun atau melingkari dahan pohon. Terkadang sarang dibangun juga dalam rongga

liang atau gua, ataupun rongga pohon. Jenis ini termasuk lebah liar dan tidak
dibudidayakan karena produksi madu yang rendah, yaitu sekitar 1-3 kg per koloni

per tahun.

c. Lebah Apis andreniformis

Lebah jenis ini merupakan lebah madu asli Indonesia yang membangun

sarangnya secara tunggal atau selembar dan menggantungnya di tempat-tempat

terbuka pada cabang pohon atau bukit batu yang terjal. Lebah madu ini dapat

ditemukan di daerah pemukiman dan hutan-hutan pada ketinggian tempat 500

mdpl. Sampai sekarang jenis ini belum berhasil dibudidayakan dan informasi

mengenai jenis ini sangat terbatas.

d. Lebah Apis laboriosa

Jenis Apis laboriosa ini hanya terdapat di Pegunungan Himalaya, pada

ketinggian tempat lebih dari 1.200 mdpl, yang menjadikan lebah ini sangat langka

dan informasi mengenai jenis ini masih sangat terbatas.

3.2. Habitat dan Penyebaran Lebah Madu

Habitat dan penyebaran dari lebah madu yang telah diketahui hingga saat

ini yaitu mendiami hampir di seluruh daerah tropis dan subtropis. Mulai dari asia

seperti Afganistan, Iran, Filipina, Thailand, Jepang, Indonesia dan beberapa

kepulauan di sekitarnya, dataran Eropa sampai ke pegunungan Himalaya. Potensi

pengembangan atau pendayagunaan suatu spesies lebah didasari oleh keragaman

genetik. Keragaman yang tinggi akan menguntungkan karena berpeluang untuk

lebih mudah beradaptasi pada perubahan lingkungan, sehingga mampu bertahan

hidup. Keragaman morfologi lebah sangat penting karena menentukan

pertumbuhan spesies lebah sehubungan dengan pengumpulan polen, karena polen


13

bernutrisi tinggi sangat penting bagi pertumbuhan larva dan perkembangan

fisiologis lebah pekerja (Keller et al., 2005).

Indonesia termasuk wilayah yang beriklim tropis, sehingga sangat ideal

untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan lebah madu, karena rata-rata

suhu udaranya 26–35°C. Lebah madu A. cerana dapat dipelihara baik di dataran

tinggi, maupun dataran rendah. Menurut Murtidjo (1991), pada temperature 20°C

lebah madu mulai aktif dalam usahanya memperoleh nektar dan polen, namun

waktu yang dibutuhkan dalam memperoleh nektar dan polen relatif pendek,

sedangkan pada temperatur sekitar 30°C lebah sangat aktif mencari nektar atau

polen namun waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya relatif lama.

Beberapa jenis lebah madu dapat hidup pada dua ketinggian yaitu pada

dataran tinggi dan dataran rendah. Novita et al., 2013 mengatakan bahwa lebah

jenis A. cerana dapat dibudidayakan pada ketinggian tempat yang berbeda yaitu

pada dataran tinggi antara 500 sampai <1000 mdpl dan dataran rendah 0-100 m

dpl. Sedangkan penelitian dari Mattu dan Verma (1984) yang telah meneliti

morfologi lebah A. cerana di daerah Kashmir (India Utara) lebah jenis ini dapat

hidup pada dua tempat ketinggian yaitu pada dataran rendah dengan ketinggian

antara 600-1700 mdpl dan dataran tinggi antara 2000-3000 mdpl.

3.3. Teknik Budidaya Lebah Madu

Lebah madu merupakan serangga sosial dengan hidup secara berkoloni.

Dalam satu koloni lebah madu terdapat seekor lebah ratu (queen) sebagai

pemimpin koloni, ratusan lebah jantan (drone) dan puluhan ribu lebah pekerja.

Ratu lebah berperan sebagai penghasil telur. Lebah ratu kehilangan


kemampuannya dalam beberapa hal penting seperti pengasuh keturunan,

menghasilkan malam (lilin lebah, wax), membuat sarang dan mencari makan,

berukuran dua kali panjang lebah pekerja dan bobotnya mencapai 2,8 kali bobot

lebah pekerja. Ovarium lebah tersebut berkembang dengan sempurna sehingga

mampu menghasilkan telur sebanyak 1.000 sampai 2.000 butir telur per hari

(tertunas dan tidak tertunas). Lebah ratu mampu bertelur hingga umur 3-5 tahun

dengan masa produktif 2 tahun.

Lebah jantan berukuran lebih besar dan stouter dari lebah ratu atau lebah

pekerja. Lebah jantan hanya berperan sebagai pejantan dalam proses reproduksi

sehingga tidak memiliki keranjang pollen, sengat, dan wax. Setelah mengawini

lebah ratu maka alat vital lebah jantan akan terlepas dari tubuhnya sehingga lebah

jantan akan mengalami pendarahan dan mati.

Lebah pekerja merupakan lebah yang berukuran paling kecil di dalam

suatu koloni. Lebah pekerja ini merupakan lebah betina yang memiliki ovarium

relative kecil sehingga tidak mampu menghasilkan telur dalam kondisi normal

Lebah pekerja memiliki organ tubuh yang memungkinkannya untuk melakukan

berbagai tugas dalam koloni, seperti membuat sarang, membersihkan sarang,

mengisi madu, memberi makan larva, mengangkut pollen, maupun menjaga

sarang.

Keberhasilan usaha lebah madu berkaitan erat dengan pemilihan lokasi

yang tepat, adapun syarat-syarat lokasi peternakan lebah madu yang baik adalah

sebagai berikut :

1. Kaya akan tanaman pakan yang mengandung nektar dan polen


2. Terdapat sumber air bersih
3. Tidak ada angin kencang
4. Terhindar dari polusi udara dan keramaian
15

5. Ketinggian tempat antara 200-1.000 mdpl dengan suhu 200-300 C

6. Lokasi mudah dijangkau dengan kendaraan.

Setelah pemilihan tempat yang tepat dan strategis, produksi madu juga

harus mementingkan beberapa aspek seperti peralatan dan perlengkapan yang

memadahi, pengadaan lebah, perawatan lebah, produksi madu dan pemanenannya.

3.3.1. Persiapan peralatan dan perlengkapan


Dalam proses produksi peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan

meliputi peralatan utama, peralatan pelengkap, dan perlengkapan petugas, yaitu :


Peralatan utama dalam beternak lebah madu adalah stup. Dengan adanya

stup maka setiap koloni dapat diperiksa setiap saat dengan cara mengangkat

sisiran-sisiran sarang satu persatu dan pemanenan madu dapat dilakukan dengan

selektif tanpa merusak sisiran sarang. Stup terbuat dari bahan kayu dengan

ketebalan 2 cm, panjang 50 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 26 cm, sedangkan frame

mempunyai panjang 48 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 23 cm. Bahan kayu yang

digunakan sebaiknya tidak berbau, tahan lama dan mudah didapat.


Peralatan pelengkap digunakan untuk kelancaran dan tertibnya

pelaksanaan pemeliharaan lebah madu seperti; 1). Pondasi sarang, digunakan

untuk mempercepat pembangunan sarang, 2). Penyekat ratu, berfungsi untuk

menahan gerak atau menghalangi ratu supaya tidak naik ke kotak di atasnya, 3).

Kurungan ratu, digunakan untuk mengamankan ratu atau untuk mengenalkan ratu

pada koloni yang membutuhkan ratu baru, 4). Mangkokan ratu, digunakan untuk

menempatkan calon-calon ratu baru dan 5). Bingkai stimulasi, digunakan untuk

wadah atau tempat pakan tambahan.

Kegiatan perlebahan petugas lapangan wajib menggunakan perlengkapan

petugas. Perlengkapan petugas tersebut berguna untuk melindungi petugas dari


serangan lebah. Perlengkapan petugas meliputi; 1). Pengasap, digunakan untuk

menjinakkan lebah, 2). Penutup muka, digunakan untuk melindungi muka dari

sengatan lebah, 3). Pengungkit, digunakan untuk membantu mengangkat sisiran

yang melekat kuat pada stup, 4). Sarung tangan untuk melindungi tangan dari

sengatan lebah dan 5). Sikat lebah untuk menghalau lebah dari sisiran sarang.

3.3.2. Pengadaan lebah

Bibit yang unggul biasanya sudah terbukti dan telah dibudidayakan dan

menghasilkan madu yang berkualitas. Sehingga untuk mendapatkan bibit lebah ini

dapat diperoleh di peternak lebah atau Apiari. Bibit yang baik dicirikan dengan

keadaan yang sehat dan dalam satu koloni terdapat banyak lebah, calon anakan,

dan ratu produktif.

3.3.3. Perawatan lebah

Pemeriksaan dilakukan dengan tenang, teliti dan cekatan. Petugas

pemeriksa harus memakai perlengkapan secara lengkap. Selain itu kandang juga

harus dibersihkan dari kotoran untuk menghindari penyebaran dan penularan

hama penyakit. Pemeriksaan juga dilakukan untuk melihat persediaan pakan dan

telur. Pemeriksaan yang intensif dilakukan terutama pada saat panceklik. Kegiatan

pemeriksaan antara lain pembenahan dan penggantian bingkai sarang dengan

dilengkapi sarang pondasi.

Pemeriksaan juga harus memperhatikan ketersediaan pakan lebah. Sumber

pakan bagi lebah madu sebagian dihasilkan oleh tanaman, yaitu berupa pollen
17

(tepung sari) dan nektar (cairan manis di bunga) atau eksreakfroral, yaitu cairan

manis pada bagian tanaman selain bunga.

Tanaman pakan lebah yang ideal adalah yang memenuhi persyaratan:

1. Menghasilkan pollen dan nektar yang disukai oleh lebah,

2. Pollen hendaknya bernilai gizi tinggi,

3. Nektar tersedia dalam jumlah yang cukup dan bisa diambil oleh lebah dan

4. Tanaman dapat menyediakan pakan dan nektar secara terus menerus.

3.3.4. Produksi madu

Pembuatan madu diawali dari lebah pekerja mengumpulkan nektar dengan

cara menghisap melalui mulut dan asafagus, yang kemudian masuk ke dalam

perut. Dalam perut lebah, nektar bercampur dengan saliva yang mengandung

enzim invertise, amylase dan glucose oxidase. Sesampainya di sarang nectar

ditransfer ke lebah lain yang bertugas khusus sebagai penerima kemudian

disimpan dalam sel sarang. Perubahan nektar menjadi madu melalui proses kimia

dan fisik. Secara kimiawi ditandai dengan proses perubahan gula nectar, menjadi

gula sederhana yaitu fruktosa, glukosa, oleh enzim invertase dan amylase ketika

enzim tetap bekerja. Secara fisik perubahan nektar manjadi madu melalui proses

penguapan yang menyebabkan turunnya kadar air nectar secara signifikan selama

proses transfer antara lebah pekerja dan penyimpan dalam sarang. Madu yang

sudah matang ditandai dengan kadar air yang telah mencapai rata-rata 21%

dengan sel sarang yang telah tertutup lapisan lilin.

3.3.5. Pemanenan madu


Pemanenan madu dilakukan bila sisiran sarang yang berisi madu telah

tertutup oleh lilin lebah. Sebagai patokan saat panen madu yaitu paling sedikit

sepertiga dari sel-sel sarang madu telah tertutup lilin dengan tujuan agar kadar air

madu tidak terlalu tinggi atau < 20 %.

Pemanenan madu tidak begitu sulit bahkan teramat mudah dan

pelaksanaannya pun sangat sederhana, yaitu :

1. Membuka tutup stup lebah dan hembuskan asap ke dalam stup melalui penutup

dalam (kasa).

2. Buka tutup dalam (kasa) dan angkat sisiran.

3. Hentakan sisiran sarang ke arah dalam stup sehingga lebah lepas dari sisiran

dan jatuh ke dasar stup. Lebah yang masih menepel pada sisiran dibersihkan

dengan sikat lebah.

4. Kupas lilin penutup madu dengan pisau. Lilin tersebut lalu ditempatkan pada

wadah penampung.

5. Sisiran yang telah dikupas lilinnya, dimasukkan ke dalam ekstraktor untuk

mengeluarkan madunya. Ekstraktor kemudian diputar agar madu keluar dari

sarang lebah.

6. Setelah madu keluar semua, sisiran dikembalikan ke dalam stup agar dapat

diisi kembali oleh lebah.

7. Madu yang tertampung dalam ekstraktor disaring dan ditempatkan ke dalam

drum penampung madu. Kemudian, madu dibawa ke gudang untuk dikemas ke

dalam botol dengan beberapa macam ukuran.


19

3.4. Jenis Lebah yang Dapat dibudidayakan di Sulawesi Tenggara

Lebah madu mempunyai sifat gotong royong dan saling ketergantungan

antara satu strata dengan strata yang lainnya, dalam satu koloni lebah madu

terbagi kedalam tiga strata yaitu strata ratu lebah, lebah pekerja dan lebah

pejantan. Secara umum lebah madu dapat dibedakan menjadi lebah madu

bersengat dan lebah madu yang tidak bersengat. Salah satu lebah yang mendiami

Sulawesi tenggara adalah lebah Trigona sp. lebah ini termasuk lebah yang tidak

memiliki sengat. Selain menghasilkan madu lebah ini juga dapat menghasilkan

propolis dan bee polen (Murtidjo, 1991).

Lebah madu Trigona sp. merupakan salah satu serangga sosial yang hidup

berkelompok membentuk koloni. Salah satu koloni lebah ini berjumlah 300

sampai 80000 lebah. Trigona sp. merupakan salah satu jenis dari genus

Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona

sp. mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan

untuk mempertahankan kestabilan suhu didalam sarang. Pembudidaya Trigona sp.

ditemukan didataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi

(pegunungan) dan berhasil dibudidayakan disemua lokasi (Free, 1982).

Klasifikasi lebah Trigona sp. menurut Sihombing (2005), adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Artropoda

Sub Phylum : Mandibulata

Kelas : Insecta (Hexapoda)

Ordo : Hymnoptera
Sub Ordo : Apocrita

Family : Apidae

Sub Famili : Meliponinae

Genus : Trigona

Spesies : Trigona sp.

Lebah Trigona sp. menghasilkan madu yang di dapatnya dari nektar-nektar

yang ada pada bunga, memproduksi propolis yang dia hasilkan dari

mengkonsumsi getah dan bee polen yang di dapat dari serbuk sari bunga. Secara

modern lebah Trigona sp. dipelihara dengan menggunakan stup yang secara

khusus diperuntukan untuk budidaya lebah madu. Stup memberikan keuntungan

yang lebih baik karena pemeliharaan lebah madu dalam peti akan mempermudah

pengelolaan dan pemanenannya tanpa merusak koloni lebah madu.

Daerah yang memproduksi lebah madu Trigona sp. bertempat di Desa Wata

Benua, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Daerah

ini merupakan daerah yang masih sangat potensial mengingat daerah tersebut masih

memiliki vegetasi hutan yang masih terjaga, tanaman perkebunan yang melimpah

dengan jenis bunga-bungaan yang masih lestari yang cocok bagi lebah untuk

berkembang biak dan mencari pakan sebagai tempat habitat bagi mereka (Banowu, H.

2016).
21

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat lima jenis lebah madu yang telah teridentifikasi yaitu; Apis florae,

Apis trigona, Apis cerana javanica/ indica, Apis mellifera, dan Apis dorsata.

2. Habitat dan penyebaran dari lebah madu yang telah diketahui hingga saat ini

yaitu mendiami hampir di seluruh daerah tropis dan subtropis. Mulai dari asia

seperti Afganistan, Iran, Filipina, Thailand, Jepang, Indonesia dan beberapa

kepulauan di sekitarnya, dataran Eropa sampai ke pegunungan Himalaya

3. Syarat-syarat lokasi budidaya lebah madu yang baik adalah sebagai berikut :

a. Kaya akan tanaman pakan yang mengandung nektar dan polen,

b. Terdapat sumber air bersih,

c. Tidak ada angin kencang,

d. Terhindar dari polusi udara dan keramaian,

e. Ketinggian tempat antara 200-1.000 mdpl dengan suhu 200-300 C dan

f. Lokasi mudah dijangkau dengan kendaraan.


4. Jenis lebah yang dibudidayakan di Sulawesi tenggara adalah lebah Trigona sp.

lebah ini termasuk lebah yang tidak memiliki sengat. Selain menghasilkan

madu lebah ini juga dapat menghasilkan propolis dan bee polen.

4.2. Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah bahwa sesungguhnya interaksi

antara hewan dan lingkunganya adalah satu kesatuan yang tidak dapat di

pisahkan. Yang mana kita selaku mahluk yang selalu berfikir dan bertindak dapat

menggunakan keduanya secara bijaksana.


23

DAFTAR PUSTAKA

Banowu, H. 2016. Studi perkembangan koloni dan produksi Lebah Trigona sp.
dari posisi stup yang berbeda [skripsi]. Universitas halu oleo. Kendari.

Hadisoesilo, S. 2001. Keanekaragaman spesies lebah madu asli Indonesia. Jurnal


Biodiversitas. 2 (1) : 123-128.

Marhiyanto, B. 1999. Peluang bisnis beternak Lebah. Gitamedia press. Surabaya.

Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu ternak Lebah madu. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

Sumoprastowo, RM dan Suprapto, A. 1993. Beternak Lebah madu modern.


Bhratara, Jakarta.

Trubus. 1988. Manisnya rupiah dari madu Lebah. Penebar swadaya. Jakarta.

Yunus, M dan Minarti, S. 1995. Aneka tetnak, Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai