Anda di halaman 1dari 14

MENGENAL KASTA LEBAH MADU

Oleh: Goldha Biggest D. PN. Nadeak Kelompok 4 (B1J008148)

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni, yang telah ada di bumi lebih dari 30 juta tahun yang lalu. Lebah termasuk dalam kelas insekta dan tergolong dalam jenis serangga yang berdarah dingin yakni hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan suhu hawa yang ada disekitarnya. Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1993), lebah madu termasuk dalam famili Apidae. Terdapat di Eropa, Afrika, dan Asia. Lebah madu mencakup sekitar tujuh spesies lebah dalam genus Apis, dari sekitar 20.000 spesies yang ada. Saat ini dikenal sekitar 44 subspesies. Famili Apidae merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Menurut Hasanuddin (2003), klasifikasi lebah madu adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Apidae : Apis : Apis Andreniformis Apis cerana Apis nigrocineta Apis dorsata Apis florea Apis koschevnikovi Apis laboriosa Apis mellifera Salah satu syarat hidup lebah adalah adanya tanaman. Secara umum lebah bisa hidup di seluruh belahan bumi, kecuali di daerah kutub. Hal ini disebabkan di daerah kutub tidak ada tanaman yang menjadi sumber pakan lebah. Di daerah tropis lebah dapat berkembang biak dengan baik dan produktif sepanjang tahun

karena tumbuhan sebagai sumber pakan tersedia terus. Di daerah sub tropis lebah tidak produktif pada musim dingin (Suranto, 2004). Di alam bebas lebah tinggal di gua-gua dalam hutan termasuk di tebing-tebingnya. Di hutan, koloni lebah juga tinggal di pohon-pohon yang berlubang. Sementara di daerah peternakan lebah tinggal didalam tempat yang sudah disediakan namanya stup. Menurut Sihombing (1997), Apis andreniformis, Apis cerana, dan Apis dorsata adalah lebah alam Indonesia, A.florea di Yunan, Cina, Apis koschevnikovi di Serawak (Kalimantan), Apis laboriosa di Himalaya dan Apis mellifera berasal dari kawasan laut tengah. Morfologi (struktur eksternal) lebah madu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Seperti halnya insekta lebah tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi sebagai penggantinya adalah penutup tubuh eksternal yang mengandung kitin dan menutupi organ dalam. Sementara anatomi (struktur internal) lebah madu dalam hal ini meliputi sistem pencernaan, sistem penginderaan, dan sistem reproduksi. Sistem pencernaan pada lebah madu berturut-turut adalah: mulut, osefagus, kantong madu, proventriculus, ventriculus, usus halus, usus besar, colon dan rectum. Sistem penginderaan pada lebah madu meliputi indera penglihat, indera pencium, dan indera peraba. Dalam hal sistem reproduksi, organ reproduksi yang berkembang sempurna pada lebah hanya pada lebah jantan dan ratu. Seekor lebah ratu dewasa yang produktif dapat menelurkan 1000-2000 sel telur per hari (Rusfidra, 2006). Lebah madu hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni, yang berdiam dalam satu sarang lebah (Rusfidra, 2006). Sampai saat ini jenis koloni yang umum dibudidayakan adalah jenis Apis cerana dan Apis mellifera. (Hasanuddin, 2003). Di dalam koloni terdapat seekor lebah ratu, beberapa ratus lebah jantan dan puluhan ribu lebah pekerja. Menurut Ashari (1998), jumlah ini tergantung pada efektivitas penyerbukan dan kondisi makanan (bunga) setempat. Masing-masing anggota koloni memiliki pekerjaan yang dilakukan secara fungsional dan profesional. Lebah madu dalam hal mempertahankan hidupnya sebagai koloni sosial, membagi diri mereka dalam beberapa kasta, yaitu: lebah ratu (queen) yang merupakan pemimpin koloni dan bertanggung jawab terhadap keutuhan dan

kekompakkan koloni. Lebah jantan (drone) berasal dari telur yang tidak dibuahi. Lebah ini berfungsi sebagai lebah pemacek, yakni mengawini ratu muda. Dan lebah pekerja (worker). adalah kelompok yang jumlahnya paling banyak dalam koloni. Lebah pekerja juga berasal dari sel telur yang dibuahi (Rusfidra, 2006).

B. Tujuan Tujuan dari praktikum mengenal kasta lebah madu adalah untuk mengetahui morfologi lebah madu pada setiap kasta dan mendeskripsiksn masingmasing kasta serta membandingkan jumlah masing-masing kasta.

II. MATERI DAN METODE A. Materi Alat yang digunakan adalah topi berkerudung, buku gambar dan alat tulis. Sementara bahan yang digunakan adalah koloni lebah madu Apis mellifera (lebah ratu, lebah jantan, dan lebah pekerja).

B. Metode 1. Kasta koloni Lebah madu, yaitu : lebah ratu, lebah jantan, dan lebah pekerja diamati morfologinya 2. Setelah diamati morfologinya, kemudian digambar morfologi masing-masing kasta lebah madu dan deskripsikan masing-masing kasta. 3. Kemudian dibandingkan juga jumlah masing-masing kasta.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Gambar 1. Lebah Madu Ratu (Apis mellifera)

Gambar 2. Lebah Jantan (Apis mellifera)

Gambar 3. Lebah Pekerja (Apis mellifera)

Gambar 4. Lebah Madu (Bagian Kiri Lebah Pekerja (Worker), Bagian Tengah Lebah Jantan (Drone), Dan bagian Kanan Lebah Ratu (Queen)

B. Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa setiap kelompok lebah madu mempunyai kasta yang dibagi menjadi tiga yaitu, lebah ratu (queen), lebah jantan (drone), dan lebah pekerja (worker) dengan perbandingan jumlah masing-masing kasta dalam satu koloni terdapat seekor lebah ratu dengan lebah jantan sekitar 200 ekor dan lebah pekerja sekitar 80.000 ekor (Petra, 2011). 1. Lebah ratu (queen) Lebah ratu merupakan pemimpin koloni dan bertanggung jawab terhadap keutuhan dan kekompakkan koloni. Ratu ini berjenis kelamin betina dan hanya terdapat satu ekor dalam tiap koloni. Tugas utamanya adalah menghasilkan telur untuk perkembangan koloni. Lebah ratu mempunyai ukuran yang paling besar, panjang badannya hampir dua kali dan beratnya hampir tiga kali lebah pekerja, ukuran badanya lebih panjang dibandingkan sayapnya, dan berwarna merah tua agak kehitam-hitaman. Jika di antara telur ada yang menetas sebagai calon ratu baru, maka calon ini segara memisahkan diri dari keluarga dengan diikuti sebagian lebah jantan dan lebah pekerja, atau dibunuh waktu menetas. Lebah ratu bertelur setiap hari dan dan dapat hidup sampai kurang lebih empat tahun. Lebah ratu kawin hanya sekali pada awal kedewasaannya, ketika terbang tinggi di udara terbuka dan kawin dengan seekor lebah jantan yang paling kuat dan terbang tinggi berhasil mengejarnya. Sesudah kawin, lebah ratu tinggal di sarang dan tidak berpindah-pindah kecuali jika diganggu karena ada perubahan. Lebah ratu mempunyai alat untuk menyimpan sperma yang disebut spermateka. Hidup lebah ratu sehari-hari diawasi, makanannya diberi dan diatur menunya oleh lebah pekerja. Kebersihan badannya juga diurus oleh lebah pekerja. Pada suatu saat, ratu dalam sarang akan diganti oleh ratu muda yang mempunyai daya bertelur tinggi. Kapasitas bertelur dimulai dengan beberapa lusin setiap hari dan meningkat terus mencapai rata-rata 1500 butir perhari. Siang malam lebah ratu mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel kosong. Bila mendapatkan sel kosong mata perutnya dilengkungkan ke dalam sel, lalu berputar sedikit, kemudian meletakkan sebutir telur di atas dasar sel. Dengan bahan perekat yang keluar dari perutnya, maka telur tersebut dapat melekat pada dasar sel. Lebah ratu menghasilkan dua macam telur,

yaitu telur subur yang menghasilkan lebah pekerja dan lebah ratu, dan telur tak subur yang menghasilkan lebah jantan (Petra, 2011). 2. Lebah jantan (drone) Lebah jantan berasal dari telur yang tidak dibuahi. Lebah ini berfungsi sebagai lebah pemacek, yakni mengawini ratu muda. Lebah jantan tidak bekerja. Ciri yang menarik perhatian adalah matanya yang besar. Lebah jantan berukuran lebih kecil dibanding lebah ratu, tetapi lebih besar dibanding lebah pekerja. Warnanya kehitaman, suara dengungannya keras, kakinya tidak memiliki bakul untuk menyimpan tepung sari bunga, dan bibirnya tidak memiliki selang pipa penghisap madu. Ekornya tidak bersengat dan sifatnya tenang. Lebah jantan yang berhasil mengawini lebah ratu hanya seekor, dan sesudah kawin segera mati karena alat reproduksinya menempel di spermateka lebah ratu dan juga diakibatkan karena kehabisan tenaga. Di dalam sarang, lebah jantan yang lain bertugas menjaga sarang, membersihkan kotoran, dan tidak pernah keluar sarang kecuali saat musim atau pindah. Lebah jantan tidak perlu bekerja mencari makan, tetapi justru disuapi oleh lebah pekerja (Petra, 2011). Dalam suatu kelompok lebah yang besar, rata-rata memiliki 200-300 ekor lebah jantan. Lebah jantan dapat mencapai umur setahun jika tidak mati karena mengawini lebah ratu. Lebah-lebah jantan ini tidak diperdulikan oleh lebah ratu yang sudah kawin dan bertelur, mempunyai sifat pemalas dan tukang makan yang rakus. Oleh karena kerakusannya pada masa paceklik, lebah jantan akan diusir atau dibunuh oleh lebah pekerja. Dalam peternakan yang teratur, jumlah lebah jantan dikurangi atau dibuang oleh peternak (Petra, 2011). 3. Lebah pekerja (worker) Lebah pekerja adalah kelompok yang jumlahnya paling banyak dalam koloni tidak kurang dari 30.000 ekor. Lebah pekerja juga berasal dari sel telur yang dibuahi. Ovariumnya tidak berkembang sempurna (steril) sehingga tidak dapat bertelur. Lebah pekerja mempunyai ukuran lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan lebah ratu atau lebah jantan dan berwarna coklat. Lebah pekerja mempunyai sengat, tetapi sekali menyengat akan lepaslah sengatnya dari tubuhnya dan dua hari kemudian akan mati (Petra, 2011).

Lebah pekerja merupakan pekerja yang tidak kenal lelah, bekerja terus sampai mati. Setiap hari ada lebah pekerja yang mati. Untuk mempertahankan jumlanya, maka setiap hari harus ada pengganti dari lebah pekerja yang mati. Tugas lebah berubah dengan meningkatnya umur. Tugas lebah pekerja sesuai dengan perkembangan umur. Dari mulai menetas sampai umur tiga hari sebagai petugas kebersihan. Umur 3 12 hari bertugas sebagai perawat larva. Sejak hari ke 13-18 bertugas membuat dan memoles sisiran sarang. Dari umur 18 sampai 20 bertindak sebagai pengawal dan menjaga kesegaran udara di dalam sarang. Mulai hari ke-20 sampai datangnya kematian lebah bertugas mengumpulkan nektar, polen, propolis dan air. Dimasa tuanya lebah pekerja berperan sebagai pemandu bagi lebah muda untuk mencari lokasi pengumpulan nektar, polen, propolis dan air (Petra, 2011). Menurut Perta (2011), anatomi bentuk lebah madu sama dengan bentuk insekta lainnya. Badannya tediri dari 3 bagian, yang pokok adalah: kepala, dada, dan perut. Seluruh badannya ditumbuhi rambut. Kepala Jika dilihat dari depan, kepalanya berbentuk segitiga. Pada bagian kanan dan kiri kepala tedapat mata majemuk. Di bagian atas kepala ada tiga buah mata biasa yang tersusun dalam bentuk segitiga. Mata majemuk lebah jantan paling besar dan yang terkecil adalah mata majemuk ratu. Mata ini dipergunakan untuk melihat jarak jauh. Mata biasa digunakan untuk melihat jarak dekat. Di tengah kepala bagian depan terdapat antenna. Pada lebah pekerja dan lebah ratu, antennanya mempunyai 11 cicin. Alat ini adalah organ sensor yang mempunyai reaksi terhadap rebaan dan stimulans bahan-bahan kimia (Petra, 2011). Mulutnya terdiri dari sepasang alat penggigit dan lidah mempunyai bentuk kompleks (proboscis), merupakan suatu pembuluh yang digunakan untuk mengisap cairan seperti nectar, madu, dan air. Di kepalanya terdapat kelenjer ludah dan kelenjer makanan yang menghasilkan sari madu. Kepala dihubungkan dengan dada oleh leher kecil yang berisi kerongkongan dan saluran kelenjer ludah dada (Petra, 2011). Dada

Dada yang keras dan membulat terdiri dari empat bagian. Di sebelah dada berisi urat daging yang bekerja sama dengan urat syaraf untuk menggerakkan sayap, kaki, kepala, dan perut. Bagian pertama adalah dada depan terdapat kaki pertama. Dada tengah adalah bagian terbesar dari bagian dada, membawa sepasang sayap muka dan sepanjang kaki tengah. Bagian ketiga adalah adada belakang yang membawa sepanjang sayap belakang dan sepanjang kaki belakang. Bagian keemapat adalah bagian belakang dada yang tidak mempunyai perpanjangan apa-apa. Setiap kaki terdiri dari enam bagian dan setiap bagian dihubungkan oleh persendian. Ujung kaki mempunyai sepasang kuku dan gelambir yang lunak untuk memegang atau hinggap pada permukaan barang yang licin (Petra, 2011). perut Perut tempayak atau larva mempunyai sepuluh bagian, tetapi dalam pertumbuhannya satu bagian berubah menjadi dada. Pada lebah ratu dan lebah pekerja terlihat enam bagian, pada lebah jantan terdapat tujuh bagian. Setiap bagian perut terdiri dari dua bagian. Bagian atas adalah punggung dan bagian bawah, yang ukurannya lebih kecil adalah tulang dada. Setiap bagian pinggir saling menutup satu dengan lainnya, dihubungkan dengan merman tipis yang melipat sehingga perut dapat dikembangkempiskan kearah memanjang dan mendatar. Hal ini terlihat saat lebah sedang bernapas (Petra, 2011). Di sebelah dalam tulang dada ketigga, keempat, dan kelima terdapat kelenjar lilin atau malam. Lilin dikeluarkan dalam keaadan cair, kemudian mengental menjadi kepingan kecil. Di atas bagian punggung terakhir terletak kelenjar bau-bauan. Untuk mengeluarkan bau tersebut, lebah harus mengangkat perut dan mengipasi dengan sayapnya (Petra, 2011). Sengat lebah adalah suatu bentuk perubahan dari alat pengantar telur. Pada awalnya, sengat merupakan alat meletakkan telur, kemudian berubah menjadi alat penusuk dan memasukkan bisa kepada korbanya. Jika lebag menyengat, maka ujung perutnya dibengkokkan ke bawah dan dengan gaya menikam dengan sengat ditusukkan ke sasaran. Ujung sengat berbentuk seperti ujung kail. Karena bentuk tersebut, maka sewaktu lebah menarik diri setelah menyengat, tertinggallah sengat

beserta sarung kantong bisanya. Beberapa saat setelah menyengat, lebah akan mati (Petra, 2011). Menurut Petra (2011), untuk melakukan peternakan lebah, harus dipilih bibit unggul yang bebas dari hama dan penyakit. Indonesia, terdapat beberapa jenis lebah yang hidupnya berkelompok dengan anggota kurang lebih 10 sampai 30 ribu ekor lebah pada setiap kelompok, jenis lebah antara lain: 1. Apis dorsata atau lebah hutan Apis dorsata hanya berkembang di Asia seperti; India, Philipina, China dan Indonesia. Madu dari spesies ini dikenal sebagai madu alam atau madu hutan. Di Indonesia spesies lebah madu tersebut hanya terdapat di pulau Sumatera, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dalam istilah jawa disebut tawon gung atau odeng dadal dalam istilah sunda. Orang palembang menyebut madu sialang. Panjang lebah sekitar 1,9 cm. lebah hutan ini biasanya tinggal di pohon yang tinggi dan hanya membuat satu sarang. Hidupnya biasanya di hutan yang lebat. Sarang Apis dorsata dibangun secara tunggal dengan sisiran sarang hanya selembar. Sarang tersebut digantung dicabang pohon dan tebing batuan. Produksi madunya dalam setahun dapat menghasilkan 15 25 kg madu per koloni (Petra, 2011). 2. Apis cerana Apis cerana merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar mulai dari Afganistan, China, Jepang sampai Indonesia. Cara budidayanya sebagian besar masih tradisional, yaitu di dalam gelodok. Budidaya secara modern yaitu didalam kotak (stup) yang dapat dipindah-pindahkan. Produksi madu Apis cerana dalam setahun dapat menghasilkan 2 5 kg madu per koloni. Lebah ini disebut juga lebah madu. Oleh orang jawa disebut tawon laler atau tawon ondoan, orang sunda menyebutnya nyiruan, dan orang palembang menamainya madu lobang. Panjang lebah sekitar 1,1 cm. Lebah madu ini sering ditemukkan orang. Di Indonesia bibit jenis ini mudah didapat (Petra, 2011). Apis cerana sampai saat ini masih mengandalkan bibit alami, sehingga secara umum produktivitasnya masih rendah, koleni mudah hijrah, dan cendrerung agresif (Kuntadi, 2007). 3. Trigona atau lebah lilin

Lebah ini sering disebut tawon lancing oleh orang jawa dan teuweul dalam istilah sunda. Bentuknya lebih kecil dari lebah madu dan tidak bersengat. Jika sarangnya diganggu, lebah ini mengeluarkan perekat yang dapat menempel di rambut (Petra, 2011). 4. Apis floera atau lebah kecil Lebah local ini merupakan lebah berukuran kecil, sekitar 0,9 cm. Apis florea terdapat di Oman, Iran, India dan Indonesia. Di beberapa tempat lebah madu Apis florea dapat hidup bersama-sama dengan Apis mellifera, Apis cerana dan Apis dorsata. Produksi madunya dalam setahun hanya sekitar 1 3 kg madu per koloni (Petra, 2011). 5. Apis mellifera atau lebah unggul Apis mellifera merupakan lebah madu import dari Italia yang memiliki temperamen tidak ganas, mudah dibudidayakan dan ukuran tubuhnya lebih besar dari Apis cerana. Produksi madunya sangat banyak yaitu dalam setahun dapat mencapai 20 60 kg madu per koloni. Spesies lebah madu ini sangat cocok untuk usaha budidaya lebah madu untuk skala komersial (Petra, 2011). 6. Apis nigrocincta ( Lebah madu lokal Sulawesi ) Apis nigrocincta adalah spesies lebah madu yang mendiami pulau Mindanao di Filipina serta pulau-pulau Indonesia Sangihe dan Sulawesi. Apis cerana dan Apis nigrocincta mudah untuk hidup bersama dan juga mereka mudah untuk dibedakan.Apis cerana cenderung menjadi lebih gelap dan lebih kecil, sementara A. nigrocincta cenderung lebih besar dan memiliki clypeus kekuningan (daerah bawah wajah) (Petra, 2011). 7. Apis koschevnikovi ( Lebah madu merah ) Apis koschevnikovi adalah spesies lebah madu yang mendiami Malaysia dan Borneo Indonesia, di mana ia juga dapat tinggal bersama dengan spesies lebah madu lainnya seperti Apis cerana . Spesies ini pertama kali dijelaskan oleh ButtelReepen, yang didedikasikan untuk Grigory Aleksandrovich Kozhevnikov (18661933), pelopor morfologi lebah madu pada abad ke-19 (Petra, 2011).

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari praktikum mengenal kasta lebah madu adalah sebagai berikut: 1) lebah madu mempunyai kasta yang dibagi menjadi tiga yaitu, lebah ratu (queen), lebah jantan (drone), dan lebah pekerja (worker) 2) perbandingan jumlah masing-masing kasta dalam satu koloni terdapat seekor lebah ratu dengan lebah jantan sekitar 200 ekor dan lebah pekerja sekitar 80.000 ekor.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S.1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Hasanuddin, A. 2003. Manajemen Koloni Lebah Madu, Departemen Kehutanan. Pusat Diklat Pendidikan dan Latihan Kehutanan, Balai latihan Kehutanan, Pematamg Siantar. Kuntadi. 2007. Teknik Pemulihan Lebah Madu Apis cerana dengan Pola Partisipatif. Jurnal Teknologi, Purworejo, 30-31 Oktober 2007. Petra. 2010. Skipsi: Budidaya Lebah Madu. Fakultas Biologi Universitas Kristen Petra. Phttp://digilib.petra.ac.id/. Diakses tanggal 7 november 2011. Rusfidra, A. 2006. Peranan Lebah Madu sebagai Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani, (Makalah Disampaikan pada Konferensi Nasional Serangga di Fakultas Pertanian IPB, Desember 2006). Sumber : http.rusfidra.multiply.com/journal/item/44. Sihombing, D. 1997. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Cetakan. Pertama. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Sumoprastowo dan Suprapto,A.1993. Beternak Lebah Madu Modern, Penerbit. Bhratara, Jakarta. Suranto, Adji. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai