Anda di halaman 1dari 11

BIOMASSA

I. Pendahuluan
I.1 Tujuan
Menentukan jumlah organisme hidup diatas tanah
Menentukan jumlah total berat kering diatas tanah
I.2 Dasar Teori
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya
dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian
tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Biomassa tumbuhan
merupakan jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan
hidup.Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi
bahan organik melalui proses fotosintesis. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut, terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidu dan
tumbuh secara dinamis vegatasi, tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik
(Hamilton dan King, 1988).
Biomassa juga didefinisikan adalah total jumlah materi
hidup diatas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan
satuan ton berat kering per satuan luas. Dalam suatu penelitian
biomassa terdapat banyak istilah terkait penelitian yaitu, biomassa
hutan yaitu keseluruhan volume makhluk hidup dari semua spesies
pada suatu waktu tertentu pengukuran biomassa hutan dan dapat
dibagi kedalam 3 kelompok utama yaitu, pohon, semak dan
vegetasi yang lain. Maka penelitian atau pengukuran biomassa
hutan mencakup seluruh biomassa yang hidup diatas dan yang
hidup dibawah permukaan dari pepohonan, semak, palem, anakan
pohon, semak, palem, anakan pohon, dan tumbuhan bawah
lainnya, tumbuhan menjalar, liana, epifit, dan sebagainya yang
ditambahkan dengan biomassa dari tumbuhan mati seperti kayu
dan serasah (Heddy, 1986).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah yang
menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat
dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Di sini,
siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran yang jatuh
sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk
unsure hara yang seperti diketahui akan diuraiakan oleh bakteri
(Ewusia, 1990).
Salah satu perhitungan biomassa adalah biomassa pada
tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah secara tidak langsung
mempunyai peranan terhadap penyerapan karbon dioksida karena
tumbuhan bawah mampu menjaga kelembaban sehingga proses
dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara untuk
tanaman pokok. Di sini siklus hara dapat berlangsung sempurna,
guguran yang jatuh sebagai serasah akan di kembalian lagi ke
pohon dalam bentuk unsur hara seperti diketahui akan diuraikan
oleh bakteri (Ewusie, 1990).
Dekomposisi serasah adalah perubahan fisik maupun
kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah (bakteri, fungi
dan hewan tanah lainnya atau sering disebut juga mineralisasi yaitu
proses penghancuran bahan organik yang berasal dari hewan dan
tanaman menjadi senyawa organik sederhana. Menurut Nyakben
(1998) ada 3 tahap proses dekomposisi serasah yaitu: 1. Proses
Leaching merupakan mekanisme hilangnya bahan-bahan yang
terdapat pada serasah atau detritus akibat curah hujan atau aliran
air, 2. Penghawaan (Wathering) merupakan mekanisme pelapukan
oleh faktor-faktor fisik seperti pengikisan oleh angin atau
pergerakan molekul air dan aktivitas biologi yang menghasilkan
pecahan-pecahan organik oleh makhluk hidup yang melakukan
proses dekomposisi (Indriyanto, 2006).
Serasah merupakan bahan organik mati yang berada diatas
tanah mineral dimana hanya kayu mati dengan ukuran diameter
<10 cm dikategorikan sebagai serasah. Estimasi biomassa serasah
dilakukan dengan metode pemanenan atau pengumpulan. Lapisan
atas disebut serasah yang merupalan hutan yang terdiri dari
guguran daun segar, ranting, serpihan kulit kayu, lumut dan bagian
bunga dan buah busuk, sedangkan lapisan bawah dengan humus
yang terdiri dari serasah yang sudah terdekomposisi dengan baik.
Penelitian ini dilakukan dengan menetapkan 6 buah transek/plot
ukuran 200m2 pada zona entrance, zona konservasi, zona
persawahan dan zona minapolitan secara purpossive Random
Sampling. Kandungan Karbon (C-stock) dalam penelitian dihitung
dengan menggunakan pendekatan biomassa dengan asumsi 50 %
dari biomassa adalah karbon(Resosoedarmo, 1986.)
Jenis penyusunan, tingkat kerapatan pohon, dan luas bidang
dasar suatu tegakan diketahui akan berpengaruh terhadap
produktivitas serasah suatu tegakan. Adanya perubahan
produktivitas serasah dari tahun ke tahun disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur dan komposisi pepohonan dalam masing-
masing petak. Produktivitas serasah akan meningkat dan mencapai
maksimum pada musim kemarau dan menurun pada musim hujan.
Hal ini terjadi karena pada musim kemarau persaingan diantara
tanaman dan antar organ dalam satu tanaman untuk mendapatkan
cahaya matahari sehingga akan menyebabkan terjadinya efisiensi
dalam proses fotosintesis dan tanaman akan cepat melakukan
regenerasi (Soemarwoto, 1983).
II. Metode Kerja
II.1Alat dan Bahan

No Alat Jumlah Bahan Jumlah

1 Meteran 1 Lapangan rumput secukupnya


2 Tali 1
3 Patok 4
4 Alat tulis 1
5 Timbangan digital 1
6 Oven 1
7 Kantong koran 3

II.2Cara Kerja

Lapangan rumput

Dibuat kuadrat dengan patok dan tali


Dipangkas rumput diatasnya

Rumput

Diidentifikasi masing-masing spesiesnya


Dipisahkan masing-masing spesies
Dimasukan kedalam kantong koran
Ditimbang berat basahnya
Dikeringkan sampai pengurangan berat konstan
Ditimbang berat keringnya
Dihitung biomassa nya

Hasil
III. Hasil Pengamatan
a. Tabel Pengamatan

Spesies Berat Basah Berat Kering Total


Batang Daun Total Batang Daun Total
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)

Sp 1 - - 295 - - 116,9 411,9

Sp 2 - - 327 - - 163,7 490,7

Sp 3 3,5 12.2 15,7 0,8 2,1 2,9 18,6

b. Analisis Data
Berat Kering
1. % berat kering = x 100%
Berat Basah
116 , 9
Sp 1 = x 100 %=39,56 %
295,5
163 ,7
Sp2 = x 100 %=50,04 %
327,1
0,8
Sp 3 = Batang = x 100 %=22, 85 %
3,5
2,1
Daun = x 100 %=17 , 21 %
12,2

BK x Luas Pengamatan
2. Total Biomasaa Tumbuhan = ∑


Bk 1+Bk 2+Bk 3
BK = x 100 m2
1 x1
330,5
x 100=33050 gr /m 2
1
3. Jumlah Simpanan Karbon = BK x 0,46
33050 x 0,46= 71847,8
Tabel data mentah

Spesies Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Berat Basah Berat Kering Berat Basah Berat Kering Berat Basah Berat Basah
Batang Dau Tota Batan Dau Tota Batang Dau Tota Batan Dau Tota Batang Dau Tota Batang Dau Total
(gr) n l (gr) g (gr) n l (gr) (gr) n l (gr) g (gr) n l (gr) (gr) n l (gr) (gr) n (gr)
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)

Zingiber - - 17 - - 9 - - - - - - - - -
officinale

Ageratum 56 131 187 19 32 51 2 8 310 1 2 3 7 15 22


conyzoides

Lophoterium - - 6 - - 2 - - 3 - - 2 - - 5
gracile

Galinsoga 16 19 35 4 3 7 1 2 3 1 1 2 1 7 8
parviflora

Alternanthera - - 36 - - 12 - - 5 - - 2 - - 27
sessilis

Heliantus 10 12 22 3 4 7 - - - - - - 1 7 8
microcephalu
s

Synedrella 2 4 6 1 2 3 - - - - - - - - -
nodiflora

- - 28 - - 3 - - 4 - - 2 - - 6
Plantago
major

Ropippa - - 9 - - 2 - - 3 - - 2 - - 7
amphibia

Stellaria - - 18 - - 5 - - 7 - - 1 - - 15
media

Cyperus - - 8 - - 3 - - 3 - - 2 - - 10
rotundus

Commelina - - 3 - - 2 - - - - - - - - -
benghalensis

Amarantus sp. 2 2 4 1 1 2 - - - - - - - - -
- - - - - - - - 2 - - 1 - - -
MArsilea
crenata
Talinum - - - - - - - - - - - - - - 2
paniculatum
Lampiran Pengamatan Minggu Pertama
Dokumentasi Alat, Bahan, dan Lokasi pengamatan

Dokumentasi Pengukuran Berat Basah Spesies Tumbuhan yang Ditemukan

Ropippa amphibia Heliantus microcephalus Alternaterra sessilis

Stellaria media Plantago major Cyperus rotundus

Cammelina Lophotarium gracile Amarantus sp.

Zingiber officinale Synedrella nodiflora Galinsoga parviflora


Ageratum conyzoides

Dokumentasi Pengukuran Berat Kering

Anda mungkin juga menyukai