Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN

ILMU TINGKAH LAKU HEWAN


(ABKC2505)

TINGKAH LAKU BURUNG (AVES)

OLEH:
Kelompok IX B

Ekawati 181011
Rabiatul Adawiyah 1810119320019
Rania Rahima 181011

ASISTEN DOSEN:
Abdi Suga, S.Pd.
M. Guntur Al Ghani
Maulida
Rabiatul

KOORDINATOR ASISTEN:
Halimudair, S.Pd.
Hery Fajeriadi, S.Pd., M.Pd.
M. Arsyad, S.Pd.

ASISTEN LAPANGAN:

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Dharmono, M.Si
Mahrudin, S.Pd., M.Pd.
Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2020
PRAKTIKUM V
Topik : Tingkah Laku Burung
Tujuan : Mengamati dan menganalisa tingkah laku burung
Hari/tanggal : Sabtu/21 Maret 2020
Tempat : Lingkungan Perpustakaan Pusat ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Alat Dokumentasi
2. Alat tulis
3. Papan ujian
4. Teropong

B. BAHAN
1. Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
2. Ethogram burung

II. CARA KERJA


1. Menjelajahi semua tipe habitat yang terdapat di dalam kawasan-kawasan
vegetasi untuk mencari burung, kemudian menetapkan burung yang akan
diamati
2. Mengambil data dimulai dari pagi hari (pukul 08:00-09:00 WITA) dan
mencatat waktu pengamatan
3. Mengamati perilaku burung tersebut meliputi :
a. Perilaku makan (jenis makan, waktu makan, dan cara makan)
b. Perilaku territorial atau penguasaan wilayah atau pergerakan
c. Perilaku reproduksi atau kawin
d. Perilaku sosial (komunikasi, kimpoi/perkelahian)
4. Mengidentifikasi berdasarkan suara dapat dilakukan. Namun diperlukan
kepekaan terhadap suara dan keahlian untuk mengidentifikasi jenis burung
tanpa melihat jenis burung tersebut secara langsung (dapat menggunakan alat
perekam suara (voice recoerder). Mengidentifikasi hasil rekaman dan
mencocokkannya dengan suara urung digital.
5. Menyatukan data pengamatan dalam satu buku/lembar catatan pengamatan
6. Membuat laporan kegiatan dengan susunan :
a. Tujuan
b. Pustaka
c. Alat dan Bahan
d. Cara Kerja
e. Hasil Pengamatan
f. Pembahasan
g. Daftar Pustaka
h. Lampiran :
1. Foto kegiatan/kelompok
2. Foto tiap-tiap perilaku

III. TEORI DASAR


Burung adalah salah sat makhluk yang mengagumkan. Berabad-abad
burung menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada
masyarakan Indonesia karena keindahan suara dan bulunya. Burung juga
merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai
keanekaragaman hayati lainnya. Sebagai salah satu komponen ekosistem,
burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan
lingkungannya. Struktur vegetsi merupakan salah satu faktor kunci yang
mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Burung dijumpai
hampir disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu
kekeyaan satwa di Indonesia. Jenisnya sangat beraneka ragam dan masing-
masing jenis memiliki keindahan tersendiri. Hidupnya memerlukan syarat-
syarat tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala
gangguan (Dahlan, 2009)
Sebagai salah satu kompnen ekosistem, burung mempunyai hubungan
timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran
dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem diperlukan
pertahanan. Selama proses evolusi dan perkembangan kehidupan berlangsung,
burung selalu beradaptasi dengan berbagai faktor, baik fisik (abiotik) maupun
biotik. Hasil adapatasi ini mengakibatkan burung hadir atau menetap disuatu
tempat yang sesuai dengan kehidupannya dan tempat untuk kehidupannya
tersebut secara keseluruhan disebut sebagai habitat (Dahlan, 2009)
Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing pengamatan
menurut Harnowo (1988), apabila kondisi habitatnya kurang baik dalam
mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor
lain (luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan sumber pakan atau
faktor lain (luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis
burung. Jumlah jenis burung sangat tergantung pada karakter habitat, jumlah
jenis burung juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan sumber daya yang ada.
Manfaat burung di alam bagi kehidupan diantaranya (fungsi ekologis
burung) : berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai
makanan dalam ekosistem). Membantu penyerbuan tumbuhan khususnya
tumbuhan yang memiliki perbedaan posisi antara benang sari dengan putik.
Sebagai predator hama (serangga, tikus dsb). Penyebar/agen bagi beberapa
jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya. Sebagai bahan penelitian,
pendidikan lingkunagn, dan objek wisata (ekoturism). Manfaat burung yang
ditangkarkan bagi manusia (fungsi ekonomis burung). Memiliki nilai estestika
: kicauan yang bervariasi, bulu yang indah, atau kecepatan terbang untuk
diperlombakan. Memiliki nilai ekonomi: sarang, telur, daging, bulu, kotoran,
tanduk (casque), binatang awetan, dan industri pembuatan sangkat, pakan, dsb
(Lestari, 2014).
Kemampuan untuk terbang merupakan ciri yang paling khusus dari
burung. Hal itu membedakannya dengan hewan-hewan bertulang belakang
yang lain. Seakan-akan burung memang dirancang untuk terbang. Selama
proses evolusi, burung berkembang dari reptil kecil berkaki dua menjadi
makhluk yang bertubuh ringan tetapi kuat, bentuk tubuh streamline, berbulu
dan bersayap, dengan metabolisme yang efesien dan syaraf motorik otak yang
lebih berkembang (Dharmono, 2020).
IV. HASIL PENGAMATAN

No Hasil Foto Literatur


Waktu Aktivitas/perilaku Deskripsi Foto Pengamatan
. Pengamatan

1. Berdasarkan hasil
Jenis makanan pengamatan, jenis makanan
yang dimakan pada burung
kutilang ialah biji-bijian
Pada saat pengamatan,
Waktu makan waktu burung kutilang
memakan biji-bijian selama
09.27-09.51 25 detik
Perilaku Makan
WITA
Pada saat pengamatan, saat
burung kutilang ingin (Sumber : Agung
memakan biji bikin (Sumber : Dok. Budiantoro, 2016)
kutilang terbang perlahan Kelompok 9B, 2020)
Gerakan badan
kemudian hinggap di atas
pohon dan biji-bijian, selalu
burung kutilang mematuk
biji tersebut dengan
paruhnya selama 30 detik
2. 09.15-09.25 Perilaku teritorial atau Pada saat pengamatan,
WITA penguasaan wilayah
Bentuk gerakan gerakan burung kutilang
atau pergerakan
datang tidak hanya pada satu
pohon, namun berpindah
dari pohon ke pohon
selama 5 detik
Gerakan (Sumber : Agung
Pada saat pengamatan,
disekitar Dok. Budiantoro, 2016)
ketika burung kutilang (Sumber :
makanan Kelompok 9B, 2020)
berada di sekitar makanan
burung tersebut hinggap
sebentar dengan waktu 3
detik lalu mematok
makanan 15 detik

Waktu disekitar Berdasarkan hasil


makanan pengamatan, waktu burung
kutilang berada di sekitar
makanan selama 5 detik
Gerakan Pada saat pengamatan pada
meninggalkan burung kutilang setelah
makanan makan langsung pohon
yang lain selama 2 detik
Berdasarkan hasil
Perilaku lain pengamatan tidak
ditemukan perilaku lain
pada burung kutilang
3. - Perilaku reproduksi Berdasarkan hasil
atau kawin pengamatan bahwa burung
yang diamati tidak
melakukan perilaku kawin
sehingga tidak ditemukan
pada saat pengamatan
Gerakan kawin,
waktu kawin, (Sumber : Cindy, 2017)
perilaku lain
4. Berkelompok, Pada saat pengamatan,
burung kutilang ditemukan
berkelompok 3 ekor pada
Gerakan jam 9. 15 namun burung
Perkelahian tidak menunjukkan
perkelahian selama 10 detik
lalu diam selama 10 menit
Perilaku sosial (Sumber : Mason,
09.15-09.25 (komunikasi, Berdasarkan hasil (Sumber : Dok. 2017)
WITA persaingan/perkelahian Waktu pengamatan, tidak Kelompok 9B, 2020)
) Perkelahian ditemukan waktu
perkelahian karena pada
burung tidak menunjukkan
gerakan perkelahian 
Pada saat pengamatan,
Perilaku saat burung kutilang   saat
Bertemu Sejenis bertemu dengan sejenisnya
akan ikut hinggap di tempat
yang sama dan mendekati
burung sesama jenisnya
selama 5 detik
Berdasarkan hasil
Perilaku lain pengamatan tidak
ditemukan perilaku lain
pada burung kutilang 
V. ANALISIS DATA

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Pycnonotidae

Genus : Pycnonotus

Spesies : Pycnonotus aurigaster

Sumber : Vieillot, 1818

1. Perilaku Makan
Saat melakukan pengamatan terhadap perilaku makan burung kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Pada pukul 09.27-11. 27 di lingkungan Universitas
Lambung Mangkurat Fakultas Hukum Banjarmasin terlihat burung kutilang atau
Pycnonotus aurigaster  ini memakan biji-bijian yang terdapat pada suatu pohon,
Pada saat pengamatan, saat burung kutilang ingin memakan biji-bijian burung
kutilang terbang perlahan kemudian hinggap di atas pohon yang terdapat biji-
bijian, lalu burung kutilang mematuk biji tersebut dengan paruhnya sambil
memiringkan kepala, gerakan ini dilakukan selama 30 detik
Menurut El-Arif (2016), mengatakan bahwa burung kutilang mempunyai
suara yang merdu dan nyaring "cuk cuk "dan dan "cang-kur "yang diulangi cepat.
Sedangkan menurut Kamal (2016), mengatakan burung ini tersebar dalam
kelompok kecil 2 sampai 4 pasangan yang terkenal ribut dan aktif bergerak, suara
kicauannya terdengar nyaring namun merdu dengan suara “cuk-cuk” dan “cang-
kur” yang diulangi cepat. Makanan utama burung kutilang adalah buah-buahan
yang lunak selain itu juga memakan berbagai jenis serangga kecil
Cucak kutilang makan di hutan-hutan terbuka yang terdapat semak belukar
dan rumput rumput yang rendah serta minum di beberapa sumber air seperti
genangan air, Sisa air hujan pada cekungan pepohonan, danau, sungai dan
sebagainya. Vegetasi bagi burung bukan hanya digunakan sebagai tempat mencari
makanan tetapi juga sebagai tempat bertengger, istirahat, kawin dan bersarang.
Setiap jenis burung menggunakan pohon dengan tajuk strata dan bagian tertentu
untuk melakukan aktivitasnya (Ramadhani dalam Dahlan, 2008).

2. Perilaku teritorial atau penguasaan wilayah atau pergerakan


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 09.15-09.25 di
lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Hukum Banjarmasin, pada
perilaku teritorial atau penguasaan wilayah atau pergerakan pada burung kutilang
(Pycnonotus aurigaster) yang diamati yaitu bentuk gerakan datang pada burung
kutilang. Gerakan burung kutilang tidak hanya pada satu pohon, namun berpindah
dari pohon ke pohon yang lain dengan kaki lebih dulu bertengger dan sayap
menutup, burung ini melakukan pergerakan di sekitar makanan dengan cara
hinggap sebentar dengan waktu 3 detik, lalu mematuk makanan tersebut selama 15
detik.
Ketika akan meninggalkan sumber makanan, burung kutilang akan turun
dari dahan ke dahan yang lain, kemudian terbang meninggalkan pohon yang lain
yang merupakan sumber makanan tersebut. Cara burung kutilang (Pycnonotus
aurigaster) berpindah dari satu dahan ke dahan yang lain yaitu dengan cara
melompat, sedangkan cara burung ini berpindah dari pohon satu ke pohon yang
lain dengan cara terbang mengepakkan sayapnya. Waktu burung kutilang berada
disekitar makanannya pada saat pengamatan dilakukan selama 5 detik.
Menurut Mackinnon dalam Dahlan (2008), mengatakan bahwa cucak
kutilang hidup dalam berkelompok yang aktif dan rebut, lebih menyukai
pepohonan terbuka atau bertempat di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, tanaman,
dan pekarangan atau bahkan kota besar. Dalam hal ini Krebs dalam Dahlan
(2008), juga mengatakan burung cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat
terbuka, tepi jalan, kebun, perkarangan, semak belukar dan hutan sekunder sampai
dengan ketinggian 1600 mdpl. Sering pula ditemukan hidup di taman dan halaman
halaman rumah di perkotaan
Burung kutilang jantan akan bersemangat untuk berkicau untuk menarik
perhatian si betina. Fungsi dari nyanyian burung jantan di alam liar adalah sebagai
suatu cara bagi burung untuk merayu pasangan, menandai dan mempertahankan
wilayah mereka serta memperingatkan burung lain agar tidak memasuki kawasan
tersebut (Dahlan, 2008).
Tempat yang digunakan oleh cucak kutilang sebagai tempat bernaung dan
berlindung adalah tajuk pohon. Penggunaan ruang ini untuk memudahkan dalam
aktivitas harian seperti mencari makanan, terbang, dan bersembunyi apabila
mendapatkan gangguan akibat aktivitas manusia dan predator. Pada dasarnya,
untuk mendukung kehidupan satwa liar diperlukan satu kesatuan kawasan yang
dapat menjamin segala keperluan hidupnya baik dalam hal penyediaan makanan,
air, udara bersih, garam mineral, tempat berlindung, berkembang biak maupun
tempat untuk mengasuh anak-anaknya. Kawasan yang terdiri dari beberapa
kawasan baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan
dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar disebut
habitat (Alikodra dalam Dahlan, 2008).
Menurut Sukarsono (2009), habitat kutilag terdapat ditempat-tempat
terbuka, seperti tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder.
Burung kutilang juga sering ditemukan hidup secara liar di tanaman dan halaman-
halaman rumah perkotaan.

3. Perilaku Reproduksi atau Kawin


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan  pada lingkungan
Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Hukum Banjarmasin, pada burung
kutilang (Pycnonotus aurigaster), tidak ditemukan  perilaku reproduksi atau kawin
sehingga tidak terjadi gerakan kawin, waktu kawin ataupun perilaku lain pada
burung kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Perilaku reproduksi atau kawin burung kutilang (Pycnonotus aurigaster)
yaitu pada saat si jantan didekatkan dengan betina, si jantan akan mengejar atau
menabrak sangkar dengan bunyi yang kencang dan betinanya menggelepar-
geleparkan sayapnya pertanda minta kawin. Pada saat sore hari atau menjelang
tidur kutilang betina dan jantan tidur berdekatan. Sewaktu-waktu antara kutilang
betina dan jantan saling meloloh makanan. Jika di dalam sangkar betina dikasih
sarang beserta isinya, kutilang betina akan menyusun atau merapikan isi sarang,
jika isi sarang sudah disusun biasanya betina siap ternak. Burung kutilang bisa
bertelur 2 sampai 3 butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu.
Burung ini akan bersarang sepanjang tahun kecuali November dengan puncaknya
April-September ( Supriyadi, 2008).

4. Perilaku Sosial
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada waktu 09.15-09.25  di
lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Hukum Banjarmasin, pada
perilaku sosial (komunikasi, persaingan/perkelahian) pada burung kutilang 
(Pycnonotus aurigaster) burung ini ditemukan berkelompok sebanyak 3 ekor pada
jam 09. 15. Burung ini tidak menunjukkan perkelahian selama 10 detik, lalu diam
selama 10 menit. Ketika burung kutilang ini bertemu dengan kutilang yang lain,
mereka akan mengeluarkan suara untuk memberi tanda bahwa terdapat makanan,
lalu burung kutilang yang lain akan ikut hinggap di tempat yang sama selama 5
detik. Ketika makan, kepala burung kutilang menengok ke kanan dan ke kiri
sambil mematuk biji-bijian yang terdapat pada pohon.
Burung cucak kutilang biasanya berkelompok, baik ketika mencari
makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis
merubah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain (Holmes dalam
Dahlan, 2008).
Burung kutilang adalah alat berkomunikasi satu dengan yang lainnya
misalnya sebagai sebuah panggilan, pemberi peringatan akan datangnya bahaya,
ekspresi keterkejutan, kesakitan, dan juga ekspresi senang (Rini, 2018).

VI. KESIMPULAN

1. Perilaku makan yang diamati pada burung kutilang (Pycnonotus


aurigaster)  yaitu jenis makanan berupa biji-bijian, waktu makan selama
30 detik, dan ketika makan kepala dan ekornya bergerak sambil
mengeluarkan suara.
2. Perilaku teritorial yang diamati pada burung kutilang (Pycnonotus
aurigaster)  yaitu kaki akan lebih dulu bertengger dan sayap menutup yang
merupakan bentuk gerakan datang.
3. Bentuk gerakan datang pada burung kutilang (Pycnonotus aurigaster)
dengan hinggap dari pohon ke pohon, dan dari dahan ke dahan.
4. Pergerakan di sekitar makanan dengan cara burung hinggap sebentar
dengan waktu 3 detik, lalu mematuk makanan selama 15 detik.
5. Pergerakan meninggalkan makanan pada burung kutilang (Pycnonotus
aurigaster) dengan cara turun dari satu dahan ke dahan yang lain dengan
cara melompat , dan dan berpindah dari pohon satu ke pohon yang lain
dengan cara terbang mengepakkan sayapnya.
6. Tidak teramati perilaku kawin burung kutilang  (Pycnonotus aurigaster).
7. Burung kutilang  (Pycnonotus aurigaster) memperlihatkan perilaku sosial
dengan cara makan secara berkelompok dan akan mengeluarkan suara
untuk memanggil burung kutilang yang lain.
8. Ketika bertemu dengan sesama jenisnya, burung kutilang akan ikut
hinggap di tempat yang sama dan mendekati sesama jenisnya.
9. Pada saat pengamatan, tidak teramati bentuk gerakan perkelahian pada
burung kutilang  (Pycnonotus aurigaster).
VII. DAFTAR PUSTAKA

Agung Budiantoro, dkk. 2016. Keanekaragaman Jenis Burung Wisata Alam. Diakses
melalui https://jrd.bantulkab.go.id pada tanggal 02 Desember 2020.

Alam Endah, 2015. Cucak kutilang  (Pycnonotus aurigater) I. Diakses melalui


https://alamendah.org pada tanggal 03 Desember 2020.

Asep ayat, 2020. Kutilang, Cucuk Paling Terkenal di Indonesia. Puslitbang Biologi
Lipi: Bogor.

Cindy, 2017. Tips Cara Mengawinkan Burung Kutilang. Diakses melalui


http://kebunsatwapiak.blogspot.com pada tanggal 02 Desember 2020.

Dahlan, dkk. 2008. Pemanfaatan Berbagai Tipe Habitat Oleh Cucak Kutilang


(Pycnonotus aurigater) di Kebun Raya Bogor. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Dahlan, dkk. 2009. Pemanfaatan Berbagai Tipe Habitat oleh Cucak Kutilang
(pyn=cnonotus aurigaster) di Kebun Raya Bogor. Melalui
https://repository.ipb.ac.id./. Diakses pada 09 Desember 2020.

Dharmono. dkk. 2020. Ilmu Tingkah Laku Hewan. Banjarmasin: Lambung


Mangkurat University Press.

El-Arif , AR., 2016. Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry,  Hutan Sekunder dan
Pemukiman Masyarakat Sekitar rowo Bayu, Kecamatan songgon,
Banyuwangi. Jurnal biotropika, 04 (02) : 49-56.

Gizan Hilal, 2014. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigater). Diakses melalui


http://mangga Bima3.wordpress.com  pada  tanggal 03 Desember 2020.

Hernowo, J. B. 1989. Suatu Tinjauan Terhadap Keanakaragaman Jenis Burung dan


Peranannya di Hutan Lindung Bukit Seoharto, Kalimantan Timur. Media
Konservasi Vol. II, 19-32.
Jeadine, H., 2015. Mengenal Lebih Dekat Kehidupan Dan Jenis Burung Kutilang.
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah,
Sarawak dan Brunei Darussalam). Bogor: Media Konservasi IPB.

Kamal, Samsul., dkk. 2016. Spesies Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal biotik, 04 (01) : 15-23.
Mason, W.M., 2017. Wetland Birds Habitat Resources and Conservation
Implications. The Press Syndicate of The University of Cambridge.

Rini, Puspa. 2018. Kelimpahan Jenis Burung Diurnal di Hutan Kota Malabar dan
Taman  Kunang-Kunang Kota Malang.  Skripsi, malang : UIN Malik Ibrahim

Sukarsono, 2009. Pengantar Ekologi Hewan. UMM Pres, Malang

Supriyadi, 2018. Panduan Studi Burung Pantai. Wetland International-Indonesia


Programme.

Supriyadi, A., 2008. Dinamika dan Konfigurasi Kepentingan Dibalik Pemaknaan


Terhadap Burung Berkicau di Jawa (Kasus di Surabaya dan Yogyakarta).  
Sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai