“ PEMETAAN SEDERHANA “
Oleh :
Irfan Hidayatulloh
1211702039
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah membuat peta daerah suatu komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peta pertama kali dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk
tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM. Pemetaan di zaman Yunani Kuno sangat pesat.
Alat cetak untuk peta pun berkembang. Banyak penemuan sekitar abad 15. Pada
mulanya, peta dicetak menggunakan papan kayu yang sudah di ukir berupa peta. Pada
abad berikutnya, peta semakin berkembang dengan menggunakan metode – metode
secara ilmiah ( Martina, 2010 ).
Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan
koreksi data untuk menentukan posisi ( koordinat ) setiap titik yang terukur dalam
wilayah pemetaan ( Sudaryatno, 2001 ).
Pemetaan ini dilakukan agar memperoleh gambaran wilayah dari komunitas
tumbuhan, namun kita tidak bias mengesampingkan komunitas hewan dan komunitas
jasad renik. Ketiga komunitas tersebut sangat bergantung satu sama lain dan sangat
berhubungan dengan erat ( Heddy, 1994 ).
Karena adanya hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka
komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis
yang dapat menentukan bagaimana penyebaran suatu jenis vegetasi agar dapat dipelajari
dengan mudah ( Sugianto, 1994 ).
Salah satu cara analisisnya yaitu dengan cara pemetaan berdasarkan 2 titik
konstan. Poin yang terpenting yaitu menempatkan dua titik yang horizontal pada daerah
yang akan dipetakan. Kemudian menyebar titik – titik lain diluar titik konstan tersebut
dan perhitungan untuk jarak titik disebar terhadap titik konstan ( Ewuise, 1990 ).
BAB III
METODOLOGI
Lokasi
Titik P dan Q
Data
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk membuat peta daerah
suatu komunitas. Metode pemetaan dalam pemetaan sederhana terdiri dari empat, yaitu
metode memencar, metode interseksi, metode beranting dan metode melompat.
Berdasarkan data yang diperoleh dan digambar pada kertas grafik, hanya
terdapat dua titik saja yang memiliki titi temu antara P dan Q yakni titik D dan G.
Seharusnya dari semua titik menemukan titik temu. Hal ini dapat terjadi karena
kesalahan pada waktu menentukan azimut menggunakan kompas. Selain itu kurangnya
ketelitian pada saat mengukur jarak dari dua titik konstan ke titik – titik yang lain.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, dalam menentukan peta daerah dari suatu
komunitas belum bisa tergambar dengan tepat, karena yang memiliki titik temu hanya
terdapat pada titik D dan G. Faktor yang dapat mempengaruhinya adalah kurangnya
ketelitian dalam menggunakan alat praktikum seperti meteran dan kompas serta
perbedaan visualisasi masing – masing praktikan dalam membidik sudut azimut.
DAFTAR PUSTAKA
Ewuise, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Heddy, Suasono. 1994. Prinsip – prinsip Dasar Ekologi. Malang : Raja Grafindo
Persada.
Sudaryatno. 2001. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.