Anda di halaman 1dari 3

Praktikum Perkembangan Hewan

Metamorfosis Katak
JUPRIADI, 1810421010, 4C

Metamorfosis pada Amphibi sebagai perkembangan yang merubah secara keseluruhan bentuk,
fisiologis maupun biokimiawi individu, sementara  pada beberapa insekta, metamorfosis hanya bersifat
melengkapi bentuk larva dengan perlengkapan-perlengkapan untuk menjadi bentuk dewasanya. Proses
metamorfosis pada Amphibi dikontrol oleh hormon tiroid T3 dan T4. Perubahan transisi bertahap menuju ke
klimaks metamorfosis melibatkan peningkatan derajat hormon tersebut. Reaksi-reaksi jaringan tertentu pada
hormon tiroid T3 dan T4 adalah spesifik pada tipe-tipe sel target tertentu. Mekanisme kerja T3 dan T4 pada
tingkat gen di mediasi lewat reseptor yang berada pada inti sel, perubahan ekspresi gen sebagai akibat
hormon ini bermacam-macam dan bervariasi dari satu tipe sel ke tipe sel yang lain ( Pechenik, J. A., 2006)..
Metamorfosis pada Amphibi mengalami perubahan metamorfik yang terjadi melalui tiga tahapan, antara
lain: Premetamorfosis yaitu pertumbuhan larva sangat dominan ,Prometamorfosis yaitu pertumbuhan
berlanjut dan beberapa perkembangan berubah seperti mulai munculnya membra belakang dan Metamorfik
klimaks, dimulainya perkembangan membra depan dan merupakan suatu periode perubahan morfologi dan
fisiologi yang luas dan dramatik (Gilbert, 2000). Perubahan-perubahan ini disertai regresi ekor katak dan
penyusunan kembali cara makan, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem ekskresi, sistem gerak dan
sistem syaraf pada katak. Tiga kategori perubahan ini selama metamorfosis meliputi hilangnya struktur dan
jaringan larva (misalnya ekor dan insang), modifikasi struktur larva yang telah ada sebelumnya (misalnya
mulut dan perut) pemrograman ulang aktivitas metabolik tingkat sel (misalnya hati) dan munculnya struktur
dewasa paru-paru. Struktur baru katak sebagian besar terbentuk selama periode premetamorfosis yang
panjang sedangkan regresi jaringan terjadi selama periode metamorfik klimak yang pendek (Brotowidjoyo,
1990). Adapun tujuan praktikum Metamorfosis katak ini yaitu untuk mengetahui tahap-tahap metamorfosa
katak serta proses-proses yang terjadi pada saat metamorfosa tersebut.

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Maret 2020 di kediaman masing-masing praktikan
kelompok 4 kelas C Biologi, Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Alat
dan bahan yang digunakan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kecebong katak yang
belum memiliki kaki, Kecebong berkaki dua, Kecebong berkaki empat, katak berekor dan katak dewasa,
Wadah tempat kecebong dan katak, Air dan Alat tulis Serta Kamera Handphone. Cara kerja Praktikum
Metamorfosis Katak ini diawali dengan kecebong tanpa kaki, Kecebong berkaki dua, Kecebong berkaki
empat, Katak berekor dan Katak dewasa disusun secara berurutan dan ditempatkan pada tempat atau wadah
masing-masing. Kemudian diamati dan dianalisis tiap fase dan organ=organ yang tereduksi serta
perkembangan pada bahan tersebut. Diakhiri dengan melakukan dokumentasi atau memfoto hasil
pengamatan pada perbandingan tiap fase, organ-organ yang tereduksi dan perkembangannya.

Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu pada kecebong tanpa kaki
memiliki ciri-ciri tutup insang mulai lengkap dan menutupi kedua insang, sehingga insang sudah tidak
terlihat semakin pesat dan sudah mulai terbentuk gigi-gigi kecil. Pada berudu berkaki 2 ditandai dengan
adanya penambahan organ yaitu kaki belakang yang terbentuk sejumlah sepasang. Kemudian pada kecebong
dengan kaki empat penambahan organnya yaitu pada kaki depan yang berjumlah dua pasang dan kaki
belakang mengalami penambahan ukuran yang semakin besar dari sebelumnya. Kemudian Pada katak
berekor ditandai dengan adanya bentuk kaki tubuh mulai menyerupai katak dewasa. pada tahap ini kaki
depan mulai berjari dan ekor mulai memendek., lebar mulut mulai berkembang bila dibandingkan dengan
letak mata  pada sisi tubuh namun pada tahap ini katak bernafas denganparu-paru. Kemudian pada katak
dewasa ditandai dengan tereduksinya secara sempurna ekor katak, tereduksi nya insang pada tahap
sebelumnya dan organ tubuh semuanya sudah lengkap dan sempurna. Hasil praktikum ini sesuai dengan
pernyataan Parker (1967) yaitu siklus hidup katak diawali dari telur kemudian telur tersebut akan menetas
selam 10 hari. Sdetelah menetas, telur tersebut akan menjadi berudu. Setelah berumur dua hari berudu
mempunyai insang luar yang berbuluuntuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan ditutupi
oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu kaki belakang berudu akan terbentukkemudian membesar ketika kaki
depan mulai muncul. Umur 12 minggu kaki depannya mulai terbentuk, ekornya menjadi memendek serta
bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah
menjadi katak dewasa.. Metamorfosis pada amfibiberhubungan dengan perubahan yang mempersiapkan
suatu organisme akuatik ayau kehidupan darat. Perubahan regresif pada katak menyertakan hilangnya gigi
tanduk berudu, pemendekkan ekor dan insang internal. Perubahan lokomosi dengan menyusutnya ekor
pendayung yang disertai perkembangan kaki belakang dan kaki depan. Intestinum panjang yang khas
herbivoramemendek karena akan bermetamorfosis menjadi katak yang bersifat karnivor. Paru-paru
membesardan otot-otot kartilago berkembang untuk memompa udara masuk dan udara keluar paru-paru.
Telinga tengah berkembang sebagai kharakteristik membran timpani luar katak dan toad. Muncul membran
nikitan pada mata (Robert, 1976). Menurut Huet (1971), faktor yang mempengaruhi metamorfosis dapat
dibedakan menjadi factor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan antara lain
kualitas air, adanya parasit serta jumlah pakan yang tersedia. Faktor internal meliputi perbedaan umur,
kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya dan adanya ketahanan terhadap penyakit. Selama
metamorfosis, proses perkembangan diaktifkan kembali oleh hormon-hormon spesifik dan kese. luruhan
organisme berubah untuk mempersiapkan dirinya pada model baru. Metamorfosis pada berudu menyebabkan
perkembangan pemasakan enzim-enzim hati, hemoglobin dan pigmen mata Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari metamorfosis adalah adanya hormon tiroksin yang disekresi oleh kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid terdapat pada pangkal tenggorokan. Hormon tiroksin pada manusia mengendalikan laju
produksi energi dan reaksi di dalam sel pada umumnya. Hewan seperi katak, tiroksin mengontrol perubahan-
perubahan pada saat terjadi proses metamorfosis (Haliday, 1994). Pentingnya hormon kelenjar tiroid dalam
metamorfosis secara jelas diperlihatkan Snell (1983) ketika mereka menemukan bahwa pengambilan
kelenjar tiroid pada larva mencegah perubahan metamorfosis. Peran hormon tiroid juga dapat diperagakan
melalui eksperimen yang menunjukkan larva ditiroidektomi yang diberi makan cacahan jaringan tiroid atau
hormon kelenjar tiroid segera akan mengalami metamorfosis. Hal yang sama pada T3 yang diimplantasikan
kedalam ekor berudu premetamorfik menyebabkan kerusakan dan regresi jaringan lokal. Efek langsung
hormon kelenjar tiroid pada regresi ekor dapat mudah dilihat dalam laboratorium dengan menggunakan blok
kultur jaringan ekor in vitro; bila hormon tiroid ditambahkan pada medium kultur, histolisis yang
karakteristik dan reduksi jaringan terjadi sesudah 3 sampai 4 hari. Ketika kelenjar thyroid dipindahkan dari
berudu muda, akan tumbuh menjadi berudu dewasa yang tidak pernah mengalami metamorfosis. Sebaliknya,
ketika hormon thyroid diberikan pada berudu muda dengan makanan atau injeksi, mereka bermetamorfosis
secara prematur.

Berrdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur tubuh berudu
memiliki sirip ekor, usus spiral dan ventral transparan.Perubahan metamorfik yang teramati selama proses
metamorphosis berudu menjadi katak dewasa adalah munculnya pertunasan membra belakang dan usus
spiral dengan terpigmentasi. Selama terjainya proses metamorfosis pada setiap faase akan ada mengalami
penambahan organ dan perubahan-perubahan pada organ semula menjadi lebih berkembang atau menjadi
tereduksi dan bahkan menghilang. Perubaha-perubahan yang terjadi pada organ sangat dipengaruhi oleh
faktor inter dan eksternal. Hormon sangat mempengaruhi dalam perubahan dan pereduksian organ selama
proses metamorfosis berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.


Gilbert. S.F. 2000. Developmental Biology. Sinaur Associates, Massachusetts.
Haliday, T. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Anarbmedia Oxford, Oxford.
Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Books Ltd,
Surrey.
Parker, T. J., 1967. Textbook of Zoologi Volume2. Hongkong: Mc Milan.
Pechenik, J. A., 2006. Larva Experience and Latent Effects-metamorphosis is not a new
beginning. Integrative and Comparative Biology, 46(3): 323-333.
Robert, T. 1976. Vertebrate Biology Fourth Edition. W. B. Saunders Company, USA.
Snell, R. S. 1983. Clinical Embriology. Little Brown and Co, Buston.

LAMPIRAN
Gambar 1. Metamorfosis katak Gambar 2. Metamorfosis katak
Pada Berudu pada kecebong kaki 2
(Sumber : Dokumentasi pribadi 4C) (Sumber : Dokumentasi pribadi 4C)

Gambar 1. Metamorfosis katak Gambar 2. Metamorfosis katak


Pada Berudu berkaki 4 pada katak dewasa
(Sumber : Dokumentasi pribadi 4C) (Sumber : Dokumentasi pribadi 4C)

Gambar 5. Metamorfosis katak


Pada katak berekor
(Sumber : kelompok 1C)

Anda mungkin juga menyukai