MAKALAH
Oleh :
Kelompok 8 Offering B 2019
Armia Zuraida (190341621698)
Inna Miliki Amnun Istaufa (190341621614)
Laela Nisfi Syiami (200341617300)
Mey Ayunda Miftakhul J. (190341621662)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena dengan pertolonganNya
kami dapat menyelesaiakan Makalah yang berjudul “Metamorfosis”. Sholawat serta salam
tak lupa kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari
zaman jahiliyah. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II yang telah memberikan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya
ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil makalah ini. Karena itu
kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari teman-
teman yang ahli dibidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita
bersama. Semoga Makalah yang kami buat ini dapat membuat kita lebih paham terhadap
materi yang akan disampaikan yaitu mengenai “Metamorfosis”.
Kelompok Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
b. Fase Larva.
Pada fase ini larva atau hewan muda juga sangat aktif makan. Induk betina
akan meletakkan telur-telur ditempat yang sesuai dengan makanannya.
Ulat, larva dari kupu- kupu mampu menghabiskan dedaunan dimana ia
berada atau hinggap. Larva hewan yang sudah memiliki eksoskleton
(rangka luar), seperti pada serangga akan mengalami pergantian kulit atau
eksdisis atau molting. Hal ini juga karena ukuran tubuhnya makin
membesar sehingga dibutuhkan suatu eksoskleton yang baru untuk ukuran
tubuhnya yang membesar. Pergantian kulit ini dapat terjadi sampai
beberapa kali dan pada waktu yang ditentukan larva akan berhenti makan
dan memasuki fase berikutnya, yakni menjadi pupa. Perubahan ini dapat
dikontrol oleh hormonal di dalam tubuh larva.
c.Fase Pupa
Pupa atau kepompom adalah fase transisi. Tubuh kepompom dilindungi
dengan rangka luar yang keras disebut juga dengan kokon. Pada fase ini,
sebagian besar serangga berada di dalam kondisi inaktif (makan). Di balik
kokon, tubuh pupa sangat lebih aktif melakukan metabolisme
pembentukan organ—organ dan bentuk hewan dewasanya. Kebutuhan
akan energi yang diperoleh dari simpanan cadangan makanan di dalam
tubuh larva. (pada fase larva sangat lebih aktif makan, dan sebagian
makanannya akan disimpan untuk fase pupa). Fase pupa memakan waktu
yang sangat bervariasi.
d. Fase Imago (Dewasa)
Sampai waktu yang telah ditentukan, pupa akan keluar dari cangkangnya
menjadi hewan dewasa (imago) dengan bentuk yang sangatlah berbeda.
Pada fase ini, imago memiliki cara makan dan habitat yang berbeda
dengan larvanya. Fase imago ini merupakan fase reproduksi dimana,
hewan dewasa yang akan saling mengadakan perkawinan (jantan dan
betina), yang akan membentuk ratusan telur- telur dan akan mengulangi
sikusnya.
2.3.2 Hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna)
Hemimetabola merupakan metamorfosis tidak sempurna yang melewati 2
tahapan yakni dari telur menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa.
Biasanya juga metamorfosis ini terjadi pada serangga seperti capung,
belalang, dan jangkrik.
3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa poin penting sebagai berikut.
1. Metamorfosis merupakan proses perubahan bentuk atau perkembangan biologi pada
hewan yang melibatkan berubahnya fisik ataupun struktur tubuh hewan, yang dimulai
dari setelah penetasan atau kelahiran hewan tersebut (hatching)
2. Stadium larva merupakan salah satu tahapan metamorphosis yang terjadi setelah
individu baru dilahirkan hingga pada tahap menuju fase dewasa.
3. Metamorphosis pada serangga dibagi menjadi tiga jenis, yakni hemimetabola,
holometabolan, dan ametabola.
4. Metamorfosis pada amphibi termasuk kedalam metamorfosis sempurna
(holometabola) sama halnya seperti serangga (kupu-kupu), dimana metamorfosis ini
melewati tahapan-tahapan mulai dari telur - larva – pupa - imago (dewasa).
Metamorphosis yang terjadi pada katak, bertujuan untuk melakukan penyesuaian diri
untuk hidup di daerah terrestrial.
3.2 Saran
Makalah yang berisi materi tentang metamorphosis ini masih jauh dari kata kesmpurnaan.
Hal ini disebabkan kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan yang terus-menerus
menyebabkan informasi yang di dapat bias semakin cepat dan banyak dari data ini
mungkin telah berevolusi. Untuk itu dibutuhkan kajian yang lebih mendalam, kompleks,
dan lebih serius mengenai materi ini.
DAFTAR RUJUKAN
Blakery, J. 1985. The Sience of Animal Husbandry. Reston Publishing Company Inc.
Borror, J. 1992. Penganalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam, Yogyakarta: UGM Press.
Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News
Books Ltd, Surrey.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kimball, J. W. 1994. Biologi. Jilid 2. Edisi 5. (Alih bahasa : Prof. Dr. Ir. H. Siti Soemarmi &
Prof. Dr. Nawangsari Sugiri). Jakarta : Erlangga.
Martinez, S. Mayoral, Y. Li, F. Noriega. 2007. Role of Juvenile Hormon and Allatotropin On
Nutrient Allocation, Ovarian Development and Survivorship In Mosquitoes. Journal of
Insect Physiology. 53(3) : 230–234.
Muta’ali, R., & Purwani, K. I. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas ( Pluchea indica )
terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva Spodoptera litura F . JURNAL SAINS
DAN SENI ITS, 4(2), 2–5.