Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI POLA PERILAKU PADA SEMUT JEPANG DEWASA

Hardiyanti (1), Yusminah Hala(1), Eka Pratiwi Tenriawaru(2)


(1)
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Makassar
Jln. Daeng Tata Raya, Parangtambung, Makassar 90224
(2)
Program Studi Biologi Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo
Jln. Lamaranginang, Kota Palopo 91911
email: epta86@gmail.com

Abstract: Identification of Behavior Pattern in Japanese Ants. This study is a descriptive study
that aims to identify the patterns of behavior of japanese ants. This study was conducted in August
2015 in the laboratory of Cell and Tissue Science Faculty of the University of Cokroaminoto
Palopo. The sample consisted of 26 adult Japanese ants which put into jars already containing 100
grams of cotton and sprinkled with 3.8 grams yeast tape as feed. Observation of behavior pattern
held for 3 times in 24 hours. Data were obtained by observed and recorded the behavior, made the
ethogram and identify the patterns of Japanese ant. The results showed that there are eight patterns
of behavior identified during 3 days, i.e. maintain behavior, feeding behavior, the behavior of
removing dirt, protection-seeking behavior, behavior check, resting behavior, sexual behavior and
agonistic behavior.

Abstrak: Identifikasi Pola Perilaku pada Semut Jepang Dewasa. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola perilaku semut Jepang dewasa.
Sampel terdiri atas 26 ekor semut Jepang dewasa dan dimasukkan ke dalam toples yang telah
berisi 100 gram kapas dan ditaburi dengan ragi tape seberat 3,8 gram sebagai pakan. Pengamatan
pola perilaku dilaksanakan selama 3 kali 24 jam. Data perilaku diperoleh dengan mengamati
dengan menggunakan kaca pembesar dan merekam perilaku semut Jepang, membuat ethogram
serta mengidentifikasi pola perilaku semut Jepang yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 8 pola perilaku yang teridentifikasi selama 3 hari, yaitu perilaku memelihara,
perilaku makan, perilaku membuang kotoran, perilaku mencari perlindungan, perilaku memeriksa,
perilaku istirahat, perilaku seksual, dan perilaku agonistik.

Kata kunci: perilaku, semut Jepang, pola perilaku, ethogram

A. PENDAHULUAN
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku mencakup lebih dari satu juta spesies. Serangga
merupakan bentuk respon terhadap kondisi umumnya bersifat merugikan karena menjadi
internal dan eksternalnya. Menurut Suhara hama yang menyerang tanaman ataupun
(2010), perilaku diartikan sebagai aktivitas merusak bahan makanan di gudang. Sebagian
organisme akibat adanya suatu stimulus. Suatu lagi menguntungkan karena bersifat predator
respon disebut perilaku apabila respon tersebut atau sebagai pemakan bangkai (Lilies, 2012).
berpola, yaitu memberikan respon tertentu Salah satu jenis serangga yang sedang
terhadap stimulus tertentu. Pola perilaku tersebut gempar dibicarakan oleh masyarakat karena
akan memperlihatkan kemampuan hewan untuk manfaatnya adalah semut Jepang. Semut Jepang
bertahan di dalam kehidupannya. Setiap spesies atau dikenal juga sebagai kumbang ragi
hewan memiliki pola perilaku yang khas yang merupakan anggota Ordo Coleoptera yang
disesuaikan dengan struktur anatomi tubuhnya. bermanfaat dalam menormalkan kadar kolestrol
Oleh karena itu, pola-pola perilaku ini perlu kita dalam darah, meringankan penyakit asam urat,
pelajari lebih dalam lagi karena pola perilaku menstabilkan tekanan darah, mengobati dan
tersebut akan menentukan kelestarian dan meringankan penyakit jantung, dan mampu
keseimbangan dalam ekosistem kehidupan. menambah vitalitas pria dan wanita. Banyaknya
Serangga merupakan salah satu manfaat dari semut Jepang tersebut membuat
kelompok hewan yang paling beragam, masyarakat tertarik untuk membudidayakannya

63
64 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 63-68

guna mencari keuntungan. Dewasa ini, satu ekor bulan Agustus 2015 di Laboratorium Sel dan
semut Jepang harganya bisa mencapai Rp 5.000 Jaringan Fakultas Sains Universitas
– Rp 50.000,-. Cokroaminoto Palopo.
Pembudidayaan merupakan sebuah Sampel terdiri atas 26 ekor semut Jepang
proses dimana manusia mengontrol makanan, dewasa. Untuk menyesuaikan dengan kondisi
perkawinan, dan pemeliharaannya (Jensen, habitat alaminya, semut Jepang dimasukkan ke
2009). Hal ini mengindikasikan tentang proses dalam toples yang telah berisi 100 gram kapas
ketidakalamian atau kontrol manusia. Oleh dan ditaburi dengan ragi tape seberat 3,8 gram
karena itu, untuk menjamin kesejahteraan hewan sebagai pakan. Pengamatan pola perilaku
yang dibudidayakan, manusia perlu memenuhi dilaksanakan selama 3 kali 24 jam. Pengamatan
kebutuhan hewan tersebut (Olsson et al., 2003). dimulai pada pukul 06.00 wita hingga pukul
Kebutuhan yang dimaksud antara lain 06.00 wita. Data perilaku diperoleh dengan
jam biologis untuk beraktivitas dan beristirahat, mengamati dengan menggunakan kaca pembesar
masa kawin, dan interaksi sosial. Menurut dan merekam perilaku semut Jepang, membuat
Odendaal (1994), kebutuhan dasar seekor hewan ethogram serta mengidentifikasi pola perilaku
dapat dijabarkan oleh sebuah ethogram, semut Jepang yang diamati. Data perilaku
dilengkapi dengan deskripsi perkembangan, agonistik dan mencari perlindungan
sosial, dan psikologi yang spesifik. Format dilaksanakan dengan memasukkan spesies lain,
ethogram dapat bervariasi, tetapi pada umumnya yaitu 5 ekor semut hitam ke dalam toples yang
meliputi perilaku epimeletik, perilaku berisi semut Jepang dewasa. Sedangkan untuk
etepimeletik, perilaku makan, perilaku perilaku memeriksa dilaksanakan dengan
membuang kotoran, perilaku mencari memindahkan 3 ekor semut Jepang ke papan
perlindungan, perilaku memeriksa, perilaku seksi kemudian mengamati perilakunya. Selain
istirahat, perilaku meniru, perilaku seksual, dan itu, suhu udara di dalam toples juga senantiasa
perilaku agonistik. diamati. Data yang diperoleh disajikan dalam
Menurut Campbell, et al.,(2008), bentuk tabel ethogram dan dianalisis secara
perilaku yang paling penting untuk deskriptif.
mempertahankan kehidupan adalah perilaku
makan dan perilaku seksual. Oleh karena itu, C. HASIL DAN PEMBAHASAN
peneliti tertarik untuk mengidentifikasi tentang
Semut Jepang atau dikenal sebagai
pola perilaku pada semut Jepang dewasa.
kumbang ragi merupakan jenis insekta yang
senang hidup berkelompok. Insekta ini lebih
B. METODE
banyak menghabiskan waktunya dengan
Penelitian ini merupakan penelitian beristirahat. Hasil pengamatan perilaku semut
deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi dan Jepang dewasa disajikan dalam bentuk ethogram
menggambarkan pola perilaku pada semut sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Jepang dewasa. Penelitian ini dilaksanakan pada

Tabel 1. Ethogram Perilaku Semut Jepang


Pukul Jenis Pola Perilaku Kategori
06.00-07.00 Makan/ memeriksa Mengintai
Mendekati
Memilih
Memakan
Mendekati
Istirahat
Beristirahat
07.00-08.00 Memeriksa Mendekat
Bertemu
Makan/ memelihara Mendekati
Memakan
Istirahat Beristirahat
08.00-09.00 Makan Mengintai
Mendekati
Hardiyanti et al., Identifikasi Pola Perilaku pada Semut Jepang Dewasa 65

Memakan
Istirahat Beristirahat
Agonistik Sesama spesies
09.00-10.00 Mencari perlindungan Berlari
Menghindari
Agonistik Sesama spesies (saat makan)
Sesama spesies (saat perilaku seksual)
Makan Mengintai
Memilih
Mendekati
Memakan
Istirahat Beristirahat
Memeriksa Bertemu dan berjalan
10.00-11.00 Makan Mengintai
Memilih
Memakan
Seksual Memamerkan tingkah laku
Mencari betina
Merangsang/merayu
Perkawinan
Menjauh
Istirahat Beristirahat
11.00-12.00 Makan Memakan
Meninggalkan makanan
Istirahat Beristirahat
12.00-18.00 Istirahat Beristirahat
Bergerak
18.00-19.00 Makan Mengintai
Mendekati
Memakan
Istirahat Beristirahat
19.00-22.00 Istirahat Beristirahat
Bergerak
22.00-22.30 Seksual Memamerkan tingkah laku
Mencari betina
Merangsang/merayu
Perkawinan
Menjauh
Makan Memakan (hewan jantan yang telah kawin)
Istirahat Beristirahat (hewan betina yang telah kawin)
22.30-04.30 Istirahat Beristirahat
Bergerak
04.30-05.00 Makan Mendekati
Memakan
05.00-06.00 Istirahat Beristirahat
Makan Mengintai
Mendekati
Memakan
66 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 63-68

Perilaku semut Jepang sangat berbeda mencari perlindungan teramati pada hari kedua,
dengan semut pada umumnya. Meskipun semut yaitu pada pukul 09.00-09.30. kegiatan ini
Jepang hanya mampu hidup jika berkoloni, dilaksanakan dengan memasukkan 5 ekor semut
tetapi tingkah lakunya tidak selalu dilaksanakan hitam ke dalam toples. Pada kondisi ini, semut
dalam kelompok. Pada penelitian perilaku semut Jepang lebih memilih untuk menghindar dengan
Jepang ini, terdapat 8 pola perilaku yang berhasil masuk ke dalam kapas sedangkan semut hitam
diidentifikasi. tidak berusaha mencari jalan keluar. Perilaku
Pola perilaku memelihara (epimeletic mencari perlindungan juga terlihat pada saat uji
behavior) meliputi aktivitas menjaga kebersihan coba pola perilaku memeriksa, yaitu dengan
dan menyapih keturunannya. Pada semut Jepang, memindahkan 3 ekor semut Jepang ke atas
perilaku memelihara terlihat pada saat makan, papan seksi. Semut Jepang yang merasa
dimana semut Jepang akan membersihkan terancam ketika dipindahkan mengeluarkan yang
bagian mulut yang penuh ragi dengan zat berbau busuk. Zat tersebut merupakan bentuk
menggunakan kaki kanan bagian depan. pertahanan diri semut Jepang ketika merasa
Pola perilaku makan (ingestion terancam. Namun zat ini tidak berbahaya bagi
behavior). Makanan pokok semut Jepang adalah manusia. Pada daerah yang bukan teritorinya,
ragi. Dalam 3 hari, hewan ini hanya semut Jepang memperlihatkan perilaku yang
menghabiskan 0,4-0,6 gram ragi. Sebagian besar berbeda, yaitu dengan mengangkat kepala
semut Jepang akan makan bersama pada pagi hingga bagian dada kemudian diturunkan
hari, yaitu dalam rentang pukul 04.00-11.00 dan kembali. Perilaku ini dilakukan berkali-kali
hanya sekitar 1-2 ekor yang ditemukan makan seolah meminta pertolongan dan dilakukan
pada rentang pukul 16.00-22.00. sambil berlari.
Ketika akan makan, semut Jepang akan Pola perilaku memeriksa (investigatory
mengintai/mengamati keadaan sekitar terlebih behavior) pada semut Jepang terlihat pada saat
dahulu. Selanjutnya, semut Jepang akan berjalan makan. Semut Jepang akan mengamati sekeliling
cepat untuk mendekati sumber makanan sebelum berjalan menuju sumber makanan,
kemudian mengelilingi makanan. Namun, mengelilingi makanan serta mengendus
perilaku mengelilingi makanan terlihat jarang makanan. Perilaku ini dilakukan oleh 1-4 ekor
dilakukan. Semut Jepang lebih sering langsung semut Jepang ketika koloni akan makan.
memakan makanannya tanpa mengitarinya. Pada Perilaku memeriksa juga diidentifikasi pada saat
saat makan, hewan ini berada di atas semut Jepang yang satu bertemu dengan semut
makanannya, terlihat merundukkan kepala, dan Jepang lainnya. Hewan ini akan menyentuhkan
menggigit makanan dengan menggunakan saling menyentuhkan antenna selama beberapa
mandibula. detik, menyentuhkan antenna berulang kali atau
Pada umumnya antenna berada di mengendus berkali-kali pada toraks semut
samping kepala dan bergerak ke depan dan Jepang lainnya.
belakang secara bergantian pada saat makan. Semut Jepang lebih banyak melakukan
Beberapa semut Jepang makan dengan diam dan aktivitas istirahat (relaxation behavior)
hanya mandibula dan antenna yang bergerak, dibandingkan dengan aktivitas lainnya.
dan beberapa pula mengitari makanan 1-3 kali Pengamatan selama 3 x 24 jam menunjukkan
kemudian diam, atau hanya sekedar bahwa aktivitas semut Jepang pada pukul 05.00-
menggerakkan kakinya. Aktivitas makan ini 12.00 dengan suhu lingkungan 26-30°C akan
berlangsung 2-4 jam. Pada sebagian individu, lebih banyak melakukan aktivitas bersama-sama
terlihat perilaku agonistik ketika makan, yaitu seperti makan. Sedangkan pada suhu ruangan di
memperebutkan makanan dalam kelompok. atas 30°C, semut Jepang akan lebih banyak
Akan tetapi, perilaku agonistik ini jarang beristirahat. Dari 26 ekor semut Jepang yang
ditemukan. menjadi sampel penelitian akan terbentuk
Pola perilaku membuang kotoran beberapa koloni pada saat berisitirahat Jumlah
(eliminative/excretory behaviour). Berdasarkan individu untuk setiap koloni berkisar 2-6 ekor
hasil pengamatan yang dilakukan, perilaku pada suhu 26-30°C dan jumlah meningkat pada
membuang kotoran di mana saja dan dalam suhu di atas 30°C menjadi 6-12 ekor. tetapi
keadaan istirahat ataupun sedang berjalan. dapat pula ditemukan semut Jepang yang
Pola perilaku mencari perlindungan berisitirahat sendiri. Meskipun waktu istirahat
(comfort-seeking behavior). Identifikasi perilaku semut Jepang dipengaruhi oleh suhu ruangan,
Hardiyanti et al., Identifikasi Pola Perilaku pada Semut Jepang Dewasa 67

namun pada umumnya semut Jepang akan hewan betina akan beristirahat setelah proses
beristirahat pada pukul 12.00-04.00, bahkan kawin.
tidak jarang ditemukan individu semut Jepang Perbedaan semut Jepang jantan dan
yang berisitrahat hingga 1-2 hari. Semut Jepang betina dapat dilihat dari morfologi dan ukuran
akan terbangun jika merasa lapar atau mendapat tubuhnya. Hewan betina umumnya memiliki
gangguan seperti cahaya. Ketika terpapar ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan
cahaya, semut Jepang akan terbangun dan dengan hewan jantan. Ujung abdomen
menggerakkan kakinya hingga cahaya hewanbetina lebih bulat dibandingkan dengan
menghilang. hewan jantan sehingga bentuk abdomen hewan
Semut Jepang yang tidur akan terlihat betina terlihat lebih besar dan lebar. Selama
seperti mati (tidak bergerak). Gerakan selama proses perkawinan, tidak terlihat perilaku
tidur hanya berupa merilekskan badan dan menantang dan aktivitas territorial pada hewan
sangat jarang ditemukan. Koloni yang terdiri jantan sebagai bentuk percumbuan terhadap
atas 2 ekor beristirahat dengan saling menindih. hewan betina.
Sedangkan untuk koloni lebih dari 2 ekor akan Pola perilaku agonistik (agonistic
tidur berdampingan atau saling menindih di behavior). Fungsi umum dari tingkah laku
celah-celah kapas. Posisi ini akan dipertahankan agonistik adalah penyesuaian diri untuk kondisi
selama berjam-jam. konflik yang terjadi dalam spesies. Aspek-aspek
Perilaku kawin (sexual behavior) semut yang ada dalam perilaku agonistik antara lain
Jepang terlihat pada pukul 10.00-11.30 dan ancaman, pengejaran, dan pertarungan fisik.
22.05-22.20. tetapi masa kawin tidak terjadi Pada dasarnya, perilaku agonistik tersebut
setiap hari. Pada hari I penelitian, perilaku merupakan kompetisi untuk memperebutkan
seksual terjadi mulai pukul 10.21 hari I makanan, pasangan, dan tempat tinggal (Nelson,
penelitian. Pada hari II penelitian, perilaku Mark, 2003, dalam Susilowati, et al. 2001).
seksual terjadi mulai pukul 10.02. sedangkan Perilaku agonistik pada semut Jepang
pada hari III, tidak ditemukan perilaku seksual. umumnya terlihat pada saat makan dan aktivitas
Perilaku seksual juga terlihat pada pukul 22.05. seksual. Perilaku agonistik pada semut Jepang
Proses perkawinan pada semut Jepang sangat jarang terjadi dan tidak berlangsung lama
terdiri atas 2 tahapan. Tahap pertama, hewan serta tidak menimbulkan kematian. Perilaku
jantan akan mengejar hewan betina hingga agonistik saat makan umumnya terjadi
kelelahan dan akhirnya menyerah. Tahapan ini memperebutkan makanan. Hal ini terjadi apabila
akan dimanfaatkan oleh hewan jantan untuk seekor semut Jepang menghalangi individu
memberikan stimulus pada daerah abdomen dan lainnya untuk mencari makanan yang lebih baik.
kaki belakang hewan betina. Apabila hewan Semut Jepang tersebut akan mengusirnya dengan
betina siap untuk kawin, maka hewan betina cara mendorong tubuh semut Jepang lain dan
akan menggoyangkan bagian abdomennya menandukkan kepalanya di bagian abdomen
dengan sangat cepat. lawannya hingga semut lawan terjatuh dan
Tahapan kedua ditandai dengan hewan perkelahian berakhir ketika lawannya pergi.
jantan menaiki betina dan membengkokkan Perilaku agonistik saat aktivitas seksual
perut bagian belakangnya ke bawah untuk terlihat ketika hewan jantan mencoba untuk
mempertemukan alat kopulasinya dengan alat mencumbu hewan betina. Hewan betina yang
kopulasi betina. Ketika hewan betina sudah ingin menolak untuk kawin akan menunjukkan
menjauh, hewan betina akan melepaskan diri perilaku agonistik dengan cara mengangkat kaki
dari hewan jantan dengan menggerakkan kaki depan dan tubuh bagian depannya kemudian
depan dan tengah. Setelah berpisah, hewan menyerang hewan jantan. Hewan jantan akan
jantan akan mencoba mencumbu hewan betina menyerang balik hewan betina sehingga terjadi
dengan memberikan stimulus pada ujung perkelahian. Perilaku ini berlangsung hingga
abdomennya dan terus mengikuti hewan betina beberapa menit hingga hewan betina
tersebut. Jika ini terjadi, terkadang muncul memutuskan untuk meninggalkan hewan jantan.
perilaku agonistik akibat respon penolakan dari Perilaku agonistik pada saat kawin tidak
hewan betina. Setelah mengawini hewan betina, berlangsung lama dan tidak sering terjadi.
hewan jantan akan memakan makanan dalam Perilaku agonistik juga terlihat disela-
waktu yang cukup singkat kemudian masuk ke sela perilaku istirahat semut Jepang. Salah
dalam celah kapas untuk beristirahat. Sedangkan seekor semut Jepang meraba-raba thoraks semut
68 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 63-68

Jepang lainnya berulang kali kemudian lingkungannya. Semut Jepang umumnya tidak
menanduk bagian abdomennya hingga semut merespon dengan perilaku agonistik pada spesies
tersebut terbangun. Perilaku ini teramati pada lain. Hewan ini hanya mengeluarkan zat kimia
hari III penelitian, yaitu pukul 09.37. berbau busuk untuk mengusir spesies yang
Semut Jepang bukanlah merupakan masuk ke dalam wilayahnya.
insekta yang memiliki perilaku agresif terhadap

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan makan, perilaku membuang kotoran, perilaku
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan mencari perlindungan, perilaku memeriksa,
bahwa semut Jepang dewasa memiliki 8 pola perilaku istirahat, perilaku seksual, dan perilaku
perilaku, yaitu perilaku memelihara, perilaku agonistik

E. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. I., Olsson, I. A. S., Nevison, C. M., Patterson-Kane, E. G.,
Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R. Sherwin, C. M., Van de Weerd, H. A., Wurbel, H.
B. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: 2003. Understanding Behavior: The Relevance of
Penerbit Erlangga. Ethological Approaches in Laboratory Animal
Jensen, P. 2009. The Ethology of Domestic Animals: an Science. Applied Animal Behaviour Science, 81:
Introductory Text 2nd Edition. Oxfordshire: CAB 245-264.
International. Suhara. 2010. Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan Hewan
Lilies, S. C. 2012. Kunci Determinasi Serangga. (Animal Behaviour). Bandung: Jurusan
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Odendaal, J. S. J. 1994. Veterinary Ethology and Animal Susilowati, Rahayu, S. E., Amin, M. 2001. Tingkah Laku
Welfare. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz, 13 (1): 261- Hewan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi
275. FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai