Anda di halaman 1dari 24

ORGANISME

Dosen Pengampu:

Indayana Febriani Tanjung, M.Pd

Oleh:

Nama : Muhammad Aulia Ramadhan

NIM : 0310182050

Kelas : Pendidikan Biologi 2

Mata Kuliah : Biologi Sel

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2020
A. Pengertian Organisme

Dalam biologi, organisme adalah setiap sistem kehidupan (seperti


binatang, tanaman, jamur, atau mikro-organisme). Setidaknya dalam beberapa
bentuk, semua organisme mampu menanggapi rangsangan, reproduksi,
pertumbuhan dan perkembangan, dan pemeliharaan homeostasis sebagai
keseluruhan stabil. Suatu organisme dapat berupa uniseluler (bersel tunggal) atau
terdiri dari, seperti pada manusia, banyak miliaran sel dikelompokkan ke dalam
jaringan dan organ khusus. Istilah multiseluler (bersel banyak) menggambarkan
setiap organisme terdiri dari lebih dari satu sel.

Istilah “organisme” pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada 1701
dan mengambil definisi yang sekarang oleh 1834 (inggris Oxford Dictionary).

Klasifikasi ilmiah dalam biologi menganggap organisme identik dengan


kehidupan di Bumi. Berdasarkan jenis sel, organisme dapat dibagi ke dalam
kelompok-kelompok prokariotik dan eukariotik. The prokariota mewakili dua
domain, yang Bakteri dan Archaea. Organisme eukariotik, dengan dibatasi
membran inti sel, juga mengandung organel, yaitu mitokondria dan (pada
tumbuhan) plastida, umumnya dianggap berasal dari bakteri endosymbiotic.
Jamur, hewan dan tumbuhan adalah contoh spesies yang eukariota.

Kata “organisme” mungkin secara luas didefinisikan sebagai suatu


kumpulan molekul yang berfungsi sebagai lebih atau kurang stabil secara
keseluruhan dan memiliki sifat kehidupan. Namun, banyak sumber mengusulkan
definisi yang tidak menyertakan virus dan teori-mungkin buatan manusia non-
organik bentuk kehidupan. Virus tergantung pada mesin biokimia sel inang untuk
reproduksi.

Chambers Online Reference memberikan definisi yang luas: “setiap


struktur hidup, seperti tanaman, hewan, jamur atau bakteri, mampu pertumbuhan
dan reproduksi”.

Dalam kehidupan multiseluler kata “organisme” biasanya menggambarkan


seluruh hirarki sekumpulan sistem (misalnya peredaran darah, pencernaan, atau
reproduksi) sendiri koleksi organ tubuh; ini, pada gilirannya, koleksi jaringan,
yang terbuat dari sel sendiri. Pada beberapa tanaman dan nematoda
Caenorhabditis elegans, sel-sel individu totipotent.

Sebuah superorganism adalah organisme yang terdiri dari banyak individu


yang bekerja bersama sebagai satu fungsi atau unit sosial.

B. Jenis Organisme

1. Organisme uniseluler

Organisme, yang terdiri dari hanya satu sel tunggal dan lebih kecil dan
lebih sederhana jika dibandingkan dengan organisme multisel. Organisme
uniseluler melaksanakan semua fungsi khusus dalam satu sel. Kehidupan, yang
tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, adalah organisme uniseluler.Contoh
organisme uniseluler; Organisme uniseluler termasuk amuba, bakteri dan
beberapa bentuk ganggang seperti diatom.

Organisme uniseluler melaksanakan semua fungsi khusus dalam satu sel.


Kehidupan, yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, adalah organisme
uniseluler.

 Contoh Organisme Uniseluler


Mayoritas dari mikroba (termasuk virus) yang uniseluler dalam
organisasi. Menurut teori evolusi, organisme uniseluler adalah yang
pertama untuk berkembang di Bumi. Asal mereka tanggal kembali ke 3,8
miliar tahun yang lalu. Masing-masing dari mereka memiliki beberapa
fitur karakteristik, yang membantu dalam adaptasi terhadap berbagai
kondisi lingkungan. Anda dapat menemukan organisme bersel tunggal di
habitat setiap, bahkan dalam kondisi paling ramah.
a. Amoeba

Amoeba juga merupakan protozoa, uniseluler eukariotik, yang


ditemukan di hampir semua habitat air tawar. Terkenal karena modus yang
unik gerak, tidak memiliki bentuk tertentu. Bahkan, bentuk sel yang
tergantung pada kondisi yang berlaku. Setiap kali diperlukan, amuba
meluas kaki palsu (pseudopodia), dan menggunakannya untuk fagositosis
dan bergerak.
b. Paramecium
Sebuah protozoa sandal berbentuk eukariotik, paramecium terdiri
dari satu sel. Tubuhnya dilapisi oleh rambut seperti silia menit, yang
membantu dalam gerak dan makan. Paramecium reproduksi dipelajari
secara rinci, sehingga untuk memahami tingkat multiplikasi. Di bawah
kondisi yang menguntungkan, itu mereproduksi dengan metode aseksual,
sementara di stres, reproduksi berlangsung secara seksual.
c. Bakteri

Semua dari kita memiliki ide singkat tentang bakteri. Kanan dari
pembentukan yoghurt untuk menyebabkan penyakit menular, bakteri yang
hadir di mana saja di lingkungan. Mereka menit dan memiliki berbagai
bentuk (batang, bulat, spiral, dll). Beberapa strain bakteri yang disesuaikan
dalam kondisi keras seperti jauh di dalam kerak bumi dan air panas.
Mereka memainkan peran penting dalam daur ulang nutrisi.
d. Cyanobacteria
Juga dikenal sebagai ganggang biru-hijau (BGA), cyanobacteria
adalah organisme uniseluler. Ini memiliki karakteristik dari kedua bakteri
dan ganggang, maka nama. Cyanobacteria menyerupai ganggang karena
keduanya menjalani fotosintesis untuk produksi pangan. Sementara sifat
prokariotik dari BGA membuatnya mirip dengan bakteri.
Selain ini, contoh termasuk diatom, Euglena, chlorella, dan
Chlamydomonas. Dalam rangka untuk mendapatkan ide tentang
bagaimana organisme ini terlihat seperti, Anda dapat mempelajari
mikroorganisme dalam air kolam. Untuk percobaan biologi,
mengumpulkan sampel air tawar dari kolam taman dalam botol kecil.
Menggunakan tetes mata, menaruh setetes sampel air pada slide, lembut
tempat slip cover di atasnya, dan mengamati di bawah mikroskop. Anda
akan menemukan organisme menit bergerak secara acak, yang sebagian
besar adalah organisme yang memiliki sel tunggal. Organisme, yang
terdiri dari banyak sel dan jauh lebih besar dan lebih kompleks
dibandingkan dengan organisme uniseluler.

2. Organisme Multiseluler

Organisme, yang terdiri dari banyak sel dan jauh lebih besar dan lebih
kompleks dibandingkan dengan organisme uniseluler.Organisme multisel telah
mengalami diferensiasi sel, yang melakukan fungsi khusus.Sebagai contoh: sel
saraf, sel darah, sel-sel otot, semua melakukan fungsi yang berbeda.Sebagian
besar kehidupan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang, adalah organisme
multiseluler.

Sebuah organisme multi sel -mencakup semua organisme dari Plantae dan
Animalia kerajaan – ikan, manusia, harimau, kuda, sapi, anjing, domba, ular, ikan
paus, gajah, pohon mangga, mawar, tanaman, tumbuh-tumbuhan, dll.

 Contoh Organisme Multiseluler


Sebuah organisme multi sel -mencakup semua organisme dari
Plantae dan Animalia kerajaan – ikan, manusia, harimau, kuda, sapi,
anjing, domba, ular, ikan paus, gajah, pohon mangga, mawar, tanaman,
tumbuh-tumbuhan, dllManusia adalah contoh terbaik dari organisme
multiseluler. Organisme multiselular juga dikenal sebagai ‘eukariota’ atau
‘entitas eukariotik’.
 Ciri-ciri Organisme Multiseluler
1. Memiliki jumlah sel lebih dari satu sel (banyak)
2. Organisme memiliki ukuran yang besar
3. Komposisi dan struktur tubuhnya sangat komplek dan rumit
4. Memiliki berbagai organ yang menjalankan fungsi yang berbeda
5. Memiliki inti sel dan DNA yang terpisah
6. Meskipun secara umum organisme multiseluler berukuran lebih besar,
7. namun ada juga yang berukuran mikroskopis yang dikenal dengan nama
myxozoa. Beberapa contoh organisme multiseluler adalah manusia,
hewan, dan tumbuhan.

C. Ciri-Ciri Organisme

1. bernapas

a. Semua makhluk bernapas untuk memper oleh energi (tenaga). Energi


diperoleh dari proses pembongkaran zat makanan sumber tenaga di dalam
setiap sel yang hidup (pernapasan sel = respirasi). Energi digunakan
untuk berbagai aktivitas hidup. Di samping diperoleh energi, pernapasan
sel menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh.
b. Pada umumnya, makhluk melakukan pernapas an sel dengan
menggunakan oksigen (respirasi aerobik). Pembongkaran zat makanan
dengan oksigen ini disebut pembakaran atau oksidasi. Zat sisa yang
dihasilkan umumnya berupa CO2, H2O dan panas yang dibuang keluar
tubuh.
Dalam keadaan kurang O2, dalam tubuh sering terjadi
pembongkaran zat makanan tanpa zat asam (respirasi anaerobik). Zat
sisa yang dihasilkan berupa asam laktat atau ethanol (jenis alkohol).
c. Oksigen diserap dari udara melalui alat (sistem alat) pernapasan. Alat
pernapasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea atau melalui
permukaan kulit tubuh. Pada alat pernapasan ini terjadi pertukaran gas,
terutama O2 (diserap) dan CO2, H2O dan panas (dilepaskan).

2. bergerak

a. Setiap makhluk melakukan gerak, sebagian atau seluruh bagian


tubuhnya, dari suatu posisi (tempat) ke posisi (tempat) yang lain.
b. Pada hewan, kemampuan gerakannya lebih besar (lebih aktif) karena
telah dilengkapi sistem alat gerak (rangka dan otot) dan atau alat
tambahan untuk gerak (ekstremitas). Alat gerak pada hewan bermacam-
macam, antara lain berupa kaki, sayap, sirip, kaki perut, bulu cambuk,
rambut getar dan kaki semu. Sedangkan pada tumbuhan, gerakannya
lebih pasif, umumnya hanya gerak bagian tubuh tertentu seperti ujung
batang, akar dan bunga.
c. Gerak merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap rangsang.

3. Menerima dan menanggapi rangsang

a. Semua makhluk menerima dan menanggapi rangsang dari


lingkungannya, dengan cara dan kemampuan yang berbeda-beda.
b. Hewan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menerima dan
menanggapi rangsang dibanding tumbuhan karena telah memiliki alat
penerima rangsang yaitu alat indera dan sistem syaraf.
c. Menanggapi rangsang merupakan aktivitas adaptasi suatu makhluk
terhadap rangsang dari lingkungannya. Bentuk aktivitas menanggapi
rangsang dapat berupa perubahan perilaku, fisiologi maupun
penampilan morfologi tubuhnya.

4. Membutuhkan makanan
a. Semua makhluk membutuhkan makanan (zat makanan) untuk sumber
energi, membangun tubuh, mengatur aktivitas fisiologi lainnya. Jenis
(zat) makanan dan cara memperolehnya berbeda-beda, tergantung jenis
makhluk nya.
b. Hewan memperoleh makanan dengan beberapa cara:
- Memakan mangsa (predasi, hewannya disebut predator)
Menurut sumber makanannya, hewan predator dikelompokkan
dalam beberapa golongan :
1) Herbivora, zat makanan berasal dari tetumbuhan
2) Karnivora, zat makanan berasal dari hewan
3) Omnivora, zat makanan dari tumbuhan dan hewan Cara hidup
predasi juga terjadi pada hewan rendah.
Perilaku makan sesama jenisnya disebut kanibalisme
- Merampas dari inang (parasit).
- Memakan sisa makhluk, di antaranya adalah pemakan bangkai
c. Jamur dan Bakteri memperoleh / menyerap makanan dari sisa makhluk
(saprotrof), atau dari inang yang ditumpanginya (parasit). Pola hidup
saprotrof merupakan bagian dari makhluk pengurai (dekomposer).
d. Tumbuhan mampu menyusun zat makanannya sendiri (autotrof)
melalui fotosintesis. Bahan zat) dasar yang diserap tumbuhan berupa gas
(CO2, O2), garam-garaman (mineral) dan air tanah. Sebagian
tumbuhan hidup parasit pada tumbuhan lain

5. Tumbuh

a. Tumbuh merupakan suatu proses pertambahan isi atau berat jaringan


tubuh yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Gejala tumbuh
dapat diukur dari pertambahan panjang, tinggi Tumbuh atau berat
tubuh (peningkatan kuantitatif biomassa tubuh).
b. Pada umumnya, makhluk memiliki pola pertumbuhan sigmoid (model-s)
yang berlangsung dalam tiga fase :
- fase lambat (fase logaritmik)
- fase cepat-stabil (fase linier)
- fase penuaan (fase sinescence)
c. Pertumbuhan dikontrol (dipengaruhi) oleh faktor dalam (genetis, keadaan
fisiologis, status nutrisi, dll) dan faktor luar (lingkungan) sehingga masa
dan kemampuan bertumbuh antar makhluk berbeda-beda.
d. Pada tumbuhan menahun, kemampuan dan masa tumbuh batangnya
bersifat tidak terbatas, namun masa tumbuh organ-organnya terbatas.
Sedang hewan dan tumbuhan annual (semusim) atau biennial
(setahunan) memiliki masa tumbuhnya terbatas.
e. Pada makhluk banyak sel, pertumbuhan terjadi karena adanya
pertambahan materi jaringan tubuh dan aktivitas pembelahan sel
(mitosis). Sedang pada makhluk satu sel, pembelahan sel berarti juga
pertumbuhan populasi.
f. Pada tumbuhan, daerah tumbuh terletak pada jaringan meristem dan
jaringan muda lainnya. Pada hewan, pertumbuhan terjadi pada
semua jaringan yang dikendalikan oleh hormon-hormon tumbuh, yang
terjadi hanya selama masa pertumbuhannya.

6. Berkembang biak

a. Semua makhluk berkembang biak untuk mempertahankan / melestarikan


populasinya. Perkembang biakan makhluk terjadi secara kawin (seksual
= generatif) dan atau tak kawin (aseksual = vegetatif).
b. Kawin (pembuahan = fertilisasi) adalah pertemuan sel kelamin (gamet)
jantan dan betina. Pada tumbuhan, alat perkembangbiakan hasil kawin
berupa biji (semen) dan spora, sedang pada hewan dapat berupa telur atau
fetus (bayi) yang dilahirkan.
c. Perkembangbiakan cara tak kawin adalah perkembangbiakan makhluk
tanpa melalui pertemuan sel kelamin atau individu baru berkembang
dari bagian tubuh induknya (vegetatif).
- Pada hewan : membelah diri (binary fission), potongan bagian
tubuhnya dan dengan tunas.
- Pada tumbuhan : dengan tunas, setek, stolon, umbi, tunas adventif,
rhizoma, dll.

D. Klasifikasi Organisme

1. Kingdom Monera

Mahluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel-sel


yang prokariotik, artinya sel tersebur tidak memiliki membran inti.

Selain itu sel prokariotik juga tidak memiliki mitokondria, retikulum


endoplasma, badan Golgi dan lisosom. Monera berkembang biak dengan
membelah diri secara langsung (amitosis), tidak dengan mitosis dan meiosis.
Dengan ciri-ciri diatas maka mahluk hidup yang masuk dalam kerajaam Monera
adalah:

a. Archaebacteria, yaitu bakteri-bakteri yang hidup di tempat-tempat kritis,


misalnya bakteri yang hidup di sumber air panas, bakteri yang hidup di tempat
berkadar garam tinggi, bakteri yang hidup di tempat panas dan asam. Filum
Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang bakteri yang ada saat ini.

b. Eubacteria, yaitu bakteri yang umum dijumpai di alam. Subkingdom Eubacteria


meliputi enam filum yaitu: Bakteri ungu, Bakteri hijau, Bakteri gram-positif,
Spirochetes, Prochlorophyta dan Cyanobanteria

c. Cyanobacteria adalah ganggang biru. Dalam klasifikasi menggunakan sistem


dua kingdom, gangang biru dimasukan dalam kingdom Plantae sehingga nama
divisinya adalah Cyanophyta. Namun dalam sistem lima kingodm nama divisinya
menjadi Cyanobacteria.

2. Kingdom Protista

Mahluk hidup yang dimasukan dalam kingdom Protista memiliki tubuh


yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi sel-sel tersebut sederhana dan
tidak membentuk jaringan. Selnya bersifat eukariotik artinya inti sel memiliki
membran inti dan organel bermembran lainnya. Filum/divisi yang tergolong
Protista adalah:

a. Filum Euglenophyta

b. Filum Sarcodina atau Rhizopoda (protista berkaki semu)

c. Filum Mastigophora (protista bercambuk)

d. Filum Ciliophora (protista bersilia)

e. Filum Sporozoa (protisat berspora)

f. Filum/divisi Chysophyta (ganggang keemasan)

g. Filum/divisi Pyrrophyta (ganggang api)

h. Filum/divisi Chlorophyta (ganggang hijau)

i. Filum/divisi Phaeophyta (ganggang cokelat)

j. Filum/divisi Rhodophyta (ganggang merah)

k. Filum/divisi Myxomycota (jamur lendir)

l. Filum/divisi Oomycota (jamur air)

3. Kingdom Fungi

Semua jamur kecuali jamur lendir dan jamur air dimasukan dalam
kingodm Fungi. Selnya eukariotik, cara makan heterotrof yaitu menyerap zat
organik dari lingkungan, tidak berklorofil, dinding sel dari zat kitin. Sebagian
besar hidup parasit dan saprofit. Divisi yang tergolong kingdom Fungi adalah:

a. Divisi Zygomycota

b. Divisi Ascomycota

c. Divisi Basidiomycota

d. Divisi Deuteromycota

4. Kingdom Plantae
Organisme yang masuk dalam kingdom Plantae tubuhnya ada yang
tersusun atas satu sel (misalnya ganggang hijau), banyak sel namun terdiferensiasi
(misalnya ganggang cokelat dan merah) dan banyak sel yang terdeferensiasi
membentuk jaringan (misalnya tumbuhan lumut, paku dan tumbuhan biji). Semua
selnya eukariotik, mempunyai plastida (umumnya kloroplas), karena itu hidup
secara autotrof. Dinding sel mengandung selulosa, dan siklus hidupnya
mengalami pergiliran keturunan antar generasi saprofit dan gametofit (khususnya
lumut, paku, dan tumbuhan biji). Divisi dalam kingdom ini adalah:

a. Divisi Bryophyta (tumbuhan lumut)

b. Divisi Psilophyta (tumbuhan paku purba atau paku telanjang)

c. Divisi Lycopodiophyta (paku kawat)

d. Divisi Sphenophyta atau Equisetophyta (paku ekor kuda)

e. Divisi Pterophyta atau Polipodiopyta (paku sejati)

f. Divisi Pinophyta atau Gynospermae (tumbuhan biji terbuka)

g. Divisi Magnoliophyta atau Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)

5. Kingdom Animalia

Tubuh Animalia tersusun atas banyak sel yang terspesialisasi membentuk


jaringan, sel eukariotik, cara makan heterotrof dan makan di telah ke dalam
tubuhnya. Filum yang masuk dalam kingdom Animalia adalah:

a. Filum Prifera

b. Filum Coelenterata

c. Filum Platyhelminthes

d. Filum Nemathelminthes

e. Filum Rotifera

f. Filum Bryozoa
g. Filum Mollusca

h. Filum Annelida

i. Filum Arthropoda

j. Filum Echinodermata

k. Filum Chordata

E. Pembentuk Organisme

1. Sel

Sejak tahun 1665, ketika saat pertama Robert Hooke yang dengan
menggunakan mikroskop menemukan sel, perkembangan penelitian tentang sel
terus berkembang dengan sangat pesat. Sejak saat itu semakin banyak penelitian
tentang sel, apalagi dengan ditemukannya mikroskop elektron pada tahun 1950-
an. Sejalan dengan perkembangan teknologi, penelitian yang tadinya hanya pada
aspek-aspek struktural, kini makin meningkat pada aspek molekuler.

Semua sel pada dasarnya mempunyai struktur dasar yang sama, yaitu
membran plasma, sitoplasma, dan inti. Di dalam sitoplasma itulah terdapat
bermacam-macam organel yang berfungsi untuk menjalankan fungsi kehidupan
sel tersebut.

a. Membran plasma
Membran plasma atau selaput plasma adalah sebuah lapisan paling
luar sel yang berfungsi mengatur keluar dan masuknya zat ke dalam sel.
Selaput yang tersusun dari lemak dan protein ini dikatakan bersifat selektif
permeabel, yang artinya ada zat-zat tertentu yang dapat masuk dengan
mudah dan ada zat tertentu yang lebih sulit melewatinya.
b. Sitoplasma
Di sebelah dalam membran sel, di luar inti terdapat suatu bagian
yang disebut sitoplasma. Sitoplasma merupakan suatu koloid yang dapat
berubah dari encer menjadi kental dan sebaliknya. Sitoplasma tersusun
dari air dan bahan-bahan kimia terlarut seperti karbohidrat, lemak, protein,
mineral, dan vitamin. Dalam sitoplasma terdapat benda-benda yang
disebut organel (organ kecil). Organel yang terdapat dalam sel, antara lain
badan golgi, lisosom, mitokondria, retikulum endoplasma, ribosom,
sentriol (pada sel hewan saja), khloroplas (pada sel tumbuhan saja).
Organel-organel inilah yang menjalankan fungsi-fungsi kehidupan sel.
Badan golgi berfungsi untuk transportasi, lisosom untuk pencernaan,
mitokondria untuk pernapasan, retikulum endoplasma untuk sistensis dan
transportasi, ribosom untuk sintesis protein, sentriol untuk pembelahan sel,
dan khloroplas untuk fotosintesis.
c. Inti
Inti merupakan badan di dalam sitoplasma yang ukurannya
terbesar. Inti mempunyai dua lapisan membran, dan plasma di dalamnya
disebut nukleoplasma. Inti memegang peranan penting sebab dalam intilah
terdapatnya materi inti (DNA) yang merupakan materi genetik yang
berperan dalam pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya.

2. Jaringan

Pada organisme yang hanya terdiri dari satu sel seluruh aktivitas hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri, sedangkan pada organisme yang tersusun oleh
banyak sel, sel-sel penyusunnya akan berdiferensiasi untuk melakukan fungsi
tertentu. Dengan demikian pada organisme bersel banyak beberapa sel akan
berkoordinasi untuk suatu fungsi tertentu. Sekumpulan sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama disebut jaringan.

Pada hewan kita dapat menemukan beberapa macam jaringan, misalnya


jaringan epitel, jaringan saraf, dan jaringan ikat. Jaringan epitel berfungsi untuk
melindungi jaringan-jaringan yang ada di bawahnya. Jaringan otot berfungsi
untuk pergerakan, jaringan saraf untuk menerima dan mereaksi rangsang, dan
jaringan ikat sebagai penyokong bagi jaringan-jaringan yang lainnya.
Pada tumbuhan kita dapat menemukan jaringan epidermis, jaringan
parenkim, jaringan kollenkim, jaringan sklerenkim, dan jaringan pembuluh yang
terdiri dari xilem dan floem. Jaringan epidermis merupakan jaringan pelindung
bagi jaringan-jaringan lain di bawahnya. Jaringan parenkim yang merupakan
jaringan induk berfungsi untuk memperkuat jaringan-jaringan yang lainnya.
Jaringan kollenkim dan jaringan sklerenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong.
Jaringan pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem berfungsi untuk
pengangkutan air, mineral serta hasil fotosintesis.

3. Organ

Beberapa jaringan bersatu menyusun suatu struktur tertentu dengan fungsi


tertentu yang disebut organ. Beberapa organ yang terdapat pada hewan, antara lain
mata, hidung, tangan, jantung, dan telinga. Organ mata, misalnya tersusun oleh
jaringan epitel, jaringan otot, jaringan ikat, dan jaringan saraf.

Organ-organ yang terdapat pada tumbuhan, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah,
dan biji. Sebagaimana halnya pada organ hewan, organ pada tumbuhan juga
tersusun oleh beberapa jaringan. Daun, misalnya tersusun oleh jaringan epidermis,
jaringan parenkim, dan jaringan pembuluh.

4. Sistem Organ

Beberapa organ akan saling berhubungan untuk menjalankan suatu fungsi


yang lebih luas lagi. Sebagai contoh, hidung, tenggorok, dan paru-paru
membentuk sistem pernapasan. Jantung, darah, dan pembuluh darah menyusun
sistem peredaran darah. Pada hewan ada beberapa sistem organ, misalnya sistem
pernapasan, sistem peredaran darah, sistem reproduksi, dan sistem ekskresi.

5. Organisme

Keseluruhan sistem organ akan bersatu membentuk organisme. Oleh


karena itu satu organisme pada hakikatnya merupakan kesatuan dari beberapa
sistem organ. Oleh karenanya apabila ada gangguan terhadap salah satu organ
maka sistem organ yang lain juga akan terpengaruh.
F. Contoh Organisme (Tumbuhan)

Disini saya mengambil dampak positif dan negatif eceng gondok pada
lingkungan di Desa Banyu Biru Kabupaten Semarang.

Desa Banyubiru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan


Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini memiliki letak
yang berdekatan dengan Danau Rawa Pening. Secara umum kualitas beberapa
bentuk perairan di Indonesia mengalami penurunan kualitas atau terdegradasi
akibat eksplotasi yang berlebihan seperti Rawa Pening. Rawa Pening mengalami
degradasi yang cukup tinggi akibat dari eksploitasi dan pemanfaatan yang
berlebihan oleh masyarakat. Eksploitasi yang terjadi pada Rawa Pening tidak
lepas dari kepentingan komersial yang berkaitan dengan nilai ekonomi sosial dan
lingkungan seperti, tambak perikanan, objek wisata, PLTA dan lainnya (Zulfia &
Aisyah, 2013).
Eksploitasi yang berlebihan tanpa disertai perawatan secara berkala dan
berkelanjutan pula maka akan timbul beberapa persoalan yaitu, pendangkalan
akibat sedimentasi di dasar rawa, pencemaran air rawa, rusaknya keanekaragaman
hayati yang ada di rawa dan sekitarnya, banjir karena daya tampung yang
berkurang akibat pendangkalan hingga kekeringan. Permasalahan yang sering
terjadi di perairan danau dan rawa berupa pendangkalan dan pencemaran air,
seperti contoh Rawa Taliwang, Danau Limboto, Singkarak, Rawa Pening
(Haryani, 2002).

Rawa Pening merupakan danau yang terbentuk secara alami dan memiliki
fungsi yang begitu banyak, sebagai usaha perikanan air rawa, PLTA, irigasi
pertanian dan pariwisata (Sutarwi, 2008). Adanya perubahan fungsi lahan menjadi
objek pariwisata yang mampu meningkatkan penghasilan perekonomian
masyarakat sekitar. Objek wisata yang dikelola dengan baik akan mampu
memberikan daya tarik lebih terhadap wisatawan domestik bahkan wisatawan
asing.
Tanaman eceng gondok merupakan vegetasi tanaman air yang tergolong
sebagai tanaman gulma atau hama pada perairan di Rawa Pening, tanaman eceng
gondok yang menjadi salah satu komponen daya tarik objek wisata di Rawa
Pening tidak hanya menghasilkan dampak positif namun juga memiliki dampak
negatif. Sejak tahun 1931 sudah dilakukan penanganan guna mencegah laju
pertumbuhan tanaman eceng gondok khususnya guna menjaga ketersediaan air
untuk PLTA. Pada tahun 2007 hingga 2010 pemerintah dibantu oleh masyrakat
sekitar melakukan pembersihan rawa dan pengangkatan tumbuhan gulma eceng
gondok seluas 150 Ha, kemudian pada tahun 2011 dilakukan pembersihan seluas
30 Ha

(Effendi, 2003).

Pengangkatan tanaman eceng gondok dilakukan setiap tahun guna


mengurangi populasi yang tidak terkendali, namun hal itu hanya sementara
menyelesaikan masalah peningkatan jumlah tanaman eceng gondok. Laju
pertumbuhan tanaman eceng gondok yang cepat dan tidak terkendali menjadikan
permukaan Rawa Pening tertutupi oleh tanaman eceng gondok yang menyebabkan
pendangkalan dan terhambatnya aliran air serta merusak ekosistem yang ada di
Rawa Pening. Dampak positif dari adanya tanaman eceng gondok yaitu batang
dari tanaman eceng gondok yang dijadikan bahan utama kerajinan anyaman,
media tanam jamur dan pakan hewan ternak (Guritno, 2003).

Tanaman eceng gondok salah satu vegetasi air yang banyak berkembang
di permukaan air danau, tanaman ini memiliki tingkat kehijauan yang tinggi serta
dapat berkembang biak secara cepat melalui vegetatif. Keberadaan tanaman
enceng gondok di Rawa Pening memiliki berbagai pengaruh dan dampak yang
dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Banyubiru, terutama masyarakat yang
sering melakukan aktifitas di Rawa Pening. Adanya dampak positif dan dampak
negatif dari adanya tanaman Eceng Gondok mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian terkait persepsi masyarakat terhadap tanaman Eceng Gondok Rawa
Pening yang berdampak pada lingkungan di Desa Banyubiru.

1. Dampak Positif Keberadaan Tanaman Eceng Gondok Di Rawa Pening


Berdasarkan hasil penelitian masyarakat Desa Banyubiru bahwa
tanaman eceng gondok keberadaannya sudah cukup lama di Rawa Pening dan
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadikan masyarakat
melihat adanya peluang usaha dan dampak positif lainnya dari adanya
keberadaan tanaman eceng gondok.

Dampak positif dari adanya keberadaan tanaman eceng gondok yaitu


sebagai bahan pupuk organik. Tanaman eceng gondok oleh masyarakat Desa
Banyubiru dimanfaatkan sebagai pupuk organik terutama pada bagian akarnya
yang jarang dimanfaatkan melainkan dibuang. Masyarakat memanfaatkannya
sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik yang sudah diproduksi secara
masal, guna mencukupi kebutuhan pupuk organik di Desa Banyubiru. Meskipun
belum sampai melakukan ekspor ke berbagai kota dengan tersedianya pupuk
organik tersebut, diharapkan dapat membantu upaya pemulihan kualitas air danau
dan mempercepat upaya pemulihan lahan kritis di daerah tangkapan air danau.

Sebagai pakan ternak, tanaman eceng gondok dimanfaat kan sebagai


pakan ternak oleh masyarakat di Desa Banyubiru. Tanaman eceng gondok yang
dapat dijadikan bahan pakan ternak merupakan bagian daunnya, merupakan
bagian dari tanaman eceng gondok yang mudah dicerna oleh hewan ternak
masyarakat seperti bebek, ayam, angsa, kambing. Akan tetapi, daun eceng gondok
ini tidak langsung diberikan untuk pakan ternak harus ada pengolahan terlebih
dahulu yaitu dengan mencampurkan bekatul sebelum diberikan pada ternak.

Sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan, masyarakat Desa Banyubiru


memiliki sikap yang kreatif. Hal ini dikarenakan masyarakat mampu melihat
adanya peluang usaha dan lahan bisnis dari adanya tanaman eceng gondok.
Tanaman eceng gondok dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kerajinan
tangan seperti anyaman. Tanaman eceng gondok selama ini menjadi hama di
Rawa Pening. oleh karena itu, masyarakat memanfaatkan sebagai sumber
penghasilan tambahan atau bahkan penghasilan utama, karena batang tanaman
eceng gondok memiliki nilai jual yang cukup tinggi terutama yang menjadi
produk barang jadi seperti tas, dompet, gorden, taplak, dan lainnya. Selain itu,
batang eceng gondok yang kering dapat di ekspor ke berbagai kota pengrajin
seperti di Yogyakarta.

2. Dampak Negatif Keberadaan Tanaman Eceng Gondok Di Rawa Pening


Berdasarkan pendapat masyarakat Desa Banyubiru tanaman eceng gondok
selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif yang dapat
mempengaruhi aktivitas sosial, ekonomi dan Lingkungan. Hal ini dikarenakan
dampak yang dirasakan masyarakat sudah berlangsung cukup lama. Dampak
negatif dari keberadaan tanaman eceng gondok yaitu, pendangkalan rawa dimana
pendangkalan yang terjadi di Rawa Pening di sebabkan oleh pertumbuhan
tanaman eceng gondok yang tak terkendali. Pendangkalan ini berimbas pada daya
tampungan air di Rawa Pening yang apabila pada musim penghujan sering terjadi
banjir, karena rawa tadak dapat menampung air dalam jumlah banyak.

Hanya sedikit masyarakat yang sadar dampak dari pendangkalan yang


terjadi di Rawa Pening, karena rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan
pentingnya menjaga ekosistem di Rawa Pening. Tertutupnya permukaan Rawa
Pening oleh tanaman eceng gondok tersebut mengalami peningkatan terus
menerus, pertumbuhan yang tidak terkontrol ini menyebabkan penutupan
permukaan perairan. Hal ini mempengaruhi aktivitas nelayan yang sedang
mencari ikan karena terhalang oleh tanaman eceng gondok. Para nelayan
mengeluhkan adanya hambatan ketika sedang mencari ikan terutama laju perahu
yang terhalang oleh tanaman eceng gondok. Saat nelayan akan menebar jaring
seringkali harus menyingkirkan terlebih dahulu tanaman eceng gondok agar tidak
tersangkut jaring.
Rusaknya hasil pertanian mayarakat karema terganggu tanaman eceng
gondok yang menjadi hama pertanian. Hal ini dikarenakan semak tanaman eceng
gondok menjadi sarang tikus yang apabila terjadi air pasang semak tersebut
menepi ke lahan pertanian masyarakat yang kemudian tikus yang ikut bersama
semak tersebut memakan habis hasil pertanian masyarakat. Daun eceng gondok
yang telah membusuk dapat menghambat saluran irigasi sawah, sehingga panen
padi tidak dihasilkan secara maksimal.

Masyarakat juga mengeluh atas limbah eceng gondok yang telah


membusuk tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap dan mencemari air di
Rawa Pening. Berdasarkan penelitian terdahulu masyarakat Desa Banyubiru
pemanfaatkan lahan pasang surut di daerah Rawa Pening sehingga tempat tersebut
menjadi sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat meskipun belum
dimanfaarkan secara efisein sepanjang tahun karena sering tergenang air
(Sittadewi, 2011).

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Tanaman Eceng


Gondok Di Rawang Pening
Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya. Persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk
mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana seseorang mengetahui orang lain.
Pada proses ini kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai
terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses
persepsi (Rohmaul & Yudi, 2015).

Persepsi masyarakat bisa berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Hal
yang mempengaruhi persepsi positif ini bisa dilihat dari tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap hal tertentu dengan menempuh jenjang pendidikan yang
tinggi. Hal yang mempengaruhi persepsi negatif masyarakat bisa dilihat dari
kekurangan pengetahuan dan minimnya pendidikan, sehingga persepsi negatif
tidak terlalu dihiraukan karena persepsi tersebut berjalan sesuai kehendaknya.
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap persepsi yang di
fikirkan untuk kedepannya. Oleh karena itu, Penelitian ini melihat persepsi
masyarakat terhadap tanaman eceng gondok yang tumbuh di Rawa Pening yang
berdampak pada lingkungan di Desa Banyubiru.

4. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Persepsi Dampak Tanaman


Eceng Gondok
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi
tinggi rendahnya persepsi masyarakat terhadap dampak dari adanya tanaman
eceng gondok. Masyarakat yang tidak menempuh pendidikan beranggapan bahwa
tanaman eceng gondok memiliki dampak positif, hal ini dikarenakan masyarakat
yang tidak menempuh jenjang pendidikan melihat dari aspek ekonomis yang ada
pada tanaman eceng gondok. Untuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMA juga
masih beranggapan bahwa tanaman eceng gondok memiliki dampak positif lebih
tinggi dibandingkan dampak negatif yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman, penyuluhan, pelatihan dan ilmu yang didapat saat di
bangku sekolah menjadikan masyarakat melihat dari satu aspek tertentu dan
mengabaikan aspek lain.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan


yang lebih tinggi seperti Diploma dan Sarjana. Mayoritas beranggapan
tanaman eceng gondok memiliki dampak negatif yang cukup tinggi dibandingkan
dengan dampak positifnya. Meski masih ada yang beranggapan tanaman eceng
gondok berdampak positif bagi masyarakat berdasarkan jenjang pendidikan
Diploma dan Sarjana dengan presentase cukup rendah. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap persepsi masyarakat
terhadap tanaman eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA

Husamah, Abdulkadir Rahardjanto, dan Atok Miftachul Hudha. 2017. Ekologi


Hewan Tanah (Teori dan Praktik). Malang: UMM Press.

Ningsih, Yoza Wahyu dkk. 2019. Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Eceng
Gondok Rawa Pening di Desa Banyubiru Kabupaten Semarang. Jurnal
Geografi, Edukasi dan Lingkungan. Vol. 3, No. 2

Parker et al. 2015. Impact: Toward a Framework for Understanding the


Ecologycal Effects of Invanders. Biological Invansions, 1-3.

Sumardi, Issirep, 2015. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar


Swadaya.

Tanjung, Indayana Febriani. 2018. Biologi Umum. Medan: Widya Puspita.

Wirakusumah, S. 2015. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang Pengetahuan Ilmu-


Ilmu Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai