Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR I


(AKBK 3101)

PERCOBAAN V
“Fungsi Organ Hewan”

Dosen Pengampu:

Drs. Maya Istiyadji, M.Pd


Ratna Yulinda, M.Pd
Asisten praktikum:
Berliana Julianti Ihya
Ulumuddin Shamila
Alpariani

Oleh :
Muhammad Arie Dharma
(2110129210026)
Kelompok (I)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER
2021
PERCOBAAN V

Topik : Fungsi Organ Hewan


Tujuan : Menyebutkan organel-organel penyusun sistem organ

hewan.
Hari/Tanggal : Rabu/24 November 2021
Tempat : Laboratorium IPA Terpadu FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Sel merupakan organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti
biologis. Sel adalah kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup, yang
mengandung pengertian sebagai penyusun makhluk hidup dan melaksanakan semua
fungsi kehidupan, Berdasarkan jumlah sel penyusun pada makhluk hidup dapat
digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler. Makhluk hidup
uniseluler adalah makhluk hidup yang hanya memilki sebuah sel tunggal,
sedangkan multiseluler adalah makhluk hidup atau organisme yang memiliki lebih
dari satu sel.
Sel di makhluk hidup memiliki struktur, fungsi, serta kegunaannya masing-
masing yang membentuk kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup. Sel
terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
Kedua jenis sel tersebut sama-sama mempunyai perintang selektif atau membran
plasma dan sitoplasma. Membran plasma ini menyelebungi sitosol, tempat organel
sel berada. Semua sel mengandung kromosom yang membawa gen dalam bentuk
DNA dan ribosom yang membuat protein dengan instruksi dari gen. DNA pada sel
eukariotik terdapat pada nukleus yang diselubungi membran ganda. Sedangkan
pada prokariotik, DNA tidak terselebungi oleh membran yang disebut nukleoid.
Organel-organel pada sel eukariotik terspesialisasi, sedangkan pada sel prokariotik
tidak. Struktur sel dibagi menjadi struktuk sel prokariotik dan eukariotik.
 Sel Prokariotik
Bagian dalam sel prokariot disebut sitoplasma. Sel prokariotik tidak
memiliki nukleus sejati karena bahan intinya masih tersebar di dalam
sitpolasma dan belum di selubungi oleh membran inti. Materi
genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang disebut
nukleotid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan daerah ini
dari bagian sel lainnya
 Sel Eukariotik
Sel Eukariotik Eukariotik termasuk golongan yang memiliki struktur
lebih maju yaitu sama dengan sel tumbuhan dan binatang. Eukariotik
sebagai kelompok organisme yang sel- selnya mengandung nukleus
dan dikelilingi oleh membran nukleus. Kromosom terdiri dari asam
deoksiribo nukleat yang membentuk kompleks dengan sejumlah
protein dan jumlah protein lebih dari satu. Kelompok
mikroorganisme ini mempunyai nukleus sejati. Dinding sel eukariot
pada umumnya lebih tebal dibandingkan dengan dinding sel
prokariot. Salah satu contoh eukariot, yaitu ganggang, dinding selnya
terdiri dari lelulosa, kecuali pada dua grup ganggang yaitu diatom
dan krisofita. Satu contoh ganggang lainnya yaitu kokolitofora
(coccolithophores) dinding selnya mengandung lapisan tipis selulosa
dan sisik-sisik yang terdiri dari kalsium karbonat. Dinding sel
eukariot yang terdiri dari senyawa-senyawa anorganik seperti pada
diatom dan kokolitifora disebut frustula.
Sel terbagi menjadi beberapa komponen yaitu : membran sel, sitoplasma,
nukleus, retikulum endoplasma, ribosom, sitoskeleton, plastida, dan badan mikro.
Indonesia merupakan negara Megabiodiversitas terbesar kedua didunia
berdasarkan species richness dan banyaknya jumlah spesies endemik didalamnya.
Salah satu faktor pendukungnya yakni dengan adanya lingkungan yang masih alami
serta dapat mendukung keberlangsungan hidup spesies pada habitat aslinya. Salah
satu jenis keanekaragaman hayati dari kelompok fauna adalah amfibi dan reptil
yang juga banyak ditemukan di Indonesia, akan tetapi eksploitasi alam seperti pem-
bukaan tempat wisata yang mengesampingkan kelestarian alam memicu
berkurangnya biodiversitas di dalamnya.
Keanekaragaman berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini sangat
banyak. Kita tidak akan mampu menghitung atau mengetahui semua jenisnya, akan
tetapi kita dapat mempelajari melalui pendekatan klasifikasi dan tata nama. Hal ini
merupakan daya dukung untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup yang ada
di bumi. Kita wajib bersyukur kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta
dengan memberikan keanekaragaman yang begitu besar bagi kehidupan makhluk di
bumi.
Pada umumnya suatu species diidentifikasi dengan menggunakan kunci
determinasi. Kunci ini terdiri atas serangkaian petunjuk yang merupakan ciriciri
morfologi suatu makhluk hidup, dengan ciri setiap petunjuk terdiri atas dua
pernyataan yang berlawanan dan pernyataan-pernyataan ini membawa kita pada
petunjuk selanjutnya. Jika salah satu ada yang cocok, maka pernyataan yang lain
gugur, demikian seterusnya sampai akhirnya nama jenisnya diketahui.Amphibia
(amfibi) adalah hewan yang tempat hidupnya bisa di darat dan di air. Contoh hewan
amfibi, yaitu katak.Katak merupakan golongan hewan amfibi yang banyak di
temukan di lingkungan bebas terutama di daerah persawahan. Katak yang hidup di
lingkungan tersebut memungkinkan terjadinya kontak lansung dengan berbagai
jenis parasit dan mikroba yang dapat menyebabkan penyakit atau katak dapat
menjadi reservoir.
Fejervarya sp., merupakan salah satu jenis katak yang dapat ditemukan di
berbagai daerah persawahan di Indonesia seperti Sumatra, Jawa Barat dan Juga
Lombok, serta diketahui banyak diperjual belikan untuk dikonsumsi oleh manusia
Katak memiliki kulit tak bersisik yang selalu basah dan berlendir, alat
pernapasannya berupa paru-paru, keras, sehingga jika bertelur selalu diletakkan di
dalam air atau pada tempat yang becek. Setelah telur menetas dan keluar menjadi
katak muda masih dalam bentuk berudu hidupnya dalam air dengan sistem
pernapasannya menggunakan insang. Setelah dewasa tempat hidupnya di darat dan
alat pernapasannya menggunakan paru-paru, rongga mulut, dan kulitnya yang basah
rongga mulut, dan kulit. Jantungnya hanya mempunyai satu ventrikel dan alat
geraknya berupa kaki. Jenis hewan ini berkembang biak dengan bertelur dan
pembuahannya terjadi di luar tubuh, Apabila kulitnya mengalami kekeringan, maka
katak akan segera mati, tetapi setelah berada di dalam air kemudian kulitnya
menjadi basah katak akan menjadi segar dan sehat kembali. Beberapa species
Amfibi yang kita kenal seperti katak sawah (Rana limnocharis), bangkong (Bufo
melanostictus), dan katak pohon atau bancet (Racophorus reinwardti).
Tubuh hewan vertebrata tersusun atas beberapa sistem organ yang
menjalan-kan fungsi-fungsi tertentu dan saling berhubungan dalam membangun
kesatuan kerja, untuk menjaga kelangsungan hidup suatu individu. Gangguan pada
suatu sistem akan mempengaruhi kerja sistem tubuh yang lain. Secara umum sistem
tubuh vertebrata terdiri atas (i) sistem integumen, (ii) si temotot, (iii) sistem rangka,
(iv) sistem pen-cernaan, (v) sistem pernapasan, (vi) sistem peredaran darah, (vii)
sistem urogenitalia, (viii) sistem endokrin, (ix) sistem saraf, dan (x) sistem imun.
Kemampuan bertahan hidup amphibi dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, karena
amphibia merupakan hewan polikitermik (Qurniawan, 2012). Data kelembaban
menjukkan angka 100% , kelembaban berguna bagi amphibia untuk melindungi
tubuh dari kekeringan Iskandar (1998).
Faktor fisik lingkungan seperti kelembaban, suhu udara, suhu air dan
topografi mempengaruhi pola aktifitas herpetofauna dan persebaran. Terdapat
hubungan era tantara faktor fisik dengan kemampuan reptile dan am-phibia dalam
merespon lingkungan. faktor yang mempengaruhi keberadaan trematoda dalam
tubuh katak sawah yang terinfeksi endoparasit dengan melalui dua proses yaitu
kontaminasi feses, air, tanah rumput yang mengandung telur atau larva endoprasit
dari berbagai hewan yang hidup di habitat sawah dan pakan alami yang menjadi
inang perantara, jenis cacing Trematoda yang di temukan pada penelitian ini adalah
mesocoelium spp. Distribusi cacing mesocoelium spp terdapat di tiga Desa yaitu
Desa Pringgabaya, Desa Perigi dan Desa Tanjung teros.

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat yang digunakan :

1. Pipet tetes (1 buah)

2. Papan Bedah (2 buah)

3. Alat bedah (1 box)

4. Sarung tangan (secukupnya)

5. Jarum pentul (secukupnya)

B. Bahan-bahan yang digunakan :

1. Alkohol (secukupnya)

2. Styrofoam (secukupnya)

3. Tisu (secukupnya)

4. Kodok (1 ekor)

5. Katak (1 ekor)
III. LANGKAH PERCOBAAN

1. Menyiapkan alat dan bahan di atas meja laboratorium.

2. Membius kodok atau katak menggunakan alkohol yang atau


ditumpahkan kedalam tisu.

3. Meletakkan dan memaku kodok atau katak diatas alat bedah


menggunakan jarum pentul.
4. Menusuk kepala kodok atau katak menggunakan alat bedah.

5. Membuka bagian perut hingga bagian kepala dari kodok atau katak.

6. Membedah bagian kulit luar kodok atau katak hingga inulai terlihat
kulit penutup organ dalamnya.
7. Membedah bagian kulit penutup organ dalam kodok atau katak hingga
terlihat organ-organnya.
8. Menguliti seluruh bagian tubuh katak atau kodok dan meiepaskan tubuh
katak atau kodok dari kulit luarnya 9. Meletakkan kulit luar kodok atau
katak diatas Styrofoam 10. Mengamati dan membidik organ dalam
kodok atau katak dan mencatat pada lembar kerja.
IV. HASIL PENGAMATAN

A. Kodok

1. Morfologi Kodok

Keterangan:

1) Mulut

2) Hidung

3) Mata

4) Membran Timpani

5) Ante Brachium

6) Brachium

7) Kulit

8) Digiti

9) Femur

10) Crus

11) Kloaka

2. Anatomi Kodok

Keterangan:
1) Hati
2) Telur
3) Jantung
4) Lambung
5) Usus
6) Rectum
7) Paru-paru
B. Katak

1. Morfologi Katak

Keterangan:
1) Hidung
2) Branchium
3) Mulut
4) Antebranchium
5) Femur
6) Crus
7) Kloaka
8) Digiti
9) Membran
Timpani
10) Kulit

2. Anatomi Katak
Keterangan:
1) Hati
2) Jantung
3) Pankreas
4) Kloaka
5) Ginjal
6) Usus
7) Lambung
8) Paru-paru

V. ANALISIS

Kodok dan katak memiliki persamaan yaitu ordo dari katak dan kodok
itu sama, tetapi kodok dan katak memiliki perbedaan yang dapat dilihat
dengan mata yaitu di bagian kulitnya. Pada bagian kulit, kodok lebih terasa
kasar daripada katak, sedangkan katak terasa lebih licin. Tidak hanya di
bagian kulit katak kodok yang berbeda, pada bagian kaki katak kodok juga
berbeda yaitu kaki katak lebih panjang dari pada kodok.

Perbedaan Kodok dan katak pada organ terdapat di bagian morfologi


dan anatomi. Pada bagian morfologi sekilas terlihat sama padahal pada
bagian kulit kodok lebih kasar daripada katak. Pada bagian badan, kodok
terlihat lebih bulat atau gemuk sedangkan katak terlihat lebih panjang.

Pada bagian anatomi memiliki fungsi masing-masing contohnya, hati


pada kodok dan katak berfungsi untuk mengeluarkan empedu dari kantong
empedu, empedu berwarna kehijauan yang berfungsi untuk menetralisir
racun-racun, Lambung pada kodok dan katak dibagi menjadi dua jenis yaitu
sebagai tempat masuknya makanan dari kerongkongan dan tempat keluarnya
makanan menuju usus. Lambung berfungsi sebagai penyimpan cadangan
makanan, pemecah makanan menjadi partikel-partikel kecil, dan
menghasilkan enzim-enzim.

Usus dibagi menjadi 2 jenis, yaitu usus halus yang terdiri atas
duodenum, jejenum, serta ileum dan usus besar. Usus halus berfungsi sebagai
tempat terjadinya proses penyerapan sari-sari makanan dengan bantuan enzim
yang dihasilkan oleh pancreas. Sedangkan usus besar berfungsi sebagai
tempat penyerapan air dari makanan dan pembusukan makanan.

VI. KESIMPULAN
Pada morfologi kulit kodok memiliki kulit kasar, sedangkan katak memiliki
kulit basah dan licin. Kodok memiliki tubuh bulat dan besar, sedangkan katak
memiliki tubuh ramping memanjang. Kodok dan katak memiliki beberapa kesamaan
morfologi seperti kepala yang menyatu dengan badan, memiliki mata, hidung, serta
mulut. Memiliki tungkai berotot, membran timpani, branchium, antebranchium,
femur, crus, digiti, dan kloaka. Pada anatomi organ dalam kodok dan katak juga
memiliki beberapa kesamaan. Berdasarkan hasil pengamatan, organ dalam kodok
terdiri dari hati, telur, jantung, lambung, usus, rektum, dan paru-paru. Sedangkan
organ dalam katak terdiri dari hati, jantung, pankreas, kloaka, ginjal, usus, lambung,
dan paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Hilmi, N. F., Prihatin, J., & Susilo, V. E. (2020). Anura (Katak dan Kodok)
di Universitas Jember. Yogyakarta: Trussmedia Grafika.

Lestari, S. E., & Kistinnah, I. (2009). BIOLOGI 1 Makhluk Hidup dan


Lingkungannya. Jakarta: CV. Putra Nugraha.

Heiryani, T., Navira, A., & Jumar. (2020). Pengaruh Beberapa Jenis dan
Konsentrasi Larutan Kecambah KacangKacangan terhadap Viabilitas
Benih Padi Kadaluarsa Varietas Inpago 9. Jurnal Tugas Akhir
Mahasiswa. 3(3) : 1-8

Suarni, S., & Patong, R. (2007). Potensi Kecambah Kacang Hijau Sebagai
Sumber Enzim α- Amilase. Chem, 7(1), 332–229.

Un, V., Farida, S., & Tito, S. I. (2018). Pengaruh Jenis Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Perkecambahan Benih Cendana (Santalum album
Linn.). The Indonesian Green Technology Journal, 7(1).

Wiratamaja, I. W. (2017). Zat Pengatur Tumbuh Giberelin dan Sitokinin.


Bali: Universitas Udayana.

Putra, Y., Rusbana, T. ., & Anggraeni, W. (2014). Pengaruh Kuat Medan


Magnet dan Lama Perendaman terhadap Perkecambahan Padi (Oryza
sativa L.) Kadaluarsa Varietas Ciherang. Agroekotek 6(6): 157–168.

Lucas, P. (2020). Larval Cranial Anatomy of The Eastern Ghost Frog (


Heleophryne Orientalis).1(1): 452-466.
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai