2
Perbedaan Struktur Benih Monokotil Dan Dikotil
No Monokotil Dikotil
1. Cadangan makanan berupa Cadangan makanan berupa katiledon
endosperm
2. Mempunyai hilum tapi tidak terlihat Hilum terlihat jelas
3. Endosperm merupakan bagian Endosperm merupakan bagian terkecil
terbesar
4. Cadanagn makanan baru dapat Cadanagn makanan baru dapat dicerna
dicerna dan diserap embrio setelah dan diserap embrio sebelum biji masak
masak
3
b. Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga kotiledon berada diatas tanah, contoh pada
kacang hijau. Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang
diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan
perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit
yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar
yang meliputi air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
a. Faktor dalam
1. Tingkat kemasakan benih.
Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai
viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat
berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan
pembentukan embrio belum sempurna.
2. Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat
perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang
positip terhadap kandungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat ukuran benih
maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
3. Dormansi
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah
meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab
dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat
umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman
dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada
4
keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam
sulfat.
4. Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-
zat tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan
mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat
respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan
tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi. Istilah induksi dormansi digunakan
bila benih dapat dibuat berkecambah lagi oleh beberapa cara yang telah disebutkan.
b. Faktor luar atau lingkungan
1. Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit
pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang
diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak
melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.
2. Temperatur
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi
saat perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur
maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.
Beras 11 32 38
Jagung 9 33 42
Gandum 4 25 32
Rye 2 25 35
Lucerne 1 30 38
3. Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
5
pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan
dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman
seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang
oksigen.
4. Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada
jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
c. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam
lingkungan yang optimum. Berikut ini adalah uraian kriteria kecambah normal dan
abnormal.
6
Benih sebelum ditanam dilapangan memerlukan penyimpanan terlebih dahulu.
Lingkungan tempat penyimpanan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih dan oleh
karena itu harus dikontrol sebaik-baiknya, yaitu melalui pengaturan lingkungan yang baik.
Benih dapat disimpan beberapa tahun tanpa harus kehilangan viabilitas yang berarti.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi viabiitas benih selama
penyimpanan adalah temperatur dan kadar air benih. Penurunan viabilitas dapat ditekan
serendah mungkin bila benih disimpan pada temperatur dan kadar air benih yang rendah.
Benih tanaman serealia biasanya mempunyai kandungan air kurang dari 15 %. Selain
itu kelembaban udara juga harus dijaga serendah mungkin agar viabilitas tetap tinggi serta
untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit terutama cendawan.
Untuk mendapatkan perkecambahan yang bagus sering dilakukan perlaukan terhadap
benih, baik sebelum benih disimpan ataupun ditanam. Berikut beberapa metode perlakuan
benih yang dilakukan adalah :
Perlakuan Fisik
Yaitu penyeragaman ukuran benih dengan membuang benih yang terlalu besar dan
terlalu kecil. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan yang
seragam di lapangan selain untuk memudahkan dalam pekerjaan tanaman terutama dalam
penggunaan alat. Seleksi benih untuk untuk keseragaman ini biasanya dilaukan sebelum
melaukan pembersihan benih untuk menghilangkan benih-benih gulma, kerikil, tanah, sisa-
sisa tanaman dan lainya.
Perlakuan Kimia
Perlakuan kimia yang sederhana yang biasanya diberikan pada benih adalah
perendaman benih dalam air untuk menghilangkan penghambat perkecambahan. Namun
perlakuan yang sering dilakukan adalah pemberian insektisida dan fungisida.
Meskipun perlakuan benih dengan menggunakan bahan kimia dapat membunuh hama
dan penyakit, akan tetapi dapat berakibat kurang baik bagi proses perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Oleh karena itu penggunaan dosis bahan kimia yang
digunakan harus benar-benar tepat. Dosis yang berlebihan akan menurunkan viabilitas benih
yang pada akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan kecambah yang abnormal. Selain itu
perlakuan benih dengan bahan kimia ini justru sering memperpendek daya simpan benih.
BAB II
7
VIABILITAS BENIH
Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih.
Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau
gejala metabolisme.
Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi
normal pada kondisi lapangan yang optimum maupun suboptimum (Sadjad, 1994).
Benih yang mampu menumbuhkan tanaman normal, meskipun kondisi alam tidak
optimum atau sub optimum disebut benih memiliki vigor (Vg). Benih yang memiliki vigor
akan menghasilkan produksi diatas normal bila ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad ,
1994).
Menurut Sutopo (2002), benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya
kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan lingkungan,
Tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih yang menurun, serangan
hama dan penyakit meningkat,jumlah kecambah abnormal meningkat, dan rendahnya
produksi tanaman.
Faktor genetik yang mempengaruhi vigor benih adalah pola dasar perkecambahan dan
pertumbuhan yang merupakan bawaan genetik dan berbeda antara satu spesies dan spesies
lain.
Faktor fisiologis yang mempengaruhi vigor benih adalah semua proses fisiologis yang
merupakan hasil kerja omponen pada sistem biokimia benih. Faktor eksternal yang
mempengaruhi vigor benih adalah kondisi lingkungan pada saat memproduksi benih, saat
panen, pengolahan, Penyimpanan, dan penanaman kembali (Bedell, 1998). Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan perbedaan vigor benih menurut Powell (2006),adalah penuaan
benih akibat Mutu benih ada tiga macam yaitu : mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu
genetik. Mutu fisik yatu benih yang bermutu fisik tinggi terlihat dari kinerja fisiknya yang
bersih dari kotoran yang terbawa dari lapang (kotoran fisik) da ukuran benih seragam. Mutu
fisiologis benih adalah tinggi rendahnya daya hidup atau viabilitas benih yang tercermin dari
nilai daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh. Mutu genetik
menunjukkan benih mempunyai keseragaman genetik yang tinggi, tidak tercampur varietas
lain.
Dalam pengelolaan benih agar bernilai ekonomi dan menguntungkan, maka dikenal ada
dua aspek, yaitu :
9
1. Biji bermutu, yaitu benih dari varietas benar dan murni, mempunyai mutu genetis,
fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu di kelasnya,
2. Standar mutu benih, yaitu spesifikasi benih yang mencakup fisik, genetis, fisiologis,
dan kesehatan benih yang dibakukan dan merupakan konsensus semua pihak yang terkait.
Program perbenihan yang terarah untuk mendukung usaha budidaya tanaman diarahkan
pada dua aspek, yaitu :
1. Pengadaan, pengaturan penyaluran benih bermutu yang tinggi yang sifat genetisnya
seragam serta tepat waktu sampai ke konsumen (jumlah yang cukup),
2. Pengontrolan mutu.
Menurut Kamil (1991), bahwa syarat umum dalam pengembangan perbenihan agar diperoleh
mutu ekonomi benih yang tinggi, adalah sebagai berikut :
1. Daya kecambah, minimal 80 %, artinya benih yang tumbuh dari benih yang ditanam
minimal 80 persen. Hal tersebut ditetapkan guna menghindari penggunaan benih yang
banyak, sehingga dapat meningkatkan biaya produksi,
2. Benih murni, minimal 95 %, artinya benih yang ada pada setiap varietas/klon terdapat
pada varietas/klon yang sama. Hal tersebut dilakukan guna menghindari ketidakseragaman
pertumbuhan dan ketahanan terhadap hama/penyakit yang akhirnya menyebabkan produksi
menurun,
3. Benih dari varietas lain, maksimal 5 %, artinya benih murni dari varietas/klon yang
sama,
4. Kotoran, maksimal 3 %, artinya benda asing dan lainnya seperti ranting, krikil, dan
benda asing lainnya tidak ada,
5. Benih dari rumputan, maksimal 2 %, artinya bila benih terdapat batu, campuran benih
dengan gulma, maka akan menyulitkan pemeliharaan dan keseragaman pertumbuhan karena
dalam pertumbuhan tanaman tersebut terjadi kompetisi antara gulma dan tanaman utama
yang akhirnya dapat menurunkan tingkat produksi.
Viabilitas benih yang sesungguhnya tidak dapat dilihat kasat mata. Bahkan berbagai
metode pengujian tidak bisa mengetahui secara pasti viabilitas benih sesungguhnya. Berbagai
pengujuan benih hanya mampu menduga viabilitas benih pada kondisi tertentu yaitu kondisi
optimum atau suboptimum. Kondisi optimum bagi benih ialah bila air, oksigen, cahaya
tersedia dan suhu disekitar benih optimum. Kondisi suboptimum sangat bervariasi seperti
10
kekeringan, konsentrasi oksigen rendah, intensitas cahaya rendah, adanya penyakit disekitar
benih.
Kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi optimum
adalah viabilitas potensial. Sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi suboptimum disebut vigor. Viabilitas potensial dan vigor
adalah parameter viabilitas benih.
Masing-masing para meter viabilitas benih mempunyai tolak ukur yang spesifik. Tinggi
atau rendahnya viabilitas potensial bisa diukur dengan tolak ukurnya :
Daya berkecambah benih atau daya tumbuh benih.
Berat kering kecambah normal
Vigor benih dibagi menjadi dua yaitu : Vigor kekuatan tumbuh benih yang
mencerminkan vigor benih bila ditanam di lapang, dan vigor daya simpan yang
mencerminkan kemampuan benih untuk berapa lama benih dapat disimpan.
Tolak ukur vigor kekuatan tumbuh ialah :
1. Kecepatan tumbuh benih, benih vigor tinggi lebih cepat tumbuh dibandingkan benih
dengan vigor rendah. Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor individual benih
dikaitkan dengan waktu.
2. Keserempakan tumbuh benih, menunjukkan vigor suatu lot benih. Suatu lot benih
yang kurang vigor tumbuh bervariasi, sehingga kecambah yang tumbuh normal dapat
dikelompokkan menjadi normal kuat dan normal kurang kuat.
Vigor daya simpan benih diukur dengan daya hantar listrik. Benih membocorkan hasil
metabolit ke lingkungannya. Semakin rendah vigornya, benih membocorkan metabolit
semakin banyak. Tingginya metabolit dapat menghantarkan arus listrik lebih tinggi. Nilai
daya hantar listrik rendah menunjukkan benih masih mampu disimpan lama.
Benih dan biji tidak berbeda secara struktural, karena sama-sama berasal dari ovulum
yang dibuahi. Struktur benih terdiri dari kulit benih (testa), jaringan cadangan makanan
(endospermium atau perispermium), embrio serta alat-alat tambahan yang ada dipermukaan
testa yang berfungsi sebagai alat penyebaran (dispersal). Namun bila dilihat dari fungsinya,
benih dan biji berbeda karena benih ditunjukkan untuk pertanaman. Sedangkan biji berfungsi
sebagai bahan pangan atau pakan.
11
Melihat fungsinya yang penting sebagai bahan perbanyakan tanaman, suatu hal yang
paling diperhatikan dari benih ialah mutunya. Mutu benih yang tinggi sudah diupayakan
sejak benih akan diproduksi, seperti mengetahui sejarah lahan, pengawasan lapang yang
dilakukan beberapa kali : pendahuluan, dilanjutkan dengan pada fase vegetatif dan generatif,
serta fase menjelang panen. Selama benih dalam pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran
terus dilakukan pengawasan untuk menjaga mutu benih tetap tinggi sampai saatnya ditanam.
Mutu benih menjadi jaminan bagi pengguna benih. Informasi mengenai mutu benih
didapatkan dari pengujian. Terdapat pengujian benih tertentu untuk mengetahui masing-
masing mutu benih. Pengujian kemurnian benih digunakan untuk mengetahui mutu genetik
dan fisik. Pengujian kemurnian benih memberikan informasi jumlah benih murni dan kotoran
fisik. Makin besar jumlah benih murni, makin tinggi mutu genetik suatu lot benih. Makin
kecil jumlah kotoran fisik, makin tinggi mutu fisik benih. Pengujian viabilitas benih
memberikan informasi mutu fisiologi benih.
Pengujian benih dikelompokkan berdasarkan metode pengujian dan indikasi yang
dihasilkan. Metode pengujian ada dua macam yaitu pengujian secara langsung dan tidak
langsung. Indikasi dari pengujian juga ada dua macam yaitu : indikasi langsung dan tidak
langsung.
Pengujian langsung, artinya benih diamati satu persatu secara langsung. Misalna diuji
daya berkecambah 100 butir benih jagung, satu persatu benih jagung ditanam pada media
kertas merang dengan metode penanaman UKDdp, UDK, dan UAK, kemudian benih
dikecambahkan dalam alat pengecambahan benih atau ditanam pada media pasir dalam
rumah kawat.
Metode pengujian benih secara langsung, bila benih ditanam satu persatu pada media.
Metode pengujian tidak langsung biasaja digunakan untuk benih-benih yang berukuran kecil
seperti benih bayam, tembakau, anggrek. Ukurannya yang kecil, menyebabkan benih-benih
tersebut sulit dihitung dan ditanam satu persatu. Untuk benih yang berukuran kecil, jumlah
benih yang diuji berdasarkan bobotnya, misalnya untuk melihat daya berkecambah benih
bayam digunakan 1grma benih bayam perulangan.
Indikasi atau hasil pengujian langsung bila yang diperoleh dari suatu pengujian adalah
perwujudan kecambah atau bibit. Dari pengujian benih langsung dapat mengamati beberapa
kecambah normal yang dihasilkan. Indikasi tidak langsung adalah kebalikannya, artinya
pengujian benih tidak menghasilkan kecambah. Contoh indikasi tidak langsung adalah: laju
12
respirasi, lot benih yang memberikan laju respirasi tinggi adalah lot benih berviabilitas tinggi
karena aktivitas metabolismenya tinggi. Contoh lain lot benih dengan nilai daya hantar listrik
rendah menunjukkan viabilitas tinggi, karena daya hantar listrik rendah menunjukkan
integritas membran masih tinggi.
Berbagai pengujian viabilitas benih merupakan kombinasi antara metode pengujian dan
indikasi pengujian, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengujian langsung dengan indikasi langsung, contohnya pengujian daya kecambah,
vigor kekuatan tumbuh dari benih-benih berukuran besar (padi, jagung, kacang tanah,
kedelai, dan sebagainya)
2. Pengujian langsung indikasi tidak langsung, contohnya pengujian laju respirasi
4. Pengujian tidak langsung indikasi tidak langsung contohnya pengujian laju respirasi
benih berukuran kecil.
Pengujian benih untuk keperluan sertifikasi benih terdiri dari dua macam yaitu
pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian rutin terdiri dari : penetapan kadar air benih,
pengujian kemurnian benih, pengujian daya berkecambah (daya tumbuh benih), penetapan
campuran varietas lain (CVL). Setiap sampel benih yang akan mendapatkan sertifikat harus
diuji dengan empat macam pengujian tersebut. Selain pengujian rutin, bila pemilik sampel
benih menginginkan bisa dilakukan permintaan khusus. Pengujian khusus misalnya : uji cepat
viabilitas (uji biokimiawi atau uji TTZ), uji bobot 1000 butir, uji kesehatan benih atau uji
vigor. Uji khusus dilakukan berdasarkan permintaan.
Penetapan kadar air benih terutama dilakukan untuk benih ortodoks. Semakin rendah
kadar air benih semakin lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya. Metode penetapan
kadar air benih ada dua : metode oven (secara langsung air dalam jaringan benih dikeluarkan
dalam bentuk uap) dan metode cepat, air tetap dalam jaringan benih, secara tidak langsung
besarnya hantaran listrik yang terbaca pada moisture tester menunjukkan kandungan air
dalam benih. Metode oven menggunakan dua macam suhu yaitu suhu rendah konstan (105
lebihkurang 2)derajat C selama 17 jam dan suhu tinggi konstan (130-133) derajat C, lamanya
tergantung komoditas.
13
Menurut ISTA (2004) penetapan kadar air benih dengan suhu rendah konstan antara lain
untuk benih kedele, kacang tanah, cabe, terong, wijen dan lobak. Sedangkan penetapan kadar
air dengan suhu tinggi konstan antara lain untuk benih-benih semangka, mentimun, tomat,
padi, jagung, sorgum, kacang panjang, gandum dan lainnya.
Pengujian atau analisis kemurnian benih, bertujuan untuk memisahkan komponen
benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih berdasarkan persentase berat komponen.
Peralatan yang digunakan adalah meja kemurnian, alat pembagi tepat, pinset, spatula, kaca
pembesar, loup, timbangan, koleksi benih sebagai bahan acuan untuk menentukan CVL.
Penetapan kadar air benih terutama dilakukan untuk benih ortodoks. Semakin rendah kadar
air benih semakin lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya. Metode penetapan kadar
air benih ada dua : metode oven (secara langsung air dalam jaringan benih dikeluarkan
dalam bentuk uap) dan metode cepat, air tetap dalam jaringan benih, secara tidak langsung
besarnya hantaran listrik yang terbaca pada moisture tester menunjukkan kandungan air
dalam benih. Metode oven menggunakan dua macam suhu yaitu suhu rendah konstan (105
lebihkurang 2)derajat C selama 17 jam dan suhu tinggi konstan (130-133) derajat C, lamanya
tergantung komoditas.
Menurut ISTA (2004) penetapan kadar air benih dengan suhu rendah konstan antara lain
untuk benih kedele, kacang tanah, cabe, terong, wijen dan lobak. Sedangkan penetapan kadar
air dengan suhu tinggi konstan antara lain untuk benih-benih semangka, mentimun, tomat,
padi, jagung, sorgum, kacang panjang, gandum dan lainnya.
Pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh benih bertujuan untuk menduga
potensi tumbuh benih dilapang. Alat yang digunakan geminator (alat pengecambah benih),
alat pengepres media kertas, cawan petri atau boks plastik. Media yang digunakan : media
keras dan pasir.
Pengujian perkecambahan dilaboratorium, adalah untuk mengamati kemampuan
struktur esensial pada benih tumbuh berkembang secara normal pada kondisi yang terkontrol.
Sehingga daya berkecambah dijabarkan dalam persentase benih yang tumbuh menjadi
kecambah normal. Komponen lain yang teramati adalah: kecambah abnormal, benih-benih
yang tidak berkecambah (banih mati, benih keras dan benih segar tidak tumbuh).
Pengujian khusus yang biasa dilakukan ialah pengujian kesehatan benih dan uji vigor. Uji
vigor yang direkomendasikan oleh ISTA yaitu uji daya hantar listrik. Benih dengan vigor
tinggi integritas membran selnya masih tinggi sehingga kebocoran metabolit yang keluar sel
rendah, sedikit metabolit dalam air rendaman benih menghantarkan arus listrik yang kecil.
14
Benih dengan vigor rendah, integritas membran selnya rendah sehingga metabolit dalam
sel dalam jumlah besar bocor keluar dari dalam benih sehingga air rendaman benih
menghantarkan arus yang besar. Semakin besar nilai daya hantar listrik, semakin rendah
vigor benih.
15
BAB III
DORMANSI
Pengertian
Pengertian dormansi menurut Tim Dosen Fistum Biologi Unhas, dormansi
merupakan suatu pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh
lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali
jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal
Elis berpendapat bahwa dormansi benih berhubungan dengan usaha untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik
dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk. Banyak biji dorman untuk suatu periode
waktu setelahnya keluar dari buah. Pohon melepaskan daun-daunnya untuk menghindari
bahaya pada waktu udara menjadi dingin dan kering serta tanah membeku. Banyak tumbuhan
basah, bagian atasnya mati selama periode musim dingin atau kekeringan, sedangkan bagian
yang ada di bawah seperti bulbus, kormus, atau umbi tetap hidup, tetapi dalam keadaan
dorman.
Contoh paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang keras yang
menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras itu lazim terdapat pada
16
anggota famili Fabaceae (Leguminosae), walaupun tidak terdapat pada buncis atau kapri,
yang menunjukkan bahwa dormansi tidak umum pada spesies yang dibudidayakan.
Pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena
jalan masuk dihalangi oleh sumpal seperti gabus (sumpal strofiolar) pada lubang kecil (lekah
strofiolar) di kulit biji. Bila biji digoncang-goncang, kadang sumpal itu lepas sehingga dapat
berlangsung perkecambahan. Perlakuan itu dinamakan goncangan, dan telah diterapkan pada
biji Melilotus alba (semanggi manis), Trigonella arabica, dan Crotallaria egyptica, Albizzia
lophantha merupakan tumbuhan kacangan berukuran kecil di Australia Barat bagian barat
daya (Dell, 1980).
Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di
dalam organ-organ biji itu sendiri imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang
disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. Keadaan
ini dapat berupa cacat pada biji atau terlalu tebalnya kulit biji sehingga air
membutuhkan waktu lama untuk menembusnya
17
b. Cara Mematahkan Dormansi pada biji
Sebagian besar biji berkecambah jika hanya hanya dilapisan tebal abu, setelah terjadi
kebakaran padang; kurang dari 5 persen yang dapat berkecambah tanpa panas. Ternyata,
masuknya air ke dalam biji dihalangi oleh sumpal strofiolar sampai sumpal itu terpental
keluar bila biji itu kena panas. Jadi penyebaran tumbuhan ini terhambat bila tidak ada
kebakaran dan dengan adanya sumpal strofiolar (Sallisbury, 1995).
Pemecahan kulit biji dinamakan skarifikasi atau penggoresan. Untuk itu digunakan
pisau, kikir dan kertas amplas. Di alam, goresan tersebut mungikin terjadi akibat kerja
mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada
suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas.
Di laboratorium dan bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut
lemak lain (yang menghilangkan badan berlilin yang kadang menghalangi masuknya air) atau
asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dari berbagai tanaman kacangan
tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama
beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu
(Sallisbury, 1995).
Skarifikasi secara ekologi sangat penting. Waktu yang diperlukan untuk menuntaskan
skarifikasi secara alami dapat mencegah terjadinya perkecambahn dini pada musim gugur
atau selama periode panas yang tidak lazim pada musim dingin. Skarifikasi dalam alat
pecernaaan burung atau hewan lain menyebabkan perkecambahan biji setelah biji tersebar
lebih luas.
Biji yang tercuci selama terbawa aliran air di gurun tidak hanya di gurun tidak hanya
mengalami skarifikasi, tetapi sering berakhir ditempat yang banyak mengandung air. Dean
Vest (19720 memperlihatkan hubungan simbiosis dan mutualisme antara fungi dan biji
Atriplez confertifolia yang tumbuh di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga
perkecambahan dapat berlangsung. Pertumbuhan fungi terjadi hanya bila kondisi suhu dan
kelembapan sesuai baginya selama awal musim semi, yaitu waktu yang paling tepat bagi
kecambah untuk dapat bertahan hidup (Sallisbury, 1995).
18
Senyawa Penyebab Dormansi
Apakah yang menyebabkan biji pada buah tomat yang masak tidak berkecambah dalam
buah? Padahal, suhunya biasanya sangat sesuai dan kelembaban serta oksigennya pun cukup.
Bila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan, dan ditanam, biji itu segera berkecambah; ini
menunjukkan bahwa biji itu segera berkecambah jika diambil langsung dan dibiarkan
mengambang di atas permukaan air.Di dalam buah, potensial osmotik buah terlalu negatif
untuk perkecambahan (Bewley dan Black, 1984).
Zat penghambat khusus mungkin juga ada, persis seperti ABA dalam endosperma
yang sedang berkembang dari biji afalfa, yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan
embrio. Buah lain menyaring panjang gelombang yang diperlukan untuk untuk
perkecambahan (Sallisbury, 1995).
Senyawa penghambat kimia sering juga terdapat dalam biji, dan sering penghambat
ini harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum perkecambahan dapat berlangsung. Di alam, bila
terdapat cukup curah hujan yang dapat mencuci penghambat dari biji, tanah akan cucup basah
bagi kecambah baru untuk bertahan hidup (Went, 1957). Hal ini khususnya penting di gurun,
karena kelembapan lebih menentukan daripada faktor lain seperti suhu.
Vest (1972) mendapatkan bahwa biji Atriplex mengandung cukup banyak natrium
klorida untuk menghambat perkecambahan biji secara osmotik. biasanya senyawa
penghambat lebih rumit daripada garam dapur (Eveneri, 1957; Ketring, 1973), dan
penghambat mewakili berbagai macam kelompok senyawa organik. Beberapa di antaranya
adalah kompleks pelepas-sianida (khususnya biji Rosaceae), sedangkan lainnya adalah
senyawa pelepas-amonia. Minyak sawi umum terdapat pada Brassiaceae (Crufirae).
Bahan organik penting lainnya meliputi asam organik, lakton tak jenuh (khususnya
kumarin, asam parasorbat, dan protoanemonin), aldehid, minyak esensial, alkaloid, dan
senyawa fenol. ABA sering terdapat pada biji dorman, tapi kebanyakan sudah hilang jauh
sebelum dormansi berakhir (Bewley dan Black), 1984; Walton, 1997. Jadi ABA mungkin
merupakan penghambat kuat bagi perkembahan bila senyawa tersebut ada, tapi pastilah
masih banyak penghambat lain yang menyebabkan dormansi biji (Sallisbury, 1995).
21
6. Dormansi suhu
Dormansi ini mencakup semua tipe dormansi di mana suhu berperan dalam
perkembangan atau pelepasan dormansi. Benih dengan dormansi suhu sering memerlukan
suhu yang berbeda dengan yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi ini
ditemui pada kebanyakan jenis beriklim sedang, seperti Fagus, Quercus, Pinus, Abies, dan
beberapa jenis tropis dataran tinggi seperti Pinus dan Eucalyptus. Benih ini memerlukan
perlakuan dingin dan lembab untuk mematahkan dormansi yang disebut chilling. Eucalyptus
dataran tinggi (alpin) seperti E. delegatensis, E. pauciflora dan E. glaucescens memerlukan
perlakuan pendahuluan lembab dingin untuk mengatasi dormansi.
7. Dormansi gabungan
Bila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus
dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe dormansi yang berbeda atau
melalui metode dengan pengaruh ganda. Ini biasa diterapkan pada kombinasi dormansi fisik
dan mekanis. Bila dua tipe dormansi terjadi bersama, beberapa metode yang bertujuan
mematahkan dormansi fisik juga dijalankan pada dormansi mekanis.
22
BAB IV
PERLAKUAN BENIH
2. Proteksi benih didasarkan pada prinsip untuk melindungi benih dan kecambah
tanaman dengan suatu fungisida yang akan mencegah infeksi dan kerusakan
yang disebabkan oleh patogen terutama organisme tanah. Contohnya: captan,
thiram, dichlone.
Beberapa sejumlah organik yang diberikan pada benih tanaman berbiji kecil sebagai
disinfestasi juga bertindak sebagai protektan. Misalnya senyawa heksaclorobenzena yang
diberikan pada benih gandum bertindak sebagai disinfestan dan protektan terhadap serangan
semut teliospore dalam tanah. Cara pemberantasan yang efektif untuk penyakit yang terbawa
oleh benih ialah dengan mengetahui terlebih dahulu kehadiran patogen pada benih sebelum
benih ditanam yaitu dengan pengujian benih. Tindakan selanjutnya adalah mencegah
dilakukannya penanaman atau mengadakan perlakuan benih terlebih dahulu sebelum tanam.
Tujuan dari perlakuan benih yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencegah
dan membasmi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh patogen yang terbawa benih baik
didalam, dipermukaan maupun bersama benih. Dengan perlakuan benih maka inokulum yang
23
terdapat pada benih dapat dibasmi secara langsung atau pada waktu setelah benih
berkecambah. Selain itu perlakuan benih juga dapat melindungi benih dari serangan patogen
yang berada dalam tanah hal ini dikarenakan benih dan kecambah tanaman pada awal
pertumbuhannya sangat peka terhadap serangan patogen tanah.
1. Fungisida harus efektif pada konsentrasi yang tidak membahayakan benih atau
tanaman yang diperlakukan
2. Tidak beracun bagi manusia ataupun hewan.
3. Cukup stabil dan lekat agar tetap efektif dalam waktu lama
4. Tidak memiliki efek samping yang dapat merugikan keseimbangan biologis
5. Tidak menimbulkan resistensi pada patogen.
6. Harganya cukup murah ditinjau dari segi ekonomis.
Berdasarkan Komposisinya fungisida dapat digolongkan sebagai berikut:
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama
yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah
bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
1. Perlakuan mekanis
2. Perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air
pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan
konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air
dengan mudah.
a. Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20
menit sebelum tanam.
c. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 – 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan
hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
25
3. Perlakuan perendaman dengan air
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air
oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 – 70
0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel,
direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar
untuk dikecambahkan.
• Stratifikasi Yaitu cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah
pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam
benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda
untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Benih apel yang diberi
perlakuan stratifikasi pada 4 0C selama lebih dari 2 bulan persentase perkecambahannya
meningkat.
5. Perlakuan dengan cahaya
c. Perlakuan fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan memberi tindakan
yang bersifat fisis.
27
Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :
ü Perendaman dengan air panas
Benih dimasukkan ke dalam air panas dan dibiarkan sampai menjadi dingin selama beberapa
waktu tertentu, agar kulit menjadi lunak sehingga mudah dilalui air dan udara.
Contoh : benih sengon (albasia) direndam pada air mendidih selama 10-15 menit, kemudian
diangkat dan dikecambahkan.
ü Perlakuan temperatur tertentu
Benih disimpan pada temperatur tertentu sebelum disemai pada temperatur yang cocok untuk
perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan bahan
penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan yang dapat
merangsang pertumbuhannya.Contoh : benih selada akan berkecambah apabila disimpan
pada suhu rendah, dan akan dorman pada suhu 30oc-35o c.
CONTOH PERLAKUAN BENIH PADI
Perlakuan benih sebelum penanaman (Pada Benih Padi )
Penyotiran dengan larutan garam
Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang
akan disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan
menggunakan telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air.
Masukkan garam sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian
garam dihentikan ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan
bahwa kandungan garam telah cukup sebagai penguji benih.
Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih
tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat
benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung.
Benih yang masih terapung.Benih yang masih terapung merupakan benih
hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak layak untuk dijadikan bibit. Walaupun
benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan tumbuh menjadi bibit yang tidak
sempurna.
Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut
kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci
dengan baik.
1. Memeram benih sebelum disemai.
28
Benih yang akan disemai sebaiknya dibantu pertumbuhannya dengan cara diperam.
Benih direndam dalam air bersih selama kurang lebih 1 jam, kemudian ditiriskan
dalam ayakan atau saringan sampai tidak ada air yang menetes.
Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni atau karung
terigu (atau kain katun) dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindung.
Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan
bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian.
Benih yang telah diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan lebih baik
dibanding dengan benih yang tidak diperam, sehingga dalam persemaian akan tumbuh
lebih kuat dan sehat.
2, Perlakuan benih setelah pasca panen
Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau
mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih. Benih dapat diperlakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan sinar ultraviolet : infra merah,
panas dengan penggunaan zat-zat kimia.
29
30