Anda di halaman 1dari 30

BAB I

BUAH DAN BIJI


Buah dan biji Buah pada umunya merupakan organ tanaman tempat menyimpan
benih dan hasil foto-sintesis.  Biji sebagai calon benih yang pada umumnya berada di dalam
buah terbentuk melalui proses berikut:  setelah tepung sari mendarat dengan tepat pada
kepala putik, maka dengan segera dan secara bersam-sama jaringan pembuahan tersebut akan
menye-rap air dan nutrisi tanaman berupa gula dan akan membentuk tabung sari.  Tabungsari
akan tumbuh  dan menembus tangkai putik (style), menuju ke arah kantung lembaga.  Di
tempat tersebut sel jantan bertemu dengan sel telur, untuk membentuk zigot.  Zigot akan
tumbuh menjadi embrio biji.    Pembuahan adalah permulaan dari pertumbuhan ovari yang
cepat dan selanjutnya berkembang menjadi biji.  Pada biji yang sedang berkembang,
perkembangan embrio didahului oleh pertumbuhan endosperm.  Perkembangan biji akan
diakhiri dengan pemben-tukan integumen pada jaringan ovari induk.  Biji akan tumbuh dan
berkembang sampai menjadi bentuk yang sempurna dan memenuhi standar untuk menjadi
benih.
Biji yang memenuhi kriteria tertentu  dapat dijadikan benih.  Benih tanaman yang
ditumbuhkan pada media semai yang mengandung  air akan tumbuh dan berkembang
menjadi bibit.  Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih
(endosperm).  Cadangan makanan dalam benih adalah karbohidrat, lemak dan protein.  
Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses perkecam-bahan
(germination).  Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkem-bangan bibit.  Benih yang sedang
berkecambah sangat  peka terhadap penyakit tanaman dan gangguan fisik sehingga selama
proses ini sangat memerlukan  perlindungan (proteksi).  Perlindungan kecambah atau bibit
muda sebaiknya dilakukan dengan memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau
paranet. 
Naungan berfungsi sebagai pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan sinar
mata-hari, dan organisme pengganggu tanaman.Pada biji monokotil, morfologi biji terdiri
dari kulit biji, endosperm, kotiledon, dan embrio.  Pada biji tanaman Gymnospermae,
morfologi biji terdiri dari kulit biji (testa), mega gametofit, embrio yang terdiri dari kotiledon
dan calon akar), sedangkan untuk biji dikotiledon terdiri dari kulit biji (testa) dan embrio (dua
kotiledon, calon akar dan calon daun pertama) Untuk memperjelas gambaran proses
perkecambahan biji dapat dilihat pada gambar perkecambahan biji tembakau (Nicotiana
1
tabacum), Biji tanaman yang terbentuk dari hasil pembuahan (bertemunya putik dengan
serbuk sari dan berkembang menjadi zigot)
Berikut adalah susunan struktur benih :
a. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan
dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur embrio :
         Epikotil (calon pucuk),
         Hipokotil (calon batang),
         Kotiledon (calon daun)
         Radikula (calon akar).
b. Jaringan penyimpan cadangan makanan
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat,
lemak, protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis
biji, misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji
padi mengandung banyak karbohidrat.
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan, yaitu :
  Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
  Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa
bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya.
  Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae, Gametophytic
betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus.
c. Pelindung biji (kulit biji)
Kulit biji merupakan lapisan terluar dari biji.Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji,
sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji
(testa) berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan
biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan
bagian dalamnya tipis dan berselaput. Fungsi kulit biji adalah untuk melindungi biji dari
kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.

2
Perbedaan Struktur Benih Monokotil Dan Dikotil
No Monokotil Dikotil
1. Cadangan makanan berupa Cadangan makanan berupa katiledon
endosperm
2. Mempunyai hilum tapi tidak terlihat Hilum terlihat jelas
3. Endosperm merupakan bagian Endosperm merupakan bagian terkecil
terbesar
4. Cadanagn makanan baru dapat Cadanagn makanan baru dapat dicerna
dicerna dan diserap embrio setelah dan diserap embrio sebelum biji masak
masak

3.      Perkecambahan Biji


Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan letak
kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hipogeal dan
epigeal.
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman
dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen.
Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman.  Pembibitan tanaman
adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji tanaman
berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang berasal dari organ
vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk ditanan di
lapangan.  Teknik tanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai  teknik dari setiap
aspek pembibitan dan produksi benih   serta  teknik untuk mengoptimalkan proses
pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang
mempunyai kualitas yang baik dan kuantitas yang banyak.
a.       Hipogeal
Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan
plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam
tanah, contohnya kecambah jagung. Gambar 5 Perkecambahan hipogaeal

3
b.      Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga kotiledon berada diatas tanah, contoh pada
kacang hijau. Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang
diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan
perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit
yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar
yang meliputi air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
a. Faktor dalam
1.      Tingkat kemasakan benih.
Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai
viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat
berkecambah.  Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan
pembentukan embrio belum sempurna. 
2.      Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan  mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat
perkecambahan.   Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang
positip terhadap kandungan protein pada benih sorgum.  Makin besar/berat ukuran benih
maka kandungan protein juga makin meningkat.  Dinyatakan juga bahwa berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
3.      Dormansi
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah
meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah.  Penyebab
dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat
umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan.  Benih dorman
dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada

4
keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam
sulfat.
4.      Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih.  Contoh zat-
zat tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan
mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat
respirasi (sianida dan fluorida).  Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan
tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.  Istilah induksi dormansi digunakan
bila benih dapat dibuat berkecambah lagi oleh beberapa cara yang telah disebutkan.
b. Faktor luar atau lingkungan
1.      Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit
pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.  Jumlah air yang
diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak
melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.
2.      Temperatur
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih.  Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi
saat perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur
maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.

TabelTemperatur  minimum, optimum dan maksimum untuk perkecambahan


beberapa jenis tanaman (Milfhorpe & Moorby dalam Sutopo, 1993.

Jenis tanaman Minimum (oC) Optimum (oC) Maksimum (oC)

Beras 11 32 38
Jagung 9 33 42

Gandum 4 25 32

Rye 2 25 35

Lucerne 1 30 38

3.      Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup.  Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
5
pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan
dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas.  Namum demikian beberapa jenis tanaman
seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang
oksigen.
4.      Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada
jenis tanaman.  Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
c.  Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam
lingkungan yang optimum.  Berikut ini adalah uraian kriteria kecambah normal dan
abnormal.

1.      Kecambah normal


   Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer dan
akar seminal paling sedikit dua.
 Perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan.
 Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.  Epikotil tumbuh
sempurna dengan kuncup normal.
  Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
2.      Kecambah abnormal
  Kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek.
 Bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang
seimbang. 
 Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah
kerdil.
  Kecambah tidak membentuk klorofil.
  Kecambah lunak.

d. Penyimpanan Dan Perlakuan Benih

6
Benih sebelum ditanam dilapangan memerlukan penyimpanan terlebih dahulu.
Lingkungan tempat penyimpanan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih dan oleh
karena itu harus dikontrol sebaik-baiknya, yaitu melalui pengaturan lingkungan yang baik.
Benih dapat disimpan beberapa tahun tanpa harus kehilangan viabilitas yang berarti.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi viabiitas benih selama
penyimpanan adalah temperatur dan kadar air benih. Penurunan viabilitas dapat ditekan
serendah mungkin bila benih disimpan pada temperatur dan kadar air benih yang rendah.
Benih tanaman serealia biasanya mempunyai kandungan air kurang dari 15 %. Selain
itu kelembaban udara juga harus dijaga serendah mungkin agar viabilitas tetap tinggi serta
untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit terutama cendawan.
Untuk mendapatkan perkecambahan yang bagus sering dilakukan perlaukan terhadap
benih, baik sebelum benih disimpan ataupun ditanam. Berikut beberapa metode perlakuan
benih yang dilakukan adalah :
  Perlakuan Fisik
Yaitu penyeragaman ukuran benih dengan membuang benih yang terlalu besar dan
terlalu kecil. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan yang
seragam di lapangan selain untuk memudahkan dalam pekerjaan tanaman terutama dalam
penggunaan alat. Seleksi benih untuk untuk keseragaman ini biasanya dilaukan sebelum
melaukan pembersihan benih untuk menghilangkan benih-benih gulma, kerikil, tanah, sisa-
sisa tanaman dan lainya.
  Perlakuan Kimia
Perlakuan kimia yang sederhana yang biasanya diberikan pada benih adalah
perendaman benih dalam air untuk menghilangkan penghambat perkecambahan. Namun
perlakuan yang sering dilakukan adalah pemberian insektisida dan fungisida.
Meskipun perlakuan benih dengan menggunakan bahan kimia dapat membunuh hama
dan penyakit, akan tetapi dapat berakibat kurang baik bagi proses perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Oleh karena itu penggunaan dosis bahan kimia yang
digunakan harus benar-benar tepat. Dosis yang berlebihan akan menurunkan viabilitas benih
yang pada akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan kecambah yang abnormal. Selain itu
perlakuan benih dengan bahan kimia ini justru sering memperpendek daya simpan benih.

BAB II
7
VIABILITAS BENIH
Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih.
Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau
gejala metabolisme.
Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi
normal pada kondisi lapangan yang optimum maupun suboptimum (Sadjad, 1994).
Benih yang mampu menumbuhkan tanaman normal, meskipun kondisi alam tidak
optimum atau sub optimum disebut benih memiliki vigor (Vg). Benih yang memiliki vigor
akan menghasilkan produksi diatas normal bila ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad ,
1994).
Menurut Sutopo (2002), benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya
kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan lingkungan,
Tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih yang menurun, serangan
hama dan penyakit meningkat,jumlah kecambah abnormal meningkat, dan rendahnya
produksi tanaman.
Faktor genetik yang mempengaruhi vigor benih adalah pola dasar perkecambahan dan
pertumbuhan yang merupakan bawaan genetik dan berbeda antara satu spesies dan spesies
lain.
Faktor fisiologis yang mempengaruhi vigor benih adalah semua proses fisiologis yang
merupakan hasil kerja omponen pada sistem biokimia benih. Faktor eksternal yang
mempengaruhi vigor benih adalah kondisi lingkungan pada saat memproduksi benih, saat
panen, pengolahan, Penyimpanan, dan penanaman kembali (Bedell, 1998). Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan perbedaan vigor benih menurut Powell (2006),adalah penuaan
benih akibat      Mutu benih ada tiga macam yaitu : mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu
genetik. Mutu fisik yatu benih yang bermutu fisik tinggi terlihat dari kinerja fisiknya yang
bersih dari kotoran yang terbawa dari lapang (kotoran fisik) da ukuran benih seragam. Mutu
fisiologis benih adalah tinggi rendahnya daya hidup atau viabilitas benih yang tercermin dari
nilai daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh. Mutu genetik
menunjukkan benih mempunyai keseragaman genetik yang tinggi, tidak tercampur varietas
lain.

Berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1992, benih bermutu mempunyai ciri


sebagai berikut :
8
1.     Produktivitasnya tinggi, yaitu varietas/klon mempunyai produksi yang tinggi, artinya
gap antara produksi yang diperoleh pada lingkungan pengujian sebelum varietas/klon tersebut
dirilis dengan lingkungan pertanaman luas atau di masyarakat rendah,
2.     Pertumbuhan seragam, yaitu pertumbuhan antar satu tanaman dalam suatu pertanaman
sama, baik dari aspek tinggi tanaman, diameter batang, perkembangan kanopi, dan
produktivitas.
3.     Mutu genetisnya tinggi, yaitu struktur gen dalam kromosom sama pada setiap tanaman
dalam klon/varietas tersebut. Misalnya pada tanaman pala dengan varietas Banda.
Dalam menetapkan suatu biji dikategorikan sebagai benih bermutu dan mempunyai
nilai ekonomi diwajibkan melakukan pengujian berdasarkan PP No. 44 Tahun 1995, yaitu
sebagai berikut :
1.     Uji kadar air, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui kadar air suatu benih, dengan
metode oven. Hal tersebut dilakukan untuk tujuan penyimpanan/pengiriman,
2.     Uji daya tumbuh, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase tumbuh benih
yang dijadikan sebagai benih untuk tujuan budidaya dan pelabelan,
3.     Uji kemurnian, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase benih secara
genetik yang terkandung dalam suatu benih yang akan digunakan untuk budidaya maupun
untuk tujuan pelabelan,
4.     Uji campuran dari varietas lain, yaitu untuk mengetahui benih varietas lain yang
terdapat dalam benih yang akan digunakan dalam budidaya, tujuannya agar diperoleh
keseragaman benih,
5.     Uji kompatabilitas benih (keseragaman), yaitu uji keserempakan tumbuh dan
keseragaman benih,
6.     Uji heterogenitas, uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman besar dan ukuran
biji dari setiap benih,
7.     Uji tetrazolium, uji yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan benih dalam rangka
daya kecambah dan dilakukan secara kimia,
8.     Uji kesehatan benih, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah benih tersebut
terbebas dari patogen yang akan membahayakan pertumbuhan.

Dalam pengelolaan benih agar bernilai ekonomi dan menguntungkan, maka dikenal ada
dua aspek, yaitu :

9
1.     Biji bermutu, yaitu benih dari varietas benar dan murni, mempunyai mutu genetis,
fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu di kelasnya,
2.     Standar mutu benih, yaitu spesifikasi benih yang mencakup fisik, genetis, fisiologis,
dan kesehatan benih yang dibakukan dan merupakan konsensus semua pihak yang terkait.

Program perbenihan yang terarah untuk mendukung usaha budidaya tanaman diarahkan
pada dua aspek, yaitu :
1.     Pengadaan, pengaturan penyaluran benih bermutu yang tinggi yang sifat genetisnya
seragam serta tepat waktu sampai ke konsumen (jumlah yang cukup),
2.     Pengontrolan mutu.

Menurut Kamil (1991), bahwa syarat umum dalam pengembangan perbenihan agar diperoleh
mutu ekonomi benih yang tinggi, adalah sebagai berikut :

1.     Daya kecambah, minimal 80 %, artinya benih yang tumbuh dari benih yang ditanam
minimal 80 persen. Hal tersebut ditetapkan guna menghindari penggunaan benih yang
banyak, sehingga dapat meningkatkan biaya produksi,
2.     Benih murni, minimal 95 %, artinya benih yang ada pada setiap varietas/klon terdapat
pada varietas/klon yang sama. Hal tersebut dilakukan guna menghindari ketidakseragaman
pertumbuhan dan ketahanan terhadap hama/penyakit yang akhirnya menyebabkan produksi
menurun,
3.     Benih dari varietas lain, maksimal 5 %, artinya benih murni dari varietas/klon yang
sama,
4.     Kotoran, maksimal 3 %, artinya benda asing dan lainnya seperti ranting, krikil, dan
benda asing lainnya tidak ada,
5.     Benih dari rumputan, maksimal 2 %, artinya bila benih terdapat batu, campuran benih
dengan gulma, maka akan menyulitkan pemeliharaan dan keseragaman pertumbuhan karena
dalam pertumbuhan tanaman tersebut terjadi kompetisi antara gulma dan tanaman utama
yang akhirnya dapat menurunkan tingkat produksi.
Viabilitas benih yang sesungguhnya tidak dapat dilihat kasat mata. Bahkan berbagai
metode pengujian tidak bisa mengetahui secara pasti viabilitas benih sesungguhnya. Berbagai
pengujuan benih hanya mampu menduga viabilitas benih pada kondisi tertentu yaitu kondisi
optimum atau suboptimum. Kondisi optimum bagi benih ialah bila air, oksigen, cahaya
tersedia dan suhu disekitar benih optimum. Kondisi suboptimum sangat bervariasi seperti
10
kekeringan, konsentrasi oksigen rendah, intensitas cahaya rendah, adanya penyakit disekitar
benih.
Kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi optimum
adalah viabilitas potensial. Sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan

berproduksi normal pada kondisi suboptimum disebut vigor. Viabilitas potensial dan vigor
adalah parameter viabilitas benih.
     Masing-masing para meter viabilitas benih mempunyai tolak ukur yang spesifik. Tinggi
atau rendahnya viabilitas potensial bisa diukur dengan tolak ukurnya :
 Daya berkecambah benih atau daya tumbuh benih.
 Berat kering kecambah normal

     Vigor benih dibagi menjadi dua yaitu : Vigor kekuatan tumbuh benih yang
mencerminkan vigor benih bila ditanam di lapang, dan vigor daya simpan yang
mencerminkan kemampuan benih untuk berapa lama benih dapat disimpan.
Tolak ukur vigor kekuatan tumbuh ialah :
1. Kecepatan tumbuh benih, benih vigor tinggi lebih cepat tumbuh dibandingkan benih
dengan vigor rendah. Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor individual benih
dikaitkan dengan waktu.
2. Keserempakan tumbuh benih, menunjukkan vigor suatu lot benih. Suatu lot benih
yang kurang vigor tumbuh bervariasi, sehingga kecambah yang tumbuh normal dapat
dikelompokkan menjadi normal kuat dan normal kurang kuat.

     Vigor daya simpan benih diukur dengan daya hantar listrik. Benih membocorkan hasil
metabolit ke lingkungannya. Semakin rendah vigornya, benih membocorkan metabolit
semakin banyak. Tingginya metabolit dapat menghantarkan arus listrik lebih tinggi. Nilai
daya hantar listrik rendah menunjukkan benih masih mampu disimpan lama.
     Benih dan biji tidak berbeda secara struktural, karena sama-sama berasal dari ovulum
yang dibuahi. Struktur benih terdiri dari kulit benih (testa), jaringan cadangan makanan
(endospermium atau perispermium), embrio serta alat-alat tambahan yang ada dipermukaan
testa yang berfungsi sebagai alat penyebaran (dispersal). Namun bila dilihat dari fungsinya,
benih dan biji berbeda karena benih ditunjukkan untuk pertanaman. Sedangkan biji berfungsi
sebagai bahan pangan atau pakan.

11
     Melihat fungsinya yang penting sebagai bahan perbanyakan tanaman, suatu hal yang
paling diperhatikan dari benih ialah mutunya. Mutu benih yang tinggi sudah diupayakan
sejak benih akan diproduksi, seperti mengetahui sejarah lahan, pengawasan lapang yang
dilakukan beberapa kali : pendahuluan, dilanjutkan dengan pada fase vegetatif dan generatif,
serta fase menjelang panen. Selama benih dalam pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran
terus dilakukan pengawasan untuk menjaga mutu benih tetap tinggi sampai saatnya ditanam.
     Mutu benih menjadi jaminan bagi pengguna benih. Informasi mengenai mutu benih
didapatkan dari pengujian. Terdapat pengujian benih tertentu untuk mengetahui masing-
masing mutu benih. Pengujian kemurnian benih digunakan untuk mengetahui mutu genetik
dan fisik. Pengujian kemurnian benih memberikan informasi jumlah benih murni dan kotoran
fisik. Makin besar jumlah benih murni, makin tinggi mutu genetik suatu lot benih. Makin
kecil jumlah kotoran fisik, makin tinggi mutu fisik benih. Pengujian viabilitas benih
memberikan informasi mutu fisiologi benih.
Pengujian benih dikelompokkan berdasarkan metode pengujian dan indikasi yang
dihasilkan. Metode pengujian ada dua macam yaitu pengujian secara langsung dan tidak
langsung. Indikasi dari pengujian juga ada dua macam yaitu : indikasi langsung dan tidak
langsung.
     Pengujian langsung, artinya benih diamati satu persatu secara langsung. Misalna diuji
daya berkecambah 100 butir benih jagung, satu persatu benih jagung ditanam pada media
kertas merang dengan metode penanaman UKDdp, UDK, dan UAK, kemudian benih
dikecambahkan dalam alat pengecambahan benih atau ditanam pada media pasir dalam
rumah kawat.

     Metode pengujian benih secara langsung, bila benih ditanam satu persatu pada media.
Metode pengujian tidak langsung biasaja digunakan untuk benih-benih yang berukuran kecil
seperti benih bayam, tembakau, anggrek. Ukurannya yang kecil, menyebabkan benih-benih
tersebut sulit dihitung dan ditanam satu persatu. Untuk benih yang berukuran kecil, jumlah
benih yang diuji berdasarkan bobotnya, misalnya untuk melihat daya berkecambah benih
bayam digunakan 1grma benih bayam perulangan.
Indikasi atau hasil pengujian langsung bila yang diperoleh dari suatu pengujian adalah
perwujudan kecambah atau bibit. Dari pengujian benih langsung dapat mengamati beberapa
kecambah normal yang dihasilkan. Indikasi tidak langsung adalah kebalikannya, artinya
pengujian benih tidak menghasilkan kecambah. Contoh indikasi tidak langsung adalah: laju
12
respirasi, lot benih yang memberikan laju respirasi tinggi adalah lot benih berviabilitas tinggi
karena aktivitas metabolismenya tinggi. Contoh lain lot benih dengan nilai daya hantar listrik
rendah menunjukkan viabilitas tinggi, karena daya hantar listrik rendah menunjukkan
integritas membran masih tinggi.
     Berbagai pengujian viabilitas benih merupakan kombinasi antara metode pengujian dan
indikasi pengujian, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengujian langsung dengan indikasi langsung, contohnya pengujian daya kecambah,
vigor kekuatan tumbuh dari benih-benih berukuran besar (padi, jagung, kacang tanah,
kedelai, dan sebagainya)
2. Pengujian langsung indikasi tidak langsung, contohnya pengujian laju respirasi

3. Pengujian tidak langsung indikasi langsung contohnya pengujian daya berkecambah


atau vigor kekuatan tumbuh benih berukuran kecil.

4. Pengujian tidak langsung indikasi tidak langsung contohnya pengujian laju respirasi
benih berukuran kecil.

     Pengujian benih untuk keperluan sertifikasi benih terdiri dari dua macam yaitu
pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian rutin terdiri dari : penetapan kadar air benih,
pengujian kemurnian benih, pengujian daya berkecambah (daya tumbuh benih), penetapan
campuran varietas lain (CVL). Setiap sampel benih yang akan mendapatkan sertifikat harus
diuji dengan empat macam pengujian tersebut. Selain pengujian rutin, bila pemilik sampel
benih menginginkan bisa dilakukan permintaan khusus. Pengujian khusus misalnya : uji cepat
viabilitas (uji biokimiawi atau uji TTZ), uji bobot 1000 butir, uji kesehatan benih atau uji
vigor. Uji khusus dilakukan berdasarkan permintaan.
     Penetapan kadar air benih terutama dilakukan untuk benih ortodoks. Semakin rendah
kadar air benih semakin lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya. Metode penetapan
kadar air benih ada dua : metode oven  (secara langsung air dalam jaringan benih dikeluarkan
dalam bentuk uap) dan metode cepat, air tetap dalam jaringan benih, secara tidak langsung
besarnya hantaran listrik yang terbaca pada moisture tester menunjukkan kandungan air
dalam benih. Metode oven menggunakan dua macam suhu yaitu suhu rendah konstan (105
lebihkurang 2)derajat C selama 17 jam dan suhu tinggi konstan (130-133) derajat C, lamanya
tergantung komoditas.

13
     Menurut ISTA (2004) penetapan kadar air benih dengan suhu rendah konstan antara lain
untuk benih kedele, kacang tanah, cabe, terong, wijen dan lobak. Sedangkan penetapan kadar
air dengan suhu tinggi konstan antara lain untuk benih-benih semangka, mentimun, tomat,
padi, jagung, sorgum, kacang panjang, gandum dan lainnya.
     Pengujian atau analisis kemurnian benih, bertujuan untuk memisahkan komponen
benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih berdasarkan persentase berat komponen.
Peralatan yang digunakan adalah meja kemurnian, alat pembagi tepat, pinset, spatula, kaca
pembesar, loup, timbangan, koleksi benih sebagai bahan acuan untuk menentukan CVL.
 Penetapan kadar air benih terutama dilakukan untuk benih ortodoks. Semakin rendah kadar
air benih semakin lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya. Metode penetapan kadar
air benih ada dua : metode oven  (secara langsung air dalam jaringan benih dikeluarkan
dalam bentuk uap) dan metode cepat, air tetap dalam jaringan benih, secara tidak langsung
besarnya hantaran listrik yang terbaca pada moisture tester menunjukkan kandungan air
dalam benih. Metode oven menggunakan dua macam suhu yaitu suhu rendah konstan (105
lebihkurang 2)derajat C selama 17 jam dan suhu tinggi konstan (130-133) derajat C, lamanya
tergantung komoditas.
     Menurut ISTA (2004) penetapan kadar air benih dengan suhu rendah konstan antara lain
untuk benih kedele, kacang tanah, cabe, terong, wijen dan lobak. Sedangkan penetapan kadar
air dengan suhu tinggi konstan antara lain untuk benih-benih semangka, mentimun, tomat,
padi, jagung, sorgum, kacang panjang, gandum dan lainnya.
     Pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh benih bertujuan untuk menduga
potensi tumbuh benih dilapang. Alat yang digunakan geminator (alat pengecambah benih),
alat pengepres media kertas, cawan petri atau boks plastik. Media yang digunakan : media
keras dan pasir.
Pengujian perkecambahan dilaboratorium, adalah untuk mengamati kemampuan
struktur esensial pada benih tumbuh berkembang secara normal pada kondisi yang terkontrol.
Sehingga daya berkecambah dijabarkan dalam persentase benih yang tumbuh menjadi
kecambah normal. Komponen lain yang teramati adalah: kecambah abnormal, benih-benih
yang tidak berkecambah (banih mati, benih keras dan benih segar tidak tumbuh).
     Pengujian khusus yang biasa dilakukan ialah pengujian kesehatan benih dan uji vigor. Uji
vigor yang direkomendasikan oleh ISTA yaitu uji daya hantar listrik. Benih dengan vigor
tinggi integritas membran selnya masih tinggi sehingga kebocoran metabolit yang keluar sel
rendah, sedikit metabolit dalam air rendaman benih menghantarkan arus listrik yang kecil.
14
     Benih dengan vigor rendah, integritas membran selnya rendah sehingga metabolit dalam
sel dalam jumlah besar bocor keluar dari dalam benih sehingga air rendaman benih
menghantarkan arus yang besar. Semakin besar nilai daya hantar listrik, semakin rendah
vigor benih.

15
BAB III

DORMANSI

Pengertian
Pengertian dormansi menurut Tim Dosen Fistum Biologi Unhas, dormansi
merupakan suatu pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh
lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali
jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal

Elis berpendapat bahwa dormansi benih berhubungan dengan usaha untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik
dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.

Suwarsono berpendapat bahwa dormansi ialah suatu mekanisme untuk


mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat rendah (membeku) pada musim  dingin, atau
kekeringan di musim panas yang merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup
tumbuhan tersebut. Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau
mendobrak dan  apabila kondisi sudah memungkinkan untuk memulai pertumbuhan
(Suwasono, 1994).

Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk. Banyak biji dorman untuk suatu periode
waktu setelahnya keluar dari buah. Pohon melepaskan daun-daunnya untuk menghindari
bahaya pada waktu udara menjadi dingin dan kering serta tanah membeku. Banyak tumbuhan
basah, bagian atasnya mati selama periode musim dingin atau kekeringan, sedangkan bagian
yang ada di bawah seperti bulbus, kormus, atau umbi tetap hidup, tetapi dalam keadaan
dorman.

Contoh paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang keras yang
menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras itu lazim terdapat pada

16
anggota famili Fabaceae (Leguminosae), walaupun tidak terdapat pada buncis atau kapri,
yang menunjukkan bahwa dormansi tidak umum pada spesies yang dibudidayakan.

Pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena
jalan masuk dihalangi oleh sumpal seperti gabus (sumpal strofiolar) pada lubang kecil (lekah
strofiolar) di kulit biji. Bila biji digoncang-goncang, kadang sumpal itu lepas sehingga dapat
berlangsung perkecambahan. Perlakuan itu dinamakan goncangan, dan telah diterapkan pada
biji Melilotus alba (semanggi manis), Trigonella arabica, dan Crotallaria egyptica, Albizzia
lophantha merupakan tumbuhan kacangan berukuran kecil di Australia Barat bagian barat
daya (Dell, 1980).

a. Klasifikasi Dormansi Biji


Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk
dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi
digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor
penyebab, mekanisme dan bentuknya.

Berdasarkan faktor penyebab dormansi


 Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan Imposed dormancy (quiscence) adalah
terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan, contoh biji tanaman pohon yang terjatuh pada daerah kering, untuk
sementara terjadi dormansi agar saat nanti hujan atau terdapat air maka biji siap untuk
tumbuh menjadi pohon

 Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di
dalam organ-organ biji itu sendiri imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang
disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. Keadaan
ini dapat berupa cacat pada biji atau terlalu tebalnya kulit biji sehingga air
membutuhkan waktu lama untuk menembusnya
17
b. Cara Mematahkan Dormansi pada biji

Sebagian besar biji berkecambah jika hanya hanya dilapisan tebal abu, setelah terjadi
kebakaran padang; kurang dari 5 persen yang dapat berkecambah tanpa panas. Ternyata,
masuknya air ke dalam biji dihalangi oleh sumpal strofiolar sampai sumpal itu terpental
keluar bila biji itu kena panas. Jadi penyebaran tumbuhan ini terhambat bila tidak ada
kebakaran dan dengan adanya sumpal strofiolar (Sallisbury, 1995).

Pemecahan kulit biji dinamakan skarifikasi atau penggoresan. Untuk itu digunakan
pisau, kikir dan kertas amplas. Di alam, goresan tersebut mungikin terjadi akibat kerja
mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada
suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas.

Di laboratorium dan bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut
lemak lain (yang menghilangkan badan berlilin yang kadang menghalangi masuknya air) atau
asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dari berbagai tanaman kacangan
tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama
beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu
(Sallisbury, 1995).

Skarifikasi secara ekologi sangat penting. Waktu yang diperlukan untuk menuntaskan
skarifikasi secara alami dapat mencegah terjadinya perkecambahn dini pada musim gugur
atau selama periode panas yang tidak lazim pada musim dingin. Skarifikasi dalam alat
pecernaaan burung atau hewan lain menyebabkan perkecambahan biji setelah biji tersebar
lebih luas.

Biji yang tercuci selama terbawa aliran air di gurun tidak hanya di gurun tidak hanya
mengalami skarifikasi, tetapi sering berakhir ditempat yang banyak mengandung air. Dean
Vest (19720 memperlihatkan hubungan simbiosis dan mutualisme antara fungi dan biji
Atriplez confertifolia yang tumbuh di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga
perkecambahan dapat berlangsung. Pertumbuhan fungi terjadi hanya bila kondisi suhu dan
kelembapan sesuai baginya selama awal musim semi, yaitu waktu yang paling tepat bagi
kecambah untuk dapat bertahan hidup (Sallisbury, 1995).

18
Senyawa Penyebab Dormansi

Apakah yang menyebabkan biji pada buah tomat yang masak tidak berkecambah dalam
buah? Padahal, suhunya biasanya sangat sesuai dan kelembaban serta oksigennya pun cukup.
Bila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan, dan ditanam, biji itu segera berkecambah; ini
menunjukkan bahwa biji itu segera berkecambah jika diambil langsung dan dibiarkan
mengambang di atas permukaan air.Di dalam buah, potensial osmotik buah terlalu negatif
untuk perkecambahan (Bewley dan Black, 1984).

Zat penghambat khusus mungkin juga ada, persis seperti ABA dalam endosperma
yang sedang berkembang dari biji afalfa, yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan
embrio. Buah lain menyaring panjang gelombang yang diperlukan untuk untuk
perkecambahan (Sallisbury, 1995).

Senyawa penghambat kimia sering juga terdapat dalam biji, dan sering penghambat
ini harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum perkecambahan dapat berlangsung. Di alam, bila
terdapat cukup curah hujan yang dapat mencuci penghambat dari biji, tanah akan cucup basah
bagi kecambah baru untuk bertahan hidup (Went, 1957). Hal ini khususnya penting di gurun,
karena kelembapan lebih menentukan daripada faktor lain seperti suhu.

Vest (1972) mendapatkan bahwa biji Atriplex mengandung cukup banyak natrium
klorida untuk menghambat perkecambahan biji secara osmotik. biasanya senyawa
penghambat lebih rumit daripada garam dapur (Eveneri, 1957; Ketring, 1973), dan
penghambat mewakili berbagai macam kelompok senyawa organik. Beberapa di antaranya
adalah kompleks pelepas-sianida (khususnya biji Rosaceae), sedangkan lainnya adalah
senyawa pelepas-amonia. Minyak sawi umum terdapat pada Brassiaceae (Crufirae).

Bahan organik penting lainnya meliputi asam organik, lakton tak jenuh (khususnya
kumarin, asam parasorbat, dan protoanemonin), aldehid, minyak esensial, alkaloid, dan
senyawa fenol. ABA sering terdapat pada biji dorman, tapi kebanyakan sudah hilang jauh
sebelum dormansi berakhir (Bewley dan Black), 1984; Walton, 1997. Jadi ABA mungkin
merupakan penghambat kuat bagi perkembahan bila senyawa tersebut ada, tapi pastilah
masih banyak penghambat lain yang menyebabkan dormansi biji (Sallisbury, 1995).

a. Mekanisme dormansi di dalam biji


19
Mekanisme fisik :Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan
oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
 mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
 fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
 kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

Mekanisme fisiologis :Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan


dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
a. Photodormancy : proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
b. immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang
c. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Bentuk dormansi
Keluar masuknya 02 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi
karena hambatan keluar masuknya 02 melalui kulit biji ini dapat- dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
 Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnomon (melinjo)
 Embrio belum terdiferensiasi
 Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk
mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur
rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam
penyimpanan kering Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan
dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.

Ada beberapa penyebab terjadinya dormansi pada biji tanaman. Penyebab-penyebab


tersebut seperti dijelaskan sebagai berikut:
 1.  Embrio yang belum berkembang
Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum berkembang pada saat penyebaran
tidak akan dapat berkecambah pada kondisi perkecambahan normal dan  karenanya 
tergolong  kategori  dorman  yang  disebut  dengan  dormansi morfologis.  Ini  perlu 
20
dibedakan  dari  embrio  yang  belum  masak  karena pengunduhan yang terlalu awal
walaupun perbedaannya tidak selalu jelas dan metode perlakuan awalnya serupa, contoh pada
benih Arecaceae (palm) Ginko biloba. Agar  terjadi  perkecambahan,  embrio  harus  tumbuh 
maksimal,  ini dimungkinkan oleh perlakuan lembab dan panas yang disebut after ripening.
Dormansi yang disebabkan oleh embrio yang belum masak seringkali bercampur dengan tipe
dormansi lainnya, misalnya dormansi suhu pada Fraxinus spp.
2.  Dormansi mekanis
Dormansi ini menunjukkan kondisi di mana pertumbuhan embrio secara fisik dihalangi
karena struktur penutup yang keras. Imbibisi dapat terjadi namun radikula tidak dapat
membelah atau menembus penutupnya (buah atau bagian buah). Hampir semua benih
dormansi mekanis   mengalami keterbatasan dalam penyerapan air.
Dormansi mekanis umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis dan subtropis  seperti: 
Pterocarpus (P.  indicus,  P.  Angolensis, dll),  Terminalia (T. brownie, T. tomentosa, T.
superba) dan Melia  (Melia volkensis), Eucalyptus delegatensis dan E. pauciflora.
3. Dormansi fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau kulit
penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut
sebagai benih keras, meskipun istilah ini biasanya digunakan untuk benih Leguminosae yang
kedap air.Selain itu dormansi ini juga ditemui pada beberapa anggota famili Myrtaceae
(Eucalyptus dan Malaleuca), Cupressaceae (Juniperus procera) dan Pinaceae (Pinus spp).
Dormansi ini disebabkan pericarp atau bagian pericarpnya. Dormansi ini paling umum
ditemukan di daerah tropis khususnya daerah arid.
4.Zat-zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang 
mencegah  perkecambahan,  misalnya  dengan  menghalangi  proses metabolisme yang
diperlukan untuk perkecambahan. Gula dan zat lain dalam buah berdaging mencegah
perkecambahan karena tekanan osmose yang menghalangi penyerapan. Selain gula banyak
buah yang mengandung senyawa penghambat seperti  coumarin
5.  Dormansi cahaya
Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya berkecambah pada kondisi terang
sehingga benih tersebut disebut peka cahaya. Dormansi cahaya umumnya ditemui pada
pohon-pohon pionir.

21
6.  Dormansi suhu
Dormansi ini mencakup semua tipe dormansi di mana suhu berperan dalam
perkembangan atau pelepasan dormansi. Benih dengan dormansi suhu sering memerlukan 
suhu  yang  berbeda  dengan  yang  diperlukan  untuk  proses perkecambahan. Dormansi ini
ditemui pada kebanyakan jenis beriklim sedang, seperti Fagus, Quercus, Pinus, Abies, dan
beberapa jenis tropis dataran tinggi seperti Pinus dan Eucalyptus. Benih ini memerlukan
perlakuan dingin dan lembab untuk mematahkan dormansi yang disebut chilling. Eucalyptus
dataran tinggi (alpin)  seperti  E.  delegatensis, E. pauciflora dan E. glaucescens memerlukan
perlakuan pendahuluan lembab dingin untuk mengatasi dormansi.
7.  Dormansi gabungan
Bila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus
dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe dormansi yang berbeda atau
melalui metode dengan pengaruh ganda. Ini biasa diterapkan pada kombinasi dormansi fisik
dan mekanis. Bila dua tipe dormansi terjadi bersama,  beberapa  metode  yang  bertujuan 
mematahkan  dormansi  fisik  juga dijalankan pada dormansi mekanis.

22
BAB IV

PERLAKUAN BENIH

Berdasarkan sifat dan masalahnya perlakuan benih dapat dibedakan menjadi :

DISINFEKTASI BENIH: apabila perlakuan diberikan dengan tujuan untuk mengeradikasi


patogen yang telah menginfeksi benih, dimana patogennya berada dalam kulit biji atau
jaringan –jaringan yang lebih dalam. Contoh:

 Perlakuan benih dengan air panas.


 Perendaman benih dalam 0,8 % acetid acid selama 24 jam.
 Organisme penyebab bakterial kanker dapat dieradikasi dari benih tomat dengan cara
membiarkan benih bersama daging buahnya mengalami fermentasi selama 96 jam pada
20 0C. patogen akan mati disebabkan meningkatnya kandungan asam dalam daging
buah.
1. Disinfestasi benih yang ditujukan terhadap organisme yang terdapat
dipermukaan benih. Bahan kimia yang digunakan antara lain: ceresa MDB
panogen 15 ceresan L dan chipcote.

2. Proteksi benih didasarkan pada prinsip untuk melindungi benih dan kecambah
tanaman dengan suatu fungisida yang akan mencegah infeksi dan kerusakan
yang disebabkan oleh patogen terutama organisme tanah. Contohnya: captan,
thiram, dichlone.

Beberapa sejumlah organik yang diberikan pada benih tanaman berbiji kecil sebagai
disinfestasi juga bertindak sebagai protektan. Misalnya senyawa heksaclorobenzena yang
diberikan pada benih gandum bertindak sebagai disinfestan dan protektan terhadap serangan
semut teliospore dalam tanah. Cara pemberantasan yang efektif untuk penyakit yang terbawa
oleh benih ialah dengan mengetahui terlebih dahulu kehadiran patogen pada benih sebelum
benih ditanam yaitu dengan pengujian benih. Tindakan selanjutnya adalah mencegah
dilakukannya penanaman atau mengadakan perlakuan benih terlebih dahulu sebelum tanam.

Tujuan dari perlakuan benih yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencegah
dan membasmi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh patogen yang terbawa benih baik
didalam, dipermukaan maupun bersama benih. Dengan perlakuan benih maka inokulum yang
23
terdapat pada benih dapat dibasmi secara langsung atau pada waktu setelah benih
berkecambah. Selain itu perlakuan benih juga dapat melindungi benih dari serangan patogen
yang berada dalam tanah hal ini dikarenakan benih dan kecambah tanaman pada awal
pertumbuhannya sangat peka terhadap serangan patogen tanah.

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit


tanaman dikenal dengan istilah pestisida yang berasal dari kata “caido“ yang berarti
membunuh. Menurut penggunaanya pestisida dibedakan menjadi insektisida, rodentisida,
bakterisida dan lainnya. Sedangkan untuk cendawan disebut fungisida, secara ideal fungisida
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Fungisida harus efektif pada konsentrasi yang tidak membahayakan benih atau
tanaman yang diperlakukan
2. Tidak beracun bagi manusia ataupun hewan.
3. Cukup stabil dan lekat agar tetap efektif dalam waktu lama
4. Tidak memiliki efek samping yang dapat merugikan keseimbangan biologis
5. Tidak menimbulkan resistensi pada patogen.
6. Harganya cukup murah ditinjau dari segi ekonomis.
Berdasarkan Komposisinya fungisida dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Senyawa tembaga (Cu)


2. Senyawa belerang
3. Senyawa air raksa (Hg)
4. Senyawa quinon
5. Senyawa benzene
6. Senyawa heterosiklis
7. Senyawa fosfor organik
8. Zat-zat anti biotika
Untuk Perlakuan Benih fungisida dapat digunakan secara:

1. Kering (dry methode): fungisida berbentuk tepung (dust).


2. Basah (wet methode): fungisida digunakan dalam bentuk cairan atau larutan
(liquid).
1. Slurry Methode: fungisida digunakan sebagai suspensi dan dicampur dengan benih
didalam suatu alat yang disebut slurry treader, benih tak perlu dikeringkan.
24
2. Quick wet methode: fungisida digunakan ialah yang mudah menguap dalam konsentrasi
pekat yang dicampurkan secara merata.

PERLAKUAN BENIH UNTUK TUJUAN MEMECAHKAN DORMANSI

Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama
yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah
bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :

1. Perlakuan mekanis

Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti


mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau,
memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki
sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang
keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.

2. Perlakuan kimia.

Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air
pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan
konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air
dengan mudah.

a. Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20
menit sebelum tanam.

b. Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.

c. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 – 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan
hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).

25
3. Perlakuan perendaman dengan air

Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air
oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 – 70
0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel,
direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar
untuk dikecambahkan.

4. Perlakuan dengan suhu.

• Stratifikasi Yaitu cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah
pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam
benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda
untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Benih apel yang diberi
perlakuan stratifikasi pada 4 0C selama lebih dari 2 bulan persentase perkecambahannya
meningkat.
5. Perlakuan dengan cahaya

Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju


perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima
tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Menurut Flint dan McAlister menemukan
bahwa cahaya merah lebih efektif dalam memecahkan doemansi pada benih selada vatietas
Arlington fancy. Sedangkan cahaya biru terutama cahaya infra merah sangat menghambat
perkecambahan.

PERLAKUAN BENIH UNTUK MENCEGAH DORMANSI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya benih untuk berkecambah,


diantaranya adalah :
b. Benih terinfeksi pathogen
c. Benih mengalami dormansi
Untuk mengatasi terhambatnya benih berkecambah maka sebelum benih dikecambahkan
perlu diberi perlakuan terlebih dahulu.
Tujuan dari perlakuan benih antara lain :
a. Untuk mempercepat terjadinya proses perkecambahan
26
b. Untuk mematahkan dormansi benih
c. Untuk mencegah adanya patogen yang terbawa benih
BEBERAPA CARA YANG BISA DILAKUKAN UNTUK MEMPERCEPAT
TERJADINYA PERKECAMBAHAN ANTARA LAIN :
a. Perlakuan mekanis
Umumnya perlakuan mekanis dipergunakan untuk memecahkan benih yang
mempunyai kulit benih bersifat impermiabel terhadap air dan oksigen serta kulit benih yang
terlalu keras menyebabkan resistensi mekanis. Adapun cara yang dapat dilakukan dengan
perlakuan mekanis antara lain ; mengikir, menggosok kulit benih dengan ampelas, melubangi
kulit benih dengan pisau dan menggoncang benih.Contoh : perlakuan benih kemiri yang
memiliki kulit tebal dan keras, yang bersifat impermeable terhadap air dan udara. Sebelum
dikecambahkan perlu digosok dengan kertas amplas pada bagian kulitnya.
b. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud dari
perlakuan kimia ini adalah :Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga
mudah dilalui air pada waktu penyerapan.Untuk mencegah atau memberantas patogen yang
terbentuk oleh benih.
 Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan
kimia dengan konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang
dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan
dengan cara memberikan pestisida tertentu kepada benih, baik sebelum benih dikemas
untuk disimpan maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini tergantung
pada karakter dari benih.
 Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini antara lain asam
sulfat, asam nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit potassium nitrat, urea,
hormon tumbuh dan pestisida.Contoh : Benih sweet potato direndam dalam larutan
asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum ditanam
 Benih jagung sebelum disimpan diberi fungisida ridomil dengan konsentrasi 100 gram
benih/1 gram fungisida.

c. Perlakuan fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan memberi tindakan
yang bersifat fisis.
27
Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :
ü  Perendaman dengan air panas
Benih dimasukkan ke dalam air panas dan dibiarkan sampai menjadi dingin selama beberapa
waktu tertentu, agar kulit menjadi lunak sehingga mudah dilalui air dan udara.
Contoh : benih sengon (albasia) direndam pada air mendidih selama 10-15 menit, kemudian
diangkat dan dikecambahkan.
ü  Perlakuan temperatur tertentu
Benih disimpan pada temperatur tertentu sebelum disemai pada temperatur yang cocok untuk
perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan bahan
penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan yang dapat
merangsang pertumbuhannya.Contoh : benih selada akan berkecambah apabila disimpan
pada suhu rendah, dan akan dorman pada suhu 30oc-35o c.
CONTOH PERLAKUAN BENIH PADI
Perlakuan benih sebelum penanaman (Pada Benih Padi )
Penyotiran dengan larutan garam
 Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang
akan disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan
menggunakan telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air.
Masukkan garam sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian
garam dihentikan ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan
bahwa kandungan garam telah cukup sebagai penguji benih.
 Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih
tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat
benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung.
 Benih yang masih terapung.Benih yang masih terapung merupakan benih
hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak layak untuk dijadikan bibit. Walaupun
benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan tumbuh menjadi bibit yang tidak
sempurna.
 Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut
kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci
dengan baik.
1. Memeram benih sebelum disemai.

28
 Benih yang akan disemai sebaiknya dibantu pertumbuhannya dengan cara diperam.
 Benih direndam dalam air bersih selama kurang lebih 1 jam, kemudian ditiriskan
dalam ayakan atau saringan sampai tidak ada air yang menetes.
 Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni atau karung
terigu (atau kain katun) dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindung.
 Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan
bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian.
 Benih yang telah diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan lebih baik
dibanding dengan benih yang tidak diperam, sehingga dalam persemaian akan tumbuh
lebih kuat dan sehat.
2, Perlakuan benih setelah pasca panen

Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau
mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih. Benih dapat diperlakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan sinar ultraviolet : infra merah,
panas dengan penggunaan zat-zat kimia.

29
30

Anda mungkin juga menyukai