Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT SAINS

A. PENGERTIAN SAINS

Sains adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui


metode tertentu.

B. SIFAT DAN FUNGSI SAINS


1. Sains membantu berpikir dalam pola sistematis
2. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain
antar gejala alam
3. Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan
terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari
4. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi
kepentingan manusia
5. Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya
mengenai alam

C. SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN ALAM


1. Alam sebagai paradigma yang perlu digali
a) Alam Makro : Menyangkut alam luas dari bumi dan bahkan
galaksi kita yang dipelajari dalam ilmu astronomi. Contoh : alam
luas, bumi, gunung, laut, tanah, air, batuan, tampak dimata kita
topic kajian dalam geografi.
b) Alam Semi Makro : Alam yang diamati manusia sehari – hari
mencakup alam binatang dan tumbuhan. Makhluk hidup yang
banyak dikaji ilmu biology. Yang tidak termasuk makhluk hidup
dalam ilmu fisika, cahaya energy, kilat, listrik, panas.
c) Alam Mikro : Dikaji dalam ilmu fisika dan kimia. Contoh :
Kristal air diujung batang ilalang.
d) Perhitungan Teoritis : adalah logika yang paling ampuh untuk
memberikan penjelasan masuk akal.
2. Manusia sebagai pengamat yang berpikir

-Manusia sebagai sumber pengetahuan


Manusia sebagai sumber pengetahuan yang merupakan subjek paling
aktif dan bergerak dalam mencari pengetahuan. Manusia secara
otomatis mengembangkan pengetahuannya membentuk dua jalan :
a) Kemungkinan Pertama : bersatunya manusia dengan apa yang
diketahuinya.
b) Kemungkinan Kedua: Manusia menjadi pengamat (observer)
bagi alam dan ilmu pengetahuan alam menjadi ilmu objektif
karena alam adalah objek pengamatan dan analisis dari subjek
manusia

-Pernyataan sebagai Dasar Penelahaan Ilmiah

Sikap skeptic membuat manusia juga mengambil sikap lebih kritis


lagi. adapun Pernyataan Gorgias :

a) Dunia itu ada dan kita dapat mengetahui bahwa dunia benar-benar
ada
b) Dunia dapat diketahui melalui pancaidera dan asbtraksi manusia
yang berpikir
c) Gejala-gejala yang ada di dunia dan alam mempunyai hubungan
kausal satu sama lain

3. Interaksi antara Manusia dan Alam


Mekanisme Alam untuk menanggapi perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai reaksi dari aksi manusia tersebut

4. Sarana Berpikir Ilmiah Manusia


1. Bahasa ilmiah adalah sarana ilmiah untuk penyampaian informasi
ilmiah dan seluruh proses ilmiah
Bahasa adalah kumpulan terminology yang bisa dimengerti oleh
pihak yang diajak berkomunikasi dan menerima pernyataan serta
ekspresi kita.
Fungsi pokok bahasa :
(a) Fungsi ekspresi
(b) Fungsi emosi
(c) Fungsi afeksi/praktis
(d) Fungsi simbolis atau logis
Bahasa sains berupa kata dan istilah yang berlaku di
lingkungannya sendiri, maupun berupa symbol, rumus, gambar,
grafik, serta kode dan bahasa program yang mungkin tidak
dimengerti oleh orang lain yang tidak berminat di topic tersebut.
Perbedaan bahasa alami dan bahasa ilmiah bahasa ilmiah
cenderung tidak spontan bersifat diskursif (logis, punya makna
luas) sedang bahasa alami bersifat intuitif.

2. Logika : berguna untuk menentukan kea rah mana proses ilmiah


akan maju sesuai kaidah alam yang sudah diketahui sebelumnya.
a) Logika dan Penalaran
Logika : sarana sangat penting dalam pendekatan ilmiah.

Bahasa dalam logika : bahasa yang murni dibuat manusia yang


dibuat sebagai sarana ekspresi abstraksi manusia yang logis dan
bebas dari aspek-aspek tidak tentu seperti emosi dan afeksi.
Dalam sains dituntut untuk berpikir apakah suatu teori masuk
akal, atau suatu pengamatan lain daripada yang lain bisa
diterima sebagai kenyataan dan bukan sebagai kesalahan. Dua
macam logika :
i. Logika formal
ii. Logika material

b) Penalaran dan Pemikiran


Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Pemikiran
memerlukan :
i. Pengertian atau konsep : terbentuk dari pancaindera
yang mengamati, yang masih berupa sesuatu yang
abstrak. Terkadang diganti dengan lambang
atau bahasa.
ii. Proposisi atau pernyataan : untuk merangkai
pengertian- pengertian karena pengertian tidak
dapat berdiri sendiri. Contohnya, “Seorang anak
berjalan” mengandung predikat “berjalan”
yang menerangkan subjek. Yaitu seorang anak.
Ada proposisi yang berbentuk positif dan negative,
dan proposisi bisa mengandung benar dan salah.
c) Sistem Logika
i. Logika kelas (class logic) adalah proposisi
kategorik, yang terdiri dari subjek dan predikat yang
dibanding-bandingkan dengan kelas subjek dan
kelas predikat yang lain.
ii. Logika proporsional adalah konklusi bukanlah
kelas-kelas melainkan silogisme (bentuk formal dari
deduksi) kategorik atau kondisional.

Ada dua macam sarana logika dalam ilmu alam yaitu :

i. Logika matematika yang sangat murni dan terpusat


pada objek dan berhubungan dengan penalaran
deduksi.
ii. Logika statistika yang menjadi dasar penalaran
induksi

Ada dua macam logika berdasarkan penarikan kesimpulan :

i. Logika deduksi (simbolik atau formal) lebih


menyelidiki syarat – syarat mengambil kesimpulan
yang diturunkan dari pernyataan awalnya atau
premisnya.
ii. Logika induksi (material atau logika tradisional)
menyelidiki cara menarik kesimpulan umum.

D. PERKEMBANGAN SAINS
Permulaan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri sampai pada
permulaan manusia. Usaha mula-mula dibidang keilmuan yang tercatat
dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, dimana banjir
Sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya
sistem almanak, geometri dan kegiatan penelitian. Keberhasilan ini
kemudian diikuti oleh bangsa Babylon dan Hindu yang memberikan
sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan
bangsa Mesir.

Setelah ini muncul bangsa Yunani yang menitik beratkan pada


pengorganisasian ilmu pengetahuan dimana mereka bukan saja
menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan astronomi, kedokteran,
dan sistem klasifikasi Arisoteles, namun juga silogisme, yang menjadi
dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman – pengalaman manusia.

Pendekatan silogistik adalah satu-satunya metode yang efektif


dalam cara berfikir secara sistematis dalam zaman Yunani dan Romawi
sampai pada masa Galileo dan Renaissance. Cara berfikir pada Abad
Pertengahan berdasarkan silogisme ini mencapai puncaknya yang ekstrem,
di mana tanpa memeperhatikan peringatan Aristoteles,manusia berpikir
seakan-akan seperti suatu gimnastik mental tanpa hubungan sama sekali
dengan pengamatan dan pengalaman alam nyata. Sebagai contoh :
bagaimana mereka memecahkan masalah mengenai berapa jumlah gigi
seekor kuda. Masalah ini bukan didekati dengan mengamati dan
menghitung gigi kuda namun dipecahkan secara logika. Hal ini tentu saja
merupakan kesalahan dan nahkan Aristoteles juga melakukan hal yang
sama.

I. PERKEMBANGAN DAN PERIODISASI SEJARAH ILMU


PENGETAHUAN SECARA UMUM DARI MASA KE MASA

1. ZAMAN PURBA

Sebelum zaman ini muncul, sudah didahului oleh zaman batu


yang mempunyai ciri pengetahuan know-how , yang diperoleh
berdasarkan :

a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan membeda-bedakan
c. Kemampuan memilih dan
d. Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja, yang
dilandasi pada proses trial anderror

Zaman purba ini mencakup zaman batu yang meliputi masa


antara empat juta tahun sebelum Masehi sampai kira-kira
20.000/10.000 tahun sebelun Masehi; dan masa setelah itu
hingga kira-kira tahun 600 sebelum Masehi. Pada zaman batu
ditemukan bahan-bahan :
a. Alat-alat dari batu dan tulang
b. Tulang belulang hewan
c. Gambar dalam gua-gua
d. Tempat-tempat penguburan
e. Tulang-belulang manusia purba

Disamping itu manusia purba juga mewariskan cara bercocok


tanam, dan beternak yang sebenarnya juga tidak terdapat
dalam alam bebas.
Masa 15.000 hingga 600 sebelum Masehi merupakan masa
lanjutan dari masa batu. Warisan pengetahuan zaman batu
bersifat material, suatu warisan yang bisu, yang tidak dapat
berbicara. Sebaliknya, oleh karena kebudayaan setelah tahun
15.000 sebelum Masehi didasarkan atas tulisan zamannya
sendiri, maka peninggalannya “berbicara” tentang zamannya
sendiri. Berdasarkan bukti-bukti yang dapat bercerita sendiri,
zaman ini disebut masa sejarah.

Berdasarkan proses tersebut lambat laun terjelma kemantapan


dalam melakukan pekerjaan, yang memberikan hasil-hasil
berikut :

a. Pembuatan alat-alat batu dari yang empuk sampai batu


yang keras, hingga menyempurnakan alat-alat tersebut.
b. Pemakaian api, selain digunakan untuk memasak juga
digunakan untuk membuat periuk, barang belah lainnya,
serta bahan perunggu dan besi.
c. Kemampuan membuat alat-alat, menggambar di gua-gua,
merupakan “penimbunan pengetahuan dan pengalaman”.
Walaupun tidak mengenal dasar asal atau makna mulanya
semua itu. Kemampuan ini dinamakan kemampun know-
how.

Zaman batu dilanjutkan masa 15.000 hingga 600 SM. Manusia


pada zaman ini menerima dan meneruskan warisan manusia zaman
batu, baik dalam lapangan pertanian dan peternakan maupun dalam
pembuatan alat-alat. Dalam hal pembuaan alat-alat terjadi
kemajuan besar dalam pengolahan logam, perunggu dan besi
sehingga batu tidak lagi dipergunakan.

Kemajuan yang bersifat khusus adalah penemuan kemampuan


menulis dan berhitung. Kedua jenis kemampuan tersebut
berkembang sedikit demi sedikit dan berlandaskan pada “daya
abstraksi”, khususnya dalam kemampuan menemukan soal yang
sama di antara soal-soal yang berbeda-beda. Berdasarkan
pencatatan sistematis dan pengumpulan data, timbul pula
penemuan-penemuan baru, misalnya :

1. Peta perbintangan dengan konstelasi-konstelasi, yang kelak


menjadi zodiac, yang sampai sekarang masih dipakai.
2. Penemuan siklus yang terdiri dari siklus mingguan, siklus
bulan dan siklus matahari (yaitu 365 sampai 366 kali terbit-
tenggelamnya matahari),dengan demikian tersusunlah
“kalender” tahun surya, dan tahun bulan.

Pada zaman ini juga telah ada kemampuan mengukur dan


menghitung yang kemudian berkembang dan menjelma menjadi
arithmatics dan geometry, yang mengandung pokok-pokok sebagai
berikut :
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan mengumpulkan dan mencatat peristiwa secara
tertib dan teratur
c. Kemampuan menemukan soal sama, meskipun bahan-
bahannya berbeda-beda, berdasarkan kesamaan atau
keteraturan dan kemampuan menemukan semacam “hukum
alam”
Peristiwa-peristiwa tersebut hingga sekarang terus merupakan
bagian dari perkembangan ilmu pengetauan. Pengetahuan
sebagaimana dikemukakan di atas semuanya masih diperoleh
secara alamiah, artinya tanpa disadari dan tanpa disengaja.
Demikian pula segala peristiwa hanya diterima sebagaimana
adanya dan tanpa pengalaman lebih lanjut. Dengan kata lain,
bangsa manusia purba hanya memiliki a receptive and
empirical mentality

2. ZAMAN ROMAWI-YUNANI
Bangsa Yunani kuno memiliki suatu inquiring mind. Mereka
tidak mau menerima peristiwa-peristiwa begitu saja. Hala ini
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :

a. Mereka tidak mau menerima penampilan yang berbeda-beda


sebagaimana dialaminya sehari-hari , melainkan secara
spekulatif mencoba mencari sedalam-dalamnya dasar yang
menyusun penampilan yang berbeda-beda itu. Berdasarkan
sikap demikian maka antara lain timbul pendapat tentang atom
dan kehampaan dalam rangka pemikiran Demokratos. Dalam
lapangan ilmu pasti, Pythagoras memulai prinsip analisis,
generalisasi, dan pembuktian dalam lapangan ilmu ukur
(geometry), serta ilmu pasti murni, seperti teori bilangan, serta
pemeriksaan hubungan antara nada dan panjang dawai.

Kemudian Aristoteles menyusun logika berdasakan silogisme,


yang terdiri dari premise mayor,dan premise minor, yang
sebenarnya sudah tersirat dalam premise mayor. Logika Aristoteles
ini merupakan Class Logic dan bertahan sampai pertengahan abad
ke-19 Masehi ini. Karya lainnya ada Metafisika.

Dalam ilm alam munncul tokoh seperti Archimedes, sedang dalam


lapangan ilmu ukur dikembangkan trigonometri oleh Aristarchus,
Hipparchus dan Ptolemaios sehingga pembuatan peta bumi
menjadi lebih tepat.Hipparchus dan Ptolemaios juga
mengembangkan astronomi dengan sistem epicycle, yang menjadi
salah satu sistem yang cukup mantap untuk perhitungan sehari-
harinya, walau jika dilihat dari zaman sekarang sangat rumit dan
landasannya keliru.

Aristarchus sudah mengajukan sistem tata surya yang bersifat


heliosentris, sedang Plato menjadikan pelajaran bahasa dan
matematika secara tetap dalam akademikannya. Demikian sari
hasil pemikiran suatu inquiring mind, yang menjadi cirri khas
bangsa Yunani.

3. ABAD PERTENGAHAN

Abad Pertengahan (latin: medium aeyum, media tempestas) oleh


banyak cendekiawan disebut sebagai masa yang gelap gulita, tak
berbudaya, amat kolot, dan sebagainya. Abad ini ditandai dengan
beberapa peristiwa yang menggoncangkan Eropa,yaitu:
a. Perpindahan bangsa-bangsa sekitar tahun 400, yang
mengakibatkan kekuatan kerajaan Romawi mundur.
b. Berkembangnya Islam (± 700 dst.) yang menggoyahkan
kerajaan Romawi dan menghancurkan kebudayaan kuno,
terutama daerah Afrika Utara dan Spanyol
c. Penyerbuan-penyerbuan dari suku Viking (± 900 dst.) yang
merupakan gelombang ketiga yang mengakibatkan bangsa-
bangsa Eropa gemetar.

Peristiwa-peristiwa tersebut menyebabkan bangsa Eropa tidak


mendapatkan kesempatan melanjutkan pencapaian ilmu
pengetahuan Yunani kecuali hanya mengulang-ulang saja.

4. ZAMAN MODERN
Tidak mudah untuk menentukan saat berhentinya Abad
Pertengahan, tetapi boleh dikatakan bahwa abad tersebut paling
sedikit sudah berakhir dengan Renaissance yang meliputi abad
ke-15 dan 16. Kata “Reinassance” (Renaisans) berarti:
kelahiran kembali.

Suatu perkembangan mahapenting pada waktu ini timbulnya


ilmu pengetahuan yang dapat dikatakan langsung masuk ke
zaman baru, khususnya ilmu pengetahuan ala yang modern,
berdasarkan metode eksperimental dan matematik.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman ini berlangsung
berdasarkan tiga sumber, yaitu :
a. Karya-karya bangsa Yunani yang diterjemahkan kedalam
bahasa Arab di semenanjung Iberia; dan juga tokoh-tokoh
Islam;
b. Perang Salib antara tahun 1100 sampai 1300; dan
c. Jatuhnya Instambul dalam tangan bangsa Turki (1453) yang
menyebabkan para sarjana dan Pastor dari Instambul
mengungsi ke Italia dan Negara-negara Eropa lainnya
dengan membawa hasil karya bangsa Yunani dalam bahasa
aslinya.

II. BEBERAPA PENDAPAT MENONJOL DARI PARA ILMUWAN


YANG MENGAMATI PERKEMBANGAN SAINS DARI
ZAMAN KE ZAMAN
1. LINGKARAN WINA : VERIFIKASI TERUS-MENERUS
Lingkaran Wina (Wiener Kreis/Vienna Circle) terdiri dari para
sarjana ilmu alam yang berdiskusi dalam kurun waktu 1922-
1938 mengenai perkembangan ilmu alam terutama fisika.
Tujuan utama Lingkaran Wina adalah kesatuan ilmu alam serta
memperbaiki laju ilmu pengetahuan di jalur positivism di
Inggris yang sangat empiristis, dengan memberi masukan dari
beberapa aliran lain. Mereka lebih dikenal dengan aliran
logical positivist. Pokok-pokok pikiran kelompok ini secara
garis besar adalah bahwa pengetahuan bersumber utama pada
pengalaman walaupun dibantu dalil logika dan matematika
yang tidak didapat dari pengalaman yang membantu
mendiskripsikan dan memberi makna pengalaman tadi serta
memberi pernyataan mengenai data tadi.
Dalam konteks pemikiran Lingkaran Wina, jalan kemajuan
ilmu pengetahuan alam harus mengikuti logika ilmu (the loic of
science ) yang mendasari filsafat ilmu. Pengaruh utama yang
mewarnai lingkaran wina berasal dari Wittgenstein.
MenurutLudwig Wittgenstein penalaran logis matematis
merupakan gambaran mengenai kenyataan yang ada di alam,
makin rinci penjelasan matematisnya makin dekat kita dengan
kenyataan sesungguhnya.

2. POPPER : PRINSIP FALSIFIKASI DAN METODE ILMU


PENGETAHUAN
Dalam falsifikasi, sepenuhnya diakui bahwa pengamatan akan
dituntun oleh teori yang melatarbelakanginya. Sir Karl
Raimund Popper yang kadang disebut sebagai ahli filsafat
ilmu pengetahuan terbesar abad ini setelah Franscis Bacon
awalnya adalah matematikawan yang kemudian sangat
memperhatikan perkembangan sains.Popper merupakan
pemikir hampir semua bidang karena minatnya pada
pembahasan filsafat juga memengaruhi tulisan dia mengenai
politik dan sosiologi, dan menuangkan ide falibilisme di dalam
dunia sains ke dalam tulisannya. Karyanya yang paling terkenal
dalam bidang filsafat ilmu adalah The Logic of Scientific
Discovery yang berisi pendapat Popper mengenai “kemajuan
ilmu pengetahuan alam yang mempunyai ”logika” tersendiri,
karena tdak ada penemuan besar terjadi tiba-tiba tanpa melalui
tahapan-tahapan (evolusi) yang panjang. . Dan tahapan ini
tidak lepas dari eksperimen empiris dan juga metode induksi.”
Popper banyak mengkritik hasil diskusi dari kelompok
Lingkaran Wina, dan Popper membedakan bermakna dan tidak
bermakna (meaningful dan meaningless) dengan ilmiah dan
tidak ilmiah tergantung pada pendasaran empirisnya. Yang
tidak terbukti secara empiris belum tentu tidak bermakna,
demikian penjelasan Popper. Perhatian Popper pada
perkembangan ilmu pengetahuan mempunyai titik berat pada
metodologi, dan ini berada di luar Lingkaran Wina. Metode
paling terkenal yang lahir dari pemikiran Popper adalah
fabilisme. Falsificationism atau fabillibilism adalah prinsip
yang menyalahkan apa yang telah ada sebelumnya dan
menyebabkan keharusan dicarinya alternatife yang lebih benar
daripada yang sudah ada tersebut.

3. KUHN : REVOLUSI SAINS

Thomas Samuel Kuhn adalah pemikir sains yang sebelumnya


mendapatkan gelar doktornya dalam bidang ilmu fisika.Kuhn
dengan tegas menyarankan supaya kita semua belajar dari
sejarah, dan titik tolaknya haruslah pada sejarah. “Menurut
Kuhn perubahan mendalam dalam sejarah ilmu justru lahir dari
revolusi ilmiah, bukan berdasarkan upaya empiris yang
membuktikan salah satu teori atau sistem dan upaya falsifikasi
untuk tujuan penyempurnaannya.”

Kuhn menyatakan bahwa metode induksi serta upaya falsifikasi


dan penyempurnaan dalam sains yang berkembang tidak
memberikan bukti yang berarti dalam sejarah. Dengan
demikian apa yang sebenarnya ada di benak manusia mengenai
alam selama ini terpecah-pecah dan tidak mempunyai struktur.
Kekuatan sains ada pada sifat revolutifnya, dimana kemajuan
ilmiah ditandai dengan semua teori yang ada akan ditinggalkan
dan sepenuhnya diganti oleh teori baru yang lebih sesuai. Salah
satu unsure terpenting lainnya yang menurut Kuhn harus ada
adalah masyarakat ilmiah, baik itu di kampus, lembaga
penelitian, pusat pengemangan dan penelitian,atau dimana saja
dimana suasana ilmiah sudah ada. Gambaran Kuhn mengenai
kemajuan ilmiah dapat dilukiskan ke dalam skema terbuka
sebagai berikut : Pra-sains-sains normal- revolusi krisis-
sains normal baru- krisis baru.

Menurut Kuhn pula, ada fase-fase penjelajahan manusia akan


gejala-gejala alam yang terbagi ke dalam thap-tahap :

a. Fase praparadigma
b. Fase paradigma
c. Fase ditemukannya anomali

Menurutnya Kuhn hanya dalam paradigma, maka ilmu


pengetahuan akan berkembang dengan baik dan berwarna.
Karena dalam kerangka paradigma inilah terbentuk konsep
fundamental maupun hukum alamnya sendiri. Cara kerja ini
efektif dan dapat diyakini seolah-olah manusia telah
menemukan kebenarannya.Apabila metode yang digunakan
berbeda dari metode ilmu normal dalam paradigmanya, maka
akan terjadi revolusi ilmiah. Dalam peristiwa ini terjadi
peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama menjadi
paradigma baru.Perubahan paradigma dalam revolusi sains
dapat tercipta, namun terciptanya paradigma baru akan
menyebabkan paradigma yang sudah lama harus dievaluasi
ulang

E. METODE ILMIAH
I. PENGERTIAN METODE ILMIAH

Metodologi Ilmiah : berupa serangkaian langkah terpenting yang perlu


dilakukan untuk sampai ke tujuan, baik berupa tujuan mencari
kejelasan maupun tujuan memecahkan masalah, atau bahkan tujuan
menciptakan sesuatu seperti alam yang melakukannya.
Pola induksi ilmiah :
(1) Observasi dan eksperimen
(2) Merumuskan hipotesis
(3) Verifikasi dan pengukuhan
(4) Penarikan kesimpulan berupa hukum atau teori

Metode kasual oleh John Stuart Mill (1805-1873) :

(1) Metode persesuaian (method of agreement) : metode


persamaan.
(2) metode perbedaan (methods of differents) : metode
pembedaan menyatakan bahwa jika ada dua peristiwa
yang berkaitan dengan satu gejala tertentu tidak lain
sedangkan peristiwa yang satu itu terdapat sebuah unsur
dan pada yang lain tidak, sedangkan dengan peristiwa
yang satu itu terdapat sebuah unsur dan pada yang lain
tidak terdapat, maka unsur itulah yang merupakan sebab
gejala tersebut.
(3) Metode gabungan persuaian dan perbedaan (joint
method ofand difference)
(4) Metode ini merupakan gabungan antara metode
persesuaian dan perbedaan dan biasa disebut metode tidak
langsung atau metode persetujuan ganda.

II. KAIDAH POKOK METODE


1. Pertama, jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali
jika mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya
hindari secara hati-hati penyimpulan terlalu cepat dan prasangka;
dan jangan memasukkan apapun ke dalam pandangan kecuali apa
yang tampil amat jelas dan gamblang di dalam nalar kita, sehingga
hal tersebut tidak meragukan.
2. Kedua, pilah-pilahkan satu per satu kesulitan yang akan kita telaah
menjadi bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang
diperlukan untuk memudahkan penyelesaiannya.
3. Ketiga, pikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling
sederhana dan mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap
sampai masalah yang paling rumit, dan bahkan menata urutan
objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
4. Keempat, buatlah perincian selengkap mungkin dab perikasalah
secara menyeluruh sampai kita yakin bahwa tidak ada yang
tertinggal.
5. Kaidah-kaidah yang dikemukakan decartes ini membantu para
peneliti dan ilmuwan dalam menyadari dan merumuskan masalah,
yang merupakan langkah awal dalam mencari pengetahuan.

III. SIKLUS EMPIRIK

1. Tahap I : Observasi
Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan
termasuk mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi,
memilah-milah, menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah,
serta mengadakan evalusi awal
2. Tahap II : Induksi awal
Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh
matematika., yaitu untuk mengolah data yang diperoleh secara lebih
lanjut.
3. Tahap III : Deduksi Logis
Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi
yang akan dirumuskan hipotesis.
4. Tahap IV : Verifikasi
Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan
memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek
5. Tahap V: Klasifikasi Empirik
Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang merupakan
tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan
diterima atau ditolaknya hipotesis sebelumnya

IV. METODE ABDUKSI


Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang terdiri
dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran
ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan.
V. METODE DEDUKSI
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari
yang umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S.
Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
VI. METODE INDUKSI
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa
Indonesia hal. 444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah
tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum
VII. METODE STATISTIKA
Statistika merupakan cara berpikir yang perlu dalam memproses data
dan membantu peneliti dalam menarik kesimpulan atas dasar yang lebih
kuantitatif. Statistik membuat penelitian lebih dapat dipercaya. Statistik
memungkinkan kita menarik kesimpulan lebih seksama terutama dalam
metode induksi, terutama metode yang membutuhkan perlakuan
empiris. Dalam statistika, kesimpulan umum berlaku untuk populasi
yang diteliti melalui sampelnya. Dengan demikian, tingkat ketelitian
penelitian dapat terjaga. Dengan metode statistic, penelitian akan
menjadi lebih valid dan dapat dipercaya, karena pengamatan yang
dilakukan secara makro dapat dikuantisasi
F. ALIRAN-ALIRAN ILMIAH
1) Rasionalisme
Para rasionalis dari tokoh di Eropa seperti Descartes, WG Leibniz
(1646-1716) dan Barukh Spinoza (1632-1677). Para ahli ini
memikirkan bagaimana cara akal budi membantu memecahkan
masalah yang datang dari penganut aliran skeptisisme.
2) Empirisme
Setelah di Inggris terjadi revolusi pemikiran besar-besaran di zaman
tokoh John Locke, David Hume (1711-1776) dan Barkeley. Menurut
tokoh-tokoh empirisme, pengetahuan dan kepastian dapat ditelaah
dengan bantuan informasi atas objek dari pancaindera.

G. KEBENARAN ILMIAH
Kata benar menurut KBBI berarti kata sifat yang mempunyai arti tidak
salah dan tepat serta sesuai dengan kenyataan. kebenaran berkaitan erat
dengan kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai kebenaran itu
sendiri.
Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya
kebenaran itu dipengaruhi oleh jenis pengetahuan yang dimiliki oleh
subjek
Kedua, kebanaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik tentang cara
atau metode apa yang digunakan subjek dalam membangun
pengetahuannya itu
Ketiga, nilai kebenaran dikaitkan dengan ketergantungan terjadinya
pengetahuan itu.

I. TEORI-TEORI KEBENARAN
a. Teori korespondensi / kesesuaian
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar
b. Teori koherensi / keteguhan
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang
didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi
c. Teori kebenaran pragmatis
kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan
bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi
ilmiah, personal atau sosial
d. Teori kebenaran performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu
e. Teori kebenaran non-deskriptif
teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme
II. SIFAT-SIFAT KEBENARAN ILMIAH
Sifat-sifat dasar kebenaran ilmiah antara lain, yaitu: a) strukturnya
rasional dan logis, b) mengandung isi empiris, c) dapat diterapkan,
hasilnya berguna (pragmatis). Dalam kehidupan sehari-hari, sulit
ditemukan suasana penelitian yang memiliki struktur rasional dan
logis, karena tidak disukai dan disingkirkan. Seharusnya struktur
kebenaran ilmiah terutama harus didasarkan pada kesimpulan logis
dan rasional dari proporsi atau premis tertentu.

III. PRESISI DAN AKURASI


Presisi dalam sains menentukan keterulangan hasil yang didapat.
Jika hasil pengamatan yang jeli selalu mirip dari satu pengamatan
ke pengamatan berikutnya , dapat dikatakan pengamatan ini teliti,
terlepas dari benar atau salahnya esensi pengamatan tersebut.
Akurasi dalam sains ditentukan oleh kedekatan hasil pengamatan
atau analisis ke hasil yang sebenarnya.
IV. MASALAH KEKELIRUAN
Secara umum kekeliruan dapat diartikan sebagai menerima apa
yang senyatanya salah atau menyangkal apa yang kenyatannya
benar. Kesalahan (error) sering dihubungkan dengan presisi dan
akurasi. Kekeliruan lebih merupakan aspek kognitf dari subjek yang
mengetahui, dan kesalahan merupakan akibatnya yang berupa
tindakan atau hasil dari kekeliruan subjek tersebut.
Kekeliruan sering disebabkan oleh sikap ilmuwan. Misalnya sikap
buru-buru ilmuwan dalam tahapan penelitian berakibat tidak semua
fakta dapat terdeteksi dengan baik sehingga kesimpulan yang ditarik
bisa salah. Demikian pun halnya dengan pendapat yang sudah ada
di benak peneliti sehingga hasil yang didapat dianggap sesuai
dengan hasil yang sudah diharapkan di benak peneiti jauh sebelum
hasil tersebut benar-benar tampak.

V. MASALAH KEPASTIAN
Berbicara tentang kebenaran ilmiah yang telah dipaparkan di atas,
mungkin timbul beberapa pertanyaan. Apakah semua hasil yang
disodorkan dari hasil penelitian ilmiah adalah pasti kebenarannya?
Kebenaran macam apa yang sedang kita bicarakan atau kepastian
maca mapa yang sedang kita harapkan? Bukankah ilmu
pengetahuan alam atau sains sendiri adalah ilmu pasti. Karenanya
kebenaran ilmiah harus pula memiliki kepastian dalam taraf tertentu
yang dapat diukur.
Ada dua golongan kebenaran yang berbeda menurut sifat dan cara
memperolehnya yaitu kebenaran kaum rasionalis dan kebenaran
kaum empiris. Kaum Rasionalis biasanya dapat mempertahanan
kebenaran teori lebih lama karena sesuatu yang logis dan rasionil
sehingga tidak mudah dibantah. Hanya dengan pemikiran yang baru
kebenaran rasionil dapat diperbaiki. Kaum empiris kebenarannya
lebih moderat karena kaum empiris sadar sedalam apapun sains,
tidak dapat memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai alam
raya, baik alam statis maupun alam dinamis.
Selain dalam sains, kita bisa mengamati kemajuan teknologi yang
juga mengalami prinsip falibilisme moderat, yaitu setiap kebenaran
harus bisa disalahkan untuk tujuan penyempurnaan. Dari contoh ini,
kiranya jelas bahwa sifat kepastian dalam sains adalah dapat
diperbaiki.

H. PENGGUNAAN STATISTIKA

Kata “statistik” sendiri mengandung arti kumpulan data numeric yang


dianalisis. Analisis data ini menghasilkan beberapa informasi baru yang
bisa menentukan langkah penelitian berikutnya. Statistik juga dapat
menentukan apakah sekumpulan data numerik yang ada bermakna atau
sekedar sekumpulan angka namun tidak menunjukkan kecenderungan
apapun yang mengarah pada kesimpulan atas perlakuan tertentu. Selain
untuk menentukan apakah sekumpulan data bermakna atau tidak, metode
statistika kadang juga digunakan untuk menyajikan data dalam rangka
memberikan perkiraan akan ketidakpastian pengukuran.

I. HUKUM ILMIAH
I. TERBENTUKNYA HUKUM ILMIAH
Dalam sejarahnya, hukum ilmiah didapat berdasarkan suatu
percobaan secara ilmiah, ada pun hukum tersebut dibuat
berdasarkan pemikiran yang kritis atau dalam keadaan coba-coba
bahkan ketidak sengajaan.

II. SIFAT SIFAT HUKUM ALAM


1. Lebih Pasti
2. Kepastian hukum dapat dibuktikan dengan kemampuan
hukum tersebut menjelaskan gejala yang sama dari waktu
ke waktu
3. Dalam kepastiannya hukum tidak bisa disamakan dengan
hipotesis
4. Berlaku Umum atau Universal
5. Hukum alam bersifat universal karena sifatnya sangat
objektif
6. Fenomena alam yang dijelaskan dalam hukum tersebut
adalah fenomena universal
7. Punya Daya Terang yang Lebih Luas
8. hukum mempunyai daya terang yang jauh lebih jelas

III. TEORI DAN HUKUM ILMIAH


Teori adalah pernyataan yang menerngkan sesuatu mengenai alam
maupun gejala alam berdasarkan prinsip-prinsip bebas dan bukan
berdasarkan fenomena itu sendiri. Teori dalam hal ini sudah lebih
pasti daripada hipotesis yang baru merupakan dugaan sementara.
Teori masih perlu dibuktikan kebenarannya dengan serangkaian
percobaan maupun pemikiran. Beberapa teori memsng dijadikan
dasar menyusun hipotesis jika didapati gejala baru dari alam.
Namun hal ini juga berarti bahwa hipotesis ini juga menguji
kebenaran dari teori tersebut. Jika dalam pengamatan baru
didapatai hal-hal yang bertentangan dengan teori yang sudah ada
dan setelah melakukan serangkaian uji coba serta analisis hal yang
sama masih didapat kembali, maka kebenaran teori tersebut harus
dipertanyakan dan harus ada pengkajian mendalam dalam waktu
yang lama. Teori juga diajukan untuk menjelaskan keteraturan
maupun ketidakteraturan di alam.
Hukum ilmiah sifatnya lebih pasti. Jarang sekali kita menemukan
suatu hukum ilmiah gugur karena pengamatan baru. Namun,
wilayah kajian hukm lebih luas jika dibandingkan teori, arena itu
sifatnya lebih stabil dan jarang gugur.

IV. HUKUM DAN PREDIKSI ILMIAH


Dalam skala laboratorium, hukum digunakan untuk percobaan
ilmiah,atau dalam pratikum pendidikan. Misalnya : kiat dapat
menghitung volume gas yang akan memuai jika tekanan kita
naikkan. Salah satu fungsi hukum dalam dunia sains adalah untuk
memperkirakan gejala yang akan terjadi setelah system dberi
perlakuan tertentu. Pemanfaatan hukum alam yang sudah ada
untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat,
termasuk didalamnya menghindari munculnya masalah. Menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak memakasakan kehendak
manusia untuk merusak lingkungan alam dengan menemukan
hukum ekologis sekiranya dapat berguna untuk zaman ini.
Dipihak lain hukum dan teori mengenai gejala alam merupakan
sarana penghubung dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu
baru pasti lebih spesifik daripada ilmu induknya dalam hal
fenomena alam yang dibahas juga dalam hal hukumnya.

V. DARI KETIDAKATURAN MENJADI HUKUM


Hukum tidak lahir dari peristiwa yang secara kebetulan teramati
oleh manusia yang berminat. Hukum tidak lahir dari kemungkinan
dan peluang, namun harus diakui proses terbentuknya. Hukum
sering dibantub oleh kebetulan dan peluang, namun peluang
tersebut akan dicari ulang dan dianalisis.
Hukum merupakan hasil pengolahan hipotesis dan hipotesis
berasal dari pengamatan alam oleh manusia. Pengamatan demi
pengamatan dkumpukan dan dikasifikasikan menurut parameter
tertentu, kemudian dibuatkan hipotesis yang harus diuji dan diteliti
lebih lanjut sampai menjadi teori tertentu. Dan teori juga harus
masih diuji serta di verifikasi terus-menerus sampai pada
perumusan hukum yang lebih pasti. Ciri khas hukum yang sudah
dirumuskan adalah bahwa hukum tersebut dapat digunakan untuk
memrediksi gejala yang akan datanag, atau teori tersebut dapat
digunakan untuk mengatur alam agar dapat memberikan gejala
yang diinginkan ilmuan.
J. KESIMPULAN

sains adalah faham yang benar dan mendalam. perkembangan dan


periodisasi sejarah ilmu pengetahuan secara umum dari masa ke masa
metodologi ilmiah : berupa serangkaian langkah terpenting yang perlu dilakukan
untuk sampai ke tujuan, baik berupa tujuan mencari kejelasan maupun tujuan
memecahkan masalah, atau bahkan tujuan menciptakan sesuatu seperti alam yang
melakukannya.

pola induksi ilmiah :

1. observasi dan eksperimen


2. merumuskan hipotesis
3. verifikasi dan pengukuhan
4. penarikan kesimpulan berupa hukum atau teori
K. SARAN
1. Perlu pengembangan dalam ilmu sains
2. Perlu terus dilakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai sains

J. DAFTAR PUSTAKA

Wonorahardjo, Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains Menciptakan


Masyarakat Sadar Sains. Jakarta : Indeks

Febriani, Galuh. 2016. Sejarah Perkembangan Sains (O n l i n e ),


(w w w . s c r i b d . c o m /), diakses tanggal 21 Oktober
2017.
Nurhayati, Jamaliatun. 2016. Siklus Empirik Metode Ilmiah () n l i
n e ), (h t t p s : / / w w w . s c r i b d . c o m /), diakses
tanggal 21 Oktober 2017

Chandra, Agus. 2010. Metode Ilmiah (O n l i n e), (w w w . a g u s


c h a n d r a . c o m), diakses tanggal 21 Oktober 2017
RUBRIK PENILAIAN PAPER

Nama : Fitriana Salehah

Tanggal : 21 Oktober 2017

No. Elemen Skor Penilaian Penilaian


Maks teman Dosen
Bagian Teks Utama Makalah.
1 Bagian Inti
 Memaparkan materi yang relevan dengan masalah yang telah 20 20
dipaparkan pada bagian pendahuluan
 Beragam konsep dieksplorasi dari banyak sumber (> 3 sumber 20 20
buku/jurnal/artikel seminar, dll)
 Penjelasan diperjelas dengan gambar/diagram/foto yang 10 10
disertakan sesuai dengan pembahasan
3 Bagian Penutup
 Memberikan kesimpulan atau penegasan atau ringkasan 12 12
pembahasan pemecahan masalah
 Saran/rekomendasi sehubungan dengan masalah yang dibahas 10 10
Sistematika Paper
4 Ditulis dengan ukuran dan standar huruf yang sesuai 5 5
5 Struktur penulisan sistematis 5 5
6 Memuat daftar rujukan/pustaka dan lampiran (jika ada) 10 10
IV. Lain-Lain
7  Ketepatan waktu mengumpulkan makalah 3 3
8  Tata tulis benar dan menggunakan bahasa yang benar dan baku 5 5
Jumlah Skor Maksimal 100 100

Anda mungkin juga menyukai