A. PENGERTIAN SAINS
a) Dunia itu ada dan kita dapat mengetahui bahwa dunia benar-benar
ada
b) Dunia dapat diketahui melalui pancaidera dan asbtraksi manusia
yang berpikir
c) Gejala-gejala yang ada di dunia dan alam mempunyai hubungan
kausal satu sama lain
D. PERKEMBANGAN SAINS
Permulaan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri sampai pada
permulaan manusia. Usaha mula-mula dibidang keilmuan yang tercatat
dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, dimana banjir
Sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya
sistem almanak, geometri dan kegiatan penelitian. Keberhasilan ini
kemudian diikuti oleh bangsa Babylon dan Hindu yang memberikan
sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan
bangsa Mesir.
1. ZAMAN PURBA
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan membeda-bedakan
c. Kemampuan memilih dan
d. Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja, yang
dilandasi pada proses trial anderror
2. ZAMAN ROMAWI-YUNANI
Bangsa Yunani kuno memiliki suatu inquiring mind. Mereka
tidak mau menerima peristiwa-peristiwa begitu saja. Hala ini
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
3. ABAD PERTENGAHAN
4. ZAMAN MODERN
Tidak mudah untuk menentukan saat berhentinya Abad
Pertengahan, tetapi boleh dikatakan bahwa abad tersebut paling
sedikit sudah berakhir dengan Renaissance yang meliputi abad
ke-15 dan 16. Kata “Reinassance” (Renaisans) berarti:
kelahiran kembali.
a. Fase praparadigma
b. Fase paradigma
c. Fase ditemukannya anomali
E. METODE ILMIAH
I. PENGERTIAN METODE ILMIAH
1. Tahap I : Observasi
Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan
termasuk mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi,
memilah-milah, menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah,
serta mengadakan evalusi awal
2. Tahap II : Induksi awal
Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh
matematika., yaitu untuk mengolah data yang diperoleh secara lebih
lanjut.
3. Tahap III : Deduksi Logis
Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi
yang akan dirumuskan hipotesis.
4. Tahap IV : Verifikasi
Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan
memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek
5. Tahap V: Klasifikasi Empirik
Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang merupakan
tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan
diterima atau ditolaknya hipotesis sebelumnya
G. KEBENARAN ILMIAH
Kata benar menurut KBBI berarti kata sifat yang mempunyai arti tidak
salah dan tepat serta sesuai dengan kenyataan. kebenaran berkaitan erat
dengan kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai kebenaran itu
sendiri.
Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya
kebenaran itu dipengaruhi oleh jenis pengetahuan yang dimiliki oleh
subjek
Kedua, kebanaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik tentang cara
atau metode apa yang digunakan subjek dalam membangun
pengetahuannya itu
Ketiga, nilai kebenaran dikaitkan dengan ketergantungan terjadinya
pengetahuan itu.
I. TEORI-TEORI KEBENARAN
a. Teori korespondensi / kesesuaian
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar
b. Teori koherensi / keteguhan
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang
didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi
c. Teori kebenaran pragmatis
kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan
bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi
ilmiah, personal atau sosial
d. Teori kebenaran performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu
e. Teori kebenaran non-deskriptif
teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme
II. SIFAT-SIFAT KEBENARAN ILMIAH
Sifat-sifat dasar kebenaran ilmiah antara lain, yaitu: a) strukturnya
rasional dan logis, b) mengandung isi empiris, c) dapat diterapkan,
hasilnya berguna (pragmatis). Dalam kehidupan sehari-hari, sulit
ditemukan suasana penelitian yang memiliki struktur rasional dan
logis, karena tidak disukai dan disingkirkan. Seharusnya struktur
kebenaran ilmiah terutama harus didasarkan pada kesimpulan logis
dan rasional dari proporsi atau premis tertentu.
V. MASALAH KEPASTIAN
Berbicara tentang kebenaran ilmiah yang telah dipaparkan di atas,
mungkin timbul beberapa pertanyaan. Apakah semua hasil yang
disodorkan dari hasil penelitian ilmiah adalah pasti kebenarannya?
Kebenaran macam apa yang sedang kita bicarakan atau kepastian
maca mapa yang sedang kita harapkan? Bukankah ilmu
pengetahuan alam atau sains sendiri adalah ilmu pasti. Karenanya
kebenaran ilmiah harus pula memiliki kepastian dalam taraf tertentu
yang dapat diukur.
Ada dua golongan kebenaran yang berbeda menurut sifat dan cara
memperolehnya yaitu kebenaran kaum rasionalis dan kebenaran
kaum empiris. Kaum Rasionalis biasanya dapat mempertahanan
kebenaran teori lebih lama karena sesuatu yang logis dan rasionil
sehingga tidak mudah dibantah. Hanya dengan pemikiran yang baru
kebenaran rasionil dapat diperbaiki. Kaum empiris kebenarannya
lebih moderat karena kaum empiris sadar sedalam apapun sains,
tidak dapat memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai alam
raya, baik alam statis maupun alam dinamis.
Selain dalam sains, kita bisa mengamati kemajuan teknologi yang
juga mengalami prinsip falibilisme moderat, yaitu setiap kebenaran
harus bisa disalahkan untuk tujuan penyempurnaan. Dari contoh ini,
kiranya jelas bahwa sifat kepastian dalam sains adalah dapat
diperbaiki.
H. PENGGUNAAN STATISTIKA
I. HUKUM ILMIAH
I. TERBENTUKNYA HUKUM ILMIAH
Dalam sejarahnya, hukum ilmiah didapat berdasarkan suatu
percobaan secara ilmiah, ada pun hukum tersebut dibuat
berdasarkan pemikiran yang kritis atau dalam keadaan coba-coba
bahkan ketidak sengajaan.
J. DAFTAR PUSTAKA