Anda di halaman 1dari 3

A.

Alam: Paradigma yang Perlu Digali

Alam raya dengan segala isinya, baik segala komponen tidak hidrpnya, menyediakan bahan
informasi yang tidak akan habis digali manusia. Alam dapat diklarifikasikan manusia menjadi alam
makro, semimakro, semimikro, dan alam mikro. Alam makro menyangkut alam luas dari bumi dan
bahkan galaksi. Alam mikro menyangkut penyusunan materi dari satuan terkecil.

B. Manusia: Pengamat yang Berpikir

1. Manusia sebagai Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan yang kedua dan merupakan subjek yang paling aktif dan yang bergerak
dalam mencari pengetahuan adalah manusia itu sendiri.usaha manusia mengamati alam sedikit demi
sedikit dan secara maksimal membentuk struktur pengetahuan yang valid yang berguna bagi semua
orang. Manusia yang mengamati akan berusaha mencari penjelasan akan gejala alam.

Manusia memulai proses eksplorasi alam karena manusia ingin tahu dan ingin menguasai
alam.dengan bertambahnya wawasan mengenai alam melalui ilmu yang mempelajari lingkungan
secara umum, diharapkan manusia lebih berhati – hati dalam mengolah alam demi kepentingan
manusia. Manusia lantas membuat struktur pengetahuan, yang biasanya menurut objeknya, juga bisa
juga menurut metodanya. Struktur pengetahuan mengenai alam raya biasa disebut ilmu alam atau
sain, sedangkan pengetahuan mengenai manusia itu sendiri biasanya disebut ilmu sosial.

Manusia yang secara otomatis mengembangkan pengetahuannya, akan membentuk dua jalan.
Kemungkinan pertama adalah bersatunya manusia dengan apa yang diketahuinya, termasuk alam dan
lingkungannya dan dengan demikian manusia menjadi bagian dari alam itu sendiri yang mengamati
alam dan dirinya sendiri. Kemungkinan kedua adalah terpisahnya manusia dengan apa yang diketahui
dan diamati dan dalam hal ini manusia menempatkan diri sebagai pengamat (observer) bagi alam dan
ilmu pengetahuan alam menjadi ilmu objektif karena alam adalah objek pengamatan dan analisis dari
subjek manusia.

2. Pernyataan sebagai Dasar Penelaahan Ilmiah

Yang dapat menjadikan dasar penelaahan ilmiah sepanjang sejarah manusia antara lain adalah
pernyataan yang kurang lebih merupakan lawan dari yang diajukan Gorgias:
a. Dunia itu ada dan kita dapat mengetahui bahwa dunia benar benar ada.
b. Dunia dapat diketahui melalui pancaindera dan abstraksi manusia yang berpikir.

c. Gejala-gejala yang ada di dunia dan alam mempunyai hubungan kausal satu sama lain.

Landasan eksplorasi dan berpikir manusia mengenai alam juga menyentuh makna hidrp
manusia, dan kebutuhan manusia untuk mengetahui dan berproses dalam rangka mencari pengetahuan
tersebut membuat manusia senantiasa beraktivitas dalam kerangka ini. Tujuan hidup manusia yakni
mengenali alam, mencari tahu akan sebab gejala alam, memetakan alam, menatur alam, dan
memanfaatkan alam.

C. Interaksi antara Manusia dan Alam

Manusia hidup di alam dan berhubungan dengan alam. Dapat dikatakan manusia membuat
interaksi dengan alam, menjadi semacam dialog panjang yang tidak terlalu seimbang karena jawabn
yang diberikan alam masih harus dipelajari manusia. Dialog antara manusia dengan alam ini
menempati lapangan tersendiri dalam filsafat pengetahuan, karena dari hasil pengamatan akan alam
manusia lebih berusaha menyelidiki makna hidupnya. Dengan melihat sejarah serta mengerti satu
persatu gejala-gejala di alam dan metodologinya, manusia berlatih untuk memecahkan masalah secara
lebih objektif dan logis.

D. Sarana Berpikir Ilmiah Manusia

Sarana berpikir ilmiah adalah faktor yang paling menentukan dalam kecepatan perkembangan
sains dan merupakan media berkembangnya ilmu pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah yang utama
adalah bahasa dan logika.

1. Bahasa Ilmiah

Bahasa ilmiah atau bahasa sains dapat berupa kata dan istilah yang berlaku di lingkungannya
sendiri, maupun berupa simbol, rumus, gambar, grafik, serta kode dan bahasa program yang mungkin
tidak dimengerti oleh orang lain yang tidak berminat di topik tersebut. Ada perbedaan utama antara
bahasa alami dan bahasa buatan atau bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah cenderung tidak spontan seperti
bahasa alami, bersifat diskursif (logis, punya makna luas) sedang bahasa alami cenderung bersifat
intuitif.

Bahasa ilmiah cenderung lebih mengutamakan fungsi simbolik, untuk interaksi antar ilmuan
di bidang masing-masing dan informasi yang spesifik yang disampaikan. Dalam hal ini bahas ayang
digunakan harus berpusat pada objek, dan komunikasinya bersifat objektif, yakni jauh dari emosi
yang menyamoaikan informasi tadi.

Dalam bahasa ilmiah akan didapati sekian banyak wacana yang menjurus pada perjanjian dan
ketetapan bagi pengguna bahasa tersebut. Untuk itu akan didapati banyak sekali istilah spesifik untuk
lapangan yang dikaji yang sering disebut definisi. Ada bermacam-macam definisi tergantung dari apa
yang didefinisikan.

a. Definisi nominalis adalah menjelas arti suatu kata dengan kata lain yang lebih dimengerti.
Pendefinisian secara nominalis dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu definisi sinonim, definisi
simbolik, definisi etimologi, definisi semantis, definisi stipulatif, definisi denotatif.

b. Definisi realis menjelaskan hal yang ditandai oleh suatu istilah, hakekat, dan kodrat dari objek
tertentu. Definisi realis terbagi menjadi tiga,yaitu definisi esensial, definisi kausal, dan definisi
deskriptif.

c. Definisi praktis adalah penjelasan tentang suatu hal yang ditinjau dari segi kegunaan dan
tujuannya. Ada dua macam definisi praktis, yaitu definisi operasional, dan definisi fungsional.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah definisi antara lain adalah
(1) definisi harus membuat apa yang didefinisikan lebih jelas,
(2) maknanya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit,
(3) mampu menghilangkan keraguan akan makna,
(4) tidak boleh berputar,
(5) yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi,
(6) harus singkat, dan

(7) tidak dalam bentuk negatif.


2. Logika ilmiah

a. Logika dan Penalaran

Logika merupakan sarana sangat penting dalam pendekatan ilmiah. Bahasa dalam logika
adalah bahasa yang sangat murni dibuat oleh manusia yang logis dan bebas dari aspek-aspek tidak
tentu seperti emosi dan afeksi.

b. Penalaran dan Pemikiran

Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Pemikiran memerlukan pengertian atau konsep,
proposisi atau pernyataan, dan penalaran atau ratio. Logika membantu kita menentukan bentuk
penalaran yang benar, termasuk meneliti struktur proposisi premis. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan hukum dalam menarik kesimpulan. Hubungan kebenaran antara premis dan konklusi
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. apabila premisnya benar, konklusi penalaran adalah benar
b. apabila konklusi penalaran salah, maka premisnya juga salah
c. apabila premisnya salah, konklusi penalaran dapat benar dapat salah

d. apabila konklusinya benar, premis penalaran dapat benar dapat salah.

Anda mungkin juga menyukai