Disusun oleh:
MIKHA HELBERT CONSTANTIN MARINGKA
1801005
TEKNIK PERMINYAKAN A 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui
sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan
studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk di
dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat
diketahui secara menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menginterpretasi sejarah
geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi
terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin
analysis).
Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir
bahwa batuan sedimen yang umumnya diendapkan di laut dangkal pada suatu
geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan berkembangnya teori
tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai tersisih. Saat ini para ahli
geologi menemukan berbagai jenis cekungan dengan berbagai mekanisme
pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian pada analisa cekungan
sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai proses
yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan
penurunan cekungan).
1.2Pembahasan
1.2.1 Pengertian Cekungan Sedimen
1.2.2 Klasifikasi Cekungan
1.2.3 Tipe-tipe Cekungan
1.3Tujuan
2
Tujuan dari penulisan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cekungan sedimen
dalam kerangka lempeng tektonik.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme
ini dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga
mekanisme tersebut adalah:
4
Batas antara kerak benua maupun kerak samudera dengan mantel
dibawahnya, berdasarkan survey geofisika memperlihatkan adanya suatu
velositas rendah (low velocity channel). Horison inilah yang dikenal
sebagai Mohorovicic discontinuityatau Moho.
Mantel
Mantel bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu mantel atas dan mantel
bawah. Mantel atas memiliki ketebalan kurang lebih 680 km + 20 km dan
dibatasi oleh fase transisi. Mantel ini menerus hingga bagian terluar core
pada kedalaman 2900 km, dengan densitas yang semakin meningkat
bersamaan dengan pertambahan kedalaman.
2.2Klasifikasi Cekungan
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak
dan proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995)
menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan
tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson,
1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:
Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby
(1995)
5
Penebalan mantel Pendinginan litosper yang diikuti penghentian
litosper (mantle- perenggangan atau pemanasan akibat peleburan
lithospheric thickening): adiabatik atau naiknya lelehan astenosper
6
Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)
TERBENTUKNY
A
2.3Tipe Cekungan
7
TECTONIK
Pergerakan Lempeng
Studi pergerakan lempeng ini didasarkan atas studi kegempaan dan
observasi distribusi dari episenter gempa serta liniasi magnetik dari cekungan
8
samudera. Lempeng litosfer dapat secara mudah mengalami deformasi dengan
arah pergerakan horisontal dibandingkan arah pergerakan vertikal. Pergerakan
horisontal lempeng litosfer ini pada akhirnya membentuk tiga macam batas
lempeng,yaitu:
Batas lempeng divergen
Dicirikan oleh pusat pemekaran tengah samudera. Sesar transform
dengan offset strike-slip displacement dari batas divergen, menghasilkan
pola yang sangat tersegmentasi.
9
Gambar 2. Mekanisme deformasi lempeng pada pusat pemekaran. Pergerakan utama berupa
dip-slip yang ditunjukkan oleh bentukan elipsoid yang menyerupai bola pantai.
10
Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis
ini adalah Cekungan Chad di Afrika.
Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang,
dibatasi oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat
lebar seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar
30-40 km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh
berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan
lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias
menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem
renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
Aulakogen (Aulacogen)
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap
tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan
kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi
panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar.
Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya
kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan
turbit. Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur
11
Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur
Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.
12
busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih
banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh
endapan silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur
gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada
paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada
lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen
yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari
lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks
akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada
masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra,
Jepang, Peru, Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di
antaranya adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley,
Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya
terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di
Chili selatan.
13
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar
yang menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda
(transform fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya
menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan
dengan patahan mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran,
sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam
lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat membentuk
berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena
patahan mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh
kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar
terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut
maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan
sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang
berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan fasies
secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan
Sumatra.
14
litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi
sedimen yang berasal dari batuan tersebut;
topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi
kecepatan denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian
diendapkan dalam cekungan;
kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
ukuran dan bentuk dari cekungan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh
proses tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan
permukaan bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses
nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai
penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak,
penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi,
pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan penambahan
berat kerak.
Pergerakan lempeng litosfer diatas astenosfer menghasilkan suatu zona
deformasi dan kegempaan di sepanjang batas lempeng. Secara keseluruhan
terdapat tiga tipe batas lempeng berdasarkan arah pergerakannya yaitu :
Batas lempeng divergen, sebagai contoh adalah pemekaran lantai samudra
di mid oceanic ridge
Batas lempeng konvergen, berasosiasi dengan pemampatan kerak
(shortening) seperti pada daerah kolisi kontinen.
Batas lempeng fault (transform), berasosiasi dengan mekanisme strike-
slip fault.
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme ini
dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga mekanisme
tersebut adalah:
Purely thermal mechanism, misalnya pendinginan dan penurunan dari
oceanic lithosphere seiring dengan pergerakannya menjauhi pusat
pemekaran.
Perubahan dalam ketebalan kerak/litosfer, misalnya penipisan kerak
akibat adanya mekanisme pergerakan sesar ekstensional yang mengontrol
penurunan cekungan, yang juga mengakibatkan adanya thermal uplift pada
lempeng yang menipis.
Pembebanan litosfer, disebabkan oleh defleksi atau adanya deformasi
fleksural dimana sebelumnya pernah terjadi subsidence.
16
17