Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CEKUNGAN SEDIMEN DALAM KERANGKA TEKTONIK LEMPENG

Disusun oleh:
MIKHA HELBERT CONSTANTIN MARINGKA
1801005
TEKNIK PERMINYAKAN A 2018

PROGRAM STUDI STRATUM 1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui
sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan
studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk di
dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat
diketahui secara menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menginterpretasi sejarah
geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi
terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin
analysis).
Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir
bahwa batuan sedimen yang umumnya diendapkan di laut dangkal pada suatu
geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan berkembangnya teori
tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai tersisih. Saat ini para ahli
geologi menemukan berbagai jenis cekungan dengan berbagai mekanisme
pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian pada analisa cekungan
sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai proses
yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan
penurunan cekungan).

1.2Pembahasan
1.2.1 Pengertian Cekungan Sedimen
1.2.2 Klasifikasi Cekungan
1.2.3 Tipe-tipe Cekungan

1.3Tujuan

2
Tujuan dari penulisan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cekungan sedimen
dalam kerangka lempeng tektonik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Cekungan Sedimen

Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh


proses tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan
permukaan bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses
nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai
penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak,
penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi,
pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan penambahan
berat kerak.
Pengontrol utama pembentukan cekungan ini berkaitan dengan bagian luar
bumi yang rigid dan dingin yang biasa disebut sebagai litosfer. Batas paling tegas
dari bagian tubuh bumi adalah batas antara litosfer dan astenosfer. Litosfer
merupakan bagian yang paling luar dengan karakteristik yang rigid dan relative
membentuk suatu lempeng yang koheren.
Batas litosfer ini dicirikan oleh adanya suatu karakteristik isoterm (1.330°C)
dan seringkali disebut sebagai litosfer termal. Bagian atas dari litosfer termal ini
(ketebalan + 50 km), dapat menyimpan/mengakomodir tegangan elastis dalam
periode waktu yang lama sehingga seringkali disebut sebagai litosfer elastis.
Pergerakan lempeng litosfer diatas astenosfer menghasilkan suatu zona
deformasi dan kegempaan di sepanjang batas lempeng. Secara keseluruhan
terdapat tiga tipe batas lempeng berdasarkan arah pergerakannya yaitu :

 Batas lempeng divergen, sebagai contoh adalah pemekaran lantai samudra


di mid oceanic ridge
 Batas lempeng konvergen, berasosiasi dengan pemampatan kerak
(shortening) seperti pada daerah kolisi kontinen.
 Batas lempeng fault (transform), berasosiasi dengan mekanisme strike-
slip fault.

3
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme
ini dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga
mekanisme tersebut adalah:

 Purely thermal mechanism, misalnya pendinginan dan penurunan dari oceanic


lithosphere seiring dengan pergerakannya menjauhi pusat pemekaran.
 Perubahan dalam ketebalan kerak/litosfer, misalnya penipisan kerak akibat
adanya mekanisme pergerakan sesar ekstensional yang mengontrol penurunan
cekungan, yang juga mengakibatkan adanya thermal uplift pada lempeng yang
menipis.
 Pembebanan litosfer, disebabkan oleh defleksi atau adanya deformasi fleksural
dimana sebelumnya pernah terjadi subsidence.

Zonasi komposisi Bumi


 Kerak Samudera
Kerak merupakan bagian paling luar kulit bumi yang memiliki
densitas kecil. Kerak samudera merupakan yang paling tipis dengan
ketebalan berkisar 4 – 10 km, dan rata-rata sekitar 10 km. Densitas rata-
rata sekitar 2900 kg/m3. Hal ini menghasilkan tingkatan kerak yang
mencerminkan model pembentukannya. Layer 1 (paling atas) tersusun
oleh sedimen yang belum terkonsolidasi (ketebalan + 0.5 km). Sedangkan
layer 2 tersusun oleh batuan basaltis dan lava bantal yang berasosiasi
dengan produk dari erupsi gunung api bawah laut.
Layer 3 tersusun oleh batuan gabro dan peridotit yang
kemungkinan merupakan batuan sumber yang terdiferensiasi
menghasilkan batuan basaltis pada layer 2. Umur kerak samudra cukup
pendek (pada masa sekarang, paling tua berumur Yura), disebabkan oleh
pendinginan kerak yang menjadikan kerak samudera tidak stabil secara
gravitasional sehingga pada daerah konvergen, kerak samudera senantiasa
menujam dan mengalami peleburan.
Kerak benua lebih tebal, berkisar antara 30 – 70 km tetapi rata-rata
sekitar 35 km. Secara umum kerak benua ini dapat dibagi menjadi dua
bagian (layer), yaitu bagian atas yang tersusun oleh granit, granodiorit dan
diorit; sedangkan bagian bawah tersusun oleh batuan tekanan tinggi seperti
granulit, eklogit dan amfibolit.

4
Batas antara kerak benua maupun kerak samudera dengan mantel
dibawahnya, berdasarkan survey geofisika memperlihatkan adanya suatu
velositas rendah (low velocity channel). Horison inilah yang dikenal
sebagai Mohorovicic discontinuityatau Moho.

 Mantel
Mantel bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu mantel atas dan mantel
bawah. Mantel atas memiliki ketebalan kurang lebih 680 km + 20 km dan
dibatasi oleh fase transisi. Mantel ini menerus hingga bagian terluar core
pada kedalaman 2900 km, dengan densitas yang semakin meningkat
bersamaan dengan pertambahan kedalaman.

2.2Klasifikasi Cekungan
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak
dan proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995)
menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan
tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson,
1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:

 tipe dari kerak dimana cekungan berada,


 posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
 untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
 Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
 Bentuk cekungan.

Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana


seperti dalam Tabel. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih
rinci dan lebih komplit.

Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby
(1995)

Penipisan kerak (crustal Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan


thinning): penarikan akibat magmatisme

5
Penebalan mantel Pendinginan litosper yang diikuti penghentian
litosper (mantle- perenggangan atau pemanasan akibat peleburan
lithospheric thickening): adiabatik atau naiknya lelehan astenosper

Pembebanan batuan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan


sedimen dan perenggangan litosper regional, tergantung
gunungapi(sedimentary kegetasan litosper, selama sedimentasi dan
and volcanic loading): kegiatan gunungapi

Pembenan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan


tektonik(tectonic perenggangan litosper regional, tergantung
loading): kegetasan dibawah litosper, selama pensesaran
naik (overthrusting) dan/atau tarikan
(underpulling)

Pembenan subkerak kelenturan litosper selama underthrusting dari


(subcrustal loading): litosper padat

Aliran pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya


astenosper(asthenospheric karena penunjaman litosper
flow):

Penambahan berat Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan


kerak(crustal tekanan/ temperatur dan/atau pengalihan tempat
densification): kerak berberat-jenis tinggi ke kerak berberat-
jenis rendah

6
Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)

PROSES TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK


PENYEBAB LEMPENG

TERBENTUKNY
A

Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse

Puntir (tension) Epicratonic downward Tepian lempeng pasif


(passive plate margin)
Rift
Sea-floor spreading

Tekanan Palung (trench) Subduksi (tepian lempeng


(compression) aktif)
Busur depan (fore-arc)

Busur belakang (back-


arc)

Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng

2.3Tipe Cekungan

TATAAN TIPE CEKUNGAN

7
TECTONIK

Divergen Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys

Antar- Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton,


lempeng paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang
benua.

Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif,


kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde
and plateau)

Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan


busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.

Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral


foreland basin, cekungan punggung babi (piggyback basin), broken
forland

Tranform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional,


transpressional, transrotaional

Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental


wrench, aulacogen, impactogen, successor

Pergerakan Lempeng
Studi pergerakan lempeng ini didasarkan atas studi kegempaan dan
observasi distribusi dari episenter gempa serta liniasi magnetik dari cekungan

8
samudera. Lempeng litosfer dapat secara mudah mengalami deformasi dengan
arah pergerakan horisontal dibandingkan arah pergerakan vertikal. Pergerakan
horisontal lempeng litosfer ini pada akhirnya membentuk tiga macam batas
lempeng,yaitu:
 Batas lempeng divergen
Dicirikan oleh pusat pemekaran tengah samudera. Sesar transform
dengan offset strike-slip displacement dari batas divergen, menghasilkan
pola yang sangat tersegmentasi.

 Batas lempeng konvergen


Disebut juga dengan edge of consumption atau subduction zone,
yang merupakan garis sepanjang dua lempeng yang bergerak saling
mendekat dimana lempeng yang lebih tua menujam masuk ke dalam
menuju mantel yang kemudian akan mengalami peleburan. Batas
konvergen ditandai oleh adanya bentukan palung pada daerah penujaman
kerak samudra. Selain itu, juga akan terbentuk busur-busur volkanik dan
kepulauan.
Pada batas konvergen lainnya dimana dua masa benua saling
bertumbukan maka akan membentuk suatu zona collision yang sangat
besar karena kedua kerak benua tersebut tidak bisa saling menujam akibat
massa benua yang lebih ringan dibandingkan kerak samudera.
Walaupun secara umum kerak samudera yang menujam dibawah
kerak samudera ataupun kerak benua, dalam sedikit kasus (misal di
Taiwan) terjadi penujaman kerak benua dibawah kerak samudera. Hal ini
sangat ditentukan oleh besarnya bouyancy dari lempeng yang
bertumbukan.

 Batas lempeng konservatif (transform)


Pembentukan batas konservatif ini terjadi disepanjang dua lempeng
yang saling berbapasan satu sama lainnya. Patahan pada batas transform
ditandai oleh adanya zona batuan yang terhancurkan secara intensif.
Indikasi aktivitas deformasi batuan yang intensif ini dicirikan oleh
munculnya aktivitas kegempaan yang berskala besar (kedalaman pusat
gempa mencapai 20 km).

9
Gambar 2. Mekanisme deformasi lempeng pada pusat pemekaran. Pergerakan utama berupa
dip-slip yang ditunjukkan oleh bentukan elipsoid yang menyerupai bola pantai.

Sykes (1967) melakukan studi pergerakan lempeng di punggungan tengah


Atlantik, dan menemukan bahwa mekanisme pergerakan pada batas lempeng
berupa pergerakan strike-slip. Akan tetapi studi pertama dari pergerakan lempeng
ini menunjukkan bahwa mekanisme pergerakan lempeng di mid-oceanic ridge
berupa dip-slip dan ekstensional (gambar 2) beberapa cekungan yang dianggap
penting di Indonesia akan dibahas secara singkat di bawah ini (sebagian besar
disarikan dari Boggs, 2001).

Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)


Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu
benua yang jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya
disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen
atau gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh
endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai
dari laut epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah
Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika

10
Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis
ini adalah Cekungan Chad di Afrika.

Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang,
dibatasi oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat
lebar seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar
30-40 km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh
berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan
lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias
menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem
renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.

Aulakogen (Aulacogen)

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap
tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan
kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi
panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar.
Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya
kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan
turbit. Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur

11
Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur
Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.

Cekungan tepian benua


Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar
dari sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan
sembulan. Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak
benua normal dan kerak peralihan. Sedimen terendapkan pada sistem ini: pada
paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan evaporasi;
pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan benua berupa
endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan
cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai
Amerika dan bagian selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung
Lembah Baltimor, Cekungan George Bank dan Cekungan Nova Scotian) yang
terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh renggangan dan terpisahnya Pangea.
Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut membentuk lapisan tebal dari
endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin; berselingan dengan batuan
gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan laut, membentuk
sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit, dan serpih
hitam.

Cekungan berhubungan dengan subduksi

Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya


dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-

12
busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih
banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh
endapan silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur
gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada
paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada
lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen
yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari
lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks
akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada
masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra,
Jepang, Peru, Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di
antaranya adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley,
Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya
terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di
Chili selatan.

Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform

13
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar
yang menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda
(transform fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya
menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan
dengan patahan mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran,
sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam
lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat membentuk
berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena
patahan mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh
kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar
terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut
maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan
sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang
berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan fasies
secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan
Sumatra.

TEKNIK ANALISA CEKUNGAN

Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat


penting untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan.
Sedimen tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan
aspek ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan;
lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengendapan dan sifat sedimen adalah:

14
 litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi
sedimen yang berasal dari batuan tersebut;
 topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi
kecepatan denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian
diendapkan dalam cekungan;
 kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
 ukuran dan bentuk dari cekungan.

Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada


proses sedimentasi, stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi,
paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi
(Klein, 1995; Boggs, 2001). Penelitian sedimentologi dan analisa cekungan
sekarang ini ditikberatkan pada analisa fasies sedimen, siklus subsiden,
perubahan muka laut, pola sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah
kehidupan.

Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui


lebih baik tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter pengisian
cekungan seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan penurunan cekungan,
dan perubahan muka laut.

Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai


data dari singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut termasuk data
hasil pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika.
Pembahasan berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik analisa
cekungan yang umum dilakukan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh
proses tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan
permukaan bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses
nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai
penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak,
penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi,
pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan penambahan
berat kerak.
Pergerakan lempeng litosfer diatas astenosfer menghasilkan suatu zona
deformasi dan kegempaan di sepanjang batas lempeng. Secara keseluruhan
terdapat tiga tipe batas lempeng berdasarkan arah pergerakannya yaitu :
 Batas lempeng divergen, sebagai contoh adalah pemekaran lantai samudra
di mid oceanic ridge
 Batas lempeng konvergen, berasosiasi dengan pemampatan kerak
(shortening) seperti pada daerah kolisi kontinen.
 Batas lempeng fault (transform), berasosiasi dengan mekanisme strike-
slip fault.
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme ini
dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga mekanisme
tersebut adalah:
 Purely thermal mechanism, misalnya pendinginan dan penurunan dari
oceanic lithosphere seiring dengan pergerakannya menjauhi pusat
pemekaran.
 Perubahan dalam ketebalan kerak/litosfer, misalnya penipisan kerak
akibat adanya mekanisme pergerakan sesar ekstensional yang mengontrol
penurunan cekungan, yang juga mengakibatkan adanya thermal uplift pada
lempeng yang menipis.
 Pembebanan litosfer, disebabkan oleh defleksi atau adanya deformasi
fleksural dimana sebelumnya pernah terjadi subsidence.

16
17

Anda mungkin juga menyukai