PENILAIAN FORMASI
4.3. LOGGING
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu
menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi,
ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri
adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat
listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan
reservoir, atau perekaman kontinyu sebagai fungsi kedalaman menyangkut variasi
data karakteristik formasi yang dilewati pemboran.
Dibedakan antara hasil perekaman yang lewat waktu yaitu bila perekaman
dilakukan sesudah pemboran berhenti dan mata bor sudah dicabut dan perekaman
selagi membor (Measurement While Drilling = MWD) bila perekaman dilakukan
langsung pada saat mata bor menembus formasi.
Gambar 4.4. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997)
Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:
A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka
lapisan shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap
terhadap anion Cl-. Jika lapisan shale memisahkan dua larutan yang
mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak
menembus shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi ke
larutan yang mempunyai konsentrasi rendah, sehingga terjadi suatu
potensial.
Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas
antara air filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl-
dapat saling berpindah selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang
lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran muatan negatif Cl- dari
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi
rendah.
B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang
melewati unsure-unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini
tergantung dari perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan
dari elektrolit pada suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat
diabaikan karena pada umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur
dengan tekanan formasi tidak begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh
filtrasi dari alir lumpur kecil.
Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya
bersih dari clay, maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum.
Defleksi SP yang demikian disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut:
Rmfeq
SSP K c log ……………..……………………………… (4-
Rweq
6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= 61 0.133 T , dalam oF
= 65 0.24 T , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan
permeabel, menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air
formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di
dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan
besar defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi,
tahanan lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor,
dan invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous potensial adalah
millivolt (mv).
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri
dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inch.
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki.
Short normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi,
sedang long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang
tidak terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang
terinvasi. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode
potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O
adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap
kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang
konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M
dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan
potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
Ri 1 1
V ........................................................................ (4-8)
4 AM AN
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo)
dan sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud
cake. Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan
ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar
kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity
log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
4.4.2. LOG RADIOAKTIF
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole)
maupun yang tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini
dibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan
lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat
dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat
pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat
porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang
memadai.
dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi
dengan kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
1 V1
GR A1 ……………………………………………….…… (4-
b
10)
dimana :
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
1V1
= konsentrasi berat dari mineral
b
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon
GR adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan
persamaan (4-11). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral
radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda, serta keberadaannya dalam jumlah
yang berbeda maka GR yang terbaca pada log adalah :
1V1 V
GR A1 1 1 A1 ……..………………………………..…… (4-11)
b b
Persamaan (4-11) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan ρb
sehingga persamaannya dapat ditulis menjadi :
GR = B1 V1 + B2 V2 ……………………………………………… (4-12)
dimana :
B1 = ρ1 A1
B2 = ρ2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila
kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak dapat
merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat
digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium
dan uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga
untuk korelasi antar sumur.
dimana:
NLog = porositas terbaca pada kurva neutron log
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1),gr/cc
= porositas dari density log , fraksi
dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
digunakan sebagai indentifikasi lithologi.
4.4.4. LOG CALIPER
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi
(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper
log dapat dilihat pada gambar 4.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang
bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang
secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.
Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk
menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi
cementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat
untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan
mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran
pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya,
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.
4.8.2.1.Data Sumur
Data sumur didapat dari pembacaan log dari gamma ray, resistivity, density,
neutron dan spontanius potensial.
4.8.2.2. Zonasi
Zonasi merupakan zona yang dipilih berdasarkan pengendapan pada lapisan
batuan. Zonasi ini dipilih melalui log gamma ray. Cara megetahuinya adalah dari
nilai gamma ray yang besar sampai nilai gamma ray yang kecil lalu kembali pada
nilai gamma ray yang besar, itu disebut sebagai satu kali pengendapan. Dari
sumur yang dilakukan logging dengan log gamma ray didapatkan sebelas layer.
Namun yang dinyatakan prospek hanya enam layer. Pemilihan enam layer ini juga
dipengaruhi oleh pengukuran dari log Resistivity log, Density log dan Neutron
log. Pada layer yang prospek memiliki Gamma Ray log yang rendah dan
Resistivity yang tinggi, dan pada Density log dan Neutron Log terdapat crossover
yang dapat diindikasikan mengandung Hidrocarbon.
4.8.2.3. Cut-Off
Cut off merupakan perpotongan yang dicari pada log Gamma ray. Log untuk
menentukan batas shalestone dan sandstone. Dimana jika nilai gamma ray nya
tinggi maka diindikasikan sebagai shalestone dengan warna hijau, dan jika gamma
ray bernilai rendah maka diindikasikan sebagai sandstone dengan warna kuning.
Pencarian cut off yaitu menjumlahkan nilai GR max dan GR min pada log gamma
ray lalu dibagi dengan dua.
..........................................................(4-21)
4.8.2.4. V Shale
V shale perlu diketahui agar kita dapat mengetahui seberapa besar
kandungan shale yang terdapat pada batuan reservoir kita. Dimana nilai V Shale
ini mempengaruhi pada porositas kita, semakin besar V Shale maka porositas kita
semakin kecil.
Penentuan V Shale diawali dengan menentukan Gr Max dan Gr Min pada
lapisan kita, dimana setiap zona memiliki Gr Max dan Gr Min yang berbeda-beda.
Kemudian menentukan Gr dari batuan yang ingin kita ketahui V Shalenya.
Kemudian dihitung dengan persamaan:
………………………………………(4-22)
4.8.2.5. Porositas
Porositas harus ketahui agar kita tahu seberapa besar kemampuan
batuanuntuk menyimpan fluida. Pada log untuk menghitung porositas kita harus
menentukan nilai Log RHOB dan NPHI. Setelah kita menentukan nilai RHOB,
selanjutnya kita menghitung Ø Density dengan persamaan:
………………………………………..(4-23)
Setelah mendapatkan Ø Density maka langkah selanjtnya adalah
mengoreksi nilai RHOB dengan persamaan :
……….……....(4-24)
Lalu mengihitung kembali nilai ØDcorr dengan RHOB Corr dengan
persamaan :
……………………………(4-25)
Karena pada lapisan mengandung shale sehingga nilai perlu dikoreksi
dengan persamaan :
……………………(4-26)
Untuk penentuan porositas neutron berdasarkan litologi dan kandungan
fluida maka nilai neutron dapat dicari dengan persamaan:
Øn = (1.02xNPHI)+0.0425 …………………………………………(4-27)
dimana :
NPHI = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
……………………………………...(4-28)
dimana:
……………………………...(4-29)
………………….................................(4-30)
…………………………………………......(4-31)
…………………………………………………...(4-32)
……………………………………………...…...(4-33)
…………………………………………...(4-34)
………………………………………………….……...(4-35)
……………………………..…...(4-36)
………………………………………...(4-37)
8.4.2.7. Permeability
Permeability batuan perlu diketahui agar kita tau seberapa besar
kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
……………………………….…...(4-38)
Apabila yang terdapat pada zona terpilih adalah gas maka persamaan yang
digungakan adalah
3
S w 250 x …………………………………………………....(4-39)
Swirr
Dan apabilan zona terpilih merupakan minyak maka persamaan yang
digunakan adalah
3
S w 75 x ………………………………………………………(4-40)
Swirr
dimana:
k = permeabilitas, mD
SW = saturasi, fraksi
φ = porositas, fraksi
(Sw)irr = irreducible water saturation (SW diatas zone transisi)
C = tetapan tergantung density hidrokarbon
(C = 250 untuk gas)