Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

PENILAIAN FORMASI

4.1. TUJUAN PENILAIN FORMASI


Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yang
membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut. Beberapa data
berikut ini diperlukan untuk menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
1. Ahli geofisika memerlukan data time-depth yang diperlukan untuk
mengkalibrasi data konvensional seismik dan VSP survey.
2. Geologist memerlukan data stratigrafi dari formasi, struktur dan
kenampakan struktur, mineralogi dari formasi yang ditembus oleh lubang
pemboran.
3. Reservoir engineer, memerlukan data vertikal maupun horizontal baik
porositas maupun permeabilitas, kandungan fluida serta recoverability.
4. Production engineer memerlukan data karakteristik batuan serta fluida dan
kondisi tekanan dari reservoir tersebut, sehingga dapat meramal kondisi
produksi pada perioda berikutnya.

Secara umum logging dapat melakukan pengukuran parameter-parameter


berikut ini :
1. Porositas, baik primer maupun sekunder.
2. Permeabilitas.
3. Saturasi air dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon.
4. Tipe hidrokarbon.
5. Lithologi.
6. Kemiringan formasi dan struktur.
7. Lingkungan sedimentasi.
8. Waktu tempuh (travel time) gelombang pada formasi.
4.2. METODE PENILAIAN FORMASI
Secara keseluruhan jenis dari penilaian formasi dapat dirangkum seperti
terlihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Jenis dari Penilain Formasi


Phase Activity Formation Evaluation Methods
Exploration Define Structure Seismic Data, Gravity,Magnetics
Drilling Drill Well Mud Logging, Coring
Measurement While Drilling
Logging Log Well Openhole Logs
Primary Evaluation Log Analysis Sidewall Cores
Testing Wireline Formation Testing
Drillsteam Testing
Vertical Seismic Profile
Analysis Core Analysis Laboratory Studies
Feedback Refinement of Seismic Log-core Integration
Model
Log Analysis Log-seismic Integration
Exploitation Producing Hydrocarbons Material Balance Analysis
Secondary Production Logging Production Log Analysis
Recovery
Log-inject Log Flood Efficiency Analysis
Water or Gas Injection Micro-rock Property Analysis
Abandonment Economic Decisions
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang teknik yang sering digunakan
dalam operasi penilaian formasi.
4.2.1. Mud Logging
Yaitu dengan mengamati, meneliti dan mencatat kondisi lumpur yang
disirkulasikan dalam pemboran dengan mengamati cutting hasil pemboran atau
kandungan hidrokarbon yang ikut terbawa aliran lumpur dengan menggunakan
beberapa jenis peralatan.
4.2.2. Coring
Yaitu dengan mengambil contoh batuan formasi melalui operasi coring pada
dinding bor. Pada proses pengambilan core ini menggunakan peralatan khusus.
Tujuan dari pengambilan sampel core ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dari
batuan reservoir, yaitu porositas, permeabilitas, kebasahan serta saturasi fluida
yang terdapat dalam batuan.
4.2.3. Measurement While Drilling (MWD)
Dewasa ini karakteristik formasi dapat diukur selama pemboran sedang
berlangsung (measurement while drilling, MWD). Alat ini biasanya digunakan
untuk pemboran sumur-sumur berarah atau miring, sehingga dapat mengurangi
operasi tripping dan dapat menghemat waktu pemboran.
4.2.4. Testing
Formation testing adalah salah satu cara untuk membuktikan ada tidaknya
hidrokarbon dalam formasi tersebut, bila terdapat aliran hidrokarbon pada saat
dilakukan drillstem test. Drillstem test (DST) menyediakan data tidak hanya
kandungan hidrokarbon namun juga memberikan data besarnya reservoir dan
kemampuan produksi suatu reservoir.
Gambar 4.1. Struktur Penilaian Formasi

4.3. LOGGING
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu
menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi,
ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri
adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat
listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan
reservoir, atau perekaman kontinyu sebagai fungsi kedalaman menyangkut variasi
data karakteristik formasi yang dilewati pemboran.
Dibedakan antara hasil perekaman yang lewat waktu yaitu bila perekaman
dilakukan sesudah pemboran berhenti dan mata bor sudah dicabut dan perekaman
selagi membor (Measurement While Drilling = MWD) bila perekaman dilakukan
langsung pada saat mata bor menembus formasi.

4.3.1. LOGGING WHILE DRILLING


Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data
log dimana logging dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal
ini dikarenakan alat logging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada LWD,
pengukuran dilakukan secara real time oleh measurement while drilling
(Harsono,1997).
Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor,
sebuah sistem transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan. Sensor logging
ditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill collars (lengan yang
berfungsi memperkuat drill string) dan aktif selama pemboran dilakukan
(Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke permukaan dalam format digital
melalui pulse telemetry melewati lumpur pemboran dan kemudian ditangkap oleh
receiver yang ada di permukaan (Harsono,1997). Sinyal tersebut lalu dikonversi
dan log tetap bergerak dengan pelan selama proses pemboran. Logging
berlangsung sangat lama sesudah pemboran dari beberapa menit hingga beberapa
jam tergantung pada kecepatan pemboran dan jarak antara bit dengan sensor di
bawah lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD
meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya
sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang
digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan sama
baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang
sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan dan
kualitas data kedua log tersebut sedikit berbeda.

4.3.2. WIRELINE LOGGING


Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur (Harsono, 1997). Log diperoleh dari operasi logging di sumur terbuka yang
umumnya dimulai dari kedalaman maksimum (total depth) sampai dengan sepatu
selubung (casing shoe). Kurva log mampu memberikan informasi tentang sifat-
sifat batuan dan cairan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya di dalam
sumur. Operasi logging yang baik memiliki interval yang tidak terlalu panjang
sehingga dapat di peroleh informasi yang lebih akurat dan menghindari
keterbukaan lapisan formasi yang terlalu lama terhadap sistem lumpur.
Prinsip dasar wireline log adalah mengukur parameter sifat-sifat fisik dari
suatu formasi pada setiap kedalaman secara kontinyu dari sumur pemboran.
Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah potensial listrik batuan/kelistrikan,
tahanan jenis batuan, radioaktivitas, kecepatan rambat gelombang elastis,
kerapatan formasi (densitas), dan kemiringan lapisan batuan, serta kekompakan
formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang bor. Secara kualitatif dengan data
sifat-sifat fisik tersebut kita dapat menentukan jenis litologi dan jenis fluida pada
formasi yang tertembus sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat memberikan
data-data untuk menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida,
dan densitas hidrokarbon.

4.4. JENIS-JENIS LOGGING


Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging
ini dibagi menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.
4.4.1. LOG LISTRIK
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang
ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai
variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan
yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan
menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan
dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu
lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan
sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya
dapat dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan
dengan persamaan :
Ro = F x Rw ………………………………………………………. (4-1)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %
Rw = tahanan air garam (air formasi)
Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi
dikemukakan oleh G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :
Persamaan Archie :F = Ф-m ………………………………………(4-2)
Persamaan Humble :F = 0,62 x Ф-2,15 ……….……………………..(4-3)
dimana :
m = faktor sementasi batuan
F = faktor formasi
Ф = porositas

Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan


sebenarnya (Rt) dengan tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro), yaitu
sesuai dengan persamaan berikut :
n
Rt 1
I   ……………………..……………….………………. (4-4)
Ro Sw
dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi
(Sw), porositas (Ф), tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air formasi (Rw)
serta eksponen saturasi (n). Secara matematis hubungan ini dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Ro n Rw  F n Rw    m
Sw  n   ………………………….…… (4-5)
Rt Rt Rt
Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
 Spontaneous Potensial Log (SP Log)
 Resistivity Log

4.4.1.1.Spontaneous Potensial Log (SP Log)


Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging
karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang
sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua
buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan
kedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan.
Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk
mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif
ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam
batuan dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan
antara arus listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan
elektrokinetik) dalam batuan. Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi
degan resistivity tinggi dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997)
Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:
A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
 Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka
lapisan shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap
terhadap anion Cl-. Jika lapisan shale memisahkan dua larutan yang
mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak
menembus shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi ke
larutan yang mempunyai konsentrasi rendah, sehingga terjadi suatu
potensial.
 Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas
antara air filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl-
dapat saling berpindah selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang
lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran muatan negatif Cl- dari
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi
rendah.

B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang
melewati unsure-unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini
tergantung dari perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan
dari elektrolit pada suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat
diabaikan karena pada umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur
dengan tekanan formasi tidak begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh
filtrasi dari alir lumpur kecil.
Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya
bersih dari clay, maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum.
Defleksi SP yang demikian disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut:
Rmfeq
SSP   K c log ……………..……………………………… (4-
Rweq

6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= 61   0.133  T  , dalam oF
= 65   0.24  T  , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan
permeabel, menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air
formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di
dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan
besar defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi,
tahanan lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor,
dan invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous potensial adalah
millivolt (mv).

4.4.1.2.Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)


Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
A. Normal Log
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 4.6, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-
elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda
A dan B merupakan elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan
elektroda arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar
melalui formasi den besarnya potensial tersebut adalah:
Ri
V  …………………….……………………………… (4-7)
4 ( AM )

dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri
dari dua spacing, yaitu:
 Short normal device, dengan spacing 16 inch.
 Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki.
Short normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi,
sedang long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang
tidak terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang
terinvasi. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode
potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O
adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap
kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang
konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M
dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan
potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
Ri  1 1 
V     ........................................................................ (4-8)
4  AM AN 

Persamaan (4-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen


dan lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya
potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya
resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh
diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah
resistivity semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan
pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e),
tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone
invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya
(Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale
yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500
ohm-m.
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur
yang konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu
pun peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang
bor kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk
mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi
dalam kondisi tersebut.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi
tinggi (20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui
transmitter coil yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus
induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar
yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan
pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal
yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya
tergantung pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut.
Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah
investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt.
Induction log dapat diturunkan didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur
belum dicasing. Kondisi yang baik untuk operasi induction log ini adalah
menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung garam (Rmf > Rw) serta
pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika
kurang dari 50 ohm-m. Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-
log sebelumnya, antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur
tidak dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang
sederhana atau tidak memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat
melengkapi informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang
bor, lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi
lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 4.9.), suatu arus Io
yang konstan dialirkan melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana
arus tersebut diatur secara otomatis oleh kontak pengontrol sehingga dua pasang
elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2 mempunyai potensial yang sama. Selisih
potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan electrode
dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M’1M’2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa
mengalir horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan
Laterolog 8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada
jumlah elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini
mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log
mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan
dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs
besar (salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak
berfungsi di dalam oil base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur
sudah dicasing.

E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo)
dan sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud
cake. Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan
ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar
kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity
log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
4.4.2. LOG RADIOAKTIF
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole)
maupun yang tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini
dibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan
lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat
dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat
pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat
porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang
memadai.

4.4.2.1. Gamma Ray Log


Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh
ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas
ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada sonde.
Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma yang
bersangkutan.
Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif
yang tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean
formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut
mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi
air asin yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan (sangat
jarang), sehingga harga sinar gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat
digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi.
Selain itu pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian
produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data logging. Besarnya volume
shale dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
GRlog  GRmin
Vsh  …………………………..…………………... (4-9)
GRmax  GRmin

dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi
dengan kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
1  V1
GR  A1 ……………………………………………….…… (4-
b
10)
dimana :
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
1V1
= konsentrasi berat dari mineral
b
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon
GR adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan
persamaan (4-11). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral
radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda, serta keberadaannya dalam jumlah
yang berbeda maka GR yang terbaca pada log adalah :
1V1 V
GR  A1  1 1 A1 ……..………………………………..…… (4-11)
b b
Persamaan (4-11) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan ρb
sehingga persamaannya dapat ditulis menjadi :
GR = B1 V1 + B2 V2 ……………………………………………… (4-12)
dimana :
B1 = ρ1 A1
B2 = ρ2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila
kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak dapat
merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat
digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium
dan uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga
untuk korelasi antar sumur.

4.4.2.2. Neutron Log


Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa
melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air
formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron
merupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom hidrogen.
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari
neutron dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang
ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak spacing pendek
sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron
meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan
berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua
inti-inti elemen turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling
dominan adalah atom dengan massa atom yang sama dengan neutron yaitu
hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang kemudian neutron tersebut
akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap
dan terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan
silikon. Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian
detektor sinar gamma akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan didalam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak
dan gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada
jarak yang sangat dekat dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar
gamma yang direkam oleh detektor. Porositas dari neutron log (  N ) dalam
satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
 N  1.02   NLog   0.0425 .....…………………….…… (4-13)

dimana:
 NLog = porositas terbaca pada kurva neutron log

Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:


 Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly
yang mengandung liquid dengan porositas antara 1 % – 10 %.
 Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum
pada formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang
dari 30%.
 Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat
sebelumnya.

4.4.2.3. Density Log


Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan
mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan neutron
log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu didalam evaluasi
lapisan shaly.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma
dari sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada
saat sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan
elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan
sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi.
Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Berkurangnya energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
No
ln    k  S ……………………………….............…………. (4-14)
Nt

dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma

Kondisi penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan


densitas rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak
dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya
terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor. Kondisi optimum
dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20 % -
40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan
peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel
pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan
spring. Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan
lithologi batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
 ma   b
D  ……………….……………………….... (4-15)
 ma   f

dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1),gr/cc
= porositas dari density log , fraksi

Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh


karena itu dalam pembacaan ρb perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis
sebagai berikut:
 b   D . f  Vclay . clay  1   D  Vclay    ma ……….. (4-16)
dimana:
ρclay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %

4.4.3. LOG SONIC


Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas,
selain density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite time
(Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam
batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log menggunakan sebuah transmitter
(pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima). Jarak antar
keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang
tersebut akan merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang
akan tergantung pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan
tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang
bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam
oleh log dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat dikonversikan
dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (Δt) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan
porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada
porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat beberapa harga transite time matrik
(Δtma) dengan berbagai lithologi.
Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus terdapat
hubungan antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie
mengajukan persamaan waktu rata-rata yang merupakan hubungan linier antara
waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat dibawah ini :
t log  t ma
S  ............................................................................. (4-17)
t f  t ma

dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
digunakan sebagai indentifikasi lithologi.
4.4.4. LOG CALIPER
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi
(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper
log dapat dilihat pada gambar 4.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang
bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang
secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.
Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk
menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi
cementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat
untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan
mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran
pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya,
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.

4.5. OPEN HOLE LOGGING


Open hole logging dipakai untuk mengetahui keadaan formasi di bawah
permukaan. Logging dilakukan sebelum dilakukannya pemasangan casing pada
lubang bor. Atribut formasi yang umum yang mungkin diketahui yaitu:
1. Kapasitas simpan (storage capacity) dan formasi, dimana normalnya
termasuk porositas dan kejenuhan fluida
2. Sifat dari fluida, termasuk densitas, gas oil ratio, API gravity, resistivitas air
dan kegaraman, suhu dan tekanan
3. Seting geologi, dimana termasuk kemiringan stratigrafi atau struktur,
karakteristik fasies, dan heterogenitas dan reservoir
4.6. CASING HOLE LOGGING
Case hole logging merupakan proses logging yang dilakukan setelah
dilakukan pemasangan casing pada lubang bor. Terdapat beberapa alasan mengapa
case hole logging dilakukan:
1. Sebagai pengukuran tambahan dari pengukuran yang dilakukan pada open
hole. Sangatlah penting untuk melakukan pengukuran tambahan ini
dikarenakan kondisi sumur yang memungkinkan ketidakakuratan data open
hole, atau adanya pengukuran yang tak semestinya pada beberapa zona saat
open hole
2. Untuk memonitor perubahan yang terjadi pada formasi yang terjadi pada
saat terakhir casing telah dipasang. Selama masa hidup suatu sumur,
perubahan saturasi dari ruang pori oleh minyak, gas atau air dapat
dipengaruhi oleh adanya proses produksi. Ketika perubahan ini terjadi,
evaluasi dan sebab perubahan ini mungkin diperlukan untuk merancang
strategi recovery daripada hidrokarbon
3. Untuk menyediakan kedalaman referensi antara pengukuran open hole dan
case hole

4.7. ESTIMASI RESEREVE


Hasil akhir dari hasil analisa log adalah untuk menentukan reserve
hidrokarbon di reservoir. Pada sub bab ini akan dijelaskan secara matematis dan
filosofi dari estimasi reserve.

4.7.1. Perkiraan Oil-Gas In Place


Sebuah silinder mempunyai volume V dan porositas Φ serta saturasi air Sw.
maka :
BVHC = Φ (1 − Sw).......……………………………………………...(4-18)
dimana:
BVHC = bulk volume hidrocarbon,
V = volume batuan total
Sw = saturasi air
Φ = porositas
Sedangkan kenyataan bentuk reservoir yang dimiliki adalah tidak beraturan,
maka untuk menentukan volume reservoir dengan menggunakan persamaan :
OIP    1  S w  dh  dA
h, A
………………....…………(4-19)
dimana:
h = tebal lapisan reservoir yang produktif
A = luas reservoir
Bila harga h dalam feet dan A dalam acre, maka harga OIP dapat dinyatakan
dalam acre-ft. Bila dinyatakan dalam besaran volume dapat dikonversikan dengan
menggunakan faktor berikut ini :
1 foot = 7757.79 barrels/acre
1 meter = 10000 cubic meter/hectare

4.7.2. Perkiraan Reserve


Konversi dari OIP ke reserve yang dapat diambil (recoverable reserve)
tergantung dari dua buah data tambahan yaitu Recovery Factor (RF) dan
Formation Volume Factor (B). Kedua faktor tersebut tidak dapat ditentukan dari
pembacaan log.
RF tergantung pada jenis reservoir dan mekanisme pendorong. Sedangkan B
adalah fungsi dari sifat fisik hidrokarbon. Reserve ditentukan dengan
menggunakan persamaan
 C h  1  S w  
N
b  A  RF 
  ............................................................(4-
20)

4.8. INTERPRETASI LOG


Lapisan prospek dapat teridentifikasi degan melakukan interpretasi logging.
Interpretasi logging ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi
kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous
permeabel dan ada tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan
untuk menentukan harga Vclay, Φ, Rfluida, Sw dan permeability batuan.
4.8.1. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi log kualitatif guna memperkirakan kemungkinan adanya lapisan
porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat harus dilakukan pengamatan terhadap log yang kemudian satu sama
lainnya dibandingkan. Tujuan dari interpretasi kualitatif adalah identifikasi
lithologi dan fluida hidrokarbon yang meliputi identifikasi lapisan porous
permeabel, ketebalan dan batas lapisan, serta kandungan fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai log
porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log sonic-neutron.
Sedangkan lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap log
SP, log resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi,
apakah shale atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale
didasarkan pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun
fluida hidrokarbon dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-
CNL dengan berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.

4.8.1.1. Identifikasi Lapisan Porous Permeabel


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi SP,
separasi resistivity, separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log. Adapun
masing-masing log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
1. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas
dengan air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel
umumnya ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri)
dari shale base line.
2. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan
dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
3. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan
terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat
adanya mud cake oleh microlog menimbulkan separasi pada lapisan
permeabel dapat dideteksi oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih
kecil daripada micro normal).
4. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat
memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
5. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan
memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi
kurva gamma ray log, pada umumnya defleksi kurva yang membesar
menunjukkan intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan
defleksi menunjukkan intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan
permeabel.

4.8.1.2. Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan


Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan
yang berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah
untuk mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara
menyeluruh, dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan
eksplorasi. Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta “net sand isopach”.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah:
SP log, kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari
defleksi kurva log – log tersebut:
1. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan
permeabel.
2. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
3. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan
hasil penyebaran yang vertikal.
4. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing,
biasanya dikombinasikan dengan neutron log.

4.8.2. Interpretasi Kuantitatif


Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan
lithologi batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness, harga porositas
(Ф), saturasi air (Sw), dan permeabilitas (K).

Gambar 4.16. Skema Proses Interpretasi Kuantitatif

4.8.2.1.Data Sumur
Data sumur didapat dari pembacaan log dari gamma ray, resistivity, density,
neutron dan spontanius potensial.

4.8.2.2. Zonasi
Zonasi merupakan zona yang dipilih berdasarkan pengendapan pada lapisan
batuan. Zonasi ini dipilih melalui log gamma ray. Cara megetahuinya adalah dari
nilai gamma ray yang besar sampai nilai gamma ray yang kecil lalu kembali pada
nilai gamma ray yang besar, itu disebut sebagai satu kali pengendapan. Dari
sumur yang dilakukan logging dengan log gamma ray didapatkan sebelas layer.
Namun yang dinyatakan prospek hanya enam layer. Pemilihan enam layer ini juga
dipengaruhi oleh pengukuran dari log Resistivity log, Density log dan Neutron
log. Pada layer yang prospek memiliki Gamma Ray log yang rendah dan
Resistivity yang tinggi, dan pada Density log dan Neutron Log terdapat crossover
yang dapat diindikasikan mengandung Hidrocarbon.

4.8.2.3. Cut-Off
Cut off merupakan perpotongan yang dicari pada log Gamma ray. Log untuk
menentukan batas shalestone dan sandstone. Dimana jika nilai gamma ray nya
tinggi maka diindikasikan sebagai shalestone dengan warna hijau, dan jika gamma
ray bernilai rendah maka diindikasikan sebagai sandstone dengan warna kuning.
Pencarian cut off yaitu menjumlahkan nilai GR max dan GR min pada log gamma
ray lalu dibagi dengan dua.

..........................................................(4-21)

4.8.2.4. V Shale
V shale perlu diketahui agar kita dapat mengetahui seberapa besar
kandungan shale yang terdapat pada batuan reservoir kita. Dimana nilai V Shale
ini mempengaruhi pada porositas kita, semakin besar V Shale maka porositas kita
semakin kecil.
Penentuan V Shale diawali dengan menentukan Gr Max dan Gr Min pada
lapisan kita, dimana setiap zona memiliki Gr Max dan Gr Min yang berbeda-beda.
Kemudian menentukan Gr dari batuan yang ingin kita ketahui V Shalenya.
Kemudian dihitung dengan persamaan:

………………………………………(4-22)

4.8.2.5. Porositas
Porositas harus ketahui agar kita tahu seberapa besar kemampuan
batuanuntuk menyimpan fluida. Pada log untuk menghitung porositas kita harus
menentukan nilai Log RHOB dan NPHI. Setelah kita menentukan nilai RHOB,
selanjutnya kita menghitung Ø Density dengan persamaan:

………………………………………..(4-23)
Setelah mendapatkan Ø Density maka langkah selanjtnya adalah
mengoreksi nilai RHOB dengan persamaan :

……….……....(4-24)
Lalu mengihitung kembali nilai ØDcorr dengan RHOB Corr dengan
persamaan :

……………………………(4-25)
Karena pada lapisan mengandung shale sehingga nilai perlu dikoreksi
dengan persamaan :

……………………(4-26)
Untuk penentuan porositas neutron berdasarkan litologi dan kandungan
fluida maka nilai neutron dapat dicari dengan persamaan:
Øn = (1.02xNPHI)+0.0425 …………………………………………(4-27)
dimana :
NPHI = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation

Setelah didapatkan nilai porositas neutron kita perlu menghitung nilai


koreksi terhadap shale dimana volume shale itu didaptkan dari nilai gamma ray
log, maka besarnya nilai porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale
dapat diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah.

……………………………………...(4-28)
dimana:

= Volume shale (dari GR Log)

= Porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale

4.8.2.6. Saturasi Air


Saturasi air perlu diketahui untuk mengetahui pada zona interest berisi
minyak atau air, dengan mengetahui saturasi air maka bisa menentukan persentasi
air pada zona tersebut.

……………………………...(4-29)

………………….................................(4-30)

…………………………………………......(4-31)

…………………………………………………...(4-32)

……………………………………………...…...(4-33)
…………………………………………...(4-34)

………………………………………………….……...(4-35)

……………………………..…...(4-36)

………………………………………...(4-37)

8.4.2.7. Permeability
Permeability batuan perlu diketahui agar kita tau seberapa besar
kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.

……………………………….…...(4-38)
Apabila yang terdapat pada zona terpilih adalah gas maka persamaan yang
digungakan adalah

3

S w  250 x …………………………………………………....(4-39)
Swirr
Dan apabilan zona terpilih merupakan minyak maka persamaan yang
digunakan adalah

3

S w  75 x ………………………………………………………(4-40)
Swirr
dimana:
k = permeabilitas, mD
SW = saturasi, fraksi
φ = porositas, fraksi
(Sw)irr = irreducible water saturation (SW diatas zone transisi)
C = tetapan tergantung density hidrokarbon
(C = 250 untuk gas)

Anda mungkin juga menyukai