Anda di halaman 1dari 115

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini teknologi di dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi
telah berkembang dengan pesat. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat
harga minyak dan gas bumi yang semakin meningkat sehingga perlu
dilakukan eksplorasi terhadap sumur minyak baru maupun peningkatan
produksi terhadap sumur minyak yang telah ada sebelumnya.
Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi untuk
mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam
metode digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi baik melalui
analisis batu inti, analisis cutting, maupun analisis data well logging.
Analisis well logging saat ini banyak digunakan karena biayanya yang relatif
lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Untuk itu perlu dilakukan
pembahasan mengenai Aplikasi Well Logging di dalam Evaluasi Formasi.

1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui aplikasi well
logging di dalam evaluasi formasi.
1.2.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi formasi
2. Untuk mengetahui apa itu well logging
3. Untuk mengetahui jenis-jenis log dan karakteristiknya
4. Untuk mengetahui kegunaan data well logging tersebut dalam mengidentifikasi
reservoar, memperkirakan litologi, memperkirakan kandungan fluida,
menghitung porositas, menghitung permeabelitas, dan menghitung saturasi.




1.3 Rumusan Masalah
Dalam referat ini yang akan dibahas adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan well logging
2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi formasi
3. Jenis-jenis log dan karakteristiknya
4. Aplikasi data well logging tersebut dalam mengidentifikasi reservoar,
memperkirakan litologi, memperkirakan kandungan fluida, menghitung
porositas, menghitung permeabelitas, dan menghitung saturasi

















BAB II
EVALUASI FORMASI
2.1 Ruang Lingkup Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di
bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur
(Harsono, 1997). Evaluasi formasi membutuhkan berbagai macam
pengukuran dan analisis yang saling melengkapi satu sama lain. Tujuan
utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoar,
memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan
hidrokarbon (Harsono, 1997).

2.2 Metode Metode Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis.
Daerah yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya
ditentukan melalui survei seismik, gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985).
Setelah daerah tersebut dibor selanjutnya dilakukan mud
logging dan measurements while drilling (MWD) ; setelah itu bisa dilakukan
pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat mata bor tersebut telah
mencapai kedalaman tertentu maka logging dapat dilakukan. Penjelasan
mengenai metode metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah
sebagai berikut :

2.2.1 Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau
perpindahan mud dancutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud
logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan
dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan aman dan lancar.
2. 2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.


Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor
pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:
Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
Rate of Penetration (ROP)
Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan
bahwa mud log digunakan untuk hal hal berikut ini:
Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
Identifikasi zona yang porous dan permeabel
Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan jenis
hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas

Deskripsi Cutting
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan
deskripsi cutting. Cuttingmerupakan material hasil hancuran batuan oleh mata
bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan (Bateman,1985).
Sebagian sampel dimasukkan ke dalam plastikpolyethene sebagai sampel
basah sementara sebagian sampel lain yang telah dicuci dan dikeringkan
dikenal sebagai sampel kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di
bawah mikroskop yang ada di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian
diserahkan ke kantor pusat pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus
dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus
meliputi:
Sifat butir
Tekstur
Tipe
Warna
Roundness dan sphericity
Sortasi
Kekerasan
Ukuran
Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
Tipe partikel karbonat
Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)

Porositas dan permeabelitas
Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
Deteksi Hidrokarbon
Dapat dilakukan melalui natural fluorescence, solvent cut, acetone test, visible
staining, dan analisis odor

2.2.2 Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu
inti (core) dari dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk
mengkalibrasi model petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh
melalui log.
Setelah pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan
dijaga agar tetap awet. Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya
semula berada dan relatif tidak mengalami gangguan sehingga banyak
informasi yang bisa didapat. Informasi penting yang bisa didapat oleh
seorang petrofisis dari data core tersebut menurut Darling (2005) antara lain:
Homogenitas reservoar
Tipe sementasi dan distribusi dari porositas dan permeabilitas
Kehadiran hidrokarbon dari bau dan pengujian dengan sinar ultraviolet
Tipe mineral
Kehadiran fracture dan orientasinya
Kenampakan dip

Keterbatasan Analisis Core
Data core tidak selalu akurat, menurut Darling (2005) ada sejumlah alasan
yang menyebabkan hal tersebut yaitu:
Suatu core diambil pada water leg, dimana proses diagenesis mungkin saja
terjadi, hal ini menyebabkan core tidak selalu dapat mewakili oil atau gas leg di
reservoar.
Coring dan proses pemulihannya menyebabkan tejadinya perubahan
tekanan dan suhu batuan sehingga bisa menyebabkan terjadinya perubahan
struktur pada batuan tersebut
Proses penyumbatan, pembersihan, dan pengeringan dapat
mengubah wettability dari sumbat sehingga membuatnya tidak bisa
merepresentasikan kondisi di bawah lubang bor.
Pengukuran resistivitas sumbat pada suhu lingkungan dengan
menggunakan udara sebagai fluida yang tidak basah (nonwetting fluid) bisa
tidak merepresentasikan kondisi reservoar.

2.2.3 Well Logging
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan
yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008).
Data yang dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses
kerjanya, logging dibagi menjadi dua jenis yaituwireline logging dan logging
while drilling bor (Ellis & Singer,2008). Wireline loggingdilakukan ketika
pemboran telah berhenti dan kabel digunakan sebagai alat untuk
mentransmisikan data. Pada logging while drilling, logging dapat dilakukan
bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini tidak menggunakan kabel
untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih banyak
digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien
walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak
secepat wireline logging.






2.3 Tujuan dari Evaluasi Formasi
Tujuan dari evaluasi formasi menurut Ellis & Singer (2008) adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan ada tidaknya hidrokarbon
Hal yang pertama kali dilakukan adalah menentukan apakah di formasi
batuan tersebut terdapat hidrokarbon, setelah itu ditentukan jenisnya, minyak
atau gas
1. Menentukan dimana tepatnya hidrokarbon tersebut berada
Evaluasi formasi diharapkan mampu menjelaskan pada kedalaman berapa
hidrokarbon tersebut berada dan pada lapisan batuan apa saja
1. Menentukan berapa banyak kandungan hidrokarbon tersebut di dalam formasi
Berapa banyak hidrokarbon yang terdapat di dalam formasi harus bisa
diketahui. Aspek paling penting untuk mengetahui kandungan hidrokarbon
adalah dengan menentukan porositas batuan karena hidrokarbon terdapat di
dalam pori pori batuan.
1. Menentukan apakah hidrokarbon tersebut potensial untuk diproduksi atau tidak
Untuk menentukan potensial atau tidaknya hidrokarbon yang berada di dalam
formasi batuan membutuhkan banyak parameter yang harus diketahui.
Parameter yang paling penting adalah permeabilitas batuan, faktor kunci
lainnya adalah oil viscosity.
Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data data yang
berasal dari sumur bor. Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan
saturasi hidrokarbon sebagai fungsi kedalaman dengan menggunakan
informasi geologi lokal dan sifat fluida yang terakumulasi di dalam reservoar
bor (Ellis & Singer,2008). Variasi formasi batuan bawah permukaan yang
sangat luas menyebabkan berbagai peralatan logging harus digunakan untuk
memperoleh hasil yang ideal bor (Ellis & Singer,2008).



BAB III
PENGERTIAN WELL LOGGI NG
3.1 Pengertian Log dan Well Logging
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam
sebuah sumur (Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan data log
disebut logging Logging memberikan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada
situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk mengetahui sifat sifat batuan dan cairan.
Well logging dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang berarti
electrical coring, hal itu merupakan definisi awal dari well logging ketika
pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Saat ini well logging diartikan
sebagai perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh
melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Well
logging mempunyai makna yang berbeda untuk setiap orang bor (Ellis &
Singer,2008). Bagi seorang geolog, well logging merupakan teknik pemetaan
untuk kepentingan eksplorasi bawah permukaan. Bagi seorang
petrofisisis, well logging digunakan untuk mengevaluasi potensi produksi
hidrokarbon dari suatu reservoar. Bagi seorang geofisisis,
well logging digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui seismik.
Seorang reservoir enginer menggunakan well log sebagai data pelengkap
untuk membuat simulator. Kegunaan utama dari well logging adalah untuk
mengkorelasikan pola pola electrical conductivity yang sama dari satu sumur
ke sumur lain kadang kadang untuk area yang sangat luas bor (Ellis &
Singer,2008). Saat ini teknologi well logging terus berkembang sehingga
dapat digunakan untuk menghitung potensi hidrokarbon yang terdapat di
dalam suatu formasi batuan.
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam
sebuah sumur (Harsono, 1997). Log elektrik pertama kali digunakan pada 5
September 1927 oleh H. Doll dan Schlumberger bersaudara pada lapangan
minyak kecil di Pechelbronn, Alsace, sebuah propinsi di timur laut Prancis
(Ellis & Singer,2008). Log terus mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Pada tahun 1929 log resistivitas mulai digunakan, disusul dengan
kehadiran log SP tiga tahun kemudian, selanjutnya log neutron digunakan
pada tahun 1941 disusul oleh kehadiran mikrolog,laterolog, dan log sonic
pada tahun 1950-an (Schlumberger,1989).

3.2 Macam macam metode yang digunakan untuk memperoleh data log
Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh
data log menjadi dua macam, yaitu:
3.2.1 Wireline Logging
Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan melalui
kabel (wire).Instrumen instrumen yang terdapat pada alat ini (lihat gambar
3.1) adalah:
1. Mobile laboratory
2. Borehole
3. Wireline
4. Sonde (lihat gambar 3.2)

Gambar 3.1 Alat-alat yang digunakan dalam wireline logging
(Ellis & Singer,2008 dengan modifikasi).
Untuk menjalankan wireline logging, lubang bor harus dibersihkan dan
distabilkan terlebih dahulu sebelum peralatan logging dipasang
(Bateman,1985). Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengulurkan kabel
ke dalam lubang bor hingga kedalaman maksimum lubang bor tersebut
(Bateman,1985). Sebagian besar log bekerja ketika kabel tersebut ditarik dari
bawah ke atas lubang bor. Kabel tersebut berfungsi sebagai transmiter data
sekaligus sebagai penjaga agar alat logging berada pada posisi yang
diinginkan (Bateman,1985). Bagian luar kabel tersusun atas galvanized
steel sedangkan bagian dalamnya diisi oleh konduktor listrik (Ellis &
Singer,2008). Kabel tersebut digulung dengan menggunakan motorized
drum yang digerakkan secara manual selama loggingberlangsung (Ellis &
Singer,2008). Drum tersebut menggulung kabel dengan kecepatan antara
300 m/jam (1000 ft/jam) hingga 1800 m/jam (6000 ft/jam) tergantung pada
jenis alat yang digunakan (Ellis & Singer,2008). Kabel logging mempunyai
penanda kedalaman (misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik namun
koreksi kedalaman harus dilakukan akibat tegangan kabel dan pengaruh
listrik (Bateman,1985).
Biaya sewa rig yang mahal dan logging pada sumur bor yang harus dilakukan
dengan seketika membuat alat logging modern saat ini dirancang agar bisa
menjalankan beberapa fungsi sekaligus. Rangkaian triple-combo yang dimiliki
oleh Schlumberger misalnya dapat mengukur resistivitas, densitas,
mikroresistivitas, neutron, dan gamma ray sekaligus (Harsono,1997). Apabila
rangkaian tersebut ditambahi dengan alat Sonik maka rangkaian yang
dihasilkan disebut rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian
tersebut mampu bekerja dengan kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).
Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut
kemudian diolah oleh CSU (Cyber service unit). CSU merupakan
sistem logging komputer terpadu di lapangan yang dibuat untuk
kepentingan logging dengan menggunakan program komputer yang
dinamakan cyberpack (Harsono,1997). Sistem komputer CSU merekam,
memproses dan menyimpan data logging dalam bentuk digital dengan format
LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital Log-Interchange Standard) atau
ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi menampilkan data log dalam
bentuk grafik (Harsono,1997).
Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah
MAXIS (Multiasking Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu
mentransmisikan data lebih cepat dari sistem CSU. Tidak seperti
sistem logging lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan menampilkan
gambar atau citra berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-
alat logging generasi baru (Harsono,1997). Gambar atau citra data ini
mempermudah karakterisasi reservoar dan interpretasi data di lapangan.
Gambar 3.2 Berbagai jenis alat logging.
Dari kiri ke kanan, dipmeter, alat sonik, alat densitas, dan dipmeter dengan
banyak elektroda
((Ellis & Singer,2008).

Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelebihan wireline logging sebagai
berikut:
Mampu melakukan pengukuran terhadap kedalaman logging secara otomatis
Kecepatan transmisi datanya lebih cepat daripada LWD, mampu mencapai 3
Mb/detik.

Wireline logging juga mempunyai sejumlah kekurangan (Darling,2005) yaitu:
Sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena menggunakan
kabel
Informasi yang didapat bukan merupakan real-time data

3.2.2 Logging While Drilling
Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data log
dimanalogging dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal
ini dikarenakan alatlogging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada
LWD, pengukuran dilakukan secara real time oleh measurement while
drilling (Harsono,1997)..
Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor,
sebuah sistem transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan (lihat
gambar 3.3). Sensor loggingditempatkan di belakang drill bit, tepatnya
pada drill collars (lengan yang berfungsi memperkuat drill string) dan aktif
selama pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke
permukaan dalam format digital melalui pulse telemetry melewati lumpur
pemboran dan kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan
(Harsono,1997). Sinyal tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak
dengan pelan selama proses pemboran. Logging berlangsung sangat lama
sesudah pemboran dari beberapa menit hingga beberapa jam tergantung
pada kecepatan pemboran dan jarak antara bit dengan sensor di bawah
lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD
meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya
sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang
digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan
sama baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan
cara yang sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik
pembacaan dan kualitas data kedua log tersebut sedikit berbeda.




Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan
dibandingkan denganwireline logging yaitu:
Data yang didapat berupa real-time information
Informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan penting selama
pemboran dilakukan seperti menentukan arah dari mata bor atau
mengatur casing.
Informasi yang didapat tersimpan lebih aman
Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori khusus
yang tetap dapat tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada sumur.
Dapat digunakan untuk melintas lintasan yang sulit
LWD tidak menggunakan kabel sehingga dapat digunakan untuk menempuh
lintasan yang sulit dijangkau oleh wireline logging seperti pada sumur
horizontal atau sumur bercabang banyak (high deviated well).
Menyediakan data awal apabila terjadi hole washing-out atau invasi
Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat
dan baru dilepas ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan
sebagai pulsa pada mud column secara real-time pada saat pemboran
berlangsung (Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Darling
(2005) menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat
penggunaannya menjadi terbatas yaitu:
Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang
dipompa melewati drillstring.
Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string, biasanya
hanya dapat bekerja antara 40-90 jam
Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang
terbatas hingga beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data akan
mulai direkam di atas data yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan sejumlah
parameter yang direkam, memori tersebut penuh antara 20-120 jam
Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau data
tidak dapat ditransmisikan.
Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat
kecepatannya menjadi sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh
dibawah wireline logging yang bisa mencapai 3 Mb/s.


Gambar 3.3 Alat LWD
(http://hznenergy.com/loggingwhiledrilling)


BAB IV
MACAM MACAM LOG
4.1 Log Natural Gamma Ray
Sesuai dengan namanya, Log Gamma Ray merespon radiasi gamma alami
pada suatu formasi batuan (Ellis & Singer,2008). Pada formasi batuan
sedimen, log ini biasanya mencerminkan kandungan unsur radioaktif di dalam
formasi. Hal ini dikarenakan elemen radioaktif cenderung untuk terkonsentrasi
di dalam lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya mempunyai tingkat
radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena
kontaminasi radioaktif misalnya dari debu volkanik atau granit
(Schlumberger,1989)
Log GR dapat digunakan pada sumur yang telah di-
casing (Schlumberger,1989). Log GR juga sering digunakan bersama-sama
dengan log SP (lihat gambar 4.1) atau dapat juga digunakan sebagai
pengganti log SP pada sumur yang dibor dengan menggunakan salt mud,
udara, atau oil-base mud (Schlumberger,1989). Log ini dapat digunakan untuk
korelasi sumur secara umum
Gambar 4.1 Perbandingan antara kurva Gamma Ray dengan kurva SP dan
Caliper (Ellis & Singer,2008)
Karakteristik Gamma Ray
Gamma ray dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik berenergi tinggi yang
dikeluarkan secara spontan oleh elemen radioaktif (Schlumberger,1989).
Hampir semua radiasi gamma yang ditemukan di bumi berasal dari isotop
potassium yang mempunyai berat atom 40 (K
40
) serta unsur radioaktif uranium
dan thorium (Schlumberger,1989).
Setiap unsur tersebut menghasilkan gamma rays dengan jumlah dan energi
yang berbeda untuk masing masing unsur. Potassium (K40) mengeluarkan
gamma ray sebagai energi tunggal pada 1,46 MeV, sedangkan uranium dan
thorium mengeluarkan berbagai variasi gamma ray (Ellis &
Singer,2008) (lihat gambar 4,2).
Gambar 4.2 Distribusi sinar gamma dari tiga unsur radioaktif yang berbeda
(Ellis & Singer,2008).

Untuk melewati suatu materi, gamma ray bertumbukan dengan atom dari zat
penyusun formasi (Ellis & Singer,2008). Gamma ray akan kehilangan
energinya setiap kali mengalami tumbukan, Setelah energinya hilang, gamma
ray diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang disebut efek
fotoelektrik (Ellis & Singer,2008). Jadi gamma ray diabsorbsi secara gradual
dan energinya mengalami reduksi setiap kali melewati formasi. Laju absorbsi
berbeda sesuai dengan densitas formasi (Schlumberger,1989). Formasi
dengan jumlah unsur radioktif yang sama per unit volum tapi mempunyai
densitas yang berbeda akan menunjukkan perbedaan tingkat radioaktivitas
Formasi yang densitasnya lebih rendah akan terlihat sedikit lebih radioaktif.
Respon GR log setelah dilakukan koreksi terhadap lubang bor dan
sebagainya sebanding dengan berat konsentrasi unsur radioaktif yang ada di
dalam formasi (Schlumberger,1989).

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana
= densitas mineral radioaktif
= bulk volume factors mineral
= proportionally factors corresponding mineral radioaktif
= bulk density formasi

Peralatan
GR sonde memiliki detektor untuk mengukur radiasi gamma yang terjadi pada
formasi di dekat sonde. Detektor scintillation umumnya digunakan untuk
pengukuran ini (Schlumberger,1989). Detektor ini lebih efisien dibandingkan
dengan detektor Geiger-Mueller yang digunakan di masa lalu
(Schlumberger,1989). Panjang detektor ini hanya beberapa inchi sehingga
detil formasi bisa diperoleh dengan baik.

4.2 Spectral Gamma Ray Log
Sama seperti GR log, spectral gamma ray log mengukur radioaktivitas alami
dari formasi. Namun berbeda dengan GR log yang hanya mengukur
radioakivitas total, log ini dapat membedakan konsentrasi unsur potassium,
uranium, dan thorium di dalam formasi batuan (Schlumberger,1989).



Prinsip Pengukuran
Log spektral menggunakan detektor sodium iodide
scintillation (Schlumberger,1989). Sinar gamma yang dikeluarkan oleh formasi
jarang yang langsung ditangkap oleh detektor. Hal ini disebabkan karena
sinar tersebut menyebar dan kehilangan energinya melalui tiga jenis interaksi
dengan formasi; efek fotoelektrik, hamburan compton, dan produksi
berpasangan (Ellis & Singer,2008). Karena tiga jenis interaksi tersebut dan
respon dari detektor sodium iodide scintillation, kurva yang dihasilkan
mengalami degradasi sehingga menjadi lebih lentur.
Gelombang energi yang dideteksi dibagi menjadi tiga jendela energi yaitu W1,
W2, dan W3; dimana tiap tiap jendela merefleksikan karakter dari tiga jenis
radioaktivitas yang berbeda. Dengan mengetahui respon alat dan jumlah
yang dihitung pada tiap jendela kita dapat mendeterminasi banyaknya
thorium 232, uranium 238, dan potassium 40 yang ada di dalam formasi
(Schlumberger,1989).

Tampilan Log
Log spektral merekam jumlah potassium, thorium, dan uranium yang ada di
dalam formasi (Schlumberger,1989). Unsur unsur tersebut biasanya
ditampilkan di dalam Track 2 dan 3 dari log . Konsentrasi thorium dan
uranium ditampilkan dalam bentuk berat per juta (bpj) sedangkan konsentrasi
potassium ditampilkan dalam bentuk persentase (Schlumberger,1989).
Jumlah total ketiga unsur radioaktif tersebut direkam di dalam kurva GR yang
ditampilkan di Track 1 (Schlumberger,1989). Respon total tersebut
dideterminasi berdasarkan kombinasi linear dari konsentrasi potassium,
uranium, dan thorium (Schlumberger,1989). Kurva GR standar ditampilkan
dalam bentuk API units. Jika diperlukan, nilai CGR juga bisa
ditampilkan (lihat gambar 4.3). Nilai tersebut merupakan jumlah sinar gamma
yang berasal dari potassium dan thorium saja, tanpa
uranium (Schlumberger,1989).

Gambar 4.3 Tampilan log Spektral Gamma Ray
(Ellis & Singer,2008).
4.3 Log SP
Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di
permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor
yang bergerak turun naik (Harsono,1997). Potensial listrik tersebut disebut
potentiels spontanes, atau spontaneous potentials oleh Conrad
Schlumberger dan H.G. Doll yang menemukannya (Rider,1996). Supaya SP
dapat berfungsi, lubang harus diisi oleh lumpur konduktif.




Secara alamiah, karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya
mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor (Harsono,1997).
Pada lapisan serpih, tidak ada aliran listrik sehingga potensialnya konstan.
Hal ini menyebabkan kurva SP-nya menjadi rata dan menghasilkan garis
yang disebut sebagai garis dasar serpih (shale base line) (lihat gambar 4.4).
Kurva SP akan menunjukkan karakteristik yang berbeda untuk tiap jenis
litologi (lihat gambar 4.5)
Gambar 4.4 Pergerakan kurva SP di dalam lubang bor
(Dewan dalam Ellis & Singer,2008 dengan modifikasi)

Saat mendekati lapisan permeabel, kurva SP akan mengalami defleksi ke kiri
(negatif) atau ke kanan (positif). Defleksi ini dipengaruhi oleh salinitas relatif
dari air formasi dan lumpur penyaring (Harsono,1997). Jika salinitas air
formasi lebih besar daripada salinitas lumpur penyaring maka defleksi akan
mengarah ke kiri sebaliknya apabila salinitas lumpur penyaring yang lebih
besar daripada salinitas air formasi maka defleksi akan mengarah ke kanan
(Harsono,1997).
Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang
berbeda melainkan selalu mempunyai sudut kemiringan (Harsono,1997). Jika
lapisan permeabel itu cukup tebal maka kurva SP menjadi konstan bergerak
mendekati nilai maksimumnya sebaliknya bila memasuki lapisan serpih lain
maka kurva akan bergerak kembali ke nilai serpih secara teratur
(Harsono,1997).
Kurva SP tidak dapat direkam di dalam lubang bor yang diisi dengan lumpur
non-konduktif, hal ini karena lumpur tersebut tidak dapat menghantarkan arus
listrik antara elektroda dan formasi (Harsono,1997). Selanjutnya apabila
resistivitas antara lumpur penyaring dan air formasi hampir sama, defleksi
akan sangat kecil dan kurva SP menjadi tidak begitu berguna (Harsono,1997).
Gambar 4.5 Kenampakan kurva SP terhadap berbagai variasi litologi
(Asquith dalam Ellis & Singer,2008)


4.4 Log Densitas
Log densitas merekam bulk density formasi batuan (Schlumberger,1989). Bulk
densitymerupakan densitas total dari batuan meliputi matriks padat dan fluida
yang mengisi pori. Secara geologi, bulk density merupakan fungsi dari
densitas mineral yang membentuk batuan tersebut dan volume fluida bebas
yang menyertainya (Rider,1996). Sebagai contoh, batupasir tanpa porositas
mempunyai bulk density 2,65g/cm
3
, densitasnya murni berasal dari kuarsa.
Apabila porositasnya 10%, bulk density batupasir tersebut tinggal 2,49g/cm
3
,
hasil rata rata dari 90% butir kuarsa (densitasnya 2,65g/cm
3
) dan 10% air
(densitasnya 1,0g/cm
3
) (Rider,1996).

Prinsip Kerja
Sebuah sumber radioaktif yang diarahkan ke dinding bor mengeluarkan sinar
gamma berenergi sedang ke dalam formasi (Schlumberger,1989). Sinar
gamma tersebut bertumbukan dengan elektron yang ada di dalam formasi.
Pada tiap kali tumbukan, sinar gamma kehilangan sebagian energinya yang
diserap oleh elektron (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut terus
bergerak dengan energinya yang tersisa. Jenis interaksi ini dikenal sebagai
hamburan Compton (Schlumberger,1989). Hamburan sinar gamma tersebut
kemudian ditangkap oleh detektor yang ditempatkan di dekat sumber sinar
gamma. Jumlah sinar gamma yang kembali tersebut kemudian digunakan
sebagai indikator dari densitas formasi (Schlumberger,1989).
Nilai hamburan Compton dipengaruhi oleh jumlah elektron yang di dalam
formasi (Schlumberger,1989). Sebagai akibatnya, respon density
tool dibedakan berdasarkan densitas elektronnya (jumlah elektron tiap
centimeter kubik). Densitas elektron berhubungan dengan true bulk
density yang bergantung pada densitas matriks batuan, porositas formasi, dan
densitas fluida yang mengisi pori (Schlumberger,1989).

Perlengkapan
Untuk mengurangi pengaruh dari mud column, maka detektor dan skidmounted
sourceharus dipasangi perisai (Schlumberger,1989). Sebuah koreksi
diperlukan ketika kontak antara skid dan formasi tidak sempurna. Jika hanya
ada satu detektor yang digunakan, koreksi tidak mudah untuk dilakukan
karena pengoreksian bergantung pada ketebalan, berat, dan
komposisi mudcake atau mud interposed di antara skid dan formasi
(Schlumberger,1989).
Pada formation density logging (FDC), digunakan dua buah detektor dengan
ruang dan kedalaman yang berbeda (Schlumberger,1989). Dengan demikian
maka koreksi dapat lebih mudah dilakukan.

4.5 Log Neutron
Log Neutron digunakan untuk mendeliniasi formasi yang porous dan
mendeterminasi porositasnya (Schlumberger,1989). Log ini mendeteksi
keberadaan hidrogen di dalam formasi. Jadi pada formasi bersih dimana pori
pori telah terisi oleh air atau minyak, log neutron merefleksikan porositas
yang terisi oleh fluida (Schlumberger,1989).
Zona gas juga dapat diidentifikasi dengan membandingkan hasil pengukuran
log neutron dengan log porositas lainnya atau
analisis core (Schlumberger,1989). Kombinasi log neutron dengan satu atau
lebih log porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas dan identifikasi
litologi yang lebih akurat dibandingkan dengan evaluasi kandungan serpih
(Schlumberger,1989).
Prinsip Kerja
Neutron merupakan bagian dari atom yang tidak memiliki muatan namun
massanya ekuivalen dengan inti hidrogen (Schlumberger,1989). Neutron
berinteraksi dengan material lain melalui dua cara, yaitu melalui kolisi dan
absorbsi: kolisi umumnya terjadi pada tingkat energi tinggi sedangkan
absorbsi terjadi pada tingkat energi yang lebih rendah (Schlumberger,1989).
Jumlah energi yang hilang setiap kali terjadi kolisi tergantung pada massa
relatif inti yang betumbukan dengan neutron tersebut (Schlumberger,1989).
Kehilangan energi terbesar terjadi apabila neutron bertumbukan dengan
material lain yang memiliki massa sama dengannya, misalnya inti hidrogen
(Schlumberger,1989) . Tumbukan dengan inti yang berat tidak akan terlalu
memperlambat laju dari neutron. Jadi, penurunan terbesar jumlah neutron
yang kembali ditentukan oleh seberapa besar kandungan air di dalam formasi
batuan tersebut (Schlumberger,1989).
Dalam waktu beberapa mikrodetik, neutron yang telah diperlambat melalui
kolisi akan bergerak menyebar secara acak tanpa kehilangan banyak energi
(Schlumberger,1989). Neutron tersebut baru akan berhenti apabila ditangkap
oleh inti dari atom seperti klorin, hidrogen, atau silikon (Schlumberger,1989).
Saat konsentrasi hidrogen di dalam material yang mengelilingi sumber
neutron besar, sebagian besar neutron akan bergerak semakin lambat dan
dapat ditangkap pada jarak yang dekat dengan sumber (Schlumberger,1989).
Sebaliknya, apabila konsentrasi hidrogennya sedikit, neutron akan bergerak
jauh dari sumbernya baru kemudian ditangkap oleh inti atom lain (lihat
gambar 4.6). Berdasarkan hal tersebut maka kandungan hidrogen di dalam
suatu formasi batuan dapat ditentukan (Schlumberger,1989).
Gambar 4.6 Skema cara kerja log neutron
http://www.easternutd.com/pulseneutronlogging
Peralatan
Peralatan logging neutron meliputi GNT (gamma neutron tool) tool series, dan
SNP(sidewall neutron porosity) tool (Harsono,1997). GNT merupakan detektor
yang sensitif terhadap energi tinggi sinar gamma dan panas dari neutron.
GNT dapat digunakan pada lubang bor dengan atau
tanpa casing (Harsono,1997). Meskipun perlengkapan ini respon utamanya
adalah terhadap porositas, GNT juga bisa mendeteksi pengaruh akibat
salinitas fluida, suhu, tekanan, ukuran lubang bor, mudcake, standoff, dan berat
lumpur (Harsono,1997).
Pada peralatan SNP, detektornya hanya mampu mendeteksi neutron yang
memiliki energi sekitar 0,4 eV (epitermal). Harsono (2007) menyebutkan
sejumlah keunggulan SNP dibandingkan dengan NGT yaitu:
Efek lubang bor lebih sedikit
Neutron yang diukur adalah neutron epithermal, hal ini mengurangi efek
negatif dari penyerap neutron thermal kuat (seperti boron dan klorin) pada air
formasi dan matriks.
Koreksi yang diperlukan dilakukan secara otomatis oleh instrumen yang ada di
permukaan
SNP menghasilkan pengukuran yang baik pada lubang kosong
Perlengkapan SNP dirancang hanya bisa dioperasikan pada open holes, baik
yang terisi oleh cairan maupun yang kosong. Diameter minimal lubang bor
yang diperlukan adalah 5 inchi (Harsono,1997).










Tampilan Log
Gambar 4.6 Tampilan log densitas dan log neutron (Ellis & Singer,2008).




4.6 Log Resistivitas
Log resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh
kuat arus listrik, dinyatakan dalam ohmmeter (Schlumberger,1989).
Resistivitas ini mencerminkan batuan dan fluida yang terkandung di dalam
pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon akan mempunyai tahanan
jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila terisi oleh air
formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya hanya
beberapa ohmmeter (Schlumberger,1989). Suatu formasi yang porositasnya
sangat kecil(tight) juga akan menghasilkan tahanan jenis yang sangat tinggi
karena tidak mengandung fluida konduktif yang dapat menjadi konduktor alat
listrik (Schlumberger,1989). Menurut jenis alatnya, log ini dibagi menjadi dua
yaitu laterolog, dipakai untuk pemboran yang menggunakan lumpur
pemboran yang konduktif dan induksi yang digunakan untuk pemboran yang
menggunakan lumpur pemboran yang fresh mud (Harsono,1997).
Berdasarkan jangkauan pengukuran alatnya, log ini dibagi menjadi tiga yaitu
dangkal (1-6 inci), medium (1,5-3 feet) dan dalam (>3 feet).

1. Alat Laterolog
Alat DLT memfokuskan arus listrik secara lateral ke dalam formasi dalam
bentuk lembaran tipis (Harsono,1997). Ini dicapai dengan menggunakan arus
pengawal (bucking current) yang berfungsi untuk mengawal arus
utama (measured current) masuk ke dalam formasi sedalam-dalamnya.
Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus
listrik utama yang besarnya tetap, resistivitasnya dapat dihitung dengan
hukum Ohm (Schlumberger,1989).
Sebenarnya alat DLT terdiri dari dua bagian, bagian pertama mempunyai
elektroda yang berjarak sedemikian rupa untuk memaksa arus utama masuk
sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur LLd, resistivitas laterolog
dalam (Harsono,1997). Bagian lain mempunyai elektroda yang berjarak
sedemikian rupa membiarkan arus utama terbuka sedikit, dan mengukur LLs,
resistivitas laterolog dangkal (Harsono,1997). Hal ini tercapai karena arus
yang dipancarkan adalah arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda.
Arus LLd menggunakan frekuensi 28kHz sedangkan frekuensi arus LLs
adalah 35 kHz (Harsono,1997).

Bila alat DLT mendekati formasi dengan resistivitas sangat tinggi atau
selubung baja, bentuk arus DLT akan terpengaruh (Harsono,1997). Hal ini
akan mengakibatkan pembacaan yang terlalu tinggi pada LLd. Pengaruh ini
dikenal dengan sebutan efek Groningen (Harsono,1997).
DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang
mampu mendeteksi dampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg
(Harsono,1997). Bila terdapat efek Groningan biasanya pembacaan LLg tidak
sama dengan LLd pada jarak anatara titik sensor dan torpedo
kabel logging (Harsono,1997).

1. Alat Induksi
Terdapat beberapa jenis alat Induksi yaitu: IRT (Induction Resistivity Tool), DIT-
D (Dual Induction Type-D), dan DIT-E (Dual Induction Type-
E) (Harsono,1997). Alat-alat tersebut menghasilkan jenis log yang berbeda
pula. IRT menghasilkan ISF (Induction Spherically Focussed), DIT-D
menghasilkan DIL (Dual Induction Log) sedangkan DIT-E menghasilkan
PI (Pahsor Induction) (Harsono,1997).
Prinsip ISF Log
Sonde terdiri dari dua set kumparan yang disusun dalam
batangan fiberglass non-konduktif (Harsono,1997). Suatu rangkaian osilator
menghasilkan arus konstan pada kumparan pemancar.
Berdasarkan hukum fisika kita tahu bahwa bila suatu kumparan dialiri arus
listrik bolak-balik akan menghasilkan medan magnet, sebaliknya medan
magnet akan menimbulkan arus listrik pada kumparan (Harsono,1997). Hal
ini menyebabkan arus listrik yang mengalir dalam kumparan alat induksi ini
menghasilkan medan magnet di sekeliling sonde (Harsono,1997). Medan
magnet ini akan menhasilkan arus eddy di dalam formasi di sekitar alat
sesuai dengan hukum Faraday.
Formasi konduktif di sekitar alat bereaksi seperti kumparan-kumparan kecil
(Harsono,1997). Bisa dibayangkan terdapat berjuta-juta kumparan kecil di
dalam kimparan yang menghasilkan arus eddy terinduksi (Harsono,1997).
Arus eddy selanjutnya menghasilkan medan magnet sendiri yang dideteksi
oleh kumparan penerima. Kekuatan dari arus pada penerima sebanding
dengan kekuatan dari medan magnet yang dihasilkan dan sebanding dengan
arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi (Harsono,1997).

Perbandingan antara pengukuran Laterolog dan Induksi
Hampir setiap alat pengukur resistivitas saat ini dilengkapi dengan alat
pemfokus. Alat tersebut berfungsi untuk mengurangi pengaruh akibat fluida
lubang bor dan lapisan di sekitarnya (Harsono,1997). Dua jenis alat pungukur
resistivitas yang ada saat ini: induksi dan laterolog memiliki karakteristik
masing-masing yang membuatnya digunakan untuk situasi yang berbeda
(Harsono,1997).
Log induksi biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang yang
menggunakan lumpur bor konduktif sedang, non-konduktif (misalnya oil-base
muds) dan pada lubang bor yang hanya berisi udara (Harsono,1997).
Sementara itu laterolog direkomendasikan pada lubang bor yang
menggunakan lumpur bor sangat konduktif (misalnya salt muds)
(Harsono,1997).
Alat induksi, karena sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan
pada formasi batuan dengan resistivitas rendah sampai sedang
(Harsono,1997). Sedangkan laterolog karena menggunakan peralatan yang
sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi dengan
resistivitas sedang sampai tinggi (Harsono,1997).
.







BAB V
APLIKASI WELL LOGGI NG DALAM EVALUASI FORMASI

5.1 Mengidentifikasi Reservoar
Indikator yang paling dapat dipercaya terhadap keberadaan reservoar adalah
dengan melihat pergerakan dari log densitas dan log neutron, yaitu ketika log
densitas bergerak ke kiri (densitas rendah) dan bersinggungan atau
bersilangan dengan kurva neutron (Darling, 2005). Pada reservoar klastik,
hampir tiap keberadaan reservoar dihubungkan dengan log gamma ray. Pada
sejumlah kecil reservoar, log GR tidak dapat digunakan sebagai indikator
pasir karena kehadiran mineral radioaktif di dalam pasir. Serpih dapat dengan
jelas dikenali sebagai suatu zona ketika log densitas berada di sebelah kanan
dari log neutron, dicirikan dengan nilai unit porositas sebesar 6 atau lebih
(Darling, 2005).
Jadi crossover antara log densitas dan log neutron lebih baik digunakan untuk
mengidentifikasi reservoar. Zona gas akan menunjukkan nilai crossover yang
lebih besar daripada zona air dan minyak (Darling, 2005). Log densitas dan
log neutron merupakan hasil pengukuran statistik (diukur berdasarkan waktu
kedatangan sinar gamma pada detektor yang bersifat acak) sehingga
tampilannya dapat tetap meliuk-liuk walaupun berada pada litologi yang
homogen (Darling, 2005). Oleh karena itu sangat berbahaya apabila kita
membuat aturan ketat bahwa kurva densitas harus berpotongan dengan
kurva neutron untuk menyatakan bahwa lapisan tersebut adalah net
sand. Untuk sebagian besar reservoar, Darling (2005) menyarankan aturan
aturan berikut ini:
Menentukan pembacaan rata-rata GR pada clean sand (GRsa) dan nilai serpih
(GRsh). Jangan gunakan nilai pembacaan terbesar yang teramati tapi gunakan
kenampakan secara umum yang teramati.
Menentukan volume serpih, Vsh sebagai (GR-GRsa)/(GRsh-GRsa). Dengan
membandingkan Vsh terhadap respon densitas dan neutron, tentukan nilai
Vsh yang akan digunakan sebagai cutoff. Umumnya nilai cutoff adalah 50%.
Jika GR tidak dapat digunakan sebagai indikator pasir, lakukan langkah yang
sama seperti pada pengukuran net sand lalu gunakan nilai porosity cutoff.
5.2 Mengidentifikasi jenis fluida dan kontak antar fluida
Perhitungan porositas tergantung pada jenis fluida yang ada di dalam formasi
sehingga penting bagi kita untuk tahu mengenai prinsip keberadaan dan
kontak fluida tersebut di dalam formasi (Darling, 2005). Jika tersedia informasi
regional mengenai posisi gas/oil contact (GOC) atau oil/water contact (OWC),
hubungkan kedalaman OWC atau GWC tersebut terhadap kedalaman sumur
yang kita amati lalu tandai posisinya pada log (Darling, 2005).
Hal pertama yang dilakukan adalah membandingkan densitas dan
pembacaan paling besar dari log resistivitas untuk mengetahui kehadiran
hirokarbon. Pada classic response, resistivitas dan densitas akan terlihat
seperti tremline (bergerak searah ke kiri atau ke kanan) untuk pasir yang
mengandung air dan membentuk kenampakan seperti cermin ( bergerak
berlawanan arah, yang satu ke kiri dan yang satu kanan) pada pasir yang
mengandung hidrokarbon (Darling, 2005). Meskipun demikian Menurut
Darling (2005) tidak semua zona air dan hidrokarbon tidak menunjukkan
kenampakan seperti itu karena:
Ketika salinitas air formasi sangat tinggi, resistivitas clean sand juga akan
turun
Pada shally sand zones yang mempunyai proporsi zat konduktif tinggi,
resestivitasnya akan tetap kecil walaupun berfungsi sebagai reservoar.
Jika pasir tersebut merupakan laminasi tipis yang terletak diantara serpih, maka
resistivitasnya akan tertutupi oleh resistivitas serpih sehingga nilainya akan
tetap kecil
Jika sumur telah dibor dengan jauh melebihi kesetimbangan normal (very high
overbalance) maka invasi dapat menutupi respon hidrokarbon
Bila air formasi sangat murni (Rw tinggi) resistivitasnya dapat terlihat seperti
hidrokarbon padahal merupakan water-bearing zones.
Sangat penting untuk melihat nilai absolut dari resistivitas dibandingkan
sekedar melihat kenampakan kurva densitas. Bila resistiviasnya lebih besar
daripada resistivitas air maka apapun bentuk kurvanya kita patut menduga
bahwa di daerah itu berpotensi mengandung hidrokarbon (Darling,2005).
Apabila kita masih ragu di daerah tersebut ada hidrokarbon atau tidak maka
kita bisa mengujinya dengan data mud log. Meskipun demikian data mud
log tidak selalu bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon,
khususnya bila pasirnya tipis danoverbalance tinggi (Darling, 2005). Selain itu
beberapa gas minor akan terlihat hanya sebagai water bearing (Darling, 2005).
Seperti yang telah dinyatakan di awal, zona gas akan
mempunyai crossover kurva neutron dan densitas yang lebih besar daripada
zona minyak (Darling, 2005). Pada very clean porous sand, GOC akan relatif
lebih mudah untuk diidentifikasi. Meskipun demikian, GOC hanya
teridentifikasi dengan benar pada sekitar 50% kasus
(Darling,2005). Secondary gas caps yang muncul pada depleted
reservoir biasanya tidak bisa diidentifikasi dengan menggunakan cara ini
(Darling, 2005).. Formation pressure plots lebih bisa diandalkan untuk
mengidentifikasi GOC namun biasanya hanya berguna pada virgin
reservoirs(Darling, 2005) . Berbagai variasi crossplot diusulkan di masa lalu
untuk mengidentifikasi zona gas meliputi log GR, densitas, neutron, dan sonik
namun semuanya tidak bisa dijadikan sebagai acuan (Darling,2005).
Pada depleted reservoir gas telah keluar melalui solution dari zona minyak dan
tidak bisa lagi mencapai kesetimbangan (Darling, 2005). Gas akan tetap
dalam bentuk football-sized pockets yang dikelilingi oleh minyak. Pada situasi
seperti ini log dasar tidak akan bisa memberikan jawaban yang tepat (Darling,
2005).
Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi zona gas adalah dengan
menggunakanshear sonic log yang dikombinasikan dengan compressional
sonic (Darling, 2005). Jikacompressional velocity (Vp) / shear velocity (Vs)
diplotkan terhadap Vp, deviasi akan terlihat pada zona gas karena Vp lebih
dipengaruhi oleh gas dibandingkan Vs (Darling, 2005).

5.3 Menghitung Porositas
Menurut Schlumberger (1989), porositas dapat dihitung dari log densitas
dengan menggunakan persamaan:
=
dengan
rhom = densitas matriks (g/cc)
rhof = densitas fluida (g/cc)

Alat densitas bekerja dengan menginjeksikan sinar gamma ke dalam formasi
batuan yang kemudian menghasilkan efek Compton
scattering (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut kemudian dideteksi
oleh dua buah detektor. Terdapat perbedaan densitas elektron yang
disebabkan oleh perbedaan mineral sehingga sebaiknya dilakukan kalibrasi
terhadap hasil pengukuran densitas. Koreksi tersebut sebenarnya sangat
kecil (kurang dari 1%) sehingga tidak terlalu menjadi masalah
(Schlumberger,1989).
Pada batupasir, rhom memiliki kisaran nilai antara 2,65 sampai 2,67 g/cc. Bila
data core regional tersedia, nilai tersebut dapat diambil dari nilai rata-rata
pengukuran padaconventional core plugs (Schlumberger,1989). Densitas fluida
(rhom) tergantung pada tipe lumpur pemboran, sifat fluida yang ada di
formasi, dan sebagian invasi yang terlihat pada log densitas
(Schlumberger,1989).
Untuk menguji kelayakan nilai yang digunakan, Darling (2005) menyarankan
tes berikut:
Bila informasi regional tersedia, zona porositas rata-rata dapat dibandingkan
denganoffset sumur.
Pada banyak kasus, tidak ada lompatan nilai porositas yang teramati melewati
kontak. Sebuah pengecualian dimana ada nilai porositas yang melewati OWC
merupakan efek diagenetik yang bisa saja terjadi.
Pada batupasir umumnya porositasnya tidak lebih dari 36%.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa porositas yang dihitung dengan
menggunakan log densitas merupakan nilai porositas total sehingga air yang
terikat di dalam pori-pori lempung (clay-bound water) tetap termasuk di
dalamnya (Darling, 2005). Untuk itu hasil pengukuran log densitas perlu
dibandingkan dengan hasil analisis batu inti yang relatif lebih bisa
menghilangkan pengaruh clay-bound water.
Dalam menghitung porositas, penting untuk memeriksa zona yang
mengalami washoutsehingga nilai densitasnya menjadi sangat tinggi tak
menentu dan mengakibatkan nilai porositas tinggi yang tidak realistis (Darling,
2005). Pada sejumlah kasus zona tersebut dapat dikenali dari karakternya
yang soft dan mempunyai porositas tinggi. Meskipun demikian, pada sejumlah
kasus perlu dilakukan pengeditan data log densitas secara manual dengan
menggunakan persamaan tertentu (Darling, 2005). Menurut Schlumberger
(1989), estimasi yang paling baik pada water-bearing section adalah dengan
menggunakan resistivitas sebenarnya (Rt) dan persamaan Archie sebagai
berikut:
Rt = Rw*
-m
*
atau
Sw = [(Rt/Rw)*
m
]
(-1/n)


dengan:
Rw = resistivitas air formasi
M = eksponen dari sementasi atau porositas
Sw = saturasi air
N = eksponen saturasi
Pada porositas efektif, pengukurannya agak berbeda. Pengertian porositas
efektif agak berbeda untuk tiap orang namun menurut Darling (2005),
porositas efektif adalah porositas total dikurangi dengan clay-bound
water . Persamaan untuk menghitung porositas efektif adalah sebagai
berikut:
eff = total * (1 C*Vsh)
Dengan C merupakan faktor yang tergantung pada porositas serpih dan
CEC (caution exchange capacity). Nilai C dapat diperoleh dengan menghitung
porositas total dari serpih murni (Vsh=1) dan mengatur agar eff menjadi nol
(Darling, 2005). Meskipun demikian sejumlah ahli meragukan apakah
pengkoreksian dengan menggunakan asusmsi pada serpih non-reservoar
bisa digunakan pada serpih yang bercampur pasir di reservoar (Darling,
2005). Hal ini menyebabkan sejumlah ahli tidak merekomendasikan
penghitungan porositas efektif sebagai bagian dari quicklook
evaluation (Darling, 2005).
Darling (2005) mengemukakan sejumlah alasan mengenai kelemahan
penggunaancrossplot log densitas dan neutron di dalam menghitung porositas
sebagai berikut:
Log neutron dan densitas merupakan statistical devices dan sangat dipengaruhi
oleh kecepatan logging, kondisi detektor, kekuatan sumber, dan efek lubang
bor. Kesalahan ketika dua buah alat yang bersifat acak tersebut dikomparasikan
jauh lebih besar daripada ketika digunakan sendiri-sendiri.
Neutron dipengaruhi oleh kehadiran atom klorin di dalam formasi. Klorin
terdapat di dalam air formasi dan pada mineral lempung. Hal ini menyebabkan
porositas yang dibaca oleh log neutron hanya akurat pada daerah yang tidak
mengandung kedua hal tersebut.
Neutron juga dipengaruhi oleh kehadiran gas tertentu

5.4 Menghitung Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kemampuan lapisan untuk melewatkan suatu fluida
(Darling, 2005). Agar permeabel, suatu batuan harus mempunyai porositas
yang saling berhubungan (vugs, capillaries, fissures, atau fractures). Ukuran pori,
bentuk dan kontinuitas mempengaruhi permeabilitas formasi (Darling, 2005).
Satuan permeabilitas adalah darcy. Satu darcy adalah kemampuan lapisan
untuk melewatkan satu kubik centimeter per detik fluida dengan viskositas
satu centipose melewati area seluas satu sentimeter persegi dibawah
tekanan sebesar satu atmosfer per sentimeter (Schlumberger,1989). Satu
darcy merupakan unit yang sangat besar sehingga pada prakteknya
satuan milidarcy (md) lebih sering digunakan (Schlumberger,1989).
Permeabelitas formasi batuan sangat bervariasi dari 0,1 md sampai lebih dari
10.000 md (Schlumberger,1989). Penentuan batas minimal permeabelitas
untuk kepentingan komersial dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu: produksi
minyak atau gas, viskositas hidrokarbon, tekanan formasi, saturasi air, harga
minyak dan gas, kedalaman sumur, dan lain-lain (Schlumberger,1989).
Saat dua atau lebih fluida yang tidak bisa menyatu (misalnya air dan minyak)
hadir dalam formasi batuan, kedua fluida tersebut bergerak saling
mengganggu (Schlumberger,1989). Permeabelitas efektif aliran minyak (ko)
atau aliran air (kw) kemudian menjadi berkurang (Schlumberger,1989). Selain
itu jumlah permeabelitas efektif selalu lebih rendah atau sama dengan jumlah
permeabilitas absolut (k). Permeabelitas efektif tidak hanya dipengaruhi oleh
batuan itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah dan karakteristik fluida
yang ada di dalam pori batuan (Schlumberger,1989).
Permeabilitas relatif merupakan rasio permeabelitas efektif terhadap
permeabilitas absolut (Schlumberger,1989). Jadi permeabelitas relatif dari air
(krw) sebanding dengan kw/k sedangkan permeabelitas minyak (kro) setara
dengan ko/k (Schlumberger,1989). Hal tersebut menjelaskan mengapa
permeabelitas relatif biasanya dinyatakan dalam persentase atau pecahan
dan nilainya tidak pernah melebihi 1 atau 100% (Schlumberger,1989).
Pada sejumlah kasus, terdapat hubungan antara nilai porositas dengan
permeabelitas. Hal tersebut mendorong sejumlah peneliti untuk merumuskan
hubungan antara kedua faktor tersebut dalam bentuk persamaan. Wyllie dan
Rose menngeluarkan persamaan k = C* / (Swi) y yang dirumuskan
berdasarkan hubungan antara permeabelitas dan irreducible water
saturation (Schlumberger,1989). Ketergantungan permeabelitas terhadap
porositas tidak dijelaskan melalui persamaan tersebut (Schlumberger,1989).
Berdasarkan persamaan Wyllie dan Rose tersebut sejumlah peneliti
mengeluarkan berbagai macam persamaan yang bisa digunakan untuk
menghitung permeabelitas berdasarkan porositas dan irreducible water
saturation yang didapat dari data well logsebagai berikut:
Tixier
k
1/2
= 250 (
3
/Swi)
Timur
k
1/2
= 100 (
2,25
/Swi)
Coastes-Dumanoir
k
1/2
= (300/w
4
) (
3
/Swi
w
)
Coates
k
1/2
= 70 e
2
(1-Swi) / Swi
dengan
k = permeabelitas
= porositas
Swi = irreducible water saturation
w = parameter tekstural yang berhubungan dengan eksponen sementasi
dan saturasi, w
Jika irreducible water saturation telah dapat ditentukan maka permeabelitas
efektif dan permeabelitas relatif bisa dihitung. Hubungan tersebut diusulkan
oleh Park Jones yang mengeluarkan perhitungan yang masuk akal
untuk shaly dan shaly sand(Schlumberger,1989)
Krw = [(Sw-Swi)/(1-Swi)]
3

dan
Kro= (Sw-Swi)
2,1
/(1-Swi)
2

Dimana Krw dan Kro merupakan permeabelitas relatif untuk air dan minyak;
Swi merupakanirreducible water saturation; dan Sw merupakan saturasi air
sebenarnya. Saturasi air menunjukkan porositas yang berasosiasi dengan
pasir bersih, non-shaly rock matrix(Schlumberger,1989).
Permeabelitas efektif air dan minyak dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
kw = krw k
dan
ko = kro k
dimana kw dan ko merupakan permeabelitas efektif air dan minyak (md) dan k
merupakan permeabelitas absolut atau permeabelitas intrinsik batuan.
Jika perhitungan langsung tidak bisa dilakukan karena nilai Swi tidak diketahui
maka nilai tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai Swi dari
reservoar lain yang berdekatan (Schlumberger,1989). Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Swi2 = Swi1 (2 - )
dimana 1 dan Swi1 merupakan nilai porositas dan irreducible water
saturation dari reservoar yang telah diketahui sedangkan 2 dan
Swi2 merupakan nilai porositas danirreducible water saturation dari reservoar
yang belum diketahui (Schlumberger,1989).
Hubungan tersebut dibuat berdasarkan asumsi bahwa variasi porositas dan
Swimerupakan akibat dari perbedaan ukuran dan sortasi butir
(Schlumberger,1989). Cara tersebut tidak valid digunakan pada konglomerat
atau batuan yang mempunyai sistem porositas sekunder
(Schlumberger,1989).
5.5 Menghitung Saturasi
Saturasi air merupakan fraksi (atau persentase) volume pori dari batuan
reservoar yang terisi oleh air (Schlumberger,1989). Selama ini terdapat
asumsi umum bahwa volume pori yang tidak terisi oleh air berarti terisi oleh
hidrokarbon (Schlumberger,1989). Mendeterminasi saturasi air dan
hidrokarbon merupakan salah satu tujuan dasar dari well logging.
Formasi Bersih
Semua determinasi saturasi air dari log resistivitas pada formasi bersih
dengan porositas intergranular yang homogen didasarkan pada persamaan
Archie atau turunannya (Schlumberger,1989). Persamaan tersebut adalah
sebagai berikut:
= F Rw/Rt
Dimana
Rw = resistivitas air formasi
Rt = resistivitas formasi sebenarnya
F = faktor resistivitas formasi
F biasanya didapat dari perhitungan porositas formasi dengan menggunakan
persamaan
F = a /
m

Untuk Sxo, saturasi air pada zona terbilas, persamaan tersebut menjadi :
= F Rmf/Rxo
Dimana
Rmf = resistivitas lumpur penyaring
Rxo = resistivitas zona terbilas
Pada persamaan tersebut, nilai eksponen saturasi n yang biasa digunakan
adalah 2 (Schlumberger,1989). Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa
angka tersebut merupakan nilai terbaik untuk rata rata kasus.
Nilai a dan m yang digunakan lebih bervariasi: pada karbonat, F =
1/
2
merupakan yang sering digunakan; pada pasir yang sering digunakan
adalah F = 0,62/
2,15
(persamaan Humble) atau F = 0,81/
2
(bentuk sederhana
dari persamaan Humble).
Akurasi dari persamaan Archie bergantung pada kualitas parameter
fundamental yang dimasukkan meliputi: Rw, F, dan Rt (Schlumberger,1989).
Pengukuran resistivitas dalam (induksi atau laterolog) harus dikoreksi,
meliputi lubang bor, ketebalan lapisan dan invasi (Schlumberger,1989). Log
porositas yang paling sesuai (neutron, densitas, atau yang lainnya) atau
kombinasi dari pengukuran porositas dan litologi harus digunakan untuk
mendapatkan nilai porositas (Schlumberger,1989). Akhirnya nilai Rw
diperoleh dengan menggunakan berbagai cara: perhitungan dari kurva SP,
katalog air, perhitungan water-bearing formation, dan ukuran sampel air
(Schlumberger,1989).
Formasi Serpih
Serpih merupakan salah satu batuan paling penting di dalam analisis log.
Selain efek porositas dan permeabelitasnya, serpih mempunyai sifat
kelistrikan tersendiri yang memberikan pengaruh besar pada penentuan
saturasi fluida (Schlumberger,1989).
Sebagaimana diketahui persamaan Archie yang menghubungkan resistivitas
batuan dengan saturasi air mengasumsikan bahwa air formasi merupakan
satu-satunya material konduktif di dalam formasi (Schlumberger,1989).
Kehadiran material konduktif lainnya (misalnya serpih) menyebabkan
persamaan Archie harus dimodifikasi sehingga perlu dikembangkan
persamaan baru yang menghubungkan antara resistivitas batuan dengan
saturasi air pada formasi serpih (Schlumberger,1989). Kehadiran lempung
juga menyebabkan definisi atau konsep porositas batuan menjadi lebih
kompleks. Lapisan yang mengikat air pada partikel lempung dapat
merepresentasikan jumlah porositas yang sangat signifikan
(Schlumberger,1989). Meskipun demikian, porositas tersebut tidak bisa
menjadi reservoar hidrokarbon. Jadi, serpih dapat mempunyai porositas total
yang besar namun porositas efektifnya sangat rendah sehingga tidak
berpotensi menjadi reservoar hidrokarbon (Schlumberger,1989).
Efek kehadiran serpih terhadap pembacaan log bergantung pada jumlah
serpihnya dan sifat fisiknya (Schlumberger,1989). Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh bagaimana pendistribusian serpih di dalam formasi. Dalam
Schlumberger (1989) disebutkan bahwa material yang mengandung serpih
dapat terdistribusi di dalam batuan melalui tiga cara yaitu:
1. Serpih dapat hadir dalam bentuk laminasi di antara lapisan pasir. Laminasi
serpih tersebut tidak mempengaruhi porositas dan permeabelitas dari pasir yang
melingkupinya. Meskipun demikian, bila kandungan laminasi serpih tersebut
bertambah dan kandungan pori-pori berukuran sedang berkurang, nilai
porositas rata-rata secara keseluruhan akan berkurang.
2. Serpih dapat hadir sebagai butiran atau nodul dalam matriks formasi. Matriks
serpih tersebut dikenal dengan istilah serpih struktural. Matriks serpih tersebut
biasanya dianggap mempunyai sifat fisik yang sama dengan laminasi serpih
dan serpih masif.
3. Material serpih dapat terdistribusi di antara pasir, secara parsial mengisi ruang
antar butir. Serpih yang terdispersi di dalam pori secara nyata mengurangi
permeabelitas formasi.
Semua bentuk distribusi serpih di atas dapat hadir bersamaan di dalam
formasi (Schlumberger,1989). Selama beberapa tahun terakhir berbagai
model telah dikembangkan untuk mengakomodasi kehadiran serpih di dalam
formasi. Sebagian besar model tersebut dikembangkan dengan asumsi
bahwa serpih hadir di dalam formasi dalam bentuk yang spesifik (misalnya
laminar, struktural, terdispersi). Semua model yang ada dikembangkan
dengan terminologi pasir bersih menurut Archie ditambah dengan terminologi
serpih (Schlumberger,1989).
Dari berbagai model yang dikembangkan, penyelidikan di laboratorium, dan
pengalaman di lapangan, akhirnya ditemukan sebuah persamaan yang dapat
digunakan untuk mengakomodir kehadiran serpih di dalam formasi sebagai
berikut:
1/Rt =[ (
2
Sw
2
) / a Rw (1-Vsh) ] + [ (Vsh Sw) / Rsh ]
Dalam persamaan ini Rsh merupakan resistivitas dari lapisan serpih yang
berdekatan dan Vsh merupakan fraksi serpih yang didapat dari indikator
serpih total (Schlumberger,1989).

















BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari referat ini adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di
bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur
2. Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan
yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor
3. Terdapat dua metode well logging yaitu wireline logging dan logging while
drilling
4. Terdapat beberapa jenis log antara lain log Gamma Ray, log SP, log densitas,
log neutron, dan log resistivitas
5. Aaplikasi well logging dalam evaluasi formasi antara klain adalah untuk
mengidentifikasi reservoar, mengidentifikasi jenis fluida dan kontak antar
fluida, menghitung porositas, menentukan permeabelitas, dan menghitung
saturasi










DAFTAR PUSTAKA
Bateman, R.M., 1985, Open-hole Log Analysis & Formation Evaluation,
International Human Resources Development Corporation, Boston.
Darling, T, 2005, Well Logging and Formation Evaluation, Gulf Freeway, Texas.
Ellis, D. V. & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist 2nd Edition,
Springer, Netherlands.
Harsono, A, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield
Services, Jakarta.
Rider, M, 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Interprint
Ltd, Malta.
Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles/Aplication, Schlumberger
Educational Services, Texas.
http://hznenergy.com/loggingwhiledrilling
www.easternutd.com/pulseneutronlogging
sumber: http://barkun.wordpress.com/2012/03/30/aplikasi-well-logging-dalam-
evaluasi-formasi-3/

Zona I nfiltrasi & J enis Log Hidrokarbon
Zona Infiltrasi
Akibat adanya tekanan ini akan menyebabkan terbentuknya kerak lumpur bor kedalam lapisan
permeable sehingga didalam lapisan tersebut terdapat tiga zona infiltrasi, yaitu:

a. Zona Terinvasi (Flushed Zone)
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta terisi oleh filtrat
lumpur yang mendesak kandungan semula (seperti gas, minyak, maupun air). Air formasi atau
hidrokarbon yang terdapat pada formasi terdesak kedalam oleh filtrat lumpur pemboran. Daerah ini
disebut daerah terinvasi dengan tahanan jenisnya dan kejenuhan airnya

b. Zona Peralihan (Transition Zone)
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam dari zona terinvasi, dimana dalam zona ini ditempati
oleh campuran dari filtrat lumpur dengan kandungan semula. Karena zona ini posisinya semakin jauh
dari lubang bor maka semakin berkurang filtrasi dari lumpur pemboran.

c. Zona tak terinvasi (Uninvaded Zone)
Merupakan zona yang terletak paling jauh dari lubang bor, dimana dalam zona ini seluruh pri
batuan terisi oleh kandungan semula dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh adanya air filtrat Lumpur.

Zona hidrokarbon yang terdiri dari minyak dan gas, pergerakan hidrokarbon yang terdesak lebih cepat
daripada air formasi terutama yang terjadi pada zona annulus yang mempunyai kejenuhan air formasi
tinggi.
Formasi yang terdiri dari batuan yang retak-retak dimana filtrate lumpur mengalir melalui celah-
celah retakan dan berhenti pada bagian yang tidak retak dan keluludannya rendah. Dalam hal ini hanya
sebagian kecil dari cairan formasi yang dipindahkan oleh filtrate lumpur pemboran sehingga hubungan
antara tahana jenis dan kejenuhan (saturasi) dengan rumus Archie tidak berlaku.


Jenis Log Hidrokarbon
Jenis-jenis Log yang Digunakan
Secara umum evaluasi formasi dapat dilakukan dengan memakai tiga jenis log, yaitu:
a. Log-log yang menunjukkan permeable zones, yaitu: Spontaneous Potential (SP), dan Gamma Ray
(GR).
b. Log-log yang menunjukkan Resistivitas, contohnya: Deep Induction dan Deep Laterolog.
c. Log-log yang menunjukkan porositas, contohnya: Density, Neutron, dan Sonic.

A. Log-log yang menunjukkan zona-zona permeabel
Mencari zona-zona permeable adalah langkah pertama dalam analisa log. Ini dilakukan dengan log
Spontaneous Potential (SP) dan log Gamma ray (GR).
Dalam Soft Rocks SP dapat membeda-bedakan sand dari shales lebih baik daripada GR. Dalam
formasi limestone yang keras kurva SP akan bergerak lamban,disini GR lebih baik untuk membedakan
karbonat dari shales. Kedua kurva dipakai untuk menghitung kandungan shales suatu zona permeable
dalam proses mengevaluasi shaley formation.

(a). Log Spontaneous Potential (SP)
Prinsip Kerja
Log SP merupakan alat log untuk mengetahui beda potensial yang timbul antara lumpur pemboran
dengan batuan insitu pada formasi di sekitar lubang bor. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
perbedaan salinitas filtrate lumpur dengan salinitas air formasi sehingga akan terbentuk defleksi SP.
Hal ini dipengaruhi oleh elektromotif yang berasal dari elektrokimia dan elektrokinetik.
Komponen elektrokimia terjadi pada lapisan permeable dengan kandungan NaCl yang berasal dari air
filtrate dan air formasi. Lapisan permeable tersebut diapit oleh lapisan shale,dimana lapisan shale lulus
terhadap kation Na dan tidak lulus terhadap anion Cl. Maka arah aliran arus ion-ion Na yang berasal
dari air formasi yang memiliki salinitas lebih tinggi bergerak ke larutan yang salinitasnya rendah dengan
melewati lapisan shale.
Komponen elektrokinetik terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik antara filtrate lumpur
dengan formasi yang permeable. Perbedaan tekanan ini umumnya kecil sekali, sehingga sering
diabaikan, terutama bila digunakan air bersih sebagai fluida bor.

Bentuk-bentuk kurva SP
Berbagai kondisi batuan dan kadungan yang ada di dalamnya mempengaruhi bentuk-bentuk
kurva SP. Bentuk-bentuk kurva SP adalah sebagai berikut:
a. Pada lapisan shale, kurva lurus (konstan).
b. Pada lapisan permeable mengandung air asin, deflekasi SP akan berkembang negative (kearah kiri
dari garis shale).
c. Pada lapisan permeable mengandung hidrokarbon, defleksi SP akan berkembang negative
d. Pada lapisan permeable menandung air tawar, defleksi kurva SP akan berkembang positif (kearah
kanan dari garis shale).
Jadi pada prinsipnya, defleksi negative akan terjadi bila slinitas kandungan dalam lapisan lebih
besar dari salinitas lumpur, sedangkan defleksi positif terjadi bila salinitas kandungan dalam lapisan
lebih kecil dibandingkan salinitas lumpur. Bilamana pada lapisan permeable salinitasnya sama dengan
lumpur maka defleksi SP akan merupakan garis lurus sebagaimana pada shale/clay. Kurva SP yang
lurus selain pada shale dan kesamaan salinitas juga dikarenakan adanya lapisan yang sangat kompak
(tight zone).

Kegunaan Log SP
a). Untuk mencari zona-zona permeable
b). Untuk menghitung harga tahanan jenis air formasi (Rw)
c). Untuk menentukan ketebalan lapisan permeable.
d). Untuk menghitung banyaknya lempung dalam suatu reservoir (clay content).
e). Untuk membedakan lapisan yang bersih dan shale.

b. Log Sinar Gamma (Gamma Ray)
Prinsip dasar
GR adalah log yang mengukur dan mencatat secara langsung intensitas radioaktif alamiah yang
dikandung oleh formasi batuan, tanpa alat yang memancarkan sumber radioaktif. Radioaktifitas alamiah
yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen berikut:
Uranium (U)
Thorium (Th)
Potasium (K)
Ketiga elemen ini memancarkan Gamma Rays secara terus-menerus,yang merupakan short bursts of
high energy radiation (ledakan ledakan radiasi yang berenergi tinggi), yang kemudian diterima oleh
sensor.
Log GR adalah rekaman radioaktifitas alamiah ini. GR dapat menembus batuan sedalam beberapa
inchi. GR yang berasal dari batuan yang berdekatan dengan lubang sumur menembus lubang sumur
dan terdeteksi oleh sensor GR. Parameter yang direkam adalah jumlah pulsa yang direkam tiap satuan
waktu oleh detector. Log GR diskala dalam satuan API (APIU).
Kegunaan dari log GR antara lain:
a). Mengestimasi kandungan serpih (shale) sehingga dapat ditentukan base line nya dengan koreksi
dari metode lainnya.
b). Mengukur sifat-sifat radioaktifitas dari formasi batuan
c). Mengetahui lithologi dasar secara garis besar dan perlu dikorelasikan dengan metode lainnya.

B. Log-log yang mengukur Resistivitas
Log tahanan jenis (Resistivity log) adalah log yang mencatat tahanan jenis formasi dan merupakan
salah satu alat log tertua yang pertama kali diperkenalkan oleh Schlumberger.
Di dalam sumur pemboran ada tiga zona yang perlu diperhatikan yaitu: Invaded, Transition, dan
Undisturbed/Uninvaded zones, maka ada tiga macam alat pengukur resistivitas:
1. Deep investigation resistivity log
2. Medium investigation resistivity log
3. Shallow investigation resistivity log

Jenis log resistivity yang digunakan
Pada masa sekarang, macam-macam alat log resistivity dibedakan berdasarkan jenis lumpur (mud)
yang digunakan untuk pemboran dan kondisi porositas. Alat tersbut antara lain:
Induction untuk Fresh mud, medium-high porosity conditions, Laterolog untuk salt mud, low porosity
conditions

a). Induction log
Induction log bekerja pada kondisi: Fresh mud, resistivitas formasi < 200 ohm-m, bila perbandingan
antara resistivitas mud filtrate dan resistivitas air formasi (Rmf/Rw) < 20, serta tidak akurat pada
resistivitas tinggi.
Dalam pertengahan 1960-an alat Dual Induction Log diperkenalkan. Alat ini mempunyai: induction
deep (ILD) & induction medium (ILm) SFL untuk pembacaan shallow.

Dua alat yang bekerja didaerah flushed zone untuk kategori fresh mud adalah:
1. Microlog suatu alat yang non focused yang mempunyai jangkauan penyelidikan sangat shallow.
Alat ini mengindikasikan adanya mud cake, jadi merupakan indicator zona permeable.
2. Proximity log mengukur resistivitas flushed zone (Rxo).

b). Laterolog
Laterolog akan bekerja lebih baik: Bila lumpur lebih konduktif daripada air formasi:
Rmf/Rw < 20 Bisa didalam fresh mud tapi resistivity formasi harus lebih dari 200 ohm-m dalam large
borehole ( >12 in ) serta deep invasion ( >40 in ).
Pada 1970-an diperkenalkan alat Dual Laterolog yang dapat membaca: Deep Laterolog (LLd) &
Shalow Laterolog (LLs)
Synthetic seismogram harus dibuat untuk depth calibration daripada seismic sections (ini adalah
aplikasi log sonic yang asli).

B. Log-log yang menunjukkan Porositas.
1. Density Log
Prinsip metode ini adalah mencatat harga bulk density berdasarkan jumlah pencacahan sinar gamma
yang diterima oleh detector, yang merupakan fungsi atau indikasi dari rapat massa electron formasi
batuan.
Log density ini mempunyai kegunaan antara lain:
(a). Untuk menentukan harga porositas
(b). Untuk membedakan formasi hidrokarbon yang terdiri atas gas atau minyak
(c). Dapat digunakan sebagai interpretasi lithologi, setelah dikombinasikan dengan log-log lainnya.

2. Neutron Log
Neutron merupakan suatu partikel yang netral dan mempunyai massa yang hampir sama
dengan massa atom hydrogen. Pada prinsipnya log neutron ini adalah mencatat harga kesarangan
neutron dari formasi batuan. Dari sumber yang terdapat pada sonde log neutron tersebut bertumbukan
electron-elektron batuan yang disebut tumbukan bola-bola billiard (billiard ball collisions). Akibat
tumbukan tersebut maka neutron akan kehilangan sebagian energi yang tergantung dari perbedaan
batuan dan akan kehilangan banyak energi jika bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai
massa hampir sama atau sama dengan massa atom hydrogen.
Pengurangan energi ini tercatat didalam detector. Bila formasi batuan mengandung air atau
hidrokarbon (atom H) maka neutron akan mengalami penurunan energi yang besar dan tertangkapnya
tidak jauh dari sumber radioaktif alat dan sebaliknya bila konsentrasi hydrogen dalam formasi relatif
kecil maka partikel-partikel neutron akan jauh menembus formasi sebelum tertangkap.
Kegunaan log neutron ini antara lain:
1. Untuk menentukan harga kesarangan (porositas) neutron batuan
2. Untuk membantu menginterpretasikan batuan dengan dikombinasikan dari log-log lainnya.

Sumber: http://tambgeophy-kov.blogspot.com/2012/09/zona-infiltrasi-jenis-log-
hidrokarbon.html


TEORI DASAR LOGGING
TEORI DASAR LOGGING


Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir
terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu menentukan
besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan
formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-
sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat
radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir.
3.1. Jenis-Jenis Logging
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi
menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.
3.1.1. Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang
bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi
elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi
mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai
resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi minyak, gas
maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak mengandung
garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya dapat
dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan
persamaan :
Ro = F x Rw . (3-1)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %
Rw = tahanan air garam (air formasi)
Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi dikemukakan oleh
G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :
Persamaan Archie : F = -m .. (3-2)
Persamaan Humble : F = 0,62 x -2,15 .... (3-3)
dimana :
m = faktor sementasi batuan
F = faktor formasi
= porositas
Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan sebenarnya
(Rt) dengan tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro), yaitu sesuai dengan
persamaan berikut :
. (3-4)
dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw),
porositas (), tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air formasi (Rw) serta
eksponen saturasi (n). Secara matematis hubungan ini dapat dinyatakan sebagai
berikut :
. (3-5)
Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Resistivity Log
3.1.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena
adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur
dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah
elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam
lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping itu
masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur
potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun negatif
terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan
lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus listrik
dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan.
Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi degan resistivity tinggi dapat dilihat
pada gambar 3.1.




Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity
Tinggi
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)

Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:
A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka lapisan shale
bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap terhadap anion Cl-. Jika lapisan
shale memisahkan dua larutan yang mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka
kation Na+ bergerak menembus shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi
tinggi ke larutan yang mempunyai konsentrasi rendah, sehingga terjadi suatu
potensial.
Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara air
filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl- dapat saling berpindah
selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran
muatan negatif Cl- dari larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang
berkonsentrasi rendah.
B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang melewati unsure-
unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini tergantung dari perbedaan
tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan dari elektrolit pada suatu media
porous. Potensial elektrolit disini dapat diabaikan karena pada umumnya perbadaan
tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi tidak begitu besar dan untuk
lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir lumpur kecil.
Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih dari clay,
maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang demikian
disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
.. (3-6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= , dalam oF
= , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan permeabel,
menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air formasi (Rw) dan
dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan besar
defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi, tahanan
lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor, dan invasi
air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous potensial adalah millivolt (mv).
3.1.1.2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air
formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Gambar resistivity log
dapat dilihat pada gambar 3.2.



Gambar 3.2. Kurva Resistivity Log
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)
A. Normal Log
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 3.3, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-
elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda
A dan B merupakan elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan elektroda
arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar melalui formasi
den besarnya potensial tersebut adalah:

(3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
= konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua
spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short
normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang
long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi.
Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari
dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M
dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik
referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan
jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan
perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang
berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N
adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan
lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial
yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi
(R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor
diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity
semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran
dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur
(Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone invaded (Ri) dan
uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya (Rs). Pembacaan
yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity relative tinggi. Log ini
digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal dengan
ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.


Gambar 3.3. Skema Rangkaian Dasar Normal Log
(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)


Gambar 3.4. Skema Rangkaian Dasar Lateral Log
(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)

C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang
konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun
peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor
kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk
mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi
dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi
( 20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil
yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam
formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi
potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan pada mandrel yang sama
dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal yang dihasilkan receiver
akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada konduktivitas
formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf)
berbanding terbalik dengan nilai resistivity.



Gambar 3.5. Skema Rangkaian Dasar Induction Log
(Gatlin, C. :Petroleum Engineering Drilling and Well Completion, Prentice Hall Inc.,
New York, 1962)

Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang
jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat
diturunkan didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil
terbaik dari induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut, didalam
susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan lapisan lebih
besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt maka
induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak
sensitif terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar
400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log
ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung garam (Rmf > Rw)
serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika
kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara
lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak
dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau
tidak memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat
melengkapi informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor,
lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur
yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang
konstan dialirkan melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus
tersebut diatur secara otomatis oleh kontak pengontrol sehingga dua pasang
elektrode penerima M1M2 dan M1M2 mempunyai potensial yang sama. Selisih
potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan electrode
dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M1M2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa
mengalir horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8.
Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah
elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga
Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami kesulitan
(banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis lumpur water
base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt mud, resistivity
tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil base mud,
inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.


Gambar 3.6. Skema Alat Laterolog
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)

E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan
sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake.
Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud
cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter
lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity log yang sering
digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL),
MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena
dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval
total. Pada prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil
yang dipasang didalam lempeng (pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat
mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga electrode yang
mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0, M1, dan M2 yang
dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)


Gambar 3.7. Skema Posisi Microlog di Dalam Sumur
(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)

Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada
elektrode M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat
pengukuran, ketiga elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan
menggunakan pegas yang dapat dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing
A0O = 1 inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik
antara elektrode M1 dan M2. Sistem inverse pada intinya mengukur resistivity mud
cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini
mempumyai investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem
A0M1M2 dan pada sistem ini arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan
potensialnya pada M2. Micronormal digunakan untuk mengukur resistivity dari flush
zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan dari
kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous permeable ini ditandai dengan
adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang dinyatakan oleh
munculnya separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan
hanya berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity
formasi sangat tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua
kurva positif jika R2 > R1x1 dan fluida hidrokarbon yang terkandung dalam batuan
porous tersebut merupakan hidrokarbon air tawar. Separasi negatif dapat terjadi jika
R2 < R1x1 dan fluida yang terkandung biasanya air asin. Bila SP log tidak
menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat digunakan untuk menentukan letak
lapisan-lapisan yang porous dan permeabel. Kriteria yang harus dipertimbangkan
agar pengukuran microlog optimum yang pertama sebagai indikator lapisan porous
permeabel didalam susunan sand-shale dengan range tahanan batuan formasi 1
200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15,
ketebalan mud cake kurang dari inch dan kedalaman invasi lumpur lebih besar
atau sama dengan 4 inch. Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas,
menghitung faktor formasi (F), melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan
water-oil contact dibawah kondisi tertentu. Dan juga mencarikan batasan yang akurat
dari batas lapisan dan deliniasi dari zone produktif dan zone non produktif.
Microlaterolog (MLL) Alat ini digunakan untuk menentukan Rxo pada batuan yang
keras, dimana lumpur yang digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi.
Sehingga dengan mengetahui Rxo maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F =
Rxo/Rmf sehingga selanjutnya besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL
hanya merekam satu kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4
elektrode yaitu sebuah elektrode pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1
yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.8.
Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL didalam Lubang Bor (Adi
Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997) Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah arus
konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan
lainnya dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara
otomatis dan kontinyu diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara
elektrode M1 dan M2 praktis sama dengan nol sehingga tidak ada arus yang
mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari Ao dipaksa mengalir horizontal
kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan potensial yang
dicatat. MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya salt
mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta
keadaan lubang bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal
(kurang dari 4 inch) MLL mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt)
karena MLL digunakan untuk daerah penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud
cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo. Proximity Log (PL) Proximity Log
pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL, akan tetapi PL dirancang
untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan 16 inch dan
tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk. Proximity Log
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa dipengaruhi
oleh mud cake sampai ketebalan mud cake - 1 inch, mempunyai radius investigasi
yang lebih besar dari ML maupun MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan
lubang bor, biasanya alat ini diturunkan bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi
adanya mud cake. Dalam pembacaan PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga
tahanan batuan zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus diadakan koreksi. Hasil
pembacaan proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : RPL
.... (3-9) dimana J adalah faktor pseudogeometric
dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai
harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch
maka harga RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo.
PL akan mengukur Rt jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara
praktis harga RPL = Rt. Operasi pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil
yang optimum pada kondisi batuan invaded karbonat atau sand, range tahanan
batuannya 0.5 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan ketebalan mud cake lebih
kecil dari inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa
dengan alat microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan
elektroda khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper.
Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik
(lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag mempunyai fungsi memancarkan,
mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang hamper sama dengan cara
kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan elektrodenya berdekatan
sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang diselidiki yang
mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah rembesan.
Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.



Gambar 3.9. Penampang Bantalan MSFL
(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)

3.1.2. Log Radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun yang
tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan dengan
log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan lubang bor dan jenis lumpur.
Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat dibedakan menjadi: alat pengukur
lithologi seperti Gamma Ray Log, alat pengukur porositas seperti Neutron Log dan
Density Log. Hasil pengukuran alat porositas dapat digunakan pula untuk
mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang memadai.

3.1.2.1. Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang
terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal yang
terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang
diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma yang bersangkutan.
Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif yang
tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean
formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut
mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air
asin yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan (sangat jarang),
sehingga harga sinar gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat digunakan
untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi. Selain itu pada
formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar
kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan
berdasarkan intrepretasi data logging. Besarnya volume shale dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
..... (3-10)
dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi dengan
kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
. (3-11)
dimana :
1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
= konsentrasi berat dari mineral
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon GR adalah
penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan persamaan (3-
12). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral radioaktif, densitas
dan kekuatannya berbeda, serta keberadaannya dalam jumlah yang berbeda maka
GR yang terbaca pada log adalah :
.... (3-12)
persamaan (3-12) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan b sehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi :
.GR = B1 V1 + B2 V2 (3-13)
dimana :
B1 = 1 A1
B2 = 2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan permeabel disaat
SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila kurva SP kehilangan
karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak dapat merekam karena lumpur yang
yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat digunakan untuk mendeteksi
dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan uranium), mendeteksi
mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk korelasi antar sumur.
3.1.2.2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa melihat
atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi.
Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan
partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom hidrogen.




Gambar 3.10. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi
(Dewan, T.J.:Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)

Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron
dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan
didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch
dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron meninggalkan sumbernya
dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan berkurang karena bertumbukan
dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut serta dalam
pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa
atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak
berkurang kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa
kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan terintegrasi dengan inti-inti elemen
batuan formasi, seperti klorine dan silikon. Inti-inti ini akan terangsang untuk
memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma akan merekam radiasi
sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas
atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang
sangat dekat dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang
direkam oleh detektor. Hal ini yang menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar
gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini menunjukkan apabila jumlah sinar
gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah. Proses pelemahan partikel
neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( ) dalam satuan
limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
...... (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang
mengandung liquid dengan porositas antara 1 % 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada
formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat
sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur
density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya
hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan neutron log, juga menentukan
densitas hidrokarbon (h) dan membantu didalam evaluasi lapisan shaly.



Gambar 3.11. Proses Pelemahan Partikel Neutron
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)

Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari
sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat
sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron
pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian
dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang kemudian
akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Intensitas sinar
gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi. Skema rangkaian
dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya energi sinar gamma
tersebut sesuai dengan persamaan:
.............. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
= densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma


Gambar 3.12. Skema Rangkaian Dasar Density Log
(Dewan, T.J.:Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)

Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada detektor. Densitas elektron
merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang diukur adalah densitas
elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan dengan
densitas batuan sebenarnya, b yang besarnya tergantung pada densitas matrik,
porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan untuk
density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor
yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas
maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan
porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila
operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar
alat tetap menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya
dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi
batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
......... (3-16)
dimana:
b = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
f = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi

Tabel III-1. Harga Density Matrik Batuan
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)



Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena
itu dalam pembacaan b perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai
berikut:
.. (3-17)
dimana:
clay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain
density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite time (t), yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam batuan
formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log menggunakan sebuah transmitter (pemancar
gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima). Jarak antar keduanya adalah 1
ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan
merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung
pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi.
Kemudian gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang bor dan akan
diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh log dengan
satuan microsecond per feet (sec/ft) yang dapat dikonversikan dari kecepatan
rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (t) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan
porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada
porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat beberapa harga transite time matrik
(tma) dengan berbagai lithologi.

Tabel III-2. Transite Time Matrik untuk Beberapa Jenis Batuan
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)



Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log t harus terdapat hubungan
antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie mengajukan
persamaan waktu rata-rata yang merupakan hubungan linier antara waktu dan
porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat dibawah ini :
.............................................................................. (3-18)
dimana :
tlog = transite time yang dibaca dari log, sec/ft
tf = transite time fluida, sec/ft
= 189 sec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
tma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), sec/ft
S = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
digunakan sebagai indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter)
dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log dapat
dilihat pada gambar 3.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan
caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara fleksibel.
Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi rod ini
tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung
volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing, selain
itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer
(misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan apabila
asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh karena itu perlu
diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan kecepatan lumpur di
annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi
karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan
consolidated.



Gambar 3.13. Skema Peralatan Dasar Caliper Log
(Lynch J. S.:Formation Evaluation, Harper & Row Publisher, New York, Evanston
and London, First Edition, 1962)

3.2. Interpretasi Logging
Lapisan prospek dapat teridentifikasi degan melakukan interpretasi logging.
Interpretasi logging ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
Interpretasi kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous permeabel dan
ada tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan untuk menentukan
harga Vclay, , Rfluida, Sw dan permeability batuan. Simbol-simbol yang digunakan
dalam interpretasi log dapat dilihat pada gambar 3.14.
3.2.1. Interpretasi Kualitatif
Setelah selesai melakukan logging maka selanjutnya yang akan dikerjakan adalah
melakukan interpretasi terhadap data pengukuran secara kualitatif guna
memperkirakan kemungkinan adanya lapisan porous permeabel dan ada tidaknya
fluida. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat harus dilakukan pengamatan
terhadap log yang kemudian satu sama lainnya dibandingkan. Tujuan dari
interpretasi kualitatif adalah identifikasi lithologi dan fluida hidrokarbon yang meliputi
identifikasi lapisan porous permeabel, ketebalan dan batas lapisan, serta kandungan
fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai log
porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log sonic-neutron. Sedangkan
lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap log SP, log
resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi, apakah shale
atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale didasarkan
pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun fluida
hidrokarbon dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-CNL dengan
berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.



Gambar 3.14. Simbol-Simbol yang Digunakan pada Interpretasi Log
(Log Interpretation Charts, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)




3.2.1.1. Identifikasi Lapisan Porous Permeabel
Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi SP, separasi
resistivity, separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log. Adapun masing-masing
log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
1. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas dengan
air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel umumnya
ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri) dari shale base line.
2. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan
dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
3. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan
terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat adanya
mud cake oleh microlog menimbulkan separasi pada lapisan permeabel dapat
dideteksi oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih kecil daripada micro
normal).
4. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat
memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
5. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan
radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi kurva gamma ray log,
pada umumnya defleksi kurva yang membesar menunjukkan intensitas yang besar
adalah lapisan shale/clay, sedangkan defleksi menunjukkan intensitas radioaktif
rendah menunjukkan lapisan permeabel.
3.2.1.2. Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan dari
suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan tebal
lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam suatu
lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan yang
berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk
mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara menyeluruh,
dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan eksplorasi.
Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud perhitungan
cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih disebut peta
net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah: SP log,
kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari defleksi
kurva log log tersebut:
1. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan permeabel.
2. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
3. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan hasil
penyebaran yang vertikal.
4. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing, biasanya
dikombinasikan dengan neutron log.
3.2.2. Interpretasi Kuantitatif
Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan lithologi
batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness, harga porositas (),
saturasi air (Sw), dan permeabilitas (K).
3.2.2.1. Penentuan Lithologi Batuan
A. M-N Plot
Pengeplotan dari tiga data log porositas (log sonic, log neutron, dan log density)
untuk interpretasi lithologi dapat dilakukan dengan M-N plot.
Persamaan dari M-N plot ini adalah sebagai berikut:
...................................................................... (3-19)
.................................................................................. (3-20)
Pada persamaan (3-19) maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah
untuk mempermudah skala, N dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk
fresh mud diberikan harga , f = 1, dan Nf = 1. Untuk lebih jelas mengenai
parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan salt mud dapat
dilihat pada tabel III-3. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral dan gas yang
terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.15.

Tabel III-3. Harga M dan N untuk Beberapa Mineral
(Log Interpretation Principle/Aplication, Schlumberger Educational Services, USA,
1989)



B. Chart Rhob dengan Nphi
Crossplot ini digunakan Untuk menentukan mineral-mineral clay yang terkandung
pada lapisan shale, dengan memasukkan harga dari density log dan dari neutron log.
Pada chart ini terdapat lima jenis mineral, yaitu quartz, montmorilonite, illite, kaolinite,
dan chlorite. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.16.

3.2.2.2. Penentuan Resistivity Air Formasi (Rw)
Tahanan jenis air (Rw) merupakan parameter penting dalam menentukan harga
saturasi air (Sw) batuan selama menggunakan log listrik. Ada beberapa metode yang
dgunakan untuk menentukan resistivity air formasi, yaitu:




Gambar 3.15. Plot M-N
(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

A. Analisis Air Formasi
Pengukuran harga Rw ini dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan
melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga
Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi tersebut berasal maka
digunakan persamaan:
dalam oF ......................................... (3-21)
dalam oC ......................................... (3-22)



Gambar 3.16. Chart Rhob vs Nphi
(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
B. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:
Baca SSP pada kurva SP
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi:
dalam oF ............................................... (3-23)
dalam oC ................................................ (3-24)
Menentukan Rmfeq
.......................................................................... (3-25)
Menentukan konstanta SP
dalam oF ....................................................... (3-26)
dalam oC ......................................................... (3-27)
Menentukan Rweq dari SP
.................................................................................. (3-28)
Menentukan Rw dari gambar 3.17. dalam oF atau gambar 3.18. dalam oC
C. Metode Ratio
........................................................................................ (3-29)
Asumsi yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:
R(LLD) = Rt dan R(MSFL) = Rxo
Formasi bersih (Vcl < 15%)
Rw konstan
Formasi permeabel
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5





Gambar 3.17. Grafik SP-2
(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)






















































Gambar 3.18. Grafik SP-2m
(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
3.2.2.3. Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan radioaktif alam
yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan gambaran adanya shale,
karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi. Pada formasi reservoir
bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif rendah atau dapat disebut 0% shale.
Dalam batuan reservoir shaly tingkatan radioaktif tergantung dari kandungan shale.
Pada kurva SP adanya shale akan mengakibatkan defleksi SP akan menurun
(kekanan) mulai dari defleksi SP pada formasi bersih pada formasi air asin begitu
pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh) secara
kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
a) Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:
....................................................................... (3-30)
dimana:
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud
SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal
Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena
defleksi SP tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas digunakan pada
lapisan pasir yang terisi air yang mempunyai tahanan batuan rendah sampai
menengah serta baik untuk laminated shale.
b) Vsh Rt (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif (quartz) serta
tidak dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan isi clay itu sendiri.
......................................................... (3-31)
dimana:
Jika harga adalah 0,5 1 maka harga b = 1
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rsh = tahanan lapisan shale yang berdekatan dengan lapisan produktif
Rt = tahanan batuan dalam pengamatan
Rmax = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon (umumnya lapisan clean
hidrokarbon)
c) Vsh GR (Gamma Ray)
Bila tingkat radioaktif clay konstan dan tidak ada mineral lain yang radioaktif, maka
pembacaan gamma ray setelah koreksi terhadap kondisi terhadap kondisi lubang bor
dapat dinyatakan sebagai fungsi linier:
GR = A + (B.Vsh) ................................................................... (3-32)
Yang mana harga Vsh dapat ditulis:
............................................................. (3-33)
dimana:
GRlog = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman
GRmin = pembacaan GR pada lapisan non shale
GRmax = pambacaan GR pada lapisan shale
d) Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
....................................................................... (3-34)
dimana:
N = harga porositas neutron pada pengamatan
Nsh = harga porositas neutron dari lapisan yang berdekatan
3.2.2.4. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density log (semua
formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang kompak dan batuan
shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated atau kompak).

A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada
porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan
porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron (N) dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
Nlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Nc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan fluida
batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan D yang mempunyai
harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Dc) dapat diketahui
dari persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Dsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ma = densitas matrik batuan, gr/cc
b = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang
dianalisa, gr/cc
f = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density
log. Harga S dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
tlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk
setiap kedalaman, sec/ft
tma = transite time matrik batuan, sec/ft
tf = transite time fluida (air), sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi
(Sw), diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan
Dual Water, persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam
penulisan tugas akhir ini, persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi air
formasi adalah persamaan Indonesia, persamaan Dual Water, dan persamaan
Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)

Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr)
....................................................................................... (3-47)
Menentukan porositas efektif
................................................................ (3-48)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................. (3-49)
B. Persamaan Dual Water
Menentukan volume shale
......................................................................... (3-50)
Menentukan porositas koreksi dari neutron dan density log terhadap shale
................................................................... (3-51)
. (3-52)
Menentukan porositas efektif
No gas: ........................................ (3-53)
With gas: (3-54)
Menentukan porositas total didekat lapisan shale
.. (3-55)

Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
... (3-56)
.. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
.. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
. (3-61)
. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
tlog = interval transit time formasi, sec/ft
tma = interval transit time matriks batuan, sec/ft
tf = interval transit time fluida, sec/ft (189 sec/ft untuk fresh mud, 185 sec/ft
untuk salt mud)
tsh = interval transit time shale, sec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ma = densitas matriks batuan, gr/cc
b = densitas bulk, gr/cc
f = densitas fluida, gr/cc
sh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)



Menentukan saturasi air formasi
............................. (3-72)
dimana:
Rw = resistivity air formasi, ohm-m
Rt = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m
= porositas koreksi terhadap volume shale, fraksi
Vsh = volume shale
Rsh = resistivity shale, ohm-m
3.2.2.6. Menentukan Permeability
Selain menghasilkan hasil akhir berupa harga Vsh, e, dan Sw ELANPlus juga
mengeluarkan hasil permeability (K). Permeability yang digunakan pada tugas akhir
ini adalah permeability dari hasil ELANPlus. Semua data log yang dimasukkan ke
ELANPlus ini diproses oleh ELANPlus itu sendiri yang menghasilkan output harga
permeability yang diinginkan. Permeability yang dihasilkan ELANPlus dapat dilihat
pada gambar 3.19.

















Gambar 3.19. Permeability dari ELANPlus
(Hasil ELANPlus Geoframe 3.8.1, Data Consulting Services, Schlumberger, Jakarta,
2003)

Sumber: http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/10/teori-dasar-logging.html

Well Logging

Pengertian Data Log
Log merupakan data yang merepresentasikan karakteristik batuan (sifat fisika
batuan) sesuai dengan fungsi kedalaman. Sifat fisika yang terdapat pada data log
diantaranya porositas, permeabilitas, resistivitas, cepat rambat gelombang, sifat
radioaktif, temperature dan tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam
formasi, lithologi, dan sebagainya.
Data log digunakan dalam evaluasi formasi yang mengandung reservoir
hidrokarbon sehingga untuk mendapatkannya ada beberapa metode, diantaranya :
1. Metode kualitatif
Didasarkan pada bentuk/defleksi kurva dari log yang tergambar/terekam pada slip log
yang dipengaruhi oleh faktor litologi dan kandungan. Merupakan pengamatan secara
cepat pada lapisan formasi yang diperkirakan produktif. Pengamatan dapat berupa
identitas lapisan permeable, ketebalan dan batas lapisan, adanya shalines, adanya gas /
batubara dan perbedaan antara minyak dengan air, serta sebagai dasar dalam
melakukan interpretasi kuantitatif.
2. Metode kuantitatif
Dengan menggunakan persamaan/chart menghitung parameter-parameter reservoar
dari data-data logging (Rw, Rt, b, f, m , dan lain-lain). Metode ini meliputi analisa
porositas, tahanan jenis formasi, saturasi air, dan cadangan hidrokarbon mula mula
secara simetris.
Beberapa zona produktif dari data log, diantaranya :
1. Zona Permeabel : Shale base linedisebelah kanan menunjukkan shale
(yang tidak permeable dan tidak akan berproduksi), penurunan SP kekiri menunjukkan
adanya Clean Zones (sand atau limestone) yang mungkin bisa produktif.
2. Resistivitas : High resistivity menunjukkan HC atau tight zonesatau zona-zona
berporositas rendah, low resistivity menunjukkan adanya air.
3. Porositas : menunjukkan zona-zona yang berpori-pori atau yang tight .

Macam-macam Log
Evaluasi formasi dilakukan menggunakan tiga log yang menunjukkan sifat fisika
batuan masing-masing, yaitu (Harsono, 1997):
a. Log yang menunjukkan zona permeable.
- Spontaneous Potential (SP)
- Gamma Ray (GR)
b. Log yang mengukur resistivitas formasi.
- Log Induction
- Log Lateral
c. Log yang mengukur porositas formasi.
- Log Neutron
- Log Densitas
- Log Sonic
Log yang Menunjukkan Zona Permeable
Mencari zona-zona permeable adalah langkah pertama dalam analisa log. Shale
yang tidak permeable itu tidak perlu dianalisa lebih lanjut. Ini dilakukan dengan log
Spontaneous Potential (SP) dan log Gamma Ray (GR).
- Dalam soft rocks : SP dapat membeda-bedakan sand dari shales lebih baik
daripada GR.
- Dalam formasi limestone yang keras curva SP-nya bergerak lamban. Disini GR
lebih superior untuk membedakan carbonate darishales.

Kedua kurva dipakai untuk menghitung kandungan shale suatu zona permeable
dalam proses mengevaluasi shaly formation.
Spontaneous Potential (SP)
Log SP adalah suatu rekaman selisih potential antara sebuah electrode(fish)
yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu electrode yang bergerak dalam
lubang sumur. Satuannya adalah millivolt. Dalam pengambilan data log SP menggunakan
lumpur agar terdapat aliran listrik dari formasi ke alat log. Oleh karena itu, lubang sumur
harus dibor dengan lumpur yang konduktif (menghantarkan arus listrik). Sebaliknya, SP
tidak bias direkam dalam sumur yang dibor dengan oil based mud, karena arus tidak
akan mengalir pada lumpur tersebut. Log SP pada batas antara shale dan reservoir serta
kemampuan log SP menentukan tebal reservoir (bed definition) berubah-ubah sesuai
dengan perubahan karakter formasi dan sifat-sifat lumpur pemboran (Kurniawan, 2002)

Gambar 1. Prinsip kerja log Spontaneous Potensial (SP).

Dalam evaluasi formasi SP dapat digunakan sebagai :
1. Untuk membedakan batuan permeable dan nonpermeable.
2. Untuk korelasi well to well.
3. Sebagai reference kedalaman untuk semua log.
4. Untuk menentukan batas lapisan.
5. Untuk menghitung harga Rw.
6. Sebagai clay indicator.

Penyimpangan SP disebabkan oleh aliran arus listrik didalam lumpur. Penyebab
utamanya adalah dari 2 kelompok tenaga elektromotive didalam formasi, yaitu
komponen elektrokimia dan elektrokinetik. Mereka berasal dari pemboran lubang, yang
memberikan kontak listrik kepada berbagai jenis cairan formasi (harsono, 1997). Empat
macam potensial listrik, yaitu:
- E
m
: suatu potensial elektrokimia yang timbul pada impermeable shale antara
bidang pertemuan horisontal-nya dengan zonapermeable dan bidang pertemuan
vertikal-nya dengan lubang sumur.
- E
l
: suatu potensial electrokimia yang timbul pada perbatasan
antarainvaded dan noninvaded zones dalam lapisan yang permeable.
- E
mc
: suatu potensial electrokinetik yang timbul pada mud cake.
- E
sb
: suatu potensial electrokinetik yang timbul pada lapisan shaletipis yang
berbatasan dengan lubang sumur.

Gambar 2. Aliran arus spontaneous potential (Schlumberger, 1996).
+
Bentuk dari kurva SP
Pada kasus normal dimana lumpur lebih tawar dari pada air formasi, SP akan
menyimpang ke bagian kiri dari garis dasar serpih. Jika sebaliknya air formasi yang lebih
tawar dari pada lumpur, maka SP akan menyimpang ke kanan (SP positif). SP yang diukur
hanya menunjukkan suatu bagian dari penurunan tegangan total, karena juga terdapat
penurunan-penurunan potensial didalam formasi. Jika arus listrik dicegah mengalir,
maka akan diukur SP statis, atau SSP. Ini dapat diamati pada formasi bersih yang tebal.
SSP diukur dari garis dasar serpih.

Gambar 3. Defleksi kurva SP

Kemiringan kurva setiap kedalaman adalah sebanding dengan intensitas arus SP
dalam lumpur pada kedalaman tersebut. Intensitas dari arus listrik dalarn lumpur adalah
maksimum pada batas-batas formasi permeabel, sehingga kemiringan dari kurva SP
adalah maksimum pada batas-batas tersebut. Maka pada kurva SP suatu batas lapisan
dapat dicari.
Bentuk kurva dan besarnya defleksi SP tergantung pada beberapa faktor :
- Rasio dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air, R
mf
/R
w
.
- Ketebalan h dan resistivitas sesungguhnya R
t
, dari lapisan permeabel.
- Resistivitas R
xo
, dan diameter di dari daerah rembesan oleh filtrasi lumpur.
- Resistivitas Rs dari formasi-formasi yang berdekatan.
- Resistivitas R
m
dari lumpur, dan diameter d
h
dari lubang bor.


Gambar 4. Defleksi kurva SP terhadap pengaruh lumpur (Schlumberger, 1996).

Log Gamma Ray (GR)
Log Gamma Ray adalah rekaman radioaktivitas alamiah. Radioaktivitas alamiah
yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen berikut yang ada dalam batuan (Harsono,
1997):
- Uranium (U)
- Thorium (Th)
- Potasium (K)
Ketiga elemen ini memancarkan Gamma Rays secara terus menerus, yang
merupakan short bursts of high energy radiation (ledakan-ledakan radiasi berenergi
tinggi). Elemen tersebut biasanya banyak dijumpai pada shale / clay, maka, log GR
sangat berguna berguna untuk mengetahui besar / kecilnya kandungan shale dalam
lapisan permeabel. Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga maksimum dan
minimum pada suatu penampang log maka kurva log GR yang jatuh diantara kedua garis
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shaly.


Gambar 5. Defleksi kurva log Gamma Ray terhadap
pengaruh shale dan sand(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/01/gamma-ray-
log.html).

Gamma rays dapat menembus batuan sedalam beberapa inci. Gamma rays yang
berasal dari batuan yang berdekatan dengan lubang sumur menembus lubang sumur
dan terdeteksi oleh sensor gamma ray. Sensor ini adalah sebuah scintillation
detector. Scintillation detector ini menghasilkan sebuah pulsa elektris tiap kali
mendeteksi sebuah gamma ray. Parameter yang direkam adalah jumlah pulsa yang
direkam tiap satuan waktu oleh detektor. Log GR diskala dalam satuan API (APIU).
Menurut Harsono (1997), beberapa kegunaan log Gamma Ray, diantaranya :
1. Sebagai Reference utama bagi semua run logging.
2. Korelasi well to well.
3. Membedakan lapisan permeabel dan impermeabel.
4. Menghitung volume clay.

Log yang Mengukur Resistivitas Formasi
Log resistivity merupakan log elektrik yang digunakan untuk mengetahui indikasi
adanya zona yang mengandung air ataupun hidrokarbon, zona permeabel dan zona
berpori. Standar log resistivity seperti laterolog dan induction log menggunakan
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi sekitar 35 sampai 20000 Hz. Pada
reservoir, nilai konduktifitas dipengaruhi oleh salinitas dan distribusi dari air formasi
yang dikontrol oleh tipe porositas dan wettability dari formasi (Harsono, 1997).
Perbandingan daerah yang cocok untuk pemakaian log Induction dan Lateral :
- Log Induction bekerja dalam
1. Fresh mud
2. Resistivitas formasi < 200 ohm-m
3. Rmf/Rw > 2.0
- Log Lateral akan bekerja lebih baik pada
1. Salt Mud
2. Resistivitas formasi > 200 ohm-m
3. R
mf
/R
w
< 2.0
4. Large borehole >12 in. serta deep invasion (> 40 in.)
Dengan adanya invasi maka industri logging telah menciptakan 3 tipe alat
Resistivitas yaitu:
1. Deep investigation.
2. Medium investigation.
3. Shallow investigation.

Gambar 6. Lingkungan Pemboran (Halliburton, 2001)

Induction Log
Alat induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas
batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi
dengan amplituda konstan yang akan menimbulkan medan magnit dalam batuan.
Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arusFoucault yang dinamakan ground
loop. Besar arus ini sebanding dengan konduktivitas batuan.

Gambar 7. Prinsip kerja alat log induksi (Schlumberger, 1996).
Alat induksi akan mengubah sinyal yang diterima ke arus DC yang sebanding
kemudian dikirim ke komputer dipermukaan. Kemudian komputer menterjemahkan
sinyal DC ini ke nilai konduktivitas dan seterusnya diubah ke nilai resistivitas dalam Ohm.


Gambar 8. Respon kurva log induksi terhadap kondisi formasi (Schlumberger, 1996).

Log Lateral (Laterolog)
Alat laterolog direkayasa untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor
dengan salty mud atau lumpur yang sangat konduktif serta dipakai untuk mendeteksi
zona zona yang mengandung HC. Prinsip kerja alat laterolog,sonde pada alat
resistivitas ini memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) untuk memfokuskan
arus survei dan memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap sonde.
Arus yang terfokuskan ini memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan
arah yang lebih pasti. Ini merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai
arus yang tidak terfocus, yaitu alat ES (Electrical Survey) yang terdahulu, dimana arus
survey lebih suka mengalir dalam lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah
dari resistivitas batuan.

Gambar 9. Prinsip kerja alat log lateral (Schlumberger, 1996).
Bebarapa alat laterolog berdasarkan cakupan kedalamannya, yaitu :
- Laterolog Log Shallow (LLS) : jangkauan kedalaman dangkal.
- Laterolog Log Medium (LLM) : jangkauan kedalaman menengah.
- Laterolog Log Deep (LLD) : jangkauan kedalaman dalam.

Microlog
Telah diketahui bahwa R
XO
berguna untuk koreksi pengukuran R
t
. Log yang
dirancang khusus untuk menyelidiki lapisan rembesan yang hanya beberapa inci dari
lubang bor. Jenis log RXO adlh: PL, MLL, MSFL (Micro Spherically Focussed Log), dan
Microlog lama. Dibawah ini adalah peninjauan kembali dari bermacam-macam
kegunaan dari log R
XO
. Dalam hubungan dengan log R
t
memberikan penentuan dari :
- Hidrokarbon yang dipindahkan.
- Porositas formasi bersih.
- Resistivitas filtrasi lumpur R
mf

- Resistivitas lumpur R
m
.
- Ketebalan dari kerak lumpur h
mc
dan koreksi
- Log R
t
terhadap pengaruh rembesan.
- Log porositas tehadap pengaruh hidrokarbon
Microlog adalah alat yg paling unggul untuk penentuan lapisan permeabel dan
ketebalan kerak-lumpur. Prinsip kerja alat MSFL Serupa dengan alat mikrolog,
pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding lubang bor dengan bantuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut
dipasang suatu rangkaian bingkai-bingkai logam yang konsentrik disebut elektroda yang
mempunyai fungsi memancarkan, mefokuskan dan menerima kembali arus listrik yang
hampir sama seperti cara kerja elektroda Leterolog. Karena bantalannya kecil dan
susunan elektrodanya berdekatan, maka hanya beberapa inci dari formasi dekat lubang
bor yang diselidiki. Sehingga kita akan mempunyai suatu pengukuran dari resistivitas
didaerah rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang secara bersamaan oleh
kaliper yang merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL. MSFL merupakan alat
yang memancarkan arus listrik kedalam formasi sehingga diperlukan lumpur konduktif.
Ini tidak dapat dilakukan dalam lumpur minyak. Sehingga hidrokarbon yang pindah tidak
dapat ditentukan dalam lumpur minyak dengan alat ini.

Gambar 10. Prinsip kerja alat Micro Spherically Focussed Log(Schlumberger, 1996).

Log yang Mengukur Porositas Formasi
Ada tiga jenis pengukuran porositas yang umum digunakan di lapangan saat ini:
Sonik, Densitas, dan Netron. Nama-nama ini berhubungan dengan besaran fisika yang
dipakai dimana pengukuran itu dibuat sehingga timbulah istilah-istilah "Porositas Sonik",
"Porositas Densitas", dan "Porositas Netron". Penting untuk disadari bahwa
porositasporositas ini bisa tidak sama antara satu dengan yang lain atau tidak bisa
mewakili "Porositas Benar". Ini disebabkan karena alat-alat itu tidak membaca porositas
secara langsung. Porositas didapat dari sejumlah interaksi fisika didalam lubang bor.
Hasil interaksi dideteksi dan dikirim ke permukaan barulah porositas dijabarkan
(Harsono, 1997).

Log Neutron
Alat Neutron dipakai untuk menentukan primary porosity batuan, yaitu ruang
pori batuan yang terisi air, minyak bumi atau gas. Bersama log lain misalnyalog density,
dapat dipakai untuk menentukan jenis batuan / litologi serta tipe fluida yang mengisi
pori pori batuan.
Prinsip kerja alat log neutron yaitu fast neutrons (~ 5 mev) ditembakkan oleh
sumber ke formasi dalam segala arah. Neutrons diperlambat oleh benturan benturan
dengan inti atom/nuclei sampai mencapai thermal energy level yaitu sebesar ~0.025 ev.
Pada tingkat energi ini partikel-partikel neutron tadi diserap (absorbed) oleh inti atom.
Atom hydrogen adalah elemen yang paling efektif dalam memperlambat neutron-
neutron sebab mempunyai masa yang sama dengan masa neutron. Inti-inti atom lain
yang biasa ditemui dalam elemen-elemen formasi sedimenter (Si,C,Ca dan O2) lebih
besar massanya dari pada neutron. Partikel-partikel neutrons hanya terpantulkan oleh
inti-inti tadi tanpa banyak kehilangan energi. Neutron dicatat dalam bentuk pulsa,
banyaknya pulsa yang direkam oleh detector naik bila awan mengembang (less
hydrogen), atau turun bila awan mengkerut (more hydrogen). Banyaknya pulsa yang
direkam oleh detektor berbanding terbalik dengan porositas, karena
semua hydrogen (dalam clean formations) terkandung dalam cairan yang mengisi pori-
pori. Banyaknya pulsa naik bila porositas turun, atau banyaknya pulsa turun bila
porositas naik.

Gambar 11. Prinsip kerja alat Neutron (Schlumberger, 1996).

Pembacaan nilai porositas neutron bisa sangat bervariasi tergantung pada :
- Perbedaan tipe detektor dan apa yang dideteksi (sinar gamma dan atau neutron
dengan energi yang berbeda).
- Jarak antara detektor dengan sumber.
- Litologi (seperti batupasir, batugamping dan dolomit).

Untuk mendapatkan harga porositas batuan digunakan gabungan
antaratoooitoo density dan toooitoo neutron ( Hqi
D
dan Phi
N
).
Shale mempengaruhi pembacaan log sehingga NPHI menjadi lebih besar dari
pada true porosity karena adanya air yang terikat pada permukaan shales. Batuan yang
mengandung gas mengandung konsentrasi hidrogen yang lebih rendah dari pada kalau
berisi minyak atau air; akibatnya pembacaan neutron logakan lebih kecil dari true
porosity (Harsono, 1997).
Beberapa interpretasi terhadap respon kurva log neutron dan log density:
- Dalam limestone tanpa shale yang berisi air kurva-kurva RHOB dan NPHI akan overlay.
- Dalam batuan shale RHOB ada disebelah kanan NPHI.
- Dalam limestone berisi gas, RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi lebih besar dari
6-7 p.u
- Dalam pasir tanpa shale berisi air, RHOB disebelah kiri NPHI dengan separasi 6-7 p.u
- Dalam dolomite tanpa shale berisi air, RHOB ada disebelah kanan NPHI.
- Dalam sandstone tanpa shale yang berisi air kurva-kurva RHOB dan NPHI akan overlay.
- Dalam batuan shale RHOB ada disebelah kanan NPHI.
- Dalam sandstone berisi gas, RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi lebih besar dari
3 p.u.
- Dalam pasir tanpa shale berisi minyak , RHOB disebelah kiri NPHI dengan separasi 1-3
p.u.

Log Density
Alat density mengukur berat jenis batuan yang lalu dipakai untuk menentukan
porositas batuan tadi. Bersama log lain misalnya log neutron, lithologi batuan dan tipe
fluida yang dikandung batuan dapat ditentukan. Log density dapat membedakan minyak
dari gas dalam ruang poripori karena fluida fluida tadi berbeda berat jenisnya.
Log density juga dipakai untuk menentukan Vclay serta untuk menghitung reflection
coefficients bersama log sonic untuk memprosessynthetics seismogram.
Prinsip kerja alat density :
- Suatu sumber radioaktif Cs137 berkekuatan 1.5 curie memancarkan GR berenergi 662
kev kedalam batuan.
- Gamma rays ini berinteraksi dengan elektron-elektron batuan dengan mekanisme yang
disebut Compton scattering, dimana gamma rays tadi kehilangan energinya serta
tersebar kesegala arah.
- Proses Compton scattering menghasilkan adanya awan gamma
raydisekitar source dengan radius yang bervariasi menurut banyaknya elektron batuan.
Makin banyak electron batuan makin pendek radius awan dan akibatnya makin
sedikit gamma ray yang sampai ke detektor (count rates).
- Jadi Rho
e
berbanding terbalik terhadap count rates atau cps yang diterima oleh detektor.
- Gamma ray terdeteksi yang sedikit jumlahnya menunjukkan adanyaelectron
density yang besar.
- Bulk density Rho
b
untuk kebanyakan elemen punya harga yang hampir sama besar
dengan electron density Rho
e
seperti persamaan empiris sebagai berikut :


Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor tergantung dari :
- Besarnya densitas matrik batuan.
- Besarnya porositas batuan.
- Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori-pori batuan.

Gambar 12. Skema alat log Density (Schlumberger, 1996).

Dalam log densitas kurva dinyatakan dalam satuan gram/cc, dan karena energi
yang diterima detector dipenagruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan yang ada
dalam pori-pori batuan, maka satuan gram/cc merupakan besaranBulk Density batuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva Bulk Density adalah :
a) Batuan sangat kompak
Batuan sangat kompak porositasnya (Hqi) mendekati harga nol, sehingga per
satuan volum (cc) seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan. Dengan
demikian batuan mempunyai densitas paling besar, dimana Phi = 0, dan ini disebut
densitas Matrik (Pqo
ma
). Setiap jenis batuan mempunyai harga
ma
yang berbeda
dimana (sekali lagi) Hqi batuan = 0, seperti :
- Sandstone ------------
ma
= 2,65
- Limestone ------------
ma
= 2,71
- Dolomite ------------
ma
= 2,87
- Shale/Clay -----------
ma
= ma bervariasi antara 2,2 2,65
b) Batuan Homogen dengan porositas tertentu, misalnya 20% :
- Mengandung air asin
Mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan batuan yang seluruhnya terdiri dari
matrik.
- Mengandung minyak
Densitas batuan ialah lebih rendah daripada berisi air asin, sebab densitas air asin lebih
besar daripada minyak.
- Mengandung gas
Densitas batuan lebih rendah lagi dibandingkan dengan yang berisi minyak.
- Batuan batubara (coal)
Mempunyai densitas yang paling rendah diantara semua jenis batuan.


Gambar 13. Respon log Density dan log Neutron terhadap indikasi hidrokarbon (Schlumberger, 1996).

III.3.3.3. Log Photoelectric
Alat density yang modern juga mengukur PEF (photoelectric effect) yang
berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy
minerals dan untuk mengevaluasi clay. Photoelectric absorption terjadi bilagamma
ray yang datang punya energi rendah. Gamma ray tersebut ditangkap oleh inti atom dan
sebuah elektron dilemparkan keluar oleh atom.
PEF = (Z/10)
3.6

Dengan : Z = nomor atom (jumlah elektron dalam atom)

Gambar 14. Interaksi Gamma ray (Harsono, 1997).

Gambar 15. Spektrum energi untuk terjadinya Compton scattering danPhotoelectric Absorption (Harsono,
1997).
Tiap element punya harga Z tertentu oleh karena itu PEF dapat dipakai sebagai
petunjuk tipe batuan. Harga PEF sedikit sekali tergantung pada porositas batuan seperti
terlihat pada gambar III.22 berikut. PEF juga hanya sedikit terpengaruh oleh fluida dalam
pori-pori, tapi log PEF terpengaruh oleh kandungan barite dalam lumpur, karena atom
Barium memiliki nomor atom yang tinggi (Z=56).

Gambar 16. Indeks Photoelectric Absorption sebagai fungsi dari porositas dan kandungan fluida
(Schlumberger, 1996).

Log Sonic
Log sonik adalah suatu log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas
batuan sebagaimana seperti pada log densitas dan log neutron. Log sonik adalah log
yang menggambarkan waktu dari kecepatan suara yang dikirim atau dipancarkan
kedalam formasi yang mana pantulan suara yang kembali akan diterima oleh receiver.
Waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai ke receiver disebut
dengan Interval Transit Time atau At.
Besar kecilnya harga At yang melalui suatu formasi tergantung dari jenis batuan,
besarnya porositas batuan dan isi yang terkandung dalam batuan. Dengan demikian log
sonik disamping berguna untuk mengetahui porositas batuan, juga
sangat berguna membantu dalam interpretasi Seismic Record , terutama untuk
maksud-maksud kalibrasi kedalaman formasi.
Alat tersusun dari satu transmitter di bagian atas dan satu transmitterdibagian
bawah dengan masing-masing transmitter mempunyai dau receiver.Suara dikirimkan
dari transmitter masuk ke dalam formasi, kemudian pencatatan dilakukan pada saat
pantulan suara yang pertama kali sampai ke receiver.Transmitter-
transmitter mengirimkan suara secara bergantian, dan harga At dicatat pada pasangan-
pasangan receiver yang menerima pantulan suara secara bergantian. Harga At rata-rata
dari receiver-receiver ini dihitung secara otomatis oleh computer di permukaan, yang
secara otomatis memproses transit timemenjadi total travel time.
Kadang-kadang gelombang suara yang dikirimkan oleh transmitterditerima
kembali oleh receiver terdekat cukup kuat, tetapi diterima oleh receiveryang lebih jauh
terlalu lemah. Hal tersebut kemungkinan terhalang oleh sesuatu, sehingga
menyebabkan harga At terlalu besar. Hal ini bisa terjadi karena alat melalui formasi
yang unconsolidated atau pasir lepas, rekahan-rekahan pada batuan, adanya gas
dalam batuan, lumpur yang banyak mengandung gelembung-gelembung udara ataupun
dinding lubang bor yang sangat tidak rata pada lapisan garam.

Gambar 17. Prinsip kerja alat log Sonic.
Umumnya kecepatan suara yang menembus formasi batuan tergantung oleh
matrik batuan (sandstone, limestone, atau dolomite) serta distribusi porositasnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kurva At :
- Shale
Batuan shale mempunyai porositas yang besar, meski permeabilitasnya mendekati
harga 0 (nol). Sehingga batuan yang mengandung shalemempunyai harga At yang
semakin besar.
- Kekompakan Batuan
Kekompakan batuan akan memperkecil porositas, sehingga kurva At akan semakin
rendah atau kecil.
- Kandungan Air
Adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva At cenderung mempunyai
harga yang semakin besar.
- Kandungan Minyak
- Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik dibandingkan
dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam batuan akan berpengaruh memperkecil
harga At.
- Kandungan Gas
Gas merupakan penghantar suara yang tidak baik, sehingga pantulan suara akan lambat
diterima oleh receiver. Dengan demikian gas berpengaruh memperkecil harga At pada
kurva.

Tabel 1. Nilai Delta-T pada material di beberapa kondisi (Harsono, 1997).


Referensi :

Halliburton, 2001, Basic Petroleum Geology and Log Analysis.
Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oilfield Service, Jakarta.
Schlumberger, 1996, Log Interpretation Principles / Applications, Schlumberger Wireline and
testing, Houston Texas.

http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/01/gamma-ray-log.html, 2011.
http://knowledgepublisher.blogspot.com/2012/08/well-logging.html

INSTRUMENTASI PEREKAMAN LUBANG BOR


Definisi
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang
sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan
meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas
pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur,
pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi, pengambilan
material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat
pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja
berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan
pada saat logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu
sinyal (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel
nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di
dalam logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat
kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang
diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli
geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat
pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan
Logging While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan
menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah
di angkat. Sedangkan Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging
yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor.
Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di
permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi
formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.

Gambar wireline log dan logging while drilling

Alat Pemboran

Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah serangkaian
peralatan yang disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang bor, seluruh
peralatan ini mempunyai lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk
melakukan sirkulasi fluida atau mud.
Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit
yang gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor
bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa
penyambung terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan
pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill
pipe yang dibutuhkan.
Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan
gerakan dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pemboran.
Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi
sebagai tempat perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari system sirkulasi ,
fluida pemboran melalui pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly ada bail
untuk dikaitkan ke HOOk supaya memungkinkan turun seluruh rangkaian
pemboran.
Peralatan peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
- Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
- Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar, berfungsi
untuk menutup semburan /tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara
otomatis.
- Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang berfungsi untuk
menstabilkan arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian
pemboran yang diakibatkan oleh diferensial pressure.
- Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi
untuk melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.
- Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub,
befungsi untuk alat penutup semburan /tekanan dari dalam pipa pada saat posisi
kelly diatas Rotary Table.
- Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel, berfunsi
untuk menutup semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly down.
Operasional Logging
1. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor setidaknya setengah jam
menjelang pemboran selesai.
2. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang sudah dikalibrasi di
instansi yang terkait, atau ada dosimeter yang selalu dibawa dalam kegiatan
logging (bisa cukup dosimeter saku)
3. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia
4. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu kalibrasi.
5. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela sumber radiasi
senantiasa menghadap ke tempat yang tidak ada manusia
6. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan meremehkan
efek dari radiasi. Hal yang harus diingat bahwa bagi manusia ambang maksimal
yang dibolehkan terkena radiasi hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga
meminimalkan terkena radiasi harus diusahakan sebisa mungkin.
7. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai permintaan geologist,
maka segera probe masuk ke lobang bor.
8. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah probe berhasil
mencapai dasar sumur atau sudah mencapai kedalaman yang diinginkan oleh
geologist..
9. Log yang diperlukan adalah Double Gamma Density, Natural Gamma Dan
Kaliper.
10. Untuk LSD (Quality Log) Dibuat Scala 1 : 100 sementara untuk SSD (Thickness
Log) dibuat Scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan scala harus didasarkan pada
perbedaan kecepatan perekaman. Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit
sementara untuk detail scale sekitar 2 meter permenit. Atau hal ini bisa
dibicarakan dengan logging engineer.
11. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke permukaan, segera
sumber radiasi dimasukkan kembali ke container dan diamankan dengan jarak
aman.
12. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia berada. Sebaiknya
disimpan dalam lobang tanah yang digali husus sehingga mudah mengeluarkan
dan menyimpan. Posisi lobang ini tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.

Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur besarnya
tegangan dan arus dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik
digunakan untuk mengetahui sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang
ada dalam pori-porinya. Dari pengukuran arus listrik dan tegangan yang di
lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat diketahui tahanan (resistivitas)nya.
Jadi alat yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus dan
elektroda tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut sebagai log
induksi (induction log). Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air
tawar dengan resistivitas formasi < 200 0hm m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat
induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas batuan.
Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan
amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam batuan. Medan
magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah.
Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika:
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka
alat lateralog di anjurkan untuk dipakai.
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang
selanjutnya dikonversi dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi
banyak menggunakan parameter dan korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh hasil yang valid sehingga mempermudah analisa.

Gambar prinsip kerja log induksi

Log SP
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di
permukaan dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap
kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan
logging dengan berbagai jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log
Radioaktif serta berbagai jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log
adalah mengenal lapisan permeable dan serpih yang non permeable. Log yang
digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log.
Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di
permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang
bergerak naik turun, pada sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan
permeable dan non permeable. Secara alamiah karena perbedaan kandungan
garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan formasi di
dalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik,
potensialnya adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.
Kegunaan dari log SP adalah untuk :
- Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
- Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan
batasan lapisan itu.
- Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
- Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu
alat / tool ke dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan
ke dalam lubang sumur lalu alat tersebut akan merekam potensial listrik pada
berbagai titik dengan reference potensial elektroda di permukaan tanah. Lumpur
yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed yang dicapai alat ini bisa
mencapai 1500 m/hr.
Kelebihan dan Kekurangan Log SP. Log SP memiliki kelebihan
kelebihan sebagai berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable

Adapun kekurangan kekurangan dari Log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat.

Log Sinar Gamma
a. Sinar Gamma Alamiah

Gambar. log gamma alamiah
Gamma Ray Log adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan
besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.
- Kegunaan log Gamma Ray :
- Evaluasi kandungan serpih
- Menentukan lapisan permeabel
- Evaluasi biji mineral yang radioaktif
- Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
- Korelasi log pada sumur berselubung
- Korelasi antar sumur
Bergantung pada jenis sumber dan sensor sinar gamma yang dipakai pada
berbagai macam alat logging, maka perhitungan ini bisa berupa perhitungan
kandungan alami sinar gamma di formasi, ataupun perhitungan jumlah sinar
gamma yang kembali ke sensor setelah ditembakkan sensor ke formasi. Apapun
jenis sensor yang dipakai, sinar gamma digunakan untuk melihat kandungan
radiokatif yang ada di formasi. Selain itu, pada aplikasi sensor densitas, sinar
gamma juga dipakai untuk menghitung tingkat densitas formasi.
Sinar gamma umumnya dipakai untuk membedakan lapisan batuan pasir
(sand) dan batuan lempung (shale). Sebagai aturan dasar, bahwa sand umumnya
memiliki kandungan radioaktif yang lebih sedikit daripada shale. Namun hal ini
tidak mesti terjadi pada semua tipe formasi, di berbagai belahan dunia, kandungan
radioaktif juga banyak didapatkan di sand, yang kemudian dikenal dengan nama
dirty sand. Untuk mempermudah pemahaman tentang sinar gamma kita bisa
mengambil aturan dasar yaitu semakin tinggi nilai sinar gamma maka semakin
banyak kandungn shale di formasi, begitu pula sebaliknya. Hal ini akan sangat
baik jika dikombinasikan dengan data resistivitas untuk melihat apakah bisa
disimpulkan bahwa nilai sinar gamma yang tinggi menunjukkan adanya shale dan
sebaliknya.
Prinsip kerja Log GR. Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara
alamiah mengandung radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Tho) dan
Potasium (K). Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang
secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa pulsa energi radiasi
tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar
gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan
menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah
dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (cacah GR). Alat untuk mengukur GR
ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation
SGT kira kira 10 inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT
selain mengukur semua GR, juga mengukur energi GR dan menentukan
konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa ada di alam yaitu ; Uranium
(Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana depth of
investigationnya kira kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi. Adapun
alat lain yang digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang
sebuah sumber radioaktif yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi.
Contohnya adalah alat density log, seperti ; FDC Formation Density
Compensated, dan LDT Litho Density Tool.






b. Sinar Gamma Untuk Pengukuran Densitas

Gambar. log gamma untuk pengukuran densitas
Densitas adalah jumlah massa per satuan volum. Sedangkan Densitas Bulk
adalah hitungan kotor berat jenis secara total atau rata-rata per satu satuan. Dalam
hal ini kita berbicara entang jumlah massa per satuan volum formasi.
Untuk menentukan densitas bulk ini kita bisa menggunakan aplikasi sinar
gamma. Namun sinar gamma yang dimaksud di sini adalah sinar gamma yang
ditembakkan ke formasi dan bukan sinar gamma yang secara alami terkandung di
formasi. Efek sinar gamma yang bisa kita analisa untuk menghitung densitas
adalah Efek Hamburan Compton dan Efek Serapan Fotolistrik.
Sebagai aturan dasar adalah semakin banyak kandungan elekron suatu
materi maka semakin tinggi nilai densitas materi tersebut.
Ketika sinar gamma energi-sedang menjalar dan berinteraksi dengan atom,
sebagian energinya dipakai untuk melempar elektron keluar dari jalur orbitnya
dan sinar gamma-pun mengalami penurunan tingkat energi menjadi tingkat
energi-lemah yang kemudian ia menjalar lagi, efek ini dikenal dengan nama
Hamburan Compton. Ketika sinar gamma energi-lemah ini menjalar kembali dan
berinteraksi dengan atom lainnya, karena tingkat energinya yang rendah maka ia
terserap oleh atom tersebut, efek ini dikenal dengan nama Serapan Fotolistrik.
Kedua efek ini berkaitan langsung dengan jumlah elektron yang terkandung di
salam suatu atom. Semakin banyak elektron, semakin sedikit sinar gamma yang
bisa menjalar karena efek hamburan dan serapan tadi.
Dengan begitu, semakin sedikit pula sinar gamma yang bisa kembali ke
sensor yang ada di alat LWD. Sensor ini menghitung spektrum energi untuk
menentukan seberapa banyak sinar gamma tingkat energi-sedang yang kembali ke
sensor dan seperti apa tingkat energi sinar gamma tersebut. Semakin sedikit sinar
gamma yang kembali ke sensor, berarti semakin banyak sinar gamma yang hilang
berinteraksi dengan atom di formasi, yang menunjukkan banyaknya kandungan
elektron di formasi tersebut atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat densitas
formasi tersebut.
Lalu bagaimana hubungan densitas ini dengan keberadaan hidrokarbon di
formasi? Alat LWD beroperasi berdasarkan asumsi bahwa densitas bulk alat sama
dengan densitas bulk formasi. Namun pada kenyatannya teknik perhitungan ini
tidak sama, karena alat LWD menghitung densitas bulk bedasarkan jumlah
elektron pada suatu volum materi, sedangkan densitas bulk formasi bergantung
terhadap berat atom atau jumlah proton dan neutron dalam suatu volum materi.
Untuk itu perlu dicari perumusan yang menghubungkan antara densitas bulk alat
LWD dan densitas bulk sebenarnya di formasi.
Berikut solusinya, silahkan dicermati secara pelan-pelan, ini tidak rumit
tapi butuh daya tangkap yang bagus untuk mengerti algoritma perhitungannya:
1. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram atom,
2. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram,
3. Kita definisikan jumlah elektron setiap sentimeter
kubik, dimana densitas bulk formasi, dengan
begitu Ne bisa kita sebut sebagai densitas elektron.
4. Berdasarkan densitas elektron bisa kita definisikan indeks elektron
sebagai, , dengan begitu RHOE bisa kita sebut sebagai
jumlah elektron pada suatu volum tertentu.
5. Dari perumusan di atas bisa kita sederhanakan
menjadi,
6. Pada sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan
pengeboran, berat atom setara dengan dua kali nomor atom, atau dengan
kata lain, jumlah proton dan neutron pada suatu atom setara dengan dua
kali jumlah elektron pada atom tersebut, . Jadi
perumusan bisa disederhanakan menjadi, ini kita rumuskan
untuk sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran.
7. Sedangkan densitas bulk LWD seperti yang dijelaskan di atas
adalah berdasarkan jumlah elektron atau indeks densitas
elektron, , dimana adalah densitas bulk LWD.
8. Sehingga bisa disimpulkan bahwa atau densitas
bulk LWD adalah setara dengan densitas bulk formasi.
Coba dilihat kembali bahwa , hal ini adalah benar pada hampir
semua elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, tapi tidak benar pada
hidrogen. Karena hidrogen memiliki 1 proton, 1 elektron, dan tidak memiliki
neutron. Jadi pada hidrogen perbandingan algoritma tersebut tidak sama dengan 1.
Ini sangat penting bagi kita karena hidrogen terkandung di hidrokarbon dan air.
Jadi ketika hidrogen terkandung di suatu formasi, maka tidak akan sama
dengan .Untuk mengatasi masalah perhitungan ini saat ditemukan kandungan
hidrogen, maka dilakukan eksperimen untuk menentukan
hubungan dan saat hidrogen terdapat di formasi. Yaitu dengan meletakkan
alat pada suatu lempengan batuan kapur yang sudah diketahui porositasnya sekitar
0% sampai 40%, kemudian pori-porinya diisi dengan air. Melalui eksperimen ini
ditemukan hubungan , yang dipakai Schlumberger
untuk menghitung saat alat LWD berada di lingkungan yang mengandung
hidrogen. Eksperimen juga dilakukan menggunakan lempengan batuan pasir dan
dolomite, karena ketiga jenis batuan ini yang paling sering ditemukan di
lingkungan pengeboran. Dengan hasil eksperimen tersebut maka semua alat LWD
Schlumberger yang menghitung densitas harus dikalibrasi berdasarkan standard
ini. Air dan minyak memiliki kandungan hidrogen yang hampir sama, sehingga
tidak perlu adanya koreksi terhadap hasil perhitungan. Namun ketika alat LWD
melintasi bebetuan yang berbeda semisal batuan garam dan gipsum, maka butuh
sedikit koreksi terhadap hasil perhitungan densitas formasi yang diperoleh alat
LWD, karena algoritma yang dipakai hanya diperuntukkan untuk jenis batuan
kapur, pasir dan dolomite.
Semua hasil perhitungan ini adalah tidak mesti tepat karena adanya faktor-
faktor di lingkungan pengeboran yang berubah dari waktu ke waktu juga akan
mempengaruhi perhitungan. Koreksi-koreksi ini sangat penting adanya untuk
ketepatan hasil akhir perhitungan parameter fisis yang akan diberikan kepada
klien. Koreksi ini berbeda-beda antara satu perhitungan dengan perhitungan lain,
misalnya pada sinar gamma kita harus koreksi dengan besarnya diameter sumur,
berat jenis lumpur bor, kandungan potasium dan besarnya diameter alat. Porositas
memiliki koreksi yang paling rumit karena sangat bergantung pada banyak faktor
lingkungan pengeboran yang berubah setiap saat, seperti suhu di dalam sumur,
tingkat ke-asinan formasi dan lumpur, jenis matrik formasi, besarnya diamter
lubang sumur, indeks hidrogen formasi, dsb.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh
lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya
densitas juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan
yang variatif, dimana semakin kompak batuan maka porositas batuan tersebut
akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga porositasnya
mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.

Log Netron

Gambar. log netron (kanan: netron tunggal ; kiri: netron ganda)
Pada Netron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka
semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak
jauh dari sumber radioaktifnya. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa netron
hidrogen tidak mewakili porositas batuan karena penentuannya didasarkan pada
konsentrasi hidrogen. Netron tidak dapat membedakan antara atom hidrogen
bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat dengan mineral batuan,
akibatnya pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen
didalam susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Netron Log adalah shale atau
clay dimana semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan
memperbesar harga porositas batuan. Kekompakan batuan juga akan
mempengaruhi defleksi kurva Netron Log dimana semakin kompak batuan
tersebut maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan fluida yang
ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan mempunyai
harga porositas yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air tawar akan
memberikan harga porositas neutron yang mendekati harga porositas sebenarnya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi
tinggi kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber
radioaktif.
Netron log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan
porositas rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.

Log Sonik

Gambar. log sonic
Log sonik merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga
porositas batuan sebagaimana pada log densitas dan log netron. Log sonik
menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam
formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan
serta distribusi porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol
dinalakan kecepatan matriks
Sonik log digunakan untuk mengukur porositas batuan formasi dengan
cara mengukur interval transite time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh satu feet.

Prinsip Kerja Log Sonik
Alat sonik mengukur kecepatan suara / sonik dalam formasi
Transmitter memancarkan suatu pressure pulse berfrekuensi 25 Hz
Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang kompresional dan gelombang refraksi shear yang merambat
dalam formasi. Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud.
Dua gelombang permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Rayleigh
dan Stoneley)
Laju / kecepatan gelombang gelombang itu antara 4000 sampai 25 000
ft / sec tergantung pada litologi
Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke
formasi, lalu merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk
mencapai receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa
Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu
dimana the first negative excursion dideteksi oleh near receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana the first negative
excursion dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver receiver
( span ) sebesar dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ). dalam
microseconds / ft.

http://adungrahma.blogspot.com/2012/05/instrumentasi-perekaman-lubang-bor.html

PENILAIAN FORMASI
I.1 Latar Belakang
Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian
geologi dan geofisika (seismic, magnetic, dan gravitasi). Data yang diperlukan
untuk membuktikan ada atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area
yaitu data permukaan (peta geologi dan measured stratigrafi / stratigrafi
terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan cutting).
Dari data permukaan seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di
bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan
adanya suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon
dilakukan pemboran lubang sumur serta serangkaian pengukuran di dalam
sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada
tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging yaitu suatu
kegiatan / proses perekaman sifat sifat fisik batuan reservoir dengan
menggunakan wireline log.
Salah satu faktor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan
melakukan penilaian formasi batuan (evaluasi formasi). Penilaian formasi
adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan
menggunakan hasi pengukuran lubang sumur (logging). Penilaian formasi
dapat dilakukan dengan interpretasi pintas / quick look atau dengan
menggunakan software. Interpretasi pintas / quick look adalah membuat
suatu evaluasi log pada zona bersih (clean formation) dengan cepat di
lapangan tanpa menggunakan koreksi dampak lingkungan lubang bor.
Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai 3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable :
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi :
IDL / LLD ( Log Deep Resistivity )
ILM / LLM ( Log Medium Resistivity )
MSFL ( Micro Resistivity Log )
3. Log yang mengukur porositas :
Log Density ( RHOB )
Log Neutron ( NPHI )
Log Sonic ( DT )



BAB II
DASAR TEORI

II.1 Teori Dasar
Untuk memastikan ada tidaknya suatu reservoir yang prospek di bawah
permukaan diperlukan adanya pengukuran terhadap lubang bor (logging).
Logging yaitu suatu proses pengukuran (perekaman) sifat sifat fisik batuan
dengan menggunakan wireline log. Dari hasil logging akan didapatkan data
log yaitu berupa kurva kurva yang mengindikasikan sifat sifat fisik di
suatu lapisan batuan dari defleksi kurva kurva tersebut. Untuk mengetahui
seberapa prospek zona yang diukur maka perlu dilakukan adanya suatu
evaluasi formasi atau penilaina formasi yang dapat dilakukan dengan
interpretasi pintas (quick look) atau denga menggunakan software.
Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah
tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (logging) yang
digunakan untuk menentukan kualitas sumur.
Tujuan utama evaluasi formasi yaitu :
Identifikasi reservoir
Perkiraan cadangan hidrokarbon di tempat
Perkiraan perolehan hidrokarbon
Penilaian formasi salah satunya dapat dilakukan dengan interpretasi secara
pintas (quick look). Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai
3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi
IDL / LLD (Log Deep Resistivity )
ILM / LLM (Log Medium Resistivity)
MSFL (Micro Resistivity Log)
3. Log yang mengukur porositas
Log Density (RHOB)
Log Neutron (NPHI)
Log Sonic (DT)
Logging dilakukan dengan memasukkan suatu alat ke dalam lubang bor,
dimana lubang bor tersebut memiliki kondisi yang tertentu. Sehingga defleksi
kurva kurva log yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi lubang bor
tersebut dan Lumpur yang digunakan.

II.2 Log - log Yang menunjukan Zona Permeabilitas
II.2.1 Log SP (Spontaneous Potential Log )
Log SP merupakan rekaman nilai beda potensial (millivolt) yang timbul dari
suatu elektroda yang bergerak di dalam lubang bor dan elektroda yang tetap
/ berada di permukaan. Elektroda ini bergerak melewati berbagai jenis batuan
yang berbeda sifat dan kandungan fluidanya.
Perbedaan salinitas antara Lumpur dan fluida di dalam batuan menyebabkan
terjadinya defleksi negative dan positif kurva SP yang melewati suatu batuan
permeable. Defleksi terbentuk akibat adanya hubungan antara arus listrik
dengan gaya gaya elektromotif ( elektrokimia dan elektrokinetik ) dalam
formasi.
Pada Lapisan lempung / shale, Kurva SP menunjukan garis lurus yang disebut
Shale Base Line ( SBL ) atau garis dasar serpih. Pada formasi yang
permeable kurva SP menjauh dari shale base line dan mencapai garis konstan
pada lapisan permeable yang cukup tebal. Penyimpangan SP dapat ke kiri
atau ke kanan tergantung pada kadar garam dari air formasi dan filtrate
Lumpur.
Pada aplikasinya log SP digunakan sebagai berikut :
1. Untuk identifikasi lapisan lapisan yang permeable
2. Mencari batas batas lapisan permeable dan korelsi antar sumur
berdasarkan batas lapisan itu
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih / sebagai clay indicator
5. sebagai reference kedalaman untuk semua log

II.2.1.1 Prinsip Kerja Log SP
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu
alat / tool ke dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda
diturunkan ke dalam lubang sumur lalu alat tersebut akan merekam potensial
listrik pada berbagai titik dengan reference potensial elektroda di permukaan
tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed yang
dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
II.2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Log SP
Log SP memiliki kelebihan kelebihan sebagai berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable
Adapun kekurangan kekurangan dari log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat

II.2.2 Log GR (Gamma Ray)
Log Gamma Ray (GR) merupakan hasil suatu pengukuran yang menunjukan
besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi. Log GR biasanya
ditampilkan pada kolom pertama, bersama sama dengan kurva log SP dan
Calliper. Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam 0 100 atau 0 150 GAPI.
Pengukuran GR dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam
lubang bor. Formasi ytang mengandung unsur unsur radioaktif akan
memancarkan radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan diterima oleh
detektor dan dicatat dipermukaan.
Oleh karena unsur unsur radioaktif ( pothasium ) banyak terkandung dalam
lapisan shale / clay, maka Log GR sangat berguna berguna untuk mengetahui
besar / kecilnya kandungan shale dalam lapisan permeable. Dengan menarik
garis GR yang mempunyai harga maksimum dan minimum pada suatu
penampang log maka kurva log GR yang jatuh diantara kedua garis tersebut
merupakan indikasi adanya lapisan shaly.
Adapun kegunaan log GR secara keseluruhan diantaranya yaitu :
Evaluasi kandungan serpih Vsh ( volume lempung )
Menentukan lapisan permeable
Evaluasi bijih mineral yang radioaktif
Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
Korelasi log pada sumur berselubung
Korelasi antar sumur

II.2.2.1 Prinsip Kerja log GR
Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah mengandung
radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K).
Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang secara
kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa pulsa energi radiasi tinggi.
Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar
gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi
akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam
adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (cacah GR).
Alat untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT
kira kira 10 inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain
mengukur semua GR, juga mengukur energi GR dan menentukan konsentrasi
3 macam elemen radiaktif yang biasa ada di alam yaitu ; Uranium
(Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana depth of
investigationnya kira kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi.
Adapun alat lain yang digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat
ini dipasang sebuah sumber radioaktif yang memancarkan gammaray dengan
energi tinggi. Contohnya adalah alat density log, seperti ; FDC Formation
Density Compensated, dan LDT Litho Density Tool.

II.3 Log log Yang Mengukur Zona Resistivitas
Log resistivitas mengukur nilai resistivitas batuan ( solid dan fluida di
dalamnya ) yang diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air.
Log pada zona resistivitas ada tiga macam, yaitu :
1. Log Deep Resistivity
Log Deep Resistivity yaitu Log yang digunakan untuk mengukur resistivitas
pada zona uninvated / zona yang tidak terinfasirentangnya sekitar > 3 feet,
dimana log ini terbagi menjadi dua maca berdasarkan lumpur yang digunakan
saat pemboran, yaitu :
- Induction Deep Log ( ILD ), yang mana digunakan jika lumpur yang
digunakan fresh water base mud ( air tawar )
- Lateral Deep Log ( LLD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan
salt water mud ( air asin )


2. Log Medium Resistivity
Log Medium Resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas
pada zona transisi rentangnya sekitar 1.5 3 feet. Log ini terdiri dari dua
macam, yaitu :
- Induction Medium Log ( ILM ), yang mana digunakan jika lumpur yang
digunakan water base mud
- Lateral Medium Log ( LLM ), yang mana digunakan jika lumpur yang
digunakan salt water mud

3. Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFLU)
Log Shallow Resistivity biasa menggunakan log MSFL, yang digunakan untuk
mengukur resistivitas pada zona yang terinfasi mud filtrate rentangnya sekitar
1 6 feet.
Pada aplikasinya semua kurva log deep, medium, dan shallow direkam
memakai electrodes atau coils yang dipasang pada mandrel silindris, dan
ditempatkan kurang lebih secara centralized dalam lubang sumur. Alat micro
resistivitas memakai sensor yang dipasang pada tapak / pad yang dipaksa
menempel pada dinding lubang selama survey.

II.3.1 Log Induction
Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan
resistivitas formasi < 200 0hm m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction
menentukan resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas batuan. Dalam
kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan
amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam batuan.
Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di
bawah. Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.

Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika :
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat
lateralog di anjurkan untuk dipakai.

II.3.2 Lateral Log
Alat lateral log yang direkayasa untuk mengukur resistivitas batuan yang
dibor dengan salty mud atau Lumpur yang sangat konduktif serta dipakai
untuk mendeteksi zona zona yang mengandung hidrokarbon. Selain dengan
salty mud, log lateral akan bekerja denga baik pada resistivitas formasi yang
> 200 ohm m dengan Rmf / Rw < 2.0, dimana besarnya lubang bor > 12
inchi, dengan ketebalan lapisan kurang dari 10 feet serta deep invasion ( >
40 inchi ).
Sonde pada alat resistivity ini memiliki elektroda penyangga (bucking
electrode) untuk memfokuskan arus survey dan memaksanya mengalir dalam
arah yang tegak lurus terhadap sonde. Arus yang terfokuskan ini
memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih
pasti.
Ini merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang
tidak terfokus, yaitu alat ES (Electrical Survey) yang terdahlu, dimana arus
survey lebih suka mengalir dalam Lumpur karena resistivitas lumpur yang
lebih rendah dari resistivitas batuan.
Alat Lateral log dipakai untuk survey dalam sumur berisi mud ber
resistivitas rendah serta dalam batuan yang resistivitasnya tinggi. Alat
Lateralog dapat secara akurat mengukur resistivitas batuan dalam kisaran 0.2
40000 ohm-m.

II.4 Log - log Yang Mengukur Zona Porositas
Untuk mengukur besarnya porositas pada suatu zona tertentu, digunakan tiga
macam log, yaitu :
II.4.1 Log Densitas
Log density merupakan kurva yang menunjukan nilai densitas (bulk density)
batuan yang ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr / cc. Besaran densitas
ini selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai porositas batuan tersebut.
Log density bersama - sama dengan log neutron digunakan untuk mendeteksi
adanya hidrokarbon.
Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang
berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy
minerals dan untuk mengevaluasi clay
Alat ini bekerja dari suatu sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan
sinar gamma denga intensitas energi tertentu (umumnya 0.66 mev)
menembus formasi / batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral mineral
yang tersusun dari atom atom yang terdiri dari proton dan electron. Partikel
sinar gamma akan membentur electron electron dsalam batuan, sehingga
mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali (setelah
mengalami benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam sebuah
protector berbentuk silinder sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada
dinding sumur. Intensitas energi yang diterima pada dasarnya berbanding
terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang lembali maka
makin banyak electron electron dalam batuan, yang berarti makin banyak /
padat butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume.
Besarkecilnya energi yang diterima oleh detector tergantung dari :
Densitas matriks batuan
Porositas batuan
Densitas kandungan yang ada dalam batuan

II.4.2 Log Neutron
Log porositas yang bersama sama dengan dengan log densitas digunakan
untuk menentukan porositas dan kandungan fluida yang ada di dalamnya.
Alat neutron dipakai untuk menentuka primary porosity batuan, yaitu ruang
pori pori batuan yang terisi air, minyak bumi, atau gas.
Cara kerja alat ini yaitu sumber radioaktif Am241Be memancarkan partikel
neutron kedalam batuan dengan energi kira kira 5 Mev. Setelah partikel
neutron berbenturan dengan batuan, energi neutron ini berkurang sampai ke
level 0.1 10 eV (level ephitermal). Karena massa hidrogen yang sama
dengan massa neutron, atom hidrogen punya kemampuan paling besar dalam
memperlambat partikel neutron dibanding atom- atom lain dalam batuan.
Kemudian partikelpartikel neutron yang kembali ditangkap dan dihitung oleh
detektor dalam alat pengukur. Kecepatan detektor dalam menghitung
partikelpartikel neutron dipengaruhi oleh adanya konsentrasi hidrogen.
Dua buah detektor thermal dipasang 1 2 ft di atas sumber radioaktif. Ratio
antara jumlah jumlah jumlah pulsa ( Nn / Nf ) merupakan fungsi porositas.
Ratio ini mempunyai pengaruh lubang sumur yang berkurang dan kedalaman
penetrasi yang lebih jauh dibanding dengan sistem satu detektor.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap Kurva N, yaitu :
Shale / clay
Kekompakan batuan
Kandungan air asin / tawar
Kandungan minyak Kandungan gas
Hal ini tentang defleksi kurva log neutron, semakin ke kanan defleksi kurva
maka semakin banyak hidrokarbon yang terkandung, defleksi yang terjauh
maka mengindikasikan adanya gas.

II.4.3 Log Sonic
Log sonic merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas
batuan sebagaimana pada log density dan log neutron. Log sonic
menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan / dipancarkan ke
dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks
batuan serta distribusi porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan
porositas nol dinalakan kecepatan matriks ( Atma ), untuk beberapa batuan :
Atma pasir lepas = 55.5 sec / ft
Atma batu pasir = 51.0 sec / ft
Atma batu gamping = 47.5 sec / ft
Atma dolomite = 43.5 sec / ft
Makin tinggi harga At pada log sonic makin besar harga porositas batuan.

II.4.3.1 Faktor faktor yang Berpengaruh pada Kurva At
a. Shale
Shale mempunyai porositas besar meski permeabilitas mendekati nol.
Sehingga kandungan shale akan memperbesar nilai At.
b. Kekompakan batuan
Kekompakan memperkecil porositas sehingga akan menurunkan nilai At.
c. Kandungan air
Kandungan air dalam batuan cenderung menyebabkan nilai kurva At
membesar.
d. Kandungan minyak
Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik
disbanding minyak. Sehingga adanya minyak akan memperkecil nilai At.
e. Kandungan gas
Gas merupakan penghantar suara yang tidak baik, sehingga akan
memperkecil nilai At.

II.4.3.2 Aplikasi log Sonic
Untuk menentukan sonic porosity ( |s )
Untuk menentukan volume of clay ( Vs )
Bersama log lain untuk menentukan litologi
Time depth relationship
Menentukan reflection coeficients
Mechanical properties
Menentukan kualitas semen CBL VDL

II.4.3.3 Prinsip Kerja Log Sonic
Alat sonic mengukur kecepatan suara / sonic dalam formasi
Transmitter memancarkan suatu pressure pulse berfrekuensi 25 Hz
Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang compressional dan gelombang refraksi shear yang merambat
dalam formasi
Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud
Dua gelombang permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo
Raleigh dan Stoneley)
Laju / kecepatan gelombang gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft
/ sec tergantung pada litologi
Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke
formasi, lalu merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk
mencapai receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa
Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu
dimana the first negative excursion dideteksi oleh near receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana the first negative
excursion dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver
receiver ( span ) sebesar dua ft menghasilkan formation transit times dalam
microseconds / ft (sec / ft ).

Compressional transit times bervariasi :
40 sec / ft dalam hard formation
150 sec / ft dalam soft formation.

http://sidikfajar60.blogspot.com/2010/03/penilaian-formasi.html

Anda mungkin juga menyukai