Disusun oleh:
Rian Cahya Rohmana, M.Eng.
Epo Prasetya Kusumah, MSc.
Daftar Isi
2
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
3
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
1. Openhole Logging
Openhole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada sumur/lubang bor
yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada umumnya pada tahap ini semua jenis log
dapat dilakukan.
2. Casedhole Logging
Casedhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada sumur/ lubang bor
yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan ini hanya log tertentu yang dapat
dilakukan antara lain adalah log Gamma ray, Caliper, NMR, dan CBL. Secara kualitatif dengan
data sifat-sifat fisik tersebut dapat menentukan jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang
tertembus sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat memberikan data-data untuk
menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan densitas hidrokarbon.
Darling (2005) menyebutkan bahwa kelebihan wireline logging yaitu mampu melakukan
pengukuran terhadap kedalaman logging secara otomatis, kecepatan transmisi datanya lebih
cepat daripada LWD, mampu mencapai 3 Mb/detik. Untuk kelemahan dari wireline logging
yaitu sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena menggunakan kabel, dan
informasi yang didapat bukan merupakan real-time data.
22
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.1. Kepala log hasil pengambilan/pengukuran pada suatu sumur eksplorasi.
23
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
dihitung dari kiri kekanan. Kolom kedalaman memisahkan kolom satu dan dua tiap kolom bisa
memuat lebih dari satu kurva. Penyajian lain bisa saja terisi dari empat kolom kurva ditambah
satu kolom kedalaman. Ada banyak versi bentuk dan komposisi kolom-kolom log, hal ini
tergantung permintaan perusahaan yang mengambil data.
Gambar 4.2. Kolom log (Track) hasil pengukuran pada suatu sumur eksplorasi.
C. Skala kedalaman
Satuan kedalaman bisa dalam kaki (feet)atau meter sesuai dengan satuan yang
digunakan oleh perusahaan minyak. Log standar memiliki dua skala kedalaman, yang satu
digunakan untuk korelasi yang satu lagi digunakan untuk interpretasi yang rinci, skala 1:1000
atau 1:500 dan skala rinci 1:200.
D. Kecepatan logging
Salah satu proses kendali mutu log (LQC) adalah pemeriksaan kecepatan logging
terutama pada log nuklir. Kecepatan logging terekam pada sisi kiri dan kanan dari log
24
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
lapangan, berupa garis patah-patah. Satu garis patah-patah terjadi setiap satu menit panjang
garis patah-patah feet atau meter menunjukan kecepatan logging pada ke dalaman logging
setiap menit, jika dikalikan dengan 60 maka akan memberikan kecepatan dalam feet (meter)
perjam. Misalnya garis patah-patah itu adalah 30x60 = 1800ft/jam.
Jika kecepatan logging terlalu tinggi, kurva-kurva alat nuklir yang berdasarkan
perhitungan statistik akan mempunyai angka statistik data yang rendah. Sebaliknya kecepatan
logging terlalu rendah walaupun memberikan lebih banyak data, akan tetapi secara
keseluruhan tidak efisien dan tidak diperlukan.
Gambar 4.3. Format standar untuk menampilkan data well log (Ellis dan Singer, 2007).
25
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Pada lapisan serpih, kurva SP (Gambar 4.4) umumnya berupa garis lurus yang disebut
garis dasar serpih, sedangkan pada formasi permeabel kurva SP menyimpang dari garis dasar
serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang cukup tebal yaitu garis pasir.
Log SP hanya dapat menunjukkan lapisan permeable, namun tidak dapat mengukur
harga absolute dari permeabilitas maupun porositas dari suatu formasi. Log SP sangat
dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran,
ketebalan formasi dan parameter lainnya. Sehingga jika salinitas komposisi dalam lapisan
lebih besar dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negative, dan jika salinitas
komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang
26
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
positif. Dan apabila salinitas komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas lumpur maka
defleksi kurva SP akan menunjukkan garis lurus sebagaimana pada shale (Asquith, 1976).
27
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.5. Respon pembacaan log gamma ray terhadap litologi di bawah permukaan (Dewan, 1981)
Tabel 4.2. Prinsip kegunaan dari log gamma ray (Rider, 1996).
28
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Tabel 4.3. Prinsip kegunaan dari log spectral gamma ray (Rider, 1996).
C. Log Caliper
Log ini digunakan untuk mengukur diameter lubang bor yang sesungguhnya untuk
keperluan perencanaan atau melakukan penyemenan dan dapat merefleksikan lapisan
permeable dan lapisan yang impermeable (Gambar 4.6). Pada lapisan yang permeable diameter
lubang bor akan semakin kecil karena terbentukya kerak lumpur (mud cake) pada dinding
lubang bor. Sedangkan pada lapisan yang impermeable diameter lubang bor akan bertambah
besar karena ada dinding batuan yang runtuh.
Tujuan utama dari digunakannya log ini adalah untuk mengetahui perubahan diameter
dari lubang bor. Pada lapisan shale atau clay yang dengan permeabilitas mendekati nol, tidak
terjadi kerak lumpur sehingga kejadian umum yang terjadi pada formasi tersebut adalah
keruntuhan dinding sumur bor (washed out) sehingga dinding sumur bor mengalami
perbesaran diameter, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan densitas dari lumpur pemboran
lebih besar dibandingkan dengan densitas dari formasi, sehingga formasi tidak mampu
menahan tekanan dari lumpur bor dan mengalami keruntuhan. Sedangkan pada lapisan
permeable akan terjadi pengecilan lubang sumur bor karena terjadi endapan lumpur pada
dinding sumur yang disebut kerak lumpur (mud cake). Pada dinding sumur yang tidak
mengalami proses penebalan dinding sumur, diameter lubang bor akan tetap. Log ini berguna
untuk mencari ada atau tidaknya lapisan permeable.
29
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.6. Log caliper menunjukan diameter lubang pemboran dan terlihat respon log ini terhadap
litologi tertentu (Rider, 1996).
D. Log Resistivitas
Log resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh kuat arus
listrik, dinyatakan dalam ohmmeter (Schlumberger, 1989). Resistivitas ini mencerminkan
batuan dan fluida yang terkandung di dalam pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon
akan mempunyai tahanan jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila terisi
oleh air formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya hanya
beberapa ohmmeter (Schlumberger, 1989). Menurut jenis alatnya, log ini dibagi menjadi dua
yaitu laterolog, dipakai untuk pemboran yang menggunakan lumpur pemboran yang konduktif
dan induksi yang digunakan untuk pemboran yang menggunakan lumpur pemboran yang
fresh mud (Harsono, 1997).
Log Resistivity (Gambar 4.7dan 4.8) digunakan untuk mendeterminasi zona
hidrokarbon dan zona air, mengindikasikan zona permeabel dengan mendeteminasi porositas
resistivitas (Tabel 4.4). Alat-alat yang digunakan untuk mencari nilai resistivitas (Rt) terdiri
dari dua kelompok yaitu Laterolog dan Induksi, yang umum dikenal sebagai log Rt adalah LLd
(Deep Laterelog Resistivity), LLs (Shallow Laterelog Resisitivity), ILd (Deep Induction
Resisitivity), ILm (Medium Induction Resistivity), dan SFL.
30
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.7. Profil sumur bor terinvasi lumpur (Asquith and Gibson, 1982)
Gambar 4.8. Respon log resistivity terhadap fluida dan litologi pada sumur pemboran (Rider, 1996).
31
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Tabel 4.4 Kegunaan log resistivity dan conductivity (induction) (Rider, 1996).
E. Log Densitas
Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk density)
dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram/cm3 (Gambar 4.9). Prinsip dasar
dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana sinar gamma ini
dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan densitas elektron di dalam formasi,
dimana densitas elektron merupakan indikasi dari densitas formasi.
Bulk density (ρb) merupakan indikator yang penting untuk menghitung porositas
karena kurva log densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya
(Tabel 4.5). Selain itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan
dapat dipakai untuk memperkirakan kandungan hidrokarbon atau fluida yang terdapat di
dalam formasi, menentukan besarnya densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu dalam
evaluasi lapisan shaly. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva densitas akan
cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin kecil), sedangkan defleksi
log netron ke kanan.
32
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.9. Beberapa respon log densitas terhadap litologi dan fluida (Rider, 1996)
F. Log Neutron
Prinsip dasar dari log neutron adalah mendeteksi kandungan atom hidrogen yang
terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron ke formasi dengan energi
yang tinggi (Gambar 4.10).
33
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.10. Beberapa respon log neutron terhadap litologi dan fluida, (Rider, 1996)
Neutron adalah suatu partikel listrik netral yang mempunyai massa hampir sama
dengan atom hidrogen. Partikel-partikel neutron memancar menembus formasi dan
bertumbukan dengan material formasi, akibat dari tumbukan tersebut neutron akan
kehilangan energi. Energi yang hilang saat benturan dengan atom di dalam formasi batuan
disebut sebagai porositas formasi (ф N). Hilangnya energi paling besar bila neutron
bertumbukan dengan sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya
atom hidrogen. Dengan demikian besarnya energi neutron yang hilang hampir semuanya
tergantung banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi.
Kandungan air akan memperbesar harga porositas neutron. Jika pori-pori didominasi
oleh minyak dan air harga porositas neutron kecil. Apabila formasi terisi oleh gas, maka nilai
log netron kecil mendekati batuan sangat kompak (2– 6%), karena konsentrasi atom hidrogen
pada gas lebih kecil daripada minyak dan air. Batuan yang kompak dimana porositas
mendekati nol akan menurunkan harga neutron.
Lapisan serpih mempunyai porositas besar antara 30–50% dalam kurva log, tetapi
permeabilitas mendekati nol. Pengaruh serpih dalam lapisan permeabel akan memperbesar
harga porositas neutron. Kandungan air asin atau air tawar dalam batuan akan memperbesar
harga porositas neutron. Kurva log neutron ini tidak dapat untuk korelasi karena tidak
mewakili litologi suatu batuan. Log neutron dalam perekamannya langsung menunjukkan
porositas batuan dengan menggunakan standar matrik batugamping. Untuk batuan selain
34
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
batugamping, harga porositasnya dinyatakan dalam porositas neutron atau porositas formasi
(𝜑𝑁). Kegunaan log neutron dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.6)
35
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Gambar 4.11. Beberapa respon log sonic terhadap litologi dan fluida, (Rider, 1996)
Alat sonic yang sering dipakai pada saat ini adalah BHC (Borehole Compensated Sonic
Tool), dimana alat ini sangat kecil dipengaruhi oleh perubahan-perubahan lubang bor maupun
posisi alat sewaktu pengukuran dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran
antara lain adalah kepadatan, komposisi serpih, hidrokarbon, rekahan dan pori/gerohong,
serta pengaruh dari lubang bor (Tabel 4.7).
Tabel 4.7. Kegunaan log sonic (conventional, compressional wave tools) (Rider, 1996).
36
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
resistivitas (R) dan porositas (Φ). Resistivitas merupakan sifat kelistrikan suatu material yang
diukur dalam ohm-meter (Ωm). Secara matematis nilai resistivitas berbanding terbalik dengan
konduktivitas (C). Semakin tinggi konduktivitas atau hantaran listriknya, maka resistivitas
akan semakin kecil. Artinya semakin kecil resistivitas suatu material berarti semakin mudah
menghantarkan listrik, begitu pula sebaliknya. Dalam evaluasi formasi berbagai
pengukuran/perhitungan dilakukan untuk mengetahui tipe resistivitas, di antaranya adalah
resistivitas air formasi Rw yang merupakan fungsi dari salinitas dan temperatur. Rw yang
semakin rendah disebabkan oleh karena salinitas dan temperatur yang semakin tinggi. Selain
Rw, resistivitas batuan jenuh air atau Ro dan resistivitas formasi batuan yang sesungguhnya
atau Rt juga perlu diketahui dengan tepat. Harga Ro yang nilainya lebih besar dari harga Rw,
menunjukan nilai hantaran listrik saat batuan dijenuhi oleh air (Sw = 100%). Sedangkan Rt
menyatakan nilai hantaran listrik sesungguhnya dari formasi batuan yang mengandung air,
gas, dan minyak atau kombinasi dari ketiganya. Dalam suatu formasi harga Rt bisa lebih tinggi
atau sama dengan harga Ro tergantung fluida yang terkandung di dalam batuan tersebut.
Jika parameter-parameter di atas diketahui, maka akan didapatkan faktor resistivitas
formasi (F) yaitu perbandingan antara resistensi spesifik dari formasi porous jenuh larutan
ionik Ro dengan resitensi spesifik larutan ionik tersebut Rw. Dalam evaluasi formasi, F
merupakan suatu faktor yang sangat penting, dan sifat itu didekati dengan pendekatan yang
berbeda untuk formasi bersih (tidak mengandung shale) dengan formasi yang mengandung
shale (shaly). Pendekatan F pada forrnasi shaly bersifat lebih kompleks. Banyak peneliti telah
mencoba menerangkan hubungan matematis antara faktor resistivitas formasi F dengan
porositas (Φ) berdasarkan model pada formasi bersih. Diantara mereka adalah Fricke (1924),
Archie (1950), Winsauer et al. (1952), Maxwell (1954), dan lainnya. Akhirnya semua itu itu
dilakukan untuk mengetahui harga water saturation (Sw) dengan tepat.
37
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
38
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Untuk membedakan jenis fluida yang terdapat di dalam formasi, air, minyak atau gas,
ditentukan dengan melihat log resistivitas dan gabungan log Densitas-Neutron. Zona
hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya separasi antara harga tahanan jenis zona terinvasi (Rxo)
dengan harga resistivitas sebenarnya formasi pada zona tidak terinvasi (Rt). Separasi tersebut
dapat positif atau negatif tergantung pada harga Rmf/Rw > 1, harga perbandingan Rxo dengan
Rt akan maksimum dan hampir sama dengan harga Rmf/Rw di dalam zona air. Nilai Rxo/Rt
yang lebih rendah dari harga maksimum menunjukkan adanya hidrokarbon dalam formasi.
Pada lubang bor keterangan harga Rmf lebih kecil daripada Rw (Rmf/Rw kecil), zona
hidrokarbon ditunjukkan harga Rxo/Rt lebih kecil dari satu.
Untuk membedakan gas atau minyak yang terdapat di dalam formasi dapat dilihat
pada gabungan log neutron- densitas. Zona gas ditandai dengan harga porositas neutron yang
jauh lebih kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan ditunjukkan oleh separasi kurva
log neutron- densitas yang lebih besar. Dalam zona minyak, kurva neutron atau kurva densitas
membentuk separasi positif yang lebih sempit daripada zona gas (dalam formasi bersih / clean
sand).
39
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
𝑮 𝑹log − 𝑮 𝑹 𝒎 𝒊 𝒏
𝑽 𝒔𝒉 =
𝑮 𝑹 𝒎 𝒂 𝒙 − 𝑮 𝑹 𝒎 𝒊𝒏
Dimana:
GRlog: nilai GR pada lapisan tersebut
GRmax: nilai GR paling maksimum, sama dengan shale base line
GRmin: nilai GR saat defleksi paling minimum
2. Porositas
Porositas merupakan fraksi ruang pori yang terdapat pada suatu batuan. Porositas
ditunjukkan sebagai suatu fraksi bulk volume dari suatu batuan, sehingga nilainya selalu
berkisar antara 0 – 1. Porositas dapat dinyatakan dalam presentase atau dalam porosity unit
(P.U), contohnya suatu batuan memiliki nilai porositas 25 % atau dapat juga dinyatakan dalam
25 P.U. Porositas total merupakan perbandingan antara ruang kosong total yang tidak terisi
oleh benda padat yang ada diantara elemen-elemen mineral dari batuan dengan volume total
batuan. Menurut Heyse (1991) dalam menghitung nilai porositas dapat menggunakan
beberapa jenis log misalnya log densitas, neutron, sonic, dan Rxo. Log-log tersebut tidak dapat
langsung digunakan untuk menghitung porositas, tetapi hanya mengukur parameter tertentu
yang kemudian digunakan untuk menghitung porositas.
Selain menggunakan satu log saja penentuan harga porositas pada lapisan reservoar
juga dapat menggunakan gabungan harga porositas dari dua kurva yang berbeda. Salah satu
diantaranya yaitu porositas densitas (ØD) yang merupakan hasil perhitungan dari kurva RHOB
dan porositas neutron (ØN) yang dibaca dari kurva NPHI. Kurva RHOB yang mengukur berat
jenis matriks batuan reservoar biasanya dikalibrasikan pada berat jenis matriks batuan
(batugamping = 2.71 dan batupasir = 2.65) serta diukur pada lumpur pemboran yang
digunakan dalam pemboran, setelah itu kurva ini baru bisa menunjukkan harga porositas. Dari
perhitungan data wireline log ada beberapa jenis porositas yang dapat diperoleh, diantaranya:
1. Porositas Neutron
Porositas Neutron langsung bisa dibaca dari pembacaan log neutron hasil perekaman
sumur. Porositas neutron ini selanjutnya digunakan untuk menghitung porositas total dengan
kolaborasi hasil perhitungan porositas densitas.
2. Porositas Densitas
Dalam perhitungan porositas densitas dilakukan dengan persamaan
𝝆𝒎 𝒂 − 𝝆𝒃
Ø𝑫 =
𝝆𝒎 𝒂 − 𝝆𝒇
40
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Dimana:
ØD = porositas densitas
𝝆 ma = densitas matriks batuan, batupasir 2.65; batugamping 2.71
𝝆 b = densitas bulk batuan, dari pembacaan kurva log RHOB
𝝆 f = Densitas Fluida (Fresh water 1.0; Salt water 1.1)
Dimana:
Øt = porositas total
ØD = porosits densitas
ØN = porositas neutron
4. Porositas Efektif
Perhitungan porositas efektif dilakukan dengan melakukan koreksi nilai porositas
total terhadap nilai volume serpih. Persamaan untuk menghitung porositas efektif yaitu:
Ø e = (1 – Vsh) * Øt
Dimana:
Øe = porositas efektif
Øt = porosits total
Vsh = Volume serpih
41
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Dimana:
Sw = saturasi air
Rw = resistivitas air formasi
Vsh = volume serpih
Rsh = resistivitas serpih
Persamaan yang lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persamaan Rasio/Dual
(Dewan, 1981). Dalam persamaan ini tidak memperhatikan pengaruh porositas terhadap
perhitungan saturasi air. Di bawah ini merupakan persamaan Rasio yang dipakai:
Dimana:
Sw = saturasi air
Rxo = resistivitas zona terinvasi
Rt = resistivitas formasi (uninvaded zone)
Rmf = resistivitas mud filtrat
Rw = resistivitas air formasi
42
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
43
Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, 2018
Referensi
Asquith, G. B. dan Gibson, C. R., 1982. Basic Well Log Analysis for Geologist, Tulsa: AAPG.
Baker Hughes, 2002, Atlas of Log Responses, Baker Atlas Inteq, Texas.
Bjørlykke, K., 2010, Petroleum Geoscience: From Sedimentary Environments to Rock Physics,
Springer-Verlag, Berlin Heidelberg
Darling, T., 2005. Well Logging and Formation Evaluation. Gulf Freeway, Texas.
Dewan, J. T., 1983, Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Penn Well Publishing
Co., Oklahoma.
Ellis, D.V. dan Singer, J. M., 2007. Well Logging for Earth Scientists, Springer, Netherlands.
Feijó FJ., 2010, Basics of Petroleum Geology, (In portugues: Noções Básicas de Geologia de
Petróleo), Petrobras University, Rio de Janeiro.
Harsono, A., 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oilfield Services, Jakarta.
Hunt, J.M., 1996, Petroleum Geochemistry and Geology, 2nd edition, W.H. Freeman and Co., New
York.
Jones, R.W., Demaison, G.J., 1980, Organic Facies Stratigraphic Concept and Exploration Tool,
AAPG Bull.
Rider, M., 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Interprint Ltd, Malta.
Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles and Application, Schlumberger Educational
Services, Texas.
Selley, R. C. dan Sonnenberg, S. A., 2015, Elements of Petroleum Geology, Elsevier, US/UK.
Slatt, R. M., 2013, Stratigraphic Reservoir Characterization for Petroleum Geologists,
Geophysicists, and Engineers, Elsevier, UK.
Tissot, B. P. dan Welte, D.H., 1978, Petroleum Formation and Occurence, Springer-Verlag, New
York, US.
8
53
~1~
NAMA : …………………………………………………………………………………
NIM : …………………………………………………………………………………
KELAS : …………………………………………………………………………………
Isilah nilai pada titik (A, B, C, D atau E) pada skala log dibawah ini.
Identifikasi Litologi dan korelasi litologi dari beberapa sumur dibawah ini