Anda di halaman 1dari 24

ISSN 1829-636X

KNI-BB
INACOLD

BULETIN
KOMITE NASIONAL INDONESIA UNTUK BENDUNGAN BESAR
INDONESIAN NATIONAL COMMITTEE ON LARGE DAMS

Http: www.knibb-inacold.com; E-mail: inacold@cbn.net.id Edisi Juni 2008

Bendungan Ponre Ponre, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan


(Tinggi 55 m)

DARI PENGURUS terkait BBM, listrik ikutan juga gas dan semua komoditi untuk
kita hidup tentunya. KNI-BB ternyata merupakan satu bagian
ya n g s eb en a r nya b is a m em b a n t u m em ec a h ka n

L onjakan harga BBM baru kita terima sebagai kado di


bulan Juni 2008 dan kitapun dikagetkan dengan
kenaikan rekening listrik yang ada peningkatan harga
permasalahan di atas, coba kita tengok negara-negara Eropa
atau Amerika atau Cina yang memanfaatkan demikian besar
potensi sumber daya airnya untuk tenaga listrik. Bagaimana
progresif karena kelebihan kuota tarif 'HEMAT' yang baru
Indonesia ??? Indonesia masih memanfaatkan tenaga listrik
diluncurkan juga oleh Perusahaan Listrik Negara, nah terus
sekitar 5% (3.500 MW) dari potensi yang ada (75.000 MW),
apa hubungan sama kita KNI-BB??
jadi kita masih mempunyai potensi yang besar untuk tenaga
Kalau kita anggota KNI-BB yang tentunya bagian kecil dari air ini, jadi KNI-BB harusnya maju ke depan bahwa subsidi 70
seluruh masyarakat yang terkena dampak di atas dan juga trilyun rupiah untuk PLN bisa ditekan di kemudian hari bukan
merupakan bagian kecil yang ikut garuk-garuk kepala dan makin naik ke gunung grafiknya.
pusing bagaimana strategi penghematan ke depan baik yang

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

1
Tenaga hidro memang tidak bisa di bangun secara instan PENGANTAR REDAKSI
seperti PLTU/PLTD yang memerlukan 2/3 tahun sudah dapat
beroperasi, PLTA umumnya memerlukan waktu 5 tahun atau
lebih dari perencanaan sampai dengan operasional, ini Marilah kita panjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan
semua untuk skala besar PLTA. Ada satu hal yang mungkin Yang Maha Esa, atas perkenannya telah dapat diselesaikan
hanya mendapat perhatian kecil pembangunan PLTM baik penerbitan Buletin Komite Nasional Indonesia Bendungan
mikrohidro (< 1 MW) dan minihidro (antara 1 s/d 10 MW) Besar Edisi Nomor 35, Kwartal I tahun 2008 atau penerbitan
dapat dilaksanakan dengan cepat dan lebih sederhana dan untuk tahun ke XI.
tidak menimbulkan permasalahan sosial dan dampak Pada edisi nomor 35 ini, kami akan menyajikan pada laporan
lingkungan yang memadai. utama tentang BENDUNGAN PONRE PONRE di SULAWESI
Anggota KNI-BB sudah waktunya ikut bersama-sama SELATAN. Didalam laporan utama tersebut Saudara Yuji
Pemerintah melihat PLTM ini menjadi solusi terdepan dari Yunoki sebagai nara sumber menjelaskan tentang berbagai
memanfaatkan potensi yang ada didepan mata kita sendiri, aspek tinjauan perencanaan, desain dan konstruksi terhadap
kita harus sama-sama dengan Pemerintah meningkatkan Bendungan tersebut.
perencanaan dan pembangunan PLTM baik dengan dana Sajian menarik lainnya didalam Buletin kali ini adalah uraian
Pemerintah/PLN maupun dari peran masyarakat investor telah diterbitkannya oleh LPJKN tentang hasil konvensi
secara mandiri. Program PPP (Public Private Partnership) mengenai TOLOK UKUR KEGAGALAN BANGUNAN BIDANG
yang sering didengungkan oleh Pemerintah maupun PLN SIPIL SUB BIDANG BENDUNGAN BESAR, hal ini menunjukkan
harus menjadi prioritas alternatif yang menjadi barisan peran ser ta KNI-BB didalam penetapan kriteria
terdepan untuk memecahkan permasalahan energi listrik pembangunan dan keselamatan Bendungan Besar di
dinegara kita. PPP harus menarik investor, harus mempunyai Indonesia yang dapat mempengaruhi pola kehidupan
nilai positip dua belah pihak baik pemerintah dan pihak disekitar bendungan.
investor, berikan kemudahan data, transparasi, harga yang Tak kalah menarik didalam buletin ini disajikan kolom Sekilas
menarik sehingga investor tidak takut dan ragu dan pihak Info Serba Serbi dapat digunakan anggota menyampaikan
perbankan juga siap mengalirkan dana SBI nya ke PPP, PLTM, pengalaman dalam mengikuti Seminar atau Simposium atau
PLTM. Ini tugas kita semua sebagai anggota KNI-BB mari kita kegiatan lainnya yang terkait dengan Bendungan Besar. Pada
sama-sama memperhatikan salah satu solusi krisis energi penerbitan kali ini disampaikan pula oleh Ir. Bambang
yang ada di negara kita. Kuswidodo, Dipl.HE mengikuti “5th International Symposium
Para Anggota Tahunan KNIBB perlu kami ingatkan bahwa on Roller Compacted Concrete (RCC) Dams” di Guiyang, China
tanggal 2 dan 3 Juli 2008 akan diadakan di Surabaya di PT. dan Ir. Hadi Susilo, MM yang hadir didalam Konferensi dan
Pembangkitan Jawa Bali jl. Ketintang Baru no. 11 Surabaya Workshop Hydro 2007 pada tanggal 15 -17 Oktober 2007,
yang semoga dapat dibuka Menteri Pekerjaan Umum Ir. Joko dengan tema “ New Approaches for a New Era” yang
Kirmanto, Dipl. HE pada pukul 8.45 pagi. diselenggarakan di Granada, Spanyol dan Second
International Symposium on Water Resources and Renewable
Terima Kasih
Energy Development in Asia 2008 di Da Nang, Vietnam pada
tanggal 10 11 Maret 2008.
FOKUS EDISI INI
Atas partisipasi dan dorongan dari seluruh Pengurus dan
Design And Construction of Ponre Ponre Dam Anggota KNI-BB, penerbitan kali ini sedikit mengalami
Tolok Ukur Kegagalan Bangunan kemajuan dalam hal waktu penerbitanya. Semoga untuk
Tata Cara Penilaian Kegagalan Bangunan penerbitan pada nomor berikutnya akan lebih agresif lagi.
Anda Bertanya Kami Menjawab Selamat Menikmati.
Sekilas Info dan Serba Serbi Organisasi

Tim Redaksi Buletin KNI-BB


Pembina: Bambang Kuswidodo, Mardjono Notodihardjo, Husni Sabar; Penanggung Jawab: John Paulus Pantouw;
Redaksi: Aries Feizal Firman, Mohammad Soedibyo, Pudji Hastowo, A. Hanan Akhmad, Bhre Susantini, Bambang Tedja I.I.,
Bambang Hargono, Hadi Susilo; Tata Usaha (TU): Herman Hidayat, Plenik Sawitri, Rosiana, Martin Malaibel, Syafri Ibrahim;
Alamat Redaksi/TU: Jl. H. Agus Salim No.69 Jakarta 10350, Telp./Fax.: (021)-3162543, E-mail: inacold@cbn.net.id

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

2
LAPORAN UTAMA

DESIGN AND CONSTRUCTION OF PONRE PONRE DAM (CFRD)


Oleh:
Yuji Yunoki
Nippon Koei Co., Ltd.

Introduction
The Ponre Ponre Dam Irrigation sub-project is under
implementation in Bone District, South Sulawesi Province by
the Ministry of Public Works as one of the sub-projects of
DISIMP (Decentralized Irrigation System Improvement Project
in Eastern Region of Indonesia) financed by a Japanese loan. It
is planned to irrigate a total area of 3,749 ha with a 40 MCM
reservoir of the Ponre Ponre Dam.
The Ponre Ponre Dam is a 55 m high concrete faced rockfill
dam (CFRD). The CFRD is generally cheaper, quicker, and safer
compared to the earth core rockfill dam (ECRD), and has
become the standard type of rockfill dam these years. The
Ponre Ponre Dam is the third CFRD in Indonesia, and the first
CFRD in these two decades after the Cirata Dam was
completed in west Java in 1987.
This paper provides some technical information on the design
and construction of the Ponre Ponre Dam.

1. Overview
The Ponre Ponre Dam Irrigation Sub-project lies at the western
end of the Walanae River valley and just north of the southern
mountain region in South Sulawesi Province. The Ponre Ponre
dam site is located on the Tinco River, a minor tributary of the Figure 1 - Location of the Ponre Ponre Dam Irrigation Sub-Project
Walanae River in Bone District, approximately 70 km to the
northeast of Makassar in South Sulawesi Province. The annual Table 1 Major Project Features
average rain fall is about 2,300 mm, and the average annual Hydrology
streamflow is 1.70 m3/s at the damsite. Catchment Area 78 km2
The detailed design was prepared by Nippon Koei Co., Ltd. Mean Annual Inflow 53.6 MCM
from 2003 to 2004, and the construction of the Ponre Ponre Probable Max. Flood 1,590 m3/s
Dam was commenced in January 2006. The total progress of Reservoir
the construction has reached 85% as of end of May 2008. It is Maximum Water Level EL. 219.78
anticipated that this sub-project will be completed by the end Full Supply Level (FSL) EL. 216.00
of this year. Storage at FSL 48.7 MCM
Active storage 40.4 MCM
The major feature of the Ponre Ponre dam is shown in Table 1.
Diversion Tunnel
Design Flood 20-year-flood
Dimensions of Tunnel D=4.0 m, L=235 m
Peak inflow 394 m3/s
Peak outflow 165 m3/s

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

3
Dam Embankment ECRD
Type CFRD
Core
Crest Level EL. 220.50 m
Rockfill Rockfill
Maximum height 55 m
Crest length 235 m
Volume of embankment 510,000 m3 Grout Curtain

U/S & D/S slope 1.4 H : 1.0V


Spillway CFRD Concrete Face

Type Ungated crest


Crest elevation EL. 216.0 m Compacted Rockfill

Plinth
Peak inflow & Outflow 1590 & 563 m3/s
Outlet Works
Tunnel D=2.5 m, L=108 m Grout Curtain

Max. discharge 6.18 m3/s


Figure 2 - Dam Types, ECRD and CFRD
2. Site Geology
The foundation rocks of the dam embankment and plinth line - Shorter Construction Period : <Work volume is smaller
are mainly volcanic breccia, volcanic breccia with limestone And embankment in wet
fragments, and andesite (intrusion). The results of laboratory season is possible>
tests show that the uniaxial compressive strengths of andesite - Cheaper Construction Cost : <Work volume is smaller
and volcanic breccia in rather fresh rock condition are as and construction period is
follows: shorter>
 Andesite : 20 to 40 Mpa in general; and - Safer Against Leakage : <All embankment materials
 Volcanic breccia : 10 to 30 Mpa in general. are rock (no core zone)>
- More Stable Dam Slopes : <No weak (core) zones>
Andesite is categorized as “Medium Hard Rocks”, and volcanic
- Easier Repair : <Face slabs and perimetric
breccia is partly “Soft Rocks”, and mostly “Medium Hard
Joints are visible>
Rocks”. The rock foundation was judged to be suitable for the
- Lower Construction Risks : <Overtopping is allowable
dam plinth in terms of compressive strength.
during construction>
The Lugeon values along the plinth line showed that the
- Smaller Post-construction : <All embankment materials
permeability of the rock foundation within a depth of
Movements are rock (no core zone)>
approximately 30 m from the original ground was rather high;
the Lugeon values are mostly more than 20, and partly more The design of the Ponre Ponre dam was made basically in
than 50. It was judged that the foundation treatment by accordance with the Guideline on Concrete Faced Rockfill
consolidation and curtain grouting was required. Dams 1991, published by the Australian National Committee
3. Design of Ponre Ponre Dam on Large Dams (ANCOLD Guideline).
The type of CFRD was determined through a comparative The general layout of the Ponre Ponre dam is shown in
study made among concrete gravity dam, ECRD, and CFRD in Figure 3.
the detailed design stage in 2003. The illustration in Figure 2
Embankment
shows the difference of dam types between ECRD and CFRD.
The zoning of the dam embankment is shown in Figure 4. Two
The CFRD has many advantages compared to ECRD such as
rather thin zones, of which width is 3 m each, are designed on
simpler construction method, shorter construction period,
the upstream slope, i.e. filter zone (2B) and transition zone
lower construction cost, safer against leakages, as described
(3A) to provide the foundation for the face slab. The rockfill
below:
zone is subdivided into the more critical water-load-bearing
- Smaller Volume of : <Embankment slopes are upstream half (3B) and the less critical downstream half (3C).
Embankment steeper>
For determination of the slopes, we referred to the following
- Shorter Tunnels and : <Embankment slopes stipulations of the ANCOLD Guideline:
Spillway are steeper>

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

4
Table 2 General Guide for Acceptable
An embankment of hard rockfill with face slopes at the natural Gradients across Plinth
angle of repose (1 to 1.3) is inherently stable. No stability Foundation Erodibilityin terms of
Acceptable
analysis is required, unless unfavorably-oriented clay joints Hydraulic
Rock Condition
Gradient
are present in foundations.
Fresh 20
We determined the slopes of upstream and downstream Slightly to moderately weathered 10
1:1.4, considering the following: Moderately to highly weathered 5
1) the rock foundation is medium hard rock with no Highly weathered 2
unfavorably-oriented clay joints; ANCOLD Guideline 1991
2) the rockfill materials are medium hard rocks;
Since the rock foundation of the plinth is medium hard as
3) the height of the dam is 55 m; and
mentioned above, we judged that the minimum value of the
4) the dam site is not in a highly seismic zone.
acceptable hydraulic gradient across is 10. The height of the
maximum water head is 50 m, and accordingly the
minimum width of the plinth is 5 m.
The thickness of the plinth is basically 40 cm, but it is
variable depending on the geology and topography. If the
foundation of the plinth is deeper than the design, a high
plinth is constructed. Figure 5 shows the standard design of
the high plinth.

Figure 5 - Standard Section of Dam Plinth

Concrete Face Slab and Joints


The concrete face slab is impermeable membrane of the dam.
The thickness of the concrete face slab is traditionally
Figure 3 - General Layout of Ponre Ponre Dam
increased progressively from the crest by 2 to 5 mm per meter
depth below the crest because it is commonly accepted that
the limitation of the hydraulic gradient across the face is 200.
Therefore a uniform thickness of 300 mm is recommended for
dams up to 60 m high. We followed this practice and
determined the thickness of face slab of the Ponre Ponre dam
is 300 mm. The concrete must have good integrity and
durability. However, there is nothing special to be required for
the materials and the mix proportions of the concrete. All
materials are locally available, and the required compressive
Figure 4 - Typical Cross Section of Ponre Ponre Dam strength is 225 kgf/cm2 (or 22 Mpa).
The face slab is divided by horizontal and vertical joints into
Plinth
pieces of slabs, i.e. starter slabs and face slabs. The width of
The dam plinth provides a watertight seal between the one piece of slab is 12 m. Waterstops are installed in all joints
concrete face and the rigid foundation rock. The design of the to secure watertight seals of the concrete face.
plinth was made referring to Table 2.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

5
4. Construction of Ponre Ponre Dam The face slab concrete is generally required to have 1) high
Construction of the Ponre Ponre Dam was commenced by durability, 2) low permeability, 3) low shrinkage, and 4)
Hazama-Brantas Joint Operation in January 22, 2006, and the adequate workability, which are all commonly required in any
river diversion was made in May 25, 2007. Foundation concrete works. To satisfy such requirements, a series of trial
excavation was commenced in May 2006, and had been mix was carried out and determined the following criteria for
almost finished and plinth concrete had been partly face slab concrete: Cement content = 359 kg; W/C = 0.49;
constructed before the river diversion (Photo 1). The trial and Slump = 8.
embankment had also been completed before the river
Table 3 Materials and Compaction of Embankment Zones
diversion at the right bank of the river. After the river diversion, Zone Zone 2A Zone 2B Zone 3A Zone 3B Zone 3C Zone 3D
the embankment work was commenced in full swing (Photo 2). Name Filter Filter Transition
Rockfill Rockfill
Riprap
U/S D/S
Rock Ad Ad Ad Ad Ad or Vb Ad or Vb
Degree of Weathring F to SW F to SW F to SW F to SW F to Mw F to SW
Thickness of layer (m) 0.2 0.4 0.4 1 1 -
15% of rock 15% of rock
Sprayed Water - - - -
volume volume
No of passes of 11 ton 8 (Hand
8 8 8 8 -
vibratory roller Tamper)
Max particle size (mm) 37.5 75 300 1000 1000 -
Note: Ad: Andesite, Vb: Volcanic Breccia, F: Fresh, SW: Slightly weathered, MW: Moderately weathered

The slipform is operated by two electrical winches, and fresh


concrete is conveyed through a chute to the hopper installed in
front of the slipform, and then the fresh concrete is supplied
uniformly by an electrical belt conveyer over the full width of
Photo 1 - Dam Foundation as of May 2007 the face slab (12 m wide). The fresh concrete is placed in 40
cm, and consolidated with six high frequency vibrators. After
the concrete is exposed from the lower end of the slipform, the
surface is finished manually with metal trowels. After placing
concrete, water curing is continued until the face slab is
covered by the rising water in the reservoir to avoid shrinkage
cracking.

Photo 2 - Embankment Work as of November 2007

The requirements of the material and compaction method of


each zone of the dam embankment is summarized in Table 3.
The rockfill materials were compacted by using an 11 ton
vibratory roller, and water was sprayed on the rock materials
while compacting in zone 3A and 3B to avoid excessive
settlement after completion.
The upstream surface of zone 2B, especially 20 cm thick form
Photo 3 Placing Concrete in the Slipform
the surface, was specially compacted by using a hand tamper
and a widened blade of bucket of an excavator. By mixing 5. Concluding Remarks
cement with the zone 2B material made a successful
The construction of the Ponre Ponre Dam is still on-going. The
temporary protection of the upstream surface.
concrete placing has been completed 13 slabs out of 23 slabs
Face slab concrete is placed by using a slipform that was including small slabs near both abutments as of June 12,
locally manufactured. The slipform enables continuous 2008. Although the instrumentation has not been done yet,
concreting on the slope with a rising speed of 3m per hour. the quality of construction has been very good so far according

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

6
to the quality control records. All persons concerned, i.e. PU
staff, the Consultant and the Contractor, are making
considerable efforts to complete the project in time
successfully. The final closure of the diversion tunnel, which
means commencement of impounding, is expected in
September 2008, and then we will start to measure the
instrumentation.

Photo 4 - Front View of Porne Porne Dam, as of June 2, 2008

TOLOK UKUR KEGAGALAN BANGUNAN (Building Failure)


Bidang SIPIL Sub Bidang BENDUNGAN BESAR

KATA PENGANTAR TIM TEKNIS TOLOK UKUR KEGAGALAN BANGUNAN

N
BIDANG SIPIL SUB BIDANG BENDUNGAN BESAR
askah Tolok Ukur Kegagalan Bangunan Bidang
Sipil Sub Bidang Bendungan Besar ini disusun 1) Ir. Husni Sabar, Dip.HE, Ketua (KNI-BB)
sesuai dengan Penyusunan Akhir Tolok Ukur Kegagalan 2) Ir. Bambang Kuswidodo, Dipl.HE (KNI-BB)
Bangunan pada pertemuan di Lembaga Pengembangan Jasa 3) Ir. HM. Soedibyo, MT (KNI-BB)
Konstruksi, Desember 2005. 4) Ir. Ibnu Kasiro, Dipl.HE (KNI-BB)
5) Ir. Wisjnu Yoga Brotodihardjo, MSCE (HATHI)
Naskah ini disusun oleh Tim Teknis Perumusan Tolok Ukur
6) Ir. Y.P. Chandra, M.Eng (HATHI)
Kegagalan Bangunan Bidang Sipil Sub Bidang Bendungan
7) Ir. A. Hanan Akhmad, M.Eng (KNI-BB)
Besar yang dibentuk dengan Keputusan Dewan Pengurus
8) Ir. Ketut Suryata (KNI-BB)
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
9) Ir. Bhre Susantini, Dipl.HE (HATHI)
No.79/KPTS/LPJK/D/VII/2005 tanggal 29 Juli 2005. Tim
10) Ir. Zainuddin, ME (KNI-BB)
Teknis ini juga telah menyelesaikan penyusunan Kriteria dan
11) Ir. Nani Irawati (HATHI)
Tolok Ukur Kegagalan Bangunan Bidang Sipil sub Bidang
12) Ir. John P. Pantouw, MS (KNI-BB)
Bendungan Besar, Oktober 2005, yang merupakan naskah
13) Ir. Pudji Hastowo, Dipl.HE (KNI-BB)
penjelasan dari Naskah Tolok Ukur Kegagalan Bangunan ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih pada semua PENGERTIAN KEGAGALAN BENDUNGAN
pihak yang telah memungkinkan tersusunnya buku ini, 1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun
terutama pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bab I Pasal 1 Ayat 6
Nasional, Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang
Besar, serta seluruh anggota Tim Teknis Perumusan Tolok setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada
Ukur Kegagalan Bendungan, dan semoga naskah ini dapat pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi sebagian atau
bermanfaat sesuai yang diharapkan. secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan
Ketua Tim Teknis ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi
Perumusan Tolok Ukur atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat
Kegagalan Bendungan kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Hal-hal berkenaan dengan tanggung jawab, jangka waktu
Ir. Husni Sabar, Dipl.HE tanggung jawab dan penilai oleh pihak sebagaimana
tertera kegagalan bangunan, pasal 25 sampai dengan 28
pada Bab VI.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

7
2. Menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa (2) Pihak asuransi di Indonesia tidak mungkin
Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang menanggung keseluruhan tanpa ada batasan
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Bab V Pasal 34 hanya mengcover 20% dan 80% dari pihak luar.
Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan (3) Dalam merumuskan Tolok Ukur Kegagalan
yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun Bangunan, LPJK harus menyerahkan ke
sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan himpunan ahli, karena dalam himpunan ahli
kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai tersebutlah berkumpul para ahli di bidangnya
akibat kesalahan Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa masing-masing.
setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. (4) Batasan kegagalan bangunan bukan hanya
sekedar definisi semata, tetapi harus ada
Hal-hal berkenaan dengan jangka waktu, pananggung
besaran angkanya.
jawaban, penilai kegagalan bangunan, kewajiban dan
(5) LPJK akan mengirim surat ke asosiasi guna
tanggung jawab penyedia jasa, kewajiban dan tanggung
meminta agar asosiasi menetapkan 5 (lima)
jawab pengguna jasa dan ganti rugi dalam hal kegagalan
orang penilai ahli dan juga mengirim nama yang
bangunan, adalah sebagaimana tertera pada Bab V,
akan duduk dalam tim teknis, masing-masing
kegagalan bangunan, pasal 34 sampai dengan 49.
asosiasi minimal 5 orang.
3. Tolok Ukur Kegagalan Bangunan (6) Pihak asuransi sampai saat ini sanggup
3.1. Tolok ukur yang dipakai adalah bahwa semua mengcover sebesar Rp. 10 Miliar per proyek.
bangunan harus direncanakan, dibangun dan 2) Pada Pertemuan LPJK dengan Asosiasi Profesi dalam
dipelihara mengikuti Peraturan Nasional dan rapat pembentukan Tim Teknis Ahli, tanggal 17 Maret
Peraturan Daerah. 2005 dihasilkan bahwa tujuan untuk menilai
3.2. Segala Ketentuan yang tidak Tercakup dalam kegagalan dimaksudkan sebagai berikut:
Peraturan Nasional dan Peraturan Daerah, (1) Untuk profesi indemnity insurance
selanjutnya dapat mengacu pada berbagai Aplikasi diarahkan pada kegagalan bangunan,
ketentuan atau standar yang diajukan oleh asosiasi- yang tidak disengaja, yang meliputi: human error,
asosiasi profesi jasa konstruksi. ommisions (task, change order), kalalaian,
3.3. Untuk kondisi dimana dipergunakan secara keteledoran.
bersamaan antara Peraturan Nasional, Peraturan (2) Ada unsur ketidak sengajaan.
Daerah dan Ketentuan atau Standar yang diajukan (3) Akan menyebabkan kebangkrutan bagi penyedia
oleh Asosiasi-Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi baik jasa pembangunan.
sebagian atau secara keseluruhan, maka yang (4) Menyangkut direct loss dan consequential lost.
dipakai sebagai tolok ukurnya adalah yang memiliki (5) Siapa yang akan mengajukan tuntutan.
ketentuan lebih baru. 2. Tim Teknis Kegagalan Bendungan
3.4. Dalam berkas perencanaan, Perencana perlu 1) Sesuai dengan Keputusan Dewan Pengurus Lembaga
mencantumkan peraturan-peraturan dan standar- Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Nomor:
standar yang dipergunakan. 79/KPTS/LPJK/D/VII/2005 tanggal 29 Juli 2005
tentang Pembentukan Tim Teknis Perumusan Tolok
PENDAHULUAN
Ukur Kegagalan Bangunan, maka Tim Teknis Bidang
1. Latar Belakang
Sipil, Sub Bidang Bendungan Besar bertugas:
1) Pembentukan Tim Teknis Perumusan Tolok Ukur (1) Merumuskan konsep Tolok Ukur Kegagalan
Kegagalan Bangunan sebagai hasil Rapat Bangunan Bidang Sipil sub Bidang Bendungan
Perumusan Tolok Ukur Kegagalan Bangunan oleh Besar.
LPJK tanggal 14 April 2005, telah dibekali (2) Merumuskan kriteria Tolok Ukur Kegagalan
kesepakatan dalam rapat tersebut sebagai berikut: Bangunan Bidang Sipil sub Bidang Bendungan
(1) Sanksi kegagalan bangunan yang ditetapkan Besar.
dalam UUJK, terbagi menjadi dua, yakni: sanksi
3. Maksud dan Tujuan
yang menyangkut administrasi dan pidana dan
Penyusunan kriteria dan tolok ukur kegagalan bangunan
sanksi ganti rugi.
bidang sipil sub bidang bendungan besar dimaksudkan

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

8
untuk memenuhi tugas dari Lembaga Pengembangan mendapatkan perhatian terus-menerus.
Jasa Konstruksi sebagai Tim Teknis Perumusan Pada dasarnya, bendungan tidak boleh runtuh bahkan
Kegagalan Bangunan. pada keadaan yang sangat kritikal pun, terutama
Tujuan penyusunan kriteria dan tolok ukur kegagalan karena bendungan memiliki potensi resiko yang tidak
bendungan untuk memperoleh rumusan Tolok Ukur diinginkan dan setiap keruntuhan bendungan tidak
Kegagalan Bendungan serta Kriteria Tolok Ukur akan dapat diterima oleh masyarakat yang tinggal di
Kegagalan Bendungan. sebelah hilir bendungan tersebut.
4. Cakupan Bahasan Setiap pembangunan bendungan harus mengambil
Dalam penyusunan tolok ukur dan kriteria kegagalan pelajaran dari pengalaman kegagalan bendungan, yaitu
bendungan, selain disampaikan latar belakang segala sesuatu mengenai penyebabnya, pentingnya
penyusunan tolok ukur kegagalan bendungan maupun keamanan bendungan, pengamatan dan pemantauan
pembentukan Tim Teknis Perumus, maka bahasan dalam serta rehabilitasi/perbaikan bendungan yang perlu
penyusunan kriteria dan tolok ukur akan mencakup dilakukan secara tepat sasaran dan sesegera mungkin
masalah: agar dapat mencegah keruntuhan bendungan.

1) Pengertian dan definisi bendungan dan bangunan 2 Definisi Bendungan dan Bangunan Pelengkapnya
pelengkapnya (SNI No. 1731-1989 F)
2) Peraturan perundang-undangan yang terkait Menurut SNI No. 1731-1989 F maka definisi bendungan
kegagalan bendungan dan bangunan pelengkapnya adalah:
3) Kriteria dan tolok ukur kegagalan bendungan Bendungan
4) Kelembagaan yang mengatur proses pembangunan, Bendungan adalah setiap penahan buatan, jenis urugan
pengelolaan dan penghapusan bendungan serta atau jenis lainnya yang menampung air atau dapat
peraturan terkait. menampung air baik secara alamiah maupun buatan,
Demikian pula akan dilampirkan Katalog Pedoman termasuk fondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan
Pengelolaan dan Pembangunan Bendungan yang berisi pelengkap dan peralatannya.
Standar maupun Pedoman yang diterbitkan oleh Standar Dalam pengertian ini termasuk juga bendungan limbah
Nasional Indonesia, Badan Penelitian dan galian tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.
Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum dan Bangunan Pelengkap
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Bangunan Pelengkap dan atau fasilitas adalah semua
Pekerjaan Umum. bangunan atau komponennya, dan fisilitas yang secara
PENGERTIAN DAN FUNGSI BENDUNGAN fungsional berhubungan dengan bendungan anta lain:
pelimpah, bangunan pengeluaran, bangunan sadap
1. Pengertian Umum
utama dan konduit, pintu air dan fasilitas pembangkit
Yang dimaksudkan dengan pengertian bendungan disini
tenaga listrik, termasuk peralatan hubung dan transmisi
adalah bendungan yang diklasifikasikan sesuai dengan
walaupun lokasinya terpisah dari bendungan utama.
SNI No.1731-1989 F, dan tidak termasuk tanggul.
Pengaturan keamanan bendungan di Indonesia sesuai SNI No.
Bendungan mempunyai resiko tinggi yang harus menjadi
1731-1989 F dan Per Men PU No.72/PRT/1997 tentang
perhatian, karena mengandung potensi bahaya
Keamanan Bendungan, berlaku bagi bendungan dengan:
keruntuhan yang dapat mengakibatkan kehilangan jiwa
1) Ketinggian 15 m atau lebih dari dasar lembah
dan harta benda. Demikian pula karena bendungan
terdalam dengan tampungan sekurang-kurangnya
sangat dibutuhkan untuk penyediaan air irigasi, air
100.000 m3 atau
minum, air industri, perikanan air tawar, pembangkitan
tenaga listrik dan sebagainya, serta disebabkan biaya 2) Ketinggian kurang dari 15 m dari dasar lembah
yang telah ditanamakan untuk membangun bendungan terdalam dengan tampungan sekurang-kurangnya
itu pun cukup besar, bendungan harus dijaga tetap utuh 500.000 m3 atau
dan jangan runtuh. Bahkan bagi bendungan kecil pun 3) Bangunan penahan air lainnya yang beresiko tinggi
yang dibangun di beberapa lokasi, yang dapat mempunyai yang ditetapkan oleh Komisi Keamanan Bendungan.
potensi menimbulkan malapetaka (bahaya) harus tetap

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

9
3. Pengertian Bendungan Besar (2) sebagai penyedia air untuk kebutuhan domestik
Pengertian Bendungan Besar (Large Dams) menurut (air minum, industri dsb);
International Commission on Large Dams (ICOLD) adalah: (3) sebagai pembangkit tenaga listrik;
(4) pengendalian banjir;
1) bendungan yang tingginya lebih dari 15 m diukur dari
(5) perikanan;
bagian terbawah pondasi sampai ke puncak
(6) pariwisata, dan sebgainya
bendungan, atau
3) Pengaruh bendungan terhadap Keselamatan dan
2) bendungan yang tingginya antara 10 m dan 15 m
Kesehatan Kerja
yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria berikut:
Setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi, pada
(1) panjang puncak bendungan tidak kurang dari
masa pengisian pertama maupun masa operasi,
500 m,
maka bendungan dapat membahayakan para
(2) kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang
pekerjanya atau para operator (karena tenggelam).
dari 1 juta m3,
(3) debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak 4) Pengaruh Bendungan terhadap Keselamatan
kurang dari 2000 m3/d, Umum
(4) bendungan dengan kesulitan-kesulitan Dapat mengancam keselamatan jiwa dan harta
khususnya pada fondasinya, benda apabila terjadi pengeluaran air dari waduk
(5) bendungan didesain tidak seperti biasanya. yang tidak terkendali, terutama untuk daerah sebelah
hilir bendungan.
Sedangkan pengertian bendungan yang terkait dengan
pengaturan keamanan bendungan di Indonesia, sebagai 5. Komponen Bendungan dan Fungsinya
yang tertuang pada butir 2.2. telah disebutkan dalam Bendungan dan bangunan pelengkapnya terdiri dari
Pe r a t u r a n M e n te r i Pe ke r j a a n U m u m N o m o r komponen-komponen yang mempunyai fungsi masing-
72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan yang masing sebagai berikut.
diubah dengan keputusan Menteri Permukiman dan 1) Fondasi : mendukung bendungan dan
Prasarana Wilayah Nomor 296/KPTS/M/2001. bangunan pelengkapnya,
4. Fungsi dan Manfaat Bendungan serta menahan air

Terkait dengan pengertian kegagalan bangunan 2) Tubuh bendungan : menahan/membendung air


sebagaimana diamanatkan dalam UU No.18 tentang Jasa (dam body)
Konstruksi maupun PP No.29 tentang Penyelenggaraan 3) Pelimpah (spillway) : melewatkan/mengendalikan
Jasa Konstruksi, maka berikut ini disampaikan mengenai Banjir
fungsi bendungan dari segi teknis, manfaat, keselamatan 4) Bangunan pengeluaran: mengatur pengeluaran air
dan kesehatan kerja serta keselamatan umum. (Outlet works)
1) Fungsi dari segi teknis 5) Bangunan pengeluaran:menurunkan muka air
Bendungan serta bangunan pelengkapnya berfungsi bawah (bottom outlet)
untuk:
6) Pusat Pembangkit : pembangkit energi/daya
(1) Tempat menampung air (storage).
Listrik (Power House)
(2) Mengatur debit (discharge) pengeluaran air dari
waduk. 7) Waduk (reservoir) : menampung air
(3) Memberikan tinggi jatuh (head) yang cukup untuk
pembangkit listrik. KRITERIA KEGAGALAN BENDUNGAN
2) Manfaat Bendungan 1. Kriteria Umum Kegagalan Bendungan dan Bangunan
Pembangunan bendungan mempunyai manfaat yang Pelengkapnya
sangat besar dilihat dari berbagai sektor, dengan Ke g a g a l a n b e n d u n g a n s e c a r a u m u m d a p a t
pemanfaatan tampungan airnya dipergunakan untuk dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis kegagalan yaitu:
berbagai keperluan, dapat disampaikan sebagai 1) Kegagalan Struktur
berikut: Yang termasuk dalam kegagalan struktur ini adalah
(1) sebagai penyedia kebutuhan air bagi keperluan kegagalan kuat gesernya (shear failure), dimana
irigasi; tegangan geser yang timbul karena beban internal

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

10
maupun eksternal melebihi kekuatan geser dari 4) Kegagalan Rembesan
tubuh bendungan atau fondasinya. Kegagalan Kegagalan rembesan dapat berupa 2 (dua) masalah,
struktur ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam jenis yaitu:
longsoran yang timbul yaitu: (1) kehilangan air waduk yang terlampau besar dan;
(1) longsoran fondasi dan; (2) kestabilan bendungan karena rembesan.
(2) longsoran tubuh bendungan (urugan) Kehilangan air waduk yang terlampau besar
Penyebab longsoran fondasi umumnya karena disebabkan adanya media yang lulus air termasuk
fondasi berupa tanah lunak, dan atau tekanan air pori gua pada batu gamping dan juga oleh sebab adanya
yang timbul pada lapisan atas atau bidang perlapisan bagian bangunan atau pintu/katup yang rusak yang
yang lulus air di antara satuan atau lapisan yang menyebabkan bocoran air keluar waduk yang cukup
kedap air. besar.
Longsoran tubuh bendungan (urugan) terjadi pada Kestabilan terhadap rembesan dapat dikelompokkan
lereng urugan dan bidang longsoran tidak masuk dalam 4 (empat) masalah utama dimana rembesan
kedalam fondasi. Perilaku struktural urugan dapat melalui bendungan, di bawah/fondasi
bendungan dan jenis bahan urugan sangat bendungan atau sekitarnya yaitu: erosi buluh, erosi
mempengaruhi beban internal, misal: tekanan air internal, tekanan internal/penjenuhan, pelarutan
pori, muka preatik lempung yang lunak atau batuan.
mengembang karena air. Sedang besaran atau nilai kuantifikasinya dari setiap
2) Kegagalan Hidraulik kegagalan diatas, harus mengacu kepada besaran
Kegagalan akibat hidraulik pada bendungan tipe atau nilai yang diperoleh pada masa desain, karena
urugan umumnya disebabkan oleh aliran air bendungan merupakan jenis bangunan yang spesifik
permukaan atau gelombang air waduk yang berupa: dimana setiap bendungan mempunyai karakteristik
peluapan, erosi gelombang, erosi kaki hilir, dan masing-masing yang tergantung pada kondisi
pembentukan lembah. topografi, geologi, hidrologi maupun ketersediaan
Peluapan adalah suatu kejadian dimana air waduk material konstruksi.
mengalir melimpasi puncak bendungan; suatu 2. Kriteria Rinci Kegagalan Bendungan dan Bangunan
kejadian yang tidak diperkenankan untuk bendungan Pelengkapnya
tipe urugan, sedang bendungan beton tahan Kriteria kegagalan bangunan berdasarkan komponen
terhadap peluapan. bendungan dan bangunan pelengkapnya, fungsi masing-
Erosi gelombang yaitu kerusakan pada lereng hulu masing komponen, dan penyebabnya disampaikan
tubuh bendungan akibat erosi yang terus menerus secara rinci sebagai berikut.
oleh gelombang air waduk, sehingga lereng lebih
2.1. Fondasi
tegak yang menyebabkan kestabilannya berkurang.
1) Fungsi:
Erosi kaki hilir yaitu erosi pada riprap yang dipasang
(1) Mendukung bendungan dan bangunan
pada kaki hilir bendungan akibat erosi oleh aliran
pelengkap
permukaan.
(2) Menahan air
Pembentukan lembah disebabkan oleh air hujan
2) Kriteria Kegagalan:
yang jatuh dan mengalir bebas di permukaan lereng
(1) Terjadi penurunan yang tidak merata, dan
bendungan yang dengan mudah mengerosi
melampaui batas aman atau batas desain
permukaan lereng akibat proteksi yang kurang baik.
(2) Terjadi aliran rembesan berlebihan
3) Kegagalan Operasi 3) Penyebab Kegagalan:
Kegagalan akibat operasi dapat terjadi akibat (1) Likuifaksi/luluh
kesalahan operator, kerusakan atau cacat pada pintu (2) Longsoran
dan alat angkat (hoist), posisi dan letak pintu yang (3) Amblesan
tidak tepat maupun akses ke bangunan pengatur (4) Hanyutnya butiran tanah dan material yang
aliran tidak ada atau tidak memadai. mudah larut
Kesalahan operator dapat berupa tidak datangnya (5) Material fondasi yang terlepas
operator atau datangnya tidak tepat waktu atau (6) Tergalinya/terpotongnya bagian bawah fondasi
kesalahan pengoperasian pintu. (7) Pergerakan patahan

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

11
2.2. Tubuh Bendungan (2) Kegagalan akibat hidraulik
1) Fungsi: (3) Kegagalan akibat rembesan
(1) Menahan air (4) Kegagalan terhadap operasi
2) Kriteria kegagalan: 3) Penyebab kegagalan:
(1) Terjadi bocoran berlebihan (1) Adanya penyumbatan/hambatan aliran
(2) Terjadi deformasi pada tubuh bendungan (2) Penumpukan endapan
kearah hilir (gravity dam) (3) Kerusakan pintu dan alat angkat
(3) Terjadi deformasi berlebihan (4) Posisi dan letak pintu tidak tepat
3) Penyebab Kegagalan pada Bendungan Beton: 2.5. Bangunan Pengeluaran Bawah (Bottom outlet)
(1) Gaya angkat berlebihan 1) Fungsi:
(2) Gaya angkat tidak terdistribusi dengan baik (1) Mengeluarkan air pada kondisi darurat
(3) Perbedaan pergeseran dan 2) Kriteria kegagalan:
penyimpangan/defleksi (1) Kegagalan struktur
(4) Tegangan berlebihan pada khaki hilir (2) Kegagalan akibat hidraulik
(5) Retakan, kemerosotan mutu, reaksi alkali, asam (3) Kegagalan akibat rembesan
dan pelumeran beton (4) Kegagalan terhadap operasi
(6) Tidak berfungsinya drainasi 3) Penyebab kegagalan:
4) Penyebab Kegagalan pada Bendungan Urugan: (1) Adanya penyumbatan/hambatan aliran
(1) Retakan (2) Penumpukan endapan
(2) Lubang benam (3) Kerusakan pintu dan alat angkat
(3) Erosi permukaan (4) Posisi dan letak pintu tidak tepat
(4) Hanyutnya butiran tanah dan material yang
2.6. Gedung Pusat Listrik (Power House)
mudah larut
1) Fungsi:
(5) Ketidakstabilan lereng
(1) Membangkitkan tenaga listrik
(6) Rembesan berlebihan
2) Kriteria kegagalan:
(7) Likuifaksi/luluh
(1) Kegagalan struktur
2.3. Pelimpah (2) Kegagalan akibat hidraulik
1) Fungsi: (3) Kegagalan akibat rembesan
(1) Melewatkan/mengatur aliran banjir dengan (4) Kegagalan terhadap operasi
aman 3) Penyebab kegagalan:
2) Kriteria kegagalan: (1) Daya dukung fondasi tidak cukup memenuhi
(1) Kapasitas tidak memenuhi (2) Gaya angkat berlebihan
(2) Aliran banjir menimbulkan erosi pada tubuh (3) Gaya tekan ke fondasi tidak terdistribusi dengan
bendungan baik
(3) Tidak stabil terhadap beban rencana (4) Pergeseran, guling dan penyimpangan/defleksi
(4) Terjadi kavitasi, erosi, gaya angkat (5) Tegangan berlebihan pada bangunan
3) Penyebab kegagalan: (6) Retakan, kemerosotan mutu, reaksi alkali,
(1) Adanya penyumbatan/hambatan aliran asam, dan pelumeran beton
(2) Lining/dinding pecah 2.7. Waduk
(3) Deformasi lantai 1) Fungsi:
(4) Reaksi alkali, reaksi asam dan pelumeran (1) Menampung air
2) Kriteria Kegagalan:
beton
(1) Terjadinya bocoran berlebihan
(5) Kesalahan/cacat pada pintu dan alat angkat
(2) Tidak stabilnya dinding waduk dan bukit
(6) Kegagalan operasi
sekitarnya
2.4. Bangunan Pengeluaran (Outlet Works) 3) Penyebab Kegagalan:
1) Fungsi: (1) Bocoran pada dinding dan lantai waduk
(1) Mengatur pengeluaran air (2) Terjadinya lubang benam
2) Kriteria kegagalan: (3) Ketidakstabilan lereng
(1) Kegagalan struktur (4) Tanggul alami berpotensi longsor/melemah

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

12
TOLOK UKUR KEGAGALAN BENDUNGAN 3) Musibah (accidents) tipe 1
1. Tolok Ukur Kegagalan Bendungan Bendungan sudah beroperasi sementara waktu,
Tolok ukur kegagalan bendungan dijabarkan sebagai sudah dilakukan tindakan perbaikan sebagai
tidak dapat berfungsinya bendungan sesuai dengan pencegahan terhadap keruntuhan termasuk
maksud pembangunannya sebagai berikut. penurunan muka air waduk
1) Waduk tidak dapat berfungsi untuk menampung air 4) Musibah (accidents) tipe 2
sehingga tidak dapat dialirkan melalui bangunan Kerusakan telah dipantau/diamati pada masa
pengeluaran pengisian pertama dan telah dilakukan tindakan
2) Bendungan dan bangunan pelengkapnya tidak bisa perbaikan sebagai pencegahan terhadap keruntuhan
mengatur debit yang keluar dari waduk atau termasuk penurunan muka air waduk.
terjadinya pengeluaran air dari waduk ke hilir yang Kategori musibah tipe 1 maupun tipe 2 dapat
tidak terkendali dikategorikan sebagai kegagalan tingkat sedang dan
3) Bendungan dan bangunan pelengkapnya tidak dapat terjadi disebabkan oleh:
menyediakan tinggi tekanan air yang cukup bagi (1) Terjadinya bocoran besar, deras, dan terpusat di
keperluan pembangkitan tenaga listrik hilir bendungan, atau di bangunan, yang
2. Tingkat Kegagalan Bendungan berkembang dengan cepat serta berwarna atau
Kriteria kegagalan bendungan dikategorikan sesuai keruh sesuai dengan kandungan material media
dengan kriteria ICOLD (International Commission on aliran.
Large Dams) berikut ini: (2) Terjadinya lubang erosi (local scouring) dan atau
1) Keruntuhan tipe 1 runtuhan tebing akibat erosi arus di kaki hilir
Keruntuhan besar, bendungan ditinggalkan bendungan yang berkembang menjadi
2) Keruntuhan tipe 2 longsoran.
Keruntuhan besar, tetapi kerusakan bendungan (3) L i k u i f a k s i m a t e r i a l k a r e n a b e b a n
masih dapat diperbaiki dan bendungan dapat dinamik/gempa.
dioperasikan kembali. 5) Kerusakan lain
Kategori keruntuhan tipe 1 maupun tipe 2 dapat Kerusakan lain dapat dikategorikan sebagai
dikategorikan sebagai kegagalan tingkat besar dan kerusakan ringan dan meskipun bendungan tidak
terjadi disebabkan oleh: mengalami kerusakan yang serius, namun dapat
(1) Terjadinya peluapan dimana air waduk mengalir menyebabkan keruntuhan atau aksiden apabila
melimpasi puncak bendungan yang membentuk kondisinya berkembang dan menyimpang atau
rekahan (breach) dan berkembang menjadi tindakan perbaikan (remedial works, counter
keruntuhan total. measures) kurang memadai.
(2) Terjadinya bocoran besar, deras, dan terpusat di
hilir bendungan, atau di bangunan, yang PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN
berkembang dengan cepat serta berwarna atau 1. Pengaturan Keamanan Bendungan
keruh sesuai dengan kandungan material media Dalam rangka melindungi masyarakat dan harta benda di
aliran, disertai longsoran urugan yang terjadi daerah hilir bendungan, perlu dilakukan pengaturan
akibat pengaruh bocoran tersebut. keamanan bendungan oleh Pemerintah.
(3) Terjadinya longsoran besar yang memotong
Adapun pengaturan keamanan bendungan tersebut
puncak bendungan dan menyebabkan
bertujuan untuk:
pengeluaran air waduk tak terkendali atau
1) Melestarikan fungsi bendungan
menyebabkan berkurangnya tinggi jagaan
2) Memberikan jaminan keamanan bendungan
waduk.
3) Melindungi masyarakat serta harta benda di hilir
(4) Terjadinya pelarutan material fondasi maupun
bendungan
tubuh urugan yang berkembang dengan cepat
dan berpotensi menyebabkan keruntuhan 2. Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan
bendungan. Lingkup pengaturan bendungan meliputi kegiatan:
1) Desain, pelaksanaan konstruksi

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

13
2) Pengelolaan (O &P) 4. Pengkajian dan Inspeksi Keamanan Bendungan
3) Rehabilitasi 1) Pengkajian keamanan bendungan dilakukan untuk
4) Perluasan mendapatkan persetujuan dari Menteri serta berlaku
5) Penghapusan fungsi bendungan bagi pembangunan bendungan baru, rehabilitasi
Setiap tahap kegiatan tersebut di atas, harus mendapat bendungan, perluasan dan penghapusan bendungan
persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Pekerjaan yang mencakup:
Umum berdasarkan rekomendasi dari Komisi Keamanan (1) Kajian terhadap desain untuk memperoleh
Bendungan. Komisi Keamanan Bendungan bertugas persetujuan desain
memberikan rekomendasi dan saran kepada Menteri (2) Ka j i a n p e l a k s a n a a n ko n s t r u k s i u n t u k
Pekerjaan Umum yang akan menerbitkan Persetujuan memperoleh persetujuan pengisian awal
Desain, Persetujuan Pengisian Awal dan Persetujuan (3) Kajian pelaksanaan pengisian awal untuk
Pengoperasian Bendungan. memperoleh persetujuan operasi
Pengaturan keamanan bendungan yang berlaku di (4) Kajian penghapusan fungsi untuk memperoleh
Indonesia diperuntukkan bagi bendungan dengan: persetujuan penghapusan fungsi bendungan.
1) Ketinggian 15 m atau lebih dari dasar lembah 2) Pelaksanaan Inspeksi berkala dan luar biasa.
terdalam dengan tampungan sekurang kurangnya (1) Inspeksi awal 2 tahun setelah dikeluarkan
100.000 m3 atau persetujuan operasi
2) Ketinggian kurang dari 15 m dari dasar lembah (2) Inspeksi besar minimal setiap 5 tahun sekali
terdalam dengan tampungan sekurang kurangnya (3) Inspeksi luar biasa (pasca gempa atau inspeksi
500.000 m3 atau terhadap kondisi khusus).
3) Bangunan penahan air lainnya yang beresiko tinggi Disamping tugas tersebut diatas BKB juga bertugas
yang ditetapkan oleh Komisi Keamanan Bendungan. melakukan monitoring pelaksanaan konstruksi dan
monitoring pelaksanaan pengisian awal ditinjau dari
3. Organisasi Keamanan Bendungan
aspek keamanan bendungan.
Untuk membantu Menteri dalam kegiatan pengaturan 3) Pelaksanaan analisa perilaku bendungan oleh BKB
keamanan bendungan, dibentuk Organisasi Keamanan meliputi analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan
Bendungan (OKB) sesuai Keputusan Menteri berkala dan luar biasa dari Pemilik Bendungan yang
Permukiman dan Prasarana Wilayah mencakup:
No.296/KPTS/M/2001, yang susunannya terdiri dari: (1) analisis terhadap perilaku bendungan tahunan
1) Komisi Keamanan Bendungan (KKB) (year report)
2) Unit Keamanan Bendungan saat ini menjadi Balai (2) analisis terhadap hasil pemeriksaan dan evaluasi
Keamanan Bendungan (BKB) keamanan bendungan lima tahunan
KKB bertugas memberikan rekomendasi dan saran (3) analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan
kepada Menteri dalam penanganan kegiatan keamanan luar biasa.
bendungan dan bertanggung jawab pada Menteri, serta
mengevaluasi hasil kegiatan Balai Keamanan Bendungan PENUTUP
dalam rangka menyusun rekomendasi. Bendungan merupakan bangunan air yang spesifik dan
UKB/BKB (ps 4 Permen PU 72/PRT/1997) merupakan mempunyai karakteristik masing-masing yang dapat berbeda
unit kerja Departemen Pekerjaan Umum di bidang satu dengan yang lain dan tidak dapat di standarkan terhadap
keamanan bendungan, yang secara teknis operasional kegagalan yang mungkin dapat terjadi. Penetapan tolok ukur
dibawah pembinaan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, kegagalan bendungan hanya berdasarkan kualifikasinya dan
dan secara fungsional memberi dukungan kepada Komisi bukan kuantifikasinya, hal ini disebabkan karena perilaku
Keamanan Bendungan. bendungan sangat dipengaruhi kondisi topografi, hidrologi,
Balai Keamanan Bendungan mempunyai fungsi: geologi, geologi teknik, jenis material konstruksi pembangun
melakukan kajian setiap tahap kegiatan pembangunan bendungan serta metode konstruksinya yang tidak pernah
dan pengelolaan bendungan, pengumpulan dan sama untuk setiap bendungan.
pengelolaan data bendungan serta melakukan inspeksi Beberapa saran disampaikan dalam kaitan kegagalan
perilaku bendungan ditinjau dari segi keamanan bendungan terhadap pasal-pasal yang ada di dalam
bendungan.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

14
Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
1) Pasal 36 ayat (1)
“Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu)
atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam
bidangnya serta bersifat independen dan mampu
memberikan penilaian secara objektif”
Saran: Penilai ahli bidang bendungan sebaiknya terdiri dari 1 Naskah lengkap
Tolok Ukur Kegagalan Bangunan
(satu) Tim yang terdiri dari berbagai ahli dengan disiplin ilmu (Building Failure)
terkait dengan bidang bendungan. Dalam 1 (satu) Tim Bidang Sipil Sub Bidang Bendungan Besar
minimal terdiri dari 3 (tiga) ahli. sesuai Peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
2) Pasal 36 ayat (3) Nomor: 02/LPJK Tahun 2007
“Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu
dapat diperoleh di Sekretariat KNI-BB
apabila kegagalan bangunan mengakibatkan kerugian dan untuk di fotocopy.
atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum,
termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan, proses
penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan
disepakati oleh para pihak”
Saran: Dalam proses penilaian dan hasil kerja Penilai Ahli
sebaiknya Pemerintah tidak memberikan pendapat
(independensi Tim Penilai Ahli harus tetap dijaga).

KRITERIA PENILAI AHLI DAN TATA CARA PENILAIAN


KEGAGALAN BANGUNAN

KRITERIA PENILAI AHLI TATACARA PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN


Kesepakatan: A. TATACARA PEMERIKSAAN
1. Warga Negara Indonesia Pemeriksaan terdiri dari beberapa tahapan:
2. Umur maksimal 65 tahun pada saat diusulkan 1. Memeriksa legalitas objek bangunan
3. Mempunyai sertifikat tertinggi dari asosiasi dan bersedia a. Mempelajari dokumen kontrak dan/atau
menjadi Penilai Ahli dokumen pelaksanaan
4. Pengalaman dalam Bidang/Sub Bidang minimal 15 tahun b. Mempelajari legalitas/perijinan
5. Mendapat pembekalan tambahan dari LPJK c. Mempelajari pelaksanaan operasional dan
6. Tidak cacat hukum di bidang konstruksi dan etika profesi pemeliharaan/perawatan
Mengusulkan kepada LPJK untuk: 2. Mengidentifikasi kegagalan bangunan termasuk
1. Seleksi adalah hak LPJKN apabila ada kerusakan
2. LPJKN harus membentuk komisi penilai kegagalan a. Kerusakan ringan
bangunan secara permanen/ad hoc dari masyarakat jasa b. Kerusakan sedang
konstruksi dan pemerintah c. Kerusakan berat
3. Mohon konfirmasi LPJKN apakah Penetapan Kriteria 3. Mencari penyebab kerusakan
Klasifikasi dan Evaluasi terhadap angota penilai ahli yang a. Kesalahan non teknis
diusulkan oleh asosiasi profesi akan ditentukan LPJKN b. Kesalahan teknisfungsi dan jenis bangunan.
sendiri atau ditugaskan kepada tim Teknis untuk
menyusunnya.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

15
4. Menaksir kerugian  Penetapan lokasi tempat
a. Kerugian material pengujian/laboratorium
b. Kerugian pihak ketiga  Kriteria, kualifikasi dan klasifikasi penilai ahli
c. Kerugian lainnya c. Penentuan penanggungjawab pemeriksaan
5. Menetapkan penanggungjawab kerusakan  Penanggungjawab pemeriksaan non teknis
a. Penyedia Jasa  Penanggung jawab pemeriksaan teknis
 Jasa Konsultan d. Perencanaan inspeksi
 Jasa Kontraktor  Penentuan target dan tujuan pemeriksaan
b. Pengguna Jasa  Penetapan metodologi pemeriksaan
 Pemilik bangunan  Persiapan standar acuan mutu
 Pengelola bangunan/Perhimpunan Pemilik  Penentuan penggunaan hasil pemeriksaan
 Pengguna bangunan dan barang-barang daftar simak/laporan
c. Pihak lain  Pembahasan atas informasi/data objek
B. PROSES PENILAIAN bangunan yang akan diperiksa
 Persiapan kerangka awal objek bangunan
Proses penilaian dilakukan dengan serangkaian
dan komponen yang ingin diperiksa
pemeriksaan:
 Penetapan batas waktu, ketersediaan tenaga
1. Pemeriksaan Kuantitatif
ahli, staf pemeriksa/penilai ahli dan akses ke
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengevaluasi
lokasi objek bangunan yang akan diperiksa.
kondisi fisik bangunan yang didasarkan pada
2. Tahap pendataan
pengamatan visual dan/atau bantuan peralatan
a. Inspeksi data objek bangunan
pengujian yang mengacu pada standar Nasional dan
 Identifikasi dan latar belakang objek
atau Internasional sesuai dengan Tolok Ukur
bangunan dan komponen yang akan
Kegagalan Bangunan.
diperiksa
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisi daftar simak
 Uraian kerusakan, lokasi dan usulan
(check list) yang telah dipersiapkan sesuai dengan
pengujian atau perbaikan
fungsi dan jenis bangunan.
 Informasi tentang skala prioritas, usulan
2. Pemeriksaan Kualitatif
waktu pelaksanaan dan anggaran biaya
Pemeriksaan ini akan memberikan gambaran yang
pengujian/perbaikan
lengkap akan kondisi fisik bangunan yang dikaitkan
B. Uraian komponen yang rusak
dengan acuan dan standar teknis yang berlaku dan
Berdasarkan survai dan pengamatan serta
diakui secara internasional.
pengujian disusun komponen-komponen objek
Dalam pemeriksaan ini juga diperhatikan aspek non
bangunan yang rusak dengan mengacu pada
teknis yang mengacu pada standar teknis, misalnya
standar mutu yang disyaratkan untuk dijadikan
yang terkait dengan mutu udara dalam ruang, adanya
informasi bagi tindak lanjut berikutnya.
polusi udara, baik berupa campuran bahan organik
c. Uraian evaluasi kerusakan
yang mudah menguap, pestisida, bahan yang mudah
 Karakteristik komponen objek bangunan
terbakar/meletup dan bahan alamiah yang polutan,
 Kriteria mutu yang disyaratkan
maupun adanya medan elektromagnit dan pengaruh
 Tingkat dan bobot kerusakan
kelembaban udara.
 Kesimpulan kondisi umum objek bangunan
C. TAHAPAN PEMERIKSAAN  Urutan prioritas perbaikan (jika masih mungkin
1. Tahap perencanaan diperbaiki)
a. Penetapan lingkup pemeriksaan
3. Tahap evaluasi pemeriksaan
 Pemeriksaan atas dokumen
 Pemeriksaan atas kondisi fisik Pada tahap ini diperlukan format acuan internasional
b. Pemilihan tenaga pemeriksa/penilai ahli yang disesuaikan dengan bidang/sub bidang terkait
 Penetapan jadwal kerja pemeriksa/penilai untuk dapat melakukan:
ahli a. Perkiraan nilai kerusakan
b. Perkiraan nilai penggantian/perbaikan

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

16
Sebagai contoh: bidang Sipil, sub bidang Struktur Pada tahap ini diharapkan diperoleh keputusan
(khusus untuk kerusakan akibat Gempa) digunakan apakah rekomendasi yang diusulkan dapat diterima
fo r m a t a c u a n i n te r n a s i o n a l d a r i A p p l i e d oleh pihak-pihak yang terlibat untuk rencana tindak
Technological Council (ATC), American Society of Civil (action plan) selanjutnya, baik yang menyangkut fisik
Enginerering (ASCE) atau Federal Emergency bangunan maupun yang berkaitan dengan sanksi.
Management Agency (FEMA).
4. Tahap paparan hasil evaluasi
Pada tahap ini pemeriksa bersama-sama dengan
tenaga ahli/penilai ahli akan memaparkan hasil
penilaian terhadap tingkat kerusakan dan
kemungkinan kegagalan bangunan dihadapan para
Naskah lengkap
penyedia jasa dan pengguna jasa serta pihak-pihak Kriteria Penilai Ahli Dan
lain yang terkait. Tata Cara Penilaian
Kegagalan Bangunan
Paparan ini ditujukan untuk menentukan proses
sesuai Peraturan
implementasi yang akan dilakukan sehubungan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
dengan kerusakan komponen objek bangunan, baik Nomor: 03/LPJK Tahun 2007
berupa implementasi teknis maupun adminstratif. Di
dapat diperoleh di Sekretariat KNI-BB
samping itu, untuk mengambil tindakan pengamanan untuk di fotocopy.
atas objek bangunan agar tidak membahayakan dan
dapat menyebabkan kerugian harta benda atau
kehilangan jiwa yang diakibatkan oleh kerusakan
objek bangunan atau adanya kegagalan bangunan
tersebut.

ANDA BERTANYA KAMI MENJAWAB

Oleh: Ir. Bambang Tedja I.I.

K olom ini disediakan bagi para anggota KNI-BB


yang memerlukan informasi mengenai profil
KNI-BB dan organisasi induk ICOLD serta seluk beluk
1. Pertanyaan: “Apa yang dimaksud dengan grouting?”
Jawab: “Menginjeksikan cairan tertentu dengan tekanan
dan jangka waktu tertentu kedalam tanah atau batuan
Bendungan. untuk mengisi rongga/celah/rekahan guna memperbaiki
Anggota KNI-BB bisa menyampaikan pertanyaannya melalui stabilitas dan kekedapan tanah/batuan, sehingga
surat/fax ke alamat Redaksi Buletin KNI-BB, Jl.H Agus Salim diperoleh nilai kekedapan tanah/batuan sesuai yang
no.69 Jakarta 10350. Telp./Fax. No. (021)-3162543 atau direncanakan”.
e-mail: inacold@cbn.net.id. 2. Pertanyaan: “Apa yang dimaksud dengan 1 Lugeon?”
Edisi kali ini Redaksi menginformasikan seputar masalah: Jawab: 1 Lugeon merupakan batasan besarnya “material
“Grouting”. grouting sebesar 1 liter yang masuk kedalam lubang bor
dengan tekanan 1 kg/cm2 selama 1 menit atau 1 Lugeon
setara = 1 x 10-5 cm/detik”.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

17
3. Pertanyaan: “Peralatan apa saja yang perlu disiapkan 5. Pertanyaan: “Bagaimana prinsip kerja grouting?”
untuk pekerjaan grouting?” Jawab: Tanah atau pasir mempunyai sifat kelulusan air
Jawab: berbeda, semakin halus dan padat butiran
a. Mesin bor jenis pneumatic atau rotary (biasanya pembentuknya maka sifat material tersebut semakin sulit
untuk curtain grouting), untuk meluluskan air (kedap), demikian pula sebaliknya.
b. Pipa grouting (untuk injeksi), Material pasir yang berbutir kasar bisa menjadi kedap air
c. Packer/penyumbat (tipe mekanis atau karet), dari dengan cara menginjeksikan material yang berbutir lebih
jenis tunggal atau ganda, halus.
d. Mixer/pengaduk sebagai pemasok material grouting,
Hal ini memungkinkan bilamana material yang
e. Pompa, dilengkapi pengukur tekanan,
diinjeksikan kedalam tanah atau pasir mempunyai
f. Tangki air,
g. Compressor, diameter butiran lebih kecil dari material yang diinjeksi,
h. Hose/pipa karet (tekanan tinggi), jadi butiran yang lebih kecil melakukan penetrasi dan
i. Dial gauge/pengukur tekanan grouting, mengisi rongga-rongga material yang diinjeksi. Material
J. Valve/katup pembuang/pengaman, dll. yang diinjeksi akan menjadi lebih padat karena terisinya
4. Pertanyaan: “Bagaimana proses grouting dilakukan?” rongga-rongga, sehingga bertambah kuat dan kedap air.
Jawab: Sebagai contoh:
a. Mengebor tanah berdiameter 38-76 mm, sampai a. Pasir kasar (> diameter 0.8 mm) dapat dipenetrasi
kedalaman rencana, dengan partikel s/d 0.5 microns,
b. Membersihkan lubang bor dengan air bertekanan, b. Pasir sedang (0.1- 0.8 mm) bisa dipenetrasi dengan
c. Melakukan uji tekan air (water test, bila diperlukan), koloidal,
untuk mengetahui nilai kelulusan (permeabilitas) c. Pasir halus dan silt bisa dipenetrasi dengan solusi
tanah, yaitu: Newtonian atau viskositas rendah.
c.1 Memasukkan packer sampai kedalaman uji, Secara teknis harus dipenuhi, rasio kemampuan grouting
c.2 Menginjeksikan air bertekanan tertentu, untuk (groutability ratio) yaitu perbandingan antara butiran
mengetahui nilai kelulusan air pada struktur material tanah dan butiran material grouting harus
tanah yang diuji, mencapai nilai tertentu, atau ditulis: (D15)soil /(D85) grout > 25
c.3 Bilamana nilai kelulusan air < dari persyaratan untuk tanah, dan > 3 untuk batuan.
yang telah ditentukan maka tidak perlu
6. Pertanyaan: “Apa dasar pemilihan dan jenis material apa
dilakukan grouting.
saja yang umumnya digunakan untuk cairan grouting
d. Melakukan grouting (bilamana permeabilitas air >
pada bendungan?”
yang disyaratkan), yaitu:
Jawab:
d.1 Memasukkan packer sampai kedalaman
a. Dasar pemilihan material:
tertentu (kelipatan 5.0 m),
a.1. Bisa berfungsi memperkecil air rembesan pada
d.2 Menginjeksikan cairan grouting dengan
pondasi bendungan, material grouting harus
campuran dan tekanan sesuai rencana,
mampu menembus butiran material pondasi
d.3 Mengendapkan cairan grouting beberapa waktu
bendungan, atau mengisi rongga/rekahan pada
sampai kondisi stabil dan cairan mengeras.
pondasi,
e. Pengeboran ulang, pada lubang yang sudah terisi
a.2. Material harus mampu berfungsi selama masa
material grouting,
operasi bendungan (tidak mudah tererosi oleh
f. Melakukan uji tekan air ulang, untuk mengetahui nilai
tekanan air tanah),
kelulusan air setelah grouting:
a.3. Radius penyebaran material grouting mudah
f.1 Memasukkan packer sampai kedalaman
dideteksi pada radius yang kecil,
tertentu,
a.4. Material harus menunjukkan hasil penyerapan
f.2 Menginjeksikan air bertekanan tertentu, untuk
tanah / batuan yang maksimal tanpa adanya
mengetahui nilai kelulusan air pada struktur
penyusutan atau bocoran,
tanah setelah grouting,
a.5. Material harus bisa meningkatkan kekuatan
f.3 Bilamana nilai kelulusan air masih > dari
struktur fondasi bendungan, pada saat
persyaratan yang telah direncanakan, maka
menahan tekanan air tanah setelah waduk
dilakukan grouting ulang (ulangi pekerjaan
berfungsi,
seperti d.).
A.6. Material harus ekonomis.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

18
b. Jenis material grouting al: “Secondary concrete”, dll. Tekanan grouting pada
b.1 Portland Cement, segala tipe. terowongan pipa pesat harus diperhitungkan sangat
Digunakan pada kondisi tanah berpasir atau hati-hati karena tekanan grouting yang terlalu besar
batuan dengan rekahan yang relative besar. bisa menyebabkan deformasi pada dinding pipa
Grouting semen hanya efektif digunakan pada pesat.
rekahan > 0.25 mm dan tidak efektif bila d. “Backfill grouting”, fungsinya sama dengan contact
digunakan pada tanah liat, grouting hanya saja digunakan untuk mengisi rongga
b.2 Bahan kimia (chemical grouting, contoh: antara beton dan batuan pada terowongan, hal ini
AM-9/1978, AC-400/1982, bentonite atau dari perlu dilakukan akibat terjadinya “penyusutan” pada
bahan-bahan Silicate, Ethyl beton setelah pengecoran, atau akibat pemadatan
Acetate+Formamide, Sodium Aluminate, beton yang kurang sempurna saat pengecoran
Acrilamide, dll). sehingga terjadi rongga-rongga pada beton.
Umumnya digunakan pada kondisi tanah 8. Pertanyaan : “Apa saja yang perlu dicatat saat
berbutir sedang sampai halus, melaksanakan pekerjaan grouting?”
b.3 Tanah liat. Jawab:
Digunakan mengisi rongga dalam tanah a. Nomor lubang, koordinat dan kedalaman lubang,
berpasir. Penggunaan tanah liat telah diragukan b. Catatan aktual detail, yang ditulis dalam tabel dan
karena sifatnya yang mudah tererosi oleh gambar meliputi al.: konsentrasi, tekanan, waktu
tekanan air tanah, sehingga pada akhirnya injeksi, dll.,
dilakukan kombinasi dengan mencampur c. Volume material grouting yang digunakan al.: berapa
semen-tanah liat (cement-clay grout), zak semen, m3 pasir, m3 air, dll.,
b.4 Asphalt. d. Nilai Lugeon pada setiap tahap uji tekan air,
Asphalt panas digunakan untuk mengisi rongga e. Kelainan-kelainan bilamana dijumpai saat
pada struktur batuan/fondasi bendungan pelaksanaan, dll.
bocor (contoh: Stewartville Dam, Canada
9. Pertanyaan: “Apa saja penyebab kegagalan pekerjaan
1983-84).
grouting?”
7. Pertanyaan: “Apa saja jenis grouting dan fungsinya?” Jawab:
Jawab: a. Informasi mengenai kondisi tanah/batuan kurang
a. “Curtain grouting”, digunakan untuk menahan/ memadai,
memperpanjang “seepage line” (alur rembesan air b. Material grouting tidak cocok digunakan pada kondisi
tanah) dibawah fondasi bendungan untuk tanah/batuan yang ada,
mengurangi resiko “piping” (material tererosi oleh c. Kecepatan air tanah lebih tinggi dibandingkan
tekanan air tanah). Pada pondasi bendungan kecepatan penetrasi grouting,
kedalaman curtain grouting di Jepang umumnya d. Tekanan grouting tidak sesuai dengan kondisi batuan,
diambil = H (tinggi) bendungan (=100% H), ASCE e. Dll.
mengasumsikan 50-70% H sudah cukup memadai.
Karena sangat dalam, agar effektif biasanya
digunakan lebih dari satu lajur (3 lajur yaitu: primer: 1
di tengah dan sekunder: 1 di depan dan 1 di
belakang).
b. “Consolidation grouting”, difungsikan untuk mengisi
rongga/retakan pada struktur batuan, dengan
maksud sebagai pengikat (bonding) batuan sehingga
bisa memperkuat struktur batuan (menaikkan
modulus deformasinya) dan menambah
kekedapannya.
c. “Contact grouting”, biasanya digunakan untuk
mengisi rongga pada “beton pengisi” terowongan
pipa pesat (penstock tunnel) atau pada

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

19
Sekilas Info dan Serba Serbi Organisasi
OLEH OLEH DARI GUIYANG, CHINA

MENGIKUTI “5th INTERNATIONAL SYMPOSIUM


ON ROLLER COMPACTED CONCRETE (RCC) DAMS”
Oleh:
Ir. Bambang Kuswidodo, Dipl.HE

I nternational Symposium on Roller Compacted


Concrete (RCC) Dams yang ke 5 diselenggarakan di
Guiyang, China tanggal 2 sampai 4 November 2007, dan
5th International Symposium on Roller Compacted Concrete
(RCC) Dams
International Symposium on RCC Dams yang ke 5 yang
dilanjutkan dengan post study tour antara lain ke Longtan RCC diselenggarakan di Guiyang, China tanggal 2 sampai dengan
Dam. Peserta dari Indonesia, yang mengikuti Symposium 4 November 2007, juga merupakan peringatan 30 tahun
tersebut adalah Ir. Bambang Kuswidodo, Dipl.HE dan Ir. Kabul penggunaan teknologi RCC dams.
Sutiyono Sugeng. Berikut ini sekilas catatan mengenai RCC
Sebanyak 127 makalah dari 19 negara dicetak dalam buku
Dams, 5th Symposium on RCC Dams, dan Longtan RCC Dam.
proceeding, diantaranya 87 makalah dari China. Materi dalam
Roller Compacted Concrete (RCC) Dams makalah mencakup analisis desain pelaksanaan konstruksi,
Pengalaman pertama pembangunan large RCC dam dimulai dan operasi dan pemeliharaan RCC dams di berbagai negara.
pada tahun 1978 dan selanjutnya teknologi RCC berkembang Juga dikemukakan inovasi metoda dan teknik dalam desain
pesat dan digunakan pada pelaksanaan dam construction di dan pelaksanaan konstruksi. Pengembangan Cemented
seluruh dunia. Pada akhir tahun 2006 lebih dari 380 large Sand and Gravel (CSG) dan penerapan RCC yang lain pada
RCC dams selesai dibangun atau sedang dalam pelaksanaan. bangunan hidraulik juga ditampilkan dalam buku proceeding.
China dan Spanyol adalah 2 (dua) negara yang terkemuka dan Kesemuanya dikategorikan menjadi 6 topics yaitu:
sebagai pioner dalam pembangunan RCC dams. 1. Trend
Sampai pertengahan tahun 2007 dicatat sebagai 2. Planning and design
3. Materials
International Milestone RCC Projects adalah sebagaimana
4. Numerical analysis
pada tabel berikut
5. Construction, operation and performance
International Milestone RCC Projects, 2007 6. Development of CSG and other RCC application.
Volume of Case studies yang dikemukakan pada makalah yang terkait
Height of Length of
NO Name of Dam Country dam concrete
dam (m) dam crest (m) semua topics adalah mengenai Longtan RCC Dam, yaitu pada
(106 m3)
1 Longtan Dam China 216,5 849,5 7,67 makalah dengan judul
2 Miel I Dam Columbia 188 354 1,7 1. Key Technology for Temperature Control and Anti-crack for
3 Miyagase Dam Japan 156 2,06
4 Olivenhami Dam USA 97,1 783,3 1,11 Longtan RCC Dam
5 Ralco Dam Chile 155 360 1,5 2. Study on High-intensity RCC and Aggregate Production
6 Rible Dam Spain 101 605,9
Workmanship for Longtan Dam
7 Salto Caxias Dam Brazil 67 1,01
8 Wolwedans Dam South Africa 70 3. C o mp a r a t i ve A n a l y s i s o f t h e Re s u l t o f t h e
Laboratory/Field Shear Strength Test of Longtan RCC
4. A General Face of Study on Key Techniques for the Design
International Symposium on RCC Dams pertama kali of Longtan High RCC Dam
diselenggarakan di Beijing, China tahun 1997; yang ke 2 di 5. Tempareture Control for RCC Dam at Longtan Hydropower
Stantander, Spanyol tahun 1995, yang ke 3 di Chengdu, China Station
tahun 1999, yang ke 4 di Madrid, Spanyol tahun 2003, dan 6. Temperature Control Design and Statistics and Analysis of
yang ke 5 di Guiyang, China tahun 2007. Monitoring Dam of Longtan High RCC Dam

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

20
7. RCC Interlayer Quality Control Standard of Longtan Dam  minimum head : 107 m
8. Analysis on In-site Shear Test Result of Longtan RCC  water level variation : 72 m
9. Test and Study on Construction Materials of Longtan RCC  installed power capacity : 9 x 700 MW
Dam  diameter of penstock : 10,80 m
 total concrete dam volume: 7,67 . 106 m3
10. Simulation of Temperature Control and Crack Prevention
 RCC volume : 4,91 . 106 m3
of Longtan RCC Gravity Dam
(64% x 7,67 106)
11. Simulation Analysis on Thermal Stress of Longtan RCC  Earth and rach excontion : 20 . 106 m3
Gravity Dam
Pelaksanaan konstruksi Longtan RCC Dam dimulai pada Juli
12. Effects of Random Local Weaknesses in the Levels on the
2001, satu unit power generation berfungsi mulai Mei 2007,
Reliability and Stability of Longtan RCC Gravity Dam
dan pelaksanaan pembangunan direncanakan selesai
13. Studies on the Construction Technology Under High
seluruhnya pada Desember 2009.
Temperature Condition and Its Applicatioin in Longtan
Dam Pembelajaran dan pengalaman banyak diperoleh dan juga
14. Rapid RCC Construction Technology of Longtan inovasi dalam proses studi, desain dan pelaksanaan
Hydropower Dam Project konstruksi Longtan RCC Dam antara lain, dicatat:
15. Research and Application of MgO Concrete in Longtan 1. Studi yang mendalam terkait teknologi khusus untuk
RCC Cofferdam. desain dilakukan antara lain: optimasi ukuran dan
bentuk, analisis stress stability, metoda stress
Dalam waktu 2 hari penyelenggaraan symposium
calculation, kapasitas beban, material, konstruksi anti-
dipresentasikan dan dibahas sebanyak 55 makalah termasuk
rembesan, kontrol temperatur.
13 keynote speeches.
2. Dibuktikan bahwa RCC dapat dilakukan untuk seluruh
Sebanyak 453 peserta termasuk accompanying persons dari
bagian dengan tinggi lebih dari 200 m, dengan RCC
33 negara hadir dan mengikuti agenda symposium yang
sekitar 64 prosen dari total concrete dam volume.
secara keseluruhan berjalan dengan lancar dan baik.
Pelaksanaan dengan membagi dam body dalam 4 bagian
Penyelenggara adalah China National Committee on Large yaitu bagian bawah, bagian tengah, bagian atas dan
Dams (CHINCOLD), Spanish National Committee on Large lapisan anti-rembesan di upstream.
Dams (SPANCOLD), China Institute of Water Resources and Selama pelaksanaan dilakukan kontrol temperatur
Hydropower Research (IWHR) dan beberapa organisasi sesuai dengan concrete temperature control standard.
lainnya di China. 3. Penerapan teknik rapid construction untuk RCC telah
Longtan Roller Compacted Concrete (RCC) Dam dilaksanakan dengan sukses, dan antara lain tercatat
RCC placement mencapai 15.816 m3 dalam satu hari.
Longtan RCC Dam dibangun untuk tujuan Hydropower
Fase ini antara lain terkait dengan penggunaan aggregate
Generating Plant dan juga untuk Flood Control dan
dan concrete production system yang tepat.
Navigation, yang berlokasi, di Guangxi Zhuong Autonomous
4. Sangat diperhatikan tindakan untuk kontrol temperatur
Region, Provinsi Guangxin, China.
dan anti crack, dan juga inspeksi dan kontrol kualitas
Data lebih lanjut tentang Longtan RCC Dam sebagai berikut:
sesuai standar.
 dam type : RCC gravity dam
 height : 216,5 m Gambar Longtan RCC Dam, 2007 adalah sebagaimana
 crest length : 849,44 m berikut.
 drainage area above : 98,500 km2
the dam site
 mean annual discharge: 1.610 m3/sec
 normal peak level : 400 m
 reservoir storage : 27,27 . 106 m3
 spillway type : surface spillway
 type of gates and : 7 surface spilways, 15 m x 20 m
number of spenings
 maximum flood : 27.134 m3/sec
releasing capacity
 type of power house : underground power house
 maximum head : 179 m Longtan RCC Dam, tinggi 216,5 m, PLTA 6300 MW

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

21
OLEH OLEH DARI GRANADA DAN DA NANG
Oleh: Ir. Hadi Susilo, MM

K ami menyampaikan puji syukur kehadapan Allah


SWT yang telah memberikan kesempatan untuk
hadir didalam Konferensi dan Workshop Hydro 2007 pada
Prinsip ini juga dipergunakan untuk pengerukan
sedimen pada waduk dengan menambah pipa
air tekan yang dipasang berimpit dengan pipa
tanggal 15 -17 Oktober 2007, dengan tema “ New Approaches isap yang digunakan sebagai penghisap
for a New Era” yang diselenggarakan di Granada, Spanyol dan sedimen. Gambar No.1 dan No.2 menunjukan
Second International Symposium on Water Resources and kapal tongkang/pengapung sederhana untuk
Renewable Energy Development in Asia 2008 di Da Nang, pengoperasian penghisapan sedimen,
Vietnam pada tanggal 10 11 Maret 2008. sedangkan Gambar No.3 menunjukan hasil
1. Konggres di Granada, Spanyol pembuangan di bagian hilir bendungan yang
Jumlah peserta kongres sebanyak 817 orang dari 76 dialirkan secara hidrolis (Sistem Syphon).
negara, dari Indonesia (3 orang anggota KNI-BB)
sebanyak 4 (empat) orang. Sedangkan jumlah paper
sebanyak 182 makalah. 2 paper/makalah tentang proyek
di Indonesia (PLTA Renun dan Pumped Storage Upper
Cisokan).
Dari berbagai presentasi yang telah kami ikuti, terdapat 2
topik yang menarik bagi kami yaitu tentang Project
Finance dan Managing Sedimentation.
 Pada session Project Finance dipresentasikan pola
pendanaan bagi Proyek Hydropower dari World Bank,
African Development Bank (Tunisia), European
Investment Bank (Luxemburg). Pola pendanaan
diperkenalkan pola Boss (Build Operate Sell and Start
again) sebagai alternatif dari BOOT (Build Owned
Gambar No.1
Operate Transfer).
Pada pola BOSS, Developer dan Operator secara
finansial dipisahkan, sehingga pada masa operasi
developer dapat menjual asetnya kepada pemerintah
atau dengan jaminan pemerintah untuk dapat
digunakan membangun kembali potensi Hydropower
ditempat lain. Ide tersebut disampaikan oleh J.N.
Devernay EDF, France.
 Managing Sedimentation dipresentasikan berbagai
kasus untuk mengatasi permasalahan sedimentasi
didalam reservoir, stilling basin dan peralatan yang
dipergunakan serta tipe/model yang digunakan. Hal
baru bagi kami diantaranya adalah Sistem Flushing
Sediment secara otomatis dengan menggunakan
Slotted Pipe Sediment Sluicer (SPSS), yaitu
pemasangan pipa berlubang dengan desain khusus
Gambar No.2
sesuai kondisi/jenis sedimen dialirkan keluar kolam
sedimen secara hidrolik atau menggunakan Sistem
Syphon.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

22
 Pembangunan Hydropower di Dataran Rendah
Mekong.
Berdasarkan perjanjian pada tahun 1995, The
Mekong River Commission (MRC) telah menerima
mandat (tugas) untuk mengkoordinasikan dasar
dasar pengembangan, pemanfaatan, pengaturan
dan pemeliharaan (conservation) air dan sumber
daya lain yang terkait dengan Mekong River Basin
(MRB) termasuk potensi tenaga air.
Potensi tenaga air di Lower Mekong Basin (LMB
termasuk Wilayah Vietnam) terdapat 30.000 MW
Gambar No.3 dan baru 7% telah dibangun dan Upper Mekong
Basin berpotensi 23.000 MW dan baru 13% telah
2. Symposium di Da Nang Vietnam. dikembangkan. Pada saat ini sedang dibangun
1.070 MW Nam Theun 3A, 360 MW Sesan 4, 100
a. Umum
MW Pleikrong dan 80 MW Boun Tua Srah di
Simposium Internasional Ke II tentang Water
Vietnam dan 4200 MW Xiaowan di Yunan (China).
Resources and Renewable Energy Development in
Lebih dari 10 proyek di LMB siap untuk dibangun.
Asia 2008, dengan jadwal tanggal 10 s/d 11 Maret
Dari DAS Sungai Mekong, menghasilkan
2008 Simposium dan tanggal 12 s/d 15 Maret 2008
kerjasama antar negara yang terlibat yaitu China,
Technical Tour.
laos, Kamboja, Vietnam dan Thailand dengan total
Data peserta:
pembangkit diantaranya sebagai berikut :
Jumlah peserta : 413 Peserta
- Perjanjian Thailand membeli energi PLTA dari
Jumlah negara : 41 Negara
Laos dengan kapasitas sebagai berikut:
Peserta dari Indonesia: 12 Orang
Tahun 1993 1500 MW
Peserta Instansi dari : 5 Instansi/Perusahaan
Tahun 1996 3000 MW
Indonesia
Tahun 1998 210 MW (Theun Hinbaun
Jumlah paper yang : 73 Makalah
Project)
Dipresentasikan
Tahun 1999 150 MW (Houay Ho Project)
Jumlah paper yang : 2 Makalah
dipresentasikan dari dan dari 8 lokasi sedang tahap pembangunan
Indonesia total sebesar 3727 MW.

Presentasi dibagi menjadi 12 session, - Perjanjian Vietnam membeli energi PLTA dari
dikelompokkan sesuai dengan disiplin ilmu, tipe atau Laos.
jenis kasus yang dibahas. Total pembelian yang telah berjalan total
kapasitas 1500 MW dan dalam proses sebesar
2 (dua) makalah dari Indonesia berasal dari PT PLN
1868 MW.
(Persero), yaitu :
- Seismic Design Criteria for Structure of - Perjanjian antara China dengan Laos sebesar
Hydropower Plants in Indonesia oleh Ir. Netto 630 MW
Mulyanto, MSc dan Ir. Sigit Tedjokumoro, MT - Perjanjian antara Kamboja dengan Laos
- Sediment Transport at Bakaru Reservoir, Sulawesi - Perjanjian antara Thailand dengan Laos
oleh Ir. Hadi Susilo, MM dan Ir. Ismu Nugroho, Dipl.
Contoh di atas menunjukkan potensi tenaga air
Hw, E
dapat memberikan dampak yang sangat luas
b. Uraian Singkat Hasil Presentasi terhadap hubungan antar bangsa dalam bidang
Mengingat presentasi diadakan secara pararel politik, ekonomi, sosial, budaya dan
maka beberapa presentasi yang kami ikuti pengembangan lingkungan secara bersama sama
diantaranya adalah dapat diuraikan secara untuk kelestarian DAS bagi potensi
singkat adalah sebagai berikut : pengembangan Sumber Daya Air.

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

23
 Seismic Design Criteria for Structure of Ada beberapa cara penanggulangan yang
Hydropower Plant in Indonesia diusulkan sebagai bahan diskusi, diantaranya
Indonesia terletak di daerah yang mempunyai adalah :
daerah gempa yang sangat bervariasi. Meskipun - Penanggulangan jangka pendek, yaitu
peta pembagian zona kegempaan telah tersedia, penggelontoran dengan modifikasi pola
analisis resiko gempa masih diperlukan untuk operasi, pengerukan dengan pola penggalian
desain kriteria dari suatu hydropower plant. hasil model dan kombinasi dari kedua cara
tersebut.
Telah banyak teori dan rumusan dalam
- Penanggulangan jangka panjang, yaitu metode
menentukan parameter gempa, studi lebih detail
seperti penanggulangan jangka pendek namun
masih diperlukan untuk menentukan nilai
diharapkan durasi pelaksanaan lebih lama,
parameter gempa yang paling sesuai yang akan
pembuatan check dam dengan pembuangan
digunakan dalam perencanaan suatu pembangkit.
material di dalam check dam secara berkala
Sebagai salah satu contoh dalam perhitungan
dan perbaikan pengelolaan lahan di DAS bagian
struktur Power House di dalam cavern PLTA
hulu waduk.
Singkarak. Setelah dilakukan studi ulang terhadap
Saran dari audiens bahwa untuk mengatasi
penentuan koeffisien gempa, maka diperlukan
sedimentasi sebaiknya dengan menggunakan
koreksi terhadap penggunaan koeffisien gempa
model tes hidrolik agar memperoleh hasil yang
yang bekerja pada struktur yang berada di dalam
optimum.
permukaan tanah bila dibandingkan dengan
pengambilan koef. gempa pada saat desain awal.
 Sediment Transport at Bakaru Reservoir KESIMPULAN & SARAN

Kelanggengan pengoperasian Pembangkit Listrik Second International Symposium on Water Resources and
Tenaga Air sangat dipengaruhi oleh besaran Renewable Energy Development in Asia 2008 merupakan
sedimen yang diangkut oleh aliran air yang masuk ajang tukar pengalaman bagi pelaku pembangunan
ke dalam reservoir/waduk. Sebagai contoh waduk pengembangan Sumber Daya Air di Asia.
PLTA Bakaru, dimana dalam perencanaan awal Dari 73 makalah, hanya 2 (dua) makalah dari Indonesia (dari
kandungan sedimen diperkirakan sebanyak PT PLN (Persero)), untuk itu perlu didorong dan dilatih untuk
± 130,000 m3 pertahun, namun dalam data lebih berani mendiskusikan pengalaman dan perencanaan
terakhir menunjukkan peningkatan menjadi khususnya untuk pembangunan bendungan, waduk dan
± 700,000 m3 pertahun atau hampir meningkat kelengkapannya termasuk pembangunan pembangkit Hidro
500%, sehingga volume efektif waduk dalam agar terjadi perbaikan di masa yang akan datang.
waktu singkat telah penuh dengan material
sedimen.

Redaksi....menunggu
partisipasi para Anggota Badan KNI-BB
untuk mengisi kolom ini
dengan iklan perusahaan dalam rangka
membantu membiayai
penerbitan Buletin KNI-BB

Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota No.35 TH.XI Kwartal I - 2008

24

Anda mungkin juga menyukai