PENDAHULUAN Bab
1
Wilayah Sungai (WS) Cimanuk-Cisanggarung meliputi wilayah seluas 7.711 km2, terdiri
dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain DAS Cimanuk (3584 km 2), DAS
Cisanggarung (1325 km2), DAS Cipanas-Pangkalan (982 km2), serta DAS sungai-sungai
kecil yang mengalir ke Laut Jawa sepanjang Pantura Ciayu (1820 km2).
DAS Cimanuk dengan luas wilayah 3.584 km 2, mempunyai curah hujan tahunan
rata-rata 2.800 mm dan potensi air permukaan rata-rata sebesar 7,43 milyar m 3/tahun.
Adapun infrastruktur sumber daya air yang telah dibangun di Sungai Cimanuk, berupa
Bendung Rentang dengan sistem irigasinya seluas 90.000 Ha, terletak di Wilayah
Kabupaten Majalengka, Cirebon, Indramayu yang sepenuhnya tergantung ketersediaan
air di Sungai Cimanuk.
Lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah mencapai 110.000 Ha atau sekitar
31% dari luas DAS Cimanuk. Potensi air sungai Cimanuk di Rentang rata-rata sebesar 4,3
milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya terbuang ke laut
karena belum ada waduk. Sistem irigasi Rentang seluas 90.000 Ha sepenuhnya
mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (River Runoff), sehingga pada musim
kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan. Disamping
itu, di wilayah hilir Sungai Cimanuk (Pantura CIAYU) pada musim kemarau terjadi pula
krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh
karena itu, Bendungan Jatigede perlu segera dibangun guna mengatasi krisis air tersebut,
baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi rentang maupun air baku untuk wilayah
Pantura CIAYU.
Lokasi pembangunan Bendungan Jatigede terletak di atas daerah rawan gempa
dengan adanya struktur patahan yang telah menyebabkan gempa pada tahun 1912 dan
1990 akibat pergeseran zona sesar dalam. Harus dijadikan pertimbangan pula bahwa
kondisi DAS Cimanuk yang akan dibendung telah mengalami kerusakan. Struktur tanah di
lokasi tidak stabil sehingga pada proses pekerjaan konstruksinya mengalami hambatan
akibat longsornya tanah sehingga diperlukan pekerjaan tambahan untuk mengatasinya.
Dalam hal ini, kontraktor mengambil alternatif stabilisasi tanah pondasi (grouting) untuk
mengatasi permasalahan tanah longsor di sekitar konstruksi bendungan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaannya, pekerjaan grouting yang tidak tercantum dalam dokumen
kontrak ini memerlukan pengawasan lebih ketat.
Jatigede” ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal penting yang harus
Ruang lingkup dalam Kertas Kerja ini adalah mengetahui metode pelaksanaan dan
pengawasan pekerjaan stabilitas tanah pondasi dengan grouting berdasarkan sistem
pengendalian mutu, waktu, sumber daya manusia, dan peralatan.
2
2.1 PENJELASAN UMUM
Grouting adalah salah satu perbaikan pondasi bendungan yang merupakan pekerjaan
masukan bahan yang masih dalam keadaan cair untuk perbaikan tanah, dengan cara tekanan,
sehingga bahan tersebut akan mengisi semua retak-retak dan lubang-lubang, kemudian setelah
beberapa saat bahan tersebut akan mengeras, dan menjadi satu kesatuan dengan tanah yang
ada.
1. Curtain Grouting : Untuk mengurangi rembesan air lewat bawah pondasi dan abutment
bendungan, serta mengurangi gaya tekan ke atas
3. Consolidation Grouting : Untuk menutup lubang, celah, rekahan yang ada di bawah
pondasi bendungan sehingga menjadi lebih kuat dan menambah modulus deformasi
batuan.
formasi serta konfigurasi maupun volume rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan
sangat kaku (stiff ) pada tekanan tinggi ke dalam tanah. Grouting pemadatan
merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung
tanah. Karena volume struktur pori tanah berkurang, maka permeabilitasnya juga
akan berkurang. Meskipun begitu, Grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya
dengan fluida suspensi atau material Grouting slurry , untuk menghasilkan hubungan
antar lensa Grouting dan memberikan penguatan kembali (reinforcement).
Umumnya Grouting rekahan digunakan pada tanah dengan permeabilitas rendah.
Grouting rekahan dapat dilakukan pada beberapa jenis tanah dan kedalam,
bertekanan tinggi dan injeksi serentak ke dalam tanah yang terganggu dengan jet
monitor. Grouting tipe ini juga dapat digunakan untuk melakukan penyemenan di
sekeliling tiang atau pondasi.
e. Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan, kadang-kadang
membutuhkan suatu pengisian atau penutupan. Pada jaman dahulu, pengisian
dilakukan menggunakan peralatan yang sama dengan alat Grouting tipe lainnya.
Saat ini, Grouting isi dilakukan menggunakan peralatan khusus dengan campuran
concrete atau mortar.
hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum digunakan untuk menyedot
material Grouting masuk ke dalam bagian yang mengalami kerusakan. Kerusakan
tersebut harus diisolasi dari tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan
kondisi yang vakum, material Grouting akan tersedot dan tertarik ke dalam
kerusakan tersebut.
1. Untuk memperkuat formasi dari lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah
tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang
direncanakan. Seperti sudah dijelaskan di atas tanah selalu mempunyai lubang-lubang, retak-
retak, celah-celah. Rongga ini harus diisi dengan bahan pengisi yang kuat, sehingga lapisan
tanah dibawah rencana bangunan akan menjadi bagian dari pondasi yang kuat.
2. Untuk menahan aliran air, misalnya pada bangunan dam, agar air tidak mengalir melalui
bawah bangunan dam. Air yang mengalir di bawah bangunan dam secara bertahun-tahun
akan membawa partikel tanah, yang akan mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di bawah
bangunan, dan hal ini dapat membahayakan kestabilan dam tersebut, grouting pada dam ini
biasa disebut Tirai sementasi , guna tirai sementasi ini untuk menghambat laju air,
sehingga aliran air semakin panjang, karena aliran semakin panjang maka air akan mengalami
kehilangan energi.
3. Untuk menahan aliran air tanah agar tidak masuk ke dalam suatu kegiatan bangunan yang
sedang berjalan. Bangunan di bawah permukaan tanah apabila lokasi nya dibawah
permukaan air tanah, akan selalu terganggu oleh adanya air tanah yang masuk dari dinding
galian.Namun biasanya masih dapat diatasi dengan pompa.
Bendungan Jati Gede terdapat di kabupaten Sumedang Jawa Barat dan pada saat ini
masih dalam proses pembangunan konstruksi. Berikut ini adalah gambaran lokasi Bendungan Jati
Gede pada saat ini:
a. Nilai Kontrak
Foreign Currency = US$ 144,067,642
Local Currency = Rp. 869.099.084.442
Senilai / ekuivalen ~ US$ 239,573,036
b. Masa Konstruksi
15 Nopember 2007 s/d 30 Desember 2013
a. Hidrologi
Luas Catchment Area : 1.462 km2
Volume run-off tahunan : 2,5 x 109 m3
b. Waduk
Muka Air (MA) banjir max : El +262
3 SUPERVISION CONSULTANT : Konsultan Nasional ( PT. Indra Karya, PT. Mettana, PT.
Tata Guna Patria, PT. Wiratman & Ass, PT. Indah
Karya)
Untuk jenis grouting yang digunakan di Bendungan Jatigede dijelaskan sebagai berikut:
1. Grouting perlu dilakukan untuk menutup rekahan (crack ) pada pondasi batuan dan harus
meningkatkan kekedapan (water tightness).
2. Grouting tirai (curtain grouting) berfungsi sebagai zone kedap air dan diletakkan pada tengah
impervious core atau dibagian hulu impervious facing (membrane).
3. Grouting selimut (blanket grouting) berfungsi menahan rembesan pada permukaan pondasi
yang retak-retak.
4. Bila grouting tidak dapat dilakukan, dapat diganti dengan impervious blanket pada bagian
hulu dan atau pembuatan drain dibagian hilir.
Kegagalan Struktur yang terjadi dapat menimbulkan potensi korban jiwa yang sangat
besar, oleh karena itu resiko ini harus diminimalisir dengan memastikan kondisi pondasi tanah
sesuai dengan desain perencanaan. Jika kondisi tanah tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan, maka diperlukan perbaikan kondisi tanah, sehingga kondisi tanah sesuai dengan
yang direncanakan.
Sumber daya manusia yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan tanah tergantung
dari metode untuk perbaikan tanah. Pembangunan Bendungan Jatigede sesuai dengan
pelaksanaan kontrak, maka perbaikan tanah bisa dengan menggunakan metode dynamic
compaction untuk tanah sand dan compaction dengan menggunakan vibro roller untuk tanah
clay.
Dengan metode dynamic compaction, maka SDM yang dibutuhkan hanyalah operator
peralatan mesin compactor. Untuk pengawasan mutu dilakukan oleh Quality Engineer dari
konsultan maupun kontraktor. Jumlah SDM perlu disesuaikan dengan kebutuhan waktu
penyelsaian pekerjaan dan kapasitas dari alat yang digunakan.
Pengawasan pada SDM dilakukan berdasarkan kapasitas produksi dari SDM yang bekerja,
apabila kapasitas SDM tidak mencukupi untuk mengejar progress, maka perlu ditambah tenaga
untuk pencapaian progress.
hanya menggunakan peralatan untuk memperbaiki kepadatan tanah secara fisik dengan
merapatkan ruang rongga pada tanah sehingga tanah lebih padat dan memiliki kekuatan dan
kesetabilan yang lebih baik.
3.3 PERALATAN
Untuk dynamic compaction peralatan yang digunakan adalah mesin crawler crane
dengan kapasitas 180-200 Ton, untuk mengangkat heavy weight compactor dengan berat 5-10
ton dengan ketinggian 5-10 m.
Sedangakan untuk tanah clay, tanah dapat dipadatkan dengan menggunakan vibro roller dengan
kapasitas 10-20 Ton.
Untuk pengawasan pada peralatan perlu diperhatikan perawatan peralatan berat selama
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Karena dalam pekerjaan ini alat berat memiliki peran yang
vital, sehingga perlu terus dilakukan perawatan rutin setiap harinya. Selain itu juga perlu untuk di
adakan suku cadang agar jika terdapat kerusakan, maka akan dengan cepat dapat ditangani.
Untuk metode kerja dari dynamic compaction, adalah dengan memadatkan tanah
dengan cara menjatuhkan benda berat (Heavy Weight Compactor) 5-10 ton dengan ketinggian 5-
10 m, penjatuhan benda berat tersebut dilakukan berkali-kali sesuai dengan ketentuan dan juga
Metode Kerja dari compaction dengan menggunakan vibro roller adalah dengan
menggiling tanah dengan kecepatan tertentu dengan ketebalan tanah bertahap, maksimal 60
Cm. Vibro roller berjalan untuk memadatkan tanah pada lokasi tertentu beberapa kali, sehingga
tanah menjadi lebih padat.
ANALISIS Bab
PERMASALAHAN
4
Pondasi merupakan bagian dasar dari struktur bangunan dari dam dan merupakan
dasar dari kesetabilan struktur dari bangunan saluran pengalih, sehingga diperlukan
kesetabilan yang didapat dari jenis tanah pada struktur konstruksi tersebut.
Kriteria tanah bagus atau tidak ditinjau dari segi kestabilan lerang, daya dukung
tanah terhadap tekanan bangunan diatasnya dan daya dukung tanah terhadap rembesan.
Setelah dilakukan Grouting maka diharapkan mutu tanah akan mencapai sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan.
Pada kontrak spesifikasi tanah pada lokasi pembangunan bendungan Jatigede
memiliki tanah yang bagus, tetapi pada kenyataannya tanah pada lokasi pembangunan
bendungan tersebut tidak memiliki tanah yang bagus sehingga diperlukan kegiatan
perbaikan tanah (soil stabilization) dengan metode Grouting .
Bagus atau tidak nya tanah pada lokasi pembangunan Bendungan Jatigede dilihat
berdasarkan nilai Lugeon dari uji permeabilitas/ lugeon test, dimana nilai tersebut menurut
spesifikasi yang diperlukan adalah <5.
Tabel 4.1. Kondisi diskontinuitas massa batuan terkait dengan nilai Lugeon
(Maurice Lugeon, 1933).
9
8 - 9
-
- U
D D
8 R R 0
- R C C 1
-
U C
- - - U
R V V
I V
I R
C I
D C 0
7
- -
V D D - 1
-
D I V
I D
R D D R
C
- C
-
V
I V
I
D D 1
7
- 1
-
U
U
R
R
C
C
-
V -
V
I
I
D
D
1 1
D -
6
-
D
C R
R
V -
C
-
I
V
I
D D
2
U - 1
6
-
U
- C R
R
C
-
D I V
V
I
D
D - 1 2
5
-
D
R
D I V - C R
C
-
V
I D
L u = 6
.4 8
L u = 3
9 .2 5
L u = 16
.3 4
L u = 3
2 .8 9
L u = 2
2 .5 3
L u = 3
2 .2 3 2. 0 0
L u = 2
5
- U
R
C
- V
I D
Lu = 0.92 DIV-CRU-13
L u = 5
9. 8 8 3 .6 6
L u = 3
L u = 1
3 8 .3 7
L u = 1.1 5
1. 4
= 2 L u = 13
L u .9 4
8 L u = 4
8. 5 L u 0 .7 5
u =
L
= L u = 2
7 2 8 .13
3
1.
4
D
. 7
I
- V
= 6 L u = 1
u
L
C
L 0 .3 7
3 6
D IV
u
R
L 5
- C R
u
5
D
=
3 6.
=
3 9 .
-
1
4 8 .
3
u =
9
1
6 .
D - 13
0
L =
1
1 7
5 . 4 L u
6
. 3
u 0 =
L =
9 8
=
u . 7
u
0
8 L L
7
1.
1 L
u =
L
u
=
8
1 . 7
7
. 7
3
I D
0
2 9 =
2 . 6
- V
7. u 2
0
.
u = L 7 8
- U
u
L u
L
L
u - C R
4 4 =
1. 6
1 5
4
2
U - 1
u = 0 .
2
L 3
=
u
5
9
. 1
9
4
L .
9
3
3 4
6. 1
D
I
u =
L
= L
u
- V
u
LEGEND
=
L
C
9
6
6
.
6
. 7 D I
R V
2
1
=
- C
- D
u
L
3 8
6
.
R D
5
3
=
- 1 4
u
L
D
I
V D LU < 3
-
C
8
2
.
I
V
- C
R
5
3
U
=
u R
-
L
3 U
D
I
V D
- 1
5 3 < LU < 5
-
2
8
C
.
6 I
D V
2
R I
=
u - C
D
D
V
5 < LU < 10
L
-
I R
2 -
C D
V D
I D D - C
R V
- 1
V I
I V
U -
R 5
- C
C-
10 < LU < 20
-C
U
2 R - 1
R
R
D 6
U
D
-
1
1 -
- 1
> 20
6
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan Grouting ini maka diperlukan sumber daya
manusia yang memadai. Dimulai dari perencanaan yang matang, pelaksanaan pekerjaan
yang sesuai dengan spesifikasi dan pengawasan pekerjaan yang baik sehingga hasil yang
diharapkan sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.
Pekerjaan Grouting ini direncanakan oleh konsultan perencana setelah
mendapatkan data berupa lugeon map. Hasil dari water testing pada lokasi bendungan
Jatigede. Dari hasil itu maka diketahui lokasi-lokasi yang dibutuhkan perbaikan tanah (soil
stabilization) maka direncanakan oleh konsultan perencana untuk dilakukan pekerjaan
perbaikan tanah oleh kontraktor yang memiliki spesialisasi dalam pekerjaan Grouting.
Pada pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memperhitungkan jumlah tenaga
untuk melaksanakan pekerjaan Grouting ini dibandingkan dengan jumlah kebutuhan
perbandingan campuran yang sudah ditetapkan sesuai dengan batas tekanan yang
ditentukan.
2. Bahan Kimia (admixture )
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi material yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut menggunakan
material / bahan yang sesuai dengan daftar material / bahan yang disebutkan di dokumen
kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada
4.3 PERALATAN
Grouting adalah penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam material
tanah/batuan dengan bertekanan dan melalui lubang bor spesial, dengan tujuan menutup
diskontinuitas terbuka rongga-rongga dan lubang- lubang pada lapisan/strata yang dituju
(Pangesti, 2005).
4. Mixer
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi peralatan yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut dikerjakan
menggunakan peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan yang disebutkan di dokumen
kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada
ketidaksesuaian antara kondisi peralatan di lapangan dengan kondisi peralatan yang
disebutkan di dalam dokumen kontrak.
Tanah atau batuan dasar pondasi bangunan tidak sepenuhnya dapat memenuhi
kriteria perencanaan. Untuk memenuhi kriteria perencanaan, maka diperlukan perbaikan
terhadap kondisi tanah/batuan. Salah satu metode peningkatan daya dukung tanah/ batuan
adalah dengan melakukan Grouting .
aliran atau rembesan air, meningkatkan daya dukung tanah/batuan, pemadatan (mengisi
rongga dan celah/rekahan pada tanah/batuan), dan memperbaiki kerusakan struktur.
Menurut James Warner (2005), tipe – tipe sementasi (Grouting ) berdasarkan
tujuannya dapat dibedakan menjadi enam (6) jenis, yaitu sementasi penembusan
(permeation Grouting), sementasi pemadatan (compaction Grouting ), sementasi rekahan
(fracture/claquage Grouting ), sementasi campuran/jet (mixing/jet Grouting), sementasi isi
(fill Grouting) dan sementasi vakum (vacuum Grouting ). Sedangkan menurut Soedibyo
(1993), tipe sementasi (Grouting ) berdasarkan bahan yang digunakan ada 3 tipe, yaitu
injeksi bahan kimia, injeksi sistem Soletanche dan injeksi dengan semen.
Metode ini mempunyai kelebihan dapat dilakukan pada ruang terbatas, efektifitas
dari pekerjaan dalam metode ini juga terbilang sangat efektif. Tidak memerlukan alat berat
dalam pelaksanaan kegiatannya karena hanya menggunakan bor,mixer , dan pompa saja.
Daya tahan lereng setelah pelaksanaan kegiatan juga bagus dan tidak membutuhkan
perawatan berkala setelah pekerjaan karena Grouting akan menambah kekuatan antar
partikel tanah/batuan yang menyusun lereng tersebut. Jika ditinjau dari segi estetika
pemanfaatan lahannya, geometri lereng juga tidak berubah karena Grouting akan tetap
menjaga keaslian dari lereng tersebut. Jumlah pekerja dalam pelaksanaan kegiatan juga
relatif sedikit dibandingkan dengan metode penanggulangan gerakan tanah lainnya.
Dalam memperbaiki kualitas tanah dengan metode Grouting digunakan semen
dengan perbandingan campuran yang sudah ditetapkan sesuai dengan batas tekanan yang
ditentukan. Tetapi untuk jangka panjang metode Grouting terbilang lebih ekonomis
dibandingkan metode lainnya karena hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut bisa
bertahan lama dan tidak membutuhkan perawatan berkala serta tidak merubah luas area
tersebut.
Pelaksanaan Grouting
Setelah dilakukan penyelidikan geologi teknik di suatu daerah baik penyelidikan
permukaan dan bawah permukaan, dan telah diketahui nilai SPT (Standart Penetration
Test) dan bisa direkomendasikan untuk bisa dilakukan Grouting.
Pelaksanaan Grouting meliputi penentuan titik Grouting, uji permebilitas,
pemboran dan Grouting (Dwiyanto, 2005). Berikut ini adalah uraian secara singkat
mengenai tahap pelaksanaan Grouting:
untuk menyumbat lubang bor. Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas
antara lain:
perlu di Grouting.
Tahap pekerjaan Grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan semi kental
(slurry material ) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang bor. Untuk penentuan
campurannya akan dirubah ke perbandingan yang lebih kental sampai tekanan
maksimum Grouting tercapai dengan urutan sebagai berikut :
Jika nilai lugeon 5-20 aka campuran awal semen : air = 1:5.
Jika nilai lugeon lebih dari 20 maka campuran awal semen;air = 1:3.
Campuran 1:5 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,
Campuran 1:3 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,
Campuran 1:2 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,
Campuran 1:1 sampai 480 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai maka
Grouting dihentikan dan lubang dicuci kemudian dilakukan Grouting selama 8
jam.
Grouting dianggap selesai apabila tekanan maksimum dapat tercapai dan aliran
volume injeksi yang masuk lebih kecil atau sama dengan 0,2 liter/min/m. Campuran yang
lebih kental misalnya 1:0,8 atau lebih kental diperlukan untuk mengatasi jika terjadi
kebocoran (leakage), hal ini dilaksanankan atas persetujuan konsultan pengawas.
berguna untuk menentukan jumlah campuran yang akan digunakan, agar tidak terjadi
kerugian akibat campuran yang tidak terpakai dan dibuang sia-sia. Tahap perhitungan
volume Grouting meliputi:
Volume bahan untuk Grouting dalam hal ini adalah semen atau pasir dalam ton
Perhitungan dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan peralatan
otomatis maupun dengan cara perhitungan volume secara manual. Untuk perhitungan
secara manual dapat dilakukan seperti pada contoh berikut ini:
Air dengan berat jenis 1 maka 1 kg = 1 liter
Semen dengan berat jenis 3,14 maka 1 kg = 0,318 liter, sehingga 1 sak (50 kg) = 15,92
liter.
Dengan mengetahui volume injeksi, maka dapat diketahui pula volume berat (kg)
material yang akan diinjeksikan. Dalam pekerjaan Grouting tidak seluruh campuran bisa
diinjeksikan, karena akan ada sisa di dalam selang sirkulasi. Jika tidak ada lubang Grouting
lain yang sudah siap maka sisa campuran dibuang. Pembuangan campuran ini merupakan
pemborosan, maka perlu dilakukan pengamatan debit campuran yang masuk. Jika
campuran yang masuk sudah mulai sedikit mendekati 0,2 liter/menit/meter, maka tidak
perlu membuat campuran lagi.
Menurut Chen, dkk., (2000), dalam Dwiyanto (2005), penentuan lokasi dan
kedalaman titik Grouting untuk perencanaan perbaikan lereng dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
H = h + kh (3-2)
Keterangan:
H = kedalaman Grouting (m)
h = tinggi tebing (m)
k = konstanta (besarnya antara 0,8 sampai 1,2)
Lebar area yang terkena sementasi adalah antara 0,6 h - 0,8 h.
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi metode kerja yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan menggunakan metode kerja yang sesuai dengan metode kerja yang disebutkan di
dokumen kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada
ketidaksesuaian antara metode kerja yang dilaksanakan di lapangan dengan metode kerja
yang disebutkan di dalam dokumen kontrak.
KESIMPULAN Bab
DAN SARAN
5
5.1 KESIMPULAN
1. Site Investigation merupakan suatu pekerjaan penting saat dilakukan perencanaan,
terlebih dengan kondisi geologi pegunungan tidak menentu sehingga diperlukan
adanya survey mengenai kondisi geologi secara detail sebelum dilaksanakannya proses
perencanaan. Penggunaan metode grouting dalam perbaikan tanah (Soil Treatment)
merupakan metode perbaikan tanah yang efektif untuk dilakukan pada daerah yang
memiliki kondisi geologi buruk.
5.2 SARAN
Dari peninjauan yang telah dilakukan dan mengacu pada data yang diperoleh, maka ada
beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis diantaranya :
1. Dalam melaksanakan site investigation, penting untuk melakukan geology survey
untuk mengetahui kondisi tanah di lokasi pembangunan.
2. Harus ada peningkatan kapasitas pekerjaan, karena pekerjaan grouting merupakan
pekerjaan yang berada pada jalur keritis, sehingga diperlukan perubahan metode atau
penambahan kapasitas produksi.