Anda di halaman 1dari 30

 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

PENDAHULUAN Bab

1.1 LATAR BELAKANG

Wilayah Sungai (WS) Cimanuk-Cisanggarung meliputi wilayah seluas 7.711 km2, terdiri

dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain DAS Cimanuk (3584 km 2), DAS
Cisanggarung (1325 km2), DAS Cipanas-Pangkalan (982 km2), serta DAS sungai-sungai
kecil yang mengalir ke Laut Jawa sepanjang Pantura Ciayu (1820 km2).

DAS Cimanuk dengan luas wilayah 3.584 km 2, mempunyai curah hujan tahunan
rata-rata 2.800 mm dan potensi air permukaan rata-rata sebesar 7,43 milyar m 3/tahun.
Adapun infrastruktur sumber daya air yang telah dibangun di Sungai Cimanuk, berupa
Bendung Rentang dengan sistem irigasinya seluas 90.000 Ha, terletak di Wilayah
Kabupaten Majalengka, Cirebon, Indramayu yang sepenuhnya tergantung ketersediaan
air di Sungai Cimanuk.
Lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah mencapai 110.000 Ha atau sekitar
31% dari luas DAS Cimanuk. Potensi air sungai Cimanuk di Rentang rata-rata sebesar 4,3
milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya terbuang ke laut
karena belum ada waduk. Sistem irigasi Rentang seluas 90.000 Ha sepenuhnya
mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (River Runoff), sehingga pada musim
kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan. Disamping
itu, di wilayah hilir Sungai Cimanuk (Pantura CIAYU) pada musim kemarau terjadi pula
krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh
karena itu, Bendungan Jatigede perlu segera dibangun guna mengatasi krisis air tersebut,
baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi rentang maupun air baku untuk wilayah
Pantura CIAYU.
Lokasi pembangunan Bendungan Jatigede terletak di atas daerah rawan gempa
dengan adanya struktur patahan yang telah menyebabkan gempa pada tahun 1912 dan

1990 akibat pergeseran zona sesar dalam. Harus dijadikan pertimbangan pula bahwa

 Bendungan Jati Gede 1 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 1/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

kondisi DAS Cimanuk yang akan dibendung telah mengalami kerusakan. Struktur tanah di
lokasi tidak stabil sehingga pada proses pekerjaan konstruksinya mengalami hambatan
akibat longsornya tanah sehingga diperlukan pekerjaan tambahan untuk mengatasinya.
Dalam hal ini, kontraktor mengambil alternatif stabilisasi tanah pondasi (grouting) untuk
mengatasi permasalahan tanah longsor di sekitar konstruksi bendungan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaannya, pekerjaan grouting yang tidak tercantum dalam dokumen
kontrak ini memerlukan pengawasan lebih ketat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka maksud dari penyusunan


Kertas Kerja “Pengawasan Stabilisasi Tanah Untuk Pondasi (Grouting) Bendungan

Jatigede” ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal penting yang harus

diperhatikan dalam pekerjaan grouting dan pengawasannya sehingga grouting dapat


dilakukan secara maksimal dan efisien.
Sedangkan tujuan dari laporan ini adalah memberikan gambaran teknis sehingga

dapat dilaksanakan terhadap mutu dari pekerjaan grouting.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam Kertas Kerja ini adalah mengetahui metode pelaksanaan dan
pengawasan pekerjaan stabilitas tanah pondasi dengan grouting berdasarkan sistem
pengendalian mutu, waktu, sumber daya manusia, dan peralatan.

 Bendungan Jati Gede 2 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 2/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

GAMBARAN KEADAAN Bab


YANG ADA

2
2.1 PENJELASAN UMUM

2.1.1 Pengertian Grouting

Grouting adalah salah satu perbaikan pondasi bendungan yang merupakan pekerjaan
masukan bahan yang masih dalam keadaan cair untuk perbaikan tanah, dengan cara tekanan,
sehingga bahan tersebut akan mengisi semua retak-retak dan lubang-lubang, kemudian setelah
beberapa saat bahan tersebut akan mengeras, dan menjadi satu kesatuan dengan tanah yang
ada.

2.1.2 Jenis Grouting

Tipe grouting berdasarkan fungsinya antara lain:

1.  Curtain Grouting : Untuk mengurangi rembesan air lewat bawah pondasi dan abutment
bendungan, serta mengurangi gaya tekan ke atas

2.  Blanket Grouting : Untuk mengurangi gaya tekan ke atas.

3.  Consolidation Grouting : Untuk menutup lubang, celah, rekahan yang ada di bawah
pondasi bendungan sehingga menjadi lebih kuat dan menambah modulus deformasi
batuan.

Menurut Warner (2005), Grouting dapat dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:


a.  Sementasi Penembusan (Permeation Grouting)
Grouting penembusan (  permeation Grouting) disebut juga Grouting penetrasi

(  penetration Grouting), yang meliputi pengisian retakan, rekahan atau kerusakan


pada batuan, rongga pada sistem pori-pori tanah serta media porous lainnya. Tujuan
Grouting penembusan adalah untuk mengisi ruang pori (rongga), tanpa merubah

formasi serta konfigurasi maupun volume rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan

untuk tujuan penguatan formasi, menghentikan aliran air yang melaluinya,

 Bendungan Jati Gede 3 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 3/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

maupun kombinasi keduanya. Grouting penembusan dapat meningkatkan kohesi


tanah.
b.  Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)
Grouting pemadatan dilakukan dengan cara menginjeksi material Grouting 

sangat kaku (stiff ) pada tekanan tinggi ke dalam tanah. Grouting pemadatan
merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung
tanah. Karena volume struktur pori tanah berkurang, maka permeabilitasnya juga
akan berkurang. Meskipun begitu, Grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya

mencegah terjadinya rembesan. Grouting pemadatan mampu meningkatkan beban

tanah untuk mengompakkan atau memadatkannya.


c.  Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)
Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang terdapat pada tanah

dengan fluida suspensi atau material Grouting   slurry , untuk menghasilkan hubungan
antar lensa Grouting dan memberikan penguatan kembali (reinforcement).
Umumnya Grouting rekahan digunakan pada tanah dengan permeabilitas rendah.
Grouting rekahan dapat dilakukan pada beberapa jenis tanah dan kedalam,

terutama sangat baik pada material lempung.


d.  Sementasi Campuran/ Jet (Mixing/ Jet Grouting)
Grouting jet dilakukan dengan cara mengikis tanah menggunakan jet

bertekanan tinggi dan injeksi serentak ke dalam tanah yang terganggu dengan jet
monitor. Grouting tipe ini juga dapat digunakan untuk melakukan penyemenan di
sekeliling tiang atau pondasi.
e.  Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan, kadang-kadang
membutuhkan suatu pengisian atau penutupan. Pada jaman dahulu, pengisian
dilakukan menggunakan peralatan yang sama dengan alat Grouting tipe lainnya.
Saat ini, Grouting isi dilakukan menggunakan peralatan khusus dengan campuran
concrete atau mortar.

 Bendungan Jati Gede 4 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 4/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

f.  Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)


Umumnya pekerjaan Grouting dilakukan dengan cara mendorong material
Grouting ke dalam formasi dengan tekanan tinggi. Akan tetapi, pada kondisi tertentu

hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum digunakan untuk menyedot
material Grouting masuk ke dalam bagian yang mengalami kerusakan. Kerusakan
tersebut harus diisolasi dari tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan
kondisi yang vakum, material Grouting akan tersedot dan tertarik ke dalam
kerusakan tersebut.

2.1.3 Tujuan dilakukan Grouting

1.  Untuk memperkuat formasi dari lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah
tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang
direncanakan. Seperti sudah dijelaskan di atas tanah selalu mempunyai lubang-lubang, retak-
retak, celah-celah. Rongga ini harus diisi dengan bahan pengisi yang kuat, sehingga lapisan
tanah dibawah rencana bangunan akan menjadi bagian dari pondasi yang kuat.

2.  Untuk menahan aliran air, misalnya pada bangunan dam, agar air tidak mengalir melalui
bawah bangunan dam. Air yang mengalir di bawah bangunan dam secara bertahun-tahun
akan membawa partikel tanah, yang akan mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di bawah
bangunan, dan hal ini dapat membahayakan kestabilan dam tersebut, grouting pada dam ini

biasa disebut Tirai sementasi  , guna tirai sementasi ini untuk menghambat laju air,

 Bendungan Jati Gede 5 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 5/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

sehingga aliran air semakin panjang, karena aliran semakin panjang maka air akan mengalami
kehilangan energi.

3.  Untuk menahan aliran air tanah agar tidak masuk ke dalam suatu kegiatan bangunan yang
sedang berjalan. Bangunan di bawah permukaan tanah apabila lokasi nya dibawah
permukaan air tanah, akan selalu terganggu oleh adanya air tanah yang masuk dari dinding
galian.Namun biasanya masih dapat diatasi dengan pompa.

2.1.4 Bahan Grouting

Bahan- bahan yang dapat digunakan untuk grouting antara lain:

1.  Campuran semen dan air


2.  Campuran semen, abu batu dan air
3.  Campuran semen, clay dan air
4.  Campuran semen,clay, pasir dan air
5.  Asphalt
6.  Campuran clay dan air
7.  Campuran bahan kimia

 Bendungan Jati Gede 6 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 6/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

2.1.5 Sifat-sifat Groting

Sifat-sifat grouting antara lain:


- Terdiri dari satu komponen

- Workability dan kekuatan tinggi


- Tahan beban impact dan beban bergerak
- Tidak terjadi penyusutan dan segregasi
- Ekonomis

2.2 KEADAAN PADA SAAT INI

2.2.1 Situasi Bendungan Jati Gede

Bendungan Jati Gede terdapat di kabupaten Sumedang Jawa Barat dan pada saat ini
masih dalam proses pembangunan konstruksi. Berikut ini adalah gambaran lokasi Bendungan Jati
Gede pada saat ini:

Gambar 2.1 Lokasi sungai Cimanuk  – Cisanggarung

 Bendungan Jati Gede 7 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 7/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 2. 2 Situasi Bendungan Jati Gede

2.2.2 Manfaat Bendungan Jati Gede

Gambar 2.3 Manfaat Waduk Jatigede

 Bendungan Jati Gede 8 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 8/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

2.2.3 Peta Daerah Genangan Bendungan

Gambar 2.4 Peta Daerah Genangan Bendungan

2.2.4 Nilai Kontrak dan Masa Konstruksi

a. Nilai Kontrak
Foreign Currency = US$ 144,067,642
Local Currency = Rp. 869.099.084.442
Senilai / ekuivalen ~ US$ 239,573,036

b. Masa Konstruksi
15 Nopember 2007 s/d 30 Desember 2013

2.2.5 Data Teknis Bendungan Jati Gede

a.  Hidrologi
Luas Catchment Area : 1.462 km2 
Volume run-off tahunan  : 2,5 x 109 m3 
b.  Waduk
Muka Air (MA) banjir max : El +262

 Bendungan Jati Gede 9 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 9/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

MA operasi max (FSL)  : El +260


MA operasi min (MOL)  : El +230
Luas permukaan waduk (El +262) : 41,22 km2 

Volume gross (El +260) : 980 x 106 m3 


Volume efektif (antara El +221 dan +260) : 877 x 106 m3 
c.  Bendungan
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi mercu bendungan  : El +265
Panjang bendungan  : 1.715 m
Lebar mercu bendungan : 12 m

Tinggi bendungan maksimum : 110 m


Volume timbunan : 6,7 x 106 m3 
d.  Spillway 

Lokasi : at the dam body  


Tipe : Gated spillway with chute way  
Crest   : Lebar 50 m, El. +247
Dimensi radial gates : 4 bh (W=13; H=14,5m)
Q outflow : 4,468 m3 /det (PMF = 11.000 m3 /det)
e.  Intake Irigasi
Lokasi : Di bawah spillway  
Irrigation inlet appron : El +204
Tipe  : Reinforced concrete conduit  
Dimensi condoit  : D=4,5 m; L=400 m
f.  Terowongan Pengelak
Lokasi : under the spillway  

Inlet level  : El +164


Tipe : Circular lined reinforced concrete 
Debit rencana (Q 100) : 3.200 m3 /det
Dimensi terowongan : D=10 m; L=556 m
g.  PLTA
Lokasi : Right abutment  
Power Inlet appron : El +210

Headrace tunnel  : D=4,5 m; L=3.095 m

 Bendungan Jati Gede 10 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 10/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Design head : 170 m


Tipe turbin : Francis
Kapasitas terpasang : 2 x 55 GWH =110 MW

Produksi rata-rata : 690 GWH/tahun

2.2.6 Struktur Organisasi

1 EMPLOYER : Menteri Pekerjaan Umum


2 EMPLOYER’S REPRESENTATIVE  : SNVT Pembangunan Waduk Jatigede

3 SUPERVISION CONSULTANT : Konsultan Nasional ( PT. Indra Karya, PT. Mettana, PT.
Tata Guna Patria, PT. Wiratman & Ass, PT. Indah
Karya)

4 DED CONSULTANT : SWHI (Sichuan Water Resources and Hydroelectric


Investigation & Design)
5 CONTRACTOR : Sinohydro JO-CIC (Consortium of Indonesian
Contractors)

CIC (Consortium of Indonesian Contractors):

- PT. Wijaya Karya,


- PT. Waskita Karya,
- PT. Pembangunan Perumahan,
- PT. Hutama Karya.

2.2.7 Jenis Grouting Bendungan Jati Gede

Untuk jenis grouting yang digunakan di Bendungan Jatigede dijelaskan sebagai berikut:
1.  Grouting perlu dilakukan untuk menutup rekahan (crack ) pada pondasi batuan dan harus
meningkatkan kekedapan (water tightness).

2.  Grouting tirai (curtain grouting) berfungsi sebagai zone kedap air dan diletakkan pada tengah
impervious core atau dibagian hulu impervious facing (membrane).

3.  Grouting selimut (blanket grouting) berfungsi menahan rembesan pada permukaan pondasi
yang retak-retak.
4.  Bila grouting tidak dapat dilakukan, dapat diganti dengan impervious blanket  pada bagian
hulu dan atau pembuatan drain dibagian hilir.

 Bendungan Jati Gede 11 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 11/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 2.5.1 Potongan Melintang Bendungan Jatigede

Gambar 2.5.2 Potongan Melintang Bendungan Jatigede

 Bendungan Jati Gede 12 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 12/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 2.5.3 Potongan Melintang Bendungan Jatigede

2.2.8 Perbaikan Pondasi Bendungan dengan Grouting

Gambar 2.6.1 Gambar Perbaikan Pondasi Bendungan dengan Grouting

 Bendungan Jati Gede 13 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 13/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 2.6.2 Gambar Perbaikan Pondasi Bendungan dengan Grouting

2.2.9 Lokasi Pelaksanaan Grouting

 Bendungan Jati Gede 14 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 14/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

2.2.10 Progres Fisik

 Bendungan Jati Gede 15 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 15/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

GAMBARAN KEADAAN Bab


YANG DIHARAPKAN 3

Bendungan Jatigede merupakan bendungan dengan tipe timbunan ( Embankment Dam)


dengan struktur langsung menumpu pada tanah, sehingga perlu tanah yang memiliki ultimate
bearing capacity sesuai dengan perhitungan gaya dan tegangan yang akan diterima oleh tanah
sebagai pondasi.

Kesetabilan tanah juga sangat mempengaruhi kesetabilan dari struktur bangunan


Bendungan Jatigede, karena jika terdapat pergerakan berupa penurunan (settlement ) atau
deformasi tanah yang berlebihan maka akan dapat menyebabkan kegagalan bangunan pada
struktur Bendungan Jatigede.

Kegagalan Struktur yang terjadi dapat menimbulkan potensi korban jiwa yang sangat
besar, oleh karena itu resiko ini harus diminimalisir dengan memastikan kondisi pondasi tanah
sesuai dengan desain perencanaan. Jika kondisi tanah tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan, maka diperlukan perbaikan kondisi tanah, sehingga kondisi tanah sesuai dengan
yang direncanakan.

3.1 SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan tanah tergantung

dari metode untuk perbaikan tanah. Pembangunan Bendungan Jatigede sesuai dengan
pelaksanaan kontrak, maka perbaikan tanah bisa dengan menggunakan metode dynamic
compaction untuk tanah sand dan compaction dengan menggunakan vibro roller untuk tanah
clay.

Dengan metode dynamic compaction, maka SDM yang dibutuhkan hanyalah operator
peralatan mesin compactor. Untuk pengawasan mutu dilakukan oleh Quality Engineer dari

 Bendungan Jati Gede 16 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 16/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

konsultan maupun kontraktor. Jumlah SDM perlu disesuaikan dengan kebutuhan waktu
penyelsaian pekerjaan dan kapasitas dari alat yang digunakan.

Pengawasan pada SDM dilakukan berdasarkan kapasitas produksi dari SDM yang bekerja,
apabila kapasitas SDM tidak mencukupi untuk mengejar progress, maka perlu ditambah tenaga
untuk pencapaian progress.

3.2 MATERIAL/ BAHAN


Pelaksanaan Compaction ini tidak menggunakan material, metode perbaikan tanah ini

hanya menggunakan peralatan untuk memperbaiki kepadatan tanah secara fisik dengan
merapatkan ruang rongga pada tanah sehingga tanah lebih padat dan memiliki kekuatan dan
kesetabilan yang lebih baik.

3.3 PERALATAN

Untuk dynamic compaction peralatan yang digunakan adalah mesin crawler crane
dengan kapasitas 180-200 Ton, untuk mengangkat heavy weight compactor  dengan berat 5-10
ton dengan ketinggian 5-10 m.

Gambar 3.1. Metode Dynamic Compaction

Sedangakan untuk tanah clay, tanah dapat dipadatkan dengan menggunakan vibro roller dengan
kapasitas 10-20 Ton.

 Bendungan Jati Gede 17 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 17/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 3.2. Compaction dengan menggunakan vibro roller

Untuk pengawasan pada peralatan perlu diperhatikan perawatan peralatan berat selama
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Karena dalam pekerjaan ini alat berat memiliki peran yang
vital, sehingga perlu terus dilakukan perawatan rutin setiap harinya. Selain itu juga perlu untuk di
adakan suku cadang agar jika terdapat kerusakan, maka akan dengan cepat dapat ditangani.

3.41 METODE KERJA

Untuk metode kerja dari dynamic compaction, adalah dengan memadatkan tanah
dengan cara menjatuhkan benda berat (Heavy Weight Compactor) 5-10 ton dengan ketinggian 5-
10 m, penjatuhan benda berat tersebut dilakukan berkali-kali sesuai dengan ketentuan dan juga

dilakukan dengan sistim grid (setiap berapa meter/ sistim koordinat)

Gambar 3.3. Metode Kerja Dynamic Compaction

Metode Kerja dari compaction dengan menggunakan vibro roller adalah dengan
menggiling tanah dengan kecepatan tertentu dengan ketebalan tanah bertahap, maksimal 60
Cm. Vibro roller berjalan untuk memadatkan tanah pada lokasi tertentu beberapa kali, sehingga
tanah menjadi lebih padat.

 Bendungan Jati Gede 18 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 18/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

ANALISIS Bab
PERMASALAHAN
4
Pondasi merupakan bagian dasar dari struktur bangunan dari dam dan merupakan
dasar dari kesetabilan struktur dari bangunan saluran pengalih, sehingga diperlukan
kesetabilan yang didapat dari jenis tanah pada struktur konstruksi tersebut.
Kriteria tanah bagus atau tidak ditinjau dari segi kestabilan lerang, daya dukung
tanah terhadap tekanan bangunan diatasnya dan daya dukung tanah terhadap rembesan.
Setelah dilakukan Grouting maka diharapkan mutu tanah akan mencapai sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan.
Pada kontrak spesifikasi tanah pada lokasi pembangunan bendungan Jatigede
memiliki tanah yang bagus, tetapi pada kenyataannya tanah pada lokasi pembangunan
bendungan tersebut tidak memiliki tanah yang bagus sehingga diperlukan kegiatan
perbaikan tanah (soil stabilization) dengan metode Grouting .
Bagus atau tidak nya tanah pada lokasi pembangunan Bendungan Jatigede dilihat
berdasarkan nilai Lugeon dari uji permeabilitas/ lugeon test, dimana nilai tersebut menurut
spesifikasi yang diperlukan adalah <5.

Tabel 4.1. Kondisi diskontinuitas massa batuan terkait dengan nilai Lugeon
(Maurice Lugeon, 1933).

Lugeon Classification Hydraulic Condition of Rock Mass Reporting


Range Conductivity Discontinuities Precision
Range (cm/sec) (Lugeons)

<1 Very Low < 1 x 10-5 Very tight <1


1-5 Low 1 x 10-5 - 6 x 10-5 Tight ±0
5-15 Moderate 6 x 10-5 - 2 x 10-4 Few partly open ±1
15-50 Medium 2 x 10-4 - 6 x 10-4 Some open ±5
50-100 High 6 x 10-4 - 1 x 10-3 Many open ± 10
>100 Very High > 1 x 10-3 Open closely spaced or voids >100

 Bendungan Jati Gede 19 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 19/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Pada hasil lugeon test pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan bendungan


Jatigede didapat hasil sebagai berikut :

Gambar 4.1 Profil Geologi Pondasi Bangunan Jatigede (Prakiraan awal)

Gambar 4.2 Profil Geologi Pondasi Bangunan Jatigede (Kenyataan di lapangan)

      9
   8    -       9
   -
  -       U 
   D       D
     8       R       R     0
   -    R       C      C      1
   -
      U    C
  -    -     -      U
      R     V       V
      I       V
      I      R
      C    I
      D     C     0
    7
  -    -
      V    D       D    -    1
  -
    D      I      V
     I     D
    R       D      D     R
    C
  -    C
  -
    V
   I     V
    I
    D     D    1
     7
   -    1
  -
   U
      U
   R
      R
   C
     C
   -
   V  -
      V
    I
   I
   D
     D

  1  1
  D -
     6
   -
     D
  C  R
     R
   V -
     C
   -
   I
      V
    I
     D   D

  2
  U -  1
    6
   -
      U
 - C  R
     R
     C
   -
  D  I  V
      V
   I
     D

 D - 1 2
   5
  -
   D
   R
 D I V - C R
   C
  -
   V
  I   D
L u = 6 
.4 8 
L u  = 3 
9 .2 5 
L u  = 16 
.3 4 
L u = 3 
2 .8 9 
L u  = 2 
2 .5 3 
L u  = 3 
2 .2 3   2. 0 0
 L u  = 2
    5
   -     U
     R
     C
   -     V
  I     D
Lu = 0.92 DIV-CRU-13
L u  = 5 
 9. 8 8 3 .6 6 
 L u  = 3
L u  = 1
 3 8 .3 7 
 L u  = 1.1  5
 1. 4
 = 2 L u = 13 
  L u  .9 4 
  8 L u  = 4 
  8. 5 L  u   0 .7 5  
  u  =
  L
 =   L u  = 2 
   7  2 8 .13 
 3   
  1.
4   
   D
. 7   
 I
 -  V
  = 6    L u  = 1
  u 
L   
   C
L       0 .3 7 
  3 6
D IV
u   
   R
   L             5
   - C R 
u     
    5
   D
 =   
  3 6.
 =    
    3             9  .

 -
   1

  4     8 .
 3    
  u  =
   9
 1      
            6  .
D - 13 
0    
  L    =
 
            1
            1    7
5        . 4     L  u  
   6
. 3       
   u 0      =  
     L         = 
9         8   
  =
         u . 7   
  u
  0
  8              L    L
7   
  1.
  1 L   
  u  =
  L
u   
 =   
 8    
    1 . 7     
    7
 . 7     
    3

  I   D
            0
  2 9    =
              2  .    6

  -   V
  7.    u             2
   0
 .
  u  =      L              7    8

    C   L    3


D I  V  
    R
        = 
  =

  -    U
         u
             L   u
   L
L   
u    - C R  
   4  4  =   
  1. 6
  1     5
   4
 2     
U  - 1 
  u  =     0 .
2    
  L     3
   =
   u
              5
            9
. 1    
9    

     L   .
            9
  3
  3             4
 6.             1

  D
 I 
  u  =
  L
        =  L   
u   

 -  V
         u

LEGEND
 =   
             L

  C
    9
   6
   6
 .
 6     
. 7      D  I  
   R V   
    2
1    
   =
- C  
 -  D
   u 
     L
  3             8
            6
  .
R  D  
            5
            3
        = 
- 1  4  
         u
             L

  D
 I  
  V D    LU < 3
 -
  C
            8
            2
  .
I   
V   
-  C   
   R
            5
            3

  U
        = 
         u R   
 -
             L

  3 U   
 D
 I  
 V D   
-  1   
5    3 < LU < 5
-
            2
            8

 C
  .
            6 I    
 D V    
            2

  R  I   
        = 
         u -  C   
 D
D    
 V 
5 < LU < 10
             L

-
I     R   
 2  -
  C  D
V      D   
 I    D       D      -  C    
  R  V 
-  1   
V I      
      I V     
    
  U - 
R     5    
-  C
 C-         
10 < LU < 20
-C     
    U    
  2   R -  1    
 R      
R     
 D 6    
 U      
D     

 1 
1 -      
  

 
- 1     
  
> 20
6     

Gambar 4.3 Monitoring Grouting pada Diversion Tunnel

 Bendungan Jati Gede 20 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 20/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 4.4 Curtain Upstream And Downstream At Left Bank

Sta.0+165.00 – Sta.0+812.00 (Sebelum pekerjaan Grouting)

 Bendungan Jati Gede 21 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 21/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Gambar 4.5 Curtain Upstream And Downstream At Left Bank


Sta.0+165.00  – Sta.0+812.00 (Setelah dilakukan pekerjaan Grouting)

4.1 SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan Grouting ini maka diperlukan sumber daya
manusia yang memadai. Dimulai dari perencanaan yang matang, pelaksanaan pekerjaan
yang sesuai dengan spesifikasi dan pengawasan pekerjaan yang baik sehingga hasil yang
diharapkan sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.
Pekerjaan Grouting ini direncanakan oleh konsultan perencana setelah
mendapatkan data berupa lugeon map. Hasil dari water testing pada lokasi bendungan
Jatigede. Dari hasil itu maka diketahui lokasi-lokasi yang dibutuhkan perbaikan tanah (soil
stabilization) maka direncanakan oleh konsultan perencana untuk dilakukan pekerjaan
perbaikan tanah oleh kontraktor yang memiliki spesialisasi dalam pekerjaan Grouting.
Pada pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memperhitungkan jumlah tenaga
untuk melaksanakan pekerjaan Grouting ini dibandingkan dengan jumlah kebutuhan

 Bendungan Jati Gede 22 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 22/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Grouting di lapangan sehingga dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk 


melaksanakan pekerjaan Grouting tersebut.
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi sumber daya manusia
yakni melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut
dikerjakan oleh tenaga-tenaga kerja yang berkompeten sesuai dengan daftar personil inti
yang disebutkan di dokumen kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada
pengendali apabila ada ketidaksesuaian antara kondisi personil di lapangan dengan daftar
personil yang disebutkan di dalam dokumen kontrak.

4.2 MATERIAL / BAHAN

Menurut Dwiyanto (2005), Grouting merupakan metode untuk memperkuat


tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan
pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan tanah/batuan.
Material / Bahan yang diperlukan untuk proses Grouting antara lain:
1. Pasta Semen
Dalam memperbaiki kualitas tanah dengan metode Grouting digunakan semen dengan

perbandingan campuran yang sudah ditetapkan sesuai dengan batas tekanan yang
ditentukan.
2. Bahan Kimia (admixture )
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi material yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut menggunakan
material / bahan yang sesuai dengan daftar material / bahan yang disebutkan di dokumen
kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada

ketidaksesuaian antara kondisi material / bahan di lapangan dengan kondisi material / 


bahan yang disebutkan di dalam dokumen kontrak.

4.3 PERALATAN

Grouting adalah penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam material
tanah/batuan dengan bertekanan dan melalui lubang bor spesial, dengan tujuan menutup

 Bendungan Jati Gede 23 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 23/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

diskontinuitas terbuka rongga-rongga dan lubang- lubang pada lapisan/strata yang dituju
(Pangesti, 2005).

Gambar 4.6 Model peralatan Grouting (Warner, 2005).

Peralatan yang dibutuhkan dalam proses Grouting antara lain:


1. Alat Pengebor
2. Alat Injeksi
3. Pompa

4. Mixer
Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi peralatan yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut dikerjakan
menggunakan peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan yang disebutkan di dokumen
kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada
ketidaksesuaian antara kondisi peralatan di lapangan dengan kondisi peralatan yang
disebutkan di dalam dokumen kontrak.

4.4 METODE KERJA

Tanah atau batuan dasar pondasi bangunan tidak sepenuhnya dapat memenuhi
kriteria perencanaan. Untuk memenuhi kriteria perencanaan, maka diperlukan perbaikan
terhadap kondisi tanah/batuan. Salah satu metode peningkatan daya dukung tanah/ batuan
adalah dengan melakukan Grouting .

 Bendungan Jati Gede 24 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 24/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Grouting adalah penginjeksian material perekat ke dalam tanah/batuan yang lulus


air dengan tujuan untuk menutup pori/ rekahan. Grouting merupakan salah satu metode
penanggulangan gerakan tanah melalui rekayasa kimia dan mekanis. Pada prinsipnya,
metode ini menekankan pada upaya perkuatan lereng dan meningkatkan daya dukung
tanah. Pekerjaan Grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan pasta semen ke dalam
tanah atau batuan melalui lubang bor dengan tujuan menutup diskontruksi terbuka,
rongga-rongga dan lubang-lubang pada lapisan yang dituju untuk meningkatkan kekuatan
tanahnya.
Grouting awalnya hanya digunakan untuk mengontrol aliran air, tetapi sekarang
telah meluas dan aplikasinya tidak terbatas, anya adalah digunakan untuk mengurangi

aliran atau rembesan air, meningkatkan daya dukung tanah/batuan, pemadatan (mengisi
rongga dan celah/rekahan pada tanah/batuan), dan memperbaiki kerusakan struktur.
Menurut James Warner (2005), tipe  –  tipe sementasi (Grouting ) berdasarkan
tujuannya dapat dibedakan menjadi enam (6) jenis, yaitu sementasi penembusan
(permeation Grouting), sementasi pemadatan (compaction Grouting ), sementasi rekahan
(fracture/claquage Grouting ), sementasi campuran/jet (mixing/jet Grouting), sementasi isi
(fill Grouting) dan sementasi vakum (vacuum Grouting ). Sedangkan menurut Soedibyo

(1993), tipe sementasi (Grouting ) berdasarkan bahan yang digunakan ada 3 tipe, yaitu
injeksi bahan kimia, injeksi sistem Soletanche dan injeksi dengan semen.
Metode ini mempunyai kelebihan dapat dilakukan pada ruang terbatas, efektifitas
dari pekerjaan dalam metode ini juga terbilang sangat efektif. Tidak memerlukan alat berat
dalam pelaksanaan kegiatannya karena hanya menggunakan bor,mixer , dan pompa saja.
Daya tahan lereng setelah pelaksanaan kegiatan juga bagus dan tidak membutuhkan
perawatan berkala setelah pekerjaan karena Grouting akan menambah kekuatan antar

partikel tanah/batuan yang menyusun lereng tersebut. Jika ditinjau dari segi estetika
pemanfaatan lahannya, geometri lereng juga tidak berubah karena Grouting akan  tetap
menjaga keaslian dari lereng tersebut. Jumlah pekerja dalam pelaksanaan kegiatan juga
relatif sedikit dibandingkan dengan metode penanggulangan gerakan tanah lainnya.
Dalam memperbaiki kualitas tanah dengan metode Grouting digunakan semen
dengan perbandingan campuran yang sudah ditetapkan sesuai dengan batas tekanan yang
ditentukan. Tetapi untuk jangka panjang metode Grouting terbilang lebih ekonomis
dibandingkan metode lainnya karena hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut bisa

 Bendungan Jati Gede 25 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 25/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

bertahan lama dan tidak membutuhkan perawatan berkala serta tidak merubah luas area
tersebut.

Pelaksanaan Grouting 
Setelah dilakukan penyelidikan geologi teknik di suatu daerah baik penyelidikan
permukaan dan bawah permukaan, dan telah diketahui nilai SPT (Standart Penetration
Test) dan bisa direkomendasikan untuk bisa dilakukan Grouting.
Pelaksanaan Grouting meliputi penentuan titik  Grouting, uji permebilitas,
pemboran dan Grouting (Dwiyanto, 2005). Berikut ini adalah uraian secara singkat
mengenai tahap pelaksanaan Grouting:

Penentuan titik Grouting 


Penentuan titik Grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang ditentukan di
lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-tiap titik Grouting disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pemboran
Pelubangan titik Grouting dilakukan dengan cara di bor. Dalam Grouting ada 2
macam pemboran, yaitu pemboran dengan pengambilan core dan pemboran tanpa core.
Diameter lubang bor adalah 76 cm untuk pemboran coring dan 46 mm untuk pemboran
non coring. Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan mesin dengan penggerak

hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.

Uji Permeabilitas atau Test Lugeon


Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada tahun 1933, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari deformasi batuan. Nilai lugeon adalah
suatu angka yang menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi
batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit, dengan menggunakan tekanan
2
standar 10 Bars atau sekitar  10 kg/cm . Angka ini hampir sama dengan koefisien kelulusan
-5
air sebesar 1 x 10 cm/detik. Nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat
aliran dalam batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air bertekanan ke dalam
lubang bor, menggunakan peralatan yang disebut rubber packer , yang digunakan

 Bendungan Jati Gede 26 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 26/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

untuk menyumbat lubang bor. Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas
antara lain:

Waterflow Meter untuk mengetahui debit air

Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan

Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air

Water Pump untuk memompa air


2
Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm , dibuat ekstrapolasi
sehingga bentuk persamaannya menjadi:
Lu= 10Q/PL (3-1)
Keterangan:
Lu = Lugeon unit (l/mnt/m)
Q = debit aliran yang masuk (l/mnt)
2
P = tekanan total (Po+Pi) (kg/cm )
L = panjang lubang yang di uji (m)
Harga Lugeon Unit adalah angka yang menunjukkan beberapa volume air yang
masuk (dalam liter) ke dalam setiap satu meter formasi batuan setiap satu meter formasi
batuan setiap menitnya. Lugeon unit memberikan gambaran tentang :
Sifat aliran dalam batuan.
Sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
2
Tekanan total yang diterima sebesar 10 kg/cm .
Setelah Test Lugeon selesai maka akan diketahui nilai lugeon, nilai tersebut
digunakan untuk menentukan Grouting diperlukan atau tidak dan berapa campuran awal
yang akan diinjeksikan. Dalam hal ini standar yang dipakai adalah Grouting dilaksanakan
  jika nilai lugeon lebih dari 5 dan sebaliknya jika nilai lugeon kurang dari 5 maka tidak

perlu di Grouting.
Tahap pekerjaan Grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan semi kental
(slurry material ) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang bor. Untuk penentuan
campurannya akan dirubah ke perbandingan yang lebih kental sampai tekanan
maksimum Grouting tercapai dengan urutan sebagai berikut :

Jika nilai lugeon 5-20 aka campuran awal semen : air = 1:5.

Jika nilai lugeon lebih dari 20 maka campuran awal semen;air = 1:3.

 Bendungan Jati Gede 27 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 27/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Campuran akan dirubah keperbandingan yang lebih kental sampai tekanan


maksimum Grouting tercapai dengan urutan sebagai berikut :

Campuran 1:5 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,

Campuran 1:3 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,

Campuran 1:2 sampai 240 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai dirubah ke,

Campuran 1:1 sampai 480 liter/min/m, jika tekanan belum tercapai maka
Grouting dihentikan dan lubang dicuci kemudian dilakukan Grouting selama 8

 jam.
Grouting dianggap selesai apabila tekanan maksimum dapat tercapai dan aliran

volume injeksi yang masuk lebih kecil atau sama dengan 0,2 liter/min/m. Campuran yang
lebih kental misalnya 1:0,8 atau lebih kental diperlukan untuk mengatasi jika terjadi
kebocoran (leakage), hal ini dilaksanankan atas persetujuan konsultan pengawas.

Perhitungan Volume Grouting 

Tahap perhitungan volume Grouting sebenarnya tidak masuk dalam lingkup


pelaksanaan pekerjaan Grouting. Akan tetapi, tahap perhitungan volume Grouting ini

berguna untuk menentukan jumlah campuran yang akan digunakan, agar tidak terjadi
kerugian akibat campuran yang tidak terpakai dan dibuang sia-sia. Tahap perhitungan
volume Grouting meliputi:

Volume campuran Grouting yang diinjeksikan dalam m3 

Volume bahan untuk Grouting dalam hal ini adalah semen atau pasir dalam ton
Perhitungan dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan peralatan
otomatis maupun dengan cara perhitungan volume secara manual. Untuk perhitungan
secara manual dapat dilakukan seperti pada contoh berikut ini:
Air dengan berat jenis 1 maka 1 kg = 1 liter
Semen dengan berat jenis 3,14 maka 1 kg = 0,318 liter, sehingga 1 sak (50 kg) = 15,92
liter.

 Bendungan Jati Gede 28 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 28/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

Tabel 3.1. Perbandingan semen dan air untuk campuran Grouting


(Widioko, 2007).
SEMEN AIR VOLUME
CAMPURAN
(Kilogram) (Liter) TOTAL (Liter)
1:5 50 250 265,92
1:3 50 150 65,92
1:2 50 100 115,92
1:1 50 50 65,92

Dengan mengetahui volume injeksi, maka dapat diketahui pula volume berat (kg)
material yang akan diinjeksikan. Dalam pekerjaan Grouting tidak seluruh campuran bisa

diinjeksikan, karena akan ada sisa di dalam selang sirkulasi. Jika tidak ada lubang Grouting 
lain yang sudah siap maka sisa campuran dibuang. Pembuangan campuran ini merupakan
pemborosan, maka perlu dilakukan pengamatan debit campuran yang masuk. Jika

campuran yang masuk sudah mulai sedikit mendekati 0,2 liter/menit/meter, maka tidak
perlu membuat campuran lagi.
Menurut Chen, dkk., (2000), dalam Dwiyanto (2005), penentuan lokasi dan
kedalaman titik Grouting untuk perencanaan perbaikan lereng dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:
H = h + kh (3-2)
Keterangan:
H = kedalaman Grouting (m)
h = tinggi tebing (m)
k = konstanta (besarnya antara 0,8 sampai 1,2)
Lebar area yang terkena sementasi adalah antara 0,6 h - 0,8 h.

Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pengendali dari segi metode kerja yakni
melalui konsultan pengawas yang mengawasi bagaimana pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan menggunakan metode kerja yang sesuai dengan metode kerja yang disebutkan di
dokumen kontrak kontraktor. Konsultan akan melaporkan kepada pengendali apabila ada
ketidaksesuaian antara metode kerja yang dilaksanakan di lapangan dengan metode kerja
yang disebutkan di dalam dokumen kontrak.

 Bendungan Jati Gede 29 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 29/30


 

5/9/2018 Ke r ta s Ke r ja Wa duk Ja tige de - slide pdf.c om

   Dinas Pekerjaan Umum


  Provinsi DKI Jakarta Kelompok II 
 

KESIMPULAN Bab
DAN SARAN 

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasul peninjauan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:

1.  Site Investigation merupakan suatu pekerjaan penting saat dilakukan perencanaan,
terlebih dengan kondisi geologi pegunungan tidak menentu sehingga diperlukan
adanya survey mengenai kondisi geologi secara detail sebelum dilaksanakannya proses
perencanaan. Penggunaan metode grouting dalam perbaikan tanah (Soil Treatment)
merupakan metode perbaikan tanah yang efektif untuk dilakukan pada daerah yang
memiliki kondisi geologi buruk.

2.  Dalam pembangunan Bendungan Jatigede perbaikan tanah dengan menggunakan


grouting menjadi suatu pekerjaan yang tak terduga ( unpredictable works) yang harus
diantisipasi untuk biaya, mutu, dan waktu dari pelaksanaan proyek ini.

5.2 SARAN

Dari peninjauan yang telah dilakukan dan mengacu pada data yang diperoleh, maka ada
beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis diantaranya :

1.  Dalam melaksanakan site investigation, penting untuk melakukan geology survey
untuk mengetahui kondisi tanah di lokasi pembangunan.

2.  Harus ada peningkatan kapasitas pekerjaan, karena pekerjaan grouting merupakan
pekerjaan yang berada pada jalur keritis, sehingga diperlukan perubahan metode atau
penambahan kapasitas produksi.

 Bendungan Jati Gede 30 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ke r ta s-ke r ja -wa duk-ja tige de 30/30

Anda mungkin juga menyukai