Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

Paket Pekerjaan
PEMBANGUNAN PENGENDALI SEDIMENTASI
BENDUNGAN HAEKRIT, HALIWEN DAN TILONG

DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT


(DOISP) FASE II
(Loan IBRD No. 8711-ID dan AIIB No.000010-IND)

KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA I


SATUAN KERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA
NUSA TENGGARA II

TAHUN ANGGARAN 2020

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


KEMENTERIAN : KEMENTERIAN PEKERJAAN
NEGARA/LEMBAGA UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
UNIT ESELON I/II : DIREKTORAT SUMBER DAYA
AIR
PROGRAM : BINA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
BALAI : BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA
TENGGARA II
SATUAN KERJA : OPERASI DAN PEMELIHARAAN
SDA NUSA TENGGARA II
PEJABAT PEMBUAT : OPERASI DAN PEMELIHARAAN
KOMITMEN SDA I
KEGIATAN : PENGENDALIAN SEDIMEN
BENDUNGAN HAIKRET,
HALIWEN DAN TILONG
NAMA PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PENGENDALI
SEDIMENTASI BENDUNGAN
HAIKRET, HALIWEN DAN
TILONG
KEMENTERIAN : KEMENTERIAN PEKERJAAN
NEGARA/LEMBAGA UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
UNIT ESELON I/II : DIREKTORAT SUMBER DAYA
AIR
PROGRAM : BINA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
BALAI : BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA
TENGGARA II
SATUAN KERJA : OPERASI DAN PEMELIHARAAN
SDA NUSA TENGGARA II

1. Latar Belakang

Kebijakan pengelolaan, pemanfaatan dan pengamanan waduk dan danau


melalui peraturan perundang-undangan PP No. 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air serta Permen PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan;
dapat menjadi dasar kebijakan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan
pengelolaan bendungan yang tetap menjamin keberlanjutan dan kelestarian
lingkungan bendungan serta kawasan sekitarnya.

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


Kelestarian DAS dan ekosistem di dalamnya mempunyai peranan yang sangat
penting untuk menjaga keseimbangan alam, karena kerusakan DAS akan
mengakibatkan hilangnya kemampuan DAS untuk menyimpan air,
meningkatkan frekuensi banjir tahunan, menurunkan kuantitas dan kualitas
air sepanjang tahun serta meningkatkan erosi tanah dan sedimentasi. Apabila
erosi dan sedimentasi ini dibiarkan secara terus-menerus, maka akan terjadi
kerusakan alam. Berdasarkan data kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada tahun 2018 sebanyak 108 daerah aliran sungai (DAS) di
Indonesia berada dalam kondisi kritis dan perlu ditangani serius. Jika tidak
dibenahi, kondisi kritis ini akan memicu bencana banjir, erosi dan juga
sedimentasi.
Waduk-waduk di Indonesia hampir tidak lepas dari masalah sedimentasi.
Problem sedimentasi menjadi agenda penting yang selalu mengganggu
operasional waduk, termasuk mempengaruhi terhadap umur fungsi waduk itu
sendiri. Erosi lahan yang tinggi di daerah hulu waduk (Daerah Tangkapan
Waduk) menjadi sumber utama penyebab tingginya sedimentasi waduk. Hal ini
secara umum didorong oleh perubahan tutupan lahan atau adanya
pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan kaidah konservasi di DTA
waduk. Perlu adanya kajian dan juga strategi dalam mengelola sedimentasi
waduk baik secara teknis maupun non teknis yang dapat mengurangi
peningkatan sedimentasi waduk. Penanganan sedimentasi waduk secara umum
dapat dibedakan menjadi empat jenis kegiatan atau usaha, yaitu: menekan laju
erosi kawasan hulu, meminimalkan beban sedimen yang masuk ke waduk,
meminimalkan jumlah sedimen yang mengendap di waduk dan mengeluarkan
endapan sedimen di waduk. Disamping itu dapat juga ditempuh melalui
penanganan secara vegetatif dan sosial dimana masyarakat dilibatkan dalam
pengelolaan sedimentasi waduk.
Dam Operational Improvement and Safety Project Phase II (DOISP II)
ditujukan untuk memperbaiki dan menyelesaikan berbagai pekerjaan
rehabilitasi fisik dari 140 bendungan yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia,
serta untuk tetap menjaga kondisi fisik bendungan agar tetap berfungsi dalam
mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ketahanan pangan, pasokan air
dan keamanan energi, dan juga untuk mengurangi kemungkinan risiko
kegagalan bendungan dengan cara menerapkan berbagai standar keselamatan
bendungan termasuk melalui penataan kawasan (zonasi) sekitar bendungan.
Penataan Kawasan (zonasi) di sekitar bendungan (di hulu dan area di sekitar
waduk) diperlukan dalam rangka mewujudkan kemanfaatan bendungan dan
mengendalikan kerusakan bendungan, serta keseimbangan ekologi dan tata air
yang selanjutnya akan menjadi acuan dalam kegiatan pemanfaatan dan alokasi
lahan di kawasan sekitar bendungan.

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


Tiga bendungan/waduk di Pulau Timor (Haikret, Haliwen dan Tilong)
merupakan bendungan/waduk multi-guna yang memberikan manfaat cukup
besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara sosial,
ekonomi maupun aspek lainnya, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan.
Namun dengan berjalannya waktu, muncul permasalahan baik yang
menyangkut kondisi dalam waduk maupun kawasan sekitarnya. Saat ini
kondisinya mengalami pendangkalan akibat sedimentasi yang cukup besar,
ditambah lagi dengan adanya gulma air berupa enceng gondok. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampungan efektif waduk. Dengan
karakteristik dan permasalahan yang berbeda antara yang satu waduk dengan
yang lain dan agar semua tertangani dengan baik maka diperlukan kegiatan-
kegiatan studi yang ditindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan baik dalam
skala kecil dan juga besar.
Berdasarkan data dari BWS Nusa Tenggara II, pendangkalan waduk-waduk
telah mencapai lebih dari 30% dari keadaan awalnya. Kondisi lingkungan
sekitar waduk yang tidak terkendali mempeparah kondisi waduk yang
mengancam kelestarian waduk jika tidak mendapatkan penanganan yang
semestinya
Dalam rangka menanggulangi permasalahan yang ada serta perlindungan dan
optimalisasi fungsi bendungan, maka diperlukan bangunan pengendalian
sedimen yang masuk ke waduk sebagai arahan dalam mencapai pemanfaatan
sumberdaya yang optimal, mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup
dan meningkatkan keselarasan antar ruang aktivitas yang ada.

2. Gambaran Umum

Nusa Tenggara Timur merupakan Provinsi kepulauan yang terdiri atas 1.192
pulau. Terdapat 3 (tiga) pulau besar, yakni : P. Flores, P. Timor dan P. Sumba.
Secara Astronomis, Provinsi ini terletak di antara 80 – 120 Lintang Selatan dan
1180 – 1250 Bujur Timur, dengan luas daratan 47.349,90 Km2 (4,73 juta Ha).
Jumlah penyebaran penduduk sebanyak 4,534 juta jiwa dimana ± 75 %
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Berdasarkan beberapa referensi dan hasil studi merilis bahwa kondisi


topografis di NTT tergolong kasar atau relativ berbukit-bukit dengan klasifikasi
kemiringan berkisar 20 – 60 % merupakan daerah perbukitan dan 0 – 20 %
adalah dataran. Kondisi iklim di wilayah ini adalah tropis kering (semi arid).
Fenomena ini disebabkan oleh tiupan angin yang cukup kencang, dan berganti
arah setiap enam bulan (Bulan April – Oktober) bertiup angin Timur yang
kering, sedangkan pada bulan November – Maret bertiup angin Barat disertai
perubahan cuaca dan pergantian musim.

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


Curah hujan tahunan di Prov. NTT rata-rata
NERACA AIR NTT

berkisar 1.200 mm dengan interval waktu hujan 3


LUAS WILAYAH : 47.349 Km2
BASE FLOW : 10% - 30% HUJAN BULANAN

6000 0

5500– 4 bulan (Bulan Desember–Maret). Intensitas 50

curah hujan ini mengakibatkan sering terjadinya


5000

100
4500

4000
banjir di beberapa daerah dalam wilayah sungai
Potensi Hujan 16,67 m. m 3/tahun
150

Hujan (mm/bln)
Debit (juta m3/bln)

3500

(WS). Selanjutnya dalam kurun waktu 8 - 9 bulan


200
Bagaimana menampung
3000
banjir dimusim hujan
250
dan dimanfaatkan di

mengalami keterbatasan akan ketersediaan air,


2500
musim kemarau
2000 300

1500
baik air permukaan, air tanah (alamia maupun
8 BULAN KERING

Base Flow 122.50 m3/det


350

1000

500 artifiasial). Fenomena ini dipengaruhi oleh 400

adanya perubahan iklim (climate changes) sering


0 450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan

kali mengakibatkan kekeringan yang berdampak


HUJAN
KETERSEDIAAN
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
KEBUTUHAN AIR TOTAL
KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI

pada kegagalan panen, kekurangan air


Bulan Bencana Banjir Bulan Bencana Kekeringan
Kelebihan air Kekurangan Air

baku/minum di semua wilayah Prov. NTT.

Potensi lahan pertanian yang ada seluas 1,6 juta ha, terdiri dari lahan kering
1,35 juta ha dan lahan basah 0,25 juta ha. Musim hujan terjadi pada bulan
Desember-Maret dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.200mm,
dimana curah hujan yang berpotensi menjadi aliran permukaan sebesar 29,30%
setara 16,67 milyar m3 (528,60 m3/detik). Base flow andalan dari 194 sungai
sebesar 122,50 m3/detik setara 3,863 milyar m3. Pada kondisi normal, memberi
konsekuensi terhadap impor beras tahunan sebesar 140 ribu ton, setara dengan
kebutuhan air (irigasi dan non irigasi) sebesar 140 ribu ton x 8 m3 air = 1,12 juta
m3 (36,53 m3/detik). Dengan demikian kebutuhan air NTT sebesar 4,2 juta x 1.2
m3 x 8m = 5,05 milyar m3 (159,82m3/detik). Defisit air saat ini sebesar 159,82
m3/detik-122,50 m3/detik = 37,32 m3/detik setara 1,2 milyar m3/tahun.
Pulau Timor merupakan salah satu Pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gugusan Pulau ini merupakan bagian dari wilayah kerja Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara II. Korelasinya adalah terdapat Wilayah Sungai (WS) Pulau
Timor yang merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional berdasarkan
Peraturan Menteri PU Nomor 11A/PRT/M/2006 Tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai. Dengan demikian, maka jika meneropong lebih jauh Wilayah
Sungai Pulau Timor yang meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Noelmina dan
DAS Benanain yang merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional di Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Bicara soal pengembangan sumber daya air (SDA) di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT), selalu dihadapkan pada persoalan utama, yakni kurangnya sarana
dan prasarana pendukung (infrastruktur) di bidang keairan khususnya
pembangunan dan pemeliharaan Bendungan yang mendukung sektor pertanian
dan sektor strategis lainnya. Pada galibnya, ditemukan persoalan yang paling
krusial dalam keutamaan persoalan ditingkat pengelolaan yakni : Pertama
adalah infrastruktur yang terbangun “kurang disertai” dengan kegiatan yang

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


memadai pada tahapan akhir pembangunan atau pasca konstruksi. yakni
“OPERASI DAN PEMELIHARAAN (O & P)” yang kurang optimal.
Kedua; Wadah atau system Kelembagaan yang partisipatif (P3A) pada tingkat
pengguna (masyarakat tani) umumnya belum berjalan secara formal dan efektif,
yang mengakibatkan jumlah biaya O & P semakin meningkat. Ketiga; Sebagian
besar masyarakat pemakai “tidak merasa memiliki” akan sarana dan prasarana
yang terbangun (bangunan air). Kondisi ini akan berkorelasi positif pada
ketidakharmonisan fungsi maupun umur rencana bangunan dan pada akhirnya
mengalami kerusakan yang lebih serius. Dengan demikian maka fenomena ini
perlu didorong kearah yang positif agar keberlanjutan infrastruktur sumberdaya
air dapat terjamin sesuai dengan tujuan dan rencananya. Dengan demikian
maka kondisi ini akan berkorelasi positif pada ketidakharmonisan fungsi
maupun umur rencana bangunan dan pada akhirnya mengalami kerusakan
yang lebih serius.

Konsep dasar “pengelolaan” sumber daya air dan infrastruktur keairan


merupakan bagian yang dilakukan setelah pasca konstruksi. Dalam hal ini
adalah kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta rehabilitasi potensi yang ada.
Persoalan dan kendala dalam pengembangan sumber daya air dan
pembangunan infrastruktur di atas merupakan suatu potret ke depan akan
perlunya kegiatan diakhir konstruksi, khususnya di Pulau Timor dan
kepulauan. Penyajian ini selanjutnya memberikan pula gambaran mengenai
kegiatan OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA di wilayah ini (WS. Timor)
yang pada hakikatnya sangat diperlukan guna keberlanjutan dalam
pemanfaatan Sumber Daya Air (SDA) umumnya dan kelestarian infrastruktur
SDA khususnya.

Sejalan dengan upaya, tujuan dilakukan Operasi dan Pemeliharaan Rutin pada
Infrastruktur SDA tersebut di atas maka lokasi Bangunan yang akan
dikerjakan adalah : Bendungan Haikret, Bendungan Haliwen dan Bendungan
Tilong.

3. Landasan Hukum

 Undang-Undang RI nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan;


 The World Bank’s Guidelines on Procurement of Goods, Works an Non
 Consulting Services under IBRD Loans and IDA Credits and Grants By
World Bank’s Borrower January 2011, revised 2014;
 Schedule 2, Section III Procurement dan/atau Annex to Schedule 2 dari
Naskah Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) DOISP phase-II antara
Pemerintah Indonesia dengan IBRD dan AIIB;
 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahan-perubahannya

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2015 tentang Perubahan ke-empat atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 dan modifikasinya unutk memenuhi ketentuan Procurement
Guidelines.
 Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
57/SE/M/2015 tanggal 10 Juli 2015 tentang Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement).Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan
Air;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor
27/PRT/M/2015 Tentang Bendungan;
 Peraturan Menteri Keuangan nomor: 53/PMK.02/2014 Tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015;
 Peraturan Menteri Keuangan nomor: 133/PMK.02/2014 Tentang Standar
Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2015.

4. Maksud Dan Tujuan

4.1. M a k s u d
Maksud dari pekerjaan Pembangunan Pengendali Sedimentasi Bendungan
Haikret, Haliwen dan Tilong ini adalah melakukan pembuatan bangunan
pengendali sediment (Chekdam) berikut bangunan penunjangnya, serta
akses jalan masuk ke lokasi bangunan.

4.2. T u j u a n
Tujuan Pekerjaan Pembangunan Pengendali Sedimentasi Bendungan
Haikret, Haliwen dan Tilong ini adalah untuk mencegah sedimen yang
masuk bendungan/waduk yang mengganggu kinerja waduk dalam rangka
pengelolaan bendungan.

5. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah tercapainya fungsi maksimal dari berbagai
aspek sarana prasarana pendukung OP Bendungan Haikret, Bendungan
Haliwen dan Bendunga Tilong, Keamanan Bendungan terpenuhi serta
terjaganya usia kinerja waduk.

6. Nama Dan Organisasi Pengguna Jasa

1. Pekerjaan : Pembangunan Pengendali Sedimentasi


Bendungan Haikret, Haliwen dan Tilong
2. Pejabat Pembuat Komitmen : Satuan Pelaksanaan Kegiatan O&P SDA I
3. Satuan Kerja : Satker O&P SDA Nusa Tenggara II

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


4. Direktorat Jenderal : Sumber Daya Air
5. Kementerian : Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.

7. Sumber Pendanaan

Biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan pada biaya Anggaran DIPA Satuan


Kerja Operasi dan Pemelihaaraan SDA Nusa Tenggara II tahun 2019 Loan
IBRD NO. 8711-ID dan AIIB No.000010-IDN dengan nilai pagu anggaran
sebesar Rp. 15.000.000.000,- (Lima belas Milyard Rupiah).

8. Lokasi Pekerjaan

Bendungan Haikret dan Bendungan Haliwen terletak di Kabupaten Belu


sedangkan Bendungan Tilong terletak di Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

BENDUNGAN
TILONG
BENDUNGAN
HAIKRIT
&
BENDUNGAN
HALIWEN

Gambar I – 1 : Peta Lokasi Bendungan Tilong, Haikret dan Haliwen

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


9. Lingkup Pekerjaan

10. Penerima Manfaat

Penerima manfaat secara langsung adalah masyarakat pemakai dalam hal ini
adalah Petani pada Daerah Irigasi yang bersangkutan serta penerima manfaat
secara tidak langsung adalah masyarakat di Kabupaten Belu dan Kabupaten
Kupang Provinsi NTT.

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


11. Persyaratan/kualifikasi Personil

PENGALAMAN Jumlah
NO JABATAN PENDIDIKAN SKA/SKT
(TAHUN) (ORANG)
1 Kepala Proyek S1 (Teknik Sipil) 8 SKA 1

2 Pelaksana S1/D3 (Teknik Sipil) 5/8 SKA/SKT 3

3 Pembantu Pelaksana D3 (Teknik Sipil) 4 SKT 4

4 Juru Ukur D3 (Teknik Sipil) 4 SKT 1

5 Petugas Administrasi SMA / Sedrajat 4 - 1

6 Petugas Logistik SMA / Sedrajat 4 - 1

12. Peralatan Utama

TYPE/ JUMLAH
NO PERALATAN SATUAN KAPASITAS
MERK ALAT
1 Excavator Unit 0.91 M3 5
2 Buldozer Unit 6 Ton 3
3 Dump Truck Unit 3-4 M3 8
4 Dump Truck Unit 10 Ton 4
5 Hand Rock Breakter Unit - 3
6 Vibrator Roller Unit 10 Ton 3
7 Concrete Mixer Bh 0,3 M3 6
8 Concrete Vibrator Unit 5,5 HP 3
9 Wheell Loder Unit 1,5 M3 3
10 Triw Heell Roller Unit 10 Ton 3
11 Water Tank Truck Unit 4000 Ltr 3
12 Water Pump Unit 10 Ltr/Dtk 3
13 Theodolite / Water Pass Bh - 1

13. Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pengendali Sedimentasi


Bendungan Haikret, Haliwen dan Tilong selama 180 ( seratus delapan puluh )
hari kalender sejak di Keluarkan Surat Perintah Mulai Kerja.

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1


14. Penutup

Demikian Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Pengendali Sedimentasi


Bendungan Haikret, Haliwen dan Tilong ini dibuat untuk melengkapi usulan
DIPA 2019 sebagai acuan pada Kegiatan Operasi dan Pemelihaaraan SDA I,
Satker Operasi dan Pemelihaaraan SDA Nusa Tenggara II.

Kupang, Mei 2020

Kepala Satuan Kerja Pejabat Pembuat Komitmen


Operasi dan Pemeliharaan SDA Kegiatan OP SDA I
Nusa Tenggara II Satker OP SDA NT II

Bernadeta Tea, S.ST.,M.Si.,M.T Lasmi, S.T.,MSi


NIP. 197108302002122003 NIP. 1967062011963032003

KAK Pembangunan Pengenda l i Sedimentas i Bendungan Haekr i t , Ha l iwen dan T i long 1

Anda mungkin juga menyukai