ABSTRAK
Wilayah Sungai Kepulauan Riau secara administratif terletak pada Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah
Sungai Kepulauan Riau memiliki keunikan yaitu cenderung tidak memiliki cekungan air tanah (CAT)
karena kondisi geologis yang ada. Masyarakat Provinsi Kepri yang tersebar di antara ±2048 pulau
mayoritas menggunakan air permukaan dalam wujud tampungan (bendungan embung, waduk) maupun
intake langsung. Pulau-pulau di Provinsi Kepulauan Riau juga memiliki ciri khas berupa tersebarnya
galian-galian bekas tambang yang biasa disebut kolong.
Menurut data kependudukan tahun 2017, penduduk Provinsi Kepulauan Riau mencapai 2.028.169 jiwa
dan membutuhkan air sebesar 5.888 liter/detik. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau diperkirakan akan
mencapai angka 4.992.781 Jiwa pada tahun 2038 dan diperkirakan membutuhkan 24.433 liter/detik air
untuk kelangsungan kehidupan sehari-hari. Perhitungan tersebut melibatkan kebutuhan air RKI serta air
untuk Irigasi. Potensi SDA di Wilayah Sungai Provinsi Kepulauan Riau diperkirakan mencapai 50.947
liter/detik.
Bendungan Kecil hingga tahun 2017 telah berkontribusi sekitar 796 liter/detik atau sekitar 19.77 % dari
total suplai pemenuhan air di Wilayah Sungai Provinsi Kepulauan Riau. Bendungan Kecil diprediksi akan
semakin berkontribusi dalam pemenuhan air baku pada tahun 2038 mencapai 10.640 liter/detik atau
sekitar 50.4 % dengan memanfaatkan potensi SDA yang ada dengan membentuk tampungan-tampungan
air.
Wilayah Sungai Kepulauan Riau secara administratif terletak pada Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah
Sungai Kepulauan Riau memiliki keunikan yakni cenderung tidak memiliki cekungan air tanah (CAT)
karena kondisi geologis yang ada. Masyarakat Provinsi Kepri yang tersebar di antara ±2048 pulau
mayoritas menggunakan air permukaan dalam wujud tampungan (bendungan, embung, waduk) maupun
intake langsung. Pulau-pulau di Provinsi Kepulauan Riau juga memiliki ciri khas berupa tersebarnya
galian-galian bekas tambang yang biasa disebut kolong. Studi ini secara khusus akan membahas
mengenai potensi penggunaan bendungan kecil termasuk kolong-kolong bekas tambang sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan air baku di Wilayah Sungai Provinsi Kepulauan Riau.
Studi ini mengkaji tentang kebutuhan dan pemenuhan air baku di Provinsi Kepulauan Riau dengan
meninjau kapasitas bendungan kecil eksisting dan potensi pengembangannya untuk 20 tahun ke depan.
2. Tinjauan Pustaka
Konsep Bendungan Kecil (Small Dams) memiliki berbagai pemahaman yang berbeda dari berbagai
sumber yang ada saat ini. Menurut International Commission on Large Dams (ICOLD, 2011), bendungan
kecil memiliki tinggi di antara 2,5m – 15m dan memiliki faktor resiko h2 x 15V0,5 < 200 (h dalam meter;
V dalam x106m3 ). Menurut United States Bureau of Reclamation (USBR,1987) tinggi maksimal
bendungan kecil tidak melebihi 15 meter dan 765.000 m3 (1,0 x 10^6 yd3). Sedangkan menurut Permen
PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, yang termasuk dalam kategori bendungan adalah :
1) Bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar fondasi
terdalam
2) Bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima belas) meter diukur
dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan:
- Panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter;
- Daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter kubik; atau
- Debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu) meter kubik
per detik; atau
3) Bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau bendungan yang
didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang mempunyai kelas bahaya
tinggi.
Maka bendungan-bendungan yang memiliki data teknis dibawah standar tersebut digolongkan
kedalam bendungan kecil yang lebih sering disebut embung.
Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia mencapai 694 milyar meter kubik potensi yang dapat
dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar 23 persen yang sudah termanfaatkan, dimana hanya
sekitar 20 persen yang dimanfaatkan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku
rumah tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
irigasi. (Hartoyo, 2010).
2.3 Kriteria Perencanaan Pemenuhan Kebutuhan Air
Standar pemenuhan kebutuhan air pada studi ini mengacu pada dokumen Kriteria Perencanaan Dirjen
Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996.
Tabel 1. Kriteria Perencanaan Dirjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996
3. Metodologi Studi
Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah studi pustaka data sekunder mengenai kebutuhan dan
ketersediaan air baku yang bersumber dari bendungan kecil di Wilayah Sungai Kepulauan Riau.
4.1 Kependudukan
Menurut data kependudukan tahun 2017, penduduk Provinsi Kepulauan Riau mencapai 2.028.169 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut, penyebaran penduduk sebanyak 1.236.399 jiwa terkonsentrasi di Kota
Batam atau sejumlah 60,96 persen, Kabupaten Karimun 227.277 jiwa (11,21 persen), Kota
Tanjungpinang berpenduduk sebanyak 318.555 jiwa (6,38 pesen), Kabupaten Bintan memiliki 207.734
jiwa (4,16 persen), Kabupaten Lingga 184.868 jiwa (3,70 persen), Kabupaten Natuna 113.535 jiwa (2,27
persen), dan Kabupaten Kepulauan Anambas sejumlah 70.251 jiwa (1,99 persen).
Proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera IV mendapatkan bahwa jumlah
penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2038 mencapai 4.992.781 jiwa. Dari jumlah penduduk
tersebut, penyebaran penduduk sebanyak 3.790.015 jiwa terkonsentrasi di Kota Batam atau sejumlah 75,9
persen, Kabupaten Karimun 307.827 jiwa (6,16 persen), Kota Tanjungpinang berpenduduk sebanyak
318.555 jiwa (10,08 pesen), Kabupaten Bintan memiliki 154.584 jiwa (7,62 persen), Kabupaten Lingga
88.971 jiwa (4,39 persen), Kabupaten Natuna 75.282 jiwa (3,71 persen), dan Kabupaten Kepulauan
Anambas sejumlah 70.251 jiwa (1,40 persen).
Menurut analisa yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera IV, kebutuhan air Rumah tangga –
Kantor - Industri (RKI) beserta irigasi adalah sebesar 5.888 liter/detik yang tersebar pada 2 Kota dan 5
Kabupaten. Sedangkan ketersediaan air yang ada secara keseluruhan hanya mencapai 4026 liter/detik. Ini
berarti masih terdapat defisit pemenuhan air sebesar kurang lebih 1.862 liter/detik pada tahun 2017.
50.000
40.000
Debit (liter/detik)
Defisit
30.000 1.862 ltr/dtk
Defisit
1.862 ltr/dtk
Surplus
16 ltr/dtk
20.000 Surplus
982 ltr/dtk
Defisit
10.000 1.862 ltr/dtk
0
2017 2023 2028 2033 2038
Irigasi 1.776 2.956 4.567 5.286 5.567
RKI 4.112 8.067 11.488 15.202 18.866
Potensi 50.947 50.947 50.947 50.947 50.947
Kapasitas Terpasang (2017) 4.026 4.026 4.026 4.026 4.026
Suplai yang dipenuhi 5.888 11.023 16.055 20.488 24.433
Rencana Suplai 4.026 12005,00 16071 18264 21409
Surplus/Defisit (+/-) -1.862 982 16 -2.224 -3.024
Gambar 1. Proyeksi Kebutuhan Air (2017 -2038) Wilayah Sungai Kepulauan Riau
4.2.2 Kebutuhan Air (2038)
Penduduk Provinsi Kepulauan Riau diperkirakan akan mencapai angka 4.992.781 Jiwa dan diperkirakan
membutuhkan perkiraan 24.433 liter/detik air kelangsungan kehidupan sehari-hari. Perhitungan tersebut
melibatkan kebutuhan air RKI serta air untuk Irigasi (lihat Gambar 1).
Potensi sumber daya air di Provinsi Kepulauan Riau mencapai 50.947 liter/detik terdiri dari Kota Batam
9.155 liter/detik, Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan 8.642 liter/detik , Kabupaten Karimun
5.005 liter/detik, Kabupaten Lingga 7.432 liter/detik, Kabupaten Anambas 5.769 liter/detik, dan
Kabupaten Natuna 14.944 liter/detik . Potensi ini cukup untuk mensuplai kebutuhan air baku untuk 20
tahun ke depan (2038) yang hanya membutuhkan 24.433 liter/detik jikalau potensi tersebut dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Maka daripada itu dibutuhkan realisasi fisik bendungan kecil yang dapat
mengubah potensi SDA tersebut menjadi angka pemenuhan nyata untuk masyarakat.
Pada tahun 2017 Provinsi Kepulauan Riau memilki ketersediaan air sebesar 4029 liter/detik dengan
rincian sebagai berikut :
Kap. Kap.
Nama Tampungan Nama Tampungan
(liter/detik) (liter/detik)
No No
1 Reservoar Belakang Padang 200 11 Embung Dompak 5
2 Embung Pulau Abang 5 12 Danau SBP 100
3 Embung Pulau Nipa 1 13 Embung Lagoi 150
4 Embung Pulau Pelampong 0.002 14 Bendung Kelarik 100
5 Embung Kebun Raya 5 15 Bendung Tapau 100
6 Embung Sei Jago 40 16 Embung Teluk Buton 5
7 Embung Tanjung Uban 120 17 Embung Sedanau 5
8 Kolong Enam 75 18 Embung Selat Lampa 20
9 Embung Gesek 100 19 Embung Serbaguna Pulau Tiga 1.5
10 Kolong Tembeling 10 20 Embung Sedanau Hulu 5
Kap. Kap.
Nama Tampungan Nama Tampungan
No (liter/detik) No (liter/detik)
21 MA. Gunung Gemuruh 30 26 Kolong Pongkar 1 110
Kolong Sei Bati, Dang Merdu,
22 Embung Penuba 10 27 60
Kodim
23 Embung Sungai Daik 20 28 Kolong Kundur 20
24 Embung Gunung Lintang 17 29 Kolong Tempan 20
25 Embung Gunung Samak 27
Total 1361.5 liter/detik
Keterangan :
Dari total pemenuhan air baku tahun 2017 sebesar 4.029 liter/detik, kontribusi bendungan besar sebesar
2.960 liter/detik (73,52 %) , dan bendungan kecil sebesar 1.066 liter/detik (26.47%).
Menurut analisa dan rencana Balai Wilayah Sungai Sumatera IV yang mengacu pada draft Pola
Pengelolaan SDA WS Kepri, kapasitas pelayanan air baku tahun 2038 akan mencapai 21.410 liter/detik.
Angka ini masih di bawah angka kebutuhan air baku di tahun 2038 yaitu 24.433 liter/detik. Maka
daripada itu perlu upaya lebih untuk memanfaatkan potensi SDA (50.947 liter/detik) yang ada untuk
mengakomodasi kebutuhan tersebut. Rencana pemenuhan air baku tahun tahun 2038 adalah sebagai
berikut :
Dari rencana pemenuhan air tahun 2038 yang berkisar 21.140 liter/detik, bendungan besar memiliki
proporsi sebesar 49,6% atau sekitar 10.502 liter/detik, sedangkan bendungan kecil memiliki proporsi
sebesar 50,4 % atau sekitar 10.644 liter/detik.
6. Kesimpulan
6.1 Kesimpulan
1) Bendungan Kecil hingga tahun 2017 telah berkontribusi sekitar 796 liter/detik atau sekitar 19,77% dari
total suplai pemenuhan air di Wilayah Sungai Provinsi Kepulauan Riau.
2) Bendungan Kecil diprediksi akan semakin berkontribusi dalam pemenuhan air baku pada tahun 2038
mencapai 10.644 liter/detik atau sekitar 50,4% dari total suplai pemenuhan air di Wilayah Sungai
Provinsi Kepulauan Riau.
3) Peningkatan proporsi pemenuhan air sebesar +30,56% ini menunjukkan bahwa bendungan kecil
merupakan sarana yang efektif dalam menangani permasalahan pemenuhan air baku terutama di
wilayah kepulauan
6.2 Saran
1) Percepatan pembangunan fisik agar segera dilaksanakan untuk bendungan-bendungan kecil yang sudah
direncanakan terutama pada pulau-pulau kecil yang penduduknya sulit menjangkau air bersih untuk
aktivitas sehari-hari.
2) Bendungan yang sudah ada perlu di operasikan dan di-maintenance secara berkala agar bendungan-
bendungan tersebut dapat berfungsi dalam umur layanan yang telah direncanakan.
3) Perlunya perencanaan dan inovasi lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi SDA yang ada.
4) Perlu adanya partisipasi aktif dari seluruh elemen stakeholders untuk menjaga kelestarian dan
kontinuitas Sumber Daya Air agar kualitas dan kuantitas air terjaga untuk masa-masa yang akan
datang.
Referensi
Bureau of Reclamation, 1987. Design of small dams. 3rd edition. Washington, DC: US Dept. of the
Interior, Bureau of Reclamation, A Water Resources Technical Publication.
ICOLD, 2016. Small dams : Design, Surveillance and Rehabilitation. Bulletin 157. International
Commission on Large Dams.
Vrubel, J. and Riha, J., 2017. Discussion on the Safety Factors of Slopes Recommended for Small Dams.
Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendeleianae Brunensis.
Balai Wilayah Sungai Sumatera IV, 2017. Draft Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Kepulauan Riau.