BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih atau air minum adalah air yang memenuhi baku mutu air
minum yang berlaku dan merupakan air yang telah diolah sehingga kualitasnya
kesehatan dunia (WHO), air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
setelah dimasak. Mutu atau kualitas yang disyaratkan untuk air bersih adalah
berdasarkan syarat fisik, kimia dan bakteriologik sesuai standar atau baku mutu
aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi
permasalahan konsumen/pelangggan.
Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan
adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia
7
8
pelayanan.
2) Gap 2 (gap persepsi kualitas). Gap persepsi kualitas akan terjadi apabila
air bersih adalah yang memenuhi kualitas air minum, namun yang disediakan
3) Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan). Gap ini lahir jika pelayanan yang
kenyataanya hanya mengalir selama 12 jam atau kurang dari 6 jam setiap hari
4) Gap 4 (gap komunikasi pasar). Gap 4 lahir sebagai akibat dari adanya
5) Gap 5 (gap kualitas pelayanan). Gap kualitas pelayanan ini terjadi karena
yang dirasakan oleh konsumen. Misalnya konsumen atau calon pelanggan air
bersih berharap mendapat sambungan air bersih kurang dari enam hari kerja,
pelayanan air bersih secara skematis dapat dilihat dalam Konseptual Model
Sistem jaringan air bersih merupakan struktur yang sangat vital bagi
jangka waktu yang dekat, dimana masyarakat tidak percaya pada kinerja
setiap daerah yang dilayani oleh PDAM belum tentu memiliki kualitas dan
kuantitas yang sama dengan daerah lainnya. Beberapa acuan dari kriteria teknis
dalam pelayanan dan penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan seperti
11
(Agustina, 2007): 1) Air tersedia secara terus menerus selama 24 jam; 2) Tekanan
di ujung pipa minimal 1 – 2 atm; 3) kualitas air harus memenuhi standar yang
ditetapkan. Persyaratan dalam penyediaan air bersih dapat dilihat dalam beberapa
hal yaitu:
dari pemakaian air bersih untuk setiap Kota/Kabupaten. Kriteria dari pemakaian
air yang dimaksud meliputi kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non
domestik seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Kebutuhan air domestik yang dimaksud adalah kebutuhan air bersih yang
Rumah (SR) dan kebutuhan umum yang disediakan melalui fasilitas Hidran
Umum (HU). Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan
laju pertumbuhan penduduk yang ada pada suatu daerah/wilayah yang menjadi
daerah layanan . Sedangkan kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air
bersih yang dibutuhkan untuk berbagai fasilitas sosial dan komersial seperti
rumah sakit, sekolah dan lain-lain. Besarnya pemakaian air untuk kebutuhan non
domestik 20% dari kebutuhan domestik (Fitriadi, 2013). Untuk cakupan layanan
minimal akan kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk mendukung program
MDGs sampai dengan tahun 2019 yaitu 100% akses air minum. Dalam rancangan
dengan Program 100-0-100 (100% akses air minum, 0% kumus dan 100% akses
sanitasi). Indikator 100% yang dimaksud ialah, bisa memenuhi Standart Pelayaan
Minumum (SPM) di sektor air minum setidaknya setiap warga bisa mendapatkan
banyaknya sumber air baku yang tersedia, dimana air baku tersebut dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan dari jumlah penduduk yang akan
sosial masyarakat yang beragam, serta perilaku atau pola penggunaan air oleh
masyarakat.
Kontinuitas ini diartikan bahwa air bersih dari sumber air baku harus
tersedia setiap saat atau harus tersedia 24 jam per hari. Kontinuitas aliran terhadap
standar minimal pengaliran air memang belum memiliki standar yang pasti, tetapi
jika ditinjau dari jam-jam aktivitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air,
maka dapat diketahui bahwa pelanggan sangat membutuhkan air paling tidak
dengan harapan air mengalir minimal selama 12 jam sehari yaitu pada pukul
06:00 sampai dengan pukul 18:00, sedangkan menurut PDAM pengaliran air
dikatakan baik apabila standar minimal 8 jam sehari terpenuhi (Suhardi, 2007)
tertentu, dimana kecepatan pipa tidak boleh melebihi 0,6-1,2 m/det. Ukuran pipa
tidak boleh melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem
jaringan harus terpenuhi. Setiap aliran air di dalam pipa harus memenuhi azas
kontinuitas, dimana debit yang masuk dalam sisi 1 sama dengan debit yang keluar
14
pada sisi 2 yaitu Q1=Q2, dengan persamaan debit seperti di bawah ini
(Triatmodjo, 2003):
Q = V. A
Keterangan:
Q = Debit (m3/det);
V = Kecepatan Aliran (m/det);
A = Luas Penampang Pipa (m2).
Dalam pendistribusian air agar terjangkau untuk seluruh area layanan dan
sisa tekanan air. Sisa tekanan air paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air)
atau setara dengan 0,5 atm (1 atm = 10 mka), dan sisa tekanan air paling tinggi
Umum (2006), kecepatan izin dalam pipa distribusi berkisar antara 0,3-2,5 m/det.
Ukuran pipa tidak boleh melebihi dimensi yang diperlukan, dan tekanan dalam
sistem harus cukup. Air yang dialirkan ke pelanggan dari pipa transmisi dan pipa
distribusi, dirancang agar dapat melayani pelanggan hingga yang terjauh, dengan
tekanan air minimum sebesar 1 atm. Tekanan ini harus dijaga, tidak boleh terlalu
tinggi dan tidak boleh terlalu rendah. Jika tekanannya terlalu tinggi, maka akan
merusak pipa atau membuat pipa menjadi pecah dan dapat merusak fitting/
accessoriess pipa dan jika tekanannya terlalu rendah, maka akan menyebabkan
tidak berfungsinya alat plumbing secara baik pada sistem perpipaan distribusi.
15
tergantung dari kebiasaan masyarakat serta pola pemakaian air oleh masyarakat,
sehingga kebutuhan air menjadi berubah setiap waktunya (Rosadi, 2011). Dalam
distribusi layanan air bersih kepada pelanggan, maka tolak ukur yang digunakan
dalam perencanaan maupun evaluasi terhadap layanan adalah kebutuhan air jam
2.1.4 Sistem Distribusi Air Bersih dan Sistem Pengaliran Air Bersih
memenuhi untuk semua daerah layanan. Sistem distribusi ini meliputi unsur
Ketersediaan jumlah air yang cukup serta tekanan air yang memenuhinya
merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem pendistribusian air
bersih, dimana tugas pokok dari sistem distribusi air bersih adalah memenuhi
kebutuhan air bersih kepada pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap
memperhatikan faktor kualitas air, kuantitas air dimana tersedianya air setiap
Yang termasuk ke dalam sistem distribusi air bersih adalah distribusi dari
reservoirnya yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari supply instalasi,
16
meteran air yang digunakan untuk menentukan banyaknya air yang akan
membawa aliran air dari instalasi pengolahan air bersih ke daerah-daerah layanan
yang membutuhkan air. Sistem distribusi air minum kepada pelanggan dengan
kualitas, kuantitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang
keuntungan konsumen dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa di posisi
manapun. Namun kerugian dari sistem ini adalah pemakaian air yang cenderung
lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran, maka akan banyak jumlah air yang
hilang. Sedangkan Intermitten System, air yang disuplai tidak selama 24 jam,
hanya pada jam-jam tertentu, 2-4 jam di pagi hari dan 2-4 jam di sore hari. Sistem
air setiap saat, dan pelanggan membutuhkan tempat penyimpanan air. Dimensi
pipa yang digunakan dengan sistem ini juga membutuhkan dimensi pipa yang
lebih besar, karena kebutuhan air yang disuplai tidak dialirkan selama 24 jam,
hanya dalam beberapa jam saja. Namun keuntungan dengan Intermitten System
adalah terjaganya pemborosan penggunaan air, dan kondisi ini sangat cocok untuk
Metode dari sistem distribusi air tergantung pada kondisi topografi dari
sumber air dan posisi para konsumen berada. Sistem distribusi air memiliki
17
pipa induk – pipa distribusi. Pipa utama mengalirkan air pada tingkat yang
konstan, sedangkan pipa induk mengalirkan air dengan kebutuhan air yang
a. Sistem Gravitasi
b. Sistem Pemompaan
cara ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan
tinggi dan pada kondisi darurat, seperti saat terjadi kebakaran. Selama periode
rata-rata.
dapat dilakukan dengan cara pemanfataan sumber daya air, yang dapat
untuk kegiatan domsetik dan kegiatan umum, yang dikenal dengan pelayanan
Bila dilihat dari bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air minum dapat
1) Sistem penyediaan air minum individual (individual water system atau rural
yang digunakan dalam satu rumah tangga. Sistem penyediaan air minum
Merupakan sistem untuk suatu komunitas atau kota, dan untuk pelayanan
industri.
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) perkapita tidak sama untuk
setiap kota atau daerah. Kebutuhan air sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Bersih untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota
Kebutuhan
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)
(liter/orang/hari)
1 Metropolitan > 1.000.000 170 - 190
2 Kota Besar 500.000 - 1.000.000 150 - 170
3 Kota Sedang 100.000 - 500.00 130 - 150
4 Kota Kecil 20.000 - 100.000 100 - 130
5 Ibukota Kecamatan < 20.000 90 - 100
Sumber : Ditjen Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum, 1997
20
Tingkat kebutuhan air bersih sangat bervariasi dan tergantung pula pada
pengembangan industri dan kategori kota. Hal utama yang mempengaruhi tingkat
kebutuhan air bersih adanya pelayanan air bersih, baik secara kualitas, kuantitas
maupun kontinuitas. Sedangkan kebutuhan terhadap air itu sendiri akan selalu
sosial ekonomi yang terjadi pada suatu daerah. Faktor lain yang memungkinkan
berpengaruh pada tingkat kebutuhan air bersih adalah kebijakan mengenai air
bersih, dimana salah satunya berkaitan dengan beban tarif yang dikenakan pada
konsumen. Untuk lebih jelasnya, tingkat kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 2.4.
adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kalau diterapkan
dalam suatu peralatan maka berarti suatu kemampuan kerja. Dengan demikian
suatu penilaian kinerja adalah menilai hasil atau prestasi yang telah dilakukan
Kinerja layanan air bersih bersih dapat dilihat dari beberapa aspek berikut
kinerja saat ini dan catatan sejarah layanannya; e) sumberdaya manusia (jumlah
karyawan, ketrampilan, gaji, jaminan pensiun); f) tarif (tingkat dan struktur tarif,
keuangan.
Menurut Schubeler (1996), kinerja pelayanan air bersih dapat ditelaah dari
cara pengkuran kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kauntitatif dan kualitatif
Masukan (input) adalah segala sesuatu yag dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
Keluaran (output), adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non
fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program
menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat
masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang diakses oleh pelanggan air
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja
pengelolaan sistem pelayanan air bersih dalam satu tahun buku tertentu. Tingkat
23
keberhasilan itu sendiri dapat dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek operasioanl
ini. Aspek kinerja operasional ini meliputi: a) cakupan pelayanan, b) kualitas air
aspek normatif (aspek operasional) adalah 47. Nilai tersebut termasuk bonus yang
diberikan apabila ada peningkatan nilai dari tahun lalu. Nilai minimal atau
1) Cakupan Pelayanan
penduduk yang ada pada wilayah tersebut, khususnya jumlah penduduk yang
2) Kualitas Air
Kualitas air merupakan mutu air yang diproduksi dan didistribusikan untuk
penggolongan baku mutu air bersih yang didasarkan pada Peraturan Menteri
3) Kontinuitas air
air sama sekali. Indikator pelayanan lainnya adalah tekanan air normal
sebesar + 0,75 meter atm (dapat memancar 7,5 meter ). Jika tekanan yang
dihasilkan relatif tidak normal, maka hal ini sama pula dengan
kebutuhan.
4) Produktivitas
Tingkat kehilangan air bersih dapat diketahui berdasarkan jumlah satuan air
yang didistribusikan dan jumlah satuan air yang terjual. Jumlah satuan air
yang didistribusikan adalah jumlah m3 air yang tercatat di meter induk yang
dipasang pada pipa keluaran (outlet) bak penampung air hasil produksi yang
jumlah m3 air yang tercatat di meter air pelanggan melalui rekening yang
ditagihkan.
Penilaian peneraan meter air adalah seberapa banyak dalam setahun PDAM
melakukan tera air pelanggannya, tidak termasuk meter air yang baru.
jumlah pengaduan yang telah tertangani dari jumlah seluruh pengaduan dalam
9) Kemudahan pelayanan
Jumlah karyawan adalah jumlah karyawan yang aktif pada akhir tahun buku
yang terdiri dari: karyawan PDAM, karyawan honorer, perbantuan dan lainya
Pengukururan kinerja air bersih pada dasarnya telah diatur secara normatif
pengertian yang berbentuk langsung dari suatu peristiwa atau pembicaraan tapi
dapat juga pengertian yang terbentuk lewat proses yang diperoleh lewat
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui panca indra
atau disebut juga sensoris. Proses tidak berhenti begitu saja, melainkan simulus
besar maupun kelompok kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasa
utama. Kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
Difinisi yang lebih rinci mengenai komunitas adalah: (1) sekelompok orang yang
hidup dalam, (2) suatu wilayah tertentu, yang memiliki, (3) pembagian kerja yang
berfungsi khusus dan saling tergantung (interdependent), dan (4) memiliki sistem
sosial budaya yang mengatur kegiatan para anggota, (5) yang mempunyai
kesadaran akan kesatuan dan perasaan memiliki, serta (6) mampu bertindak secara
kolektif dengan cara teratur. Penilaian masyarakat terhadap layanan air bersih
air bersih umumnya dipengaruhi oleh keterjangkauan layanan air bersih, harapan-
Penyediaan Air Minum Kota Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Hasil penelitian
ini adalah PDAM Lombok Utara memiliki jumlah pelanggan di kota Tanjung
sebanyak 15.908 jiwa pada tahun 2014. Cakupan Pelayanan PDAM Kabupaten
Lombok Utara untuk kota Tanjung pada tahun 2014 sebesar 15,30%, dimana
28
angka cakupan pelayanan tersebut masih belum memenuhi target dari MDGs
untuk penduduk perkotaan dan 60% untuk penduduk perdesaan. Kondisi ini
sistem penyediaan air minum di kota Tanjung yang ada saat ini menggunakan
analisis spasial, sesuai dengan arah perkembangan kota. Analisis spasial terhadap
kesulitan memperoleh air, ancaman kekeringan, tata ruang kota, dan tingkat
ekonomi daerah yang dituangkan dalam peta overlay kemudian dapat dijadikan
pengembangan sistem penyediaan air minum kota Tanjung agar sesuai dengan
A.A Ngurah Hary Susila, I Nyoman Piarsa, Putu Wira Buana (Merpati
Vol. 2, NO. 2, Agustus 2014, ISSN: 2252-3006) dengan judul Sistem Informasi
dari penelitian ini adalah teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
berhubungan dengan posisi dipermukaan bumi pada sebuah peta sesuai dengan
oleh masyarakat maupun pihak PDAM khususnya pada PDAM Tirta Mangutama
29
membantu mendapatkan informasi jaringan pipa dengan mudah dan cepat. Hasil
yang ditampilkan sistem berupa data pemetaan jaringan pipa primer, pipa
sekunder, reservoar, sumber air dan aksesoris dapat ditampilkan dalam peta dan
data tabulasi.
2014), dengan judul Studi Kinerja Pelayanan PDAM Tirta Siak Berdasarkan
Jaringan distribusi air bersih menjadi suatu tahap yang harus dilakukan untuk
memenuhi permintaan air bersih yang setiap hari semakin meningkat. Dalam
rencana tata ruang. Akibat terbatasnya sumber-sumber air baku yang ada.
Penelitian ini di ambil karena pada awal tahun 2012 di bulan Januari banyak
perusahaan yang mengolah air bersih di kota Pekanbaru. Hal tersebut di muat di
media cetak lokal Riaupos. Permasalahan tersebut terjadi karena banyak pipa dan
mesin pengolahan air yang digunakan oleh PDAM Tirta Siak sudah harus di ganti
dengan yang baru dan lebih canggih mengingat usianya yang sudah lebih dari 35
tahun. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tidak lancar dan keruhnya air yang di
berikan PDAM Tirta Siak Pekanbaru kepada pelanggan. Karena itu hal ini
menjadi menarik untuk di dikaji lebih mendalam melalui suatu proses studi,
berkompeten, dalam hal ini PDAM Tirta Siak Pekanbaru di dalam meningkatkan
pelayanan air bersih PDAM Tirta Anoa Kota Kendari zona pelayanan Anduonohu
serta mengetahui sebaran pelanggan PDAM Tirta Anoa Kota Kendari zona
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah air baku, yang
meliputi kualitas dan kuantitas, faktor kinerja sistem distribusi yang meliputi
kuantitas, tekanan, dan kontinuitas aliran, serta faktor kinerja sistem transmisi.
Dalam sistem penyediaan air bersih yang baik, diperlukan suatu pasokan air yang
baik dan dalam jumlah yang cukup. Sehingga masyarakat sebagai pengguna jasa
akan mendapatkan pasokan air secara kontinyu, serta dengan kualitas yang baik
terhadap layanan suatu jaringan distribusi air bersih juga menjadi faktor penentu
yang nantinya akan dapat memberikan suatu penilaian terhadap keberhasilan suatu
parameter penelitian, yang akan dikaji lebih lanjut, sehingga akan dapat
memberikan masukan kepada pihak penyedia layanan air bersih, yang dalam hal
ini adalah PDAM Tirta Anoa Kota Kendari. Adapun diagram alir dari kerangka
Sistem Distribusi
Sistem Pelayanan
Sistem Pelayanan Air Bersih Non Standar
Air Bersih Standar
Perbaikan pelayanan
jaringan sistem distribusi