Anda di halaman 1dari 10

Sub Tema 1: Climate Changes Reservoir Operation

Dampak Perubahan Iklim terhadap Pola Operasi Waduk


Studi Kasus Bendungan Pandanduri

Radhika1*, Waluyo Hatmoko1


1 Peneliti, Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
*Email: radheika@yahoo.com

Abstrak

Perubahan iklim global akan menyebabkan perubahan pola dan besaran curah hujan, yang
juga mengakibatkan berubahnya pula pola dan besaran debit air masuk waduk. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi pola operasi waduk. Tulisan ini membahas pengaruh
perubahan iklim, khususnya berkurangnya curah hujan pada musim kemarau terhadap pola
operasi waduk, khususnya Batas Operasi Normal Bawah (BONB), serta pemenuhan
kebutuhan air di hilir waduk, dengan studi kasus Bendungan Pandanduri di Nusa Tenggara
Barat. Disimpulkan bahwa Batas Operasi Normal Bawah dari Pola Operasi Waduk akan
berubah menjadi lebih rendah jika mengantisipasi adanya perubahan iklim berupa
penurunan curah hujan pada musim kemarau bahkan jika perubahan iklim berdampak pada
tidak adanya hujan pada musim kemarau mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya seluruh
kebutuhan air di hilir waduk.

Kata Kunci: perubahan iklim, operasi waduk, batas operasi normal bawah, pengelolaan
kekeringan, pengelolaan sumber daya air
1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Terdapat banyak skenario perubahan iklim global. Perubahan iklim terkait dengan kondisi
hidrologi yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya intensitas hujan pada musim hujan,
berkurangnya hujan pada musim kemarau, serta bergesernya waktu awal musim hujan.

Peraturan Menteri PUPR nomor 27/2015 tentang bendungan mengamanatkan bahwa


setiap bendungan harus memiliki Pola Operasi Waduk, yang memuat tata cara pengeluaran
air dari waduk sesuai dengan kondisi volume dan/atau elevasi air waduk dan kebutuhan air
serta kapasitas sungai di hilir bendungan. Pola Operasi Waduk ini terdiri atas a) Lengkung
Batas Normal Operasi Atas untuk pengendalian banjir, dan b) Lengkung Batas Normal
Operasi Bawah, untuk menghadapi kekurangan air.

Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, maka pola operasi waduk harus
memperhitungkan perubahan iklim yang dapat terjadi selama umur efektif waduk.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tulisan ini membahas dampak perubahan iklim terhadap pola operasi waduk, khususnya
penurunan hujan pada musim kemarau terhadap Batas Operasi Normal Bawah dan
pemenuhan kebutuhan air di hilir waduk.

1.3 Batasan

Pada tulisan ini, dampak perubahan iklim dibatasi hanya pada dampak perubahan iklim
akibat berkurangnya curah hujan serta bergesernya awal musim hujan. Demikian pula Pola
Operasi Waduk yang dikaji dibatasi pada Batas Operasi Normal Bawah.

2 Pola Operasi Waduk


Peraturan Menteri PUPR nomor 27/2015 tentang bendungan mengamanatkan bahwa
rencana pengelolaan bendungan yang diperuntukkan bagi bendungan pengelolaan sumber
daya air, perlu dilengkapi dengan pola operasi waduk. Pola operasi waduk ini dilengkapi
dengan:

a) lengkung batas operasi normal bawah (BONB) yang disusun berdasar data hidrologi
tahun kering; dan
b) lengkung batas operasi normal atas (BONA) yang disusun berdasar data hidrologi
tahun basah.

2
Pola operasi waduk ini paling tidak harus memuat tata cara pengeluaran air dari waduk
sesuai dengan kondisi volume dan/atau elevasi air waduk dan kebutuhan air serta
kapasitas sungai di hilir bendungan.

Pada tahap perencanaan ini juga disusun Rencana Operasi Waduk Tahunan, yang
bergantung pada prediksi kondisi inflow, dan prioritas penyediaan air untuk kebutuhan air
di hilir waduk, dan kebutuhan air lainnya (energi, olahraga, estetika, dll.)

Penyusunan Pola Operasi Waduk disajikan pada Gambar 1, menunjukkan berbagai


kemungkinan data masukan yang bergantung pada data yang tersedia, proses perhitungan
debit andalan, dan simulasi operasi waduk untuk memperoleh BONA, BONB, dan Rencana
Operasi Tahunan.

2.1 Skenario Air Masuk ke Waduk

Untuk pengoperasian waduk diperlukan data air masuk waduk dalam skenario kering,
normal dan basah. Untuk skenario kering biasa digunakan debit andalan terlampaui Q65%;
skenario normal Q50%; dan skenario basah Q35%.

2.2 Simulasi Operasi Waduk

Untuk mendapatkan BONA, BONB, dan Tinggi Muka Air Rencana Tahunan, maka setiap
skenario air masuk ke waduk, disimulasikan operasi waduk dengan rumus keseimbangan
air sebagai berikut.

Vakhir = Vawal + Inflow – Outflow – Kehilangan

Jika Vakhir > Kapasitas maka Vakhir = Kapasitas


Jika Vakhir < Tampungan mati maka Vakhir = Tampungan mati

Untuk bulan berikut, Vawal = Vakhir bulan yang lalu

Outflow atau Air Keluar dari waduk dibuat agar minimal sama dengan besarnya kebutuhan
air, dan dengan syarat bahwa tinggi muka air pada akhir tahun minimal sama dengan tinggi
muka air pada awal tahun.

Simulasi dengan menggunakan Air Masuk ke Waduk Skenario Tahun Basah diperoleh
Batas Operasi Normal Atas, dan dari Air Masuk ke Waduk Skenario Tahun kering
didapatkan Batas Operasi Normal Bawah.

3
Tidak ada
Debit > Hujan > Hujan < data sama
10 Tahun 10 Tahun 10 Tahun sekali

Pengisian Data Hujan Data Satelit Koordinat


Terpenu Terpenu Kosong Hingga terpenuhi - Hujan dan Bendung
Tidak Tidak evaporasi an
hi hi series sekurang-kurangnya
10 Tahun Data Hujan

Ya Debit
Terpenu
hi
Tidak Wflow -
Pusair
Model
Hujan
Limpasan Parameter
DAS
Ya
Debit Sungai
Debit untuk Kalibrasi
Bangkitan dari Model
Hujan

Evapotranspir
asi Potensial

urutan bulanan
(Januari-Desember)/
12 kurva inflow
bulanan

Hitung probabilitas Hitung probabilitas


Hitung probabilitas terlampaui
terlampaui 35 % untuk terlampaui 65 % untuk
50 % untuk Skenario Inflow
Debit Inflow Batas Operasi Debit Inflow Batas Operasi
Rencana
Normal Atas (BONA) Normal Bawah (BONB)

Hub E-S-A
Simulasi
Kebutuhana Waduk
Air

Batas Operasi Normal


Atas (BONA) dan Batas
Operasi Normal Bawah
(BONB)

Grafik TMA, BONA, BONB, dan rencana operasi


tahunan, batas maks dan min operasional

Gambar 1 Bagan Alir Penyusunan Pola Operasi Waduk

2.3 Piranti Lunak POWAIR

Telah dikembangkan piranti lunak komputer POWAIR (Pola Operasi Waduk Pusair) untuk
mendukung penyusunan Pola Operasi Waduk. Masukan model adalah topografi waduk,
yang dinyatakan dengan kaitan antara elevasi, area dan volume waduk; tinggi limpas dan
tampungan mati; data hidrologi berupa data runtut waktu debit air masuk ke waduk serta
hujan dan evaporasi; kebutuhan air di hilir waduk; serta persyaratan lainnya. Uji coba pada
beberapa bendungan menunjukkan bahwa piranti lunak POWAIR ini sangat membantu
4
penyusunan Pola Operasi Waduk dapat dilaksanakan secara lebih cepat, dan seragam,
sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang ada.

3 Dampak Perubahan Iklim

3.1 Pengaruh Perubahan Iklim

Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang akan terjadi, maka berbagai studi telah
memasukkan faktor perubahan iklim. Studi Kajian Strategis Sumber Daya Air di Jawa
JWRMS (Deltares, 2011) menggunakan 3% dari nilai debit dari kurun waktu tahun 2010
ketika studi dibuat, untuk prediksi tahun 2030.

Naylor et al. (2007) serta Warner et al. (2016) menyatakan bahwa berdasarkan skenario
A2, akan terjadi penurunan curah hujan pada periode Juli-Agustus-September sebesar
antara 10% sampai dengan 25%. Penelitian Kirono et al. (2016) mengenai curah hujan di
Nusa Tenggara juga memprediksi akan adanya penurunan hujan pada musim kemarau.

3.2 Skenario Perubahan Iklim

Skenario perubahan iklim yang disimulasikan pada penelitian ini adalah skenario tahun
normal, skenario penurunan hujan pada periode Juli-Agustus-September sebesar 25%,
skenario musim hujan mundur 1 bulan, dan skenario pada periode bulan Juni Agustus ,
September tidak turun hujan.

Skenario normal merupakan simulasi BONB waduk dengan asumsi tidak terjadi perubahan
pola aliran yang masuk ke waduk. Skenario penurunan hujan 25% pada bulan Juli Agustus
September merupakan simulasi BONB yang mengasumsikan terjadi penurunan debit air
yang masuk ke waduk pada bulan-bulan tersebut. Skenario musim hujan mundur sebulan
merupakan simulasi BONB waduk dengan musim hujan yang dimulai pada bulan
November, dengan bulan Oktober disimulasikan masih kering sehingga berpengaruh pada
air masuk ke waduk pada bulan Oktober tersebut. Skenario tidak ada hujan pada periode
bulan Juli Agustus September merupakan simulasi BONB waduk dengan besaran air
masuk waduk pada bulan-bulan tidak ada hujan dihitung berdasarkan debit bulan
sebelumnya.

5
4 Studi Kasus Bendungan Pandanduri

4.1 Data Fisik Bendungan

Waduk Pandanduri merupakan salah satu waduk yang terletak di Wilayah Sungai Lombok
dengan luas daerah pengaliran sungai 64,51 km2 dan volume 29,69 juta m3. Waduk ini
memiliki luas genangan 3,29 juta m2 dengan 3,10 m3/s debit rata-rata tahunan dan melayani
irigasi seluas 8.823 ha yang terdiri dari 3 daerah irigasi (DI) yaitu DI Pandanduri, DI Swangi
dan DI Sistem Rere Penembem.

4.2 Pola Operasi Waduk Tanpa Perubahan Iklim

Data yang perlu dimasukkan ke dalam POWAIR adalah:

1) Data debit air masuk ke waduk runtut waktu tengah bulanan


2) Kebutuhan air di hilir waduk
3) Karakteristik waduk, meliputi kaitan antara elevasi, luas, dan volume; tinggi limpas,
tinggi tampungan mati, dan tinggi muka air pada awal waktu simulasi
4) Data evaporasi dan hujan rata-rata bulanan di waduk

Berdasarkan data masukan tersebut, POWAIR menghitung debit andalan tahun kering
Q65%, tahun normal Q50%, dan tahun basah Q35%; mensimulasikan waduk untuk periode
setahun, dan menghasilkan Batas Operasi Normal Atas, Batas Operasi Normal Bawah, dan
Rencana Tinggi Muka Air dalam setahun.

4.3 Dampak Perubahan Iklim

Skenario perubahan iklim pada simulasi BONB waduk ini memberi pengaruh pada air yang
masuk ke waduk dan berdampak pada fluktuasi muka air waduk. Gambar berikut
menunjukkan air masuk ke waduk Pandanduri berbagai skenario. Grafik inflow air kewaduk
memperlihatkan penurunan inflow yang cukup drastic pada bulan kering untuk skenario
perubahan iklim dimana periode bulan kering Juni Agustus September tidak turun hujan,
sedangkan untuk skenario musim hujan mundur terlihat bahwa debit rendah yang masuk
ke waduk lebih Panjang.

6
Gambar 2 Debit Andalan 65% Inflow Waduk Pandanduri

Hasil simulasi BONB waduk untuk skenario penurunan hujan 25% dibulan Juli Agustus dan
September memperlihatkan terjadi penurunan BONB pada bulan-bulan tersebut
dibandingkan dengan tahun normal. Hal lain untuk skenario musim hujan mundur hasil
simulasi BONB menunjukkan bahwa muka air waduk turun di bulan November dan
Desember dari tahun normal. Skenario bulan Juli Agustus September tidak turun hujan
memberikan hasil simulasi BONB yang lebih turun dibandingkan tahun normal dan skenario
penurunan hujan 25% di bulan Juli Agustus September. Gambar BONB waduk berbagai
skenario ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3 BONB Waduk berbagai Skenario


7
Dampak dari simulasi perubahan iklim terhadap pemenuhan kebutuhan air untuk 3 skenario
menunjukkan hasil bahwa pemenuhan kebutuhan air masuk bisa terpenuhi 100%, kecuali
untuk skenario pada periode bulan Juli Agustus September tidak ada hujan menunjukkan
terjadi defisit air pada bulan November 1, dimana kebutuhan air sebesar 1,76 m3/s dan
hanya bisa dipenuhi sebesar 1,48 m3/s sehingga hanya terpenuhi 84% dari permintaan.
Gambar dibawah menunjukkan grafik kebutuhan dan air keluar waduk untuk skenario pada
bulan kering Juni Agustus September tidak turun hujan.

Gambar 4 Kebutuhan Air dan Air Keluar Waduk Skenario Bulan Kering Tidak Ada Hujan

Simulasi pola operasi waduk dan pemenuhan kebutuhan air dari bendungan Pandanduri
berbagai skenario disajikan pada gambar dibawah. Dari gambar dapat dilihat bagaimana
BONB, air keluar dan air masuk waduk akibat dari perubahan iklim.

Gambar 5 Kebutuhan Air dan Air Keluar Waduk Skenario Bulan Kering Tidak Ada Hujan

8
5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Disimpulkan bahwa Batas Operasi Normal Bawah dari Pola Operasi Waduk akan berubah
menjadi lebih rendah jika mengantisipasi adanya perubahan iklim berupa penurunan curah
hujan pada musim kemarau.

5.2 Saran

Disarankan agar dapat diperoleh angka-angka perubahan iklim yang resmi pada seluruh
bendungan di Indonesia, sehingga dapat diterapkan dalam proses penyusunan Pola
Operasi Waduk untuk mengantisipasi perubahan iklim pada seluruh bendungan di
Indonesia.

Daftar Pustaka
1. Chiamsathit, C., a. J. Adeloye, and B. Soudharajan. 2014. “Genetic Algorithms Optimization of
Hedging Rules for Operation of the Multi-Purpose Ubonratana Reservoir in Thailand.”
Proceedings of the International Association of Hydrological Sciences 364 (June): 507–12.
doi:10.5194/piahs-364-507-2014.
2. Deltares, 2011. Jawa Water Resources Strategic Study (JWRSS), Ministry of Public Works,
Jakarta, Indonesia.
3. Fang, Hong-bin, Tie-song Hu, Xiang Zeng, and Feng-yan Wu. 2014. “Simulation-Optimization
Model of Reservoir Operation Based on Target Storage Curves.” Water Science and
Engineering 7 (4). Hohai University. Production and hosting by Elsevier B.V.: 433–45.
doi:http://dx.doi.org/10.3882/j.issn.1674-2370.2014.04.008.
4. Ji, Yi, Xiaohui Lei, Siyu Cai, and Xu Wang. 2016. “Hedging Rules for Water Supply Reservoir
Based on the Model of Simulation and Optimization.” Water 8 (6): 249.
doi:10.3390/w8060249.
5. Kementerian PUPR, 2015. Peraturan Menteri PUPR nomor 27/2015 tentang Bendungan
6. Kirono, D. G. C., Butler, J. R. A., McGregor, J. L., Ripaldi, A., Katzfey, J., & Nguyen, K., 2016.
Historical and future seasonal rainfall variability in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia:
Implications for the agriculture and water sectors. Climate Risk Management, 12, 45–58.
https://doi.org/10.1016/j.crm.2015.12.002
7. Krogt, van der, 2013, Ribasim Reference Manual, Deltares, Delft, The Netherland
8. Naylor, R. L., Battisti, D. S., Vimont, D. J., Falcon, W. P., & Burke, M. B., 2007. Assessing risks
of climate variability and climate change for Indonesian rice agriculture. Proceedings of the
National Academy of Sciences of the United States of America, 104(19), 7752–7.
https://doi.org/10.1073/pnas.0701825104
9. Neelakantan, T. R., and K. Sasireka. 2015. “Review of Hedging Rules Applied to Reservoir
Operation.” International Journal of Engineering and Technology 7 (5): 1571–80.
10. Loucks, Daniel P, and Eelco van Beek. 2016. Water Resource Systems Planning and
Management. Springer, Cham, Switserland: Deltares and UNESCO-IHE.

9
11. Puslitbang Sumber Daya Air dan Delft Hydraulics, 1988. Cisadane-Cimanuk Integrated Water
Resources Development (BTA-155), Direktorat Jenderal Pengairan, Jakarta.
12. Sasireka, K., and T. R. Neelakantan. 2016. “Application of Hedging Rules in the Operation of
Hydro-Power Reservoirs.” Jordan Journal of Civil Engineering 10 (3): 305–12.
13. Warner, K., Logt, P. van de, Schaik, M. van, & Buit, G. L. (2016). Climate Change Profile:
INDONESIA.

10

Anda mungkin juga menyukai