Anda di halaman 1dari 65

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

PENGERTIAN

DAERAH PENGALIRAN SUNGAI (DAS = WATERSHED) adalah suatu daerah yang


dibatasi oleh topografi secara alami atau punggung-punggung bukit, sehingga semua
air hujan yang jatuh diatas daerah tersebut akan mengalir melalui titik pembuangan
(outlet) yang sama.

DAERAH TANGKAPAN SUNGAI adalah hampir sama dengan DAS tetapi namanya
tidak menggunakan nama sungai

DAERAH PENGALIRAN SUNGAI (DPS) adalah merupakan manajemen atau


pengelolaan badan air yang meliputi wilayah sungai dan sempada sungai, ini
merupakan mandat PU

SATUAN WILAYAH SUNGAI (SWS) adalah gabungan beberapa sungai yang dikelola
Dinas PU secaraadministratif.

DAERAH ALIRAN SUNGAI dan sekitarnya (DPS-DS)

RIVER BASIN adalah merupakan DAS yang mempunyai ukuran luas dapat mencapai
jutaan ha

NAMENKLATUR PEMBERIAN NAMA Cibodas

DAS Ciliwung mempunyai luas tak terbatas


sehingga kita dapat memilih mikro dan CiLiwung
makro Watershed.
Misalnya:
DAS Cibodas atau Sub DAS Ciliwung

PENGELOLAAN DAS
 Karena merupakan sistem tata air yang ada interdependensi (saling
ketergantungan) antara hulu dan hilir dan antara musim hujan dan musim
kemarau, sehingga setiap tindakan pada hulu akan berpengaruh pada hilir
dan tindakan pada musim hujan berpengaruh pada musim kemarau,
 Penggunaan sumberdaya lahan secara rasional atau dengan kata lain
menggunakan lahan sesuai dengan kapasitasnya (kemampuannya)
 Mendapatkan produksi maksimum dalam waktu terbatas,
 Menekan bahaya kerusakan seminimum mungkin,
 Well distribution water yield
Jadi berhubungan dengan kegiatan konservasi tanah dan air (KTA)

DAS DIKELOLA DENGAN TUJUAN


 Untuk melindungi atau memprediksi tanah dari segala faktor yang merusak,

1
 Mengurangi bahaya banjir dan sedimentasi,
 Meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah,
 Meningkatkan produktivitas lahan,
 Memperbaiki dan mempertahankan fungsi hidrologis DAS, yaitu dengan
mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas air,
 Secara keseluruhan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia,
FENOMENA ALIRAN AIR
Musim hujan Musim kemarau
Q = Debit

Time

FAKTOR-FAKTOR
- Air banyak mengalir ke sungai (runoff tinggi) melebihi kapasitas sungai,
- Penggunaan lahan menyebabkan koefisien runoff tinggi, sehingga air yang mengisi
tanah sedikit (infiltrasi rendah)  runoff koefisien = 47% untuk DASCiliwung,
- Perlu pengelolaan karena ada interdependency (hubungan timbal balik) antara hulu
dan hilir,
- tanggungjawab hilir ke hulu belum ada tetapi biasanya hulu diminta
bertanggungjawab ke hilir mengenai debit banjir,
- Penggunaan lahan tidak mengikuti kaedah konservasi sehingga infiltrasi rendah
dan runoff tinggi,
- Works City waterfall,
- Pengelolaan lahan akan meningkatkan infiltrasin sehingga dapat dimanfaatkan
untuk penyediaan air (panen air),
- Bentuk pengelolaan dengan menekan debit musim hujan dan menaikkan debit
musim kemarau,
- Jumlah air hujan dalam setahun sama hanya distribusi atau penyebaran dan
intensitasnya yang berbeda,
- Keterbatasan para stakeholder dalam mengelola DAS

SMALL WATERSHED:
1. Luas areal sekitar 5 -10 sqmil atau ±1300 ha,
2. Luas areal yang agak kecil berakibat bahwa perubahan sedikit pada DAS akan
menyebabkan perubahan pada output DAS, yaitu mengenai kuantitas, kualitas dan
sifat-sifat hidrologi DAS,
3. Hanya terdapat sedikit data hidrologi yang dimiliki, kalaupun ada tidak dapat
digunakan untuk simulasi,
4. Masalah yang sering terjadi adalah adanya banjir atau genangan air, kualitas air
akibat sedimen, rekreasi, erosi dan peraturan penggunaan lahan,
5. Adanya hubungan antara sifat hujan dan aliran permukaan, yaitu pola hujan
ekivalen dengan pola aliran permukaan, volume hujan ekivalen dengan volume
aliran permukaan, dan hujan maksimum selama 15 menit sudah dapat
menyebabkan peak aliran permukaan (RO),

2
3
FAKTOR-FAKTOR YANG DITELAAH DALAM DAS

Topografi, Iklim, Vegetasi,


INPUT penggunaan lahan, tanah OUTPUT
dan manusia

HUJAN - Debit Sungai


- Intersepsi, PROSES - Polusi,
- evapotranspirasi, - Sedimen,
- Depression storage, - Produksi,
- Surface detention, - Kesejahteraan.
-Infiltrasi,
- perkolasi

CIRI-CIRI DAS BAIK:


1. Produktivitas tinggi,
Mampu mendukung kehidupan yang layak berdasarkan kebutuhan kalori:
2000 – 2900 kalori/hari  350 gram beras/hari
60% pendapatan untuk makanan  pendapatannya adalah 392 kg beras  400
kg/tahun  Rp. 200.000,- tiap bulan,
Jika 50% untuk pendidikan
50% untuk rekreasi
50% untuk asuransi
Maka pendapatannya adalah 1600 kg/tahun  Rp. 800.000,- tiap bulan,
2. Kuantitas dan kualitas air baik serta distribusinya merata antara musim kemarau
dan penghujan (well distributed water yield)
3. Kelenturan tinggi (resiliency),
4. Eqeuity (pemerataan)
5. Sustainability

CIRI-CIRI DAS yang SUSTAINABLE


1. Pendapatan tinggi,
2. Teknologi tidak menimbulkan degradasi lahan (E ≤ Etol),
3. Teknologi dapat diterima dan dikembangkan oleh masyarakat.

4
SIKLUS HIDROLOGI

Hujan

Infiltrasi Pengurangan
Hujan Lebih
yang lain

Aliran Sub Surface


Permukaan Runoff Deep
Percolation

Prompt Sub Surface Delayed Sub Surface Ground Water


Runoff Runoff Runoff

Direct Runoff Base Runoff

Total
Runoff

Rain
Interflow
Runoff

Infiltrasi
Promp SSRO
baseflow

Delayed SSRO
Direct
Runoff Total streamflow

Graundwater

5
NERACA AIR (HYDROLOGIC BUDGET)

PERMUKAAN KEDAP AIR


Hujan (I)
𝑑𝑆
𝐼 –𝑄 =
𝑑𝑡
Dimana,
I = Masukan persatuan waktu Runoff (RO)
tertentu,
Q = Keluaran persatuan waktu Storage (S)
tertentu,
dS/dt = perubahan dalam
simpanan

P
NERACA AIR DIATAS PERMUKAAN TANAH ES TS

𝑆 = 𝑃 + 𝑅1 − 𝑅2 + 𝑅𝑔 − 𝐸𝑠 − 𝑇𝑠 − 𝐼𝑔

R1 R2

NERACA AIR BAWAH PERMUKAAN TANAH Ig Rg

𝑆𝑔 = 𝐼 + 𝐺1 − 𝐺2 + 𝑅𝑔 − 𝐸𝑔 − 𝑇𝑔

NERACA AIR UNTUK BUMI

(𝑆𝑠 − 𝑆𝑔 ) = 𝑃 − (𝑅2 − 𝑅1 ) − (𝐸𝑠 + 𝐸𝑔 ) − (𝑇𝑠 + 𝑇𝑔 ) − (𝐺2 − 𝐺1 )

NERACA AIR SUATU DAERAH

𝑆 = 𝑃 − 𝑅 − 𝐺 − 𝐸 − 𝑇

Untuk sistem hidrologi yang diserhanakan menjadi


𝑆 = 𝑃 − 𝑅

𝐸𝑇 = 𝑃 − 𝑅 − 𝐺 − 𝑆

Bila diasumsikan:
 Pada daerah luas (ribuan km2) maka dapat diasumsikan bahwa batas
topografi akan berimpit dengan batas air bawah tanah, sehingga nilai G = 0,
sehingga dalam model-model hidrologi nilai groundwater selalu tidak
diperhitungkan.
 Rg ada akan tetapi sudah dimasukkan dalam R, dan S juga sama dengan 0
bila dihitung dalam waktu yang lama, sehingga

6
𝐸𝑇 = 𝑃 − 𝑅

PRESIPITASI (HUJAN)

KARAKTERISTIK HUJAN

1. SIFAT-SIFAT KEDALAMAN (DEEP = mm, cm)


a. RATA-RATA TAHUNAN/BULANAN/HARIAN (CENTRAL TENDENCY)
Data rata-rata hujan yang diamati akan berguna untuk mengkoreksi suatu data
tertentu yang tidak representatif (data yang hilang)
Berapa tahun data yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang sungguh
representatif (reliability of data)
𝑛
1
𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖
𝑛
𝑖=1 𝑆𝑑
𝑋̅
𝑛
1
𝑆𝑑 = √ ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑛−1
𝑖=1

𝑆𝑑
𝐶𝑉 =
𝑋̅

b. RATA-RATA MEDIAN
Rata-rata hujan yang membagi distribusi hujan menjadi dua

1 ............................................................ 25
........................................................... 51
median
c. RATA-RATA MODE
Harga yang menunjukkan frekuensi tertinggi pada yang discrete variable
(terputus). Pada distribusi kontinue, mode adalah nilai puncak (tertinggi) dari
kerapatan peluang.

d. COEFICIEN OF SKEWNESS
degree of asymmetry of the distribution
𝑎
𝐶𝑠 = 𝑆 3
𝑑
𝑛
𝑛
𝑎= ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)3
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)
𝑖=1

1. Sd = 0, normal distribution
Mode = median = mean

2. Sd > 0, skewness to the right

7
Data banyak menyebar di sebelah kanan
mode > mean

3. Sd < 0, skewness to the left


Data banyak menyebar di sebelah kiri
mode < mean

Jumlah data harus lebih dari 50 untuk menganalisa kecenderungan tersebut


(skewness).
2. CONCEPT OF PROBABILITY

n1 = frequency
N = total observation or trial
n1/N = relative frequency

Pflood = P (F) = 0.1 once in ten years

1 1
𝑇𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = =
𝑃(𝐹) 𝑃(𝐹)

Probability of flood (F)

a. Peluang terjadinya setiap tahun (P(F))


1
𝑃(𝐹) =
𝑇

b. Tidak terjadi dalam seluruh tahun atau tidak pernah terjadi (Q)
1
𝑄 = 𝑃(𝐹)′ = (1 − 𝑃(𝐹)) = 1 −
𝑇

c. F tidak akan terjadi untuk n tahun secara berturut-turut

𝟏 𝒏
𝑸𝟏 𝒙 𝑸𝟐 𝒙 𝑸𝟑 𝒙 … … … … … … … . 𝒙 𝑸𝒏 = 𝑸𝒏 = (𝟏 − )
𝑻
1 𝑛
𝑃1 (𝐹)′ 𝑥 𝑃2 (𝐹)′ 𝑥 𝑃3 (𝐹)′ 𝑥 … … … … … … 𝑥 𝑃𝑛 (𝐹)′ = (𝑃(𝐹)′)𝑛 = (1 − )
𝑇

d. Peluang Risk, R, bahwa F akan terjadi paling sedikit sekali dalam n tahun
berturut-turut (R)
1 𝑛
𝑅 = 1 − (𝑃(𝐹)′)𝑛 = 1 − (1 − )
𝑇

Contoh :
Berapa T yang harus dipakai oleh seorang perencana dalam rancangan suatu
tanggul apabila ia hanya menginginkan resiko 10 % untuk terjadi banjir selama 5
tahun mendatang.
𝑛
1 𝑛
𝑅 = 1 − (𝑃(𝐹)′) = 1 − (1 − )
𝑇
1 5
0,1 = 1 − (1 − )
𝑇
T = 48,1 tahun

8
INTENCITY DURATION CURVE

INTENSITAS HUJAN hujan (mm/jam; cm/jam)


Diukur dengan menggunakan alat
 Outomatic rain gage 40
 Typping bucket
Intensitas hujan

30

20

60
𝐼5 = 10 𝑥 = 120 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 10
5
60 0
𝐼10 = 10 𝑥 = 60 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
10 Time
60
𝐼15 = 10 𝑥 = 40 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
15 0
60
𝐼20 = 10 𝑥 = 30 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
20
60
𝐼25 = 10 𝑥 = 24 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
25

60
𝐼60 = 10 𝑥 = 10 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
60
60
𝐼120 = 10 𝑥 = 5 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
120

Variability musiman dapat dihitung dengan regime diagram

T = 100 thn
T = 50 thn
T = 25 thn 9
A. Pengaruh lamanya historical data yang diamati terhadap ketelitian data
(rehability of data)
B. Probability vs return period - Gumbel paper
C. Intensity - Duration Relationships & Depth Duration Characteristic

SPATIAL DISTRIBUTION

1. ARITHMATIC MEAN
 Uniform distribution of gages
 Very litle variation

𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + … … + 𝑃𝑛
𝑃=
𝑛

1
2. THIESEN POLYGON 2
 Big variation of data
 Jumlah alat pengukur sedikit 6
 Tidak tersebar merata 5
𝑃1 . 𝐴1 + 𝑃2 . 𝐴2 + 𝑃3 𝐴3 + … … + 𝑃𝑛 𝐴𝑛 3
𝑃=
𝐴
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖 . 𝑃𝑖
𝑃= 4
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖

P0

P1
3. ISOHYET
 Isohyet adalah garis yang P2
menghubungkan titik-titik yang
P3
mempunyai intensitas hujan yang sama
besarnya P4

P5
(𝑃 𝑃𝑖 )⁄
∑𝑛𝑖=1 [𝐴𝑖 . 𝑖−1 + 2]
𝑃=
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖

10
𝑃 +𝑃 𝑃 +𝑃 𝑃 +𝑃
( 0 2 1 ) 𝐴1 + ( 1 2 2 ) 𝐴2 + … . + ( 𝑛−12 𝑛 ) 𝐴𝑛
𝑃=
𝐴

RETURN PERIODE (T)

RETURN PERIOD adalah interval waktu rata-rata (tahun, bulan, hari) diantara
terjadinya suatu kejadian (banjir, hujan, kekeringan) yang besarnya (intensitasnya)
sama atau melebihi besaran yang ditentukan.

 Lebih besar sama dengan ()  bila ordernya menurun


 Lebih kecil sama dengan (≤)  bila ordernya menaik

𝑚
𝑇=
𝑛+1
1
𝑃=
𝑇

Dimana,
T = Return period
n = Number of data (jumlah data = jumlah pengamatan)
m = Nomor Rank dari besar ke kecil

Resiko kegagalan (Q)  Q = 1–P  tidak tercapai


Q = (1 – P)n  n tahun berturut-turut tidak
tercapai
Peluang tercapai (R)  R = 1–Q
R = 1 - Q = 1 - (1-P)n  peluang tercapai n tahun

Contoh :
Desain dam dengan peluang tercapai atau berhasil sampai 10 tahun yang akan datang
adalah sebesar 75 %.

Ditanyakan:
Berapa T yang akan dipakai?

Jawab:
𝑛
1 𝑛
𝑅 =1− (𝑃(𝐹)′) = 1 − (1 − )
𝑇
1 10
0,25 = 1 − (1 − )
𝑇
T = 35 tahun

11
12
INTERSEPSI

PENGERTIAN INTERSEPSI

 INTERSEPSI
 adalah bagian curah hujan yang ditahan oleh permukaan tanaman, bangunan
dan lain-lain yang akan diuapkan kembali.
 Jumlah intersepsi beragam tergantung keadaan permukaan dan jenis tanaman,
 Intersepsi dinyatakan dalam mm,
 Intersepsi merupakan bentuk penguapan yang tidak produktif,

 Hujan yang jatuh diatas permukaan vegetasi atau tanaman sebagian akan ditahan
oleh daun, sebagian mengalir melalui dahan dan batang dan sampai ke tanah
sebagai stemflow dan sebagian akan jatuh kepermukaan tanah dan daun sebagai
through fall. Dengan demikian modifikasi tajuk tanaman akan sangat berpengaruh
pada intensitas hujan ke permukaan tanah, dan akan menjadi topik penting dalam
pengelolaan DAS.
atau
Hujan yang turun jatuh di atas permukaan vegetasi atau tanaman akan menjadi
beberapa bagian, yaitu:
 Air hujan yang ditahan di daun (I)
 Air hujan yang mengalir dari dahan dan batang menuju ke tanah berupa
steamflow (SF),
 Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan daun (throught fall = TF).

 “Modifikasi Tajuk” akan berpengaruh terhadap intensitas hujan yang jatuh ke


permukaan tanah, upaya ini merupakan topik penting dalam pengelolaan DAS,

FAKTOR-FAKTOR INTERSEPSI

FAKTOR-FAKTOR INTERSEPSI

Jumlah air yang akan diintersepsi merupakan fungsi dari:


 Sifat hujan
 Jenis, umur, dan kerapatan tanaman/hutan,
 Musim,

BESARNYA INTERSEPSI

Biasanya kira-kira 10 - 20 % hujan pada musim pertanaman akan diintersepsi. Dari


hutan yang rapat biasanya intersepsi dapat mencapai 25 % dari curah hujan tahunan.
Namun untuk hujan gerimis (total hujan < 0.25 mm) jumlah intersepsi dapat mencapai
100 %, untuk hujan > 1 mm besarnya intersepsi dapat berkisar dari 10 - 40 %.
atau
Besarnya air hujan yang akan diintersepsi pada berbagai kondisi, sebagai berikut:
 Musim pertanaman I = 10 – 20% P
 Hutan rapat I = 25% P
 Hujan gerimis (P < 0,25 mm) I = 100% P
 Hujan > 1 mm I = 10 - 40% P

13
METODE PENDUGAAN INTERSEPSI

RUMUS PENDUGAAN CHOW, 1964

𝐿𝑖 = 𝑆𝑖 + 𝐾𝐸𝑇

Dimana,
Li = Jumlah air yang di intersepsi,
Si = Besar simpanan intersepsi yang akan tertahan dari gangguan angin dan
gravitasi besarnya bervariasi antara 0,25 – 1,25 mm,
K = Rasio luas permukaan daun yang mengintersepsi dengan luasan proyeksi
horisontal dari tajuk,
E = Evaporasi selama hujan (mm/jam),
T = Waktu (jam).

INTERSEPSI PADA POHON


𝐼 = 𝑃𝑜 – (𝑃𝑡 + 𝐵)
Dimana,
I = Besarnya intersepsi,
Po = Curah hujan,
Pt = Air lolosan,
B = Aliran batang,

RUMUS PENDUGAAN HOLLIN

𝐴𝑖 = 𝑃. 𝐶𝑖
Dimana,
Ai = Jumlah air yang terintersepsi (cm),
P = Curah hujan (cm,
Ci = Koefisien intersepsi (0 -1),
𝐶𝑖 = 𝐴 + 𝐵. 𝑃
𝐴 = −6,732622219𝑥10−3 + 7,957346446𝑥10−6 𝑉 − 9,707299074𝑥10−11 𝑉 2
𝐵 = −8,434753042𝑥10−3 + 8,789413126𝑥10−6 𝑉 − 1,096428530𝑥10−11 𝑉 2
V = Berat biomass vegetasi (gram bahan kering/m2)

TYPICAL MAKSIMUM LAJU INTERSEPSI

Intersepsi
Penutupan DAS
inci/jam Cm/jam
Padang rumput 0,100 0,250
Hutan tingkat
Sedang 0,150 0,375
kerapatan
Tinggi / Lebat 0,200 0,500

Pengukuran :
INT = CH - (AB + TF)

14
Dimana, INT = intersepsi (mm)
CH = curah hujan (mm)
AB = aliran batanh (mm)
TF = air lolos (throughfall) (mm)
INTERSEPSI HUJAN PADA BERBAGAI VEGETASI (PAEMBONAN, 1982)

Aliran
Air Lolos I
Vegetasi CH Batang %A
mm % mm % mm %
Pinus 276,5 198,4 71,2 1,2 0,44 78,4 28,4 20
Bambu 210,4 107,4 51,3 16,7 8,0 85,8 40,8 15
Hutan Alam 210,4 147,3 70,0 6,0 2,8 57,2 27,2 65
Rerata 223,6 151,3 67,4 7,9 3,8 65,7 29,5

PINUS 𝐼𝑁𝑇 = 0,64 + 0,18 𝐶𝐻  R2 = 0,90

BAMBU 𝐼𝑁𝑇 = 0,10 + 0,52 𝐶𝐻  R2 = 0,91

HUTAN ALAM 𝐼𝑁𝑇 = 0,99 + 0,13 𝐶𝐻  R2 = 0,73

Dimana,
INT = intersepsi (mm)
CH = curah hujan (mm)

15
EVAPOTRANSPIRASI

PENGERTIAN EVAPOTRANSPIRASI

 EVAPOTRANSPIRASI (pemakaian konsumtif tanaman) adalah jumlah air pada


suatu areal yang dipergunakan untuk transpirasi dan pembentukan jaringan
tumbuh-tumbuhan serta air yang diuapkan baik dari sekelilingnya maupun dari
yang diintersepsi oleh tanaman. Jadi komponen evapotranspirasi (ET) terdiri dari
transpirasi (T) dan evaporasi (E).

 Jumlah air yang hilang di DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) lewat


evapotranspirasi
 Jumlah air yang di evapotranspirasi relatif besar dan terjadi sepanjang waktu,
 Evapotranspirasi berubah tergantung pada penggunaan lahan dan terjadi
sepanjang tahun tergantung pertumbuhan vegetasi,
 Evapotranspirasi harus dimasukkan dalam penggunaan model hidrologi

 Penentuan Evapotranspirasi
 Penentuan di lapang menggunakan evapotranspirometer, dan lysimeter
 Pengukuran dengan alat tersebut hanya dapat digunakan untuk luasan yang
sempit,
 Penentuan Evapotranspirasi untuk model hidrologi biasanya dilakukan dengan
pendugaan, besarnya tergantung dari keadaan agrometeorologi (angin,
kelembaban, temperatur, hujan, dll)

P Kadar air (S)


diukur dengan
tensiometer

P = ET + S + Perkolasi + Intersepsi Perkolasi

ET = P - (S + Perkolasi + Intersepsi)

h0 h0
ht a a
ht

ET = a ET = a - perkolasi

16
ET =

INPUT – OUTPUT - perkolasi


 METODE PENDUGAAN
 Blanney Criddle
 Radiasi
 Penman
 Panci Evaporasi
 Thornthwaite

 LANGKAH PENDUGAAN YANG DIGUNAKAN


 Menentukan reference crop evapotranspirations (ET0),
 Menentukan crop coeficient (koefisien tanaman),
 Penggunaan teknik bertanam.

METODE BLANNEY - CRIDDLE

PENGGUNAAN:
 Metode hanya direkomendasikan untuk daerah tropis,
 Untuk pemakaian konsumtif, digunakan di Israel

RUMUS PENDUGAAN:

45,7 𝑇+813
𝑈 = 𝐾. 𝑃 100
atau 𝐸𝑇0 = 𝐾. 𝑃 (0,46 𝑇 + 8,13)
Dimana,
ET0 = Evapotranspirasi harian tanaman standart pada bulan yang bersangkutan
(mm/hari),
T = Temperatur rerata (C) harian bulan yang bersangkutan,
P = Rerata persentase lamanya siang hari dalam satu tahun
K = Koefisien pemakaian konsumtif empirik bulanan (Faktor penyesuaian yang
besarnya tergantung pada kelembaban minimum, lamanya matahari
bersinar dan perkiraan angin siang hari).
K = Kt x Kc
Kt = 0,031 T + 0,240

Setelah Eto ditentuan, pemakaian konsumtif dapat dihitung setelah besaran kc


(koefisien tanaman) ditentukan.
ET tanaman = Kc Eto.
Kc = Koefisien pemakaian konsumtif tanaman tergantung pada jenis dan fase
pertumbuhan
= 0,4 periode persemaian
= 0,8 periode pengolahan tanah
= 0,75 periode penanaman
= 0,85 periode pertumbuhan
Pertumbuhan
awal

Pertumbuhan

17
NILAI Kc BERBAGAI TANAMAN:

Periode Pertumbuhan Selama


Tanaman Awal Berkemba Tumbuh Berbunga Fase Pertumbuha
Tanam ng Panen n

K. Tanah 0,5 0,8 1,0 0,8 0,6 0,8


Jagung 0,4 0,8 1,1 0,9 0,6 0,8
Kedelai 0,4 0,8 1,1 0,8 0,5 0,8
P. Gogo 0,9 1,1 1,2 1,0 1,0 1,0
Lamanya Periode
K. Tanah 15 30 70 15 130
Jagung 20 35 50 15 120
Kedelai 10 35 65 15 125
P. Gogo 40 50 45 15 150

METODE RADIASI

(𝑊. 𝑅𝑠 )𝑚𝑚
𝐸𝑇0 = 𝑐
ℎ𝑎𝑟𝑖
Dimana,
Eto = Reference crop evapotranspiration (mm/hari),
Rs = Radiasi matahari ekivalen evaporasi (mm/hari) diukur dan dihitung,
W = Faktor penimbang yang besarnya tergantung pada temperatur dan
ketinggian tempat (altitude) Tabel 3,
c = Faktor penyesuaian, tergantung pada kelembaban angin, dan kondisi angin
siang hari,
Rs = (0.25 + 0.50 n/N) Ra
n/N = rasio jam penyinaran sesungguhnya diukur dengan kemungkinan
penyinaran maksimum jam/hari  Tabel 3,
atau diukur
Ra = Tabel (mm/hari)  Tabel 2  Radiasi extratrrestrial,

W = Faktor penimbang dilihat pada (Tabel)  refleksi dari pengaruh temperatur


dan ketinggian tempat pada hubungan antara Rs dan Eto.
W = lihat Tabel 4
W = /( + )
dimana :
 = kecepatan perubahan tekanan uap jenuh dengan temperatur, dan
 = konstanta psychrometric,

18
c = Faktor penyesuaian  Grafik 2
= angka yang ditentukan oleh hubungan term radiasi (W Rs) dengan Eto

Tanner 1960. Energi balance approach to evaporation from crops.Soil Sci. Soc.
Amer. Proc. 24, 1-9.

METODE ENERGI BALANCE (TANNER, 1960)

𝑅𝑛 = 𝑆 + 𝐴 + 𝑃 + 𝐸

Dimana,
Rn = Radiasi total yang tersedia,
= 𝑅𝑎 (1 − 𝑟)[0,18 + 0,55(𝑛⁄𝑁)] − 𝜎𝑇𝑎4 [0,56 − 0,092(𝑒. 𝑑)½ ][0,10 + 0,90(𝑛⁄𝑁)]
Ra = Radiasi extraterestrial ekivalen dalam evaporasi (mm/hari),
r = koefisien pantulan cahaya atau albedo (air = 0,05; tanaman = 0,25),
= albedo adalah persentase total radiasi yang dipantulkan. Besarnya
tergantung pada permukaan. Makin besar albedo makin kecil sinar
matahari yang tersedia untuk evapotranspirasi
Bila,
r = 0,05, maka
𝑢 = ∑ 𝑐. (𝐸𝑇)
c = koef musiman (0.7 untuk tropika)
n = jumlah hari pada bulan ybs.
n/N = Rasio jam penyinaran sesungguhnya dengan kemungkinan maksimum
penyinaran,
 = Konstanta Stefan Boltzman yang besarnya 2,01x10-9 mm/hari ekivalen
evaporasi,
Ta = Temperatur (K),
e.d = tekanan uap sesungguhnya (mmHg),
S = Energi yang masuk untuk memanaskan tanah (± 5 – 10%),
A = Energi yang diserap udara dan memanaskan udara (± 5 – 10%),
P = Panas untuk fotosintesa (± 2 – 5%),
E = Evapotranspirasi (± 75 – 85%),

CATATAN: dalam Tanner, 1960


Net radiasi  pada tanah podsolik besar
 pada tanah andosol kecil

𝑅 = 𝐴𝑟 + 𝐴𝑎 + 𝑅𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 + 𝑅𝑑𝑖𝑓𝑓𝑢𝑠𝑒
= 30% + 17% + 31% + 22%

Di daerah tropika penggunaan metode Blanney-Criddle over estimate, karena


radiasi yang diterima lebih kecil.
𝑅𝑟 = 𝑅𝑓 + 𝑅𝑛
Dimana,
Rr = Radiasi global (total) yang sampai ke permukaan bumi,
Rf = Radiasi yang dipantulkan besarnya tergantung nilai albedo,

19
Rn = Radiasi netto tersedia untuk penguapan (evaporasi) dan pemanasan udara
dan tanah

METODE PENMAN

𝑅𝑛 = 𝑆 + 𝐴 + 𝑃 + 𝐸

Rn = Radiasi netto total yang tersedia,

𝐸𝑇0 = 𝑐 [𝑤. 𝑅𝑛 + (1 − 𝑤)𝑓(𝑣) (𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 )]


radiasi term aerodinamis term

ET0 = Evaporasi tanaman standart (mm/hari),


w = faktor penimbang yang berhubungan dengan temperatur,
Rn = Radiasi waktu eqivalen evaporasi (mm/hari),
f(v) = fungsi yang berhubungan dengan angin,
ea-ed = perbedaan tekanan uap jenuh pada temperatur udara rerata dengan
rata-rata bulanan,
c = faktor penyesuaian untuk mengkompensasi pengaruh cuaca siang
dan malam

Penman

∆ 𝛾
𝐸𝑇 = (𝑅 − 𝐺) + 15,36(1 + 0,0062𝑉2 )(𝑒𝑠 − 𝑒𝑑 )
∆+𝛾 𝑛 ∆+𝛾

ET = potential evapotranspirasi Cal cm2 hari-1


 = lereng kurva tekanan uap jenuh (mb/C) pada rata-rata temperatur udara
grafik
 = konstanta psychrometric mb/C
Rn = energi radiasi netto yang tersedia pada permukaan (Cal cm2 hari-1)
G = energi yang masuk ke tanah (Cal c m2 hari-1)
V2 = kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2 m (km/hari)
es = tekanan uap jenuh rata-rata (mbar)
ed = takaran uap jenuh rata-rata pada temperatur titik embun (mb, es x rel
humudity)

Rn, dihitung dengan rumus berikut:

𝑅𝑛 = 𝑅𝑎 (1 − 𝑟)[0,18 + 0,55(𝑛⁄𝑁)] − 𝐺𝑇𝑎4 [0,56 − 0,08𝑒𝑑 ½ ][0,10 + 0,90(𝑛⁄𝑁)]

Ra = radiasi ekstraterrestrial (Cal cm2 hari-1)

20
r = koefisien pantulan radiasi (0.05 untuk permukaan air dan 0.2 untuk
tanaman setahun)
n/N = rasio jam penyinaran sesungguhnya dan kemungkinan penyinaran
maksimum.
Ta = suhu udara K (C + 273)
ed = tekanan uap sesungguhnya (mb)
= Tekanan uap jenuh rata-rata pada temperatur tidak embun.
G = Konstanta Stepan Boltzmann yang besarnya 11.71 x 10-8 Cal cm2 hari-1

METODE THORNTH WAITE, C.W.

Thornthwaite, C.W. 1948. An approach toward a rational classification


of climate Geological. Rev. 38:55-94

10𝑇 𝑎
𝑃𝐸 = 1,6 ( )
𝐼

Dimana,
PE = evapotranspirasi bulanan (cm), belum disesuaikan (undjusted)
T = temperatur udara rata-rata bulanan (oC)
I = indeks panas tahunan, merupakan penjum lahan dari 12 indeks panas
bulanan i

𝑡 1,514
𝐼 = ( )
5
a = konstanta yang bervariasi dari tempat ketempat yang dapat dihitung dari

𝑎 = 675 𝑥 10−9 𝐼 3 – 771 𝑥 10−7 𝐼 2 + 1792 𝑥 10−5 𝐼 + 49239 𝑥 10−5

Besarnya evapotranspirasi, untuk tanaman


 Padi 500 – 950
 Jagung 400 – 750
 Kedelai 450 - 825

Untuk menyesuaikan PE, dipergunakan data panjang hari yang tersedia pada
tabel-tabel yang emuat faktor koreksi untuk setiap daerah lintang pada setiap
bulan.
PE dapat juga dihitung dengan :

(log 135 − 𝑙𝑜𝑔 𝑃𝐸 ∗ )


𝑃𝐸 =
(log 135 − log 16)

(log 26,5 − 𝑙𝑜𝑔 𝑡𝑛)


𝑃𝐸 =
(log 26,5 − log 1⁄10)

21
22
Perhitungan ETp, ETa, dan Q dengan metode neraca air Thornthwaite & Mather
Lokasi : Cikumpai (84 m dpl, ± 7o Lintang Selatan)
Kadar air kapasitas lapang = 45 % -volume, dengan kedalaman zona perakaran 1m, maka kapasitas simpanan air, STo = 45/100 x 1000
mm = 450 mm

Jan Feb. Maret April Mei Juni Juli Agt. Sept. Okt. Nop. Des. Tahun
tn 25.8 26.1 26.5 27.2 27.4 26.7 26.6 26.8 27.3 27.6 27.1 26.4
Indeks bahang 12.0 12.2 12.4 13.0 13.1 12.6 12.6 12.7 13.1 13.3 12.9 12.4 152.4
Ep* 127 123 140 141 149 138 140 143 141 149 141 135
Faktor koreksi 1.07 0.96 1.05 1.00 1.02 0.98 1.01 1.02 1.00 1.05 1.04 1.08
ETp 136 118 146 140 151 135 141 146 141 152 147 146 1699
P 277 264 317 291 165 77 88 56 96 176 257 365 2429
P-ETp 141 146 171 151 14 -58 -53 -90 -45 24 110 219 730
APWL -58 -111 -201 -246 -616
ST 450 450 450 450 450 396 351 288 260 284 394 450
ΔST 0 0 0 0 0 -54 -45 -63 -28 24 110 56 0
ETa 136 118 146 140 151 131 133 119 124 152 147 146 1643
D 0 0 0 0 0 4 8 27 17 0 0 0 56
S 141 146 171 151 14 0 0 0 0 0 0 163 786

Catatan : Semua parameter, kecuali tn, Indeks bahang, dan faktor koreksi
dinyatakan dalam mm

23
Berdasarkan model-model diatas telah dihitung evapotranspirasi beberapa tanaman.
Ternyata besarnya evapotranspirasi tersebut bervariasi tergantung pada: jenis
tanaman, iklim, sifat-sifat tanaman, panjangnya masa tumbuh, dan waktu penanaman,
tinggi pohon, kerapatan, kerimbunan, warna permukaan, lereng lapangan, dan posisi
terhadap matahari.

Tanaman ET (mm) Tanaman ET (mm)


Alfalfa 600 -1500 Bawang 350 – 600
Advokat 650 - 1000 Jeruk 600 – 950
Pisang 700 - 1700 Kentang 350 – 625
Kacang-kacangan 250 - 500 Padi 500 – 950
Coklat 800 - 1200 Sirsak 550 – 800
Kopi 800 - 1200 Sorghum 300 – 650
Cotton 550 - 950 Kedelai 450 – 825
Kurma 950 - 1300 Bit 450 – 850
Pohon bedaun lebar 700 - 1050 Tebu 1000 - 1500
Sereal 300 - 450 Ubi jalar 400 – 675
Grape fruit 650 - 1000 Tembakau 300 – 500
Jagung 400 - 750 Tomat 300 – 600
Wijen 300 - 100 Sayuran 250 – 500

Penguapan berbagai bentuk penutup tanah


(Douglas, 1965. Effect of species and arrangement of forest on Evapotranspiration)

Total Evapotranspirasi = 100 %


Intersepsi Evaporasi Transpirasi
Hutan 30 10 60
Padang rumput 25 25 50
Jagung 15 45 40
Tanah terbuka - 100 -

24
SIMPANAN DEPRESI (DEPRESSION STORAGE)

 Hujan yang jatuh sampai ke permukaan tanah mungkin akandiinfiltrasikan,


mengalir diatas permukaan, atau tertahan dalamlekukan-lekukan (depression) yang
kemudian akan diinfiltrasikan atau diuapkan.

 Keadaan & ukuran lekukan-lekukan (depresi) tersebut sangat dipengaruhi oleh


topografi dan sistem pengolahan tanah di daerah ybs. Karena variabilitas depresi
sangat besar, maka sulit sekali membuat model penduga depresi yang baik.

 Hujan: 1. Infiltrasi
2. Runoff Hujan sampai ke tanah
3. Simpanan depresi

 Ukuran dan keadaan depresi tergantung dari


1. Topografi
2. Sistem pengolahan tanah

 Simpanan Depresi:
1. Surface detention
2. Depression storage
3. Surface storage

 Surface Detention
Jumlah air yang dapat ditahan oleh suatu permukaan dan jika ditambahkan air
akan menjadi aliran permukaan atau runoff (besar kecilnya sangat dipengaruhi
oleh karakter permukaan benda yang bersangkutan).

Surface detention = ketinggian/ketebalan cairan yang dibutuhkan pada suatu


permukaan untuk dapat terjadinya aliran permukaan

1. Upaya melakukan peningkatan suface detention dengan:


 Conblox
 Rumput-rumputan
2. Surface detention tergantung dari:
 Vegetasi,
 Topografi,
 Surface makro slope, dan
 Distribusi hujan lebih

 Depression Storage
1. Lekukan-lekukan di permukaan yang dapat menampung atau menahan air,
yang besarnya tergantung lekukan,
2. Besarnya simpanan depresi:
 untuk rumput-rumputan : 6,25 mm – 12,5 mm (maksimum)
 untuk jalan/tempat parkir : 1,5625 mm – 3.125 mm (maksimum)

 Surface Storage = Depression storage + Surface detention

25
 Nilai Surface storage menurut Hicks untuk hutan lebat:
1. Tanah berpasir : 5,00 mm
2. Tanah berlempung : 3,75 mm
3. Tanah berliat : 2,50 mm
4. Perkampungan/permukiman : 6,25 mm

Viesman meneliti daerah yang sempit yang bersifat impermeable menyimpulkan


simpanan depresi sangat dipengaruhi oleh lereng.

 Rumus pendugaan Surfase storage menurut Linsley R.K., M.K. Kohler dan J.L.H.
Poulus (1949)
𝑉 = 𝑆𝑑 (1 − 𝑒 −𝑘𝑃𝑒 )
V = volume simpanan permukaan,
Sd = Maksimum kapasitas simpanan permukaan,
Pe = Hujan lebih,
k = konstanta ekivalen dengan 1/Sd
Catatan:
Bila Pe  0, maka semua air mengisi depresi, maka
𝑑𝑉 1
= 1, maka 𝑘 =
𝑑𝑃𝑒 𝑆𝑑

26
INFILTRASI

Infiltrasi adalah proses masuknya air kedalam tanah melalui permukaan tanah.
Peranan infiltrasi dalam mendistribusikan input air hujan dibumi sangat penting.
Infiltrasi dapat mempengaruhi sebaran waktu dan besarnya aliran permukaan. Oleh
sebab itu perhitungan besarnya infiltrasi yang tepat harus dimasukkan kedalam setiap
usaha membuat model-model hydrologi suatu DAS atau model-model DAS.

INFILTRASI
 Proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan
 Mempengaruhi sebaran waktu dan besar runoff (aliran permukaan),
 Infiltrasi diperhitungkan dalam “model hidrologi”

LAJU INFILTRASI DIPENGARUHI


 Jenis dan luasan vegetasi penutup,
 Keadaan permukaan tanah (surface soiling),
 Temperatur (suhu),
 Intensitas hujan,
 Sifat-sifat fisik tanah,
 Kualitas airnya.

PARAMETER INFILTRASI
 Laju Infiltrasi: kecepatan infiltrasi pada waktu tertentu,
 Kapasitas Infiltrasi: kecepatan maksimum infiltrasi dalam waktu tertentu dan
karakter tanah,
 Infiltrasi pada keadaan jenuh dalam tanah dinamakan perkolasi
 Infiltrasi sangat tergantung dari ketersediaan air dan karakteristik tanah.
 Bila ketersediaan R < fp  f = R  f < fp
R > fp  f = fp  R < f
 Infiltrasi tergantung dari gaya matriks dan gaya grafitasi,
- Potensial matriks mendominasi fase permulaan,
- Potensial grafitasi mendominasi fase lanjutan,
- Infiltrasi berasosiasi dengan keadaan tidak jenuh walaupun keadaan jenuh
dapat terjadi pada permukaan tanah,
- T = m + o + g + h

27
FAKTOR-FAKTOR INFILTRASI
 Distribusi ukuran pori
 Makin besar pori makin cepat laju infiltrasi,
 Distribusi ukuran pori tergantung dari tekstur dan struktur tanah.
 Kadar air tanah
Kadar air tanah meningkat laju infiltrasi menurun
 Lamanya hujan atau kontak dengan air bebas pada permukaan tanah
Infiltrasi akan semakin lambat dengan pertambahan waktu (lamanya hujan atau
kontak dengan air bebas pada permukaan tanah).
 Pengaruh lapisan-lapisan tanah
Lapisan kerak (surface crust dan surface sealing) menurunkan laju infiltrasi.

CATATAN:
 Pori = makro, mezo, mikro,
 Pori liat > pori pasir,
 Tanah liat  pori mikro,
 Tanah pasir  pori makro,
 Infiltrasi tanah pasir > tanah tanah liat,

PENGUKURAN INFILTRASI
 Metode pengukuran infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat:
 Infiltrometer (Double ring Infiltrometer)
 Rainfall Simulator
 Rainfall simulator dihitung dari hasil pengamatan curah hujan aliran permukaan
(runoff), simpanan depresi, dan tahanan permukaan,
 Penggunaan alat infiltrometer dilakukan dengan penggenangan double ring
infiltrometer,
 Pendugaan infiltrasi dengan menggunakan unit hydrograph lebih baik dibandingkan
dengan infiltrometer, hasilnya tidak lebih baik dari hasil pengukuran langsung curah
hujan dan aliran permukaan (runoff).
 Pengukuran dengan infiltrometer tidak mungkin memulai dari nol atau dari keadaan
kering,
 Pengukuran perlu persiapan yang baik dan dilakukan dengan cepat.

Jam h  laju
Air

5
10
20
25
30
40
60
80
100

28
 Penggunaan Rainfall Simulator
 Permaslahan yang sering muncul adalah ukuran butir hujan pada intensitas
tertentu tidak sama dengan kondusi alami, sehingga diperlukan frame untuk
mengatur besaran butir.
 Butir hujan dapat dimodifikasi dengan mengatur kecepatan aliran (kecepatan
jatuh hujan)  terminal velocity
 Aliran permukaan (runoff) diukur dengan menggunakan AWLR (Automatic Water
Level Recorder)

P
Intensitas Aliran
Jam Infiltrasi
Hujan Permukaan
RO 5
10
20
25
I 30
40
60
80
100

PERHITUNGAN INFILTRASI

PERSAMAAN HORTON

𝑓𝑡 = 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐 )𝑒 −𝑘𝑡
f0
Infiltrasi
Dimana,
ft = laju infiltrasi pada suatu waktu,
fc = laju infiltrasi pada kondisi ft
seimbang (laju infiltrasi minimum),
f0 = laju infiltrasi awal,
fc
k = koefisien yang mencerminkan
penurunan laju infiltrasi
(𝑓0 − 𝑓𝑐 ) time
𝑘 =
𝐹
F = jumlah air yang diinfiltrasikan
𝑡
𝐹 = ∫ 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐 ) 𝑒 −𝑘𝑡
0

29
(𝑓0 − 𝑓𝑐 )
=
𝑘
𝑑𝐹
= 𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐 )𝑒 −𝑘𝑡
𝑑𝑡
𝑡
𝐹 = ∫ 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐 ) 𝑒 −𝑘𝑡
0
1
= 𝑓𝑐 𝑡 − (𝑓 − 𝑓𝑐 )𝑒 −𝑘𝑡
𝑘 0
Jika t = 0
1
𝐹 = 𝑓𝑐 0 − (𝑓0 − 𝑓𝑐 )𝑒 −𝑘𝑥0
𝑘
1
= − (𝑓0 − 𝑓𝑐 )
𝑘
(𝑓0 − 𝑓𝑐 )
=
𝑘
(𝑓0 − 𝑓𝑐 )
𝑘 =
𝐹
k = nilai yang tergantung dari karakter masing-masing DAS di suatu daerah

PERSAMAAN PHILIP
Digunakan hanya untuk homogenious soil

𝐼 = 𝑆. 𝑡 ½ + A. t + B. 𝑡1½ + … … … … ….

S, A, B, ........................... Etc, = koefisien sifat-sifat tanah, sehingga,

𝐼 = 𝑆. 𝑡 ½ + K. t

Dimana,
I = kumulatif infiltrasi
S = peubah yang disebut sorptivitas yang dipengaruhi oleh potensial matriks,
yang mencerminkan pengaruh perbedaan potensial pada infiltrasi,
K = Konduktivitas hidroulis, kemampuan tanah melalukan air  penting apabila
potensial grafitasi pengaruhnya dominan,
T = waktu terjadinya infiltrasi

Laju infiltrasi
𝑑𝐼
= 𝑖 = ½ 𝑆. 𝑡 −½ + 𝐾
𝑑𝑡

Catatan:
 t kecil atau awal permulaan infiltrasi laju infiltrasi didominasi oleh nilai S.
 Nilai K ada pada waktu kondisi tanah sudah jenuh, sehingga pada kondisi
awal K belum ada,
 Pada permulaan infiltrasi laju infiltrasi dipengaruhi oleh nilai S (Sorptivitas),
sedangkan pada t tinggi atau waktu tak terhingga laju infiltrasi dipengaruhi
oleh nilai K (Konduktivitas hidroulik). Artinya bahwa nilai sorptivity (S)
mendominasi pada awal permulaan infiltrasi sedangkan nilai Conductivity
hydroulic mendominasi pada akhir infiltrasi.
 Nilai K dihitung bukan berdasarkan dari hasil pengukuran infiltrasi.

30
PERSAMAAN HUGGINS DAN HONKS
Persamaan Horton tidak dapat dipakai (sukar) apabila nilai P < f, pada waktu hujan
kecil. Sehingga perlu dimasukkan dependen variable yaitu AMC (Anticedent Moisture
Conditions) .
𝑝
𝑆−𝐹
𝑓𝑡 = 𝑓𝑐 + 𝐴 ( )
𝑇𝑝
A, p = koefisien yang dihitung melalui percobaan infiltrometer
S = Potensial simpanan air diatas lapisan kedap air (Tp dikurangi AMC = Tp
– AMC),
F = Total volume air yang diinfiltrasikan,
Tp = Total porositas diatas lapisan kedap air
AMC = Anticedet Moisture Content
Catatan:
Jika F = 0, maka nilai f dapat ditentukan.

KRITERIA LAJU INFILTRASI


 Kondisi ini terjadi pada tanah ditanami rumput

Infiltrasi Tipe Tanah F (cm/jam)


Tinggi Tanah berpasir 1,25 – 2,50
Sedang Lempung berdebu 0,25 – 1,25
Rendah Liat, Liat berpasir 0,025 – 0,25

NILAI FAKTOR PENUTUP PADA BEBERAPA JENIS TANAH

Faktor Penutup Tanah


Jenis Penutup
Keadaan Penutup Faktor Penutup
Hutan, Rumput permanen Baik 25 cm humus 3,0 – 7,5
Sedang 0,6 – 2,5 cm humus 2,0 – 3,0
Buruk < 0,6 cm humus 1,2 – 1,4
Tanaman rendah Baik 2,5 – 3,0
merayap
Sedang 1,6 – 2,0
Buruk 1,1 – 1,3
Tanaman berbaris (Rozo Baik 1,3 – 1,5
crops), Jagung, Padi, dll Sedang 1,1 – 1,3
Buruk 1,0 – 1,1

ANALYSIS HYDROGRAPH

31
I = P - RO - ET
RO = Pe
= hujan lebih dianggap tersebar merata di seluruh areal watershed
Pe dihitung dengan menggunakan rumus
0,03719 ∑ 𝑞𝑖
𝑃𝑒 = 𝐴 𝑛𝑑

Pe = hujan (inci)
Qi = ordinat direct runoff hydrograph pada pertambahan waktu yang sama
setiap i (cfs)
A = luas watershed (sqmil)
nd = jumlah interval waktu pertambahan selama periode 24 jam

t

qi = t x DRO

Debit
(DRO)

time 24 jam

STANFORD WATERSHED MODEL INFILTRASI (IV)

Infiltrasi dihitung secara kontinu berdasarkan nilai 2 komponen, yaitu infiltrasi langsung
dan infiltrasi tertunda.

peningkatan peningkatan tahanan


tahanan permukaan bawah permukaan
Penambahan kapasitas air

cb
Kapasitas infiltrasi
(moisture supply)

D
infiltrasi

% Daerah dengan kapasitas infiltrasi sama atau kurang


dari angka yang dinyatakan

Keterangan:
b = kapasitas infiltrasi maksimum
c = parameter yang mengontro bentuk hydrograph karena parameter ini
mengontrol air yang ditahan sesuai dengan pertambahan waktu,
LZS = Simpanan air di zona bawah permukaan mulai dari permukaan tanah sampai
permukaan air bawah tanah,
LZSN = Indeks simpanan air dalam profil tanah, (nilai nominal tingkat simpanan – nilai
“median” dari simpanan air dibawah permukaan)

32
Kapasitas infiltrasi dibagi menjadi 2, yaitu
1. Zona bagian bawah dan air bawah tanah,
2. Interflow (air yang diinfiltrasikan tetapi bergerak secara lateral dan mengalir ke
sungai sebelum mencapai air bawah tanah).

Kondisi Ketersediaan Air


No. Komponen Infiltrasi
x>b b < x < cb x > cb
1. Infiltrasi total yang 𝑥̅ 2 𝑏 𝑏
mengisi air bawah 𝑥 −
2𝑏 2 2
tanah (Infiltrasi Netto)
2. Infiltrasi yang mengisi 𝑥̅ 2 1 𝑏 𝑥̅ 2 𝑏
interflow detention, (1 − ) 𝑥 − − (𝑐 − 1)
2𝑏 𝑐 2 2𝑐𝑏 2
cadangan bawah
permukaan
3. Infiltrasi yang mengisi 𝑥̅ 2 𝑥̅ 2 𝑐𝑏
permukaan (surface 𝑥 −
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 2
detention)
4. Persentase cadangan 1 𝑐−1
100 (1 − ) 𝑥̅ 2 100 −
air untuk mengalir 𝑐 100 (1 − ) 2𝑥̅
𝑏 ( )−1
sebagai interflow 2𝑐𝑏 (𝑥̅ − ) 𝑏
2

33
CATATAN:
CB = 0,3 – 1,2 (permukaan 0,75)
CC = harga input yang menentukan interflow dari overlandflow (ratio interflow
dengan overlandflow)
𝐿𝑍𝑆
𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐿𝑍𝑆𝑁

 Moisture Ratio < 1 CB =1


𝐶𝐵
𝑏 = 4(𝐿 /𝐿 ) b
2 𝑍𝑆 𝑍𝑆𝑁

 Moisture Ratio > 1


𝐶𝐵 𝐿𝑍𝑆
𝑏 = 4+2(𝐿 /𝐿 − 1) ⁄𝐿
2 𝑍𝑆 𝑍𝑆𝑁 𝑍𝑆𝑁

 Moisture Ratio mencapai 2


1
𝑏= 𝐶𝐵 b
64
CC
(𝐿𝑍𝑆 /𝐿𝑍𝑆𝑁 )
𝑐 = 𝐶𝐶. 2
𝐿𝑍𝑆
⁄𝐿
𝑍𝑆𝑁

34
TUGAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFILTRASI

1. Pengaruh Tipe Tanah


2. Pengaruh Lapisan tanah (soil layer)
Porus
Pasir
Debu Uniform
Liat permukaan berkerak

Laju Infiltrasi
Laju Infiltrasi

Waktu Waktu
Pengaruh tekstur tanah terhadap laju infiltasi Pengaruh lapisan tanah terhadap laju infiltasi

3. Pengaruh kelembaban tanah (antecedent moisture content)


4. Pengaruh Penutup Tanah

tanah
Mulsa
kering
Mulsa dibuang
Laju Infiltrasi

Laju Infiltrasi

Tanah terbuka

Waktu
Waktu
Pengaruh kelembaban tanah terhadap laju infiltasi Pengaruh penutupan tanah terhadap laju infiltasi

5. Pengaruh Kegiatan Mikroorganisma Tanah


6. Pengaruh Pengolahan Tanah (Soil tillage)
7. Pengaruh Penggunaan Tanah (Land Use)

JELASKAN SECARA SINGKAT DAN JELAS

1. Mengapa faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi nomor 1, 2, 3 dan 4 dapat


membentuk kurva seperti tersebut diatas, bagaimana mekanismenya.
2. Mengapa kegiatan nomor 5, 6 dan 7 mempengaruhi infiltrasi.
3. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan infiltrasi

35
ALIRAN PERMUKAAN (ALIRAN SUNGAI)

PENGERTIAN

Aliran permukaan adalah air yang mengalir ke arah sungai, danau, laut baik sebagai
aliran permukaan tanah (surface flow) maupun sub surface flow (aliran bawah
permukaan)

Aliran permukaan Over land flow


Direct runoff
Aliran Sungai Sub surface runoff
Base runoff
Air yang jatuh ke sungai
Run off Excess rainfall
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERMUKAAN:

1. Sifat Hujan (Iklim = tipe hujan, hujan + salju)


- Intensitas hujan (mm/jam, cm/jam, inchi/jam),
- Lamanya dan Distribusi hujan,
- Arah hujan,
- Antecedent moisture condition (AMC), dan
- Kadar air tanah sebelum hujan.

Hubungan lama hujan dengan intensitas hujan dan runoff

Runoff
Debit

Presipitasi

Tipe Hujan
Debit

Debit

Presipitas Presipitas
i i
Debit

Debit

Presipitas Presipitas
i i 36
2. Sifat Watershed
- Ukuran DAS  makin kecil ukuran DAS makin cepat laju maksimum
- Bentuk DAS  bentuk kipas lebih besar laju maksimumnya daripada
memanjang sempit, hal ini berhubungan dengan nilai time of concentration
- Elevasi (topografi, geomorfologi)  mempengaruhi sifat-sifat hujan sehingga
akan mempengaruhi runoff (aliran permukaan)
- Susunan anak-anak sungai,
- Jenis tanah.

MENGUKUR ALIRAN PERMUKAAN

1. Diukur dengan Weir


a) untuk sungai besar biasanya menggunakan rectangle, sedangkan untuk small
watershed biasanya menggunakan trapesium, parabola atau segitiga dengan
sudut 90, 60
b) Ukuran aliran sungai = debit = Q (m3/dtk)

V-shape Trapezoidal Paraboilic Rectanguler

2. Pengukuran dengan AWLR (Automatic Water Level Recording)

METODE RASIONAL

untuk mengukur peak runoff, terbatas untuk DAS ± 1300 ha atau 5 sqmil

British Unit (BU)


Q=CIA

Q = debit aliran permukaan (cfs)


C = runoff coefisien (dimention less) ratio peak runoff dengan rainfall intencity
I = Intensitas curah hujan (rainfall intencity = inci/jam)
A = Area DAS (acre)

Internasional Unit (IU)


1
𝑄= 𝐶 𝐼 𝐴  I dalam mm/jam
360
Atau
1
𝑄 = 36 𝐶 𝐼 𝐴  I dalam cm/jam

Q = debit aliran permukaan (cubic meter per second)


C = runoff coefisien (dimention less) ratio peak runoff dengan rainfall intencity
I = Intensitas curah hujan (rainfall intencity = mm/jam atau cm/jam)
A = Area DAS (ha)

37
ASUMSI METODE RASIONAL
a. Hujan terjadi dengan intensitas yang seragam paling sedikit lamanya sama dengan
waktu konsentrasi,
b. Hujan yang terjadi dengan intensitas yang seragam
BATASAN METODE RASIONAL
a. Terbatas pada areal sempit (small watershed < 1300 ha)
b. Terbatas pada penggunaan desain yang tidak mahal
c. Menganggap frekuensi hujan dengan aliran permukaan sama,
d. Terlalu menyederhanakan masalah DAS yang rumit,
e. Waktu konsentrasi (Tc) does not consider urbanization exist conditions landuse
variability, moisture condition, hydroulic condition

Tc = waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
terjauh secara hidrologis sampai ke titik pengukuran atau outlet.

CONTOH:
Suatu DAS dengan luas wilayah 100 ha, dibedakan menjadi 2 wilayah berdasarkan
karakteristik DAS, yaitu:
Luas Sub Hidrological Soil Penggunaan Lahan dan
No Topografi
DAS (ha) Group Kondisinya
1. 60 Datar C Jagung, dalam kontur baik
2. 40 10 – 30% B Hutan kayu, baik

Panjang maksimum aliran air adalah 600 m, perbedaan titik tertinggi dan terendah
dalam aliran ini adalah 3 m, Intensitas hujan maksimum selama 1 jam hujan periode 50
tahun di daerah ini adalah 6,25 cm/jam. Hitung design laju maksimum runoff derah
tersebut?

Solution:
1. Panjang sungai (L) = 600 m, beda ketinggian (t) = 3 m; I60 = 6,25 cm

2. Lereng (S)
𝑡 3
𝑆 = 𝐿 = 600 𝑥 100 = 0,5% = 0,005

3. Waktu konsentrasi (Time consentration = Tc ) dihitung dengan rumus Kirpich


International Unit 𝑇𝑐 = 0,019 (𝐿)0,77 (S)−0,385
British Unit 𝑇𝑐 = 0,078 (𝐿)0,77 (S)−0,385
Dimana,
L = panjang sungai (IU dalam m; BU dalam feet)
S = kemiringan sungai (IU dalam m/m, BU dalam ft/ft)

𝑇𝑐 = 0,019 (𝐿)0,77 (S)−0,385 = 0,019 (600)0,77 (0,005)−0,385 = 20 menit

4. Intensitas hujan maksimum 20 menit (I20)


Corection factor untuk waktu hujan 20 menit adalah 0,66 lihat grafik dibawah ini

38
60
𝐼20 = 6,25 𝑥 0,66 (20) = 12,375 𝑐𝑚/𝑗𝑎𝑚 = 4,95 𝑖𝑛𝑐𝑖/𝑗𝑎𝑚

5. Laju maksimum runoff (Q)


1
International Unit 𝑄 = 36 𝐶 𝐼 𝐴
British Unit 𝑄=𝐶𝐼𝐴

Untuk menghitung nilai C harus tahu kelompok hidrologi soil group, dimana tanah
dibedakan menjadi 4 kelompok HSG.

Pembagian HSG

No. Kelompok HSG Infiltrasi (cm/jam)


1. A - Pasir dalam, 0,76 – 1,14
- Debu beragregrasi baik
2. B - Lempung berpasir 0,38 – 0,76
3. C - Lempung berliat 0,13 – 0,38
- Lempung berpasir dangkal,
- Tanah BO rendah,
- Tanah liat tinggi
4. D - Tanah liat yang mengembang saat 0,00 – 0,13
basah

𝐴1 𝐴2 60 40
𝐶𝑔𝑎𝑏 = 𝑥 𝐶1 + 𝑥 𝐶2 = 𝑥 0,63 + 𝑥 0,15 𝑥 0,79 = 0,43
𝐴𝑡 𝐴𝑡 100 100

1
𝑄 = 𝐶𝐼𝐴
36
1
= 𝑥 0,43 𝑥 12,375 𝑥 100
36
𝑚3
= 14,78 𝑑𝑡𝑘 = 21 𝑐𝑓𝑠

METODE SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE)

 Metode SCS merupakan nama dulu, sekarang diubah menjadi Metode NRCS
(Natural Resources Conservation Service).
 Digunakan untuk memprediksi atau mengukur volume runoff.

39
(𝐼 − 0,2 𝑆)2
𝑄=
𝐼 + 0,8 𝑆
Dimana,
Q = Direct surface runoff (inchi)
I = Rainfal Intencity
S = Potensi perbedaan maksimum dari hujan dan runoff mulai dari awal hujan
1000
𝑆 = − 10
𝐶
C = Curve Number (0 – 100)

CONTOH 1.
DAS di Garut dengan luas wilayah 100 ha, dibedakan menjadi 2 wilayah berdasarkan
karakteristik DAS, yaitu:

Luas Sub DAS Hidrological Penggunaan Lahan dan Curve


No Topografi
(ha) Soil Group Kondisinya Number
1. Jagung, dalam kontur 82
60 Datar C
baik
2. 40 10 – 30% B Hutan kayu, baik 55

Tentukan volume aliran permukaan yang mungkin terjadi selama musim tanam untuk
hujan 50 tahun, dengan asumsi AMCS 5 hari sebelum hujan adalah 1,6 inchi. Hujan
selama 6 jam di daerah tersebut adalah sebesar 3,8 inchi.

Solution:
1. Weight Curve number (Cw)
𝐴1 . 𝐶1 𝐴2 . 𝐶2 60 𝑥 82 40 𝑥 55
𝐶𝑤 = + = + = 71,2
𝐴𝑡 𝐴𝑡 100 100
1000 1000
2. 𝑆 = 𝐶
− 10 = 71,2
− 10 = 4,1

3. Volume ruoff (Q)


(𝐼 − 0,2 𝑆)2 (3,8 − 0,2 ∗ 4,1)2
𝑄= = = 1,25 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 3,125 𝑐𝑚 = 31250 𝑚3
𝐼 + 0,8 𝑆 3,8 + 0,8 ∗ 4,1

CONTOH 2.
Jika sehari setelah hujan 50 tahun ini turun hujan lagi sebesar 2 inchi, berapa aliran
permukaan yang diharapkan.

Solution:
1. Weight Curve number (Cw)
𝐴1 . 𝐶1 𝐴2 . 𝐶2 60 𝑥 82 40 𝑥 55
𝐶𝑤 = + = + = 71,2
𝐴𝑡 𝐴𝑡 100 100

Curah hujan pada 5 hari


Kondisi Diskripsi Umum sebelumnya (cm)
Kemarau Hujan

40
I Soil are dry but not to waiting < 1,27 < 3,56
point, baik untuk pengolahan < 0,5 inchi < 1,4 inchi
tanah
II Kondisi rata-rata 1,27 – 2,80 3,56 – 5,33
0,5 – 1,1 inchi 1,4 – 2,1 inchi
III Hujan lebat atau hujan gerimis > 2,80 > 5,36
dengan temperatur rendah > 1,1 inchi 2,1 inchi
telah terjadi pada periode 5
hari terakhir tanah jenuh

Berdasar Tabel diatas atau Tabel 4.4. hal. 80 (Scwab, et al. 1981. Soil and Water
Conservation Engineering) keadaan tersebut masuk dalam AMRC III karena
nilainya (3,8 + 1,6) > 2,1.
Perhitungan faktor konversi Curve Number dari kondisi II ke kondisi III adalah
seperti pada Tabel Anticedent Rainfall Condition and Curve Number berikut.

Curve Number for Factor to convert Curve Number for Condition II to


Condition II Condition I Condition III
10 0,40 2,22
20 0,45 1,85
30 0,50 1,67
40 0,55 1,50
50 0,62 1,40
60 0,67 1,30
70 0,73 1,21
80 0,79 1,14
90 0,87 1,07
100 1,00 1,00

2. Faktor konversi (Fk)


AMC III sebab (3.8+1.6) > 2.1 (Table 42)
Perhitungan faktor konversi curve number dari kondisi II ke kondisi III adalah
sebagai berikut:
Curve number Kondisi II Faktor konversi kondisi III
70 1.21

71.2 Tabel 4.2 hal 106

80 1.14

𝐶𝑁𝑥 − 𝐶𝑁1
∆𝐹𝐾𝑥 = ( ) (𝐹𝐾2 − 𝐹𝐾1 )
𝐶𝑁2 − 𝐶𝑁1
71,2 − 70
=( ) (1,14 − 1,21)
80 − 70
1,2
= ( ) (−0,07) = −0,0084 ≈ −0,01
10

Fk = 1,21 – 0,01 = 1,20

41
3. Nilai Curve Number (C)
C = 71,2 x 1,2 = 86
1000 1000
4. 𝑆 = 𝑁
− 10 = 86
− 10 = 1,63

5. Volume ruoff (Q)


(𝐼 − 0,2 𝑆)2 (2 − 0,2 𝑥 1,63)2
𝑄= = = 0,91 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 2,28 𝑐𝑚 = 22800 𝑚3
𝐼 + 0,8 𝑆 2 + 0,8 𝑥 1,63

Pertambahan aliran permukaan ini menjadi bukti bahwa pengaruh AMC sangat penting
dalam menghasilkan aliran permukaan (runoff).

METODE SCS (SOIL CONSRVATION SERVICE) UNTUK MENDUGA PEAK DISCHARGE

𝐿0,8 (𝑆 + 1)0,7
𝑇𝑙 =
1500 𝑌 0,5

Dimana,
Tl = Time lag
L = panjang saluran (ft)
Y = kemiringan saluran (%)
S = Potensi perbedaan maksimum dari hujan dan runoff mulai dari awal hujan
1000
𝑆 = − 10
𝐶
5
Tc = 𝑇𝑙
3
𝐷 𝐷
Tp = + 𝑇𝑙 = + 0,6 𝑇𝑐
2 2
Tc = Time consentration
Tp = Time to peak (jam)
D = duration of excess rainfall (jam)
Tl = Time lag
Tr = Time recces
Tl = 0,6 Tc
D

Runoff
hydrograph

Tp Tr = 1,67 Tp

Tb = 2,67 Tp

0,0021 𝑄 𝐴
𝑞 =
𝑇𝑝

Q = volume of runoff in mm dept (area under the hydrograph)

42
q = ruoff (in m3/s)
Tp = Time to peak
A = Area DAS (ha)

CONTOH : RANCANGAN SALURAN


Q = 14,78
Berdasar survei  Data survei kemiringan Channel saluran (S) = 0,0006, tanah
lempung liat berdebu, desain saluran drainase daerah tersebut?
Solution:
Asumsi :  = 0,025 dan z = 2; bentuk saluran trapesoidal
Manning equation
2
1,486
British Unit 𝑉= 
𝑅3 𝑆 ½
2
1
International Unit 𝑉= 𝑅3 𝑆 ½

Maka,
2/3
1 𝑏𝑑 + 𝑍 (𝑑2 )
𝑉 = { } (0,0006)½
0,025 𝑏 + 2𝑑 (√𝑧 2 + 1)
2/3
1 𝑏𝑑 + 𝑍 (𝑑2 )
= { } (0,0006)½
0,025 𝑏 + 2𝑑 (√𝑧 2 + 1)
Q = VA
2
1 𝑏𝑑 + 𝑍 (𝑑2 ) 3
= { } (0,0006)½ (𝑏𝑑 + 2𝑑2 )
0,025 𝑏 + 2𝑑 (√4 + 1)
2
1 𝑏𝑑 + 2 (𝑑2 ) 3
14,78 = { } (0,0006)½ (𝑏𝑑 + 2𝑑2 )
0,025 𝑏 + 2𝑑 (√5)
𝐴
R= 𝑝
V = dicek di tabel permiable velocity
Jika V terlalu kecil atau besar  dirubah ditambah force bord sampai 20%
b = 120
d = 0,56  hal 229

43
HYDROGRAPH

HYDROGRAPH adalah
 Gambaran suatu aliran sungai (aliran permukaan) secara kontinyu dari waktu ke
waktu,
 Gambaran berupa fluktuasi aliran sungai sepanjang waktu (harian, bulanan,
tahunan) atau satu kejadian hujan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Sifat-sifat Hujan
 Intensitas hujan,
 Jumlah hujan,
 Lamanya hujan,
 Distribusi hujan,
 Arah hujan,
 Antecedent moisture conditions

2. Sifat-sifat Watershed
 Topografi,
 Vegetasi,
 Bentuk DAS,
 Jenis tanah,
 Penggunaan/pengelolaan tanah,
 Susunan anak-anak sungai

KOMPONEN PENYUSUN HYDROGRAPH

 Istilah hydrograph selalu berkonotasi dengan kurva debit


 Komponen hydrograph terdiri dari 4 unsur, yaitu
1. Direct surface runoff (aliran permukaan);
2. Interflow (rembesan bawah permukaan);
3. Ground water atau baseflow (aliran bawah tanah); dan
4. Channel presipitation (hujan yang langsung ke sungai).

44
 Bagian hydrograph yang menaik disebut kurva konsentrasi (consentration curve),
bagian puncak disebut crest segment (bagian puncak) dan bagian yang menurun
disebut ression curve (bagian menurun).

Raising limb
Air hujan Crest segment

Falling limb
Interflow

FENOMENA ALIRAN PERMUKAAN DI DAS


Uniform rainfall intensity (I)

Depression Storage
Infiltrasi
Detention Storage

Runoff from
Detention Storage

Direct Runoff

Constant rainfall intencity

Inflection
point

 Inflection point adalah titik dimana terjadi penurunan laju aliran permukaan, suatu
kondisi dimana sudah terjadi peak discharge, dan sudah semua wilayah DAS
memberi kontribusi atau sumbangan air
 Apabila hujan cukup lama, maka aliran akan tercapai equilibrium inflection point,
yang menunjukkan saat dimana seluruh areal DAS sudah memberi kontribusi
terhadap aliran air. Pada saat ini kondisi maximum storage DAS masih baru

45
sebagian terpenuhi. Apabila hujan berjalan terus maka kapasitas simpanan
(storage) tercapai dan equilibrium tercapai, dimana pemasukan sama dengan
pengeluaran (input = output). Pada keadaan lapangan kedua hal tersebut tidak
pernah tercapai.

BENTUK-BENTUK HIDROGRAPH

Bentuk hidrograph dan waktu tercapainya peak runoff sangat bervariasi tergantung
pada pengaruh terpadu antara lama dan intensitas hujan serta topografi DASnya.

 Jika i < f
F < Sd

 Jika i < f
F > Sd interflow
baseflow
 Jika i > f runoff
F < Sd

 Jika i > f runoff


F > Sd interflow, baseflow

GROUNDWATER RECESSION
Time lag (tl = waktu antara pertengahan
hujan lebih sampai dengan peak runoff

Time of concentration (tc)


D
Inflection point = titik dimana RO berhenti
q

q0
time
46
Jumlah air yang diambil dari storage (S)
𝜕𝑆 = − 𝑞𝑡 𝜕𝑡
𝜕𝑆
= − 𝑞𝑡
𝜕𝑡
𝑞 𝑡 𝑞
𝑞𝑡 = 𝑞0 𝐾 𝑡  𝑞𝑡 = 𝐾 𝑡 ------  K = √𝑞𝑡
0 0
𝑞2 𝑞3 𝑞4 𝑞𝑛
𝑞1
= 𝑞2
= 𝑞3
= ………………. = 𝑞𝑛−1
= 𝐾 ------ constanta recession rate

𝑞𝑡 − 𝑞0
𝑆=
2,3026 log 𝐾
𝑞𝑡 − 𝑞0
𝑆=
𝑙𝑜𝑔𝑒 𝐾
q0 = debit awal
qt = debit aliran pada waktu t setelah q0
K = konstanta resesi (penurunan)
S = jumlah air yang diperoleh dari storage
Diketahui: Data hujan pada bulan September adalah sebagai berikut:

Tanggal Debit (m3/dtk) Tanggal Debit (m3/dtk)


30 100 20 179
29 105 19 195
28 111 18 219
27 117 17 280
26 123 16 505
25 131 15 1540
24 139 14 6580
23 147 13 8150
22 157 12 5350
21 167 11 265
10 278
Soal:
a. Hitung nilai kbaseflow, kinterflow dan nilai base flow, interflow dan direct run off.
b. Pisahkan base flow, interflow, direct runoff dengan straight line method pada kertas semilog
Jawab:
a. nilai kbaseflow, kinterflow dan nilai base flow, interflow dan direct run off.

Debit I.Flow + Inter Direct


Tanggal kbaseflow Base flow kinterflow
(m3/dtk) DRO Flow Run Off
10 278 0,95 279 0
11 265 20,19 265 0
12 5350 1,52 252 5098 1,55 237 4861
13 8150 0,81 239 7911 0,80 164 7747
14 6580 0,23 227 6353 0,21 113 6240
15 1540 0,33 216 1324 0,23 78 1246
16 505 0,55 205 300 0,28 54 246
17 280 0,78 195 85 0,40 37 48

47
18 219 0,89 185 34 0,57 26 8
19 195 0,92 176 19 0,62 18 2
20 179 0,93 167 12 0,70 12 0
21 167 0,94 159 8 0,75 8 0
22 157 0,94 151 6 0,61 6 0
23 147 0,95 143 4 0,78 4 0
24 139 0,94 136 3 0,60 3 0
25 131 0,94 129 2 0,70 2 0
26 123 0,95 123 0
27 117 0,95 117 0
28 111 0,95 111 0
29 105 0,95 105 0
30 100 0,95 100 0

- DRO dan SSRO berakhir pada tanggal 26 , maka


4 100
𝑘𝑏𝑎𝑠𝑒𝑓𝑙𝑜𝑤 = √ = 0,95
123

- DRO berakhir pada tanggal 20 , maka

5 2
𝑘𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑓𝑙𝑜𝑤 = √ = 0,70
12

- Besarnya Direct Runoff pada kurva Direct Runoff adalah luas dari kurva tersebut
terhadap waktu :
Total volume direct run-off = (4861 + 7747 + 6240 + 1246 + 246 + 48 + 8 + 2)
= 20398 lt/dt x hari
= 20398 x 24 x 60 x 60
= 1.762.387.200 liter

- Ketinggian air seluruh DAS adalah perbandingan Volume dengan Luas,


misalkan luas DAS adalah 50 ha sehingga diperoleh

Tinggi direct run off = Volume/Luas DAS


1.762.387.200
= 500.000 𝑥 100 = 35,2𝑑𝑚 = 3,521𝑚
Pemisahan nilai base flow, interflow dan direct runoff

48
10000 10000
Runoff DRO dan Interflow
Baseflow Interflow
DRO dan Interflow Direct Runoff
1000 1000
Logaritma Debit (me/dtk)

Logaritma Debit (m3/dtk)


100 100

10 10

1 1
10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
Time
Time

10000
RO
Baseflow
DRO dan Interflow
Logaritma Debit (m3/detik)

1000 Interflow
Direct Runoff (DRO)

100

10

1
10 15 20 25 30
Time

49
BASIN LAG AND TIME OF CONCENTRATION

PENGERTIAN

TIME CONCENTRATION
 Time concentration adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
terjauh secara hidrologi ke titik pengukuran atau outlet
 Time concentration dihitung dengan rumus Kirpich

FAKTOR TIME LAG


1. Bentuk DAS
2. Kemiringan saluran utama
3. Bentuk saluran
4. Pola hujan

SNYDERS TIME LAG

𝑡𝑙 = 𝐶𝑡 . (𝐿 . 𝐿𝐶𝑎 )0,3
Centroid =
center gravity
Dimana,
tl = time lag (jam)
L = panjang saluran utama (mile) l = 15 mile
LCa = jarak sepanjang saluran
utama dari tempat pengukuran
(outlet) ke suatu titik yang lCa = 9 mile
letaknya berlawanan dengan
pusat gravitasi watershed
(center gravity of the basin)
Ct = Coefisien yang besarnya tergantung
pada sifat-sifat watershed (1,8 –
2,2), makin kecil nilainya makin
curam. Untuk saluran air hujan
perkotaan (0,21 – 0,52)

Lokasi Ct Kondisi Wilayah

 Gunung, 1,2 Seluruh sungai berbatu dan curam,


pegunungan komponen interflow besar, tidak ada
aliran permukaan yang benar-benar
runoff

 Kaki bukit 0,72

 Lembah 0,35 Tanah aluvial, dasar batu, runoff


(overland flow dan interflow) besar

 Urban 0,08 Sebagian besar DAS adalah


impermeable dan banyak trotoir

50
PEMISAHAN BASEFLOW

 Straight line method


 Fixed base lengt method
 Variable slope method

1. Straight Line Method


Sudah dibahas didepan

2. Fixed Base Lengt Method


 T days = time interval (in days) aliran permukaan (runoff) berakhir setelah
mencapai puncak,
 DA = luas watershed (sqmile)
 T days = (DA)0,2

3. Variable Slope Method


 Menentukan inflection point
Time Tanggal ?
concentration
T days

1 2

51
UNIT HYDROGRAPH

UNIT HYDROGRAPH:

Untuk menduga peak dischrge hydrograph aliran permukaan (direct runoff) yang
jumlahnya adalah satu satuan (1 inchi atau 1 cm) di seluruh watershed.

ASUMSI UNIT HYDROGRAPH


Hujan menyebar ke seluruh dengan pola yang sama di seluruh DAS, ini yang tidak
benar pernah terjadi

MEMBANGUN UNIT HYDROGRAPH


Untuk membangun unit hydrograph harus dipilih hujan yang mempunyai batasan
sebagai berikut:
1. Hujan terjadi secara sendiri (struktur hujan yang sederhana),
2. Hujan terjadi dengan distribusi merata (uniform) sepanjang terjadinya hujan lebih,
3. Hujan terjadi merata di seluruh watershed,

KARAKTER HYDROGRAPH
Debit

1. Time to peak
Q=

2. Peak runoff
3. Time base

Time
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Lamanya hujan turun harus mendekati 10 -30% dari waktu tunda (lag time
watershed),
2. Direct runoff hujan tersebut harus berkisar dari 0,5 – 1,75 inchi (1,25 – 4,375 cm),
3. Diambiul jumlah kejadian hujan yang sesuai ± 5 kejadian hujan untuk mendapatkan
rata-rata ordinat.
4. Ordinat Direct Runoff diperhitungkan agar diperoleh jumlah direct runoff 1 inchi (2,5
cm),
5. Final hydrograph untuk waktu/lama hujan tertentu, di watyershed tersebut diperoleh
dengan merata-ratakan ordinat semua kejadian hujan yang dipilih dan
menyesuaikan untuk 1 inchi direct runoff.

UNIT HYDROGRAPH
Suatu cara yang umum dilakukan untuk menyatakan sifat-sifat DAS dalam
menghasilkan banjir

52
CONTOH:
Hujan terjadi di suatu tempat dengan waktu selama 4 jam menghasilkan direct runoff
50 mm, dengan penyebaran debit sebagai berikut:

Laju RO (m3/detik)
Waktu (t)
50 mm 25 mm
0 0,000 0,000
2 1,220 0,610
4 4,050 2,025
6 6,750 3,375
8 5,670 2,835
10 4,523 2,261
12 3,375 1,688
14 2,375 1,188
16 1,375 0,688
18 0,688 0,344
20 0,000 0,000

Maka hujan yang menghasilkan direct runoff 25 cm penyebaran debitnya disajikan pada
tabel diatas dengan gambar hidrograph disajikan pada gambar dibawah.

8
7
Unit Hydrograph
6
Debit (m3/dtk)

5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Time

DITANYAKAN:

Hitung/tentukan dimana puncak aliran dan kapan waktu terjadinya suatu banjir yang
lamanya hujan 8 jam yang menghasilkan aliran permukaan (runoff) 2,5 cm pada 4 jam
pertama dan 3,75 cm pada 4 jam yang kedua

53
JAWAB:

Waktu Laju RO Hujan-1 Laju RO Hujan-2 Laju RO Gabungan


(t) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik)
0 0,000 0,000
2 0,610 0,610
4 2,025 0,000 2,940
6 3,375 0,915 6,413
8 2,835 3,038 7,898
10 2,261 5,063 6,514
12 1,688 4,253 5,079
14 1,188 3,392 3,719
16 0,688 2,531 2,469
18 0,344 1,781 1,375
20 0,000 1,031 0,516
22 0,516 0,000
24 0,000 0,000

10.000
hujan-1
9.000
8.000 hujan-2
7.000
Debit (m3/detik)

6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
0 5 10 15 20 25
Time (jam)

Dari Tabel dan Gambar diatas, puncak aliran terjadi pada jam ke 10 sejak
mulainya aliran permukaan yang debitnya adalah sebesar 7,324 m3/detik.

54
SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH

SNYDER METHOD

1. Compute lag time (tl)


𝑡𝑙 = 𝐶𝑡 (𝑙. 𝑙𝐶𝑎 )0,3

Time to peak (tp)


D
𝑡𝑝 = + 𝑡𝑙
2

2. Compute duration of rainfall (tr = lamanya hujan)


𝑡
𝑡𝑟 = 5,5𝑙 tr = lamanya unit (satuan) hujan lebih (jam)
tl = waktu tunda dari centroid hujan lebih ke puncak
aliran unit hydrograph (jam)

3. Convers lag time


Konversi lag time ke lamanya hujan
𝑡𝑙𝑅 = 𝑡𝑙 + 0,25 (t R − t r ) tlR = lag time yang sudah disesuaikan (jam)
tl = original lag time (jam)
tR = lamanya unit hujan hydrograph yang diinginkan
tr = lamanya original unit hydrograph

4. Compute peak discharge


640.Cp .A
𝑄𝑝 = Qp = peak discharge (cfs)
tl
Cp = koefisien penyimpangan yang dipengaruhi oleh time
lag, lamanya hujan efective dan luas area yang
menyumbang pada peak flow serta luas seluruh
watershed
tl = lag time (jam)

5. Compute time base (T = basis waktu)


𝑡
T = 3 + 8𝑙 T = basis waktu unit hydrograph Sintesis (hari)
tl = lag time watershed satuan jam (tlR )

6. Construct hydrograph

CONTOH PEMBUATAN SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH

Diketahui: l = 15 mile Centroid


lCa = 9 mile
A = 100 sqmile l = 15 mile
D = 6 jam (lamanya hujan)
Ct = 2,0
lCa = 9 mile
Cp= 0,6

Ditanyakan: buat synthetic unit hydrograph.

55
Jawab:
1. Lag time (tl)
𝑡𝑙 = 𝐶𝑡 (𝑙. 𝑙𝐶𝑎 )0,3
= 2 (15 𝑥 9)0,3 = 8,7 jam
2. Lamanya hujan (tr)
𝑡 8,7
𝑡𝑟 = 5,5𝑙 = 5,5 = 1,58 jam

3. Konversi lag time ke lamanya hujan 6 jam (tlR)


𝑡𝑙𝑅 = 𝑡𝑙 + 0,25 (t R − t r )
= 8,7 + 0,25 (6 − 1,58) = 9,8 jam

4. Peak Discharge (Qp)


640. Cp . A 640 x 0,6 x 100
𝑄𝑝 = = = 3900 cfs
tl 9,8

5. Time base
𝑡 9,8
T = 3 + 8𝑙 = 3 + 8 = 4,23 hari = 102 jam
Catatan : Untuk DAS kecil nilai time base = 3 atau 5 x tp

6. Time to peak (tp)


D 6
𝑡𝑝 = 2 + 𝑡𝑙 = 3 + 9,8 = 12,8 jam  13 jam

7. Construct hydrograph

4000
Series1

3000
Debit (cfs)

2000

1000

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
time

56
SCS METHOD

Steps untuk synthesis unit hydrograph SCS

1. Compute lag time (tl)


𝑙 0,8 (𝑆 + 1)0,7
𝑡𝑙 =
1900 𝑌 0,5

l = panjang lereng (ft)


Y = kemiringan lereng (%)
1000
S = − 10
CN

2. Compute time to peak (tp)


D
𝑡𝑝 = + t l dalam jam
2

3. Compute peak discharge (Qp)


484. A
𝑄𝑝 = (dalam cfs)
tp

4. Compute time base (tb)


𝑡𝑏 = 5 t p  dimana 3/8 volume air terjadi sebelum tp,

5. Construct hydrograph
SCS dapat mebuat unit hydrograph dalam bentuk smothing (bukan segitiga

CONTOH PEMBUATAN SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH METODE SCS

1. Compute lag time (tl)


𝑡𝑙 = 8 𝑗𝑎𝑚

2. Compute time to peak (tp)


D 6
𝑡𝑝 = 2 + t l = 2 + 8 = 11 jam

3. Compute peak discharge (Qp)


484. A 484 x 100
𝑄𝑝 = = = 4400 cfs
tp 11

4. Construct the unit hydrograph


a. Qp = 4400 cfs
b. tp = 11 jam
c. tb = 5 x 11 = 55 jam  ingat tb = 3 atau 5 tp, 3/8 volume terjadi
sebelum tp
Inflection point 1,7 tp
pada t = 55 jam  Qp = 0
d. Q/Qp = 0,45

57
Tabel. Ratio for dimensionless unit hydrograph

T-Ratio Discharge Mass Curve


(Waktu = t) (Debit = q)
(t/Tp) Ratio (q/Qp) Ratio (Qa/Q)
0,0 0,000 0,000 0,0 0,0
0,1 0,030 0,001 1,1 132,0
0,2 0,100 0,006 2,2 440,0
0,3 0,190 0,012 3,3 836,0
0,4 0,310 0,035 4,4 1364,0
0,5 0,470 0,065 5,5 2068,0
0,6 0,660 0,107 6,6 2904,0
0,7 0,820 0,163 7,7 3608,0
0,8 0,930 0,228 8,8 4092,0
0,9 0,990 0,300 9,9 4356,0
1,0 1,000 0,375 11,0 4400,0
1,1 0,990 0,450 12,1 4356,0
1,2 0,930 0,522 13,2 4092,0
1,3 0,860 0,589 14,3 3784,0
1,4 0,780 0,650 15,4 3432,0
1,5 0,680 0,700 16,5 2992,0
1,6 0,560 0,751 17,6 2464,0
1,7 0,460 0,790 18,7 2024,0
1,8 0,390 0,822 19,8 1716,0
1,9 0,330 0,849 20,9 1452,0
2,0 0,280 0,871 22,0 1232,0
2,2 0,207 0,908 24,2 910,8
2,4 0,147 0,934 26,4 646,8
2,6 0,107 0,953 28,6 470,8
2,8 0,077 0,967 30,8 338,8
3,0 0,055 0,977 33,0 242,0
3,2 0,040 0,984 35,2 176,0
3,4 0,029 0,989 37,4 127,6
3,6 0,021 0,993 39,6 92,4
3,8 0,015 0,995 41,8 66,0
4,0 0,011 0,997 44,0 48,4
4,5 0,005 0,999 49,5 22,0
5,0 0,000 1,000 55,0 0,0

58
1.2
Mass Curve Discharge Ratio

0.8
q/Qp; Qa/Q

q = Discharge at time t
qp = peak discharge
0.6
Qa = Accumulated valume at time t
Q = Total volume
t = A selected time
0.4
Tp = Time from begining or rise to the peak

0.2

0
0 1 2 3 4 5
t/Tp

5000
4500
4000 Tp = 11 jam
3500
Unit Hydrograph
Debit (cfs)

3000
2500 Tb = 55 jam
2000
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Time (jam)

59
ANALYSIS SYSTEM

Algorithm Acses of intruction


Rangkaian perintah yang bila dituruti akan memecahkan
masalah yang ditentukan
Must be precise

Very detail no
losses end

DAS
Topografi, Iklim, Vegetasi, OUTPUT
INPUT
penggunaan lahan, tanah
dan manusia

HUJAN - Debit Sungai


- Intersepsi, PROSES - Polusi,
- evapotranspirasi, - Sedimen,
- Depression storage, - Produksi,
- Surface detention, - Kesejahteraan.
-Infiltrasi, perkolasi

SISTEM:
 Suatu kesatuan unsur-unsur yang berinteraksi satu sama lain di lingkungan
 Meliputi proses yang rumit, ditandai oleh banyak lintasan sebab dan akibat yang
timbal balik.
 Sistem bersangkut paut dengan:
1. Dimensi waktu dan ruang,
2. Komponen-komponen (tanah, tanaman dan manusia),
3. Interaksi antar komponen,
4. Kerumitan,
5. Lingkungan luar

ANALYSIS:
Pengkajian suatu sistem dengan menggunakan azas-azas metode ilmiah sehingga
dapat dibentuk konsepsi dan model yang dapat digunakan sebagai dampak
pengolahan sistem tersebut.

ANALISIS SISTEM:
Merupakan serangkaian teknik yang digunakan untuk:
 Mengidentifikasi sifat-sifat makroskopis sistem tersebut,
 Menjelaskan interaksi atau proses-proses yang terjadi, misalnya antara tanah,
penggunaan lahan, tumbuhan/vegetasi, topografi dan teknologi yang digunakan
 Meramal percobaan (mensimulasi) sifat-sifat dari sistem (dalam arti membuat
sederhana proses-proses yang ada dalam sistem tersebut),

60
MODEL DAN SIMULASI MODEL

A. PENDEKATAN MASALAH

B. PENYUSUNAN MODEL
1. Model harus merupakan suatu gambaran yang syah tentang sistem yang diteliti,
realistis dan informatif,
2. Model harus cukup sederhana agar mudah dikelola,
3. Model harus merupakan gambaran dari sistem sebenarnya.

C. PENGUMPULAN DATA DASAR


1. Penggunaan lahan,
2. Sifat fisik tanah, topografi,
3. Debit sungai,
4. Iklim (Evapotranspirasi, Intersepsi)
Asumsi yang digunakan:
1. Luas DAS tetap,
2. DAS merupakan sistem terbuka, menerima input dan memberikan output keluar,
3. Masukan sistem DAS hanya curah hujan dan keluarannya hanya dari
pembuangan dan Evapotranspirasi,

D. PENGESAHAN MODEL
Dimasukkan data curah hujan dari beberapa hujan (time series)

E. EXPERIMENTASI/SIMULASI DAN PENGGUNAAN MODEL

CONTOH-CONTOH MODEL

STANFORD WATERSHED MODEL IV (SWN IV) ------- GAMBAR 4.

 Output hanya berupa perubahan penggunaan lahan secara global, keluaran


teknologi tidak dapat,
 Output bukan agroteknologi, tetapi hanya berupa penggunaan lahan dan masih
bersifat umum atau global,

1. Cadangan daerah bawah permukaan (Lzs)

2. Intersepsi (INTCP)
Intersepsi diperoleh dari kajian literatur hasil-hasil penelitian atau diteliti/diukur atau
dengan menggunakan formulasi yang ada.

3. Water Supply (Suplai air = Moisture Supply = MS)


MS = R – INTCP
= suplai air (mm)

61
R = curah hujan bulanan (mm)
Dipengaruhi oleh infiltrasi kumulatif
b = X – OVFH

4. Cadangan daerah atas permukaan (Uzs)


5. Infiltrasi
6. Aliran bawah permukaan (interflow),
7. Aliran air bawah permukaan (baseflow),
8. Perubahan cadangan daerah bawah permukaan,
9. Cadangan daerah bawah permukaan
Lzs = banyaknya air dalam tanah dari permukaan air bawah tanah sampai
dengan permukaan tanah,
Lzsn = Nominal cadangan bawah permukaan,
= ¼ (Curah hujan tahunan) + 100
= Nilai median dari Lzs
= dalam mm

LANGKAH-LANGKAH

1. Intersepsi (INTCP)
𝐼𝑁𝑇𝐶𝑃 = 𝑎 + 𝑏. 𝑃

2. Net Precipitation atau curah hujan netto (NP)


𝑁𝑃 = 𝑃 − 𝐼𝑁𝐶𝑃

3. C = Parameter yang mempengaruhi bentuk hydrograph


𝐶 = (𝐶𝐶) 2(𝐿𝑍𝑆/𝐿𝑍𝑆𝑁 )
CC = Interflow (overland flow)

4. Kapasitas Infiltrasi (b)


b = NP – OLFH

5. Infiltrasi Lanjut (INFC)


6. Air yang mengisi cadangan bawah permukaan (INFC DET*)
7. Surface Detentention (air yang mengisi cadangan atas permukaan = Surf
DET)

Kondisi Ketersediaan Air


No. Komponen Infiltrasi
x<b b < x < cb x > cb
1. Infiltrasi total yang 𝑥̅ 2 𝑏 𝑏
mengisi air bawah 𝑥 −
2𝑏 2 2
tanah (Infiltrasi Netto)
2. Infiltrasi yang mengisi 𝑥̅ 2 1 𝑏 𝑥̅ 2 𝑏
interflow detention, (1 − ) 𝑥 − − (𝑐 − 1)
2𝑏 𝑐 2 2𝑐𝑏 2
cadangan bawah
permukaan
3. Infiltrasi yang mengisi 𝑥̅ 2 𝑥̅ 2 𝑐𝑏
permukaan (surface 𝑥 −
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 2
detention)
4. Persentase cadangan 1 𝑐−1
100 (1 − ) 𝑥̅ 2 100 −
air untuk mengalir 𝑐 100 (1 − ) 2𝑥̅
𝑏 ( )−1
sebagai interflow 2𝑐𝑏 (𝑥̅ − ) 𝑏
2

62
8. Cadangan daerah atas permukaan (UZS)
UZS = INTCP + Surface DET
UZSN = Nilai indeks UZS = 0,6 LZSN

9. Bila, UZS/UZSN < 2


𝑈𝑍𝑆 1
𝐼𝑁𝑇𝐷 = [(1 − )( )] (𝑆𝑢𝑟𝑓 𝐷𝐸𝑇)
𝑈𝑍𝑆𝑁 (1 + 𝑈𝑍𝐼1 )𝑈𝑍𝐼1

Bila, UZS/UZSN > 2


1
𝐼𝑁𝑇𝐷 = [( )] (𝑆𝑢𝑟𝑓 𝐷𝐸𝑇)
𝑈𝑍𝐼 2
(1 − 𝑈𝑍𝐼 1 )

𝑈𝑍𝑆
𝑈𝑍𝐼 1 = 2 | − 1| + 1
2𝑈𝑍𝑆𝑁

𝑈𝑍𝑆
𝑈𝑍𝐼 2 = 2 | − 2| + 1
𝑈𝑍𝑆𝑁

10. Aliran permukaan (OLF)


𝑂𝐿𝐹 = 𝑆𝑢𝑟𝑓 𝐷𝐸𝑇 − 𝐼𝑁𝑇𝐷

11. Perkolasi (perc.)


𝑃𝑒𝑟𝑐. = 𝐼𝑁𝐹𝐶 + 𝐼𝑁𝐹𝐷 − 𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑡 ∗

Evapot* = Evapotranspirasi aktual yang sebagian adalah penguapan dari


intersepsi

12. Parameter Interflow (INTP)


INTP = 1 – Kr-if
Kr-if = Konstanta Interflow
INT DET = Cadangan bawah permukaan
𝐼𝑁𝑇 𝐷𝐸𝑇 = 𝐼𝑁𝑇 𝐷𝐸𝑇𝑖−1 − 𝐼𝑁𝑇𝐹𝑖−1 + 𝐼𝑁𝑇 𝐷𝐸𝑇𝑖∗
𝐼𝑁𝑇𝐹𝑖 = (𝐼𝑁𝑇 𝐷𝐸𝑇𝑖 ) + 𝐼𝑁𝑇𝑃. 𝑘1
K1 = Konstanta Interflow

13. Parameter Ground Water Flow (Baseflow = GWFP)


GWFP = 1 – Kr-bf
𝐺𝑊𝑆𝑖 = 𝐺𝑊𝑆𝑖−1 − 𝐺𝑊𝐹𝑖−1 + 𝑃𝐸𝑅𝐶 𝑖
𝐺𝑊𝐹𝑖 = (𝐺𝑊𝑆𝑖 )(𝐺𝑊𝐹𝑃)𝑘2
GWS = Cadangan air bawah tanah
GWFP = baseflow
k2 = konstanta baseflow

14. Aliran Sungai (STF)


𝑆𝑇𝐹𝑖 = 𝑂𝐿𝐹𝑖 − 𝐼𝑁𝑇𝐹𝑖 + 𝐺𝑊𝐹𝑖

63
15. Cadangan air bawah permukaan (LZS)

𝐿𝑍𝑆𝑖−1
𝐿𝑍𝑆𝑖 = (𝑒𝑝𝑜𝑡.𝑃𝑜𝑡
𝑒 𝑖 −𝑃𝑖 )/𝐿𝑍𝑆𝑚𝑎𝑥

Epot.Pot = Evapotranspirasi potensial


LZSmaks = Cadangan bawah permukaan max
Pi = hujan bulan ini
TOPOG

TOPOG adalah paket hidrologi yang didasarkan pada analisis hidrologi (terrain
analysis) yangdapat digunakan untuk
1. Mendiskripsikan hal-hal tentang bentuk wilayah yang berhubungan dengan
topografi,
2. Menduga penyebaran tempat yang mungkin terjadi genangan air, erosi dan
longsor,
3. Mensimulasi hidrologi suatu daerah tangkapan dan bagaimana hal itu dipengaruhi
oleh perubahan penggunaan lahan,
4. Membuat model pertumbuhan vegetasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap
keseimbangan air,
5. Memprediksi pengaruh penambahan pada tempat-tempat tertentu terhadap aliran
bawah tanah.

Kemampuan pemodelan TOPOG sangat relevan terhadap isue-isue pengelolaan


seperti:
1. Genangan air dan salinitas lahan kering,
2. Produksi air dari suatu DAS,
3. Erosi dan sedimentasi, belum terealisasi
4. Peramalan banjir,
5. Pembuangan limbah cair rumah tangga, pertanian dan industri pada lahan
pertanian.
6. Penghutanan kembali dan penanaman hutan,
7. Penilaian kemungkinan longsor,
8. Penilaian habitat ekologi.

TOPOG membahas/mendiskripsikan air bergerak dalam tiga dimensi suatu wilayah;


melalui permukaan kedalam tanah, dan melalui tanah dan kembali ke atmosfir sebagai
evaporasi.
Kekuatan utama topog adalah pada prosesnya yang didasarkan pada model digital
terrain analisis yang rumit (shophisticated) yang secara tepat/teliti mendiskripsikan hal-
hal yang berkaitan dengan topografi dari suatu bentuk wilayah dengan tiga dimensi.
Topog juga diperlengkapi untuk mensimulasi perubahan kelembaban tanah dan
kecepatan pergerakan air dalam tanah dalam landscape akibat perubahan
pengelolaan lahan. Nanti topog juga dikembangkan untuk mendiskripsikan proses-
proses dalam landscape yang berkaitan dengan air seperti erosi, salinitasi, dan
gerakan pollutant dalam tanah.

Penggunaan Topog untuk Analisis DAS


Langkah-langkah yang diperlukan adalah:
1. Memasukkan data kontur tiga dimensi (X.Y.Z) kedalam (DEM) digital elevation
,model untuk membuat peta kontur dengan skala yang diinginkan.

64
2. Pemecahan peta kontur kedalam elemen-elemen yang saling berhubungan untuk
menentukan jaringan aliran dan dalam proses ini menghitung kelengkapan-
kelengkapan topografi yang sesuai untuk setiap elemen.
3. Memasukkan informasi/data/karakteristik DAS seperti; tanah, iklimdan penggunaan
lahan/vegetasi.
4. Mensimulasi keseimbangan air baik steady state maupun dinamisuntuk setiap
elemen dalam DAS.

65

Anda mungkin juga menyukai