Anda di halaman 1dari 64

EVI RENITASARI 14-051

SISTEM DRAINASE
DI DAERAH PERKOTAAN
( Oleh : Mariyanto )

MODUL KULIAH : DRAINASE


PENDAHULUAN

- Pengertian Drainase
Drainase adalah suatu ilmu tentang pengeringan tanah .
Drainase berasal dari kata to drain yang berarti mengosongkan air
Dalam bidang Teknik Sipil, drainase dapat didefinisikan sebagai suatu
tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari
air hujan, air rembesan, maupun kelebihan air dari suatu kawasan
sehingga fungsi kawasan / lahan tersebut tidak terganggu.
Drainase Perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
masyarakat (SKSNI T -07-1990-F)
PENDAHULUAN

Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air,


baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terle-
tak di kota dan bermuara di sungai yang kemudian
menuju ke laut.
Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan
air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya
melalui permukaan tanah (surface drainage) atau lewat
di bawah permukaan tanah (sub surface drainage) yang
selanjutnya dibuang ke sungai dan ke laut. Oleh karena
itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi,
sampah, pengendalian banjir, dll.
SISTEM DRAINASE AIR HUJAN
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
DI DAERAH PERKOTAAN
AIR HUJAN MERUPAKAN SUMBERDAYA YANG
HARUS DILESTARIKAN

- Air memiliki nilai ekonomi yang tinggi


- Ketersediaan air terbatas
- Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat
- Permasalahan air ( 3 T ) :
- air terlalu banyak
- air terlalu sedikit
- air terlalu kotor
- Sistem drainase harus berwawasan lingkungan
- Sistem drainase harus mengantisipasi kekurangan air
pada saat musim kemarau
PERMASALAHAN DRAINASE
DI DAERAH PERKOTAAN

- Peningkatan jumlah penduduk


- jumlah limbah meningkat
- urbanisasi
- Amblesan tanah (land subsidence)
- Pengambilan air tanah berlebihan
- Suplai air hujan kurang
- Reklamasi pantai
- Peningkatan debit
- Sampah memberi kontribusi pendangkalan /
penyempitan saluran
- Terjadi sedimentasi yang berlebihan
BANJIR DI DAERAH PERKOTAAN

- Intensitas curah hujan


- Pengaruh perubahan penggunaan lahan
- Manajemen DAS
- Sistem drainase tidak memadai
- Bantaran sungai tidak ada
- Permasalahan sampah di daerah perkotaan
- Pemeliharaan saluran drainase tidak memadai
EFEK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP DEBIT BANJIR

Kondisi Awal Kondisi Perubahan Lahan

Air tertahan di Air tertahan di


DAS Volume limpasan DAS Volume limpasan

Limpasan di sungai Waktu Limpasan di sungai


Waktu
PETA LOKASI BANJIR DI INDONESIA

1984 : 22 DAS kritis (9,7 juta ha)


1994 : 39 DAS kritis (12,5 juta ha)
1998 : 42 DAS kritis (23,7 juta ha)
2000 : 58 DAS kritis (35 juta ha)
Ikhtisar geografis kejadian banjir dan kekeringan selama 30 tahun terakhir (1973-2002)
(Sumber : World Meteorological Organization, 2004)

Frekuensi bencana banjir di Indonesia tergolong tinggi untuk di kawasan Asia Tenggara
Bencana Banjir
Banjir di DAS Bohorok Sumatera Utara
Mempersempit alur
sungai

Pemukiman padat penduduk di Bantaran Sungai


PENYEMPITAN KALI CIPINANG
SAMPAH DI PINTU MANGGARAI 26

Saluran drainase kurang dipelihara


MENGAPA SISTEM DRAINASE HARUS
BERWAWASAN LINGKUNGAN

- Untuk mereduksi debit limpasan permukaan


(salah satu metode untuk penanggulangan
banjir di daerah perkotaan)
- Menambah cadangan air tanah agar tidak
kekurangan air pada saat musim kemarau
- Mengantisipasi pencemaran air tanah oleh
industri (Bahan Beracun Berbahaya )
- Menghemat penggunaan energi pompa
- Mengantisipasi adanya intrusi air laut
KONSEP SISTEM DRAINASE YANG
BERWAWASAN LINGKUNGAN

- Sistem drainase secara retensi


- Sistem drainase secara infiltrasi / resapan
- Sistem drainase permukaan
- Sistem drainase bawah permukaan
SISTEM DRAINASE SECARA RETENSI

- Sistem drainase secara retensi berfungsi :


- menyimpan air
- menampung air
- mengendalikan laju aliran permukaan
sehingga debit banjir dapat direduksi
- Sistem drainase retensi yang alami berupa
cekungan tanah yang dapat digunakan untuk
menampung air hujan
- Dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi dan
wisata dan berpotensi sebagai sumber PAD
SISTEM DRAINASE SECARA RETENSI
(lanjutan)

- Sistem drainase retensi diterapkan berupa :


- kolam retensi
- embung-embung / genangan buatan
- waduk pengendali banjir
- areal parkir (tinggi genangan maks 15 cm)
- kolam ikan di sekitar rumah tangga
- Konservasi sumberdaya air dan areal untuk
perikanan darat
SISTEM DRAINASE SECARA RETENSI
(lanjutan)

- Sistem drainase retensi diterapkan berupa :


- kolam retensi
- embung-embung / genangan buatan
- waduk pengendali banjir
- areal parkir (tinggi genangan maks 15 cm)
- kolam ikan di sekitar rumah tangga
- Konservasi sumberdaya air dan areal untuk
perikanan darat
SISTEM DRAINASE SECARA INFILTRASI

- Daerah hunian dengan penduduk yang padat


sistem drainase yang sesuai adalah sumur
resapan dan saluran porus

- Sistem drainase infiltrasi merupakan cara


menyimpan air hujan ke dalam tanah melalui
sumur resapan air hujan sehingga air dapat
dimanfaatkan pada musim kemarau dan
sekaligus mampu mereduksi debit limpasan
permukaan
SISTEM DRAINASE SECARA INFILTRASI
(lanjutan)
- Konsep sumur resapan air hujan adalah suatu
sistem drainase dengan memanfaatkan air hujan
yang jatuh pada atap bangunan atau perkerasan,
yang kemudian ditampung pada suatu sistem
resapan air yang telah disediakan
- Sumur resapan ini merupakan sumur kosong,
dengan tujuan agar kapasitas reservoirnya cukup
besar sebelum air meresap ke dalam tanah,
sehingga volume air hujan yang masuk ke dalam
tanah akan maksimal
SISTEM DRAINASE SECARA INFILTRASI
(lanjutan)

- Pada kawasan pemukiman dengan elevasi air


tanah tidak terlalu dalam, penggunaan sumur
resapan air hujan menjadi kurang efektif lagi, dan
dalam kondisi demikian sebaiknya digunakan
saluran porus
- Untuk air tanah dengan kedalaman kurang dari 3
meter digunakan saluran porus yang merupakan
suatu konstruksi yang berfungsi menampung
serta meresapkan air ke dalam tanah
SISTEM DRAINASE SECARA INFILTRASI
(lanjutan)

- Salah satu parameter yang perlu dicermati dalam


pemakaian sumur resapan dan saluran porus
adalah nilai permeabilitas tanah. Nilai tersebut
akan mempengaruhi tingkat keporusan tanah
yang akan berpengaruh terhadap perancangan
dimensi sumur resapan maupun saluran porus.
Oleh sebab itu, penggunaan sumur resapan
maupun saluran porus tidak dapat dipaksakan
bila kondisinya tidak memungkinkan
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Meningkatnya limpasan permukaan, disamping
akan menambah beban sistem drainase di bagian
hilir, juga menurunkan pengisian air tanah,
sehingga memberi kontribusi terhadap
keseimbangan siklus hidrologi. Oleh karena itu,
salah satu solusi adalah mengembalikan
fungsi resapan secara artifisial. Hal ini akan
memberi manfaat ganda, yaitu menurunkan
limpasan permukaan dan sekaligus meningkatkan
mengisian air tanah.
Perhitungan SRAH menurut Sunjoto dalam Suripin
( 2004 ), dengan persamaan sebagai barikut :

Q (F.K.T) /(.R)
H = --------- ( 1 e )
F. K
Dengan :
H = tinggi muka air dalam sumur ( m )
F = faktor geometrik ( m )
Q = debit air masuk ( m / dt )
T = waktu pengaliran ( detik )
K = koefisien permeabilitas tanah ( m/dt )
R = jari-jari sumur ( m )
Sedangkan berdasarkan Metode PU ( 1990 ), tentang
perencanaan teknis sumur resapan air hujan sbb :

D. I. At - D. K. As
H = ------------------------
As + D. K. P
Dengan :
D = durasi hujan (jam)
I = Intensitas hujan (m/jam)
At = luas tadah hujan (m)
K = permeabilitas tanah (m/jam)
P = keliling penampang sumur (m)
As = luas penampang sumur (m)
MUKA AIR TANAH

Sumur resapan dibuat pada awal daerah aliran yang


dapat ditentukan dengan mengukur kedalaman dari
permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur
penduduk sekitarnya pada musim hujan.

PERMEBILITAS TANAH

Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk


SRAH dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :
Permeabilitas tanah sedang ( geluh/lanau, k = 2,0 6,5 cm/jam ).
Permebilitas tanah agak cepat ( pasir halus, k = 6,5 12,5 cm/jam ).
Permeabilitas tanah cepat ( pasir kasar, k = 12,5 cm/jam ).
GAMBAR SUMUR RESAPAN
DRAINASE PERMUKAAN
DRAINASE PERMUKAAN
FUNGSI DRAINASE PERMUKAAN

Sistem drainase permukaan pada


konstruksi jalan raya pada umumnya
berfungsi sebagai berikut :

1. Mengalirkan air hujan agar secepat


mungkin keluar dari permukaan jalan
dan selanjutnya dialirkan lewat
saluran samping, menuju saluran
pembuang akhir.
2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah
pengaliran di sekitar nya agar tidak masuk ke
daerah perkerasan jalan.

3. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar


jalan akibat aliran air.
SISTEM DRAINASE PERMUKAAN
- Sistem drainase permukaan merupakan
sistem drainase yang mengalirkan air di
permukaan tanah. Sistem drainase
permukaan ini akan mengalirkan air
limpasan permukaan dari banjir yang terjadi
di daerah perkotaan.
SISTEM DRAINASE PERMUKAAN
(lanjutan)

- Jadi, setelah air hujan yang akan menyebabkan


banjir di tampung oleh penampungan alam
maupun buatan (sistem retensi), kemudian
dengan sistem infiltrasi air hujan/debit limpasan
permukaan akan diresapkan ke dalam tanah
dengan menggunakan sumur-sumur resapan dan
saluran porus yang ada, dan sisanya akan
mengalir sebagai limpasan permukaan yang akan
di tampung oleh sistem drainase permukaan yang
ada.
TATA LETAK SALURAN DRAINASE
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain (b) berada di bagian terendah
FUNGSI SALURAN DALAM JARINGAN DRAINASE

- Interceptor drain
Saluran interceptor drain berfungsi sebagai
pencegah terjadinya pembebanan aliran dari
suatu daerah terhadap daerah lain yang
dibawahnya.

- Collector drain
Berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari
saluran yang lebih kecil dan akhirnya dibuang ke saluran
pembawa (conveyor)
- Conveyor drain
Saluran yang berfungsi sebagai pembawa air
buangan dari suatu daerah ke lokasi pembungan
tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui.
Letak saluran conveyor drain yaitu di bagian
terendah dari suatu daerah sehingga secara
efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari
anak cabang saluran yang ada.
PERMASALAHAN BANJIR
DI JAKARTA DAN KOTA BESAR
LAINNYA ?

- Tinggi genangan banjir 1 m ?


- Jalan raya terendam banjir ?
- Saluran drainase permukaan
tidak mampu menampung debit
banjir yang terjadi ?
SOLUSI ???
TUGAS KELOMPOK
- Dibuat secara kelompok dan hasilnya
dipresentasikan
- Nilai tugas ini digunakan sebagai
pengganti nilai quis
- Tiap kelompok terdiri dari 4 orang
SOAL TUGAS DRAINASE
Buat studi kasus banjir pada daerah tertentu
(dilengkapi dengan data) dan kaji permasalahan
tersebut yang terkait dengan :
a. Permasalahan banjir
- Penyebab terjadinya banjir
- Kondisi DAS dan tata guna lahan
- Respon saluran drainase
b. Solusi permasalahan banjir
c. Kesimpulan dan rekomendasi
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
SALURAN DARAINASE
TAHAPAN DALAM PROSES PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN SALURAN DRAINASE

1. Analisis hidrologi
2. Perhitungan hidrolika
3. Perhitungan dimensi dan kapasitas
saluran
4. Gambar rencana
ANALISIS HIDROLOGI
Rumus untuk menghitung Debit (Q)
Biasanya rumus yang digunakan adalah Rational Formula
sebagai berikut :

Q = 1/3,6 x C x I x A
dimana:
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien pengaliran (Tabel 4)
I = Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu
konsentrasi (Tc)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
KOEFISIEN PENGALIRAN ( C )

1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 - 0,95


2. Jalan kerikil & jalan tanah 0,40 - 0,70
3. Bahu jalan:
- Tanah berbutir halus 0,40 - 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 - 0,20
- Batuan masif keras 0,70 - 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 - 0,75
4. Daerah perkotaan 0,70 - 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 - 0,70
KOEFISIEN PENGALIRAN ( C ) (lanjutan)

6. Daerah industri 0,60 - 0,90


7. Permukiman padat 0,60 - 0,80
8. Permukiman tidak padat 0,40 - 0,60
9. Taman dan kebun 0,20 - 0,40
10. Persawahan 0,45 - 0,60
11. Perbukitan 0,70 - 0,80
12. Pegunungan 0,75 - 0,90
LUAS DAERAH PENGALIRAN ( A )

Batas batas daerah pengaliran ditetapkan


berdasarkan peta topografi, pada umumnya skala
1 : 50.000 - 1 : 25.000. Jika luas daerah pengaliran
relatif kecil diperlukan peta dengan skala yang lebih
besar.
Dalam praktek sehari-hari, sering terjadi tidak tersedia
peta topografi yang memadai sehingga penetapan
batas daerah pengaliran merupakan suatu pekerjaaan
yang sulit. Dalam kondisi tidak ada peta topografi,
maka asumsi berikut dapat dipakai sebagai bahan
pembanding.
LUAS DAERAH PENGALIRAN ( lanjutan)

L ( m)

Keterangan :
L = Batas saerah pengaliran yang
diperhitungankan
MENGHITUNG DIMENSI SALURAN

Rumus untuk menghitung dimensi saluran yang


sering dipakai adalah :

F=Q/V

dengan,
F = luas penampang basah (m2)
Q = debit (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
Kecapatan aliran ( V ), dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut.

V = 1/ n x ( R )2/3 x ( I )1/2

dengan,
n = koefisien menurut Manning
R = F / P = jari-jari hidrolis
V = kecepatan aliran (m/dt)
F = luas panampang basah (m2)
P = keliling penampang basah (m)
I = kemiringan saluran drainase
Kecapatan aliran minimum yang digunakan
dalam perencanaan saluran agar tidak
terjadi pengendapan sedimen adalah
0,2 m/dt, sedangkan kecepatan maksimum
yang diijinkan adalah sbb :

a. Saluran beton : 3 m/dt


b. Saluran batu : 2,5 m/dt
c. Saluran tanah : 1 m/dt
TINGGI JAGAAN ( Free board)

Tinggi jagaan untuk saluran terbuka dengan


permukaan diperkeras ( lining ) ditentukan
berdasarkan pertimbangan2 sbb :

a. Ukuran saluran
b. Kecepatan pengaliran
c. Debit banjir
d. Arah dan belokan saluran
Standar tinggi jagaan dari Dept PU (1999)
berdasarkan debit ( Q ) aliran adalah sbb :

Q ( m3/dt) Tinggi jagaan minimum (m)


0 - 0,3 0,3
0,3 - 0,5 0,4
0,5 - 1,5 0,5
1,5 - 15 0,6
15 - 25 0,75
> 25 1
CONTOH HITUNGAN
PERANCANGAN SALURAN
DRAINASE
Lebar jalan 6 m

L1 L2

A B

Diketahui daerah perkotaan dengan besarnya Intensitas hujan


(I) = 6 mm/jam, panjang saluran 6 km, kecepatan aliran V = 1,5
m/dt. Jika diketahui lebar saluran 0,9 m, tentukan dimensi
saluran A dan saluran B dengan bentuk saluran :
a. Persegi panjang b. trapesium
TAHAPAN DALAM PROSES PERENCANAAN
TAHAPAN DALAM PROSES PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN SALURAN DRAINASE

Anda mungkin juga menyukai