Andalan
Dr. Ir. M. Syahril B. K.
Pendahuluan
Dalam hidrologi, analisis debit dilakukan untuk memperoleh
debit banjir rencana atau debit andalan rencana. Debit banjir
rencana diperlukan untuk memperhitungkan tingkat keamanan
bangunan yang ingin direncanakan, dalam hal ini tinggi
rendahnya tingkat keamanan yang diinginkan ditunjukan
dengan besar kecilnya periode ulang yang dipakai. Sementara
itu debit andalan rencana diperlukan untuk memperhitungkan
tingkat kepercayaan yang dapat dipegang dalam
merencanakan fasilitas suplai air untuk memenuhi kebutuhan
akan air. Dalam hal ini tinggi rendahnya tingkat kepercayaan
digambarkan pada tinggi rendahnya probabilitas yang harus
diperhitungkan dalam menghitung debit andalan tersebut.
MODEL NRECA
Model ini dikembangkan dengan mengasumsikan DAS sebagai tampungan yang
dapat dibagi menjadi 2 bagian. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan
perbedaan reaksi masing-masing bagian tersebut terhadap infiltrasi air hujan yang
melaluinya. Kedua bagian tersebut adalah :
1. Zona atas yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya
kapasitas tanah dalam menahan air sampai tanah tersebut menjadi jenuh.
Tampungan ini biasanya dinyatakan dalam tingkat kelengasan tanah (soil
moisture)
2. Zona bawah yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya
kapasitas tanah dalam menahan air pada saat tanah tersebut jenuh (air tanah).
Tingkat kelengasan ditentukan oleh neraca air hujan dan evapotranspirasi aktual.
Ketika curah hujan yang terjadi lebih besar dari evapotranspirasi aktual, akan
terdapat kelebihan air yang mampu menambah kelengasan tanah sehingga tanah
menjadi jenuh dan akan melimpahkan kelebihan airnya dalam dua bentuk, yaitu
sebagai aliran yang akan langsung menjadi aliran permukaan dan aliran yang
mengisi tampungan air tanah. Aliran permukaan yang terjadi dari tampungan air
tanah yang keluar kembali disebut Base Flow.
Jika SMOLD/ SMNOM 2,0 atau RAIN/EPOT 1,0 maka EACT = EPOT.
Pada saat hujan lebih besar dari evapotranspirasi aktual, akan terjadi infiltrasi
Menentukan
Tampungan
Tanah
menuju zona bawah sehingga
akan menambahAir
volume
air tanah sebesar:
RECH = ESM x KRECH
ESM = 0,5 x [1 + tgh (2
SMOLD/SMNOM - 2] x (RAIN-EACT)
dimana :
RECH
tanah dengan asumsi sistem linier (mm)
KRECH
air tanah (mm)
ESM
(mm)
Besar kelebihan kelengasan tanah akan menjadi limpasan langsung yang besarnya
dapat ditentukan sbb.:
QDIR = ESM RECH
Dengan demikian, besar tampungan (reservoir) air tanah (GW) akan bertambah
sebesar RECH. Pada suatu saat sebagian air dari tampungan air tanah tersebut
akan menjadi aliran dasar yang besarnya dapat ditentukan sbb.:
QBASE = (GWOLD + RECH) x
KBASE
dimana :
GWOLD
= kandungan awal air tanah (sisa
Total Runoff
Dengan diketahuinya besaran kedua tampungan tersebut, besarnya total Runoff
pada model NRECA dapat diekspresikan dalam bentuk :
QTOT = QDIR + QBASE
METODA SACRAMENTO
Model Sacramento merupakan salah satu model konseptual yang berupaya
memperhitungkan secara lebih detail pengaruh parameter tanah terhadap
kandungan airnya atau kapasitas tampungan tanah terhadap aliran air permukaan.
Model ini dikembangkan oleh National Weather Service Forecast Center di
Sacramento, California, Amerika Serikat. Konsep dasar Model Sacramento adalah
menyatakan daerah pengaliran atas beberapa waduk/tampungan yang saling
berhubungan dan mempunyai kapasitas tertentu. Dalam hal ini DAS dibagi dalam
beberapa komponen yaitu terdiri dari :
- zona atas
- zona bawah
Perkolasi
Aliran air tanah
Evaporasi
Debit sungai, terdiri dari
- aliran dari areal kedap air
- aliran permukaan yang kedap air
- interflow
- base flow
2. Zona Atas
Tension water pada zona atas menyatakan volume air hujan yang masih dapat
ditampung tanah pada keadaan kering sampai terjadinya pelepasan air oleh tanah
tersebut. Jika kapasitas maksimum tampungan zona atas terlampaui, maka
selebihnya menjadi air bebas yang dapat menjadi interflow ke saluran atau menjadi
perkolasi ke zona bawah.
Interflow terjadi hanya jika curah hujan melampaui laju perkolasi. Zona atas dianggap
sebagai tampungan linear yang dikuras secara eksponensial. Besarnya Interflow
adalah sbb.:
Q interflow = UZFCW * UZK
dimana :
UZFCW = volume air bebas pada zona atas
UZK
= koefisien pengosongan untuk zona atas
Jika curah hujan melampaui intensitas perkolasi dan kapasitas drainase interflow
maksimum, maka tampungan zona atas bebas akan terisi penuh dan terjadilah aliran
permukaan.
3. Zona Bawah
Tension Water pada zona bawah merupakan sisa volume air yang diperlukan untuk
kelembaban tanah yang terjadi akibat daya tarik molukeler tanah. Dalam hal ini,
volume air yang dimaksud tidak termasuk air tanah bebas yang mengisi pori-pori
tanah. Volume air ini dinyatakan dengan LZTM.
4. Intensitas Perkolasi
Laju perkolasi dari zona atas ke zona bawah bergantung pada kebutuhan zona bawah,
yaitu kebutuhan yang ditentukan oleh isi zona bawah relatif terhadap kapasitasnya.
Kebutuhan perkolasi zona bawah yang minimal terjadi jika ketiga tampungan zona
bawah telah terisi penuh. Selanjutnya dengan prinsip kontinuitas, laju perkolasi adalah
sama dengan aliran air tanah dari tampungan utama dan tambahan yang sudah penuh.
Jika kebutuhan minimum adalah PBASE, maka :
PBASE = LZFPM*LZPK + LZFSM * LZSK
dimana :
PBASE = PERCmin. Kebutuhan
LZFPM = kapasitas tampungan air bersih bebas utama zona bawah
LZPK
= faktor drainase tampungan utama
LZFSM = kapasitas tampungan air bebas tambahan zona bawah
LZSK
= faktor drainase tampungan tampungan tambahan
Kebutuhan perkolasi zona bawah yang maksimum terjadi jika tampungan zona bawah
dalam keadaan kosong. Besarnya perkolasi maksimum ini adalah :
PERC maks.kebutuhan = PBASE * (1 + ZPERC)
dimana pada umunya ZPERC >>1. Sedangkan perkolasi yang aktual adalah :
PERC akt. = PBASE * (1 + ZPERC * G)
dimana :
G = (A/B) * REXP
A = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah - isi zona bawah
B = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah
PRECIPITATION INPUT
ET
PERVIOUS AREA
IMPERVIOUS
DIRECT
RUNOFF
UPPER ZONE
ET
SURFACE
RUNOFF
TENSION WATER
UZTWM
FREE WATER
UZFWM
INTERFLOW
ET
PERCOLATION
ZPERC x REXP
TOTAL
CHANNEL
FLOW
ET
1-PFREE
PFREE
DISTRIBUTION
FUNCTION
STREAM
FLOW
LOWER ZONE
ET
TENSION WATER
FREE
P
FREE
S
LZTM
LZTM
LZTM
SUPLEMENTAL
BASE FLOW
RSERV
TOTAL
BASE
FLOW
SIDE
SUBSURFACE
DISCHARGE
6. Evaporasi
Evaporasi potensial terjadi di sungai, danau dan tumbuhan air. Evaporasi dari bagian lahan
lainnya ditentukan oleh banyaknya air yang berada di zona tertekan. Jika ED adalah
evapotranspirasi potensial dan E1 adalah evapotranspirasi aktual, maka :
E1 = ED * UZTWC/UZTWM
Jika E1 < ED, maka air diambil dari zona bawah sebagai berikut :
E2 = (ED - E1) * LZTWC/(UZTWM + LZTWM)
Selanjutnya jika evapotranspirasi terjadi pada kondisi dimana rasio kapasitas tampungan air
bebas melebihi isi tampungan tertekan, maka air dialirkan ke tampungan tertekan sampai terjadi
keseimbangan.
7. Debit Aliran Sungai
Debit aliran sungai terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
Aliran dari areal yang kedap air
Aliran permukaan dari permukaan yang tidak kedap air
Interflow
Base flow
Daerah pengaliran sungai yang dikaji dapat dimodelkan dalam sebuah segmen, atau lebih.
Penelusuran (propagation) hidrograf aliran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut :
Penjumlahan outflow dari masing-masing segmen
Pada outflow setiap segmen dilakukan pendekatan hidrograf satuan
Dengan pendekatan lapisan (layered) yang masing-masing mempunyai koefisien routing
Pada umumnya cara pertama, yaitu penjumlahan outflow dari masing-masing segmen banyak
digunakan sebab dapat dipandang sebagai yang paling alami.