DAS sebagai salah satu aspek kekritisan DAS sangat berkaitan erat dengan
masalah ketersediaan air. Salah satu fenomena degradasi sistem hidrologi DAS
adalah terjadinya kekeringan baik kekeringan meteorologis, hidrologi dan
pertanian yang disebabkan oleh penyimpangan musim, tipe iklim suatu daerah,
kemampuan daerah dalam menyimpan air. Dewasa ini timbul masalah baru
dalam iklim yang dikenal sebagai Anomali iklim dan Perubahan Iklim.
Phenomena kekeringan di Kalimantan Barat erat hubungannya dengan
phenomena anomali iklim El Nino. Dimana pada tahun tahun tertentu, sungai dan
danau di DAS Kapuas mengalami kekeringan yang ekstrim. Ini terlihat ketika
terjadi El Nino kuat, seperti tahun 1982, 1997 dan 2015.
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di
suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-
baiknya.
Perhitungan debit air berdasarkan data meteorology dapat dihitung dengan
Metode F. J. Mock. Sementara perhitungan Neraca Air dapat menggunakan
metoda Penman. Kedua metoda ini paling sering digunakan terutama di daerah
dengan intensitas tinggi seperti di wilayah Sumatera dan Kalimantan, Dibawah
ini diberikan Perhitungan Debit air di SWS Kapuas menggunakan metode F. J.
Mock (dan Neraca Air dengan menggunakan metoda Penman).
Data-data yang dibutuhkan:
a) Data Curah Hujan
b) Data Klimatologi : temperatur, penyinaran matahari, kelembaban
relatif, kecepatan angin, dll
c) Data Catchment area (luas DAS)
Groundwater Storage
Groundwater Run Off
Prediksi debit dengan metode Mock ini dapat dijelaskan dengan diagram
alir di bawah ini:
Data
Presipitasi, Klimatologi, dan Catchment Area
Metode Mock
Proses perhitungan yang dilakukan dalam metoda Mock itu adalah sebagai
berikut:
Perhitungan
Evapotranspirasi potensial
(Metode Penman Modifikasi)
Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual
Perhitungan
Water Surplus
Perhitungan
Base flow, Direct Run Off &
Storm Run Off
2. Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang dijelaskan mempengaruhi
besarnya evapotranspirasi, infiltrasi, groundwater stroge dan storm run off.
Parameter-parameter ini adalah:
a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi matahari
yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi
dan dinyatakan dalam persen. Koefisien refleksi ini berbeda untuk tiap
permukaan bumi. Menurut Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyai
harga sebesar 40%. Mock telah mengklasifikasikan tiap permukaan bumi
dengan nilai koefisien refleksi seperti pada Tabel 3. Dalam perhitungan ini
besarnya nilai koefisien refleksi pada wilayah Sintang diasumsikan sebesar
40% dan Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 24 – 27 %.
b. Exposed surface (m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan dinyatakan dalam persen.
Besarnya tergantung daerah yang diamati, berkisar antara 0 % sampai 50 %
dan sama untuk tiap bulannya. Klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 4
dalam perhitungan ini besarnya exposed surface diasumsikan sebesar 20%
untuk wilayah Supadio Pontianak.
c. Koefisien infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada kondisi
porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Harga koefisien infiltrasi
maksimum yang dipakai adalah 1,00 dan harga minimumnya adalah 0,01.
harga minimum ini bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak
sempat mengalami infiltrasi. Adapun dalam perhitungan ini harga koefesien
infiltrasi pada wilayah Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 0,40.
d. Konstanta resesi aliran (K), yaitu proporsi dari air tanah bulan lalu yang
masih ada pada bulan sekarang. Dengan kata lain air tanah tidak mengalir
menuju stream flow. Besarnya koefisien resesi aliran ini adalah 1,00 sampai
I-6
0,01. Dalam perhitungan ini koefesien resesi yang digunakan pada wilayah
Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 0,80.
e. Percentage factor (PF), yaitu persentase hujan yang menjadi limpasan.
Digunakan dalam perhitungan storm run off pada total run off. Besarnya PF
oleh Mock disarankan berkisar antara 5 % sampai 10 %, namun tidak
menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan sampai harga
37,3 %. Dalam perhitungan ini besarnya Percentage Factor yang digunakan
pada wilayah Supadio diasumsikan sebesar 5%.
.......................................... (1.)
Dimana :
Etp = evapotranspirasi potensial tanaman (mm/hari)
H = energi budget
= R(1-r) (0,18 + 0,55 S) – B{(0,56 – 0,092ed)(0,10+0,9 S)}.......... (2.)
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi
I-7
Temperatur
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
(˚C)
A(mmHg/˚F) 0,304 0,324 0,385 0,432 0,484 0,541 0,603 0,671 0,746 0,828 0,917 1,013
B(mmH2O/ 12,60 12,90 13,30 13,70 14,80 14,50 14,90 15,40 15,80 16,20 16,70 17,10
hr)
ea (mmHg) 8,05 9,21 10,50 12,00 13,60 15,50 117,50 19,80 22,40 25,20 28,30 31,80
0˚ N Lat 14,5 15,0 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15,0 14,6 14,3 14,45
5˚ S Lat 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1 14,33
0˚ S Lat 15,8 15,7 15,1 13,8 12,4 11,6 11,9 13,0 14,4 15,3 15,7 15,8 14,21
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.) dan (3.) kedalam persamaan (1.), maka
didapat persamaan evapotranspirasi:
Jika :
Maka:
Dan jika:
sehingga:
off yang merupakan komponen debit. Water surplus diidentifikasikan sebagai air
hujan (presipitasi) yang mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan
tanah (soil storage/SS). Persamaan water surplus adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai Soil Moisture Capacity untuk Berbagai Tipe Tanaman dan Tipe
Tanah
Soil Moisture
Zone akar
Tipe tanaman Tipe tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)
Pasir halus 0,50 50
Pasir halus dan loam 0,50 75
Tanaman
Lanau dan loam 0,62 125
berakar pendek
Lempung dan loam 0,40 100
Lempung 0,25 75
Pasir halus 0,75 75
Pasir halus dan loam 1,00 150
Tanaman
Lanau dan loam 1,00 200
berakar sedang
Lempung dan loam 0,80 200
Lempung 0,50 150
Pasir halus 1,00 100
Pasir halus dan loam 1,00 150
Tanaman
Lanau dan loam 1,25 250
berakar dalam
Lempung dan loam 1,00 250
Lempung 0,67 200
I-12
Soil Moisture
Zone akar
Tipe tanaman Tipe tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)
Pasir halus 1,50 150
Pasir halus dan loam 1,67 250
Tanaman palm Lanau dan loam 1,50 300
Lempung dan loam 1,00 250
Lempung 0,67 200
Pasir halus 2,50 250
Pasir halus dan loam 2,00 300
Mendekati
Lanau dan loam 2,00 400
hutan alam
Lempung dan loam 1,60 400
Lempung 1,17 350
Dimana:
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban
tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC)
bulan sebelumnya.
P – Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi
Asumsi yang dipakai dalam metode Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi yang
lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan untuk
menentukan SMC, yaitu:
a. SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea ≥ 0.
Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah mencapai
kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam
I-13
tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya
water surplus sama dengan P – Ea.
b. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0.
Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture storage) belum
mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah
lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P – Ea. Karena air berusaha
untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada
water surplus (WS = 0).
WS ini nantinya akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan
(run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi. Infiltrasi, run
off dan tampungan air tanah (groundwater storage) akan dijelaskan pada bagian
limpasan total. Besarnya Soil Moisture Capacity yang digunakan pada wilayah
perencanaan dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
bernilai kecil. Infiltrasi terus terjadi sampai zone tampungan air tanah
(groundwater storage/GS). Besarnya GS ini dipengaruhi oleh:
1) Infiltrasi (i), semakin besar infiltrasi maka GS semakin besar pula, begitu juga
sebaliknya.
2) Konstanta resesi aliran bulanan/K (monthly flow recession constant)
Adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang.
Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah.
3) Groundwater strorage bulan sebelumnya (Gsom)
Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water
balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun, dengan
demikian maka nilai asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai akhir
tahun.
Perjalanan air di permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam
gambar di bawah ini:
Ea P
SRO
DRO
SROS
INF
GS Base Flow
TRO
Jika pada satu bulan ∆GS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang
ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka base flow akan lebih besar dari
nilai infiltrasinya. Water balance merupakan siklus tertutup dengan periode satu
tahun, maka perubahan groundwater storage (∆GS) dalam satu tahun adalah nol.
Komponen debit yang lain adalah direct run off (limpasan langsung) atau
surface run off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water
surplus yang telah mengalami infiltrasi. Direct run off dihitung dengan
persamaan:
Komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off, yaitu limpasan
langsung ke sungai yang terjadi selama hujan deras. Storm run off hanya
dimasukkan ke dalam total run off bila presipitasi kurang dari 200 mm. Menurut
Mock, storm run off dipengaruhi oleh percentage factor (PF). Percentage factor
adalah persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan
5% - 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak
beraturan hingga mencapai 37,3 %. Nilai PF ini dipengaruhi oleh bulan basah dan
bulan kering, pada bulan basah atau musim penghujan nilai PF ini relatif besar.
Dalam perhitungan ini, Mock menetapkan bahwa:
a. Jika presipitasi (P) ≥ 200 mm/bulan (sesuai dengan asumsi bahwa maksimum
soil moisture capacity adalah 200 mm/bulan) maka nilai storm run off = 0.
b. Jika P < 200 mm/bulan, maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam
satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor.
I-16
Total run off ini dinyatakan dalam mm/bulan, jika TRO ini dikalikan
dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu
angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit atau stream flow dalam
m3/det, selanjutnya debit hasil perhitungan (calculated discharge/CD) ini disebut
debit sintesis.
Baris 6
Kelembaban relatif rata-rata bulanan, h =89,00 %.
Baris 7
Kecepatan angin rata-rata bulanan, w = 133,34 km/hari.
Baris 8 sampai dengan baris 21 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial :
Baris 8
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 50 N Lat, lihat Tabel II
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 00 N Lat, lihat Tabel II
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 0,380 01” N Lat.
Dari interpolasi diperoleh nilai radiasi matahari pada bulan Januari tahun
1997, R = 14,44 mm/hari.
Baris 9
Slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata diperoleh dari
interpolasi pada Tabel I didapat nilai A = 0,79 mmHg/0F.
Baris 10
Radiasi benda hitam pada suhu udara rata-rata diperoleh dari interpolasi
pada Tabel I didapat nilai B = 16,00 mmH2O/hari.
Baris 11
Tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada suhu rata-rata
bulanan, ea = 23,80 mmHg, diperoleh dari interpolasi pada Tabel I
Baris 12
Tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure), ed = 21,18 mmHg.
Merupakan perkalian antara tekanan uap air jenuh dengan kelembaban
relatif, yaitu ed = ea * h.
Baris 13
I-18
Baris 14
Baris 15
Baris 16
Koefisien refleksi didapatkan berdasarkan kondisi permukaan tanah.
Untuk daerah Supadio Pontianak, koefisien refleksi diambil sebesar 40
%.
Baris 17
E1 = F1*R*(1-r) = 0,31*14,44*(1-0,40) = 2,72
Baris 18
E2 = F2*(0,1 + 0,9*S) = 1,63*(0,1 + 0,9*44,00 %) = 0,81
Baris 19
E3 = F3*(k + 0,01*w) = 0,23* (1 + 0,01*133,34) = 0,55
Baris 20
Evapotranspirasi potensial (Ep) adalah :
E = E1 – E2 + E3 = 2,72 – 0,81 + 0,55 = 2,46 mm/hari.
Baris 21
Evapotranspirasi potensial bulanan (Epm) adalah :
Epm = Ep * Hr = 2,46 * 31 = 76,28 mm/bulan.
Baris 23
Jumlah hari hujan pada bulan Januari, n = 14
Baris 24
Baris 25
Baris 26
Evapotranspirasi aktual (Ea) adalah :
Ea = Epm - E = 76,28 – 6,10 = 70,18 mm/bulan.
SMS = ISMS + ( P – Ea )
Baris 37
Perhitungan Gsom yaitu groundwater storage bulan sebelumnya.
Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal. Dengan menganggap
bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama
satu tahun, maka nilai asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai
akhir tahun (seimbang). Gsom pada bulan Januari 1997 sebesar 410,87
mm/bulan.
Baris 38
K*Gsom = 0,80*410,87 = 328,70 mm/bulan.
Baris 39
Groundwater storage (GS) dihitung dengan persamaan :
Gs = 0,5*(1 + K)*if + (K*Gsom)
= 138,07 + 328,70 = 466,77 mm/bulan.
Baris 40
Perubahan groundwater storage (GS) yaitu nilai groundwater storage
bulan yang ditinjau dikurangi nilai groundwater storage pada bulan
sebelumnya.
GS = GS - Gsom = 466,77 – 410,87 = 55,89 mm/bulan.
Baris 41
BF = Infiltrasi - GS = 153,41 – (55,89) = 97,52 mm/bulan.
Baris 42
Direct Run Off (DRO) merupakan water surplus yang telah mengalami
infiltrasi.
DRO = WS - In = 383,52 – 153,41 = 230,11 mm/bulan.
Baris 43
Diketahui P = 453,70 mm, dan BF = 5 % maka :
SRO = P*BF = 453,70*0,05 = 22,685 mm/bulan.
Baris 44
Total Run Off (TRO), jumlah dari base flow + strom run off.
I-22
m3/detik.