Anda di halaman 1dari 22

I.

PERHITUNGAN KETERSEDIAAN AIR DAS BUMBUN KECAMATAN


BATU AMPAR KABUPATEN KUBURAYA KALIMANTAN BARAT

Water Availability adalah jumlah ketersediaan air pada sungai yang


ditinjau. Untuk mendapatkan debit air ini dapat dilakukan dengan cara
pengukuran langsung di lapangan atau dengan cara analisa perhitungan.
Sebenarnya cukup banyak model yang bisa dipakai untuk menganalisa
ketersediaan air, hanya saja untuk kondisi di Indonesia sebaiknya menggunakan
model metode Mock, seperti yang disarankan oleh Direktoral Jendral Pengairan
dalam Pedoman Study Proyek-Proyek Pengairan pada PSA 003 (1985). Hal ini
karena Dr. F. J. Mock menurunkan model ini setelah mengadakan penelitian di
Indonesia. Sehingga model ini dikenal dengan model yang menggunakan
parameter yang cukup lengkap yang sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock (Mock 1973) berdasarkan siklus
hidrologi.
Siklus Hidrologi yang ada di bumi ini menyebabkan Daerah Aliran Sungai
(DAS) terbentuk, dimana DAS tersebut menerima input berupa curah hujan yang
kemudian akan diterima langsung lewat dedaunan (vegetasi) ataupun langsung
masuk ke sistem perakaran tetumbuhan lewat perkolasi. Sebagian curah hujan itu
akan masuk ke dalam tanah lewat infiltrasi, yang kemudian akan menjadi aliran
tanah. Sebagian besar air hujan tersebut akan kembali ke atmosfer melalui
evaporasi dan transpirasi.
Air hujan yang mencapai permukaan tanah sebagian akan tertahan di
permukaan tanah dan sebagian lagi akan terinfiltrasi. Air yang terinfiltrasi
akan naik ke permukaan lagi oleh gaya kapilaritas, bergerak secara horisontal
sebagai interflow atau mengalami perkolasi secara vertikal ke lapisan akuifer yang
juga mengalir sebagai baseflow. Air yang tidak tertahan di permukaan tanah dan
juga tidak terinfiltrasi akan menjadi aliran permukaan
Ketiga aliran ini pada akhirnya akan masuk ke sungai sebagai aliran
sungai/debit sungai, sehingga sungai merupakan titik gabungan antara aliran
permukaan, interflow, dan baseflow. Degradasi dan kerusakan sistem hidrologi
I-2

DAS sebagai salah satu aspek kekritisan DAS sangat berkaitan erat dengan
masalah ketersediaan air. Salah satu fenomena degradasi sistem hidrologi DAS
adalah terjadinya kekeringan baik kekeringan meteorologis, hidrologi dan
pertanian yang disebabkan oleh penyimpangan musim, tipe iklim suatu daerah,
kemampuan daerah dalam menyimpan air. Dewasa ini timbul masalah baru
dalam iklim yang dikenal sebagai Anomali iklim dan Perubahan Iklim.
Phenomena kekeringan di Kalimantan Barat erat hubungannya dengan
phenomena anomali iklim El Nino. Dimana pada tahun tahun tertentu, sungai dan
danau di DAS Kapuas mengalami kekeringan yang ekstrim. Ini terlihat ketika
terjadi El Nino kuat, seperti tahun 1982, 1997 dan 2015.
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di
suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-
baiknya.
Perhitungan debit air berdasarkan data meteorology dapat dihitung dengan
Metode F. J. Mock. Sementara perhitungan Neraca Air dapat menggunakan
metoda Penman. Kedua metoda ini paling sering digunakan terutama di daerah
dengan intensitas tinggi seperti di wilayah Sumatera dan Kalimantan, Dibawah
ini diberikan Perhitungan Debit air di SWS Kapuas menggunakan metode F. J.
Mock (dan Neraca Air dengan menggunakan metoda Penman).
Data-data yang dibutuhkan:
a) Data Curah Hujan
b) Data Klimatologi : temperatur, penyinaran matahari, kelembaban
relatif, kecepatan angin, dll
c) Data Catchment area (luas DAS)

1. Ketersediaan Air (Water Availability)


Ketersediaan air adalah jumlah air yang terdapat/tersedia pada suatu
sungai. Debit ini dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung di
I-3

lapangan atau dengan menggunakan cara perhitungan. Dengan Metode Mock


dapat dihitung debit bulanan rata-rata. Jelasnya, dengan Metode Mock ini yang
kita kombinasikan dengan Analisa Frekwensi (Gumbel ataupun Log Pearson)
bisa diprediksi besarnya debit suatu sungai dengan periode ulang tertentu, seperti
Q95, Q80 dan sebagainya.
Secara garis besar model rainfall run off dapat dilihat pada gambar 1.

Evapotranspirasi Rain fall

Surface Run Off


Surface Storage

Infiltrasi Total Run Off

Groundwater Storage
Groundwater Run Off

Gambar 1. Bagan alir model rain fall run off.

Prediksi debit dengan metode Mock ini dapat dijelaskan dengan diagram
alir di bawah ini:

Data
Presipitasi, Klimatologi, dan Catchment Area

Metode Mock

Gambar 2. Bagan alir prediksi debit dengan Metode Mock.


Debit
I-4

Proses perhitungan yang dilakukan dalam metoda Mock itu adalah sebagai
berikut:

Perhitungan
Evapotranspirasi potensial
(Metode Penman Modifikasi)

Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual

Perhitungan
Water Surplus

Perhitungan
Base flow, Direct Run Off &
Storm Run Off

Gambar 3. Bagan alir perhitungan debit andalan Metode Mock.

Perhitungan debit dengan metode Mock mengacu pada water balance,


dalam studi water balance ini, hal yang pertama dilakukan adalah
mengidentifikasi komponen-komponen berdasarkan siklus hidrologi. Diasumsikan
bahwa semua air hujan dapat mengisi tanah dengan penggunaan utama untuk
kebutuhan evapotranspirasi, kelebihan air mengisi soil moisture sampai harga
maksimum dan sisa air akan dihitung sebagai water surplus. Kehilangan air
(evapotranspirasi) dalam metode ini diasumsikan bahwa air selalu tersedia cukup
di alam, padahal kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, oleh karena itu perlu
dihitung evapotranspirasi minimal (limited evapotranspiration) yang terjadi saat
musim kering.
Perhitungan dalam metode Mock ini didasarkan atas perhitungan nilai
limited evapotranspiration dan besarnya curah hujan, dengan data tambahan
berupa faktor infiltrasi, lengas tanah (soil moisture) dan faktor penyusutan
I-5

bulanan, sedangkan output yang diperoleh berupa water surplus, infiltrasi,


baseflow (aliran bawah permukaan), direct run off dan storm run off.

2. Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang dijelaskan mempengaruhi
besarnya evapotranspirasi, infiltrasi, groundwater stroge dan storm run off.
Parameter-parameter ini adalah:
a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi matahari
yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi
dan dinyatakan dalam persen. Koefisien refleksi ini berbeda untuk tiap
permukaan bumi. Menurut Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyai
harga sebesar 40%. Mock telah mengklasifikasikan tiap permukaan bumi
dengan nilai koefisien refleksi seperti pada Tabel 3. Dalam perhitungan ini
besarnya nilai koefisien refleksi pada wilayah Sintang diasumsikan sebesar
40% dan Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 24 – 27 %.
b. Exposed surface (m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan dinyatakan dalam persen.
Besarnya tergantung daerah yang diamati, berkisar antara 0 % sampai 50 %
dan sama untuk tiap bulannya. Klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 4
dalam perhitungan ini besarnya exposed surface diasumsikan sebesar 20%
untuk wilayah Supadio Pontianak.
c. Koefisien infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada kondisi
porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Harga koefisien infiltrasi
maksimum yang dipakai adalah 1,00 dan harga minimumnya adalah 0,01.
harga minimum ini bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak
sempat mengalami infiltrasi. Adapun dalam perhitungan ini harga koefesien
infiltrasi pada wilayah Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 0,40.
d. Konstanta resesi aliran (K), yaitu proporsi dari air tanah bulan lalu yang
masih ada pada bulan sekarang. Dengan kata lain air tanah tidak mengalir
menuju stream flow. Besarnya koefisien resesi aliran ini adalah 1,00 sampai
I-6

0,01. Dalam perhitungan ini koefesien resesi yang digunakan pada wilayah
Supadio Pontianak diasumsikan sebesar 0,80.
e. Percentage factor (PF), yaitu persentase hujan yang menjadi limpasan.
Digunakan dalam perhitungan storm run off pada total run off. Besarnya PF
oleh Mock disarankan berkisar antara 5 % sampai 10 %, namun tidak
menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan sampai harga
37,3 %. Dalam perhitungan ini besarnya Percentage Factor yang digunakan
pada wilayah Supadio diasumsikan sebesar 5%.

3. Tahap-tahap Perhitungan Debit menggunakan Metode Mock


Tahap 1 : Perhitungan evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi
pada saat kondisi air yang tersedia berlebihan. Jika jumlah air yang selalu tersedia
secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi,
maka jumlah air yang ditranspirasikan akan relatif lebih besar dibandingkan
apabila tersedianya air dibawah keperluan.
Beberapa rumus empiris untuk menghitung evapotranspirasi potensial
adalah: rumus Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman dan Turc-Langbein-Wundt.
Dari rumus-rumus tersebut yang digunakan dalam Metode Mock yaitu rumus
empiris dari Penman.
Penman telah membuat pendekatan teoritis yang paling lengkap yang
menunjukan bahwa kebutuhan air adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
radiasi sinar matahari yang baru masuk. Rumus Penman yang menunjukkan
evapotranspirasi potensial adalah sebagai berikut:

.......................................... (1.)

Dimana :
Etp = evapotranspirasi potensial tanaman (mm/hari)
H = energi budget
= R(1-r) (0,18 + 0,55 S) – B{(0,56 – 0,092ed)(0,10+0,9 S)}.......... (2.)
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi
I-7

= 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w) ...................................................... (3.)


S = rata-rata penyinaran matahari bulanan (%)
ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure) dalam mmHg
ed = ea x h
h = kelembaban rata-rata bulanan (%)
k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface). Untuk
permukaan air nilai k = 0,5 dan untuk permukaan vegetasi nilai k = 1
w = kecepatan angin (mile/hari)
A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata dalam mmHg/˚F.
B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari m2
ea = tekanan uap jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatur rata-rata
(mmHg).

Besarnya A, B, ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan temperatur


rata-rata dengan parameter ini dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Hubungan Temperatur Rata-rata Dengan Parameter


Evapotranspirasi A, B dan ea

Temperatur
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
(˚C)
A(mmHg/˚F) 0,304 0,324 0,385 0,432 0,484 0,541 0,603 0,671 0,746 0,828 0,917 1,013
B(mmH2O/ 12,60 12,90 13,30 13,70 14,80 14,50 14,90 15,40 15,80 16,20 16,70 17,10
hr)
ea (mmHg) 8,05 9,21 10,50 12,00 13,60 15,50 117,50 19,80 22,40 25,20 28,30 31,80

R = radiasi matahari (mm/hari). Besarnya tergantung letak lintang. Besarnya


radiasi matahari ini berubah-ubah menurut bulan. Untuk nilai R dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal di Luar


Atmosfir
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Year
5˚ N Lat 13,7 14,5 15,0 15,0 14,5 14,1 14,2 14,6 14,9 14,6 13,9 13,4 14,39
I-8

0˚ N Lat 14,5 15,0 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15,0 14,6 14,3 14,45
5˚ S Lat 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1 14,33
0˚ S Lat 15,8 15,7 15,1 13,8 12,4 11,6 11,9 13,0 14,4 15,3 15,7 15,8 14,21

r = koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi elektromaknetik


(dalam sembarang rentang nilai panjang yang ditentukan) yang dipantulkan
oleh suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi, dan dinyatakan dalam
persentasi.

Koefisien refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi. Nilai koefisien


refleksi yang digunakan dalam metode Mock dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Koefisien Refleksi


Permukaan Koefisien Refleksi (r)
Rata-rata permukaan bumi 40%
Cairan salju yang jatuh diakhir musim, masih segar 40 – 85%
Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun berbulu 30 – 40%
Rumput tinggi dan kering 31 – 33%
Permukaan padang pasir 24 – 28%
Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh tanah 24 – 27%
Tumbuhan muda yang membayangi sebagian tanah 15 – 24%
Hutan musiman 15 – 20%
Hutan yang menghasilkan buah 10 – 15%
Tanah gundul kering 12 – 16%
Tanah gundul lembab 10 – 12%
Tanah gundul basah 8 – 10%
Pasir, basah kering 9 – 18%
Air bersih, elevasi matahari 45˚ 5%
Air bersih, elevasi matahari 20˚ 14%
I-9

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.) dan (3.) kedalam persamaan (1.), maka
didapat persamaan evapotranspirasi:

Jika :

Maka:

Dan jika:

Maka bentuk sederhana dari persamaan evapotranspirasi menurut Penman adalah:

Formula inilah yang digunakan dalam metode Mock untuk menghitung


evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang lengkap. Besarnya
evapotranspirasi potensial ini dinyatakan dalam mm/hari.
Tahap 2 : Perhitungan Evapotranspirasi Aktual
Evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh
tumbuhan selama proses transpirasi berlebihan, sedangkan evapotranspirasi aktual
ini jumlah air yang tersedia tidak berlebihan atau terbatas, jadi evapotraspirasi
aktual ini adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang terbatas.
Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya
exposed surface (m) berbeda-beda untuk tiap daerah. Mock mengklasifikasikan
menjadi tiga daerah dengan masing-masing nilai exposed surface, yaitu:
I-10

Tabel 4. Exposed Surface (m)


m Daerah
0 Hutan primer dan sekunder
10 – 40 % Untuk daerah tererosi
30 – 50 % Untuk daerah pertanian

Menurut Mock rasio, antara selisih evapotranspirasi terbatas dengan


evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari
hujan (n), seperti ditunjukkan dalam rumus berikut:

sehingga:

Dari formulasi di atas dapat dianalisa bahwa evapotranspirasi potensial


akan sama dengan evapotranspirasi terbatas (ΔE = 0) jika:
a) Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan sekunder. Dimana
daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama dengan nol.
b) Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah itu sama
dengan 18 hari.
Jadi evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi potensial yang
memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan yang
bersangkutan, sehingga evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi yang
sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration, dihitung sebagai berikut:

Tahap 3 : Perhitungan Water Surplus (WS)


Water surplus merupakan bagian yang penting untuk memprediksi debit
sungai karena water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi dan total run
I-11

off yang merupakan komponen debit. Water surplus diidentifikasikan sebagai air
hujan (presipitasi) yang mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan
tanah (soil storage/SS). Persamaan water surplus adalah sebagai berikut:

Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage/SMS) terdiri dari


kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity/SMC), zona infiltrasi,
limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage/SS). Mock
menetapkan bahwa besarnya kapasitas kelembaban tanah maksimum adalah 200
mm/bulan, seperti ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Nilai Soil Moisture Capacity untuk Berbagai Tipe Tanaman dan Tipe
Tanah
Soil Moisture
Zone akar
Tipe tanaman Tipe tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)
Pasir halus 0,50 50
Pasir halus dan loam 0,50 75
Tanaman
Lanau dan loam 0,62 125
berakar pendek
Lempung dan loam 0,40 100
Lempung 0,25 75
Pasir halus 0,75 75
Pasir halus dan loam 1,00 150
Tanaman
Lanau dan loam 1,00 200
berakar sedang
Lempung dan loam 0,80 200
Lempung 0,50 150
Pasir halus 1,00 100
Pasir halus dan loam 1,00 150
Tanaman
Lanau dan loam 1,25 250
berakar dalam
Lempung dan loam 1,00 250
Lempung 0,67 200
I-12

Soil Moisture
Zone akar
Tipe tanaman Tipe tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)
Pasir halus 1,50 150
Pasir halus dan loam 1,67 250
Tanaman palm Lanau dan loam 1,50 300
Lempung dan loam 1,00 250
Lempung 0,67 200
Pasir halus 2,50 250
Pasir halus dan loam 2,00 300
Mendekati
Lanau dan loam 2,00 400
hutan alam
Lempung dan loam 1,60 400
Lempung 1,17 350

Tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut:

Dimana:
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban
tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC)
bulan sebelumnya.
P – Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi

Asumsi yang dipakai dalam metode Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi yang
lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan untuk
menentukan SMC, yaitu:
a. SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea ≥ 0.
Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah mencapai
kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam
I-13

tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya
water surplus sama dengan P – Ea.
b. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0.
Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture storage) belum
mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah
lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P – Ea. Karena air berusaha
untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada
water surplus (WS = 0).
WS ini nantinya akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan
(run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi. Infiltrasi, run
off dan tampungan air tanah (groundwater storage) akan dijelaskan pada bagian
limpasan total. Besarnya Soil Moisture Capacity yang digunakan pada wilayah
perencanaan dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Nilai Soil Moisture Capacity Wilayah Supadio Pontianak


Soil Moisture
Stasiun Metereologi Permukaan
Capacity
Supadio Pontianak Pasir halus dan loam 300

Tahap 4 : Perhitungan Limpasan Total


Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam
tanah lembab selanjutnya akan melimpas di permukaan (surface run off),
mengalami infiltrasi dan perkolasi. Besarnya infiltrasi adalah water surplus
dikalikan dengan koefisien infiltrasi (if), atau:

Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan


daerah pengaliran. Lahan yang bersifat poros umumnya memiliki koefisien yang
cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal dimana air tidak sempat
mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya
I-14

bernilai kecil. Infiltrasi terus terjadi sampai zone tampungan air tanah
(groundwater storage/GS). Besarnya GS ini dipengaruhi oleh:
1) Infiltrasi (i), semakin besar infiltrasi maka GS semakin besar pula, begitu juga
sebaliknya.
2) Konstanta resesi aliran bulanan/K (monthly flow recession constant)
Adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang.
Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah.
3) Groundwater strorage bulan sebelumnya (Gsom)
Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water
balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun, dengan
demikian maka nilai asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai akhir
tahun.
Perjalanan air di permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam
gambar di bawah ini:

Ea P

SRO
DRO
SROS

INF

GS Base Flow

TRO

Gambar 4. Perjalanan air hujan sampai terbentuk debit.

Dari ketiga faktor di atas, Mock merumuskan sebagai berikut:

Metode Mock adalah metode untuk memprediksi debit yang didasarkan


pada water balance, oleh sebab itu batasan-batasan water balance ini harus
I-15

dipenuhi, salah satunya adalah bahwa perubahan groundwater storage (∆GS)


selama satu tahun adalah nol. ∆GS adalah selisih antara groundwater storage
bulan yang ditinjau dengan groundwater storage bulan sebelumnya.
Perubahan groundwater storage ini penting bagi terbentuknya aliran dasar
sungai (base flow/BF). Base flow merupakan selisih antara infiltrasi dengan
perubahan groundwater storage dalam bentuk persamaan:

Jika pada satu bulan ∆GS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang
ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka base flow akan lebih besar dari
nilai infiltrasinya. Water balance merupakan siklus tertutup dengan periode satu
tahun, maka perubahan groundwater storage (∆GS) dalam satu tahun adalah nol.
Komponen debit yang lain adalah direct run off (limpasan langsung) atau
surface run off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water
surplus yang telah mengalami infiltrasi. Direct run off dihitung dengan
persamaan:

Komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off, yaitu limpasan
langsung ke sungai yang terjadi selama hujan deras. Storm run off hanya
dimasukkan ke dalam total run off bila presipitasi kurang dari 200 mm. Menurut
Mock, storm run off dipengaruhi oleh percentage factor (PF). Percentage factor
adalah persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan
5% - 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak
beraturan hingga mencapai 37,3 %. Nilai PF ini dipengaruhi oleh bulan basah dan
bulan kering, pada bulan basah atau musim penghujan nilai PF ini relatif besar.
Dalam perhitungan ini, Mock menetapkan bahwa:
a. Jika presipitasi (P) ≥ 200 mm/bulan (sesuai dengan asumsi bahwa maksimum
soil moisture capacity adalah 200 mm/bulan) maka nilai storm run off = 0.
b. Jika P < 200 mm/bulan, maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam
satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor.
I-16

Total run off (TRO) yang merupakan komponen-komponen pembentuk


debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara base flow, direct run off dan
storm run off, atau:

Total run off ini dinyatakan dalam mm/bulan, jika TRO ini dikalikan

dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu
angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit atau stream flow dalam
m3/det, selanjutnya debit hasil perhitungan (calculated discharge/CD) ini disebut
debit sintesis.

4. Perhitungan Debit dengan Metode Mock


Langkah-langkah berikut ini adalah perhitungan untuk tiap-tiap baris
dalam spredsheet perhitungan metode Mock. Perhitungan dilakukan untuk
mencari debit andalan 90 %. Sebagai ilustrasi, disajikan perhitungan debit andalan
90 % untuk tahun 1993.
Baris 1 sampai dengan baris 7 adalah data masukan (data Meteorologi) :
 Baris 1
Jumlah tinggi curah hujan harian dalam satu bulan 453,70 mm. Jumlah
tinggi curah hujan harian ini merupakan curah hujan representatif lokasi
perencanaan yang diperoleh dari Stasiun Metereologi Supadio Pontianak
 Baris 2
Jumlah hari hujan dalam satu bulan, n =15 hari.
 Baris 3
Jumlah hari dalam satu bulan, Hr = 31 hari.
 Baris 4
Suhu rata-rata bulanan, T = 25,000 C.
 Baris 5
Rata-rata persentase penyinaran matahari bulanan, S = 44,00 %.
I-17

 Baris 6
Kelembaban relatif rata-rata bulanan, h =89,00 %.
 Baris 7
Kecepatan angin rata-rata bulanan, w = 133,34 km/hari.
Baris 8 sampai dengan baris 21 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial :
 Baris 8
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 50 N Lat, lihat Tabel II
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 00 N Lat, lihat Tabel II
Radiasi matahari (mm/hari) untuk letak 0,380 01” N Lat.
Dari interpolasi diperoleh nilai radiasi matahari pada bulan Januari tahun
1997, R = 14,44 mm/hari.

 Baris 9
Slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata diperoleh dari
interpolasi pada Tabel I didapat nilai A = 0,79 mmHg/0F.
 Baris 10
Radiasi benda hitam pada suhu udara rata-rata diperoleh dari interpolasi
pada Tabel I didapat nilai B = 16,00 mmH2O/hari.
 Baris 11
Tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada suhu rata-rata
bulanan, ea = 23,80 mmHg, diperoleh dari interpolasi pada Tabel I
 Baris 12
Tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure), ed = 21,18 mmHg.
Merupakan perkalian antara tekanan uap air jenuh dengan kelembaban
relatif, yaitu ed = ea * h.
 Baris 13
I-18

 Baris 14

 Baris 15

 Baris 16
Koefisien refleksi didapatkan berdasarkan kondisi permukaan tanah.
Untuk daerah Supadio Pontianak, koefisien refleksi diambil sebesar 40
%.
 Baris 17
E1 = F1*R*(1-r) = 0,31*14,44*(1-0,40) = 2,72

 Baris 18
E2 = F2*(0,1 + 0,9*S) = 1,63*(0,1 + 0,9*44,00 %) = 0,81
 Baris 19
E3 = F3*(k + 0,01*w) = 0,23* (1 + 0,01*133,34) = 0,55
 Baris 20
Evapotranspirasi potensial (Ep) adalah :
E = E1 – E2 + E3 = 2,72 – 0,81 + 0,55 = 2,46 mm/hari.
 Baris 21
Evapotranspirasi potensial bulanan (Epm) adalah :
Epm = Ep * Hr = 2,46 * 31 = 76,28 mm/bulan.

Baris 22 sampai dengan baris 26 Perhitungan Evapotranspirasi Aktual :


 Baris 22
Asumsi nilai exposed surface (m) dalam perhitungan ini diambil
sebesar 40 %.
I-19

 Baris 23
Jumlah hari hujan pada bulan Januari, n = 14
 Baris 24

 Baris 25

 Baris 26
Evapotranspirasi aktual (Ea) adalah :
Ea = Epm - E = 76,28 – 6,10 = 70,18 mm/bulan.

Baris 27 sampai dengan baris 31 Perhitungan Water Surplus :


 Baris 27
Presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi adalah :
P – Ea = 453,70 – 70,18 = 383,52
 Baris 28
Tampungan kelembaban tanah (soil moisture capacity) dihitung sebagai
berikut :

SMS = ISMS + ( P – Ea )

ISMS merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya yaitu


200 mm/bulan, maka :
SMS = 200 mm/bulan + 383,52 mm/bulan = 583,52 mm/bulan.
 Baris 29
Kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity) merupakan asumsi
yang terdapat pada Tabel III.9. Diasumsikan sebesar 200 mm/bulan.
 Baris 30
Soil storage (SS) yaitu kemampuan tanah untuk menyimpan air, nilainya
merupakan asumsi (hal. III-32, point a). Karena P-Ea bernilai positif atau
lebih besar dari 0 (nol) maka soil storage (SS) = 0 mm/bulan.
 Baris 31
I-20

Water surplus (WS) yaitu presipitasi yang telah mengalami


evapotranspirasi dan disimpan dalam tanah. Water surplus tersedia ketika
SMC terpenuhi, atau tidak ada soil storage. Air memenuhi SMC terlebih
dahulu sebelum water surplus dihitung sebagai berikut :
WS = (P – Ea) + SS
WS = 383,52 mm/bulan + 0 mm/bulan = 383,52 mm/bulan.

Baris 32 sampai dengan baris 46 Perhitungan Total Run Off :


 Baris 32
Koefisien infiltrasi (if) ditentukan berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang sifatnya porous,
umumnya mempunyai koefisien yang cenderung besar. Namun jika
kemiringan lahannya terjal dimana air tidak sempat mengalami proses
infiltrasi ke dalam tanah maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil. Nilai
maksimum koefisien infiltrasi adalah 1. Nilai ini bervariasi tiap bulan.
Untuk jenis dan topografi tanah yang sama, bulan kering mempunyai
infiltrasi yang relatif lebih besar dibanding bulan basah. Dalam
perhitungan untuk bulan Januari diambil sebesar 0,4.
 Baris 33
Besarnya infiltrasi yaitu water surplus dikalikan koefisien infiltrasi.
In = WS * if
= 383,52 * 0,4 = 153,41 mm/bulan.
 Baris 34
Konstanta resesi dari aliran, untuk bulan Januari 1997 diambil sebesar
K = 0,80.
 Baris 35
Faktor persentase untuk bulan Januari 1997 diambil sebesar 5 %.
 Baris 36
Perhitungan menggunakan rumus :
= 0,5*(1 + K)*In
=  0,5*(1 + 0,80)*153,41 = 138,07 mm/bulan.
I-21

 Baris 37
Perhitungan Gsom yaitu groundwater storage bulan sebelumnya.
Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal. Dengan menganggap
bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama
satu tahun, maka nilai asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai
akhir tahun (seimbang). Gsom pada bulan Januari 1997 sebesar 410,87
mm/bulan.
 Baris 38
K*Gsom = 0,80*410,87 = 328,70 mm/bulan.
 Baris 39
Groundwater storage (GS) dihitung dengan persamaan :
Gs = 0,5*(1 + K)*if + (K*Gsom)
= 138,07 + 328,70 = 466,77 mm/bulan.

 Baris 40
Perubahan groundwater storage (GS) yaitu nilai groundwater storage
bulan yang ditinjau dikurangi nilai groundwater storage pada bulan
sebelumnya.
GS = GS - Gsom = 466,77 – 410,87 = 55,89 mm/bulan.
 Baris 41
BF = Infiltrasi - GS = 153,41 – (55,89) = 97,52 mm/bulan.
 Baris 42
Direct Run Off (DRO) merupakan water surplus yang telah mengalami
infiltrasi.
DRO = WS - In = 383,52 – 153,41 = 230,11 mm/bulan.
 Baris 43
Diketahui P = 453,70 mm, dan BF = 5 % maka :
SRO = P*BF = 453,70*0,05 = 22,685 mm/bulan.
 Baris 44
Total Run Off (TRO), jumlah dari base flow + strom run off.
I-22

TRO = BF + DRO +SRO


= 97,52 + 230,11 + 22,685 = 350,31 mm/bulan.
 Baris 45
Luas Catchment Area yaitu luas daerah tangkapan air untuk Sungai
Punti Tapau (dari hulu sungai sampai pada intake yang direncanakan)
sebesar 6,25 km2.
 Baris 46
Calculated discharge, perkalian antara TRO dan Catchment Area.

m3/detik.

Anda mungkin juga menyukai