5.1. Umum
Untuk mengetahui besarnya debit minimum yang mengalir pada suatu sungai tertentu dapat diketuhi dengan
menggunakan alat ukur pencatat muka air dan dengan beberapa formula maka akan diketahui hubungan
antara tinggi muka air dan besarnya debit yang mengalir pada sungai tersebut, alat pencatat tersebut biasa
dinamakan AWLR (Automatic Water Level Record). Alat ini sudah banyak dipasang di beberapa sungai
besar di Indonesia.
Akan tetapi pada beberapa sungai, seperti pada lokasi embung, tidak didapatkan alat tersebut. Maka untuk
mengetahui besaran debit yang mengalir maka bisa dilakukan perhitungan secara empiris. Di indonesi
metode yang sering dilakukan adalah metode dari DR. FJ Mock, metode NRECA dan metode Tanki (Tank
model). Metode DR FJ Mock paling sering digunakan terutama di daerah dengan intensitas tinggi sampai
sedang seperti daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Sedangkan metode NRECA banyak dilakukan
di daerah dengan curah hujan rendah seperti di daerah nusa tenggara. Sedangkan metode Tanki jarang
digunakan karena dibutuhkan data yang sangat komplek/detail terutama mengenai jenis tanah dan
vegetasinya. Dalam analisa ini dipakai metode dari DR FJ Mock.
5.2. Metode Simulasi Mock
Metode simulasi mock ini memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi
daerah pengaliran sungai, dengan asumsi dan data yang diperlukan sebagai berikut:
1. Evapotranspirasi terbatas
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotraspirasi aktual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan
permukaan tanah serta curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas ini diperlukan data:
- Curah hujan setengah bulanan (P)
- Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)
- Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d), dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam satu hari
hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
- Exposed surface (m %), ditaksir dari peta tata guna tanah, atau dengan asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering untuk lahan sekunder
m = 10-40% untuk lahan yang terisolasi
m = 20-50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Persamaan Evapotranspirasi terbatas sebagai berikut:
Et = Ep E
.(1)
Er = Ep (d/30) .(2)
Dari data n dan d stasiun hujan disekitar proyek akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
d = an+b
.(3)
Dimana a dan b adalah konstanta akibat hubungan n (jumlah hari hujan) dan d (jumlah permukaan kering)
Substitusi dari persamaan (3) dan (2), diperoleh:
Er/Ep = m/30 . (a.n + b) .(4)
2. Keseimbangan Air di permukaan Tanah
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk ke dalam permukaan tanah dan kondisi
tanah itu sendiri. Data yang diperlukan adalah:
P Et , adalah perubahan air yang akan masuk ke permukaan tanah.
Soil storage, adalah perubahan volume air yang ditahan oleh tanah yang besarnya tergantung pada
(P-Et), soil storage bulan sebelumnya.
Soil Moisture, adalah volume air untuk melembabkan tanah yang besarnya tergantung (P-Et), soil
storage, dan soil moisture bulan sebelumnya.
Kapasitas soil moisture, adalah volume air yang diperlukan untuk mencapai kapasitas kelengasan
tanah.
Water Surplus, adalah volume air yang akan masuk kepermukaan tanah, yaitu water surplus = (PEt) soil storage, dan 0 jika (P-Et)< soil storage.
3. Ground Water Storage
Nilai run off dan ground water besarnya tergantung dari keseimbangan air dan kondisi tanahnya. Data yang
diperlukan adalah:
Koefisien infiltrasi = I diambil 0,2 0,5
Faktor resesi aliran air tanah = k, diambil 0,4-0,7
Initial storage, adalah volume air tanah yang tersedia di awal perhitungan.
Persamaan:
In = Water Surplus x I
V
= k. V(n-1) + 0,5 (1+k) In
A
= Vn Vn-1
dimana:
In = infiltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah
V
= volume air tanah
dVn = perubahan volume air tanah bulan ke-n
V(n-1) = volume air tanah bulan ke (n-1)
I
= koefisien infiltrasi
A
= volume tampungan per bulan
4. Aliran sungai
Interflow
= Infiltrasi Volume air tanah (mm)
Direct Run Off = Water Surplus Infiltrasi (mm)
Base Flow
= Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun (m3/dt)
Run Off
= Interflow + Direct Run Off + Base Flow (m3/dt)
Contoh Perhitungan dengan Metode Mock
(1)
=
Data curah hujan bulanan = 133
(2)
=
Jumlah hari hujan = 8
(3)
=
Data evapotranspirasi, Eto (mm/hari) = 4.49
(4)
(5)
=
=
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
=
=
(18)
(19)
(20)
m (%)
E
=
lahan terbuka
=
30%
=
(-1.437*(2)+14.743)*((4)/jum hari)
=
0.06 mm/0.5 bulan
Evaporasi
=
(5)*(3)
=
0.29 mm/0.5 bulan
ET
=
(3)-(6)
=
4.2 mm/0.5 bulan
Hujan efektif
=
(1)-(7)
=
128.8 mm/0.5 bulan
Tamp. tanah
=
(8)<150
=
(8) = 128.8 mm
Lengas Tanah
=
(8)>100
=
100 mm
Kelebihan Air
=
(8)-(9)
=
0 mm
Infiltrasi
=
(0.4)*(11)
=
0 mm
0.5*(1+k)*(12) =
0.5*(1+0.6)*(12)
=
0 mm
k*v-(n-1)
=
0.6*0
=
0 mm
Vol. Tamp
=
(13)+(14)
=
0 mm
Vol. Tamp1 Vol. Tamp (n-1)
= 0
Aliran dasar
=
(12)-(16)
=
0
Aliran Langsung
=
(11)-(12)
=
0
Aliran Larian
=
(17)+(18)
=
0
Debit efektif
=
(19)*das*1000/(hari bulan*86400)
=
0 m3/dt
debit pengamatan sebagai pembanding. Oleh karena keterbatasan data didaerah studi maka
proses pembandingan tidak dapat dilakukan. Untuk itu diperlukan pendekatan parameter
hidrologi yang lebih cermat sehingga hasil simulasi dapat diterima dengan tingkat akurasi
sedang tetapi masih dapat digunakan untuk analisa selanjutnya.
Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan Metode Mock adalah sebagai berikut
:
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 15 (lima belas) harian. Stasiun curah
hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah
tersebut.
2. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Eavpotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi actual dengan mempertimbangkan
kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data :
a. Curah hujan setengah bulanan (P)
b. Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)
c. Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah
dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
d. Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi :
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat,
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan
kering untuk lahan sekunder,
m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi, dan
m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut :
Dimana:
E = beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas (mm),
Et = evapotranspirasi terbatas (mm),
Ep = evapotranspirasi potensial (mm),
m = singkapan lahan (exposed surface), dan
n = jumlah hari hujan dalam sebulan.
Singkapan lahan dapat diasumsikan seperti pada tabel berikut :
Tabel 6.3 Singkapan Lahan Sesuai Tata Gunan Lahan
No. Jenis Penggunaan Lahan S Lahan (%)
1. Hutan Lebat 0
2. Lahan Tererosi 10-40
3. Lahan Pertanian 30-50
3. Faktor Karakteristik Hidrologi
Faktor Bukaan Lahan :
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat,
4
Dimana:
SMC = kelembaban tanah (diambil 50 mm 200 mm),
SMC (n) = kelembaban tanah bulan ke-n,
SMC(n-1) = kelembaban tanah bulan ke-(n-1),
IS = tampungan awal (initial storage) (mm), dan
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah.
6. Keseimbangan air di permukaan tanah
Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Air hujan (As),
Kandungan air tanah (soil storage), dan
Kapasitas kelembaban tanah (SMC).
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah,
P = curah hujan bulanan, dan
Et = evapotranspirasi.
7. Kandungan air tanah
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As, bila harga As negatif, maka kapasitas
kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka kelembaban tanah akan
bertambah.
8. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off dan ground water storage)
Nilai run off dan ground water storage tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya. Data-data yang diperlukan untuk menentukan besarnya aliran air tanah adalah
sebagai berikut :
5
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan
DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan
yang terjadi memiliki koefisien infitrasi yang kecil, karena air akan sulit terinfiltrasi ke
dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 1.
10. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)
Faktor resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke-n dengan aliran air
tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi
DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air Metode FJ Mock, besarnya nilai k didapat
dengan cara coba-coba sehingga dapat dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
11. Initial Storage (IS)
Initial storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada awal
perhitungan. IS di lokasi studi diasumsikan sebesar 100 mm.
12. Penyimpangan air tanah (Ground Water Storage)
Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan watu.
Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpangan awal (initial storage)
terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah sebagai
berikut :
Vn = k x n-1 + 0,5 (1 + k) I
Vn = vn - vn-1
Dimana:
Vn = volume air tanah bulan ke-n,
k = qt/qo = faktor resesi aliran tanah,
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke-t,
qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke-0),
vn-1 = volume air tanah bulan ke-(n-1), dan
vn = perubahan volume aliran air tanah
13. Aliran Sungai
Aliran dasar = infiltrasi perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run off), aliran
dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
a. Interflow = infiltrasi volume air tanah
b. Direct run off = water surplus infiltrasi
c. Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
d. Run off = interflow + direct run off + base flow
6
Perhitungan simulasi debit aliran rendah untuk Bendungan Wain Metode Mock dapat
dilihat pada table berikut ini.
Untuk perhitungan simulasi, debit yang dipakai adalah dengan menggunakan Metode
Mock karena kondisinya sesuai dengan kondisi di lapangan.
saya akan berikan contoh perhitunganya dalam bentuk excel yang bisa di download di
bawah ini
CONTOH PERHITUNGAN
jangan lupa pelajari lagi teorinya dari sumber lain supaya lebih memahami lagi..
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101