Anda di halaman 1dari 6

JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No.

1, April 2018 : 11 - 16

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA


PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN
JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Alpian Nafarin1*, Agus Triantoro1, Riswan1, Freddy Aditya2
2Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
2Mine Plan Engineering Department, PT Rimau Energy Mining

e-mail: *alpianafarien@gmail.com

ABSTRAK
Pertambangan berkaitan erat dengan kegiatan penggalian yang berada di bawah permukaan bumi. Kegiatan-kegiatan tersebut
akan menghasilkan lubang-lubang bukaan yang kemungkinan tergenang oleh air, baik oleh air tanah maupun air hujan. Hal ini juga
ditemukan pada wilayah kerja PT Rimau Energy Mining, dimana besarnya debit air terakumulasi yang berasal dari curah hujan
menggenangi area kerja pada Pit 1 Blok 12 PT Rimau Energy Mining. Sehingga diperlukan sebuah sistem penyaliran agar kuantitas air
pada wilayah penambangan dapat dikendalikan sehingga permasalahan-permasalahan yang muncul akibat air yang masuk tersebut dapat
diatasi.
Pada penelitian ini, metode penghitungan curah hujan rencana dengan menggunakan Distribusi Log Normal, penentuan
Catchment Area menggunakan software Minescape, penghitungan debit limpasan menggunakan metode rasional, perhitungan debit pompa
aktual dengan metode discharge, perhitungan sump rencana menggunakan metode water balance.
Hasil perhitungan intensitas curah hujan rencana adalah 451,24 mm dengan luas catchment area 12,81 ha. Hasil perhitungan
debit air limpasan sebesar 0,24 m3/detik dengan volume limpasan sebesar 2.477,29 m3. Debit aktual rata-rata pompa Sykes HH 160i
sebesar 220,42 m3/jam. Rekomendasi volume sump rencana sebesar 6.555,17 m3.

Kata-kata kunci : curah hujan, intensitas, penyaliran, pompa, sump

PENDAHULUAN 1. Menentukan faktor-faktor penyebab masuknya air ke


Kegiatan penggalian yang terletak dibawah lokasi penambangan agar selanjutnya dapat dilakukan
permukaan bumi akan menghasilkan lubang-lubang bukaan tindakan penanganan.
yang berpotensi tergenang oleh air, baik oleh air tanah 2. Melakukan evaluasi terhadap sistem penyaliran yang
maupun air hujan. Lubang-lubang itu apabila tergenang diterapkan pada lokasi penambangan.
oleh air maka akan berpengaruh terhadap kegiatan Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
penambangan yang dilakukan, sehingga dapat menghambat menyelesaikan permasalahan terhadap sistem penyaliran
proses penggalian maupun kegiatan penambangan lainnya. tambang terutama yang berhubungan dengan mine
Hal ini juga ditemukan pada wilayah kerja PT dewatering, sehingga diharapkan kegiatan yang
Rimau Energy Mining, dimana besarnya debit air berhubungan dengan proses penambangan menjadi lebih
terakumulasi yang berasal dari curah hujan menggenangi efisien.
area kerja pada Pit 1 Blok 12 PT Rimau Energy Mining.
Permasalahan inilah yang melatar belakangi METODOLOGI
dilakukannya penelitian dengan hasil akhir mengevaluasi Pada tahapan ini dimana data diperoleh dari
sistem penyaliran tambang, terutama metode mine
pengamatan yang dilakukan langsung di lapangan (data
dewatering yang ada pada PT Rimau Energy Mining site
Jaweten, kecamatan Karosen Janang, kabupaten Barito primer) dan pengumpulan literatur-literatur yang
Timur, provinsi Kalimantan Tengah. berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti (data
Permasalahan yang dikaji di penelitian ini adalah sekunder). Jenis data yang diambil dibedakan menjadi :
terakumulasinya debit air hujan yang masuk ke lokasi a. Data Primer : Catchment Area, Sistem Penyaliran &
penambangan yang mengganggu kegiatan penambangan. Pemompaan yang Dilakukan, Bentuk dan Volume
Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan evaluasi Sump, Debit Aktual Pompa, dan Diameter Pipa
terhadap sistem penyaliran yang diterapkan pada lokasi b. Data Sekunder : Keadaan Geologi, Peta Topografi,
penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang Sejarah Perusahaan, Lokasi Kesampaian Daerah,
menyebabkan tergenangnya air pada lokasi penambangan.
Spesifikasi Pompa dan Pipa, Data Curah Hujan &
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah
Durasi Hujan, Peta-peta Pendukung, dan Spesifikasi
sebagai berikut :
1. Daya tampung maksimal sump dalam menampung air. Pompa
2. Tidak membahas mengenai potensi air tanah.
3. Tidak memperhitungkan kualitas air. Tahap Pengolahan Data
4. Data curah hujan dan durasi hujan merupakan data Pengolahan data dilaksanakan dengan melakukan
yang didapat dari perusahaan. perhitungan terhadap data-data yang telah diperoleh selama
5. Penelitian tidak memperhitungkan masalah yang pengamatan di lapangan. Untuk dasar teori yang dipakai
berhubungan dengan faktor biaya atau faktor ekonomi pada penelitian ini, yaitu:
lainnya. Sistem penyaliran tambang terdiri dari mine
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: drainage dan mine dewatering. Mine drainage adalah
metode penyaliran dengan mencegah masuknya air ke
lokasi tambang yang dilakukan dengan membuat saluran

11
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No. 1, April 2018 : 11 - 16

drainase di sekeliling lubang bukaan. Sedangkan mine Permeabilitas Tanah


dewatering adalah metode penyaliran untuk mengeluarkan Permeabilitas tanah dipengaruhi oleh beberapa
air yang telah masuk ke dalam lubang bukaan dengan hal, yaitu besar kecilnya ukuran pori-pori tanah, gradasi
membuat sumuran (sump) dan kemudian air yang tanah (pembagian dan ukuran butir-butir tanah) dan
terkumpul di sump di pompa keluar. kepadatannya, kadar air yaitu berat jenis dan kekentalannya
dan kadar udara diantara butir-butir padat.
Curah Hujan
Debit air tambang yang akan dikeluarkan dari Sump
daerah tambang tersebut adalah banyaknya air hujan yang Dimensi sump sangat tergantung dari jumlah atau
jatuh di daerah tangkapan hujan. volume air yang akan dialirkan ke dalam sump itu sendiri.
Dimana air yang masuk ke sump adalah jumlah air yang
Periode Ulang Hujan
dialirkan melalui saluran – saluran, baik berupa air
Periode ulang adalah waktu hipotetik di mana
limpasan yang sudah tergenang ataupun air hujan yang
suatu kejadian dengan nilai tertentu, hujan rencana
langsung masuk ke dalam sump.
misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka
Dalam perhitungan dimensi sump dapat
waktu hipotetik tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa hujan
menggunakan rumus volume limas terpancung, persamaan
rencana akan berulang secara teratur setiap periode ulang
(4).
tersebut. 1
V = x t (L1 + L2 + ( √(𝐿1 𝑥 𝐿2) )) (4)
3
Hujan Rencana
Dalam analisis Frekuensi data hujan atau data Dimana V ialah volume sump (m3), L1 ialah luas
debit guna memperoleh nilai hujan rencana atau debit penampang atas (m2), L2 ialah luas penampang bawah (m2),
rencana dikenal beberapa distribusi probabilitas kontinu dan t ialah kedalaman sump (m).
yang sering digunakan, yaitu: Gumbel, Normal, Log
Normal, dan Pearson Type III. Sistem Pemompaan
Chi Kuadrat Pada dewatering pump, sistem pemasangan
Uji Chi Square dimaksudkan untuk menentukan rangkaian pompa terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih a. Sistem rangkaian pemompaan dengan satu unit pompa
dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang (Tunggal)
dianalisis. Adapun langkah-langkah perhitungan dari uji chi b. Sistem rangkaian pemompaan seri
square ini adalah sebagai berikut : c. Sistem rangkaian pompa parallel
a. Menentukan jumlah kelas dengan menggunakan
persamaan (1) yang disebut persamaan Sturgess. Head Total Pompa
K = 1 + 3,322 log n (1) Julang total pompa dapat dituliskan sebagai
persaman (5).
b. Menghitung X2 hitung dengan persamaan (2) Ht h s h f 1 h f 2 h v
k
Oi  Ei 2 (5)
X2  Dimana Ht ialah head total pompa (m), hs adalah head
i 1 Ei statis pompa (m), hf1 ialah head head gesekan pipa (m),
(2) hf2ialah Head untuk mengatasi berbagai hambatan pada
2
Dimana X adalah nilai Chi Square hitung, K adalah pompa dan pipa -seperti head belokan (m)-, dan Hv ialah
Jumlah kelas, Oi adalah frekuensi pengamatan kelas, Head kecepatan (m).
Ei adalah frekuensi teoritis kelas.
c. Menentukan X2 dari tabel dengan menentukan taraf Water Balance
signifikan (α) dan derajat kebebasan (v) Hubungan antara aliran masuk, kapasitas pompa
d. Menyimpulkan hasil perhitungan apabila X2 hitung dan aliran keluar, dan kapasitas tampungan dinyatakan
<X2cr maka distribusi terpenuhi dan apabila nilai X2 dengan persamaan kontinuitas dalam persamaan (6).
hitung >X2cr maka distribusi tidak terpenuhi besarnya 𝑄𝑖 − 𝑄𝑜 = 𝑄𝑎𝑐 (6)
nilai X2cr. Dimana Qi = laju aliran masuk dalam m3/dtk, Qo
Intensitas Hujan ialah laju aliran keluar atau kapasitas pompa dalam m3/dtk,
Pengertian dari intensitas hujan yaitu jumlah curah dan 𝑄𝑎𝑐 ialah laju aliran terakumulasi dalam m3/dtk.
hujan yang jatuh per satuan waktu dan dinyatakan dalam
satuan mm/hari. Dengan kata lain bahwa intensitas curah HASIL DAN PEMBAHASAN
hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka Besaran Daerah Tangkapan Hujan
pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan per Catchment area merupakan area tangkapan hujan
hari. Untuk mengelola data curah hujan menjadi intensitas yang mana penentuannya dilakukan dengan pengamatan
hujan digunakan cara statistik dari data pengamatan curah langsung di lapangan dan pengamatan pada peta topografi
hujan yang terjadi. Di mana I adalah intensitas curah hujan daerah penambangan. Pengamatan langsung di lapangan
(mm/jam), t adalah waktu hujan atau waktu konstan (jam), bertujuan untuk mengetahui arah aliran limpasan air ketika
dan R24 ialah curah hujan maksimum (mm). hujan. Pengamatan pada peta topografi dimaksudkan untuk
2 menentukan arah aliran air limpasan permukaan
R24  24  3 berdasarkan elevasi kontur. Adapun luas catchment area
I   adalah sebesar 12,81 ha.
24  t  (3)

12
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No. 1, April 2018 : 11 - 16

Data Curah Hujan Berdasarkan hasil perhitungan intensitas curah hujan,


Data curah hujan yang digunakan merupakan data didapatkan intensitas curah hujan sebesar 7,64 mm/jam.
curah hujan pada Kabupaten Barito Timur selama 10 tahun
Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
dari tahun 2005 hingga 2015.
Berdasarkan peta topografi daerah yang diteliti
Sistem Penyaliran Tambang Terbuka di Pit 1 Blok 12
pada bulan Oktober 2015, ditentukan luas daerah tangkapan
Sistem penyaliran yang diterapkan di Pit 1 Blok 12
hujan.
adalah gabungan antara mine drainage yaitu upaya untuk
Batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-
mencegah air masuk ke dalam areal penambangan dan mine
titik elevasi tertinggi dengan mengikuti kecenderungan arah
dewatering yaitu metode untuk mengeluarkan air yang
gerak air (tin flow) sehingga akhirnya membentuk suatu
masuk ke dalam daerah penambangan.
poligon tertutup.
Sistem Pemompaan Debit Air Limpasan Permukaan
Sistem pemompaan yang digunakan merupakan Perhitungan debit air limpasan pada daerah
pemompaan tunggal, banyaknya unit pompa yang tangkapan hujan dapat ditentukan dengan mengetahui luas
digunakan adalah 1 (satu) unit pompa. Unit pompa daerah tangkapan hujan, harga intensitas curah hujan dan
digunakan pada Pit 1 Blok 12 adalah pompa Sykes HH nilai koefisien limpasan. Debit limpasan yang didapat dari
160i, Pompa Sykes HH 160i mempunyai kapasitas perhitungan adalah sebesar 0,24 m3/detik.
maksimum 770 m3/jam dan head maksimum 140 meter.
Volume Air Limpasan
Pipa yang digunakan adalah pipa jenis HDPA
Volume air limpasan yang masuk ke dalam front
(High Density Polyethylene), berdiameter 6 inch dengan
diperoleh dengan mengalikan debit air limpasan dengan
total panjang pipa sebesar 450 meter.
durasi hujan. Dari hasil perhitungan dengan debit air
Curah Hujan Rencana limpasan sebesar 0,24 m3/detik dan durasi hujan selama
Dengan menggunakan hasil analisa frekuensi data 2,81 jam. Durasi hujan selama 2,81 jam didapat dari data
curah hujan yang tersedia, dapat ditentukan angka curah curah hujan tertinggi pada tahun 2014 – 2015. Sehingga
hujan rencana. Analisis ini dilakukan dengan mengambil kemudian diperoleh volume air limpasan sebesar
data curah hujan selama 10 tahun pada daerah penelitian. 2.477,29 m3.
Metode distribusi yang diuji yaitu Distribusi
Kapasitas Pompa Aktual
Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person Tipe
Kapasitas pompa diperoleh dari kapasitas aktual
III, dan Distribusi Gumbel. Dari hasil uji chi kuadrat dengan
pompa. Kapasitas aktual pompa tersebut didapatkan
derajat kebebasan 2, derajat kepercayaan 5% didapatkan
berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dengan
taraf signifikansi sebesar 5,991 (berdasarkan tabel nilai-
nilai chi kuadrat), Distribusi Normal dan Distribusi Gumbel menggunakan Metode Discharge. Dari hasil pengukuran
dikatakan memenuhi. Tetapi yang digunakan tetap satu menggunakan Metode Discharge, maka diperoleh kapasitas
distribusi, yaitu Distribusi Gumbel karena Distribusi pompa rata-rata Sykes HH160i sebesar 220,42 m3/jam.
Gumbel memiliki simpangan yang lebih kecil dibandingkan Head Total Pompa
Distribusi Normal. Hasil dari perhitungan yang Head (julang) adalah energi yang dibutuhkan
dilakukan,curah hujan rencana yang digunakan sebesar untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Head
451,24 mm. pompa ada beberapa macam yaitu head statis, head
Intensitas Curah Hujan Rencana tekanan, kerugian head pada pipa (head loss), dan head
kecepatan.
Penentuan intensitas curah hujan didasarkan pada
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran K
pengertian intensitas, yakni jumlah curah hujan yang jatuh
diperoleh head total pompa pada pompa Sykes HH 160i
per satuan waktu. Curah hujan harian kemudian dikonversi
menjadi curah hujan per jam. Dimana curah hujan yang yaitu sebesar 66,263 m.
digunakan adalah curah hujan rencana dan waktu yang Pemompaan Aktual
digunakan merupakan jumlah hari hujan yang terjadi pada Dengan mengetahui kapasitas pompa per jam
saat curah hujan maksimum. Kemudian, intensitas hujan berdasarkan perhitungan menggunakan Metode Discharge
yang dihitung berdasarkan jumlah curah hujan rencana per untuk pompa dan jam kerja pompa per hari adalah 18 jam.
hari hujan dikonversikan lagi agar didapat curah hujan Maka, pemompaan aktual pompa Sykes HH 160i per hari
dengan periode atau waktu dalam satuan per jam. dapat dihitung sebesar 3.967,63 m3/hari.

Gambar-1. Grafik Curah Hujan Maksimum Kabupaten Barito Gambar-2. Grafik Curah Hujan Rata-rata Kabupaten Barito
Timur Tahun 2005 – 2014 Timur Tahun 2005 – 2014

13
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No. 1, April 2018 : 11 - 16

Debit Pompa Simulasi Kebutuhan Pompa


Dari hasil analisa data, dengan menggunakan satu Selain simulasi untuk meningkatkan debit pompa,
pompa Sykes HH 160i, diketahui debit pompa aktual rata- dapat pula dilakukan simulasi untuk mengetahui kaitan
rata sebesar 220,42 m3/jam, pada RPM sebesar 1500. Untuk antara elevasi dari pompa terhadap debit yang dihasilkan.
ukuran pompa Sykes HH 160i yang memiliki kapasitas Untuk melakukannya, dilakukan dengan membuat
debit maksimum hingga 676,26 m3/jam debit pompa aktual perhitungan head total menggunakan elevasi pompa yang
tersebut terhitung kecil. Begitu pula dengan RPM pompa berbeda-beda. Kemudian dilakukan perhitungan debit
yang masih dapat ditingkatkan hingga angka 2000. menggunakan kurva performa pompa. Elevasi yang
Dengan melihat kondisi pemompaan dilapangan, digunakan pada simulasi ini dimulai dari 5 meter dan
maka dapat disimpulkan beberapa alasan dari konfigurasi dilanjutkan terus ke elevasi yang lebih rendah dengan jarak
pompa tersebut. Pertama adalah kapasitas atau daya 2 meter hingga debit yang dihasilkan adalah 0. Hasil dari
tampung dari settling pond yang tersedia akan tidak perhitungan simulasi ini disajikan menggunakan grafik
mencukupi apabila debit air yang dipompakan masuk yang dapat dilihat pada gambar 5. dari grafik diketahui
meningkat. Yang kedua adalah terdapat kebocoran pada bahwa elevasi terendah dimana debit pompa adalah 0 yaitu
pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari sump pada elevasi 15 meter.
menuju settling pond (pipa outlet) tentunya hal ini akan Dari hasil perhitungan masing-masing debit
berpengaruh pada pompa sehingga RPM nya tidak dapat simulasi tersebut dapat pula diketahui jumlah kebutuhan
dinaikkan melebihi angka 1500 tersebut. pompa berdasarkan elevasi. Hal ini dilakukan dengan
membagi nilai debit air masuk dengan debit pompa tiap-tiap
Simulasi Peningkatan Kapasitas Pompa elevasi yang berbeda. Maka akan didapatkan angka
Dengan melihat data pemompaan aktual kebutuhan pompa pada masing-masing elevasi yang
sebelumnya, dapat dibuat simulasi untuk meningkatkan berbeda. Pada Gambar-6 ditampilkan grafik dari
debit yang dihasilkan pompa. Pada simulasi ini dilakukan perhitungan kebutuhan pompa ini.
peningkatan RPM pompa dengan mengacu pada kurva
performa. Setelah dilakukan simulasi pada RPM pompa Water Balance
yaitu dengan menggunakan RPM 1600 dan 1700 didapat Dengan menggunakan debit air limpasan
debit teoritis untuk pompa Sykes HH 160i masing-masing berdasarkan perhitungan curah hujan rencana sebesar 0,24
sebesar 345 m3/jam dan 440 m3/jam, seperti ditampilkan m3/s; debit pompa Sykes HH 160i sebesar 0,06 m3/s; waktu
pada gambar 5.12. Debit teoritis ini didapat dengan hujan maksimal perhari sebesar 2,18 jam/hari; dan waktu
menggunakan kurva performa pompa dengan kerja pompa perhari sebesar 18 jam/hari maka dapat
menggunakan nilai head total yang sama dengan dihitung nilai debit terakumulasi yaitu sebesar -1.532,16
perhitungan head total aktual yaitu sebesar 66,26 m. m3/hari.

Gambar-5. Grafik Pengaruh Elevasi Terhadap Debit Pompa

Gambar-3. Catchment Area & Arah Pergerakan Air (Tin Flow)

Gambar-4. Grafik Perbandingan Debit Teoritis Pompa


Berdasarkan Perubahan RPM Gambar-6. Grafik Perbandingan Kebutuhan Pompa Berdasarkan
Elevasi

14
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No. 1, April 2018 : 11 - 16

Penentuan Bentuk dan Dimensi Sumuran (Sump) KESIMPULAN


Dengan menggunakan bantuan software dapat Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
diketahui volume tergenang pada Blok 12 yaitu sebesar yang dilakukan adalah sebagai berikut:
29.211,94 m3. Dengan banyaknya volume air yang masuk 1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem
ditambah dengan perencanaan dimensi sump yang kurang penyaliran pada daerah penelitian, faktor-faktor
maksimal pada lokasi penelitian membuat sebagian front tersebut yaitu:
kerja tergenang oleh air yang masuk, sehingga perlu a. Curah hujan, sebagian besar air yang terakumulasi
dibuatkan rekomendasi dimensi sump yang baik agar debit berasal dari air hujan yang jatuh langsung kedalam
air yang masuk kedalam sump tidak meluap sampai area kerja. Kemudian dilakukan perhitungan untuk
menggenangi wilayah kerja. menentukan curah hujan rencana yaitu sebesar
Desain sump ditentukan berdasarkan kondisi 451,24 mm.
wilayah penelitian dan penentuan volume sump b. Pengertian dari intensitas adalah banyaknya curah
berdasarkan metode water balance dan dengan hujan yang jatuh per satuan waktu. Didapatkan
memperhatikan safety factor sebesar 20%. Safety factor ini nilai intensitas curah hujan sebesar 21,49 mm/hari
merupakan faktor pengali yang bertujuan agar volume dari atau 7,64 mm/jam.
sump rencana menjadi lebih besar dan untuk mencegah c. Daerah tangkapan hujan, ditentukan berdasarkan
apabila pada suatu kondisi air limpasan yang masuk lebih peta topografi lokasi penelitian, didapatkan
besar daripada daya tampung sump rencana berdasarkan luasnya sebesar 12,81 ha.
perhitungan menggunakan metode water balance d. Debit air limpasan permukaan, ditentukan dengan
Berdasarkan hasil analisa data curah hujan rencana mengetahui luas daerah tangkapan, harga
sebesar 451,24 mm dan hari hujan 21 hari dengan durasi intensitas serta nilai koefisien limpasan.
hujan 2,81 jam, serta intensitas hujan sebesar 7,64 mm/jam. Didapatkan nilai debit limpasan sebesar 0,24
Rekomendasi sump disesuaikan dengan perhitungan m3/detik.
volume rencana menggunakan analisa water balance e. Volume air limpasan, didapatkan dengan
sebesar 5.462,64 m3 dikalikan dengan safety factor sebesar mengalikan debit air limpasan dengan durasi
20%. Maka didapat volume rencana sebesar 6.555,17 m3. hujan. Didapatkan nilai volume air limpasan
Selanjutnya dengan menggunakan rumus volume sebesar 2.477,29 m3.
limas terpancung didapatkan volume maksimal yang dapat f. Kapasitas pompa aktual, diperoleh dari
ditampung sump sebesar 6.648,97 m3. Nilai tersebut sudah pengukuran dilapangan yaitu sebesar 220,42
memenuhi rekomendasi karena sudah lebih besar dari m3/jam atau 3.967,63 m3/hari dengan ketentuan
volume rencana. Terdiri dari dua bagian yaitu Top, dengan jam kerja pompa 18 jam/hari.
panjang 50 meter & lebar 35 meter; dan Base (floor) dengan g. Head total pompa didapatkan sebesar 66,263 m.
panjang 38 meter & lebar 25 meter, dengan kedalaman 5
meter dan kemiringan penampang sebesar 40o (material 2. Evaluasi terhadap sistem penyaliran yang digunakan
Clay). pada lokasi penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel-1. Rekomendasi Dimensi Sump a. Sistem pemompaan yang digunakan merupakan
Keterangan Ukuran pemompaan tunggal, dengan jumlah unit pompa
Panjang Atas*) 50 m yang digunakan adalah 1 (satu) buah pompa Sykes
HH 160i.
Lebar Atas*) 35 m b. Adanya kebocoran disepanjang pipa keluaran yang
Panjang Bawah*) 38 m menyebabkan debit yang dihasilkan pompa menjadi
Lebar Bawah*) 25 m
tidak maksimal.
c. Selain itu, besarnya nilai head statis dapat pula
Tinggi/ Kedalaman sump (h) 5m mempengaruhi jumlah debit yang dihasilkan
Kemiringan penampang (α) 40o pompa.
Safety factor 20% UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Kevin Yatmiko, selaku Direktur Utama PT
Rimau Energy Mining.
2. Bapak Handry Mardam S, selaku Kepala Teknik
Tambang PT Rimau Energy Mining Site Jaweten.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Endriantho, M. dan Ramli, M. 2013. Perencanaan
Sistem Penyaliran Tambang Terbuka Batubara.
Fakultas Teknik Pertambangan, Universitas
Hasanudin.

[2] Glover, T.J. 1998. Pocket Reference. Sequoia


Publishing, Inc., Colorado.

Gambar-7. Peta Lokasi Sump (Rekomendasi)

15
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 3, No. 1, April 2018 : 11 - 16

[3] Kamiana, I. M. 2001. Teknik Perhitungan Debit


Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu, Yogyakarta. 218
hal.

[4] Nurhakim. 2005. Draft Bahan Kuliah Tambang


Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan, FT
UNLAM, Banjarbaru. hal : 56.

[5] Sularso dan Tahara, H. 1991. Pompa dan Kompresor.


PT Pradnya Paramita, Jakarta. hal : 22.

[6] Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang


Berkelanjutan. Penerbit ANDI, Semarang. hal. 19-106.

[7] Suwandhi, A. 2004. Perencanaan Sistem Penyaliran


Tambang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka,
Unisba. 17 hal.

[8] Suyono dan Takeda K. 2003. Hidrologi untuk


Pengairan. PT Pradnya Paramita, Jakarta. hal : 15.

[9] Triatmodjo, B. 1992. Hidrolika I. Beta Offset,


Yogyakarta. 218 hal.

[10] Triatmodjo, B. 1996. Hidrolika II. Beta Offset,


Yogyakarta. 218 hal.

16

Anda mungkin juga menyukai