Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK

Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP


Bendungan Merancang

BAB 2
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

4.1 GEOLOGI REGIONAL


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai geologi regional daerah penelitian yang
meliputi fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologi regional dan sejarah
geologi regional yang disarikan dari para peneliti terdahulu.
4.1.1 Fisiografi Regional
Daerah bendungan Merancang dan sekitarnya memiliki ciri morfologi berupa
perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai agak terjal ( 5 sampai
20 derajat). Permukaan tanahnya telah mengalami tingkat pelapukan dan erosi yang tinggi
sehingga relief permukaannya cukup halus.
Disamping itu kondisi litologinya terdiri dari batu lempung dan batupasir serta
batulanau, yang merupakan batuan relative lunak sehingga lereng yang tinggi ataupun
tebing yang terjal tidak ditemukan di daerah ini. Banyak ditemukan dataran dan perbukitan
bergelombang lemah.
4.1.2 Stratigrafi dan Struktur Geologi Regional
Penjelasan mengenai geologi regional daerah sekitar bendungan Merancang
diambil peta geologi lembar Tanjung Redep, Kalimantan skala 1 : 250.000 oleh R.I.
Situmorang dan Burhan, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995), seperti
ditunjukkan pada Peta Geologi gambar 2.1.
Berdasarkan peta geologi regional, batuan dasar daerah bendungan Merancang dan
sekitarnya berada pada formasi Latih (Tml), yang berabatasan dengan formasi Domaring
(Tmpd). formasi Latih melampar pada sisi barat, sedang formasi Domaring yang
menempati bagaian timurnya. Batas antara Foramsi Latih dan formasi Domaring berupa
kontak sesar.
Formasi Latih (Tml) terdiri atas batu pasir kwarsa, batulempung, batulanau dan
batubara di bagian atas, bersisipan serpih pasiran dan batu gamping di bagian bawah,
berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Fomasi Domaring (Tmpd) tersusun oleh
batugamping terumbu, batugamping kapuran, napal danm sisipan batubara muda. Di atas
batuan dasar formasi Latih dan Domaring, sebagai dasar waduk Merancang adalah adalah
endapan aluvial (Qa) yang tersusun oleh lumpur, lanau, pasir, kerikil dan gambut yang

2-1
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

tebalnya mencapai 40 m.

Gambar 2.1. Peta Geologi Daerah Penelitian dan sekitarnya ( P3G, 1995)

Hubungan secara vertikal antar formas-formasi batuan tersebut di atas seperti


ditunjukan pada pemapang A-B gambar 2.1. Berdasarkan peta tersebut, tampak bahwa
batuan dasar di daerah bendungan merancang adalah endapan aluvial, formasi Latih dan
kemungkinan formasi Domaring.
Struktur geologi daerah ini, seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.1, baik pada
peta secara horisontal dan penampang vertikal AB, dijumpai adanya struktur lipatan , sesar
normal, sesar geser. Struktur tersebut berarah utama barat laut-tenggara dan barat daya-
timur laut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah barat laut – tenggara dan
barat daya – timur laut.
Di daerah ini diduga telah terjadi empat kali tektonik. Setelah kegiatan tektonik
kedua Formasi Birang diendapkan pada bagian tengah dan timur lembar. Juga terjadi

2-2
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

kegiatan gunung api membentuk satuan gunung api Jelari di bagian barat lembar.
Pengendapan Formasi Birang diikuti pengendapan formasi Latih di bagian selatan lembar
yaitu daerah Teluk Bayur dan sekitarnya.
4.1.3 Kegempaan
Sesuai dengan Peta Zonasi Gempa Indonesia dari Kementrian Pekerjaan Umum
tahun 2010 dan Pondasi Bendungan Merancang yang terdiri dari batulempungyang
melapuk tinggi dan termasuk dalam Formasi Latih dapat diklasifikasikan sebagai jenis
tanah lunak, sehingga untuk periode ulang 100 tahun faktor – faktor amplifikasinya adalah
sebesar 2,5 dan untuk periode 10000 tahun 0,904. Sehingga nilai percepatan di permukaan
pada periode ulang 100 tahun adalah 0,174 g, dan pada periode ulang 10000 tahun adalah
0,36 g.

Mengingat kondisi seperti ini maka analisa stabilitas lereng dengan pengaruh beban
gempa dilakukan dengan menggunakan beban gempa OBE (Operating Basis Earthquake)
dengan periode ulang 100 tahun, sedangkan beban gempa MDE (Maximum Design
Earthquake) dengan mempertimbangkan tingkat resiko di bagian hilir bendungan yang
tinggi diambil periode ulang 10000 tahun. Untuk analisis stabilitas pengaruh gempa di
daerah bendungan Penjalin ini harus dilaksanakan dengan menggunakan prosedur sesuai
dengan Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Beban Gempa (Pd T-
14-2004-A) dengan menggunakan peta gempa seperti gambar di bawah.

Gambar 2. 2 Peta Percepatan di Batuan Dasar (SB) Untuk Periode Ulang 100 Tahun

2-3
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

Tabel 2.1 Nilai percepatan puncak dipermukaan tanah untuk berbagai periode ulang
Lokasi: Bendungan Merancang
Periode Ulang
JenisTanah 50 Tahun 100 Tahun 200 tahun 500 tahun 1000 athun 2500 Tahun 10000 tahun
PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA PBA FPGA PSA
B. Batuan 0.048 1 0.048 0.07 1 0.07 0.096 1 0.096 0.145 1 0.145 0.193 1 0.193 0.261 1 0.261 0.399 1 0.399
C. Tanah Keras 0.048 1.2 0.058 0.07 1.2 0.084 0.096 1.2 0.116 0.145 1.2 0.174 0.193 1.2 0.232 0.261 1.139 0.297 0.399 1.001 0.399
D. Tanah Sedang 0.048 1.6 0.077 0.07 1.6 0.111 0.096 1.6 0.154 0.145 1.511 0.218 0.193 1.414 0.273 0.261 1.279 0.333 0.399 1.101 0.439
E. Tanah Lunak 0.048 2.5 0.12 0.07 2.5 0.174 0.096 2.5 0.241 0.145 2.143 0.31 0.193 1.755 0.339 0.261 1.397 0.364 0.399 0.904 0.36

PBA: Percepatan puncak dibatuan dasar


PSA: Perceptan puncak dipermukaan tanah
FPGA: Faktor amplikasi tanah

Gambar 2. 3 Peta Percepatan di Batuan Dasar (SB) Untuk Periode Ulang 10000 Tahun

2-4
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

4.2 GEOLOGI LOKASI BENDUNGAN MERANCANG


4.2.1 Kondisi Batuan Daerah Penyelidikan
Kondisi stratigrafi yang disampaikan disini adalah kondisi hasil penyelidikan
geologi yang dilaksanakan oleh PT Gamma Epsion pada tahun 1997 dan Penyelidikan oleh
PT Indra Karya tahun 2012.

 Bagian Hilir Bendungan Utama, Hasil Temuan pada tahun 1997


Bedasarkan data terdahulu, penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1997, maka kondisi
geplogi bagian hilir bendungan utama berupa :

- Di bagian atas adalah lapisan gambut, berwarna hitam, sangat lembek, dengan
kandungan material organik yang tinggi. Tebal lapisan 2.40 m sampai 2.50 m dari
permukaan tanah dengan permeabilitas rendah k = 1.27 x 10 -7 cm / dt.

- Dibawah lapisan gambut adalah lempung berwarna hitam, bersifat lembek hingga
sangat lembek, pada kedalaman 2.4 m sampai dengan 17.40 m dibawah permukaan
tanah, plastisitas tinggi serta kelulusan air rendah. Dengan nilai SPT = 1samapi 2
pukulan per 30 cm.

- Lapisan paling bawah yang diidentifikasi dari pemboran adalah batulempung


pasiran berwarna coklat pucat dan batu lempung berwarna hitam. Lapisan batu
lempung pasiran bersifat agak lembek, sedangkan batu lempung hitam bersifat kaku
dan keras serta tingkat kelulusan air rendah. Penyebaran batulempung pasiran
berwarna coklat kearah hilir bendungan utama. Nilai N SPT = 15 pukulan per 30
cm, permeabilitas nya rendah ( k = 3.53 x 10 -6 cm/dt.

2
Hasil Vane Shear Test menunjukkan kekuatan geser lapisan ini 0.027 kg / cm sampai
0.266 kg/cm 2 .

2-5
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

 Bagian Hulu Bendungan Pembantu ( II ) , Temuan pada tahun 1997

Kondisi bagian hulu bendungan pembantu atau tanggul II hasil penyelidikan tahun 1997
sebagai berikut :

- Pada bekas lembah, bagian atas pada umumnya ditutupi gambut berwarna hitam,
sangat lembek, plastisitas tinggi, porositas rendah. Bagian permukaan terdiri dari
lapisan gambut berwarna hitam yang mengandung material organik tinggi.
Kedalaman lapisan 1.20 m sampai 2.00 m, dibawah permukaan tanah dengan qc =
1-4 kg/cm2 .

- Dibawah lapisan gambut terdapat lempung berwarna abu-abu sampai hitam, sangat
lembek, plastisitas tinggi, porositas rendah. Kedalaman lapisan ini mulai 1.30 m
sampai 30.80 m dari permukaan tanah. Nilai N SPT berkisar antara 1 sampai 3
pukulan per 30 cm ( qc = 5 -95 kg / cm2 , nilai permeabilitas nya (k) berkisar antara
2.10 x 10 -6 cm /dt sampai 3.23.x 10 -7 cm/dt.

Proses endapannya diperkirakan endapan lembah dan rawa-rawa darisuatu


lingkungan delta.

- Bagian paling bawah yang diidentifikasi dari hasil pemboran adalah batulempung
berwarna abu-abu sampai hitam, mempunyai sifat plastisitas sedang dan konsistensi
keras. Nilai N SPT 12 sampai lebih dari 50 pukulan per 30 cm ( qc = 110 sampai >
250 kg / cm2 ) dengan kedalaman lebih dari 30.80 mdari permukaan tanah.
Permeabilitas rendah K = 2.32 x 10 -7 sampai 5.52 x 10-6 cm/dt.

Hasil penyelidikan geologi teknik pada tahun 1997 dapat diperiksa pada gambar 3.2. untuk
penampang melintang geologi di bendungan utama dan pada gambar 3.3. untuk
penampang melintang di bendungan pembantu.

2-6
LAPORAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
Kajian Kesiapan Rehabilitasi Fisik Bendungan-bendungan DOISP
Bendungan Merancang

Gambar 2.4. Potongan Melintang geologi di lereng dan kaki hilir bendungan Utama, hasil
penyelidikan tahun 1997, oleh PT. Gamma Epsilon

Gambar 2.5. Potongan Melintang geologi di lereng dan kaki hilir bendungan Pembantu, hasil
penyelidikan tahun 1997, oleh PT. Gamma Epsilon

2-7

Anda mungkin juga menyukai