Anda di halaman 1dari 31

No.

Kode: 04/Pemetaaan Geologi 3/Profesional/001/2018

PEMETAAN GEOLOGI
MODUL 3 : Penampang Geologi

Tim Penyusun:
Herwan Dermawan, ST., MT
Drs. Rakhmat Yusuf, MT

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Bahan
Ajar Program Keahlian Geologi Pertambangan dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Bahan Ajar ini dilakukan untuk memberikan pembenaran
secara akademis dan sebagai landasan pemikiran dari materi pokok Pemetaan
Geologi yang terdiri dari empat Kegiatan Pembelajaran (1) Peta Geologi, (2)
Peta Pola Jurus kemiringan batuan, (3) Penampang Geologi, dan (4) Analisis
Peta Geologi. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada hasil kajian dan
diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat di berbagai pelaksanaan
perkembangan di bidang Geologi Pertambangan. Adapun penyusunannya
dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan,
pendalaman materi secara komprehensif dengan para praktisi dan pakar di
bidangnya, serta diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.
Kelancaran proses penyusunan Bahan Ajar ini tentunya tidak terlepas dari
keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan
penuh kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang
menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas ketekunan dan kerjasamanya.
Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bandung, April 2018

Tim Penyusunan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
KEGIATAN BELAJAR 3 : PENAMPANG GEOLOGI ............................................. 4
A. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................. 6
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................. 6
D. URAIAN MATERI .................................................................................... 6
E. RANGKUMAN ....................................................................................... 28
F. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan kerja kegiatan pemetaan geologi ............................................... 17


Gambar 2. Membuat penampang dengan batuan garis jurus ..................................... 25

iii
KEGIATAN BELAJAR 3 : PENAMPANG GEOLOGI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Mata Kegiatan

Dengan mengetahui kondisi geologi, suatu wilayah dapat dikembangkan dan ditata
secara bijaksana, sehingga secara optimal dapat memberikan kesejahteraan,
keamanan dan kenyamanan kepada para penghuninya, baik manusia maupun
makhluk hidup yang lain secara berkesinambungan. Untuk dapat mengetahui
kondisi geologi di suatu daerah, ahli geologi harus memiliki dasar geologi yang
kuat, menyeluruh dan terintegrasi, serta mampu memanfaatkan pengetahuan dasar
tersebut untuk melakukan pemetaan geologi.

Pemetaan juga merupakan hal yang sangat dasar tetapi sangat krusial untuk seorang
geologist. Karena pada dasarnya, peta merupakan nyawa dari ilmu geologi. Tanpa
peta, baik peta dasar maupun peta geologi, seorang geologist tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya seperti eksplorasi atau lain sebagainya. Pemetaan itu sendiri
berarti memetakan suatu daerah menjadi peta yang berisi berbagai informasi geologi
yang dibutuhkan seperti satuan batuan yang berada di bawah permukaan atau
sumber daya energy yang terkandung didalamnya.

2. Relevansi Mata Kegiatan


Penampang bawah permukaan merupakan gambaran dari suatu kenampakan
dibawah permukaan baik litologi, struktur atau segala sesuatu yang ada di bawah
permukaan bumi. Penampang geologi merupakan gambaran dari suatu sayatan
vertical pada bumi yang berguna untuk menginterpretasikan suatu hubungan
keadaan geologi baik dengan menggunakan peta ataupun tidak. Dapat juga
digunakan untuk pengembangan minyak bumi, penampang bawah permukaan dapat
berguna untuk menggambarkan keadaan geologi dalam bentuk visual, dengan itu
suatu reservoir dapat dengan mudah di interpretasikan. Sebagai contoh, suatu

4
pengertian mengenai hubungan antara struktur dengan stratigrafi regional mungkin
dihasilkan dari karateristik suatu reservoir.
Terdapat dua jenis penampang bawah permukaan yang digunakan dalam
interpretasi reservoir minyak bumi.
 Structural cross sections, menunjukan keadaan geometri struktur geologi pada
suatu area.
 Stratigraphie cross sections, menunjukkan hubungan suatu geometri dengan
menyesuaikan kedalaman dari suatu unit geologi dengan horizon geologi.

3. Petunjuk Belajar

Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut
beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
b. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam bahan ajar ini melalui
pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.
c. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam
bahan ajar ini masih dianggap kurang.
d. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam bahan ajar dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.

5
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

 Mampu Membuat Penampang Geologi

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
 Definisi penampang geologi
 Membuat penampang geologi
 Membuat penampang geologi dilapangan
 Pengambilan data dilapangan
 Membuat profil/penampang geologi

D. URAIAN MATERI
1. Definisi Penampang Geologi

Penampang geologi merupakan gambaran dari suatu sayatan vertical pada bumi
yang berguna untuk menginterpretasikan suatu hubungan keadaan geologi baik
dengan menggunakan peta ataupun tidak. Dapat juga digunakan untuk
pengembangan minyak bumi, penampang bawah permukaan dapat berguna untuk
menggambarkan keadaan geologi dalam bentuk visual, dengan itu suatu reservoir
dapat dengan mudah di interpretasikan. Sebagai contoh, suatu pengertian mengenai
hubungan antara struktur dengan stratigrafi regional mungkin dihasilkan dari
karateristik suatu reservoir. Berikut adalah manfaat dari penampang geologi:

 Mengetahui kondisi bawah permukaan.


 Mengetahui urutan stratigrafi satuan batuan.
 Mengetahui hubungan antar batuan apakah dia selaras, tidak selaras atau
menjari.
 Mengetahui kondisi struktur geologi.
 Mengetahui kemenerusan lapisan batuan.
 Mengetahui tebal lapisan satuan batuan.

6
2. Membuat Penampang Geologi
Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian
lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan
sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta
dasar (peta topografi/rupabumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan
beserta unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan
batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi.
Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan
sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga
menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap
Pemetaan geologi lapangan secara tradisi dilakukan dilapangan dan peralatan untuk
pekerjaan lapangan meliputi antara lain: buku catatan lapangan, peta topografi (peta
dasar), kompas geologi, lensa stereoskop, palu geologi, kamera, serta peralatan tulis
lainnya. Pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi dan pengamatan
singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur kedudukan batuan,
mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan, membuat catatan
pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta
topografi (peta dasar). Catatan hasil observasi lapangan biasanya dibuat dengan
menggunakan terminologi deskripsi batuan yang baku terutama dalam penamaan
batuan. Tatanama batuan dan pengelompokkan satuan batuan harus mengikuti
aturan Sandi Stratigrafi. Penentuan lokasi singkapan dengan menggunakan kompas
serta membuat sketsa singkapan dan mendokumentasikan melalui kamera.

3. Membuat Penampang Geologi Dilapangan

Secara umum, pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi dan


pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur kedudukan
batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan, membuat
catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta
topografi (peta dasar). Informasi-informasi geologi permukaan pada umumnya

7
diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan
dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang
tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah
penutupnya. Berikut ini adalah tahapan membuat penampang geologi :

a. Data tentang daerah yang akan dipetakan tersebut Data ini menyangkut peta
geologi yang pernah dibuat orang lain di daerah tersebut perlu dikumpulkan,
walaupun yang ada dibuat pada skala yang berbeda. Harus diusahakan
diperoleh lebih dari satu sumber, sehingga bisa diketahui perbedaan apa yang
masih ada, sehingga masalah pemetaan apa yang bakal dihadapi dapat
diantisipasi.
b. Data tentang faktor atau masalah geologi yang ada di daerah tersebut Setelah
peta geologi yang pernah dibuat telah ditemukan, perlu ditelaah apa yang ada
di daerah tersebut. Misalnya dari pemeta terdahulu disebutkan bahwa di daerah
tersebut terdiri dari 5 Formasi batuan, masing-masing breksi vulkanis, lempung
hitam, batupasir, napal dan batugamping, maka pemeta berkewajiban untuk
mencari informasi yang terperinci tentang breksi vulkanis dan batuan yang lain.
Misalnya saja dalam breksi vulkanis disebutkan adanya breksi autoklastik maka
perlu dicari uraian dalam buku-buku petrologi dan volkanologri tentang breksi
autoklastik. Misalnya batupasirnya merupakan distal turbidite, maka perlu
dicari informasi umum tentang apa itu turbidit dan apa yang dimaksud dengan
distal turbidite beserta ciri-cirinya. Selanjutnya misalnya batugampingnya
sebagian berupa batugamping terumbu, maka perlu dlikumpulkan informasi
tentang terumbu itu apa, apa bagian-bagiannya, apa penyusun utamanya, apa
cirri-cirinya dan bagaimana cara mengenalinya di lapangan.
c. Penyusunan Buku Pintar lapangan (Field Library) Setelah data sekunder
terkumpul, maka data tersebut perlu disalin, dicopy, baik yang berupa gambar,
tabel maupun uraian singkatnya. Kumpulan tersebut supaya disatukan dalam
bentuk yang sistematis, apakah dijilid atau dimasukkan pada map khusus yang

8
sedapat mungkin tahan air dan tidak mudah rusak, sehingga akan praktis dan
aman untuk dibawa ke lapangan.
Disamping kumpulan data sekunder, pada kumpulan tersebut supaya
ditambahkan copy dari gambar gambar hal-hal lain yang mungkin diperlukan
selama dilapangan, misalnya gambar tentang berbagai macam struktur sedimen,
fosil penciri umur, model pengendapan suatu .lingkungan dan lain-lain yang
relevan dengan pekerjaan pemetaan. Dengan demikian. Sebelum pemeta
berangkat ke lapangan telah terkumpul "senjata" yang siap digunakan di
lapangan nantinya.
d. Analisa Peta Topografi & Foto Udara Sebelum berangkat kelapangan dan
sesudah peta topografi kerja diperoleh, maka perlu segera dibuat analisa yang
berupa prakiraan-prakiraan pada peta topografi. Analisa ini berupa pembuatan
sejumlah overlay pada kertas kalkir atau lebih baik lagi pada plastik
transparensi dengan menggunakan marker tahan air yang berukuran halus (F).
Overlay yang perlu dibuat adalah :
 Peta jalan : menggambarkan seluruh lintasan jalan, mulai jalan raya , jalan
desa, jalan kampung hingga jalan setapak. Peta ini akan memberi garnbaran
kesampaian daerah tersebut.
 Peta alur : menggambarkan semua jalur aliran air, baik yang berisi air
misalnya sungai besar, kecil kecil dan lembah-lembah kering, yang berisi
air hanya pada waktu hujan. Peta ini akan menggambarkan peta pengetusan
(drainage), juga memungkinkan untuk dapat terlihatnya suatu pola aliran
tertentu baik yang terkontrol struktur/litologi maupun yang tidak, serta
kerapatan aliran (drainage density) yang memberikan garnbaran tentang
intensif atau tidaknya penorehan (dissection) di daerah tersebut. Bersama
dengan Peta Jalan, Peta Alur ini dapat digunakan untuk merencanakan
lintasan pengamatan yang paling efisien di lapangan nantinya.
 Peta Satuan Relief : didasarkan pada perbedaan konfigurasi kontur. Oleh
karena relief salah satu pengontrolnya adalah ketahanan batuan terhadap
erosi, maka dengan melihat jumlah satuan relief dapat diduga berapa satuan

9
batuan yang bakal dihadapi di lapangan dan bagaimana perkiraan batas-
batasnya. Namun jumlah satuan dan batas-batas prakiraan ini masih harus
dicek kebenarannya di lapangan.
 Peta Kelurusan: dibuat berdasarkan kenarnpakan kelurusan yang
ditunjukkan oleh aliran sungai, konfigurasi kontur. Peta ini mernberikan
gambaran kemungkinan adanya struktur sesar atau kekar, yang
kebenarannya masih harus dicek di lapangan pada waktu pemetaan
nantinya.
 Peta Prakiraan Bencana, yang berupa peta yang menunjukkan daerah yang
berpotensi terkena bencana banjir maupun gerakan tanah. Untuk peta
daerah berpotensi banjir dapat dibuat dengan melihat dataran sekitar sungai
yang ketinggiannya tidak melebihi satu kontur diatas permukaan sungai
yang ada. Sedangkan untuk kemungkinan gerakan tanah dibuat pada
daerah yang menunjukkan kontur yang rapat
e. Persiapan administratif
yang diperlukan untuk pernetaan geologi adalah ijin dari instansi yang
bersangkut paut. dengan kerja lapangan. Ijin harus diurus ditingkat Propinsi,
Kabupaten, Kecamatan dan Desa (Kelurahan). Pada waktu pengurusan ijin,
disamping ke instansi yang langsung terkait (Pernda Propinsi atau Kabupaten)
supaya disempatkan untuk mencari informasi tambahan ko Bappeda, Dinas PU,
Dinas Kehtanan, Dinas Pariwisata dan lain-lain yang berkaitan untuk
memperoleh data sekunder.

4. Penampang Geologi
a. Penampang Bawah Permukaan

Penampang bawah permukaan merupakan gambaran dari suatu kenampakan


dibawah permukaan baik litologi, struktur atau segala sesuatu yang ada di bawah
permukaan bumi. Penampang geologi merupakan gambaran dari suatu sayatan
vertical pada bumi yang berguna untuk menginterpretasikan suatu hubungan

10
keadaan geologi baik dengan menggunakan peta ataupun tidak. Dapat juga
digunakan untuk pengembangan minyak bumi, penampang bawah permukaan
dapat berguna untuk menggambarkan keadaan geologi dalam bentuk visual,
dengan itu suatu reservoir dapat dengan mudah di interpretasikan. Sebagai
contoh, suatu pengertian mengenai hubungan antara struktur dengan stratigrafi
regional mungkin dihasilkan dari karateristik suatu reservoir.

Terdapat dua jenis penampang bawah permukaan yang digunakan dalam


interpretasi reservoir minyak bumi.

 Structural cross sections, menunjukan keadaan geometri struktur geologi


pada suatu area.
 Stratigraphie cross sections, menunjukkan hubungan suatu geometri dengan
menyesuaikan kedalaman dari suatu unit geologi dengan horizon geologi.

b. Penampang Stratigrafi

Measure stratigrafi atau stratigrafi terukur adalah suatu cara untuk menerangkan
urut-urutan lapisan batuan berdasarkan kedudukan dan ketebalannya. Kolom
stratigrafi terukur ini sendiri bertujuan untuk menjelasakan proses pengendapan,
umur geologi secara relatif maupun absolut (menggunakan mikrofosil) dan
proses-proses yang terjadi setelah pengendapan berlangsung

Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting


dalam penelitian geologi dan pengukuran penampang stratigrafi merupakan salah
satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Secara
umum tujuan pengukuran penampang stratigrafi adalah:

 Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan


stratigrafi (formasi, kelompok, anggota dan sebagainya).
 Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.

11
 Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan
dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil dan untuk
menafsirkan lingkungan pengendapan.

Pengukuran suatu penampang stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan


singkapan yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan
stratigrafi yang resmi. Dalam pengaplikasian biozonasi dalam bidang geologi
ialah dalam penentuan umur batuan sedimen, penentuan kematangan suatu
hidrokarbon, dan korelasi. Penentuan umur batuan dapat menggunakan dua
metode :

 penentuan umur absolut


 penentuan umur relative

c. Penampang Struktur

Penampang struktur bawah permukaan dapat menunjukan bentuk dari suatu


struktur geologi juga dapat dijadikan dasar analisis tentang hubungan antara
kontak fluida dan ruangan pada struktur geologi. Bentuk dari struktur geologi
juga dapat dijadikan suatu informasi yang penting mengenai sejarah
pembentukan reservoir formasi dan migrasi minyak.

Fungsi dari Penampang struktur adalah:

 Penampang struktur dapat menggambarkan kenampakan struktur, seperti


dips, faults dan folds
 Dapat digunakan sebagai studi analisis reservoir minyak dan gas bumi.
 Penampang struktur dapat menggambarkan keadaan sekarang/real condition

d. Penampang Geometri

Dalam geometri, penampang merupakan suatu suatu titik perpotongan dari suatu
bagian dalam 2 dimensi dalam garis atau bagian 3 dimensi pada suatu bidang dan

12
lain-lain. Suatu bidang lain, apabila memotong suatu objek sehingga
menghasilkan suatu bagian dapat membentuk suatu penampang parallel.

Suatu penampang juga dapat memproyeksikan sudut siku dari objek yang bersifat
3 dimensi dari bidang objek tersebut. Bagian dasar bidang dalam penampang
terlihat pada bagian atas. Pada kenampakan tersebut, bagian depan dari bidang
objek tidak terlihat untuk menampakkan bagian luar. Pada bagian dasar bidang,
bagian atas dari suatu objek tidak terlihat atau hilang.

Suatu penampang merupakan metode yang melukiskan sususan 3 dimensi suatu


objek kedalam 2 dimensi. Hal ini biasa digunakan pada gambar teknik. Model
dari suatu sayatan mengindikasikan jenis dari material yang ada dibawah
permukaan

5. Reconnaissance/survey Tinjau dan Fungsinya pada pemetaan geologi


a. Pengertian Dasar Tentang Reconnaissance

Pada awal pekerjaan lapangan geologi, terutama pada daerah baru, sebelum
suatu pekerjaan pemetaan detail dimulai, selalu dilakukan pekerjaan orientasi
atau pengenalan. Pekerjaan geologi yang disebut orientasi adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengenal dari dekat daerah yang akan dipetakan atau
diteliti, dilakukan dengan cara mengikuti jalur yang tertentu. Pengenalan ini
dilakukan dengan cara menjelajah dan mengamati kondisi medan dan kondisi
geologi secara umum dari daerah yang dilewati oleh jalur tersebut.

Orientasi atau yang sering disebut sebagai survei pendahuluan (reconnaissance


survey) dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi medan
kerja, pencapaiannya serta kondisi geologi secara umum. Setelah gambaran
umum tersebut diperoleh, maka dapat segera diketahui tingkat kesulitan
pencapaian daerah serta tingkat kesulitan dalam pengamatan singkapan.
Pengetahuan ini sangat diperlukan agar dalam pekerjaan sesungguhnya nanti
dapat dipilih metode, teknik dan peralatan yang tepat, sehingga pekerjaan

13
pemetaan geologi di daerah tersebut dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.

Adapun kondisi geologi yang perlu dikenali meliputi kondisi morfologi,


litologi & paleontologi, struktur serta potensi geologi positif (sesumber
geologi) dan potensi negatip (bencana alam). Pekerjaan orientasi yang
dilaksanakan dengan baik akan sangat berguna dalam :

a. Penentuan lintasan survei yang tepat dan mewakili kondisi daerah tersebut.
b. Penentuan cara yang paling tepat untuk mengatasi kesulitan yang mungkin
timbul dalam pengamatan singkapan.
c. Pemilihan peralatan lapangan maupun peralatan lain yang akan digunakan.
d. Pemilihan tempat-tempat yang bisa digunakan sebagai pangkalan kerja
utama (Base Camp) maupun pangkalan kerja tambahan (Flying Camp).
e. Perencanaan teknik penempuhan untuk lokasi yang jauh atau sulit, misalnya
apakah perlu dengan sepeda motor, mobil, bis, angkudes, naik truk, naik
sampan atau jalan kaki.
f. Perencanaan waktu kerja yang optimal agar dicapai hasil yang baik dengan
jalan membagi daerah menjadi beberapa daerah prioritas kerja.
g. Perencanaan biaya yang diperlukan guna penyelesaian pekerjaan tersebut.
h. Perencanaan hal-hal lain yang dipandang penting dan berkaitan dengan
pencapaian tujuan kerja lapangan tersebut.

b. Lintasan Reconnaissance

Reconnaissance atau orientasi dilaksanakan dengan jalan melakukan


perjalanan yang mengikuti lintasan tertentu. Agar pekerjaan memberikan hasil
yang optimal, maka beberapa kriteria penentuan lintasan di bawah ini perlu
diperhatikan dan sejauh mungkin diusahakan pelaksanaannya di lapangan
dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan medan yang ada. Kriteria
tersebut adalah :

14
1. Dengan mempertimbangkan kondisi morfologi, keamananan dan
keselamatkan kerja serta tersedianya jaringan jalan, jalur sungai yang bisa
dilalui, maka lintasan orientasi agar diusahakan untuk mewakill seluruh
batuan yang ada serta dapat diselesaikan dengan cepat. Oleh karena itu untuk
tahap orientasi sebaiknya jangan mengambil jalur yang sulit penempuhannya.
2. Apabila batuan yang tersingkap menunjukkan kemiringan perlapisan yang
jelas, maka dengan memperhatikan jaringan jalan maupun sungai yang ada,
jalur lintasan agar diusahakan untuk melalui arah yang memotong jurus umum
dari perlapisan batuan, sehingga ketebalan dari setiap batuan dapat ditentukan.
3. Lintasan agar diusahakan sedemikian rupa sehingga dalam waktu singkat
dapat dilalui semua jenis, macam dan variasi batuan yang ada. Untuk ini
diperlukan bantuan peta geologi regional yang meliputi daerah penelitian
sebagai garnbaran garis besar.
4. Lintasan agar diusahakan untuk rnelewati ternpat yang banyak singkapannya,
misalnya tebing sungai, perpotongan jalan dengan bukit dan sebagainya. Untuk
ini dapat dilihat pada peta topografi yang berskala besar ( 1:25.000 atau
1:12.500 ) serta kalau dimungkinkan ditetapkan berdasar foto udara.
Suatu lintasan (traverse) merupakan rangkaian titik pengamatan di lapangan.
Arah lintasan ini sangat ditentukan oleh variasi kondisi geologi dan kondisi
medan setempat. Dalam praktek dikenal dua macam lintasan. Pertama adalah
jalur lintasan tertutup, dimana lintasan dibuat sedemikian rupa sehingga jalur
lintasan berakhir pada titik pertama. Yang kedua adalah lintasan terbuka,
dimana titik akhir berada di suatu tempat tertentu dan tidak kembali ke titik
awal. Untuk pekerjaan orientasi sebaiknya diambil pola lintasan tertutup.

c. Base Camp dan Flying Camp

1. Base Camp: pangkalan kerja utama tempat semua kegiatan utama berawal.
Base Camp yang baik memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

15
 Letaknya sedapat mungkin di tengah daerah kerja, sehingga
kesampaiannya ke segala penjuru daerah kerja kurang lebih sama.
 Mudah dicapai oleh kendaraan bermotor, paling tidak kendaraan roda dua.
 Dekat dengan tempat pernbelanjaan (toko, warung, pasar) sehingga
kemungkinan untuk menambah perbekalan lebih dimungkinkan.
 Mudah mencapai fasilitas kesehatan, Puskesmas, tempat praktek Dokter.
 Mudah mencapai fasilitas telekomunikasi misalnya adanya kiospon, wartel
atau daerah tersebut terjangkau oleh sinyal telepon seluler.

2. Flying Camp: pangkalan kerja sementara / darurat, yaitu pangkalan untuk


daerah yang terlalu jauh atau terlalu sulit dicapai dari pangkalan kerja
utama, misalnya daerah yang berupa pegunungan tinggi atau ber-relief kuat,
daerah yang terpisah dari daerah lain oleh sungai besar tanpa jembatan,
daerah yang sebagian besar merupakan hutan dsb.

6. Pengambilan data dilapangan


a. Maksud dan Tujuan Pengamatan
Pada dasarnya tahapan kerja pemetaan geologi lapangan dapat dibagi menjadi 4
(empat) tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Penelitian Lapangan;
3. Tahap Kegiatan Studio dan
4. Tahap Pelaporan.

Pada gambar dibawah ini diperlihatkan bagan diagram alir dari kegiatan
pemetaan geologi, yaitu dimulai dari kegiatan persiapan yang meliputi penafsiran
citra indraja/potret udara, analisa peta topografi, pola aliran sungai,
mempersiapkan perlengkapan lapangan dan studi literatur.

16
Gambar 1. Tahapan kerja kegiatan pemetaan geologi

Pada tahap ini akan menghasilkan Peta Interpretasi Citra Indraja/Potret Udara,
Peta Dasar Kerja Lapangan dan Perlengkapan lapangan yang sesuai dengan
kondisi medan. Tahap penelitian lapangan terdiri dari pengamatan geologi
disepanjang sungai atau jalan setapak dimana singkapan- singkapan batuan
tersingkap, melakukan pengumpulan dan perekaman data geologi, pengambilan
contoh dan pengeplotan pada peta dasar. Pada tahap ini akan dihasilkan Peta
Geologi Sementara, Peta Lokasi Data, Peta Lokasi Contoh dan Contoh Batuan.
Tahap kegiatan studio meliputi penelitian laboratorium terhadap contoh batuan
yaitu petrologi, sedimentologi, geokimia, paleontologi, pentarikhan radiometri,
analisa struktur geologi dan verifikasi hasil penafsiran citra dengan data

17
lapangan. Hasil dari kegiatan studio berupa database yang sudah diverifikasi.
Tahap pelaporan menghasilkan peta geologi dengan penjelasannya.

Pengamatan lapangan adalah suatu proses pekerjaan melihat secara saksama,


teliti dan menyeluruh dari gejala geoiogi di lapangan. Gejala geologi ini tidak
hanya berupa batuan di singkapan saja, melainkan juga gejala lain misalnya :
kenampakan bentang alam dari suatu wilayah dilihat dari suatu titik ketinggian,
erosi dari kaki bukit, pembentukan endapan point bar pada suatu kelokan sungai,
adanya proses longsoran atau gerakan tanah yang lain dan sebagainya. Agar
pengamatan menjadi efektif, dalam proses pengarnatan perlu diingat dan dicari
jawaban dari beberapa pertanyaan dasar yakni : dimana, ada apa, dalam
keadaan bagaimana, tersusun oleh apa, seberapa, bagaimana dan kapan
terjadinya, apa potensinya.

a) Dimana dilakukan pengamatan :


b) Apa yang diamati
 Dalam keadaan bagaimaa
 Tersusun oleh apa
 Seberapa
 Bagaimana/Kapan terjadinya
 Apa potensinya
b. Tempat yang layak untuk melakukan Pengamatan

Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan teliti dari
daerah yang diteliti. Untuk itu, setiap titik pengamatan atau stasiun pengamatan
perlu dipilih secara tepat pula. Adapun kriteria dari titik-titik di lapangan yang
layak untuk dijadikan Stasiun Pengamatan (STA) atau Lokasi Pengamatan (LP
= bagian dari suatu STA yang lokasinya masih terlalu dekat dengan STA
sehingga tidak bisa diberdirilkan sebagai suatu STA) adalah :

18
1. Tempat dimana dijumpai kontak antara dua macam/jenis batuan : Kontak
seperti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan batuan, ataupun
sekedar menunjukkan variasi yang dijumpai pada satu satuan batuan.
2. Tempat. dimana dijumpai perubahan morfologi yang mendadak: Tempat
seperti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan batuan (selaras,
tidak selaras, intrusi) atau adanya strukrtur kekar atau sesar pada daerah
perubahan morfologi tersebut.
3. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jelas, misalnya sesar, kekar,
lipatan dan sebagainya.
4. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walau tidak ada
kontak, perubahan morfologi maupun struktur.
5. Tempat dimana dijumpai proses alam atau kegiatan manusia yang
bersangkutan dengan potensi geologi.
 Daerah teralterasi hydrotherrnal yang memungkinkan adanya mineralisasi
logam.
 Daerah yang rentan longsor, walau belum terjadi.
 Daerah yang tersusun seluruhnya oleh batugamping dengan kadar kalsit
tinggi.
6. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang alam
sekitar tempat. seperri ini misalnya di puncak suatu bukit dimana justru tidak
ada singkapan batuan maupun struktur tetapi justru dari situ bisa dibuat sketsa
morfologi daerah sekitar.

Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati dapat berupa
bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun tersingkap
sebagian. Ada dua tahapan dalam mengamati suatu singkapan, yaitu dari
pengamatan dari jarak jauh dan pengamatan dari jarak dekat. Prosedur
pengamatan singkapan yang baik diawali dengan memperhatikan singkapan dari
jarak jauh sehingga seluruh singkapan dapat teramati dengan pandangan luas, hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan yang

19
terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan bagian mana yang perlu
mendapatkan perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah
mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak dekat
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih detail.
Pengamatan struktur tidak hanya ditujukan pada bentuk geometrinya, namun
perlu pula diamati jejak-jejak yang diakibatkan oleh aktifitas pensesaran,
misalnya milonit, breksi sesar, lipatan seret dsb. Beberapa contoh kasus ini,
misalnya :
1. Pengamatan jarak jauh : Tersingkap suatu bentuk lapisan batuan yang terlipat
utuh . Dalam hal ini yang perlu diamati adalah bagaimana bentuk lipatannya,
apakah antiklin atau sinklin, simetri atau tidak, bagaimana ukuran lipatannya
besar atau kecil, bagaimana batas akhir dari struktur lipatan yang tersingkap
tersebut berakhir oleh batas sesar ataukah hilang karena ditutupi oleh batuan
penutup/vegetasi atau menerus ke bawah permukaan. Lebih jauh lagi apakah
lipatan tersebut disertai dengan gejala pensesaran atau tidak, selanjutnya perlu
pula diamati sifat fisik batuan penyusunnya, apakah bersifat ductile (lentur),
brittle (keras) atau kombinasi antara keduanya.
2. Pengamatan jarak dekat : Apabila batas singkapan tersebut dikontrol oleh
sesar, maka perlu diperhatikan apakah ada jejak-jejak pensesaran, jika ada
bagaimana sifat pergeserannya, apabila dijumpai breksi sesar bagaimana arah
liniasinya, dsb
3. Tempat yang letaknya di peta topografi yang digunakan sebagai dasar kerja,
sudah lebih dari 4 cm dari STA terdekat.

c. Prosedur Kerja Pengamatan dan Perekaman Data


1. Penetapan tempat yang akan diamati.
Tentukan lokasi pengamatan di lapangan berdasar kenampakan yang ada di
sekitamya. Lokasi tersebut dicoba dicari letaknya di peta dasar kerja.
2. Tetapkan kriteria kelayakan titik tersebut

20
Pastikan bahwa calon titik pengamatan tersebut memenuhi satu atau lebih
dari 7 kriteria kelayakan suatu titik pengamatan
3. Dekati calon titik pengamatan tersebut
Amati dengan seksama segala unsur, gejala dan proses geologi yang ada di
tempat itu, periksa apa yang ada di sekelilingnya untuk melihat
kemungkinan pelamparan gejala yang ada.
4. Jauhi calon titik pengamatan.
Kalau mungkin ke tempat yang lebih tinggi agar pandangan ke arah titik
tersebut serta daerah sekitamya menjadi lebih lapang/jelas. Dari jauh
perhatikan apakah titik yang dijauhi tersebut sudah merupakan lokasi yang
terbaik, ataukah ada titik lain yang labih baik atau lebih lengkap. Kalau ada
coba dari jauh diusahakan untuk menentukan hubungan antara apa yang ada
di titik pertama dan titik kedua.
5. Datangi titik kedua yang lebih baik tadi.
Amati dengan teliti sernua gejala geologi yang ada. Pengamatan ini harus
dilakukan secara menerus hingga mencapai titik pertama
6. Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi prosedur
menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga diperoleh gambaran
yang lengkap tentang apa yang sedang dihadapi.
7. Setelah diperoleh keyakinan, kembalilah ke titik pengamatan yang terpilih,
betulkan posisinya di peta topografi dan mulai melakukan pengamatan dan
pengukuran secara teliti dan cermat.
d. Tahapan Pengolahan Data
Setelah pengambilan data lapangan, pengolahan data struktur meliputi
pengolahan data kekar, kedudukan batuan, data geomorfologi meliputi
pengolahan data kelerengan, tipe genetik sungai, jenis pola aliran; data
stratigrafimeliputi perhitungan ketebalan satuan, pembuatan penampang
stratigrafi terukur.
Setelah tahap pengolahan data dilakukan maka tahap selanjutnyayaitu analisa
data baik data hasil pengolahan dan data analisa lab. Pada tahap inimulai

21
dilakukan intepretasi terhadap data yang telah diolah, melakukanrekontruksi dan
penarikan kesimpulan berdasarkan data data yang diperoleh.Tahap analisa data
yang dilakukan yaitu analisis setelah data lapangan diolah untuk mempermudah
penarikan kesimpulan, terdiri atas:
1. Analisa Geomorfologi

Tahap ini meliputi analisa dalam pembagian satuan bentang alam pada daerah
penelitian. Sumber data yang digunakan untuk analisis geomorfologi ini yaitu
data kelerengan, data pola aliran sungai, tipe genetik sungai, data litologi, serta
data-data lain yang direkam dalam bentuk foto ataupun catatan lapangan.

2. Analisis struktur geologi


Dilakukan untuk mengetahui jenis struktur yang bekerja pada daerah
penelitian, sehingga dapat menceritakan mekanisme pembentukan struktur
geologi daerah penelitian
3. Tahap Pembuatan Peta
Pada tahap ini dilakukan pembuatan peta dengan melihat hasilanalisa data
yang telah dilakukan, baik data geomorfologi, paleontologi,stratigrafi,
maupun data struktur geologi. Hasil dari tahap ini berupa peta yang dibagi
berdasarkan aspek-aspek geologinya masing-masing
4. Tahap penyusunan Laporan
Setelah dilakukan pengolahan data, analisa data, interpretasi datadan
penarikan kesimpulan terhadap aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur
geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian dan menghasilkan peta,
makadilanjutkan dengan penulisan skripsi yaitu dimana semua data data yang
telah diolah dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah.

22
7. Membuat Profil/Penamapang Geologi
Dalam pembuatan penampang geologi secara manual, hal yg perlu di perhatikan
adalah cara penarikan sayatan usahakan tegak-lurus dengan strike/jurus kedudukan
batuan. Hal ini untuk menghindari sebaran batuan yang seragam pada penampang
geologi. Hal kedua yang perlu di perhatikan adalah sudut bearing dan dip. Bearing
dan dip digunakan untuk koreksi kemiringan bantuan pada penampang geologi.
Bearing merupakan sudut yang di bentuk oleh garis sayatan dan perpanjangan dari
strike batuan pada peta, dimana sudut yang di bentuk kurang dari 90 derajad.
Sedangkan dip merupakan kemiringan batuan yang ada di lapangan.

Data hasil pengamatan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi ditampilkan


dalam peta kerangka geologi (untuk pemetaan geologi pendahuluan dan lanjut) atau
peta lokasi pengukuran unsur struktur (untuk skrispsi dengan kajian khusus bidang
struktur). Di dalam peta kerangka geologi yang lazim ditampilkan adalah hasil
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, indikasi gejala pensesaran, simbol
litologi dsb. Oleh karenanya peta ini sangat penting karena berisi informasi segala
gejala geologi hasil penelitian lapangan.

Ploting data unsur struktur seluruhnya harus ditampilkan dalam peta kerangka.
Dalam hal ini apabila di dalam suatu lintasan pengamatan dijumpai singkapan yang
rapat dan menerus maka sedapat mungkin data tersebut diplot ke dalam peta
kerangka. Pada saat ini ada kendala untuk memplot data pengukuran unsur struktur
sebanyak mungkin ke dalam peta kerangka, karena di dalam peta ini tidak hanya
data struktur yang diplot namun simbol litologinyapun harus dicantumkan. Oleh
karenanya perlu dibuat satu peta lagi yang khusus menggambarkan hasil
pengukuran unsur struktur, yang dinamakan sebagai Peta Lokasi Unsur Struktur.

Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan


gambaran bawah permukaan dari keadaan yang tertera pada peta geologi. Keadaan
bawah permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan
menggunakan prinsip dan pengertian geologi yang telah dibahas sebelumnya.

23
Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang
dibuat sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal‐hal yang penting, misalnya
memotong seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya. Untuk
menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan
penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 2), yaitu dengan
memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan
pada ketinggian sebenarnya. Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus
lapisan, maka kemiringanlapisan yang nampak pada penampang merupakan
kemiringan lapisan sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur
pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang
tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.

24
Gambar 2. Membuat penampang dengan batuan garis jurus

8. Pembuatan Peta Dengan Lapisan Kompleks


Pada dasarnya pembuatan peta geologi lapisan kompleks hampir sama dengan
pembuatan peta geologi lapisan horizontal maupun lapisan miring. Kesamaannya
dengan pembuatan peta geologi lapisan miring yaitu pertama-tama ditarik garis
antara dua buah singkapan yang sama pada elevasi yang sama pula. Kemudian
dilanjutkan dengan penarikan garis pada singkapan yang sama namun pada elevasi
berbeda yang sejajar dengan garis pertama tadi.

25
Langkah selanjutnya masih sama yaitu menandai titik-titik batas litologi yang
berpotongan dengan garis kontur. Kemudian hubungkan titik-titik tersebut sehingga
akan menunjukkan suatu model penyebaran batuan. Setelah terlihat masing-masing
batas litologinya, maka kegiatan selanjutnya yaitu pewarnaan dan pemberian simbol
sesuai dengan standar yang ada untuk masing-masing singkapan. Hal yang
membedakan antara pembuatan antara pembuatan peta geologi lapisan kompleks
dengan pembuatan peta geologi lapisan horizontal maupun lapisan miring terletak
pada tata cara pembuatan penampang geologinya. Pada pembuatan peta geologi
lapisan kompleks, terdapat beberapa perhitungan sudut yang harus dilakukan agar
singkapan pada peta geologi lapisan kompleksnya yang tidak terpotong secara
langsung dengan garis penampang juga dapat terlihat pada penampangnya.
a. Metode Pembuatan Peta Dengan Lapisan Kompleks
Cara pengerjaan atau pembuatan peta geologi lapisan kompleks di suatu daerah
yang diketahui beberapa jenis batuan/ endapan bijih yang tersingkap di
permukaan disebut singkapan (outcrop), yaitu dengan cara :
 Cari dua singkapan yang sama pada garis kontur yang mempunyai
ketinggian sama.
 Hubungkan kedua singkapan tersebut dengan menarik garis lurus yang
melewati kedua singkapan tersebut (disebut strike pertama).
 Cari dua singkapan yang sama pada garis kontur yang mempunyai
ketinggian yang berbeda.
 Tarik garis lurus dan sejajar dengan garis pertama dengan jarak yang
sama.(disebut strike kedua).
 Tandai masing-masing garis (strike) sesuai dengan harga ketinggian kontur.
 Dengan cara yang sama pada poin d, buat garis sejajar dengan strike 1 dan 2
sampai strike mewakili terhadap batas litologi/ singkapan yang dicari.
 Cari titik-titik perpotongan antara strike dengan garis kontur yang
mempunyai harga yang sama.
 Hubungkan titik-titik perpotongan tersebut sehingga didapat batasan
litologi/ singkapan.

26
 Untuk singkapan yang lain, cara pengerjaanya pada prinsipnya sama dengan
poin-poin di atas.

b. Metode Pembuatan Peta Lapisan Miring


Secara umum langkah-langkah pengerjaan pada pembuatan peta geologi lapisan
miring adalah sebagai berikut :
 Cari singkapan yang sama pada titik elevasi / ketinggian yang sama.
 Tarik garis lurus untuk menghubungkan kedua singkapan tersebut.
 Kemudian cari singkapan sama pada ketinggian yang berbeda.
 Dan lanjutkan dengan menarik garis lurus sejajar dengan garis sebelumnya.
 Tarik garis sejajar dengan 2 garis sebelumnya, dengan jarak antar garis sama
dengan garis 1 dan 2.
 Tarik garis sejajar dengan garis pada point 2,4,5 dengan jarak yang sama
(hingga berpotongan dengan garis strike dengan garis kontur).
 Beri tanda antara perpotongan garis/strike dan kontur pada ketinggian yang
sama.
 Tarik garis yang menghubungkan tanda-tanda diatas yang akan membentuk
suatu batas litologi.

27
E. RANGKUMAN
Penampang geologi merupakan gambaran dari suatu sayatan vertical pada bumi yang
berguna untuk menginterpretasikan suatu hubungan keadaan geologi baik dengan
menggunakan peta ataupun tidak. Dapat juga digunakan untuk pengembangan minyak
bumi, penampang bawah permukaan dapat berguna untuk menggambarkan keadaan
geologi dalam bentuk visual, dengan itu suatu reservoir dapat dengan mudah di
interpretasikan

Data sekunder yang diperlukan untuk merencanakan pemetaan berupa, Berikut ini
adalah tahapan membuat penampang geologi :
 Data tentang daerah yang akan dipetakan tersebut
 Data tentang faktor atau masalah geologi yang ada di daerah tersebut
 Penyusunan Buku Pintar lapangan (Field Library)
 Analisa Peta Topografi & Foto Udara
 Persiapan administratif.
Prosedur Kerja Pengamatan dan Perekaman Data
 Penetapan tempat yang akan diamati.
 Tetapkan kriteria kelayakan titik tersebut
 Dekati calon titik pengamatan tersebut
 Jauhi calon titik pengamatan.
 Datangi titik kedua yang lebih baik tadi.
 Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi prosedur
menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga diperoleh gambaran yang
lengkap tentang apa yang sedang dihadapi.
 setelah diperoleh keyakinan, kembalilah ke titik pengamatan yang terpilih, betulkan
posisinya di peta topografi dan mulai melakukan pengamatan dan pengukuran
secara teliti dan cermat.

28
Tahapan pengolahan data

Tahap analisa data yang dilakukan yaitu analisis setelah data lapangan diolah untuk
mempermudah penarikan kesimpulan, terdiri atas:

 Analisa Geomorfologi
 Analisis struktur geologi
 Tahap Pembuatan Peta
 Tahap penyusunan Laporan
Data hasil pengamatan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi ditampilkan
dalam peta kerangka geologi (untuk pemetaan geologi pendahuluan dan lanjut) atau
peta lokasi pengukuran unsur struktur (untuk kajian khusus bidang struktur). Di dalam
peta kerangka geologi yang lazim ditampilkan adalah hasil pengukuran jurus dan
kemiringan lapisan batuan, indikasi gejala pensesaran, simbol litologi dsb. Oleh
karenanya peta ini sangat penting karena berisi informasi segala gejala geologi hasil
penelitian lapangan.

Ploting data unsur struktur seluruhnya harus ditampilkan dalam peta kerangka. Dalam
hal ini apabila di dalam suatu lintasan pengamatan dijumpai singkapan yang rapat dan
menerus maka sedapat mungkin data tersebut diplot ke dalam peta kerangka.

Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang dibuat
sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal‐hal yang penting, misalnya ; memotong
seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya. Untuk menggambarkan
kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan penggambaran dengan bantuan
garis jurus yaitu dengan memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang
dengan jurus lapisan pada ketinggian sebenarnya. Apabila penampang yang dibuat
tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan lapisan yang nampak pada penampang
merupakan kemiringan lapisan sebenarnya.

29
F. DAFTAR PUSTAKA

1. Asikin, Sukendar, 1997, Diktat Geologi Struktur Indonesia, Jurusan Teknik


Geologi, Institut Teknologi Bandung
2. Koesoemadinata, R. P., 1985, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Catatan Kuliah, Jurusan
Teknik Geologi ITB.
3. Harsolumakso, A. H., 2008, Buku Pedoman Geologi Lapangan, Program Studi
Teknik Geologi, FITB-ITB
4. DC, Erwyne, 2011, “Pemetaan Geologi”, http://erwyne-
dc.blogspot.com/2011/12/pemetaan-geologi.html
5. Rizal, Indra, 2013, “Dasar-Dasar Pemetaan”, http://geologiterapan.
blogspot.com/p/dasar-dasar-pemetaan.html
6. Noor,Djauhari. 2012, “Penafsiran Peta Geologi”,
https://www.academia.edu/12160909/Penafsiran_Peta_Topografi

30

Anda mungkin juga menyukai

  • Coverjhj, N
    Coverjhj, N
    Dokumen15 halaman
    Coverjhj, N
    Fuad Akbar
    Belum ada peringkat
  • Pembatas
    Pembatas
    Dokumen27 halaman
    Pembatas
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Geokimia
    Geokimia
    Dokumen4 halaman
    Geokimia
    amru pranadi
    Belum ada peringkat
  • BASKET
    BASKET
    Dokumen7 halaman
    BASKET
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Geokimia
    Geokimia
    Dokumen4 halaman
    Geokimia
    amru pranadi
    Belum ada peringkat
  • Artikel Anwar
    Artikel Anwar
    Dokumen20 halaman
    Artikel Anwar
    Faiqil Amin (Aqil)
    Belum ada peringkat
  • BGF2019-Finalis
    BGF2019-Finalis
    Dokumen5 halaman
    BGF2019-Finalis
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen55 halaman
    Geologi
    Hataye
    Belum ada peringkat
  • BGF2019-Finalis
    BGF2019-Finalis
    Dokumen5 halaman
    BGF2019-Finalis
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Internasional
    Hubungan Internasional
    Dokumen19 halaman
    Hubungan Internasional
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Teks-Teks Upacara
    Teks-Teks Upacara
    Dokumen4 halaman
    Teks-Teks Upacara
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Geokimia
    Geokimia
    Dokumen4 halaman
    Geokimia
    amru pranadi
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen1 halaman
    Document
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Teori Sel Menurut Jean Baptiste de Lamarck
    Teori Sel Menurut Jean Baptiste de Lamarck
    Dokumen2 halaman
    Teori Sel Menurut Jean Baptiste de Lamarck
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Cover Promax Refita
    Cover Promax Refita
    Dokumen5 halaman
    Cover Promax Refita
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Sekat
    Sekat
    Dokumen11 halaman
    Sekat
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • COVER Refita
    COVER Refita
    Dokumen3 halaman
    COVER Refita
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • OSMOSIS PADA TUMBUHAN
    OSMOSIS PADA TUMBUHAN
    Dokumen11 halaman
    OSMOSIS PADA TUMBUHAN
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Cover Clara Cantik
    Cover Clara Cantik
    Dokumen10 halaman
    Cover Clara Cantik
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Docu
    Docu
    Dokumen1 halaman
    Docu
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Geokim
    Geokim
    Dokumen3 halaman
    Geokim
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen3 halaman
    Document
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Panjang Sel
    Panjang Sel
    Dokumen1 halaman
    Panjang Sel
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Berita Rokok
    Berita Rokok
    Dokumen5 halaman
    Berita Rokok
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Awal Keadatangan Jepang Ke Indonesia
    Awal Keadatangan Jepang Ke Indonesia
    Dokumen6 halaman
    Awal Keadatangan Jepang Ke Indonesia
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Definisi Teks Eksplanasi
    Definisi Teks Eksplanasi
    Dokumen1 halaman
    Definisi Teks Eksplanasi
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen3 halaman
    Document
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • BAB I Agama
    BAB I Agama
    Dokumen3 halaman
    BAB I Agama
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat
  • Berita Rokok
    Berita Rokok
    Dokumen5 halaman
    Berita Rokok
    Refita Khumayroh
    Belum ada peringkat