Anda di halaman 1dari 13

Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No.

2 (2009), 85-97.

POTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT GEMPABUMI


BERDASARKAN DATA CPT DAN N-SPT DI DAERAH
PATALAN BANTUL, YOGYAKARTA
Eko Soebowo, Adrin Tohari dan Dwi Sarah
ABSTRAK Gempabumi dapat menimbulkan Zona likuifaksi dan penurunan ini berada pada
bahaya likuifaksi yang dapat merusakkan lapisan sedimen bagian atas yang mengisi pada
bangunan dan sarana infrastruktur khususnya di cekungan Bantul di sekitar Patahan Opak.
wilayah perkotaan di Indonesia. Investigasi
Kata kunci : gempabumi, investigasi geoteknik,
geoteknik bawah permukaan telah dilakukan di
likuifaksi, patahan Opak, penurunan
daerah Patalan, Bantul, Yogyakarta, untuk
mendapatkan gambaran susunan lapisan tanah
ABSTRACT Earthquake may induce liquefaction
dan kekuatannya, menentukan kedalaman dan
hazard which could cause damage to the
ketebalan lapisan tanah yang berpotensi
buildings and infrastructure, particularly in the
likuifaksi dan penurunan lapisan tanah akibat
municipals of Indonesia. Subsurface
likuifaksi. Analisis potensi likuifaksi dilakukan
geotechnical investigation was carried out in the
menggunakan data CPT (cone penetration test)
Patalan region, Bantul, Yogyakarta to obtain the
dan N-SPT (standard penetration test), dengan
soil stratification and its geotechnical properties
mempertimbangkan nilai percepatan getaran
in order to determine the thickness and the depth
tanah maksimum (p.g.a) sebesar 0,25g,
of the potentially liquefied soil layers, and the
magnitudo gempabumi sebesar 6,2 SR dan muka
associated settlement due to liquefaction. The
airtanah setempat. Hasil penyelidikan
liquefaction potential analysis was conducted
menunjukkan bahwa lapisan tanah lepas selama
using CPT and N-SPT methods, with the peak
gempabumi terdiri dari pasir lanauan dan lanau
ground acceleration value of 0.25, earthquake
pasiran pada kedalaman antara 0,2 - 12,8 m.
magnitude of 6.2 SR and local water table
Analisis potensi likuifaksi mengindikasikan
condition. The field investigation results revealed
bahwa ketebalan lapisan tanah yang berpotensi
that the loose soil layer consists of silty sand and
terlikuifaksi bervariasi antara 0,2 m dan 5,2 m,
sandy silt at the depth between 0.2- 12.8 m are
Sedangkan penurunan total lapisan tanah
potentially liquefied during the earthquake.
terutama terkonsentrasi di wilayah bagian tengah
Results of liquefaction analysis indicate that the
yang terletak di jalur Patahan Opak dengan
besaran antara 0,21 cm hingga 12,98 cm. thickness of the liquefied soil layer varies
between 0.2 m and 5.2 m. Meanwhile, the total
settlement induced by the liquefaction is varied
Naskah masuk : 26 Agustus 2009 between 0.21 cm and 12.98 cm, and is
Naskah diterima: 22 Oktober 2009 concentrated in most areas located at the middle
part of Opak Fault. The liquefaction and
Eko Soebowo
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI settlement zone occupies the upper sediment of
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135 Bantul graben near the Opak Fault.
Email : eko.soebowo@geotek.lipi.go.id Keywords: earthquake, geotechnical
Adrin Tohari investigation, liquefaction, Opak fault, settlement
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135 PENDAHULUAN
Email : adrin@geotek.lipi.go.id
Ancaman bahaya geologis khususnya peristiwa
Dwi Sarah likuifaksi saat gempabumi besar pada zona
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135
seismik atau jalur gempabumi merupakan
Email : sarah@geotek.lipi.go.id

85
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

sesuatu yang dapat terjadi dan dapat pengamatan muka airtanah sehingga dapat
menimbulkan kerusakan yang luas pada diketahui sejauh mana sebaran, kedalaman dan
bangunan dan sarana infrastruktur di wilayah penurunan yang terjadi dan selanjutnya dapat
perkotaan di Indonesia. Peristiwa likuifaksi dapat dicari hubungan antara ketebalan lapisan yang
menimbulkan amblesan, keruntuhan, tilting pada terlikuifaksi dengan kondisi geologi setempat
bangunan, retakan tanah, kelongsoran dan lain- kaitannya untuk dapat memprediksi zona bahaya
lain. Salah satu contoh dari pengaruh likuifaksi likuifaksi. Tulisan ini menyajikan kondisi
adalah kerusakan-kerusakan yang dihasilkan kedalaman dan ketebalan lapisan tanah yang
selama gempabumi Bengkulu 2000, gempabumi berpotensi likuifaksi dan penurunan akibat
Aceh 2004, gempabumi Nias 2005 dan gempabumi di daerah Patalan, Bantul yang
gempabumi Yogyakarta 2006. Dari penelitian diharapkan dapat membantu dalam memecahkan
likuifaksi di beberapa negara, diketahui bahwa masalah dalam mendukung penyusunan rencana
peristiwa likuifaksi ko-seismik, dan sebaran tata ruang di wilayah Bantul, Yogyakarta di masa
kerusakan akibat likuifaksi pada umumnya hanya mendatang, mengingat gempabumi kemungkinan
terjadi pada daerah yang terbentuk oleh lapisan akan terjadi di wilayah ini di masa mendatang.
sedimen granular yang jenuh air dengan
kepadatan yang rendah, dan kemungkinan LOKASI PENELITIAN
pergerakan ko-seismik di permukaan melebihi
Lokasi penelitian terletak di Patalan, Bantul,
nilai batas ambang tertentu (Seed dan Idriss,
Yogyakarta, dimana merupakan paparan endapan
1971; Kramer, 1996). Peristiwa likuifaksi pada
aluvium dan endapan lahar dari Merapi yang
lapisan tanah dipengaruhi oleh sifat keteknikan
terletak pada “Bantul Graben” yang dibatasi oleh
tanah, kondisi lingkungan geologi dan
batuan dasar yang terdapat di bagian timur dan
karakteristik gempabumi. Beberapa faktor yang
barat yang berumur Oligo-Miosen, tersusun oleh
harus dipertimbangkan antara lain ukuran butir,
breksi vulkanik, andesit dan aglomerat,
muka airtanah dan percepatan getaran tanah
perulangan breksi tufa dan lempung tufaan,
maksimum (Seed dan Idriss, 1971). Berdasarkan
serpih, batulanau dan batugamping terumbu dan
catatan sejarah, peristiwa gempabumi yang
batugamping berlapis kalkarenit dan batupasir
pernah terjadi di wilayah ini antara lain pada 4
napalan. Daerah ini sebagian merupakan bagian
Januari 1840, 20 Oktober 1859, 10 Juni 1867, 28
dari jalur zona patahan aktif Opak yang berarah
Maret 1875 (New Comb dan Mc Cann, 1987), 23
timurlaut – baratdaya (Wartono dkk, 1977).
Juli 1943, 12 Oktober 1957, 14 Maret 1981 dan
Daerah Yogyakarta merupakan wilayah dengan
terakhir pada tanggal 27 Mei 2006 (6,2 SR)
seismisitas cukup tinggi dan aktif dengan variasi
(USGS dan BMKG, 2006) yang telah menelan
percepatan getaran tanah maksimum yang
korban jiwa kurang lebih 5.500 jiwa dan
menggambarkan pola kontur mulai 0,038 hingga
menimbulkan kerusakan bangunan dan sarana
0,531 g (Gambar 1a dan b, Kirbani dkk, 2006).
infrastruktur, seperti jalan, jembatan, bangunan
Data hasil pemboran air, pemboran teknik dan
rumah, perkantoran dan landasan pesawat
survei gaya berat (Mac Donald dkk, 1984,
terbang. Gempabumi yang terjadi ini telah
Gambar 2), menunjukkan bahwa ketebalan
memicu terjadinya peristiwa likuifaksi di wilayah
endapan aluvium dan lahar pada cekungan
Patalan, Bantul. Hal ini disebabkan oleh kondisi
Bantul ini berkisar antara 20 sampai 200 meter
lingkungan geologi berupa endapan aluvium,
bahkan di beberapa lokasi bisa lebih dari 200
kondisi muka airtanah, jalur zona patahan Opak
meter. Sebaran muka airtanah di daerah ini
aktif dan pada cekungan Bantul (Bantul Graben)
umumnya didapat dari data aliran sungai, sumur
(Wartono dkk, 1977). Dengan melihat kondisi
penduduk, pemboran air, pemboran teknik,
geologi yang demikian maka diperlukan
pengujian sondir yang menunjukkan kedalaman
penelitian sejauh mana yang berdampak
muka airtanah bervariasi mulai sangat dangkal
terjadinya bahaya likuifaksi. Untuk
hingga dangkal dengan kedalaman mulai – 0,6
mengetahuinya maka dilakukan pengujian di
hingga - 4 m bahkan ada yang mencapai >5
lapangan dengan uji sondir/CPT, CPTu,
meter (Gambar 3).
pengeboran teknik (termasuk uji SPT) dan

86
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Peta distribusi kegempaan dan tektonik daerah Yogyakarta (BMKG, 2006),
(b) Peta variasi percepatan getaran tanah maksimum daerah Yogyakarta (Kirbani dkk,
2006).

87
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

ANOMALI BOUGUER DAERAH YOGYAKARTA

9155000m U
INTERPRETASI ANOMALI GAYABERAT U

LA
9145000m U

Lintasan 1

Tinggian Kenteng-
Adisucipto 140
9135000m U

HA YOGYAKARTA
Tinggian 135
130
Bayat 125
WATES 120
BANTUL 115
MA 110
9125000m U

B
Lintasan 2 105
Kelurusan
100
95
T 90
85
mGal
9115000m U

80
75
70
65
60
HA : Anomali Tinggi HA 55
9105000m U

50
MA : Anomali Menengah 45
LA : Anomali Rendah S 40
35
405000m T 415000m T 425000m T 435000m T 445000m T 455000m T
meter
0 5000 10000 15000 20000 25000

Gambar 2. Peta anomali gaya berat Yogyakarta

Gambar 3. Peta muka airtanah daerah Patalan, Bantul, Yogyakarta

88
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

TINJAUAN PUSTAKA peningkatan tekanan air pori berlebih (excess


Lapisan tanah yang peka terhadap kejadian pore water pressure) akibat tegangan siklik
likuifaksi umumnya dibentuk dalam lingkungan (tegangan geser bolak-balik) dalam getaran
geologi Kuarter (Seed dan Idrisss, 1971, Youd tanah. Akibat struktur tanah pasir menerima
dan Perkins, 1978, Youd, 1991). Secara spesifik tegangan geser secara berturut-turut, struktur
umumnya berhubungan pada endapan sedimen tersebut akan mengecil volumenya atau dengan
Kuarter seperti aliran sungai, lembah daratan kata lain memadat, tetapi karena peristiwa ini
Kuarter, sejarah pasang surut daratan, rawa, terjadi dengan sangat cepat maka pengecilan
payau, estuari, pantai, endapan danau dan volume dicegah karena air tidak sempat keluar
endapan gumuk pasir lepas. Material lapisan dari pori-pori tanah sehingga terjadi pengalihan
tanah yang dibentuk tersebut oleh proses tegangan tersebut kepada air pori dan
pergerakan sehingga mengalami pemisahan dan pengurangan tegangan kontak antara partikel
membentuk distribusi ukuran butir seragam tanah pasir (Seed dan Idriss, 1982).
dalam kondisi lepas yang memungkinkan untuk Deformasi yang besar mengakibatkan tegangan
terjadinya likuifaksi. air pori mendekati tegangan total elemen tanah
Likuifaksi hanya terjadi pada tanah jenuh, pada kedalaman yang ditinjau. Secara teoritis
sehingga kedalaman muka air tanah akan deformasi ini tidak terbatas (terjadi pengaliran).
mempengaruhi kerentanan terhadap likuifaksi. Pada tanah pasir yang lepas maka kondisi
Kerentanan terhadap likuifaksi akan menurun tersebut akan lebih cepat dicapai. Proses
dengan bertambah dalamnya muka airtanah, dan likuifaksi dengan cara di atas dapat terjadi pada
pengaruh likuifaksi secara langsung dapat lapisan pasir dengan kombinasi antara kepadatan
diamati di lapangan dimana muka airtanah relatif tanah dan tegangan keliling dan getaran
berada beberapa meter dari permukaan tanah. Di tertentu. Zona ini dapat terjadi di dekat
daerah dimana level muka air tanah berfluktuasi permukaan maupun pada suatu kedalaman
(berubah) secara jelas, bahaya likuifaksi juga tergantung kondisi pasir dan tingkat getaran
akan berubah.Fenomena likuifaksi terjadi seiring akibat gempa. Pencairan lapisan atas pasir dapat
terjadinya gempabumi. Secara visual peristiwa saja terjadi karena pengaliran air oleh peristiwa
likuifaksi ini ditandai munculnya lumpur pasir di pencairan yang terjadi pada lapisan bawahnya.
permukaan tanah berupa semburan pasir (sand Evaluasi potensi likuifaksi pada suatu lapisan
boil), rembesan air melalui rekahan tanah, atau tanah dapat ditentukan dari kombinasi dari sifat-
bisa juga dalam bentuk tenggelamnya struktur sifat tanah (modulus geser, redaman, berat jenis,
bangunan di atas permukaan, penurunan muka gradasi butiran, kepadatan relatif, struktur tanah),
tanah dan perpindahan lateral. Pada saat gempa lingkungan geologi (proses pembentukan lapisan
terjadi, gelombang gempa merambat ke segala tanah, sejarah kegempaan, kedalaman airtanah)
arah, salah satunya adalah perambatan dan karakteristik gempa (intensitas gempa, durasi
gelombang geser yang berasal dari pusat getaran, besar dan arah getaran). Selain masalah
pelepasan energi (Kramer, 1996). Bila lapisan tersebut di atas, maka konsistensi tanah juga
pasir jenuh air mengalami getaran, maka massa sangat menentukan dalamnya peristiwa
pasir tersebut akan cenderung untuk memadat likuifaksi. Salah satu cara untuk mengetahui
atau volumenya akan mengecil, bila dalam konsistensi tanah adalah dengan menggunakan
proses tersebut air dalam pori-pori tanah pasir data CPT (Robertson dan Wride, 1989)
tidak dapat berdrainase, maka kecenderungan Menurut Robertson dan Wride (1989) evaluasi
pasir untuk memadat mengakibatkan kenaikan potensi likuifaksi beberapa faktor di atas tidak
tekanan air pori, dan bila tekanan air pori dapat ditentukan secara langsung, tetapi
meningkat terus hingga menyamai tegangan total pengaruhnya dapat ditentukan ke dalam prosedur
dalam elemen tanah, maka tegangan efektifnya evaluasi dengan melakukan uji pembebanan
menjadi nol dan pasir akan kehilangan kekuatan siklik atau dengan mengukur karakteristik tanah
gesernya sehingga akan berperilaku seperti dengan uji lapangan cone penetration test (CPT)
cairan/lumpur. dan standard penetration test (N-SPT, Blake,
Secara umum penyebab utama peristiwa 1997). Prosedur perhitungan potensi likuifaksi
pencairan tanah pasir saat gempa adalah dibagi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu (1)

89
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

Perhitungan rasio tegangan siklik (CSR, beban penentuan besaran tegangan geser siklik
gempabumi) yang dihasilkan oleh gempabumi, (Robertson dan Wride,1989). Tegangan geser
(2) Perhitungan rasio hambatan siklik (CRR, yang diperlukan untuk mengakibatkan likuifaksi
kekuatan tanah) berdasarkan hasil uji insitu CPT ini kemudian diplot sebagai fungsi dari
atau N-SPT, (3) Evaluasi potensi likuifaksi kedalaman. Tegangan geser yang terjadi di
dengan menghitung faktor keamanan lapisan lapangan akibat gempa (τave ) terhadap tegangan
tanah granular terhadap likuifaksi faktor geser yang diperlukan untuk mengakibatkan
keamanan, perbandingan ratio dari CRR/CSR) likuifaksi (τl ) sebagai tegangan geser lawan.
dan (4) Perkiraan penurunan akibat likuifaksi. Zona dimana harga τave > τl merupakan daerah
Rasio tegangan siklik dihitung yang berpotensi mengalami likuifaksi saat
berdasarkan metode Seed dan Idriss (1971) yang gempa. Proses ini ditunjukkkan seperti pada
telah dimodifikasi pada tahun 1996 (Youd,1996): Gambar 4a. Perhitungan tegangan geser akibat
gempa (τave) dan tegangan geser yang diperlukan
0 untuk mengakibatkan likuifaksi (τl ) terhadap
CSR  0.65 a max rd kedalaman dilakukan untuk mendapatkan faktor
 0' keamanan terhadap likuifaksi pada tiap
dimana 0.65 adalah weighing factor untuk kedalaman lapisan (Gambar 4b). Perhitungan
menghitung siklus tegangan uniform yang penurunan setiap lapisan tanah jenuh air
dibutuhkan untuk menghasilkan kenaikan dihasilkan dari perkalian antara regangan
tekanan air pori yang sama dengan getaran volumetrik dan ketebalan setiap lapisan tanah
gempabumi iregular, 0 total tegangan beban (Ishihara, 1993). Kondisi tatanan lingkungan
vertikal, 0’ adalah tegangan beban vertikal geologi yang berada pada cekungan Bantul
efektif, amax percepatan permukaan horisontal bagian atas berupa endapan aluvium dan sedimen
maksimum (dalam satuan gravity) dan rd adalah lahar Merapi dengan sebaran distribusi muka
koefisien pengurang tegangan. Faktor pengurang airtanah yang dangkal, yang terletak pada jalur
tegangan merupakan fungsi kedalaman, dan zona Patahan Opak yang disertai kegempaan
dihitung dengan menggunakan rumus-di bawah yang cukup tinggi (Wartono dkk, 1977 ; Kirbani
ini (Seed dan Idriss, 1971): dkk, 2006) ini memungkinkan terjadinya
fenomena likuifaksi di beberapa lokasi tertentu.
Dengan memperhatikan kondisi lingkungan
rd  1.0  0.00765  z untuk z < 9.15 m
geologi yang demikian, maka akan mudah
rd  1.174  0.0267  z untuk 9.15m < z < 23 m memicu terjadinya likuifaksi sehingga diperlukan
penelitian untuk mengungkap keberadaan
rd  0.744  0.008  z untuk 23 m < z < 30 m sebaran likuifaksi di dalam lapisan tanah yang
rd  0.5 untuk z > 30 m
dapat digunakan dalam
memprediksi bahaya likuifaksi.
mitigasi dan

Dengan maksud alasan praktis dan yang kritis


dengan uji lapangan, saat ini telah berkembang

90
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

a. b.
Gambar 4. Metode untuk menentukan potensi liquifaksi (Seed dan Idriss, 1971)
METODA gempabumi skala 6,2 SR, jarak sumber gempa
kurang lebih 10 km di sekitar pantai Selatan
Metode penelitian yang dilakukan dalam
Parangtritis dengan muka air tanah maksimum
penelitian ini meliputi investigasi geoteknik
diasumsikan mencapai permukaan tanah akibat
bawah permukaan terdiri dari pemboran teknik
getaran gempabumi menggunakan perangkat
pada 5 titik dengan kedalaman masing- masing
lunak LiqIT yang dikembangkan oleh Robertson
20 meter disertai uji N-SPT pada setiap
(1988).
kedalaman 1,5 m, uji penetrasi konus (CPT)
Uji luaran dan ketelitian berupa grafik hubungan
sebanyak 30 titik hingga kedalaman maksimum
antara rasio tegangan siklik (CSR) akibat beban
20 meter yang tersebar di lokasi penelitian, dan
gempa dan rasio hambatan siklik (CRR) akibat
pengukuran muka airtanah pada sumur-sumur
kekuatan tanah serta faktor keamanan lapisan
penduduk di lokasi-lokasi yang mengalami
tanah yaitu rasio perbandingan CRR/CSR. Faktor
likuifaksi dan tidak.
keamanan (FK) yang digunakan dalam studi ini
Identifikasi potensi likuifaksi menggunakan data
menggunakan batasan FK > 1,2 untuk
CPT dan CPTu yang merupakan salah satu cara
mengindikasikan lapisan tanah aman terhadap
untuk mengetahui konsistensi lapisan tanah
likuifaksi, dan FK < 1,2 untuk mengindikasikan
terhadap potensi likuifaksi (Robertson dan
lapisan tanah tidak aman terhadap likuifaksi.
Campanella, 1985). Perhitungan potensi
Grafik hasil analisis potensi likuifaksi pada satu
likuifaksi dilakukan berdasarkan data parameter
titik CPT menggunakan metode Robertson dan
geoteknik cone penetration test (CPT), standard
Wride (1989) dapat dilihat pada Gambar 5 yang
penetration test (N-SPT) dan kegempaan yang
menunjukkan kedalaman dan ketebalan lapisan
diasumsikan nilai percepatan puncak di
tanah yang terlikuifaksi dan penurunan tanah
permukaan (p.g.a) di daerah Yogyakarta kurang
totalnya.
lebih rata-rata sebesar 0,25 g dengan skenario

91
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

14 23 10 11 26 17 22 16
26 25

34

Gambar 5. Grafik hasil analisis potensi likuifaksi yang memperlihatkan kedalaman dan ketebalan
lapisan tanah yang terlikuifaksi dan penurunan tanah total berdasarkan data CPT
menggunakan metode Robertson dan Wride (1989).

92
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

HASIL DAN DISKUSI


yang lepas baik berukuran halus hingga kasar
Geologi Bawah Permukaan
dengan ketidakmenerusan lapisan lanau dan
Penampang geologi bawah permukaan lempung yang saling membaji/interfingering di
menunjukkan bahwa kondisi stratigrafi bawah beberapa tempat (Gambar 6).
permukaan dataran aluvium ini dicirikan oleh Gambaran tingkat konsistensi kepadatan lapisan
perulangan satuan pasir yang cukup dominan tanah sedimen dari atas hingga bawah dapat
dengan ukuran butiran mulai halus hingga kasar, mencerminkan tingkat kepadatannya yang
lanau, lempung di beberapa tempat campuran dicirikan oleh material lepas hingga agak padat
pasir - kerikil dan breksi. Perulangan lapisan di (nilai N-SPT < 10), material yang agak padat –
daerah ini, menunjukkan bahwa daerah ini padat (nilai N-SPT 10 – 30) dan material padat –
setidaknya telah terjadi proses sedimentasi yang sangat padat (nilai N-SPT > 30; Mayerhoff,
berulang-ulang akibat pengangkatan dan 1956). Dengan demikian gambaran tingkat
penurunan baik oleh tektonik ataupun oleh proses konsistensi kepadatan lapisan tanah di daerah ini
sedimentasi pada saat pengendapan masa lalu secara vertikal hingga kedalaman 25 meter yang
pada cekungan Bantul. cukup dominan cenderung material pasir lepas
Perulangan perlapisan satuan tanah/batuan yang hingga agak padat.
bervariasi ini dicirikan oleh sikuen endapan pasir

Gambar 6. Penampang stratifikasi bawah permukaan, nilai N-SPT dan zona likuifaksi daerah
Patalan, Bantul, Yogyakarta berdasarkan perhitungan dengan data N-SPT (Blake, 1997).

93
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

Potensi Likuifaksi dan Penurunan


Gambar 7 menunjukkan sebaran hubungan antara Bantul cukup dominan pelamparannya baik
nilai tahanan konus dan friction ratio dari data uji secara vertikal dan horisontal.
CPT di semua lokasi uji memperlihatkan bahwa Hasil analisis potensi likuifaksi berdasarkan data
beberapa bagian dari lapisan tanah pasir di nilai CPT/CPTu dan N-SPT seperti pada Gambar
wilayah Patalan, Bantul berada di dalam Zona A, 8, menunjukkan bahwa hampir semua titik uji
menunjukkan bahwa lapisan pasir tersebut mengindikasikan peristiwa likuifaksi pada
berpotensi terjadi likuifaksi (Robertson dan lapisan lanau - pasir yang terbentang pada
Campanella, 1985). Hal ini didukung juga dari kedalaman kisaran 0,0 - 12,0 m dengan
hasil korelasi penampang bawah permukaan, ketebalan antara 0,2 - 5,2 m dengan muka
dimana lapisan pasir lepas di daerah Patalan, airtanah antara 0,76 - 5,7 m.

ZONE A

Gambar 7. Identifikasi potensi likuifaksi berdasarkan data CPT (Robertson dan Campanella, 1985)

94
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

Gambaran ketebalan zona likuifaksi ditunjukkan semburan pasir, rekahan lateral, penurunan
pada Gambar 9, dimana di bagian tengah daerah permukaan tanah, sumur gali yang tertutup pasir
penelitian lintasan titik CPT 04, 05, 06, 11, 27, dan mengalami kerusakan yang cukup parah.
28 daerah Pundong, Bambangdipuro dan CPT Dengan demikian daerah yang cukup tebal zona
21, 23 Jetis menunjukkan zona ketebalan likuifaksi diduga adalah merupakan bagian dari
likuifaksi yang cukup tebal mencapai kisaran 3 - jalur zona Patahan Opak. Zona likuifaksi dan
5.2 meter. Hal ini didukung pula oleh penurunan ini berada pada lapisan sedimen
kenampakan di lapangan sewaktu kejadian bagian atas yang mengisi pada cekungan Bantul
gempabumi di beberapa lokasi munculnya di sekitar Patahan Opak.

Gambar 8. Penampang kedalaman distribusi zona likuifaksi pada beberapa titik CPT di daerah
Patalan, Bantul, Yogyakarta.

95
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

Gambar 9. Peta zona ketebalan likuifaksi di daerah Patalan, Bantul, Yogyakarta

KESIMPULAN kepada rekan-rekan teknisi GTKK yang telah


membantu terlaksananya kegiatan di lapangan
Hasil perhitungan analisis potensi likuifaksi dan dan laboratorium.
penurunan di daerah ini menunjukkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
hampir semua titik pengujian mengindikasikan
terjadinya likuifaksi dan penurunan. Zona Blake, T.F., 1997. “Formula (4), Summary
likuifaksi terutama terkonsentrasi di bagian Report of Proceedings of the NCEER
tengah daerah studi pada kedalaman kisaran 0,2 Workshop on Evaluation of Liquefaction
- 12,8 m dengan ketebalan antara 0,2 - 5,2 m Resistance of Soils”. Youd, T.L., and
serta penurunan antara 0,21 cm hingga 12,98 cm Idrisss, I.M., eds. Technical Report
pada daerah Patalan, Bantul yang merupakan NCEER, 97-0022.
bagian jalur patahan Opak yang berarah timurlaut http://www.bmg.go.id/60gempa.bmkg?Jenis=UR
– baratdaya.
L&IDS=9279258135813849788
UCAPAN TERIMA KASIH
http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/eqinthenews/
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala
2007/us2007hmas/
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk Ishihara, K. 1993. “Liquefaction and Flow
melakukan penelitian ini. Ucapan yang sama Failures During Earthquakes.”
juga disampaikan kepada seluruh pengelola Geotechnique, Vol. 43, No. 3, pp. 351-415.
anggaran DIPA tahun anggaran 2006, 2007, juga

96
Soebowo Eko, Tohari Adrin & Sarah Dwi/ Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 2 (2009), 85-97.

Kirbani, S.B, Prasetya, T, Widigdo, F.M., 2006. SPT and CPT”, in Proceedings edited by
“Percepatan Getaran Tanah Maksimum Youd and Idrisss, 1988, p. 41 – 88.
Daerah Istimewa Yogyakarta 1943 – 2006”, Robertson, P.K., 1988, LiqIT, v.4.7.6.1, Soil
Jurnal Geofisika, Himpunan Ahli Geofisika Liquefaction Assesment Software
Indonesia, Edisi 2006, No.1, hal. 19 – 22. Seed, H.B. and Idriss, I.M., 1971. “Simplified
Kramer, S.L., 1996. Geotechnical earthquake Procedure for Evaluation Soil Liquifaction
engineering, Prentice Hall, Englewood Potential”, Journal of soil mechanics and
Cliffs, N.J., 653. foundation, Division, ASCE, vol.97. No.9,
Mac Donald, SM, and Partners in association pp. 1249 – 1273.
with Hunting Technical Service, Ltd, 1984. Seed H.B, and Idriss I.M.1982. “Ground motions
Ground Water Resource Study, Proyek and soil liquefaction during earthquakes”,
Pengembangan Airtanah (P2AT), EERI Monograph.
Yogyakarta (Technical Report). Wartono, R., Sukandarrumidi., Rosidi, H.M.D.,
Mayerhoff, G.G., 1956. Penetration test and 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
bearing capacity of cohesionless soils, Jawa, Direktorat Geologi, Departemen
J.Soil Mech. Found.Div., ASCE, 28 (1). Pertambangan, Bandung.
Newcomb, K.R., McCann, W.R., 1987. Seismic Youd TL, Perkins DM., 1978. Mapping
history and seismotectonic of the Sunda arc, liquefaction induced ground failure
J.Geophys.Res.92, 421 - 439. potential. J Geotech Eng Div, ASCE 104,
Robertson, P.K., dan Campanella, R.G., 1985. 4: 443 - 446.
“Liquifaction of Sands Using the Cone Youd TL, 1991. Mapping of earthquake -
Penetration Test", Journal of the induced liquefation for seismic zonation
Geotecnical Division, ASCE, Vol.111.No.3, In : Proceedings of 4th International
p. 298 – 307. Conference on Seismic Zonation,
Robertson, P.K., and Wride, B.H., 1989. “Cyclic Stanford, California 1 : 231 - 238.
Liquifaction and the Evalution Based on the

97

Anda mungkin juga menyukai