Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No.

3, Desember 2015: 211-228

JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI


JLBG Journal of Environment and Geological Hazards
ISSN: 2086-7794
Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015
e-mail: jlbg_geo@yahoo.com

Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta


Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa

Synthetic Ground Acceleration of Yogyakarta


Based on Seismic Hazard Deaggregation

Bambang Sunardi
Puslitbang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geoisika
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat, Indonesia 10720
Naskah diterima 24 Maret 2015, selesai direvisi 28 September 2015, dan disetujui 15 Oktober2015 2015
e-mail : b.sunardi@gmail.com

ABSTRAK
Yogyakarta merupakan kota dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi. Tingkat kerawanan gempa serta populasi pen-
duduk yang tinggi menjadikan Yogyakarta sebagai kota dengan tingkat risiko yang tinggi terhadap gempa. Salah satu
usaha untuk mengurangi risiko gempa adalah membuat peraturan tentang perencanaan bangunan tahan gempa. Salah
satu komponen dalam peraturan kegempaan tersebut adalah tersedianya data percepatan tanah serta respons spektra. Oleh
karena itu, penelitian tentang percepatan tanah yang sesuai untuk Kota Yogyakarta sangat penting untuk dilakukan. Tu-
juan penelitian ini adalah menentukan percepatan tanah sintetis dan respons spektra di permukaan yang sesuai untuk Kota
Yogyakarta. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan data gempa, identiikasi, pemodelan dan karakter-
isasi sumber gempa, pengelolaan unsur ketidakpastian, analisis bahaya gempa probabilistik dan deagregasi, proses spectral
matching, penentuan percepatan tanah sintetis dan respons spektra di permukaan untuk Kota Yogyakarta. Hasil penelitian
merekomendasikan percepatan tanah sintetis dan respons spektra di permukaan Kota Yogyakarta mengacu pada data
gempa Kern County, 1952 dan Imperial Valley, 1979 setelah diskalakan dan dilakukan proses spectral matching dipakai
sebagai dasar desain percepatan tanah dan respons spektra akibat sumber gempa subduksi dan shallow crustal di kota ini.
Kata kunci: deagregasi bahaya gempa, percepatan tanah sintetis, respons spektra, spectral matching

ABSTRACT
Yogyakarta is a city with a high level of seismic hazard. he level of seismic hazard and high population makes Yogyakarta as a
region with a high level of earthquake risk. One attempt to reduce the earthquake risk is to make regulation about planning of
earthquake resistant building. One component in the earthquake regulation is the availability of ground acceleration and response
spectra data. herefore, research about suitable ground acceleration for Yogyakarta City is very important. he goals of this re-
search is to determine suitable synthetic ground acceleration and surface response spectra for Yogyakarta City. Stages of the research
involve the collection and processing of seismic data, identiication, modeling and characterization of seismic sources, uncertainty
management, probabilistic seismic hazard analysis and deaggregation, spectral matching process, synthetic ground acceleration
and surface response spectra determination for Yogyakarta City. Results of the research recommend synthetic ground acceleration
and response spectra at the surface for Yogyakarta City from Kern County, 1952 and Imperial Valley 1979 earthquake data after
scaling and spectral matching process as ground acceleration and response spectra design due to subduction and shallow crustal
earthquake source for this city.
Keywords: seismic hazard deaggregation, synthetic ground acceleration, response spectra, spectral matching

211
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

PENDAHULUAN bar 2. Sesar Opak merupakan sesar terdekat dengan


Kota Yogyakarta dengan jarak kurang lebih 10 km.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan
Laju pergerakan (slip rate) sekitar 2,4 mm/tahun den-
tingkat risiko yang tinggi terhadap bencana gempa
gan kekuatan maksimum yang mungkin ditimbulkan
karena letaknya yang relatif dekat dengan sumber
sebesar 6,8 (Asrurifak drr., 2014). Gempa Yogyakarta
gempa dan tingkat kepadatan penduduk yang cukup
27 Mei 2006 merupakan contoh gempa yang dia-
tinggi. Pada tahun 2010, tingkat kepadatan pen-
kibatkan oleh aktivitas sesar tersebut. Gempa terse-
duduk di Kota Yogyakarta sudah mencapai lebih dari
but menimbulkan korban jiwa sekitar 6.000 orang,
1.902 jiwa/km2 dengan pertumbuhan penduduk
lebih dari 50.000 orang luka-luka, 600.000 orang
yang terus meningkat. Kota Yogyakarta rawan terha-
mengungsi, lebih dari 127.000 rumah hancur, dan
dap gempa yang berasal dari zona subduksi lempeng
451.000 rusak. Total kerugian diperkirakan menca-
Indo-Australia dengan lempeng Eurasia di sebelah
pai 31 trilyun (CGI, 2006).
selatan Pulau Jawa. Kecepatan penyusupan lempeng
tektonik di selatan Pulau Jawa sekitar 6,7 ± 0,7 cm/ Hingga saat ini, gempa merupakan bencana yang
tahun. Gambar 1 menunjukkan penyusupan antara belum dapat diprediksi kapan terjadinya, sehingga
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia berpotensi menimbulkan korban, kerusakan, dan
di sepanjang barat Sumatra dan selatan Pulau Jawa. kerugian dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu-
Kota Yogyakarta juga rawan terhadap bencana gempa lah, diperlukan perhatian khusus dan upaya semua
yang diakibatkan aktivitas sesar (shallow crustal), an- pihak untuk mengurangi risiko gempa. Salah satu us-
tara lain sesar Opak sebagaimana ditunjukkan Gam- aha untuk mengurangi risiko akibat bencana gempa

Gambar 1. Sketsa tektonik Indonesia bagian barat (Lasitha drr., 2006).

212
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Gambar 2. (a) Sketsa elevasi peta digital Jawa bagian tengah dan (b) detail peta Yogyakarta dan sekitarnya, garis hitam tebal
menunjukkan posisi patahan Opak (Tsuji drr., 2009).

adalah dengan membuat peraturan yang mengatur tan tanah dan respons spektra yang sesuai untuk Kota
tata cara perencanaan bangunan tahan gempa. Salah Yogyakarta menjadi sangat penting untuk dilakukan.
satu komponen utama dalam penyusunan peraturan
Penelitian tentang rekomendasi percepatan tanah un-
kegempaan tersebut adalah tersedianya data percepa-
tuk Kota Yogyakarta pernah dilakukan oleh Teguh
tan tanah (ground acceleration) dan respons spektra.
dan Purwono (2011), namun masih sebatas desain
Untuk wilayah Indonesia, data percepatan tanah ma- percepatan tanah pada batuan dasar dengan periode
sih sangat sedikit, sehingga pada umumnya dalam ulang gempa 500 tahun. Peraturan gempa modern saat
analisis menggunakan data percepatan tanah (ground ini sudah mengacu pada penggunaan periode ulang
acceleration) dari wilayah lain, bahkan dalam Standar gempa 2.500 tahun, sehingga rekomendasi percepatan
Nasional Indonesia (SNI) 03-1726-2002 direkomen- tanah untuk Kota Yogyakarta dengan periode ulang
dasikan menggunakan empat buah akselerogram dari gempa 500 tahun perlu ditinjau kembali.
empat gempa yang berbeda, salah satunya harus di-
Dalam penelitian sebelumnya Sunardi (2013) telah
ambil dari data gempa Elcentro 1940 komponen N-S
menentukan percepatan tanah yang sesuai untuk
(Irsyam drr., 2008). Pemakaian data percepatan ta-
Kota Yogyakarta yang mengacu pada periode ulang
nah (ground acceleration) dari wilayah atau negara lain
gempa 2.500 tahun. Penelitian ini melengkapi pene-
belum tentu sesuai diterapkan untuk semua wilayah
litian sebelumnya dengan menekankan penggunaan
di Indonesia.
teknik spectral matching menggunakan algoritma
Data percepatan tanah memegang peranan yang wavelet (Abrahamson, 1992; Hancock drr., 2006).
penting untuk mendapatkan hasil analisis dinamik Teknik tersebut diharapkan mampu mengoptimal-
yang akurat. Oleh karena itulah, pemilihan data kan proses spectral matching, sehingga penentuan
percepatan tanah ini harus sesuai dengan kondisi ge- percepatan tanah sintetis menjadi lebih baik. Di
ologi, seismologi, dan target parameter pergerakan samping itu, diperoleh juga hasil spectral matching
batuan dasar seperti percepatan gempa maksimum, dalam bentuk time series percepatan (acceleration),
kandungan frekuensi dan durasi (Irsyam drr., 2008). kecepatan (velocity), serta pergeseran (displacement).
Mengingat parameter percepatan tanah dan respons
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan percepa-
spektra memegang peranan penting dalam penyusu-
tan tanah sintetis dan respons spektra di permukaan
nan peraturan kegempaan, maka penelitian percepa-
yang sesuai untuk Kota Yogyakarta. Parameter per-

213
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

cepatan tanah dan respons spektra yang sesuai untuk Prosedur tersebut meliputi konversi ke dalam skala
Kota Yogyakarta sangat penting untuk analisis beban kekuatan gempa yang sama. Pemisahan gempa utama
dinamik yang diakibatkan oleh gempa, sehingga akan dari gempa ikutan untuk mendapatkan data yang in-
sangat bermanfaat sebagai acuan dalam perencanaan dependen serta analisis kelengkapan data gempa agar
struktur bangunan yang tahan gempa. parameter bahaya gempa yang dihasilkan tidak ter-
lalu kecil atau terlalu besar.

METODE PENELITIAN Identiikasi dan Pemodelan Sumber Gempa

Gambaran singkat tentang tahapan penelitian dari Analisis bahaya gempa dilakukan dengan membuat
pengumpulan, pengolahan, hingga analisis data di- model sumber gempa yang menggambarkan historis
perlihatkan dalam diagram alir pada Gambar 3. kejadian gempa dan karakteristik gempa yang terjadi
dalam suatu wilayah. Pemodelan sumber gempa dapat
dilakukan dengan melakukan intrepretasi terhadap
kondisi geologi, geoisika, dan seismotektonik sekitar
wilayah penelitian. Pemodelan sumber gempa yang
digunakan meliputi sumber gempa subduksi (mega-
thrust dan beniof) serta shallow crustal dari berbagai
referensi yang ada sebelumnya, antara lain dari Irsy-
am drr. (2008), Firmansyah dan Irsyam (1999), dan
Asrurifak drr. (2014). Sumber gempa subduksi dibagi
menjadi zona megathrust dan beniof, sedangkan sum-
ber gempa shallow crustal merupakan sesar-sesar aktif
yang ada di sekitar Yogyakarta yang telah diketahui
karakteristiknya. Gambar 4 memperlihatkan model
sumber gempa yang dipergunakan dalam penelitian.

Gambar 4. Pemodelan sumber gempa wilayah Jawa.


Gambar 3. Tahapan/alur penelitian. Karakterisasi Sumber Gempa
Pengumpulan dan Pengolahan Data Gempa Karakteristik sumber gempa tercermin dalam beber-
Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data apa parameter, antara lain nilai-a, nilai-b, kekuatan
gempa dari katalog gempa USGS dan BMKG tahun maksimum, dan slip rate. Nilai-a dan nilai-b adalah
1963 – 2014 yang meliputi wilayah dengan radius konstanta hubungan antara jumlah gempa (N)
500 km dari Yogyakarta dengan kekuatan (magni- dan kekuatan (M) yang biasa dikenal dengan relasi
tude) ≥ 5 dan kedalaman maksimum 300 km. Semua Gutenberg Richter Log N = a - b M (Gutenberg dan
data gempa diproses menggunakan prinsip statistik Richter, 1944). Nilai-a dan nilai-b mencerminkan
untuk meminimalkan kesalahan sistematis (bias). aktivitas seismik dan tektonik di area penelitian. Slip

214
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

rate menunjukkan laju pergerakan kedua sisi patah- Fungsi atenuasi yang dipergunakan untuk model
an (fault) yang mengalami pergeseran satu terhadap sumber gempa subduksi (megathrust dan beniof)
lainnya. Nilai slip rate pada umumnya diukur dalam adalah fungsi atenuasi Atkinson-Boore BC? rock
mm/tahun. and global source subduction (Atkinson dan Boore,
2003) dan geomatrix subduction (Youngs drr., 1997).
Parameter sumber gempa berupa nilai-a dan nilai-b
Fungsi atenuasi Atkinson – Boore (2003) merupakan
dihitung dari data katalog USGS dan BMKG tahun
hubungan atenuasi gerakan tanah untuk gempa-
1963 – 2014. Parameter sumber gempa lainnya an-
gempa yang terjadi pada zona subduksi. Hubungan
tara lain kekuatan gempa maksimum (Mmax), tipe
atenuasi ini diturunkan atas dasar hasil kompilasi da-
patahan, slip rate, Dip, serta kedalaman (Top-Bot-
tabase respons spektra dari ratusan catatan kejadian
tom) diperoleh dari berbagai referensi sebagaimana
gempa dengan moment magnitude (Mw) 5 - 8,3
diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
yang terjadi pada zona subduksi di seluruh dunia
Tabel 1. Karakterisasi Sumber Gempa Megathrust Dan (Makrup, 2009). Fungsi atenuasi Youngs drr. (1997)
Beniof (Irsyam drr., 2014) digunakan untuk memprediksi percepatan tanah
maksimum dan respons spektra pada kejadian gempa
Zona Mmax Nilai-a Nilai-b
zona subduksi dengan kekuatan Mw ≥ 5 serta jarak
Megathrust Jawa 1 8,1 6,14 1,10 dari site ke sumber gempa dalam bentuk jarak rup-
Beniof Jawa 1 8,1 5,65 1,10 ture 10-500 km (Youngs drr., 1997).

Megathrust Jawa 2 8,1 6,14 1,10 Fungsi atenuasi untuk model sumber gempa shallow
crustal adalah fungsi atenuasi Boore-Atkinson NGA
Beniof Jawa 2 8,1 6,12 1,18
(Boore dan Atkinson, 2007) dan fungsi atenuasi Sa-
Megathrust Jawa 3 8,1 6,15 1,10 digh drr. (1997). Fungsi atenuasi Sadigh drr. (1997)
Beniof Jawa 3 8,1 7,64 1,40 didasarkan pada data gerakan tanah kuat yang diper-
oleh terutama dari gempa-gempa di California.
Tabel 2. Karakterisasi Sumber Gempa Shallow Crustal
Probability Tree
(Asrurifak drr., 2014; Firmansyah dan Irsyam, 1999; Ker-
tapati, 2006) Faktor ketidakpastian dalam analisis bahaya gempa
Shallow Slip Top- seperti model perulangan gempa (recurrence model),
Tipe Dip Mmax
Crustal Rate Bottom kekuatan maksimum, serta model atenuasi dikelola
Strike menggunakan pendekatan probability tree. Pendeka-
Bumiayu 20 90 3-18 6,8
Slip tan probability tree membuka kemungkinkan untuk
Strike menggunakan beberapa alternatif model dengan
Opak 24 90 3-18 6,8
Slip memberikan faktor bobot yang menunjukkan ke-
Strike mungkinan relatif model yang dipergunakan.
Pati 0,5 90 3-18 6,8
Slip
Probability tree yang dipergunakan disesuaikan den-
Strike
Lasem 0,5 90 3-18 6,5 gan model sumber gempa yang dipergunakan, yaitu
Slip
model sumber gempa subduksi (megathrust dan be-
Fungsi Atenuasi Percepatan Tanah niof) serta shallow crustal. Gambar 5 merupakan
Penilaian bahaya gempa secara probabilistik memer- contoh model probability tree untuk sumber gempa
lukan fungsi atenuasi percepatan tanah. Fungsi at- subduksi yang dipergunakan dalam penelitian ini.
enuasi menggambarkan hubungan antara parameter Dalam probability tree ini, reccurence model char-
kegempaan di lokasi pusat gempa dengan parameter acteristic diberikan bobot 0,66 lebih mungkin men-
pergerakan tanah di lokasi yang ditinjau (Campbell jadi betul dibandingkan dengan model exponential
dan Bojorgnia, 2008). Fungsi atenuasi yang diper- dengan bobot 0,34. Model perulangan characteristic
gunakan dalam penelitian ini dibagi menurut model merupakan model yang dikembangkan untuk lo-
sumber gempa yang dipergunakan. kasi tertentu dibandingkan wilayah yang luas,

215
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

Gambar 5. Probability tree untuk sumber gempa subduksi (megathrust dan beniof).

sehingga karakteristik geologis lokasi tersebut sangat Probabilistik Seismic Hazard Analysis (PSHA
menentukan. Model exponential merupakan model
Probabilistik Seismic Hazard Analysis (PSHA) di-
perulangan yang paling banyak dipergunakan yang
lakukan untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50
tercermin dalam nilai konstanta relasi Gutenberg-
tahun, mengingat peraturan-peraturan gempa mod-
Richter (1944). Pada nodal level berikutnya, ke-
ern saat ini telah menggunakan ketentuan tersebut.
mungkinan relatif yang berbeda diberikan untuk
PSHA yang akan menghitung ancaman gempa ber-
kekuatan maksimum. Untuk Mmax diberikan ke-
dasarkan pada kumpulan hasil semua kejadian gempa
mungkinan relatif 0,6, sedangkan Mmax-0,25 dan
dan percepatan tanah yang mungkin dapat terjadi di
Mmax+0,25 diberikan kemungkinan relatif masing-
masa datang (Makrup, 2009). PSHA dilakukan den-
masing 0,2. Pada nodal level terakhir model atenuasi
gan menggunakan konsep probabilitas total (Cornell,
Atkinson dan Boore (2003) dan Youngs drr. (1997)
1968) sebagaimana dirumuskan pada persamaan 1:
diberikan kemungkinan relatif sama 0,5 mengingat
belum adanya referensi fungsi atenuasi mana yang (1)
lebih cocok untuk wilayah Yogyakarta.

216
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

adalah probabilitas suatu gempa manfaat sebagai acuan dalam perencanaan struktur
dengan kekuatan m pada jarak r yang menghasilkan bangunan tahan gempa.
percepatan puncak . dan masing-
Penyekalaan Dengan Respons Spektra Target
masing merupakan fungsi kerapatan probabilitas un-
tuk setiap kekuatan dan jarak. Respons spektra adalah suatu spektra yang disajikan
dalam bentuk plot antara periode getar struktur T
Deagregasi Bahaya Gempa terhadap respons-respons maksimum berdasarkan
Seperti telah dikemukakan di atas, konsep dasar dari rasio redaman dan gempa tertentu. Respons-respons
PSHA adalah menghitung ancaman gempa berdasar- maksimum dapat berupa simpangan maksimum, ke-
kan pada kumpulan hasil semua kejadian gempa cepatan maksimum atau percepatan maksimum mas-
yang mungkin dapat terjadi di masa datang (Mak- sa struktur single degree of freedom SDOF (Widodo,
rup, 2009). Namun demikian, kemungkinan kekua- 2001). Respons spektra target merupakan respons
tan (M) dan jarak (R) dari site ke sumber gempa yang spektra pada batuan dasar untuk berbagai sumber
dominan yang memberikan kontribusi bahaya ter- gempa dengan fungsi atenuasi yang dipergunakan.
besar pada site tersebut tidak mampu diperlihatkan Selanjutnya, respons spektra fungsi atenuasi yang
dengan jelas dari hasil PSHA. Hal tersebut merupak- dipergunakan diskalakan dengan respons spektra
an salah satu kelemahan PSHA. Hasil PSHA belum gabungan hasil analisis PSHA, pada periode pendek
dapat secara langsung dipergunakan untuk membuat T = 0,2 detik dan periode panjang T = 1 detik. Re-
desain percepatan tanah untuk analisis gempa lanju- spons spektra yang sudah di skalakan ini selanjutnya
tan. disebut respons spektra target. Respons spektra target
akan menjadi acuan dalam proses spectral matching
Deagregasi adalah proses untuk menentukan kekua- untuk mendapatkan percepatan tanah sintetis yang
tan (M) dan jarak (R) dominan hasil PSHA yang sesuai untuk Kota Yogyakarta.
memberikan kontribusi bahaya terbesar pada suatu
site pada periode ulang gempa dan periode struktur Pemilihan Percepatan Tanah Asli (Original)
bangunan tertentu. Kekuatan dan jarak dominan
Pemilihan percepatan tanah asli (original) masing-
yang memberikan kontribusi bahaya terbesar pada
masing sumber gempa didasarkan pada karakteris-
suatu site ditentukan berdasarkan konsep titik berat
tik sumber gempa, yaitu mekanisme sumber gempa,
kurva deagregasi. Representasi deagragasi ditunjuk-
kekuatan, serta jarak yang paling mendekati hasil
kan pada persamaan 2 dan 3.
deagregasi bahaya gempa. Percepatan tanah asli dapat
(2) diperoleh dari berbagai database institusi, baik na-
sional maupun internasional. Dalam penelitian ini,
percepatan tanah asli diperoleh dari PEER Strong
(3) Motion Database (http://peer.berkeley. edu).
Deagregasi dapat dilakukan dengan memisah suku-
Proses Spectral Matching
suku yang berkaitan dengan kekuatan (m) dan jarak
(r) integrasi persamaan 1. Secara keseluruhan, dea- Proses spectral matching dilakukan dengan cara
gregasi serupa dengan membuka misteri bahaya gem- memodiikasi percepatan tanah asli (original) yang
pa probabilistik yang menyediakan visualisasi dan telah dipilih sebelumnya, sehingga spektra percepa-
pengertian tentang pentingnya kekuatan dan jarak tan tanah asli tersebut mendekati respons spektra
spesiik dalam persoalan tersebut (Makrup, 2009). target yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis ini
dilakukan dengan bantuan software SeismoMatch.
Proses deagregasi sangat diperlukan untuk memilih
data percepatan tanah asli (original) yang selanjutnya Analisis Respons Dinamika Tanah
akan dilakukan proses spectral matching, sehingga di-
Analisis respons dinamika tanah dilakukan untuk
peroleh desain percepatan tanah sintetis dan respons
mendapatkan data percepatan dan respons spektra di
spektra yang cocok untuk Kota Yogyakarta yang ber-

217
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

permukaan tanah. Proses analisis respons dinamika gelombang dari batuan dasar ke permukaan tanah di-
tanah meliputi penentuan parameter dinamik tanah lakukan menggunakan teori perambatan gelombang
serta perambatan gelombang batuan dasar ke permu- satu dimensi (1D) dengan bantuan software Nonlin-
kaan tanah. Parameter dinamik tanah diperoleh dari ear Earthquake site Response Analysis, NERA. NERA
pengujian SPT (Standard Penetration Test) yang di- adalah implementasi modern dalam analisis respons
lakukan di Kota Yogyakarta pada koordinat 110,370 site terhadap gempa menggunakan pemodelan non-
BT dan 7,730 LS. Hasil pengujian SPT dikonver- linier dan histeresis material. NERA dikembangkan
sikan menjadi nilai kecepatan gelombang geser (Vs) oleh Bardet dan Tobita (2001).
dengan metode Imai dan Tonouchi (1982) serta
Ohta dan Goto (1978). Gambar 6 menunjukkan ko-
relasi nilai kecepatan gelombang geser (Vs) terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
kedalaman. Nilai Vs pada kedalaman 0 - 10 m ber-
variasi dari 246 - 277 m/s. Pada kedalaman 10 - 12 Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA)
m nilai Vs naik hingga mencapai 374 m/s kemudian Hasil Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA)
turun kembali hingga kedalaman 20 m dan mencapai pada batuan dasar untuk Kota Yogyakarta tercermin
nilai minimum 199 m/s. Nilai Vs pada kedalaman dalam nilai percepatan tanah dan spektra percepatan
20 - 35 m naik lagi hingga mencapai nilai 373 m/s. pada batuan dasar untuk probabilitas 2% yang ter-
Analisis respons dinamika tanah dibatasi untuk peri- lampaui dalam 50 tahun. Hasil PSHA menunjukkan
ode spektra T = 0,2 detik. Selanjutnya perambatan nilai PGA 0,451 g, spektra percepatan pada T=0,2,
dan T=1 detik masing-masing 1,026 g dan 0,378 g.
Selisih hasil PSHA dengan SNI 1726:2012 dalam
rentang kisaran -0,01 g - 0,015 g.
Hasil PSHA untuk Kota Yogyakarta yang tercermin
dalam nilai percepatan tanah maksimum pada batu-
an dasar (PGA) serta spektra percepatan pada peri-
ode T=0,2 dan T=1 detik 98% mendekati nilai yang
tercantum dalam SNI 1726:2012. Tabel 3 menun-

Tabel 3. Perbandingan Hasil PSHA Kota Yogyakarta de-


ngan SNI 1726:2012
Long Lat T Hasil SNI %
PGA 0,451 0,461 97,83
110,377 -7,739 0,2 1,026 1,037 98,94
1 0,378 0,393 96,18

jukkan perbandingan hasil PSHA Kota Yogyakarta


dengan SNI 1726:2012. Sedikit perbedaan hasil an-
tara lain karena penggunaan model sumber gempa,
parameter gempa, dan fungsi atenuasi yang berbeda.

Deagregasi Bahaya Gempa


Hasil deagregasi bahaya gempa memberikan gamba-
ran kekuatan dan jarak dominan yang memberikan
kontribusi bahaya terbesar di Kota Yogyakarta. Gam-
Gambar 6. Korelasi nilai Vs terhadap kedalaman (SPT- bar 7 dan Gambar 8 menunjukkan hasil deagregasi
Project Geotechnical Investigation Jl. Palagan, DIY). bahaya gempa pada T = 0,2 detik dan T = 1 detik

218
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Gambar 7. Deagregasi bahaya gempa Kota Yogyakarta pada T = 0,2 detik.

Gambar 8. Deagregasi bahaya gempa Kota Yogyakarta pada T = 1 detik.

219
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

untuk bahaya gempa dengan probabilitas terlampaui mendekati hasil deagregasi bahaya gempa Kota Yo-
2% dalam 50 tahun. Hasil deagregasi pada T=0,2 gyakarta. Tabel 4 memperlihatkan percepatan tanah
detik menunjukkan nilai kekuatan (M) dominan 6,7 asli (original) yang mendekati hasil deagregasi bahaya
dan jarak (R) dominan 15 km, yang merupakan gem- gempa Kota Yogyakarta untuk mekanisme sumber
pa shallow crustal yang bersumber dari sesar Opak. gempa megathrust, beniof dan shallow crustal.
Untuk sumber gempa subduksi diperoleh kekuatan
(M) 7,1 dan jarak (R) 200 km. Pada T = 1 detik di- Tabel 4. Percepatan Tanah Asli (original) Yang Mendekati
Hasil Deagregasi Bahaya Gempa Kota Yogyakarta
peroleh nilai dominan kekuatan (M) 6,8 dan jarak
(R) 17 km, yang merupakan gempa shallow crustal, Rekaman Gempa Mw R (km) Mekanisme
sedangkan untuk sumber gempa subduksi diperoleh
Kern County
kekuatan (M) 7,4 dan jarak (R) 210 km. 7,4 121 Megathrust
(21-07-1952)
Percepatan Tanah Asli (Original) Kern County
7,4 121 Beniof
(21-07-1952)
Berdasarkan hasil deagregasi bahaya gempa diperoleh Imperial Valley
kekuatan (M) dan jarak (R) yang paling dominan 6,6 18 Shallow Crustal
(15-10-1979)
berpengaruh di Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil
tersebut dicari rekaman percepatan tanah yang me- Proses Spectral Matching
miliki karakteristik yang hampir sama, baik dalam Setelah menentukan percepatan tanah asli (original)
kekuatan (M), jarak (R), maupun mekanisme sum- yang memiliki karakteristik mendekati hasil deagregasi
ber gempanya untuk dijadikan sebagai percepatan bahaya gempa di Kota Yogyakarta, selanjutnya dilaku-
tanah asli (original). kan modiikasi untuk mendapatkan hasil spektra gempa
Hingga saat ini, ketersediaan rekaman percepatan yang mendekati respons spektra target yang telah diten-
tanah akibat gempa untuk wilayah Indonesia masih tukan. Time series hasil spectral matching dalam ben-
sangat terbatas. Oleh karena keterbatasan data base tuk percepatan (acceleration), kecepatan (velocity), serta
rekaman percepatan tanah, data percepatan tanah asli pergeseran (displacement) untuk ketiga model sumber
(original) gempa Kern County tahun 1952 dipilih gempa pada T = 0,2 dan T = 1 detik diperlihatkan pada
untuk merepresentasikan sumber gempa subduksi. Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11. Pola time series
Gempa Kern County tahun 1952 memiliki kekuatan hasil spectral matching mengalami perubahan diband-
(M) 7,4 dan jarak (R) 121 km, tidak sama persis na- ingkan time series asli (original) karena mengalami pe-
mun mendekati hasil deagregasi bahaya gempa kota nyekalaan dan penyesuaian dengan respons spektra tar-
Yogyakarta. Untuk sumber gempa subduksi diper- get yang telah ditentukan sebelumnya.
oleh kekuatan (M) 7,1 dan jarak (R) 200 km. Luaran hasil proses spectral matching berupa per-
Percepatan tanah asli (original) gempa Imperial Val- cepatan sintetis pada batuan dasar selanjutnya dapat
ley tahun 1979 dipilih untuk merepresentasikan dipergunakan dalam analisis dinamika tanah guna
sumber gempa shallow crustal. Gempa tersebut mendapatkan percepatan tanah sintetis dan respons
memiliki kekuatan (M) 6,6 dan jarak (R) 18 km, spektra di permukaan.
mendekati hasil deagregasi bahaya gempa Kota Yog-
yakarta untuk sumber gempa shallow crustal dengan Percepatan Tanah Sintetis di Batuan Dasar
hasil kekuatan (M) 6,7 dan jarak (R) 15 km. Percepatan tanah pada batuan dasar dapat memberi-
Penggunaan data percepatan tanah asli (original) ti- kan gambaran spesiik tentang parameter-parameter
dak sama persis dengan hasil deagregasi bahaya gempa kegempaan, antara lain nilai maksimum percepa-
Kota Yogyakarta karena minimnya ketersediaan data tan gempa pada batuan dasar, durasi, dan frekuensi.
base percepatan tanah yang ada. Dengan demikian, Untuk mendapatkan hasil analisis kegempaan yang
upaya maksimal yang dapat dilakukan adalah den- akurat, percepatan tanah sintetis pada batuan dasar
gan menggunakan data rekaman percepatan tanah dibuat dengan memperhitungkan kondisi tektonik,
asli (original) yang memiliki parameter yang paling analisis bahaya gempa, dan respons spektra.

220
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Salah satu luaran proses spectral matching adalah dasar pada periode T = 0,2 detik untuk mekanisme
percepatan tanah sintetis pada batuan dasar. Data gempa megathrust dan beniof. Percepatan tanah sin-
percepatan tanah tersebut dapat dirambatkan ke tetis pada batuan dasar hasil proses spectral matching
permukaan tanah dengan pemodelan menggunakan memiliki nilai maksimum 0,26 g untuk mekanisme
software NERA (Bardet dan Tobita, 2001), sehingga gempa megathrust dan 0,24 g untuk beniof.
diperoleh percepatan tanah sintetis di permukaan.
Gambar 14 memperlihatkan percepatan tanah asli
Gambar 12 dan Gambar 13 memperlihatkan per- (original) gempa Imperial Valley 1979 serta percepa-
cepatan tanah asli (original) gempa Kern County tan tanah sintetis pada batuan dasar pada periode T
1952 serta percepatan tanah sintetis pada batuan = 0,2 detik untuk mekanisme gempa shallow crustal.

Gambar 9. Time series hasil spectral matching mekanisme gempa megathrust pada T = 0,2 detik (a) dan T = 1 detik (b).

Gambar 10. Time series hasil spectral matching untuk mekanisme gempa beniof pada T = 0,2 detik (a) dan T = 1 detik (b).

221
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

Gambar 11. Time series hasil spectral matching untuk gempa shallow crustal pada T = 0, 2 detik (a) dan T = 1 detik (b).

Gambar 12. Percepatan tanah asli (original) dari rekaman gempa Kern County, 1952 (a) serta percepatan tanah sintetis
pada batuan dasar untuk mekanisme gempa megathrust pada T = 0,2 detik (b).

Gambar 13. Percepatan tanah asli dari rekaman gempa Kern County, 1952 (a) serta percepatan tanah sintetis pada batuan
dasar untuk mekanisme gempa beniof pada T = 0,2 detik (b).

Gambar 14. Percepatan tanah asli dari rekaman gempa Imperial Valley tahun, 1979 (a) serta percepatan tanah sintetis pada
batuan dasar untuk mekanisme gempa shallow crustal pada T = 0,2 detik (b).

222
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Percepatan tanah sintetis pada batuan dasar hasil belah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap
proses spectral matching memiliki nilai maksimum sungai dan di tanah-tanah yang curam (http://in-
0,19 g untuk shallow crustal. atews.bmkg.go.id/mmi.php).

Percepatan Tanah Sintetis di Permukaan Respons Spektra di Permukaan


Percepatan tanah sistetis di permukaan diperoleh dari Program NERA di samping memodelkan peram-
percepatan tanah pada batuan dasar yang dirambat- batan gelombang batuan dasar ke permukaan tanah,
kan ke permukaan tanah dengan model perambatan sekaligus menghitung respons spektra percepatan di
gelombang satu dimensi (1D) dengan bantuan soft- permukaan tanah. Gambar 18 (a dan b) memper-
ware NERA (Bardet dan Tobita, 2001). Pada pemod- lihatkan respons spektra percepatan di permukaan
elan perambatan gelombang 1 D ini, lapisan tanah tanah untuk mekanisme gempa megathrust dan be-
diasumsikan mempunyai panjang tak terbatas pada niof. Secara kualitatif, pola respons spektra percepa-
arah horizontal. tan di permukaan tanah untuk mekanisme gempa
megathrust menyerupai beniof. Perbedaan utaman-
Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17 menun-
ya terletak pada nilai spektra percepatan (spectral ac-
jukkan hasil percepatan tanah sintetis di permukaan
celeration) masing-masing periode. Respons spektra
Kota Yogyakarta pada periode T = 0,2 detik untuk
percepatan di permukaan tanah untuk mekanisme
mekanisme gempa megathrust, beniof, dan shallow
gempa megathrust memberikan nilai percepatan
crustal. Nilai percepatan maksimum di permukaan
sebesar 0,60 g pada T = 0,2 detik dan 0,54 g pada
tanah untuk mekanisme gempa megathrust, beniof,
dan shallow crustal masing-masing 0,32 g, 0,24 g,
serta 0,3 g. Nilai percepatan maksimum di permu-
kaan tanah tersebut lebih tinggi dibandingkan den-
gan nilai percepatan maksimum pada batuan dasar,
baik untuk mekanisme gempa megathrust, beniof,
maupun shallow crustal yang masing-masing me-
miliki nilai 0,26 g, 0,24 g, serta 0,19 g. Ini menjadi
indikasi adanya ampliikasi gelombang gempa dari Gambar 15. Percepatan tanah sintetis di permukaan untuk
mekanisme gempa megathrust pada T = 0,2 detik.
batuan dasar ke permukaan tanah.
Nilai percepatan tanah 0,3 dan 0,32 g setara den-
gan skala IX-X MMI (Modiied Mercally Intensity),
yang berarti memiliki risiko guncangan yang sangat
besar, sedangkan nilai percepatan tanah 0,24 g se-
tara dengan skala VIII-IX MMI. Skala MMI meru-
pakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa
berdasarkan kerusakan yang ditimbulkannya. Pada
skala VIII MMI, bangunan dengan konstruksi yang Gambar 16. Percepatan tanah sintetis di permukaan untuk
kuat akan mengalami kerusakan ringan, retak-retak, mekanisme gempa beniof pada T = 0,2 detik.a
dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong
asap pabrik dan monumen-monumen roboh, serta
air menjadi keruh. Pada skala IX MMI umumnya
terjadi kerusakan pada bangunan yang kuat, rang-
ka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak,
rumah tampak agak berpindah dari pondamennya,
serta pipa-pipa dalam rumah putus. Pada skala X
MMI bangunan dari kayu yang kuat akan rusak, Gambar 17. Percepatan tanah sintetis di permukaan untuk
rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah ter- mekanisme gempa shallow crustal pada T = 0,2 detik.

223
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

Gambar 18. Respons spektra percepatan di permukaan tanah untuk mekanisme gempa megathrust (a)

T = 1 detik, sedangkan respons spektra percepatan 110,2950 BT dan 7,81660 LS.


untuk mekanisme gempa beniof menunjukkan ni-
Secara kualitatif, hasil penentuan respons spektra per-
lai percepatan sebesar 0,52 g pada T = 0,2 detik dan
cepatan di permukaan tanah Kota Yogyakarta untuk
0,47 g pada T = 1 detik, sedikit lebih kecil dibanding
mekanisme gempa shallow crustal (Gambar 19 a)
gempa megathrust.
memiliki pola dan nilai maksimum acceleration yang
Gambar 19 (a) memperlihatkan respons spektra mendekati mean respons spektra percepatan rekaman
percepatan di permukaan tanah untuk mekanisme gempa Yogyakarta 2006 komponen EW (Gambar 19
gempa shallow crustal. Respons spektra percepatan b). Perbedaannya terletak pada nilai spektra percepa-
di permukaan tanah menunjukkan nilai percepatan tan (spectral acceleration) untuk periode (T) = 1 de-
pada T = 0,2 detik sebesar 0,94 g dan pada T = 1 tik. Spektra percepatan di permukaan tanah sekitar
detik sebesar 0,36 g. 0,36 g sedikit lebih tinggi dibanding mean spektra
percepatan rekaman gempa Yogyakarta 2006 yang
Veriikasi Hasil Percepatan Tanah Sintetis bernilai sekitar 0,3 g.
Hasil penentuan percepatan tanah sintetis di per- Gambar 20 menunjukkan data rekaman percepatan
mukaan untuk Kota Yogyakarta setidaknya dapat gempa Yogyakarta 2006 pada Stasiun YOGI (Elnas-
diveriikasi secara kualitatif dengan rekaman gempa hai drr., 2006). Apabila hasil penentuan percepatan
yang pernah terjadi di lokasi yang hampir sama atau tanah sintetis di permukaan untuk mekanisme gem-
berdekatan dengan daerah tinjauan. Salah satu data pa shallow crustal (Gambar 17) dibandingkan den-
yang dapat dipergunakan adalah rekaman gempa gan data rekaman gempa Yogyakarta 2006 (Gambar
Yogyakarta 2006 yang terekam di stasiun pencatat 20), secara kualitatif tampak memiliki pola dan nilai
gempa YOGI yang terletak tidak terlalu jauh dari percepatan maksimum yang hampir sama, namun
daerah penelitian, tepatnya berlokasi pada koordinat memiliki durasi yang sedikit lebih pendek.

Gambar 19. Respons spektra percepatan di permukaan tanah untuk mekanisme gempa shallow crustal (a) serta elastic ac-
celeration spectra komponen EW gempa Yogyakarta 2006 dari Elnashai drr. (2006) (b).

224
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Gambar 20. Rekaman percepatan gempa Yogyakarta 2006 di Stasiun YOGI (Elnashai drr., 2006).

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Berdasarkan hasil analisis deagregasi bahaya gempa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Lalu
Kota Yogyakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai Makrup (Universitas Islam Indonesia) dan Prof. Dr.
berikut : Edi Prasetyo Utomo (Pusat Penelitian Geoteknologi
LIPI) yang telah memberikan masukan selama proses
Percepatan tanah sintetis dan respons spektra di
penulisan.
permukaan dari data gempa Kern County 1952
yang telah diskalakan dan dilakukan proses spectral
matching direkomendasikan untuk desain percepa-
DAFTAR PUSTAKA
tan tanah dan respons spektra di permukaan akibat
sumber gempa subduksi. Abrahamson, N. A., 1992, Non-stationary spectral
matching, Seismological Research Letters, 63(1), 30.
Data percepatan tanah sintetis dan respons spektra di
permukaan gempa Imperial Valley 1979 yang telah Asrurifak, M., Irsyam, M., Budiono, B., Triyoyo, W.,
diskalakan dan dilakukan proses spectral matching Meratia, W., dan Sengara, I.W., 2014, Peta spektra
direkomendasikan untuk desain percepatan tanah hazard Indonesia dengan menggunakan model grid-
dan respons spektra di permukaan akibat sumber ded seismicity untuk sumber gempa background.
gempa shallow crustal. http://www.scribd.com/doc/ 2324 24738/Peta-
Spektra-Hazard-Indonesia-Dengan-Menggunakan-

225
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 3, Desember 2015: 211-228

Model-Gridded-Seismicity-Untuk-Sumber-Gempa- of seismic hazard map for Indonesia, Prosiding Kon-


Background [10 November 2014]. ferensi Nasional Rekayasa Kegempaan di Indonesia,
ITB.
Atkinson, G.M. dan Boore, D.M, 2003, Empiri-
cal Ground-Motion Relations for Subduction-Zone Gutenberg, B. dan Richter, C.F., 1944, Frequency of
Earthquakes and heir Application to Cascadia and earthquakes in California. Bulletin of the Seismologi-
Other Regions, Bulletin of the Seismological Society cal Society of America, 34, 185-188.
of America, Vol. 93, No. 4, h. 1703-1729.
Hancock, J., Lamprey, J. W., Abrahamson, N. A,
Badan Standardisasi Nasional, 2014, Tata cara per- Boer, J. J., Markatis, A., McCoy, E., dan Mendis, R.,
encanaan ketahanan gempa untuk struktur bangu- 2006, An improved method of matching responsse
nan gedung dan non gedung. http://sisni.bsn.go.id/ spectra of recorded earthquake ground motion using
index.php?/sni_main/sni/detail_sni_eng/14568 [11 wavelets, Journal of Earthquake Engineering, 10(1):
November 2014]. 67-89.
Bardet J.P. dan Tobita, T., 2001, NERA: a computer Imai, T. dan Tonouchi, K., 1982, Correlation of N-
program for Nonlinear Earthquake site Response value with S-wave velocity and shear modulus. Pro-
Analyses of layered soil deposits, University of South- ceedings of the 2nd European symposium of penetra-
ern California, Los Angeles. tion testing, Amsterdam, 57–72.
Boore, D.M. dan Atkinson, G.M., 2007, Ground- Irsyam, M., Hendriyawan, Dangkua, Donny T., Ker-
motion prediction equations for the average horizon- tapati, Engkon, Hutapea, Bigman M., dan Sukamta,
tal component of PGA, PGV, and 5%-damped PSA Davy, 2008, Usulan ground motion untuk batuan
at spectral periods between 0.01 s and 10.0 s: Earth- dasar Kota Jakarta dengan periode ulang gempa 500
quake Spectra, V. 24, No. 1. tahun untuk analisis site speciic responsse spectra,
Prosiding Seminar dan Pameran HAKI 2008, Penga-
Campbell, K.W. dan Bozorgnia, Y., 2008, NGA
ruh Gempa dan Angin terhadap Struktur.
Ground Motion Model for Geometric Mean Com-
ponent of PGA, PGV, PGD and 5% Dumped Linier Irsyam, M., Sengara I.W., Adiamar, F., Widiyantoro,
Elastic Response Spectra for Periods Ranging from S., Triyoso, W., Natawidjaja, D.H., Kertapati, E.K.,
0.01 s to 10.0 s, Earthquake Spectra, Vol. 24, No. 1. Meilano, I., Suhardjono, Asrurifak, M., dan Ridwan,
M., 2014, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta
Consultative Group on Indonesia, 2006, Preliminary
Gempa Indonesia. http://www.prevention web.net/
damage and loss assessment, Yogyakarta and Cen-
iles/14654_AIFDR. Pdf.
tral Java natural disaster: A joint report of BAPPE-
NAS, the provincial and local governments of D.I. [1 November 2014).
Yogyakarta, the provincial and local governments of
Kertapati, E.K, 2006, Aktivitas Gempa Bumi di In-
Central Java, and international partners, Meeting of
donesia, Pusat Survei Geologi.
the Consultative Group on Indonesia (CGI) Jakarta,
June 14, 2006, 140 h., Jakarta. Lasitha, S., Radhakrishna, M. dan Sanu, T. D., 2006,
Seismically active deformation in the Sumatra-Java
Cornell, C.A., 1968, Engineering Seismic Risk Anal-
trench-arc region: geodynamic implications, Current
ysis, Bulletin of the Seismological Society of America,
Science, Vol. 90, No. 5.
Vol. 58, h. 1583-1606.
Makrup, L., 2009, Pengembangan peta deagregasi
Elnashai, A. S., Jig Kim, S., Jin Yun, G., Sidarta, D.,
hazard untuk Indonesia melalui pembuatan software
2006, he Yogyakarta Earthquake of May 27, 2006,
dengan pemodelan sumber gempa tiga dimensi. Dis-
MAE Center Report No. 07-02, Mid-America Earth-
ertasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
quake Center, Newmark Civil Engineering Lab, Uni-
Teknologi Bandung.
versity of Illinois at Urbana–Champaign.
Makrup, L., Irsyam, M., Sengara, I.W., dan Hendri-
Firmansyah, J. dan Irsyam, M., 1999, Development
yawan, 2010, Hazard deaggregation for Indonesia,

226
Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa - Bambang Sunardi

Jurnal Teknik Sipil 17(3): 181-190. Sunardi, B., 2013, Peta deagregasi hazard gempa
wilayah Jawa dan rekomendasi ground motion di em-
Ohta, Y. dan Goto, N., 1978, Empirical shear wave
pat daerah, Tesis, Fakultas Teknik Sipil Perencanaan,
velocity equations in terms of characteristic soil in-
Universitas Islam Indonesia.
dexes, Earthq. Eng. Struct. Dyn., 6, 167–87.
Teguh, M. dan Purwono, B., 2011, Usulan getaran
Paciic Earthquake Engineering Research Center,
tanah sintetik wilayah Yogyakarta, Dinamika Teknik
2014, http://peer.berkeley.edu/nga/search.html
Sipil, Vol. 11, No. 1, 9-15.
[12 November 2014].
Tsuji, T., Yamamoto, K., Matsuoka, T., Yamada, Y.,
Sadigh, K., Chang, C. Y., Egan, J. A., Makdisi, F., Onishi, K., Bahar, A., Meilano, I., dan Abidin, H. Z.,
dan Youngs, R. R., 1997, Attenuation Relationships 2009, Earth Planets Space, 61, e29–e32.
for Shallow Crustal Earthquakes Based on California
Widodo, 2001, Respons Dinamik Struktur Elastik.
Strong Motion Data, Seismological Research Letters,
FTSP, Universitas Islam Indonesia.
68(1), 180-189.
Youngs, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., dan Hum-
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geoisika, 2015,
phrey, J.R., 1997, Strong ground motion attenuation
Skala MMI (Modiied Mercalli Intensity). http://in-
relationships for subduction zone earthquakes. Seis-
atews.bmkg.go.id/mmi.php [16 September 2015].
mol. Res. Lett. 68, 58–73.

227

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai