Anda di halaman 1dari 3

Pengenalan Lapangan Geologi

KEJADIAN GEOLOGI
DI DAERAH ASAL
YOGYAKARTA

Salah satu kejadian geologi yang terjadi di kota yogyakarta adalah gempa. Di
yogyakarta sudah kerap kali terjadi gempa. Karena daerah Jogjakarta termasuk
daerah rawan gempa.

Sebenarnya kalau kita melihat catatan sejarah, ternyata telah terjadi beberapa kali
gempa di daerah Jogjakarta dan sekitarnya dengan kekuatan yang cukup merusak.
Diantaranya:

 Pada tahun 1867 terjadi gempa yang memberi catatan korban meninggal dan
luka-luka yang cukup banyak, dan meninggalkan kerusakan pada bangunan
dan infrastruktur pada daerah yang cukup luas.
 Pada tahun 1943 terjadi lagi gempa bumi yang menimbulkan korban jiwa
sebanyak 213 orang (31 korban meninggal di Jogjakarta), 2800 rumah
hancur, dan daerah yang mengalami kerusakan paling parah yaitu Kebumen
dan Purworejo.
 Pada tahun 1981 terjadi kembali gempa di daerah Jogjakarta dan sekitarnya,
meskipun tidak sampai menimbulkan korban jiwa dan kerusakan parah pada
bangunan.

Salah satu gempa yang dasyat dan paling dekat dengan waktu sekarang adalah
gempa 27 Mei 2006. Gempa terjadi di pagi hari tepatnya pada waktu 5:53:58 WIB.
Pusat gempa terletak kurang lebih 20 km sebelah tenggara Jogjakarta atau 455 km
sebelah tenggara Jakarta dengan kedalaman cukup dangkal yaitu 10 kilometer.
Gempa yang terjadi berkekuatan 6.3 Mw. Kekuatan gempa bumi yang tergolong
cukup kuat ini, kemudian terjadinya di daratan (inland) mengakibatkan timbulnya
kerusakan gedung, bangunan dan infrastruktur lainnya yang cukup parah di daerah
Jogjakarta, Bantul, dan sekitarnya, serta cukup banyak menelan korban jiwa.

Nama : Andrean Yunanda Indrahadi Guider:


Nim : 111080032 Adi Pulung
Plug :7 Sutrio
Pengenalan Lapangan Geologi

Kejadian gempa ini tergolong bencana nasional, dan memberikan rentetan catatan
kelam bencana di negeri Indonesia, setelah sebelumnya terjadi bencana gempa bumi
dan tsunami di bumi Nangro Aceh Darussalam, Nias, dan tempat-tempat lainnya.

Cukup banyaknya korban jiwa, dan kehilangan materi memperlihatkan masih


lemahnya sistem pemantauan bencana gempa bumi yang ada di negara kita ini.
Padahal semenjak terjadinya bencana alam gempa bumi yang diiringi tsunami di
Nangro Aceh tahun 2004, pemerintah telah mencanangkan upaya early warning
sistem bencana alam gempa bumi dan tsunami. Mungkin kita masih perlu waktu
untuk terus mengkaji, mempersiapkan, dan memulai secara aktif program
pemantauan dan mitigasi bencana alam khususnya gempa bumi dan tsunami.

Nama : Andrean Yunanda Indrahadi Guider:


Nim : 111080032 Adi Pulung
Plug :7 Sutrio
Pengenalan Lapangan Geologi

Apabila kita menengok catatan sejarah tersebut secara teliti, kemudian apabila kita
mencermati mekanisme gempa yang sifatnya berulang, maka bukan tidak mungkin
kita dapat mengupayakan mitigasi dengan baik, berupaya meminimalkan dampak
kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut. Kegiatan “sedia payung
sebelum hujan” ini mungkin dapat diwujudkan dengan sokongan dari adanya
penelitian, penerapan teknologi, pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemantauan potensi dan
mitigasi bencana alam gempa bumi yaitu melalui penelitian serta analisis mekanisme
siklus dan tahapan gempa bumi. Siklus gempa bumi (earthquake cycle) didefinisikan
sebagai perulangan gempa. Satu siklus dari gempa bumi ini biasanya berlangsung
dalam kurun waktu puluhan sampai ratusan tahun.

Bentuk analisis siklus gempa bumi dilakukan dengan cara meneliti dokumen sejarah
kejadian gempa bumi, dan penelitian-penelitian geologi, geofisika seperti stratigrafi
batuan, terumbu karang (coral microattols) dan paleo-tsunami untuk gempa yang
terjadi di laut, dan lain-lain.

Nama : Andrean Yunanda Indrahadi Guider:


Nim : 111080032 Adi Pulung
Plug :7 Sutrio

Anda mungkin juga menyukai