Waduk Jatigede
Terowongan Besar Waduk Jatigede
1. Umum
2. Lokasi Waduk Jatigede
3. Uraian Singkat Proyek
4. Lay-Out Proyek
5. Kondisi Geologi Area Proyek
6. Schedule Proyek
7. Metode Konstruksi
8. Sliding Form System
9. Inovasi dan Improvement
10. Kendala Pelaksanaan dan Solusi
11. River Diversion
12. Kesimpulan dan Saran
1. UMUM
Proyek pembangunan Waduk Jatigede ini merupakan mega proyek, yang diprakarsai
atau diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, SNVT Pembangunan
Waduk Jatigede. Sumber dana proyek adalah loan dari negara Cina, dan pelaksanaannya
dikerjakan secara Joint Operation antara kontraktor dari negara Cina dengan kontraktor
nasional Indonesia. Salah satu kontraktor nasional yang memiliki pengalaman dalam
menangani pekerjaan terowongan adalah PT. Waskita Karya, sehingga PT. Waskita Karya
mendapatkan porsi khusus untuk mengerjakan Diversion Tunnel dengan dimensi besar
dari sebuah rencana bendungan besar, dengan garis besar lingkup pekerjan adalah:
Terowongan yang dibangun di Waduk Jatigede ini tergolong terowongan sangat besar,
karena memiliki diameter galian hingga 14.00 meter (terbesar di Indonesia) dan hasil
expose setelah beton selesai memiliki diameter dalam 10.00 meter. Menurut buku
“Tunneling in Weak Rocks”, jika luas penampang galian terowongan mencapai 35 m² atau
diameter galian ± 7.00 meter maka terowongan termasuk dalam katagori besar.
Lingkup pekerjaan dan pembagian porsi pekerjaan pada proyek Waduk Jatigede ini
adalah Sinohydro Corporation mendapatkan porsi pembangunan tubuh bendungan
dengan fasilitas di dalamnya, kontraktor nasional mendapat porsi pekerjaan bangunan
pendukung seperti Intake Irigasi, Saluran Peluncur, Saluran Pelimpah, Plunge Pool serta
Inlet Channel dan pekerjaan pendukung yang lain, seperti: access road, bor pile untuk
menangani beberapa longsoran di beberapa titik di sekitar lokasi waduk dan lain
sebagainya.
Selama pelaksanaan telah terjadi beberapa perubahan kontrak yang disebabkan oleh
adanya perbedaan antara desain yang sudah disetujui dengan realisasi pelaksanaan,
dimana hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kondisi geologi yang tidak sesuai dengan
hasil investigasi geologi pada sepanjang jalur terowongan, dan semua perbedaan
tersebut cenderung menyebabkan penambahan volume pekerjaan terutama pada
volume pekerjaan penyangga (supporting system). Pada awalnya batuan diprediksi
sebagai batuan yang baik (good rock), dan yang terjadi adalah banyak batuan buruk (poor
rock) sehingga memerlukan penyangga yang lebih banyak dari rencana desain.
Dari peta geologi tersebut dapat diketahui bahwa struktur Diversion Tunnel yang berada
pada abutment sebelah kanan dari struktur bendungan terdapat struktur patahan (sesar).
Jenis batuan yang terdapat di struktur Diversion Tunnel didominasi oleh batuan lempung
(claystone) yang tertutupi oleh batuan breksi (volcanic breccia).
Massa batuan dibagi ke dalam kelompok tipe massa batuan (Rock Mass Tipe – RMT) yang
didasarkan pada pembobotan massa batuan (Rock Mass rating – RMR) dari Bieniawski.
Nilai RMR yang didapat adalah hasil dari penilaian mapping geologi terhadap kondisi
batuan face terowongan yang dijumpai setiap akan dilakukan peledakan galian
terowongan.
6. SCHEDULE PROYEK
Pembangunan Diversion Tunnel/Terowongan Pengelak merupakan salah satu bagian
dari proses pembangunan bendungan secara keseluruhan, sehingga menyusun schedule
pelaksanaan sebuah terowongan harus menyesuaikan dengan program lain dalam
pelaksanaan bendungan, yang harus saling mendukung untuk terwujud dan berhasilnya
pelaksanaan sebuah bendungan secara total.
Bulan 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 1 2 3 4
Surface Excavation
Surface Remedial Work
Surface Protection Work
Temporary Portal
Initial Placing Bar
Erection Sliding Form
Removal
STA Upper Lower
C-60.00
60.000 M
77.598 M
C+0.00
17.598 M
C+17.598
G
TE
IN
TE
92.202 M 92.202 M UT
RE
3.00 m/day
RE
LO
RO
LO
NC
NC
0.95 m/day G
WE
L G
W
CO
CO
FIL IN
ER
RC
CK UT
ER
R
RO
HA
PE
C+109.800
BA
OR
UP G
UP
LO
LF
PE AR N
NE
R RT IO
E
HA AT
XC
73.200 M 73.200 M LF O
M LID
CO
1.33 m/day
AV
EX O
CA NS
NC
AT
VA G
CO
IO
TIN
RE
TIO
OU
N
C+183.000
N GR
TE
C+219.600
C+243.000
50.400 M
C+270.000 30-9-10
C+273.000 125.400 M
1.50 m/day
3.00 m/day
C+345.000 17-8-10
181.400 M 1.50 m/day
25.750 M
C+370.750
14.000 M
TE
UP
LO
C+384.750
RE
W
PE
ER
R
NC
N
1.50 m/day
IO
CO
CO
66.650 M
CO
AT
N
NC
NC
TIO
V
VA
CA
RE
RE
NE
CA
EX
TE
TE
C+451.400
EX
OR
LF
LF
HA
RC
HA
1.50 m/day R
PE
ER
3.00 m/day
WE
84.466 M 84.466 M UP
W
LO
LO
C+535.866
C+546.269
Surface Excavation
Surface Protection Work
Temporary Portal
Initial Placing Bar
Erection Sliding Form
Removal
0 m ~ 100 m
Drilling into Loading and Removal of Muck Ground Clearing and Shotcreting Monitoring and Inspection Bar Placing and Lining
Excavation Face (Excavated Material) Scalling Rockbolting of Temporary Facilities Concrete
Rock Bolt Steel Rib Inside Tunnel
Wheel Jumbo Backhoe Excavator (1 unit) Backhoe Excavator ( 1 unit ) Mobile Crane,Excavator For Crane andang High Lift Truck 15 m / Bar Placing Cart
2 Boom x 1 Nos Dump Truck (4 unit) Hydraulic Breaker ( 1 unit ) Machine Shotcrete Aliva 263 Mobile Crane 5 ton Sliding Form 2 unit @ 12 m Section
Concrete Mixing Truck 4.5 m3 Concrete Pumping Truck 60 m3/hour
Mobile Crane 5 ton Concrete Mixing Truck 4.5 m3
LO
UP WE
P ER R
HA
HA LF
LF SE
SE CT
CT IO
IO N
N AT
AT EX
EX CA
CA VA
Namun secara detail tentang schedule pelaksanaan sebuah terowongan akan dilakukan
perencanaan dan evaluasi berupa “cycle time” dari setiap item pekerjaan, sehingga
waktu penyelesaian pekerjaan dapat diprediksi, dievaluasi serta diantisipasi kendalanya
dari monitoring cycle time harian sejak dimulainya pekerjaan. Schedule ini sangat bagus
diaplikasikan dalam pekerjaan terowongan yang dilakukan dari dua arah, baik galian,
pembesian, pekerjaan beton maupun pekerjaan grouting.
7. METODE KONSTRUKSI
Sebagaimana diuraikan dalam lingkup pekerjaan terowongan dibagi dalam beberapa
metode pekerjaan utama yaitu:
• Galian Terowongan dan Penyangga
• Pekerjaan Pembesian dan Beton Terowongan
• Pekerjaan Grouting Terowongan
• Pekerjaan Pluging Terowongan
Dari rencana global yang tertuang dalam Diagram Vektor, maka masing-masing item
pekerjaan dapat dilakukan perencanaan secara detail sehingga dapat dipastikan
pekerjaan dilakukan bersamaan atau tersendiri, semakin banyak pekerjaan yang
dilakukan bersamaan, maka semakin banyak efisiensi waktu dan biaya yang didapatkan.
Galian surface atau galian open cut dimaksudkan untuk membuka dan mengupas
lapisan permukaan gunung yang humus dan lembek dan dibentuk sesuai desain
sampai menemui batuan keras dengan kemiringan yang cukup memiliki stabilitas.
Hasil galian permukaan diperkuat dengan lapisan shotcrete dan tulangan wiremesh,
kemudian dilakukan pemasangan angkur yang ditancapkan ke dalam batuan
dengan menggunakan sistem tension rockbolt.
Gambar proses pelaksanaan galian surface dan proteksinya pada dua sisi face
terowongan
Setelah galian surface selesai dikerjakan, maka sebelum memulai pekerjaan galian
underground terowongan dilakukan pekerjaan pemasangan portal pada lokasi
mulut terowongan terlebih dahulu. Konstruksi portal pengaman ini terbuat dari
baja profil yang diselimuti dengan sand bag sebagai perkuatan dan pengaman dari
jatuhan batu atau material lain dari sisi atas mulut terowongan.
Untuk mempercepat progress, maka pelaksanaan galian terowongan baik upper half
maupun lower half selalu dilakukan dua arah secara bersamaan dan hal ini telah
terbukti dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan galian terowongan setengah
bagian atas dilakukan dari arah luar menuju ke dalam dan breakthrough di tengah
terowongan. Setelah tercapai breakthrough galian bagian atas, maka galian bagian
bawah dimulai dari tengah bentang terowongan, dilakukan 2 arah, yaitu: menuju
Inlet dan menuju Outlet.
1:1
( Axis Of Main Dam)
1:1
EL. 200.000
1:1
PLUGGING EL. 191.500
D/S DIVERSION
1
Galian Terowongan 3dari arah
4 Inlet
TUNNEL EL. 183.000
1:1
2 5 6 7
EL.162.054 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13
Galian Terowongan dari arah Outlet
B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26
C B27 B28 B29 B30 B31 B32 B33 B34 B35 B36 B37 B38 B39 B40 B41 B42
IP-3
B43 B44
EL. 154.634
D"
Pekerjaan galian dan pekerjaan penyangga menjadi satu kesatuan proses galian
yang tidak dapat terpisahkan, karenanya dalam urutan cycle time pekerjaan galian
dimasukkan juga kegiatan penyangga atau supporting system. Dalam satu kali
rangkaian kegiatan maju galian terowongan dari kegiatan persiapan peledakan
sampai pada persiapan blast berikutnya memiliki beberapa urutan kegiatan
yang rutin dan hampir standar dilakukan yaitu survey, drilling, charging, blasting,
ventilating, mucking, shotcrete, rockbolting, dan steel support dengan gambaran
cycle time sebagai berikut:
b. Drilling
Kegiatan drilling berupa pengeboran titik-titik yang sudah digambarkan di face
tunnel oleh tim surveyor. Pengeboran ini dilakukan dengan menggunakan alat
jumbo drill dengan kedalaman lubang bor bervariasi tergantung dari kondisi
batuan.
Dalam kegiatan peledakan dikenal juga istilah Powder Factor (PF), yaitu rasio
keutuhan jumlah bahan peledak (kg) yang diperlukan untuk meledakkan 1 m3
batuan.
Gambar Pelaksanaan Penyangga (Supporting System) dengan kegiatan shotcrete dan Rockbolt
Dalam rangkaian cycle time galian pada awalnya tidak dimasukkan pemasangan
steel rib pada supporting system, dan cukup dengan shotcrete dan rockbolt, namun
kondisi batuan yang ada ternyata lebih buruk dari data survey investigasi sehingga
pada akhirnya pemasangan steel rib harus dipasang pada sepanjang terowongan
demi keselamatan pekerjaan dan pekerja terowongan.
Daerah yang sudah selesai digali langsung diperkuat dengan supporting system
(penyangga) serta bagian dasar galian diperkuat dengan pengecoran lantai kerja
(leveling concrete). Daerah yang sudah selesai dilakukan pengecoran lantai kerja
dengan kekuatan yang cukup, langsung dilakukan install penulangan sisi bawah
dan seterusnya dengan beberapa pekerjaan paralel yang masih dapat dioptimalkan
tanpa saling mengganggu satu sama lain.
Gambar foto penulangan Lower Half Concrete sisi luar dan sisi dalam
Setelah instalasi penulangan bagian bawah selesai dan telah dilakukan Join
Inspeksi pengawas dan konsultan yang dibuktikan dengan lembar check list, foto
serta daftar kehadiran maka pengecoran bagian bawah dapat dilakukan.
Gambar aplikasi penggunaan troly rebar dan hasil install rebar siap concrete
Gambar di samping
00 0.800 adalah rencana
0.8
UPPER penulangan untuk
0.
cross terowongan
0
85 dan pembagian
80
0.879 0
0.
pemasangan besi
penulangan stage
bawah untuk sisi
00
0.8
serta metode
pelaksanaannya.
0.800
0.800
Sementara Join
Inspection dilakukan
sebelum placing beton
0.
80
00
0.8
80
0.841
Gambar aplikasi penggunaan troly rebar dan hasil install rebar siap concrete
Pelaksanaan instalasi penulangan bagian atas dicapai dengan cepat dan hasil yang
sempurna, install penulangan sudah dapat diselesaikan pada beberapa blok di
depan lokasi pengecoran beton bagian atas, karenanya install penulangan tidak
masuk dalam cycle time pekerjaan pengecoran bagian atas (upper part concrete).
Setelah instalasi penulangan bagian atas diperoleh beberapa blok maka pekerjaan
dapat langsung dilanjutkan dengan pengecoran beton bagian atas (upper part
concrete) dengan menggunakan bekisting gelincir yang biasa dikenal dengan
Sliding Form System, dimana dalam karya ini akan disampaikan dalam pembahasan
khusus.
Gambar pembagian tahap pada metode pengecoran beton terowongan dibagi dalam 2
tahap yaitu tahap 1 adalah Lower Part Lining Concrete dan tahap 2 adalah Upper Part Lining
Concrete dengan menggunakan alat (formwork) dan metode yang berbeda pula.
Dari gambaran umum mengenai tahap pengecoran di atas perlu disampaikan lebih
detail tentang upaya mewujudkan gagasan itu. Selama pelaksanaan tidak berhenti
dalam melakukan inovasi. Untuk pekerjaan beton terowongan memulai dari bagian
bawah (Lower Part Concrete) dengan lokasi awal dari tengah bentang terowongan
pada zona yang telah selesai galian lower lengkap dengan penyangga bawah dan
lantai kerja, dan arah pengecoran terdiri dari 2 arah yaitu menuju Inlet dan menuju
Outlet, di belakang proses galian lower berjarak ± 60 meter pada masing-masing
arah.
Dalam hal ini digunakan referensi dan formula perhitungan yang dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga percepatan pekerjaan tetap dapat dilakukan
tanpa mengesampingkan mutu pekerjaan berdasarkan kaidah serta peraturan yang
sudah ada.
Gambar arah galian lower dan pengecoran beton bagian lower part concrete
Berikut ini contoh formula yang telah dilakukan sebagai tanggung jawab untuk
melakukan percepatan pekerjaan, yaitu perhitungan jarak aman peledakan
terhadap pengecoran berhubungan dengan penggunaan bahan peledak:
Anchor
Alat ini dilengkapi dengan 2 roda sisi kiri dan 2 roda sisi kanan, dan dilengkapi pula
dengan external vibrator yang di ikatkan pada bagian lengkung untuk memadatkan
permukaan beton dan mencapai bentuk mulus yang diharapkan.
External Vibrator
Dengan cara yang sederhana dan mudah dilakukan ini telah terbukti menghasilkan
expose permukaan lengkung yang baik dan mulus.
Gambar hasil pengecoran lower part lining concrete yang baik dan mulus
Sedang untuk metode pengecoran beton sisi atas (Upper Part Concrete)
digunakan alat bernama Sliding Form System dan merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dari system yang sudah pernah dilaksanakan oleh PT. Waskita
Karya pada pelaksanaan terowongan sebelumnya. Sistem ini sangat cocok untuk
diaplikasikan pada terowongan dengan alinyemen lurus dengan satu macam
bentuk. Sebagai tumpuan dari alat ini adalah memanfaatkan beton lower yang
sudah berumur minimal 14 hari.
Gambar Sliding Form System dalam rancangan dan realisasi di dalam tunnel
Gambar arah pelaksanaan pengecoran lower dan upper part lining concrete
Gambar memanjang hasil proses pelaksanaan Upper Part Lining Concrete menggunakan
begisting gelincir (Sliding Form System) dengan expose yang mulus dan rapi.
Berikut ini tabel ringkasan metode pelaksanaan pembesian dan pembetonan yang
dilakukan bersamaan dengan penyelesaian galian bagian bawah.
Start
Galian Lower dengan Cor Lantai Kerja arah Galian Lower dengan
peledakan arah Inlet Inlet & Outlet per blok peledakan arah Outlet
(1x peledakan bisa (1x peledakan bisa
No
mencapai 40 meter) mencapai 40 meter)
Check
Check
Yes
Cor Lower Concrete
per blok arah Inlet &
Outlet continue (1
blok/hari bergantian
Inlet & Outlet) Install Sliding Form
Install Sliding Form
dan Install Troly Rebar dan Install Troly Rebar
untuk penulangan atas untuk penulangan atas
arah Inlet arah Outlet
Lower
Concrete
Install Penulangan Finish Install Penulangan
Upper arah Inlet dan Upper arah Outlet dan
stop cor stop cor
No No
Check Check
Yes Yes
Upper
Cor Upper Concrete arah Inlet Cor Upper Concrete arah Outlet
Concrete
Finish
Consolidation Grouting (6.0m depth in rock) Consolidation Grouting (3.0m depth in rock)
nos 29 @6,000 =168,000 Consolidation Grouting (6.0m depth in rock) nos 6 @6,000 =42,000
Hoist Tower nos 48 @6,000 =282,000
by other
Check holes Backfill grout holes
2,000
Consolidation grout holes Certain grouting Check holes Backfill grout holes Consolidation grout holes
1,500
Drain holes
1,000
1,750
1,000
1,500
DC1 DC2 DC3 DC4 DC5 DC6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26 B27 B28 B29
EL.154.634
B30 B31 B32 B33 B34 B35 B36 B37 B38 B39 B40 B41 B42 B43 B44
IP3 = EL. 162.889 C = EL. 162.054
2,500
1,500
1,200
1,000
1,750
EL. 159.554
BM-IP = EL. 159.360
2,000
73,200 36,600 73,200 70,518 18,002 21,280
231,800
48,800 24,400
180.301 39,282
U/S DIVERSION TUNNEL Plug Section 305,000
73,200 D/S DIVERSION TUNNEL
DIVERSION TUNNEL CONDUIT
21,671
OUTLET
Gambar penampang memanjang pekerjaan grouting sepanjang terowongan
D"
7.4.1. Curtain Grouting
Curtain Grouting dilakukan pada pusat bentang terowongan, tepatnya
segaris di bawah puncak bendungan (as-dam) dengan kedalaman 30 meter
dan terdapat 2 row, yaitu 1 row di up-stream as-dam, dan 1 row di down-
stream as-dam dan jarak antara row hanya 1 meter, setiap row terdiri dari 16
hole yang dibagi secara melingkar seperti kipas.
Gambar penampang
L = varies
UP
8
UP
10
DS 9
DS 8
melintang Curtain
DS
7
DS
UP
7
10
Grouting.
UP
11
DS 6
11 DS
UP 6
12 UP
DS 5
1.750
DS 12
1.7
50
UP 13 UP 5
10.000
DS 4
1.750
DS 13
CONCRETE TYPE "G"
3.812 3.812
7.624
14 UP
UP 4
DS
3
14
DS
UP
15
3
15
UP
DS
DS
2
DS 1
DS 16
16
UP
UP
2
UP 1
1.000
Grouting
1.0
00
45°
45°
5.000
45°
45°
12.000
45°
45°
5.000
45°
45°
1.
0
34
34
1.
3.421 3.421
6.843 (Lining Concrete)
SECTION 13-13
D/S Div.Tunnel ( B-19~B-37 )
SCALE B
Instalasi grout plant dan pompa grouting dilakukan di luar terowongan pada
tempat yang mudah dijangkau terhadap kedatangan stock semen dan air
serta aman terhadap banjir, kemudian campuran grout dipompa kedalam
terowongan melalui pipa transfer. Di dalam terowongan juga disiapkan
agitator dan pompa grouting untuk meneruskan injeksi ke dalam lubang
grouting. Metode tersebut juga berlaku terhadap proses pelaksanaan
backfill grouting. Untuk menyesuaikan waktu pelaksanaan terhadap target
penyelesaian pekerjaan grouting maka berdasarkan hitungan kapasitas
peralatan grouting didapat jumlah minimal kebutuhan peralatan dan
kebutuhan tersebut dipenuhi sehingga target penyelesaian pekerjaan
grouting dicapai tepat waktu sebelum pemindahan aliran sungai ke dalam
terowongan.
No
Water
Drilling Presure Test
( WPT )
Start Injeksi Check Yes Grouting
Groutin Hole Finish
Install g
Mob Alat dan
Andang &
Bahan
Groutplant
Dengan dimensi yang cukup besar yaitu diameter 10 meter dan panjang 12,20 meter
memiliki berat ± 100 ton per unit, maka alat ini dilengkapi dengan fasilitas tangga dan
bordes untuk pelayanan pekerja sehingga memudahkan access pelaksanaan di dalam
satu unit sliding form yang berdimensi besar, di samping itu sliding form juga dilengkapi
dengan 10 buah roda, 30 unit hydrolic, 2 unit motor penggerak maju atau mundur dengan
kecepatan pergeseran rata-rata 0,40 meter per menit, atau 12,2 meter dalam waktu 30
menit.
Gambar potongan desain Sliding Form System dan realisasi dalam terowongan
Filosofi cara kerja Sliding Form System adalah dapat dikembangkan dimensinya saat
pelaksanaan pengecoran, dan dapat dikempiskan saat beton sudah kuat menahan berat
sendiri dan dapat dengan mudah digeser pada lokasi pengecoran beton berikutnya
dengan menggunakan motor penggerak yang terpasang pada 2 sisi kaki portalnya (kiri
& kanan).
menggerakkan bidang bagian dinding dan 1 (satu) unit lagi menggerakkan turun
naik bidang bagian atap dengan kapasitas 10 ton.
f. Bogie dengan dilengkapi motor listrik dan gear box.
g. Roda dan rel, untuk memudahkan penggelinciran.
h. Cangkang luar.
i. Panel begesting, terbuat dari baja siku dan baja plat selang-seling yang ditutup
dengan plat baja tebal 5 mm.
Sistem ini telah terbukti mampu diandalkan untuk percepatan pengecoran beton
terowongan dengan total waktu selama 4 bulan untuk 44 blok ( ± 546 meter ) atau rata-
rata produksi setiap blok (12.20 m) = 2,72 hari mampu diselesaikan. Dengan kecepatan
ini maka penyelesaian pekerjaan beton dapat tercapai sesuai target. Ini menjadi
kebanggaan bagi PT. Waskita Karya bahwa terowongan terbesar di Indonesia dengan
diameter galian = 14 meter dan diameter expose akhir terowongan = 10 meter telah
diselesaikan dengan sempurna. Semoga karya inovatif ini dapat memberi inspirasi untuk
pelaksanaan pekerjaan terowongan berikutnya di Indonesia untuk bidang pengairan,
pembangkit listrik maupun terowongan untuk keperluan transportasi jalan raya dan
Gambar proses pabrikasi sliding form di work shop Jakarta mengalami beberapa kali
penyempurnaan sehingga aplikasi di dalam terowongan dapat dilakukan dengan tepat dan
sempurna
Proses mobilisasi dan erection sliding form dari workshop Jakarta ke dalam terowongan
di Jatigede hanya memerlukan waktu 1,5 bulan, dan proses fabrikasi di workshop Jakarta
telah dilakukan 6 bulan sebelumnya sehingga tepat saat sliding form dijadwalkan
untuk digunakan, maka sliding form benar-benar sudah siap diaplikasikan untuk
pengecoran beton bagian atas terowongan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
telah dirancang sebelumnya. Hasil akhir dari penggunaan sliding form system ini telah
mampu mempercepat pelaksanaan beton terowongan dan mampu menutup kehilangan
waktu saat pelaksanaan galian yang berhenti beberapa bulan akibat terjadinya runtuhan
dalam volume yang besar. sliding form ini juga telah mendapatkan paten dengan No.
P.00200700454.
Sementara pada daerah sekitar terowongan, di area rencana Dam, Spillway, Plunge Pool,
Inlet Channel juga terjadi longsoran-longsoran yang mengindikasikan bahwa batuan di
sekitar bendungan rata-rata mudah longsor.
10.1 Kendala
Banyak kendala yang dihadapi saat pelaksanaan pekerjaan terowongan, kendala
teknis maupun non teknis baik saat proses penggalian maupun pengecoran.
Beberapa kendala yang dapat diuraikan antara lain:
Blast
Lokasi peledakan yang berdekatan dan bersamaan menyebabkan galian tunnel runtuh
10.2 Solusi
Secara umum, solusi penanganan kejadian cave-in adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan Steel Rib dengan Jarak yang Rapat
Langkah awal penanganan cave-in setelah dilakukan pembersihan lahan adalah
pemasangan steel rib dengan jarak yang rapat (0.4 – 0.6 m) diikuti dengan
pemasangan baja profil Canal C.150 di bagian crown steel rib yang berfungsi
sebagai pelindung pekerja dari runtuhan batu susulan. Pekerjaan ini terus
dilakukan sampai pemasangan steel rib berhimpit dengan face tunnel terakhir.
2. Backfill Concrete Rongga Cave-In
Langkah selanjutnya setelah pemasangan steel rib sudah berhimpit dengan
face tunnel adalah pelaksanaan backfill concrete untuk mengisi rongga akibat
runtuhan batuan. Tipe concrete yang digunakan untuk pelaksanaan backfill
concrete adalah tipe ”G”. Pelaksanaan backfill concrete dilakukan secara bertahap
dimulai dari pengisian rongga di sisi kiri dan kanan steel rib, dan dilanjutkan
sampai mengisi rongga bagian crown steel rib.
Gambar penanganan Cave-In dengan pemasangan Steel Rib rapat dan Backfill Concrete
Foto-foto Peresmian Terowongan Pengelak Bendungan Jatigede tanggal 3 Agustus 2011 oleh
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia (Ir. Joko Kirmanto),diikuti jajarannya,BBWS
Cimaanuk-Cisanggarung, Gubernur Jabar, serta Bupati Sumedang.
Upacara peresmian ditandai dengan penekanan tombol sirine dengan rangkaian acara
penutupan sungai utama dan pengalihan atau pengelakan air sungai pada terowongan
pengelak yang juga disaksikan oleh seluruh warga masyarakat sekitar yang akan ikut
merasakan dampak pembangunan Waduk Jatigede.
Aliran sungai sudah melalui terowongan keluar di outlet dan masuk plunge pool
12.1. Kesimpulan
1. Pemilihan metode kerja pembangunan terowongan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Ukuran besar diameter terowongan;
b. Kondisi geologi batuan (geological condition);
c. Lingkungan di sekitar pembangunan terowongan.
2. Dalam pekerjaan pembangunan terowongan metode kerjanya saling berhubungan,
jadi jika terjadi masalah keterlambatan pada salah satu pekerjaan pasti akan
menyebabkan kemunduran pada pekerjaan yang selanjutnya.
3. Beberapa langkah improvement yang telah dipraktekkan pada pembangunan
Terowongan Jatigede dengan melakukan pekerjaan secara paralel terbukti mampu
mempercepat pekerjaan.
4. Sliding form System pada pembangunan Terowongan Jatigede bekerja dengan
sangat baik dan telah terbukti mampu menyelesaikan pekerjaan pembetonan
sesuai dengan target waktu yang ditetapkan.
5. Dengan semangat dan keyakinan yang kuat kita telah membuktikan bahwa kita
mampu menyelesaikan pekerjaan terowongan dengan diameter besar (12 – 14
meter) dengan hasil yang memuaskan.
12.2. Saran
1. Senantiasa meningkatkan kreatifitas dan inovasi untuk membaca peluang dan
membuat improvement-improvement yang bisa mempercepat pekerjaan dalam
setiap perubahan di lapangan
2. Segala permasalahan dan solusinya dalam penyelesaian Waduk Jatigede, khususnya
Diversion Tunnel bisa dijadikan pedoman penyelesaian proyek sejenis.