Anda di halaman 1dari 35

METHOD STATEMENT OF EXCAVATION TUNNEL

General

Metode pembuatan terowongan menggunakan NATM


(New Austrian Tunneling Method)

NATM adalah cara pembuatan terowongan yang didasarkan pada prinsip mengambil
manfaat sebesar mungkin kemampuan batuan untuk menyangga beratnya sendiri dengan
pengawasan/ pengaturan gaya-gaya secara hati-hati dan terarah didalam proses
pengaturan kembali yang terjadi di sekitar lubang galian, dimulai dari saat lubang dibuat
sampai terjadinya suatu keseimbangan baru

Pada awal terowongan umumnya dijumpai kondisi kedalaman tanah yang relatif dangkal,
sehingga tegangan horizontal tanah/batuan yang terjadi lebih besar dibanding dengan
tegangan vertikalnya. Kondisi topografi permukaan tanah dan kondisi batuan yang lemah
akan mempengaruhi perilaku dan kestabilan terowongan. Perilaku dan kestabilan pada
daerah awal terowongan akan menjadi pertimbangan dalam desain, termasuk untuk
memilih metode galian dan sistem penyangga (support) yang efektif. Penggunaan support
diharapkan dapat meningkatkan kestabilan terowongan. Berdasarkan hal-hal di atas,
kontrol terhadap kestabilan sangat penting dalam perencanaan serta pelaksanaan
konstruksi terowongan.

Pada dasarnya pembuatan tunnel dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung
dari kondisi setempat terutama dari keadaan batuan. Salah satu cara pembuatan tunnel
yang terbaru telah ditemukan di Austria, dikenal dengan nama NATM (New Austrian
Tunneling Methode)

 Sekilas tentang NATM

New Austrian Tunneling Methode adalah suatu sistem pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete (beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan rock bolt
sebagai penyangga sementara tunnel, sebelum diberi lapisan concrete (lining concrete).
Sebelum ditemukannya metode NATM ini, digunakan kayu dan rangka baja sebagai
konstruksi penyangga sementara. Kelemahan dari konstruksi kayu ini menurut Prof. LV.
Rabcewicz dalam bukunya NATM adalah kayu khususnya dalam keadaan lembab akan
sangat mudah mengalami keruntuhan, meskipun baja mempunyai sifat fisik yang lebih
baik, efisiensi busur kerja baja sangat tergantung dari kualitas pengganjalan (kontak baja
dengan batuan), sementara diketahui bahwa akibat meregangnya batuan pada waktu
penggalian seringkali menyebabkan terjadinya penurunan bagian atas terowongan.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Klasifikasi Batuan
Klasifikasi batuan pada pekerjaan galian terowongan yang biasanya menggunakan cara
dari The New Austraian Tunnelling method (NATM) akan sangat baik untuk
menjelaskan yang berhubungan dengan kestabilan terowongan selama penggalian yang
didasarkan dengan penilaian suatu massa batuan (tunnel geological mapping). Sesuai
dengan Technical Specification of Project, maka klasifikasi batuan dapat dipakai
sebagai acuan untuk digunakan dalam pengamatan geologi selama penggalian
terowongan dan juga dapat untuk menentukan pola penyangga yang diperlukan oleh
terowongan. Metode galian terowongan menggunakan klasifikasi batuan yang telah
dikembangkan oleh Bieniawski, 1973.

Suatu cara klasifikasi batuan dalam pelaksanaan pembuatan terowongan adalah sangat
berperan dalam memberikan informasi kondisi batuan yang berkaitan dengan
keberhasilan dalam menentukan pola penyangga yang dibutuhkan atau kestabilan
terowongan.

Klasifikasi batuan yang sesuai dengan kondisi batuan atau struktur geologi yang terlihat
dilapangan maupun data dari hasil pemboran serta Technical Specification of project,
maka cara dan pemakaian klasifikasi batuan dilapangan dapat kami ajukan
sebagaimana yang telah lazim disebut sebagai klasifikasi batuan, Rock Mass Rating
(RMR), Bieniawski,1973.

Secara umum klasifikasi batuan dengan menggunakan Rock Mass Rating System, oleh
Bieniawski, 1973 dimaksudkan adalah :
- Membagi massa batuan dalam kelompok/group yang mempunyai perilaku yang sama.
- Memberikan dasar penilaian yang baik untuk mengetahui karakteristic/perilaku dari
massa batuan.
- Memberikan data kuantitatif untuk keperluaan pembangunan/rancang bangun.
- Membuat standar yang sudah baku dalam penerapan untuk rekayasa engineering

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan terowongan :


1. Pemasangan portal
2. Sistem Ventilasi
3. Sistem Drainase
4. Sistem penerangan
5. Keselamatan kerja

Proses pekerjaan sebelum excavation tunnel

1. Protection Slope
2. Open Portal Tunnel works

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Protection Slope

Protection slope yang berfungsi untuk mencegah terjadinya collapse dan erosi (longsor )
Untuk membuka area rencana face tunnel yang dimana pengerjaannya dengan :

► Excavation cutting slope, pekerjaanya dilakukan dengan alat berat seperti Excavator
dan ada sebagian lagi dilakukan pekerjaan dengan cara Bolder blasting itu pun di lakukan
bilamana di dalam slope tersebut ditemukan boulder

► Pememasangan rock bolt dengan system cement grouting atau mengunakaan


Cartridge Cement (Resin) dan atau sika rokon, prosedur pemasangan rock bolt yaitu
pertama dengan cara drilling dengan menggunakaan machine ( Crowler Drill atau Leg
Drill ) setelah sudah medapatkan hole dan proses selanjutnya yaitu dengan system
Grouting yaitu memasukan cairan cement tersebut ke hole, setelah penuh maka
pemasangan rock bolt dilakukan.

► Dept Hole horizontal atau Water Drainages Horizontal, berfungsi untuk mengalirkan
kandungan air yang berada di dalam slope tersebut

► Terakhir pekerjaan shotcrete dengan Wire mesh, DA4 – ketebalan 150 ~ 200 mm.

Gamba
r 1.
Illustrasi galian permukaan pada area terowongan

Open Portal Tunnel Works

Open Portal Tunnel Works adalah proses pembukaan pekerjaan excavation tunnel dan
merupakaan sebagai preparation works. Pekerjaan nya menempati pada area rencana
portal yaitu bagian luar pada posisi muka terowongan.
Siklus mekanisme untuk proses pekerjaannya, yaitu :

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
► Menentukan Center point dimana data tersebut diperoleh dari section survey
► Pemasangan canopy (steel ribs) dimulai dengan cara berfokus ke center point
tersebut. minimal pemasanngan canopy (steel ribs) yaitu 3 set, complete dengan
pengerjaan concrete foundation dan proses
► Pekerjaan failing sand bags dengan cara menutupi bagian permukaan steel ribs dan
merapkan pada dinding slope tersebut dengan sand bags dan di teruskan memasang
wire mesh dan pengerjaan shotcrete.

A. Center Point, Installation Steel Ribs Works

Center point adalah suatu pekerjaan yang sangat penting yang berhubungan dengan
menentukan arah tunnel. Dalam pekerjaan ini section team survey sangat menentukaan
untuk kedudukan center point. Setelah center point, tahap selanjutnya adalah installation
steel ribs pada posisi center point yang sudah di tentukan tersebut. Seperti gambar di
bawah ini :

B. Details Portal Tunnel Works

Yang dimaksud dengan portal tunnel works ialah suatu permulaan pekerjaan persiapan
galian terowongan yang semua pekerjaanya di luar area tunnel yang bersifat temporary
untuk mencegah terjadinya collapse dan erosi.
Pekerjaan Detail Portal Tunnel harus di perhatikan, yaitu :

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
 Menentukan center point of tunnel
 Installation steel ribs and Wire mesh
 Foundation Concrete
 Filling Sand Bags
 Shotcrete work
 Spilling bar, Pipe Roofing , dll

Untuk lebih detailsnya lihat drawing di bawah ini :

Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan Excavation tunnel, terdiri dari :

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
1. Drilling
2. Charging and Blasting
3. Scalling
4. Mucking Out
5. Installation Steel Ribs (Steel Support)
6. Shotcrete with Wire mesh
7. Drainange work
8. Installation Electric Power

Untuk pekerjaan drainage work dan Installation electric power di lakukan pada saat
waktu yang luang pada drilling works. Di karenakan pada drilling works hanya
menggunakan jumbo drill machine yang bekerja di face tunnel.

1. Drillng Works

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Drilling work dikerjakaan dengan menggunakan Jumbo Drill Machine ataupun drill
mechanice lainnya. Posisi drill hole mengikuti marking hole di face tunnel. Blasting hole
akan mengikuti predetermined drilling pattern, untuk method pola marking drilling
pattern mengikuti kondisi batuan salah satu contoh untuk drilling pattern adalah benhole,
v-hole dan lain sebagainya, size untuk drilling hole adalah 45 mm dan panjang antara 2 m
~ 3 m (kedalaman nya bervariasi, mengikuti arahan geologist).

Contah procedure drilling pattern

Di dalam drilling works yang harus di perhatikan adalah di antaranya :

 Kondisi Drill Machine yang akan dipakai


 Supply Electric Power
 Air and Water Presure
 Arah drilling

Tabel 1. Peralatan yang digunakan untuk drilling

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Lokasi Penggunaan Keberadaan Ket
Jumlah
No Nama Alat Type
(unit Intek Diversion Sdh Blm
Tunnel Ada Ada

1 Jumbo Drill

2 CRD

3 Leg Drill

4 Compresor

5 Genset

6 Mata Bor

7 Stang Bor

8 Stock
Cadangan

2. Charging dan Blasting

Tahapan selanjutnya adalah Charging and Blasting work.


Charnging works adalah memasukan dan mencharging explosive (dynamite) ke dalam
hole yang sudah di drilling dengan menggunakan stick charge.

Blasting works adalah peledakaan explosive (dynamite) yang sudah melalui tahap
charging work yaitu explosive yang ada dalam hole

Tahapan dalam Charging and Blasting works menggunakan detonator shot delay dan
detonator no-electric ( Nonel ) adalah :

1. Sebelum explosive dimasukan ke hole maka terlebih dahulu explosive tersebut


sudah di pasang dengan detonator
2. Memasukan explosive ke hole yaitu dengan cara satu per satu lalu mengcharge
dengan menggunakan stick charge
3. Setelah selesai explosive itu ke hole untuk selanjutnya di tutupi oleh steming
sampai hole tersebut tertutup.
4. Selesai dalam pekerjaan charging works untuk selanjutnya, menyambungkan
detonator cable dengan menggunakaan detonator cord
5. Setelah detonator cable tersambung dengan detonator cord dan menyambungkan
lagi dengan electric detonator
6. Electric Detonator di Sambungkan dengan blasting cable

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
7. Setelah tersambung maka blasting cable tersebut di check oleh OHM meter
setelah dinyatakan baik maka blasting cable tersebut disambungkan ke blasting
machine.
8. Dalam proses peledakan sebelum dilakukan pekerjaan blasting works terlebih
dahulu mengikuti prosedure dari department safety.
9. Depatment safety melakukan pengecheckan dan pemberitahuaan akan ada
peledakan.
10. Safety Officer menyatakan perintah untuk peledakan maka seorang operator
(Blaster) mecharnge blasting masin setelah signal charge timbul maka blaster
tersebut memberikaan Signal dengan perhitungan angka dari 10 – 0, setelah dalam
perhitungan nol blaster tersebut menekan tombol Blast yang dimana peledakaan
di laksanakan.

Steming adalah suatu bahan yang terbuat dari tanah yang di campur dengan oil,
bilamana tanah tidak ada maka bisa diganti dengan pasir atau bahan yang lainya yang
bisa menutupi explosive.

Setelah tahapan-tahapan charging and Blasting works tersebut di atas yang harus di
perhatikan yaitu instruksi dari department Safety dikarenakan department safety akan
melakukan pendataan yaitu seperti vebrication setelah Blasting dan dampak dari
pekerjaan blasting work.

Dan untuk details nya lihat drawing di bawah ini :

Setelah blasting selesai maka kita menunggu Diffuming. Arti dari diffuming yaitu
menungu asap dari face tunnel sampai ke portal tunnel, asap tersebut yaitu dampak
blasting work. Asap blasting akan cepat keluar tunnel bilamana system blower di
hidupkan. Dan setelah deffuming selesai maka sebagai blaster akan datang terlebih

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
dahulu dan mengecheck keadaan di dalam tunnel setelah memberikan signal bahwa
kondisi di tunnel tersebut aman. Maka pekerjaan ke tahap selanjutnya di teruskan yaitu
dengan scalling works.

Scalling Works.

Scalling dan chipping adalah pekerjaan pembersihan pada area muka terowongan yang di
akibatkan dari peledakan (blasting). Misal kondisi batuan yang menggantung atau batuan yang
menempel dan siap lepas, bila keadaan seperti demikian sebaik nya dilakukan scalling dan
chipping sehingga permukaan terowongan bersih, kuat dan aman.

Tabel 2. Peralatan yang digunakan untuk scalling dan chipping

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Intek Diversion Sdh Ada Blm Ada
Tunnel

1 Hydraulic Breaker

2 Jack Hammer

3 Pick Hammer

Scalling work adalah memberesihkan dari creck batuan atau sisa-sisa dari hasil blasting
yang akan jatuh ke permukaan tunnel akibat blasting works di antara itu juga berfungsi
sebagai salah satu keselamatan bagi pekerja yang akan mengerjakaan Mucking out. Dan
bilamana pekerjaan tersebut tidak di lakukan dengan sebaik-baiknya maka dampaknya
adalah rawan akan kecelakaan yang di sebut dengan fall rock.

Scalling work ada dua cara yaitu :

 Scalling by Water pressure


 Scalling by stick bar

Scalling by water pressure

Scalling by water pressure yaitu dengan memberesihkan permukaan atas bebeatuan yang
crack dan kondisi yang rawan jatuh. Di samping itu juga berfungsi sebagai penyelamatan
dari efek samping

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Scalling by stick Bar

Scalling by stick bar yaitu dengan cara menjatuhkan bebatuaan yang kondisinya creck
yang berada di atas tunnel dengan menggunakan stick bat.

Dan untuk detailnya lihat drawing di bawah ini :

Setelah selesai dalam pekerjaan scalling works maka department survey akan melakukan
pengecheckan underbreak atau overbreak dan bilamana underbreak surveying akan
memberikaan tanda. Dan memberikaan instruction re-excavation atau tidak.

Jika sudah conform dimana excavation sudah berada pada limitnya, maka tahap
selanjutnya yaitu dengan menclearing area dengan water spray untuk menjatuhkan
pecahaan bebatuan, debu, soil yang menepel pada permukaan atas tunnel.

Ventilating

Setelah pelaksanaan peledakan (blasting), system Ventilasi dioperasikan untuk memindahkan


uap, debu dan gas yang berbahaya yang dihasilkan oleh peledakan.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Sistem ventilasi akan dinstall ke semua sisi terowongan dari arah inlet maupun outlet, yang
bertujuan untuk :
- Sirkulasi udara dalam terowongan
- Membuang/mengganti gas beracun dengan udara bersih
- Menghilangkan debu yang ditimbulkan karena pekerjaan di dalam terowongan
- Pemasangan Exhaust system, jarak disesuaikan dengan lapangan
- Blower, disambungkan pada pipa ke dalam terowongan untuk membersihkan dari gas, debu
dan asap. Dalam kondisi yang normal, udara segar yang diperlukan oleh tim pekerja dalam
terowongan adalah 3 m3/menit, sehingga kapasitas dari blower akan sesuai dengan jumlah
orang pekerja.

Untuk mengendalikan debu dalam terowongan, dapat menggunakan metoda, sebagai berikut :

- Menggunakan air bersih selama proses pengeboran


- Drilling menggunakan air, bila kondisi batuan (geologi) dalam keadaan fresh/padat
- Tidak direkomended drilling menggunakan air, bila kondisi batuan (geologi) lapuk dan
struktur geologi yang kompleks
- Muka terowongan sebaik nya di basahi terlebih dahulu untuk mengurangi debu
- Meningkatkan system ventilasi pada muka terowongan dengan menggunakan exhaust fan
- Membasahi material hasil galian dengan air

Tabel 3. Peralatan yang digunakan untuk ventilating

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Intek Diversion Sdh Ada Blm Ada
Tunnel

1 Blower

2 Exhaust Fan

3 Kompresor

4 Kelengkapan nya

5 Asosories/Cadangan

Mucking Out

Mucking adalah pemindahan material yang tidak terpakai yang dihasilkan dari
peledakan (blasting). Mucking harus segera dilakukan setelah area dari terowongan
bersih dari asap dan gas. Pengangkutan material dari terowongan dilakukan oleh Wheel

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Loader/Aksavator lalu dipindahkan ke dump truck, kemudian material dibuang ke lokasi
yang sudah ditentukan (diposal area).

Tabel 4. Peralatan yang digunakan untuk mucking

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Intek Diversion Sdh Ada Blm Ada
Tunnel

1 Wheel Loader

2 Eksavator

3 Dump truck

Pengertian dari Mucking Out adalah mengeluarkan batuan hasil blasting di face tunnel ke
luar tunnel dengan menggunakan alat berat seperti shaffloader, dump truck dan atau
peralatan berat lainnya dan menempatkan hasil mucking out ke lokasi yang sudah
disiapkan (diposal area).

Setelah selesai pekerjaan mucking out maka harus scalling works lagi yaitu untuk
memastikaan akan tidak terjadinya fall rock dan membersihkaan face tunnel.

Sistem Penerangan

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Sistem penerangan terowongan meliputi pengaturan dari system kelistrikan yang
digunakan untuk mendukung operasi kegiatan pekerjaan di terowongan. Hal-hal yang
akan dilakukan untuk penerangan terowongan, sebagai berikut :
- Menyiapkan sistem penerangan dengan kapasitas yang mencukupi
- Semua sistem penerangan (kelistrikan) dipasang dengan aman dan rapih,
diperiksa/monitoring secara rutin untuk mengecek kerusakan karena blasting ataupun
lainnya.
- Perapihan dan penempatan kabel untuk sistem komunikasi dipasang dan ditempatkan
pada sati sisi terowongan dan sisi lainnya.
- Hindari kabel bersentuhan dengan air.

Tabel 5. Peralatan yang digunakan untuk sistem penerangan

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Inlet Outlet Sdh Ada Blm Ada

1 Lampu sorot

2 Lampu jalan

3 Emergency lamp

4 Generator set

5 Kelengkapan lainnya

SISTEM PENYANGGA BERDASARKAN PERKIRAAN KONDISI GEOLOGI


Sistem penyangga dibutuhkan untuk meningkatkan stand-up time dan mencegah
keruntuhan terowongan.
Sistem penyangga sangat diperlukan dalam penggalian terowongan untuk menstabilkan
permukaan terowongan dari kondisi yang mengkhawatirkan dan sangat rentan untuk
runtuh, longsor dan bergerak, untuk mengantipasi akibat perubahan deformasi batuan
akibat peledakan (blasting) setelah penggalian. Sistem penyangga dapat berupa; steel
support (steel rib), rock bolt, grouting, wiremesh dan shotcrete.

Untuk terowongan pada batuan, biasanya penggunaan shotcrete dan rockbolts adalah
sangat memadai untuk sistem penyangga. Pada daerah-daerah weak zone, penggabungan
shotcrete dan stell ribs dapat digunakan.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Masing-masing jenis penyangga manfaat penggunannya, adalah :

Installation Steel Ribs (Steel Support)

Installation Steel Ribs adalah memasang support material (H-beam atau I-beam)
bilamana menemukaan daerah yang rawan collapse. juga berfungsi sebagai pelindung
dari terjadinya collapse.

Untuk penginstallation steel ribs juga harus ada yang dinamakan work order dari
Department Geologi. Geologist akan memberikaan instruction dan menyerahkan report of
works setalah di lakukan mapping works. Dalam pekerjaan installation steel rib juga
harus mengikuti instruksi team survey yang segera akan memberikaan point – point untuk
penginstallation steel ribs.

Sebelum pengistallation steel ribs maka akan mengerjakaan additional excavation untuk
posisi dari steel ribs tersebut, dimana additional excavation itu akan menggunakaan alat
seperti pick hammer, hand breaker, dll dan setelah additional excavation selesai segera
steel ribs akan di install.

Materil – material steel ribs, adalah :


 Steel ribs berupa H-beam baja
 Connection steel ribs
 Foudation plate for leg steel ribs.
 Untuk mengefefktifkan reaksi perlawanan lengkungan atap melawan beban.
 Mencegah lepasan-lepasan blok batuan selanjutnya.
 Untuk mengefektifkan reaksi lengkungan atap melawan beban, untuk mencegah
guguran blok batuan setempat dan menyangga beban atap.
 Pemakaian steel rib ditentukan berdasarkan kondisi batuan (geologi) dengan
klasifikasi batuan kaegori tidak baik (poor rock – medium rock) dan lapuk
sedang-tinggi, sebagai keamanan dan kenyamanan pekerja di terowongan.
Interval steel rib berbeda, tergantung kondisi batuannya (geologi). Untuk
menguatkan kedudukan steel rib ditopang oleh invert H beam.

Tabel 6. Peralatan yang digunakan untuk sistem penyangga (steel rib)

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
(Unit) Intek Diversion Sdh Ada Blm Ada
Tunnel

1 Excavator

2 Mobile crene

3 Crene

4 Trafo Las

5 Dinamo Las

Shotcrete Works.

Shotcrete works adalah semburan concrete yeng berfungsi sebagai protection untuk
mengkondisikan bila terjadi collapse, fall rock dan compaction batuan.

Shotctere ada dua jenis yaitu

1. Dry shotcrete adalah formula mixing material shotcrete dengan cara mixing
material tanpa water biasanya untuk mixing material shotctere tersebut di
produksi dengan cara manual dan dengan menggunakan alat shotcrete yang di
sebut portable aliva.

2. Wet shotcrete adalah formula mixing material shotcrete dengan cara mixing
material yang sudah di campur dengan water biasanya material shotcrete tersebut
disupply oleh Batching Plant dan dengan menggunakaan Robotic shotcrete
machine, Truck mixer.

Kegunaan shocrete :

 Membuat stress act uniform di sekitar dinding terowongan yang berbentuk celah-
celah tidak beraturan.

 Untuk mencegah peningkatan blok batuan lepas-lepas dan memperkuat


permukaan batuan

 Untuk menyatukan celah-celah batuan, sehingga meningkatkan reaksi perlawanan


pada bidang lengkung terhadap pembebanan.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
 Merupakan campuran yang proposional antara Portland cement, agregat baik
halus maupun kasar, air dan additive, yang ditempatkan pada mixer yang sudah
ditentukan volume nya (sesuai kebutuhan), lalu disemprotkan dengan
menggunakan udara bertekanan melalui spray nozzle, sehingga terbentuk beton
yang keras dengan kekuatan tinggi.

Tabel 7. Peralatan yang digunakan untuk sistem penyangga (shotcrete)

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Intek Diversion Sdh Ada Blm Ada
Tunnel

1 Shotcrete mesin
(Aliva dan Turbosol)

2 Dizing pump

3 Concrete Mixer

4 Pipa grout

5 Truck Mixer

Ada beberapa procedure dalam pelaksanaan shotcrete works, yaitu :

Shotcrete application

Sohcrete mixing di siapkan untuk appled shotcrete yang dimana akan di pumping sampai
nozzle menggunakan high pressure dan water hoses akan compresed dengan air (min 7
bar) dan accelerator akan bercampur dengan material shotcrete lainnya. Keteblaan dalam
appled shotcrete first layer yaitu + 30 mm dan jarak dari face tunnel + 1,5 m.

Pada waktu bersamaan pekerjaan untuk memasang anchor bar dikerjakaan yang
bermaksud untuk mengikat wire mesh ke dinding tunnel itu.

Setting wire mesh and rock bolt (other support)

a. Installation wire mesh.

Setelah shotcrete first layer selesai maka pemasangan wire mesh dengan cara mengikat
wire mesh tersebut ke anchor bar.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Merupakan rangkaian dari kawat baja berukuran 10 x 10 cm atau lebih kecil lagi, dengan
cara menempatkan pada dinding permukaan batuan diperkuat dengan paku wiresmesh.
Pekerjaan pemasangan wiremesh untuk mempertahan sementara waktu bila kondisi
batuan (geologi) tidak memungkinkan dan rawan untuk runtuh dan lepas, lalu di ikuti
dengan rock bolt dan shotcrete.

b. Installation rock bolt.

Rock Bolt adalah salah satu termasuk support of tunnel yang dimana berfungsi sebagai
penahaan bebatuan yang creck , memdatkan bebatuan dan menjaga agar tidak terjadinya
collapse.

 Untuk mencegah blok batuan lepas seperti hanging effects, wedge effects dan atap
terowongan melengkung (beam effects).
 Memeperbaiki aksi perlawanan pada bidang lengkung atap terowongan terhadap
pembebanan.
 Untuk memperkuat koneksi antara lapisan beton dengan batuan atau batuan
dengan batuan, Rock bolt dia 25 mm dari high yield deformed steel bar, dengan
metode memasukan steel bar pada lokasi-lokasi yang sudah ditentukan dengan
bantuan mesin drill dan sementing (grouting atau sika rokon), dengan tujuan
untuk menyatukan dan memperkuat posisi batuan.

Tabel 8. Peralatan yang digunakan untuk sistem penyangga (rock bolt)

Lokasi Penggunaan Keberadaan


No Nama Alat Type Jumlah Ket
(Unit)
Inlet Outlet Sdh Ada Blm Ada

1 Pull Out Equipment


Test

2 Karet

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
3 Bar Bender

4 Bar Cutter

5 Bar Roller

Cara Installation rock bolt yaitu :

 Sebelum pekerjaan di mulai maka department geologi akan bekerjaan terlebih


dahulu yaitu mapping bebatuan dan selanjutnya akan memberitahukaan untuk
penginstallation rock bolt.
 Selanjutnya marking hole untuk drilling works dengan menggunakan leg drill
atau alat yang lainya.
 Setelah hole di dapat maka untuk selanjutnya memasukan resin (cartridge
cement) ke dalam hole tersebut dengan cara mencharging menggunakan stick
charge, dalam satu hole biasanya di butuhkan + 7 capsule resin (cattridge
cement).
 Untuk finising yaitu memasang rock bolt dengan cara menekaan rock bolt bar
ke dalam lubang dan setelah itu maka rock bolt plat di pasang complete
dengan pemasangan washer cup dan bolt.

Dan untuk lebih details tentang procedure shotcrete works lihat drawing di bawah in :

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Pada tabel berikut diperlihatkan secara umum kaitan antara klasifikasi geomekanik untuk
penggalian dan tipe penyangga.

DIAGRAM KONSEP PENGGUNAAN


Gambar 2. Diagram Konsep Penggunaan Sistem Penyangga
SISTEM PENYANGGA PRIMER
NATM (New Austrian Tunneling Method)
Fair Non Support

Hanging Rockbolts with wire mash

Shotcrete with wire mesh


Rock conditions
Geological
Conditions

Pattern rockbolt

Shotcrete with pattern rockbolt

Stell rib with shotcrete

Very
Stell rib with shotcrete and pattern rockbolt;
Poor And additional rock bolt if required

Gambar
2. Diagram Konsep Penggunaan Sistem Penyangga Primer

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Galian Terowongan

Survey Topografi
Survey dilakukan untuk memonitor pekerjaan penggalian terowongan, apakah
pelaksanaan sudah sesuai dengan yang ditentukan garis penggalian atau bukan, sebagai
acuan, bentuk dan point-point yang penting yang akan disajikan di muka terowongan.
Pengaturan dari point-point yang penting di muka terowongan akan selalu dilakukan
sebelum pekerjaan penggalian di mulai dan di cross check kembali setelah penggalian
terowongan
Catatan : Peralatan survey harus di kalibrasi secara teratur setiap 6 (enam) bulan sekali
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi.

Geological Mapping

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Klasifikasi batuan yang akan digunakan disepanjang Terowongan adalah kalsifikasi
yang telah dikembangkan oleh Bieniawski, 1973.
Bieniawski, 1973, membagi 6 (enam) sistem parameter dalam masa batuan ”Rock Mass
Rating” (RMR) yang dapat berperan atau berpengaruh dalam perilaku batuan hasil
pengamatan lapangan (muka terowongan) maupun dari hasil data pengeboran (core
drilling), adalah :

a. Uniaxial Compressive Strength of Intact Rock Material


b. Rock Quality Designation (RQD)
c. Spacing of Discontinuities.
d. Condition of Discontinuities.
e. Groundwater Conditions.
f. Orientation of Discontinuities.
Tabel 9. Pembagian Klasifikasi Massa Batuan
(Bieniawski, 1973)
No Rock Mass Ratio Rock Mass Remaks
Classification

1 RMR - 1 81 - 100 Very Good

2 RMR - 2 61 - 80 Good Rock

3 RMR - 3 41 - 60 Fair Rock

4 RMR - 4a 21 - 40 Poor Rock

RMR - 4b < 20 Very Poor Rock

a. Uniaxial Compressive Strength ( Kuat-Tekan batuan).


Alasan Uniaxial Compressive Strength of rock (kuat- tekan batuan) dimasukkan sebagai
urutan parameter dalam klasifikasi karena sifat-sifat kekuatan yang dimiilki oleh suatu
material batuan akan berpengaruh terhadap kekokohan /kestabilan suatu terowongan.
Sebagai contoh, suatu massa batuan yang mempunyai spasi rekahan atau kekar yang
lebar dan bersifat lunak, akan mempengaruhi perilaku dari masa batuan tersebut. Bila
material batuan itu mendapat tekanan yang mengikat secara seragam maka kuat-tekan
material batuan meningkat kebatas kekuatan paling tinggi dari massa batuan.
Secara umum untuk mengetahui nilai kuat-tekan dari suatu material batuan, telah
diberikan oleh Deere, 1964 sebagai table dibawah ini :

Tabel 10. Strength Classification for Rock Material

Description Uniaxial compressive Point-load

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Strength, strength index
(MPa) (MPa)
Very high strength > 200 >8
High strength 100 – 200 4–8
Medium strength 50 – 100 2–4
Low strength 25 – 50 1–2
Very low strength 1- 25 <1

b. Rock Quality Designation.


Rock Quality Designation adalah suatu nilai inti core yang diambil dari hasil
pengeboran berupa potongan-potongan yang mencerminkan kwalitas batuan.
Nilai rock quality designation diwakili oleh panjang inti core yang lebih dari 10 cm,
dalam pengambilan core inti setiap satu kali run boring dan dinilai dalam prosentase (%).
Kwalitas suatu batuan dapat diperlihatkan seperti dalam table dibawah ini :

Tabel. 11. Classification of Quality Rock (Deere, 1964)

Quality Classification RQD ( % )


Excellent 90 - 100
Good 75 – 90
Fair 50 – 75
Poor 25 – 50
Very poor < 25

c. Spacing of Discontinuities.
Spacing of discontinuities atau jarak antara rekahan satu dengan yang lain adalah
merupakan parameter yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi tingkat
kekompakan/kekuatan batuan. Dengan melihat keberadaan jarak rekahan di dalam massa
batuan, akan dapat memberi petunjuk tentang betuk-bentuk bagian dari penyusun suatu
massa batuan apakah akan berupa bongkah /blok-blok ataupun fractures. Suatu
klasifikasi untuk Spacing of discontinuities dapat diperlihatkan dalam table sebagai
berikut:

Tabel 12. Classification of Joint Based on Spacing

Spacing of Joint Rock mass


Description
(m) Designation
Very wide  3m Solid

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Wide 1–3 Massive
Moderately close 0.3 – 1 Block/seamy
Close 0.05 – 0.3 Fractured
Very close < 0.05 Crushed

d. Condition of Discontinuities.
Kondisi permukaan dari massa batuan yang telah terpisahkan oleh rekahan, akan dapat
mempengaruhi sifat dan perilaku suatu massa batuan. Kondisi ini dapat memperlihatkan
kenampakan yang menerus, kasar atau halus dan atau terisi oleh material- material isian
baik berupa lempung atau fragment hancuran yang bersifat tidak kompak. Sehingga
didalam pembuatan terowongan perlu mendapat perhatian yang serius.

e. Groundwater.
Keberadaan dan nilai permeabilitas air tanah di suatu daerah perencanaan proyek perlu
mendapat perhatian. Dimana dari sifat yang mudah menyebar dan menempati ruang
kosong yang saling berhubungan dalam massa batuan, air tanah akan berpengruh
terhadap kestabilan massa batuan selama pelaksanaan dan pasca pembuatan
terowongan. Pengaruh tersebut terutama dalam merembes atau mengalir kedalam
terowongan lewat daerah –daerah yang lemah seperti; rekahan/kekar, shear zone atau
bidang- bidang sesar,bidang ketidak selarasan antara lapisan batuan dll. Sehingga dapat
mengganggu kekokohan massa batuan disekitar terowongan dan akhirnya
longsor.Sedangkan pada pasca pembuatan terowongan yaitu cenderung untuk mengerosi
dan akhirnya terjadi piping diujung terowongan.

f. Orientation of Discontinuities.
Kedudukan dan penyebaran bidang discontinuities dalam pelaksanaan excavasi
terowongan akan sangat memperahui kekokohan massa batuan disekitar terowongan
baik sebagai dinding dan atap terowongan serta keberhasilan dan tidaknya dalam
pembuatan terowongan.
Hubungan bidang discontinuities ini dengan suatu bangunan terowongan akan bersifat
menguntungkan atau kurang mengutungkan dalam kestabilan massa batuan untuk
keberadaan terowongan.
Dari hasil pemerian dan penilaian / rating parameter-parameter untuk klasifikasi batuan
tersebut diatas. Maka dapat diperlihatkan suatu table seperti dibawah ini :

Table 13. Rock Mass Rating (RMR, Z.T. Bieniawski, 1973)

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
A. CLASSIFICATION PARAMETERS AND THEIR RATINGS
PARAMET ER RANGES OF VALUES
1 Strengt h P oint load > 10 MPa 4-10 MPa 2-4 MPa 1-2 MPa For this low range, uniaxial
of strengt h index compressive test is preferred.
int act rock Uniaxial
material compressive >250 MPa 100-250 MPa 50-100 MP a 25-50 MPa 5-25 1-5 <1
strengt h MPa MPa MPa
Rating 15 12 7 4 2 1 0
2 Drill core quality RQD 90-100% 75-90% 50-75% 25-50% <25%
Rating 20 17 13 8 3
3 Spacing of discontinuities > 3m 1-3m 0.3 - 1 m 50-300mm < 50mm
Rating 20 15 10 8 5
4 Condition of discontinuities Very rough surfaces Slightly rough Slight ly rough Slickensided surfaces Soft gouge >5mm thick or
Not continuous surfaces surfaces or or
No separat ion Separation <1mm Separation <1mm Gorge <5mm thick SEparation >5mm
or
Unweat hered Slightly weathered Highly weathered Separat ion 1-5 mm Continuous
wall rock wall rock wall rock Continuous
Rating 30 25 20 10 0
5 Groundwat er Inflow per 10 m None < 10 litres/min 10 < 25 litres/min 25 - 125 litres/min > 125 lit res/min
t unnel length
or or or or or
joint water
Ratio = P ressure 0 0 - 0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.5 > 0.5
Major principal
Stress
or or or or or
General Complet ely dry Damp Wet Dripping Flowing
Conditions
Rating 15 10 7 4 0

B. RATING ADJUSTMENT FOR JOINT ORIENTATIONS


Strike and dip Very favourable Favourable Fair Unfavourable Very unfavourable
orient ations of joints
T unnels 0 -2 -5 -10 -12
Rati ngs Foundat ions 0 -2 -7 -15 -25
Slopes 0 -5 -25 -50 -80

C. ROCK MASS CLASSES DETERMINED FROM TOTAL RATINGS


Rati ng 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 < 20
Class No. I II III IV V
Description Very good rock Good rock Fair rock Poor rock Very poor rock

D. MEANING OF ROCK MASS CLASSES


Class No. I II III IV V
Average stand-up time 10 years for 6 months for 1 week for 10 hours for 30 minutes for
15 m span 8 m span 5 m span 2.5 m span 1 m span
Cohesion of the rock mass > 400 kPa 300 - 400 kPa 200 - 300 kPa 100 - 200 kPa < 100 kP a
Frict ion angle of the rock mass > 45 35 - 45 25 - 35 15 - 25 < 15

E. THE EFFECT OF JOINT STRIKE AND DIP ORIENTATIONS IN TUNNELLING


Strike perpendicular to tunnel axis Strike parallel to tunnel axis Dip
Drive with dip Drive against dip 0 - 20
Dip 45 - 90 Dip 20 - 45 Dip 45 - 90 Dip 20 - 45 Dip 45 - 90 Dip 20 - 45 irrespect ive of strike
Very favourable Favourable Fair Unfavourable Very unfavourable Fair Unfavourable

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Tabel 14. Geomechanics Classification (Bieniawski, 1989)

Class Description RMR range


I Very Good Rock 81 – 100
II Good Rock 61 – 80
III Fair Rock 41 – 60
IV Poor Rock 21 – 40
V Very Poor Rock 0 – 20

Cara Penggunaan Rating.

Cara penggunaan klasifikasi batuan menurut Rock Mass Rating Syatem adalah sebagai
berikut :
a. Pertama-tama adalah menghitung total rating dari kelima parameter tersebut
diatas dari parameter a hingga sampai e ( parameter a,b,c,d dan e ) yang
didasarkan pada table 4-A
b. Selanjutnya menghitung nilai dari orientasi struktur geologi (jurus dan
kemiringan ) baik berupa sesar dan rekahan terhadap kedudukan sumbu
terowongan didasarkan pada tabel 4- E
c. Setelah mengetahui dari kedudukan struktur geologi terhadap sumbu
terowongan, maka dapat ditentukan nilai scorenya berdasarkan table 4-B
d. Setelah semua nilai /score dari parameter – parameter diatas diketahui, maka
langkah seterusnya yaitu menggabungkan atau menjumlahkan nilai parameter
sehingga diperoleh total nilai/score, seperti dalam table 4- C.
e. Setelah mengetahui kelas massa batuan, maka dapat pula untuk mengetahui dari
sifat-sifat mechanic/fisik maupun kekokohan suatu massa batuan dalam
terowongan. Sifat mechanic tersebut dapat diketahui didalam table 4 – D.

Contoh penggunaan dilapangan

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Suatu massa batuan di dalam terowongan, dengan kenampakan geologi seperti table
berikut:

No Description Nilai Sub Rating Rating


.
1 Hasil test palu geologi; dengan pukulan 25 – 50 4
ringan, batuan bisa lepas dari Mpa
Kedudukannya/ pecah
2 Nilai RQD 40% 8
3 Spasi joint yang terlihat : Joint set -1 15 cm 8 9
Joint set -2 40 cm 10
4 Kondisi joint, terbuka terisi lempung 2 mm 10
5 Bocoran air dari dinding tunnel dalam 15 Lt/min 7
jarak 10m
6 Kedudukan joint miring : Joint set-1 450 -2
searah penggalian Joint set -2 800 0 -1
Total rating 37

Dari nilai total rating = 37 tersebut, maka disesuaikan kedalam table klas massa batuan
yaitu berada dalam klas IV atau disebut Poor Rock.
Dengan mengetahui adanya hubungan antara nilai klasifikasi batuan dan sifat ketegaran
batuan dalam terowongan, maka dapat digambarkan hubungan antara panjang
terowongan tanpa penyangga dan waktu yang diperlukan (Stand-up time), seperti gambar
dibawah ini.
Setelah melakukan perhitungan dan interpretasi dari data-data yang ada, untuk setiap
bagian terowongan, maka Geo mechanic rock mass rating berdasarkan Bieniawski, 1973
diperlihatkan pada tabel terlampir. Hubungan korelasi antara stand – up time dari
unsupported underground excavation span dengan kalsifikasi geomechanics adalah
berkisar 4 - 20 jam untuk batuan klas IV – Poor Rock.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Gambar 1. Hubungan antara Unsupported span dan Stand-up time

Tabel 15. Geomechanics Classification for Excavation and Support of Rock Tunnels
( Construction: Drilling and Blasting)

Support Type
Roc Rock Mass Class Excavation Rockbolts(1/3 to ½
Shotcrete Steel Sets
Tunnel width)
Very good rock
Full face
I Generally no support required except for occasional spot bolting
3 m advance
RMR: 81 - 100
Good rock Locally bolts in roof 3 m
Full face. 5 cm in roof where
II long, spaced 2.4 m with None
1 – 1.5 m advance required
RMR: 61 – 80 occasional wire mesh
Top heading and bench
1.5 – 3 m advance in top Systematic bolts 3.6 m
Fair rock
heading. Commence long. Spaced 1.5 – 1.8 in 5 – 10 cm in roof and 5
III None
support after each roof and walls with wire cm in walls
RMR: 41 – 60
blast.Complete support 6 mesh in crown
m from face
Top heading and bench 1
Systematic bolts 3.6 –
Poor rock – 1.5 m advance in top Light to medium
4.5 m long. Spaced 0.9 – 10 – 15 cm in roof and
IV heading. Install support ribs spaced 1.5 m
1.5m in roof and walls 10 cm on walls
RMR: 21 – 40 concurently with where required
with wire mesh
excavation
Medium to heavy
Multiple drifts. 0.3 – 1 m
Systematic bolts 4.5 - 6 ribs spaced 0.6 –
advance in top heading.
Very poor rock m long. Spaced 0.9 – 1.5 15 – 20 cm in roof, 15 1.8 m with steel
Install support concurently
V m in roof and walls with cm on walls and 5 cm lagging and
with excavation. Shotcrete
RMR: < 20 wire mesh in crown. on face forepoling if
as soon as possible after
Bolt invert required. Close
blasting
invert

Rock Mass Type Rock Mass Rating


Rock Class Estimated Start RMT – 1 RMT 1 – Very Good
RMT – 2 Rock
RMT – 3 RMT 2 – Good Rock
Marking RMT – 4 RMT 3 – Fair Rock
Deswari Awang (Geologist) RMT – 5 RMT 4 – Poor Rock
PT. Wijaya Karya (Persero) RMT 5 – Very Poor
Note : Rock
Drilling RMT – 1 & RMT - 2 are
stipulated on Tech Spec Note :
RMT – 1 & RMT - 2 are Sinklin
Blasting
Installation
Rock
Cleaning
Mucking
&Condition
Air
of dynamite
RMT - Fore
Nopole,
support
Shotcreat
Rockrock
bolt,
required
bolt,
“crown”
wiremesh,
steel
or rock
lagging,
bolt wiremesh,
as on Tech Spec
stipulated steel Antiklin
Sesar Geser
RMT -

Gambar 3. Flow Diagram of Tunneling Work

Setelah selesai dalam pekerjaan shotcrete works maka kembali ke cycle works yaitu
drilling works.

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
1. Drainages Works.

Drainages works adalah suatu pekerjaan untuk dewatering dari dalam tunnel ke luar
tunnel atau supply water dari luar tunnel ke dalam tunnel

Dewatering dari dalam ke luar tunnel.

Dalam dewatering dari dalam ke luar tunnel adalah mengeluarkan water yang keluar dari
batuan atau water yang berasal dari pekerjaan excavation tunnel yaitu dengan cara
mebuat line drainge dan menggunakan water pipe yang di pumping oleh water pump 4”,
6’’ dan 2’’ dan di alirkan keluar tunnel melalui water pipe. berfungsi pada saat pekerjaan
drilling works dan charging works yaitu menggunakan water pump 4’’ pada bidang muka
tunnel untuk mengeringkaan areal bawah tunnel.

Supply water dari luar ke dalam tunnel.

Pengertiaanya adalah mensupply water dari luar ke dalam dengan cara menglirkaan water
tersebut melui water pipe. Dimana water tersebut berguna untuk drilling works , mucking
out dan scalling works.

2. Installation Electric Power

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Installation electric power yaitu berfungsi untuk mensupply electric power ke dalam face
tunnel diantaranya yaitu :

Grouting

Ada beberapa pekerjaan grouting pada terowongan yang sangat umum dilakukan, sebagai
berikut :

a. Backfill grouting, adalah : Injeksi semen – pasir untuk pengisian antar celah-celah
batuan setelah pekerjaan pengecoran, antara beton terowongan dengan batuan
disekeliling nya atau antara beton terowongan dengan beton backfill.

b. Consolidation grouting, adalah : Injeksi semen dengan bertekanan rendah, untuk


menutup dan memperkuat pondasi pada area bawah dan belakang struktur, yang
ditimbulkan dari hasil peledakan (blasting) dengan membentuk zona terbuka, rongga,
retakan.

c. Curtain grouting, adalah : Injeksi semen bertekanan tinggi sebagai upaya untuk
menekan rembesan air ke dalam terowongan dan untuk meminimalkan terjadi nya
bocoran.

d. Contact grouting, adalah : Injeksi semen- pasir untuk mengisi dan menyatukan rongga
antara beton terowongan dengan dinding atas (roof/crown).

Tabel 16. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan Injeksi (grouting)

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Lokasi Keberadaan
No Nama Alat Type Jumlah Penggunaan Ket
(Unit)
Intek Diversion Sdh Blm
Tunnel Ada Ada

1 Mixing grout

2 Grout plan

3 Stang “pecker”

4 Pipa grout

5 Manometer

6 Kelengkapan
lainnya

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
REPORT WORKING FORM

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
1. Daily Report Working

Kegiatan Pekerjaan Galian Terowongan

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Geological Mapping

Deswari Awang (Geologist)


PT. Wijaya Karya (Persero)
Deswari Awang (Geologist)
PT. Wijaya Karya (Persero)

Anda mungkin juga menyukai