General
NATM adalah cara pembuatan terowongan yang didasarkan pada prinsip mengambil
manfaat sebesar mungkin kemampuan batuan untuk menyangga beratnya sendiri dengan
pengawasan/ pengaturan gaya-gaya secara hati-hati dan terarah didalam proses
pengaturan kembali yang terjadi di sekitar lubang galian, dimulai dari saat lubang dibuat
sampai terjadinya suatu keseimbangan baru
Pada awal terowongan umumnya dijumpai kondisi kedalaman tanah yang relatif dangkal,
sehingga tegangan horizontal tanah/batuan yang terjadi lebih besar dibanding dengan
tegangan vertikalnya. Kondisi topografi permukaan tanah dan kondisi batuan yang lemah
akan mempengaruhi perilaku dan kestabilan terowongan. Perilaku dan kestabilan pada
daerah awal terowongan akan menjadi pertimbangan dalam desain, termasuk untuk
memilih metode galian dan sistem penyangga (support) yang efektif. Penggunaan support
diharapkan dapat meningkatkan kestabilan terowongan. Berdasarkan hal-hal di atas,
kontrol terhadap kestabilan sangat penting dalam perencanaan serta pelaksanaan
konstruksi terowongan.
Pada dasarnya pembuatan tunnel dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung
dari kondisi setempat terutama dari keadaan batuan. Salah satu cara pembuatan tunnel
yang terbaru telah ditemukan di Austria, dikenal dengan nama NATM (New Austrian
Tunneling Methode)
New Austrian Tunneling Methode adalah suatu sistem pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete (beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan rock bolt
sebagai penyangga sementara tunnel, sebelum diberi lapisan concrete (lining concrete).
Sebelum ditemukannya metode NATM ini, digunakan kayu dan rangka baja sebagai
konstruksi penyangga sementara. Kelemahan dari konstruksi kayu ini menurut Prof. LV.
Rabcewicz dalam bukunya NATM adalah kayu khususnya dalam keadaan lembab akan
sangat mudah mengalami keruntuhan, meskipun baja mempunyai sifat fisik yang lebih
baik, efisiensi busur kerja baja sangat tergantung dari kualitas pengganjalan (kontak baja
dengan batuan), sementara diketahui bahwa akibat meregangnya batuan pada waktu
penggalian seringkali menyebabkan terjadinya penurunan bagian atas terowongan.
Suatu cara klasifikasi batuan dalam pelaksanaan pembuatan terowongan adalah sangat
berperan dalam memberikan informasi kondisi batuan yang berkaitan dengan
keberhasilan dalam menentukan pola penyangga yang dibutuhkan atau kestabilan
terowongan.
Klasifikasi batuan yang sesuai dengan kondisi batuan atau struktur geologi yang terlihat
dilapangan maupun data dari hasil pemboran serta Technical Specification of project,
maka cara dan pemakaian klasifikasi batuan dilapangan dapat kami ajukan
sebagaimana yang telah lazim disebut sebagai klasifikasi batuan, Rock Mass Rating
(RMR), Bieniawski,1973.
Secara umum klasifikasi batuan dengan menggunakan Rock Mass Rating System, oleh
Bieniawski, 1973 dimaksudkan adalah :
- Membagi massa batuan dalam kelompok/group yang mempunyai perilaku yang sama.
- Memberikan dasar penilaian yang baik untuk mengetahui karakteristic/perilaku dari
massa batuan.
- Memberikan data kuantitatif untuk keperluaan pembangunan/rancang bangun.
- Membuat standar yang sudah baku dalam penerapan untuk rekayasa engineering
1. Protection Slope
2. Open Portal Tunnel works
Protection slope yang berfungsi untuk mencegah terjadinya collapse dan erosi (longsor )
Untuk membuka area rencana face tunnel yang dimana pengerjaannya dengan :
► Excavation cutting slope, pekerjaanya dilakukan dengan alat berat seperti Excavator
dan ada sebagian lagi dilakukan pekerjaan dengan cara Bolder blasting itu pun di lakukan
bilamana di dalam slope tersebut ditemukan boulder
► Dept Hole horizontal atau Water Drainages Horizontal, berfungsi untuk mengalirkan
kandungan air yang berada di dalam slope tersebut
► Terakhir pekerjaan shotcrete dengan Wire mesh, DA4 – ketebalan 150 ~ 200 mm.
Gamba
r 1.
Illustrasi galian permukaan pada area terowongan
Open Portal Tunnel Works adalah proses pembukaan pekerjaan excavation tunnel dan
merupakaan sebagai preparation works. Pekerjaan nya menempati pada area rencana
portal yaitu bagian luar pada posisi muka terowongan.
Siklus mekanisme untuk proses pekerjaannya, yaitu :
Center point adalah suatu pekerjaan yang sangat penting yang berhubungan dengan
menentukan arah tunnel. Dalam pekerjaan ini section team survey sangat menentukaan
untuk kedudukan center point. Setelah center point, tahap selanjutnya adalah installation
steel ribs pada posisi center point yang sudah di tentukan tersebut. Seperti gambar di
bawah ini :
Yang dimaksud dengan portal tunnel works ialah suatu permulaan pekerjaan persiapan
galian terowongan yang semua pekerjaanya di luar area tunnel yang bersifat temporary
untuk mencegah terjadinya collapse dan erosi.
Pekerjaan Detail Portal Tunnel harus di perhatikan, yaitu :
Untuk pekerjaan drainage work dan Installation electric power di lakukan pada saat
waktu yang luang pada drilling works. Di karenakan pada drilling works hanya
menggunakan jumbo drill machine yang bekerja di face tunnel.
1. Drillng Works
1 Jumbo Drill
2 CRD
3 Leg Drill
4 Compresor
5 Genset
6 Mata Bor
7 Stang Bor
8 Stock
Cadangan
Blasting works adalah peledakaan explosive (dynamite) yang sudah melalui tahap
charging work yaitu explosive yang ada dalam hole
Tahapan dalam Charging and Blasting works menggunakan detonator shot delay dan
detonator no-electric ( Nonel ) adalah :
Steming adalah suatu bahan yang terbuat dari tanah yang di campur dengan oil,
bilamana tanah tidak ada maka bisa diganti dengan pasir atau bahan yang lainya yang
bisa menutupi explosive.
Setelah tahapan-tahapan charging and Blasting works tersebut di atas yang harus di
perhatikan yaitu instruksi dari department Safety dikarenakan department safety akan
melakukan pendataan yaitu seperti vebrication setelah Blasting dan dampak dari
pekerjaan blasting work.
Setelah blasting selesai maka kita menunggu Diffuming. Arti dari diffuming yaitu
menungu asap dari face tunnel sampai ke portal tunnel, asap tersebut yaitu dampak
blasting work. Asap blasting akan cepat keluar tunnel bilamana system blower di
hidupkan. Dan setelah deffuming selesai maka sebagai blaster akan datang terlebih
Scalling Works.
Scalling dan chipping adalah pekerjaan pembersihan pada area muka terowongan yang di
akibatkan dari peledakan (blasting). Misal kondisi batuan yang menggantung atau batuan yang
menempel dan siap lepas, bila keadaan seperti demikian sebaik nya dilakukan scalling dan
chipping sehingga permukaan terowongan bersih, kuat dan aman.
1 Hydraulic Breaker
2 Jack Hammer
3 Pick Hammer
Scalling work adalah memberesihkan dari creck batuan atau sisa-sisa dari hasil blasting
yang akan jatuh ke permukaan tunnel akibat blasting works di antara itu juga berfungsi
sebagai salah satu keselamatan bagi pekerja yang akan mengerjakaan Mucking out. Dan
bilamana pekerjaan tersebut tidak di lakukan dengan sebaik-baiknya maka dampaknya
adalah rawan akan kecelakaan yang di sebut dengan fall rock.
Scalling by water pressure yaitu dengan memberesihkan permukaan atas bebeatuan yang
crack dan kondisi yang rawan jatuh. Di samping itu juga berfungsi sebagai penyelamatan
dari efek samping
Scalling by stick bar yaitu dengan cara menjatuhkan bebatuaan yang kondisinya creck
yang berada di atas tunnel dengan menggunakan stick bat.
Setelah selesai dalam pekerjaan scalling works maka department survey akan melakukan
pengecheckan underbreak atau overbreak dan bilamana underbreak surveying akan
memberikaan tanda. Dan memberikaan instruction re-excavation atau tidak.
Jika sudah conform dimana excavation sudah berada pada limitnya, maka tahap
selanjutnya yaitu dengan menclearing area dengan water spray untuk menjatuhkan
pecahaan bebatuan, debu, soil yang menepel pada permukaan atas tunnel.
Ventilating
Untuk mengendalikan debu dalam terowongan, dapat menggunakan metoda, sebagai berikut :
1 Blower
2 Exhaust Fan
3 Kompresor
4 Kelengkapan nya
5 Asosories/Cadangan
Mucking Out
Mucking adalah pemindahan material yang tidak terpakai yang dihasilkan dari
peledakan (blasting). Mucking harus segera dilakukan setelah area dari terowongan
bersih dari asap dan gas. Pengangkutan material dari terowongan dilakukan oleh Wheel
1 Wheel Loader
2 Eksavator
3 Dump truck
Pengertian dari Mucking Out adalah mengeluarkan batuan hasil blasting di face tunnel ke
luar tunnel dengan menggunakan alat berat seperti shaffloader, dump truck dan atau
peralatan berat lainnya dan menempatkan hasil mucking out ke lokasi yang sudah
disiapkan (diposal area).
Setelah selesai pekerjaan mucking out maka harus scalling works lagi yaitu untuk
memastikaan akan tidak terjadinya fall rock dan membersihkaan face tunnel.
Sistem Penerangan
1 Lampu sorot
2 Lampu jalan
3 Emergency lamp
4 Generator set
5 Kelengkapan lainnya
Untuk terowongan pada batuan, biasanya penggunaan shotcrete dan rockbolts adalah
sangat memadai untuk sistem penyangga. Pada daerah-daerah weak zone, penggabungan
shotcrete dan stell ribs dapat digunakan.
Installation Steel Ribs adalah memasang support material (H-beam atau I-beam)
bilamana menemukaan daerah yang rawan collapse. juga berfungsi sebagai pelindung
dari terjadinya collapse.
Untuk penginstallation steel ribs juga harus ada yang dinamakan work order dari
Department Geologi. Geologist akan memberikaan instruction dan menyerahkan report of
works setalah di lakukan mapping works. Dalam pekerjaan installation steel rib juga
harus mengikuti instruksi team survey yang segera akan memberikaan point – point untuk
penginstallation steel ribs.
Sebelum pengistallation steel ribs maka akan mengerjakaan additional excavation untuk
posisi dari steel ribs tersebut, dimana additional excavation itu akan menggunakaan alat
seperti pick hammer, hand breaker, dll dan setelah additional excavation selesai segera
steel ribs akan di install.
1 Excavator
2 Mobile crene
3 Crene
4 Trafo Las
5 Dinamo Las
Shotcrete Works.
Shotcrete works adalah semburan concrete yeng berfungsi sebagai protection untuk
mengkondisikan bila terjadi collapse, fall rock dan compaction batuan.
1. Dry shotcrete adalah formula mixing material shotcrete dengan cara mixing
material tanpa water biasanya untuk mixing material shotctere tersebut di
produksi dengan cara manual dan dengan menggunakan alat shotcrete yang di
sebut portable aliva.
2. Wet shotcrete adalah formula mixing material shotcrete dengan cara mixing
material yang sudah di campur dengan water biasanya material shotcrete tersebut
disupply oleh Batching Plant dan dengan menggunakaan Robotic shotcrete
machine, Truck mixer.
Kegunaan shocrete :
Membuat stress act uniform di sekitar dinding terowongan yang berbentuk celah-
celah tidak beraturan.
1 Shotcrete mesin
(Aliva dan Turbosol)
2 Dizing pump
3 Concrete Mixer
4 Pipa grout
5 Truck Mixer
Shotcrete application
Sohcrete mixing di siapkan untuk appled shotcrete yang dimana akan di pumping sampai
nozzle menggunakan high pressure dan water hoses akan compresed dengan air (min 7
bar) dan accelerator akan bercampur dengan material shotcrete lainnya. Keteblaan dalam
appled shotcrete first layer yaitu + 30 mm dan jarak dari face tunnel + 1,5 m.
Pada waktu bersamaan pekerjaan untuk memasang anchor bar dikerjakaan yang
bermaksud untuk mengikat wire mesh ke dinding tunnel itu.
Setelah shotcrete first layer selesai maka pemasangan wire mesh dengan cara mengikat
wire mesh tersebut ke anchor bar.
Rock Bolt adalah salah satu termasuk support of tunnel yang dimana berfungsi sebagai
penahaan bebatuan yang creck , memdatkan bebatuan dan menjaga agar tidak terjadinya
collapse.
Untuk mencegah blok batuan lepas seperti hanging effects, wedge effects dan atap
terowongan melengkung (beam effects).
Memeperbaiki aksi perlawanan pada bidang lengkung atap terowongan terhadap
pembebanan.
Untuk memperkuat koneksi antara lapisan beton dengan batuan atau batuan
dengan batuan, Rock bolt dia 25 mm dari high yield deformed steel bar, dengan
metode memasukan steel bar pada lokasi-lokasi yang sudah ditentukan dengan
bantuan mesin drill dan sementing (grouting atau sika rokon), dengan tujuan
untuk menyatukan dan memperkuat posisi batuan.
2 Karet
4 Bar Cutter
5 Bar Roller
Dan untuk lebih details tentang procedure shotcrete works lihat drawing di bawah in :
Pattern rockbolt
Very
Stell rib with shotcrete and pattern rockbolt;
Poor And additional rock bolt if required
Gambar
2. Diagram Konsep Penggunaan Sistem Penyangga Primer
Survey Topografi
Survey dilakukan untuk memonitor pekerjaan penggalian terowongan, apakah
pelaksanaan sudah sesuai dengan yang ditentukan garis penggalian atau bukan, sebagai
acuan, bentuk dan point-point yang penting yang akan disajikan di muka terowongan.
Pengaturan dari point-point yang penting di muka terowongan akan selalu dilakukan
sebelum pekerjaan penggalian di mulai dan di cross check kembali setelah penggalian
terowongan
Catatan : Peralatan survey harus di kalibrasi secara teratur setiap 6 (enam) bulan sekali
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi.
Geological Mapping
c. Spacing of Discontinuities.
Spacing of discontinuities atau jarak antara rekahan satu dengan yang lain adalah
merupakan parameter yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi tingkat
kekompakan/kekuatan batuan. Dengan melihat keberadaan jarak rekahan di dalam massa
batuan, akan dapat memberi petunjuk tentang betuk-bentuk bagian dari penyusun suatu
massa batuan apakah akan berupa bongkah /blok-blok ataupun fractures. Suatu
klasifikasi untuk Spacing of discontinuities dapat diperlihatkan dalam table sebagai
berikut:
d. Condition of Discontinuities.
Kondisi permukaan dari massa batuan yang telah terpisahkan oleh rekahan, akan dapat
mempengaruhi sifat dan perilaku suatu massa batuan. Kondisi ini dapat memperlihatkan
kenampakan yang menerus, kasar atau halus dan atau terisi oleh material- material isian
baik berupa lempung atau fragment hancuran yang bersifat tidak kompak. Sehingga
didalam pembuatan terowongan perlu mendapat perhatian yang serius.
e. Groundwater.
Keberadaan dan nilai permeabilitas air tanah di suatu daerah perencanaan proyek perlu
mendapat perhatian. Dimana dari sifat yang mudah menyebar dan menempati ruang
kosong yang saling berhubungan dalam massa batuan, air tanah akan berpengruh
terhadap kestabilan massa batuan selama pelaksanaan dan pasca pembuatan
terowongan. Pengaruh tersebut terutama dalam merembes atau mengalir kedalam
terowongan lewat daerah –daerah yang lemah seperti; rekahan/kekar, shear zone atau
bidang- bidang sesar,bidang ketidak selarasan antara lapisan batuan dll. Sehingga dapat
mengganggu kekokohan massa batuan disekitar terowongan dan akhirnya
longsor.Sedangkan pada pasca pembuatan terowongan yaitu cenderung untuk mengerosi
dan akhirnya terjadi piping diujung terowongan.
f. Orientation of Discontinuities.
Kedudukan dan penyebaran bidang discontinuities dalam pelaksanaan excavasi
terowongan akan sangat memperahui kekokohan massa batuan disekitar terowongan
baik sebagai dinding dan atap terowongan serta keberhasilan dan tidaknya dalam
pembuatan terowongan.
Hubungan bidang discontinuities ini dengan suatu bangunan terowongan akan bersifat
menguntungkan atau kurang mengutungkan dalam kestabilan massa batuan untuk
keberadaan terowongan.
Dari hasil pemerian dan penilaian / rating parameter-parameter untuk klasifikasi batuan
tersebut diatas. Maka dapat diperlihatkan suatu table seperti dibawah ini :
Cara penggunaan klasifikasi batuan menurut Rock Mass Rating Syatem adalah sebagai
berikut :
a. Pertama-tama adalah menghitung total rating dari kelima parameter tersebut
diatas dari parameter a hingga sampai e ( parameter a,b,c,d dan e ) yang
didasarkan pada table 4-A
b. Selanjutnya menghitung nilai dari orientasi struktur geologi (jurus dan
kemiringan ) baik berupa sesar dan rekahan terhadap kedudukan sumbu
terowongan didasarkan pada tabel 4- E
c. Setelah mengetahui dari kedudukan struktur geologi terhadap sumbu
terowongan, maka dapat ditentukan nilai scorenya berdasarkan table 4-B
d. Setelah semua nilai /score dari parameter – parameter diatas diketahui, maka
langkah seterusnya yaitu menggabungkan atau menjumlahkan nilai parameter
sehingga diperoleh total nilai/score, seperti dalam table 4- C.
e. Setelah mengetahui kelas massa batuan, maka dapat pula untuk mengetahui dari
sifat-sifat mechanic/fisik maupun kekokohan suatu massa batuan dalam
terowongan. Sifat mechanic tersebut dapat diketahui didalam table 4 – D.
Dari nilai total rating = 37 tersebut, maka disesuaikan kedalam table klas massa batuan
yaitu berada dalam klas IV atau disebut Poor Rock.
Dengan mengetahui adanya hubungan antara nilai klasifikasi batuan dan sifat ketegaran
batuan dalam terowongan, maka dapat digambarkan hubungan antara panjang
terowongan tanpa penyangga dan waktu yang diperlukan (Stand-up time), seperti gambar
dibawah ini.
Setelah melakukan perhitungan dan interpretasi dari data-data yang ada, untuk setiap
bagian terowongan, maka Geo mechanic rock mass rating berdasarkan Bieniawski, 1973
diperlihatkan pada tabel terlampir. Hubungan korelasi antara stand – up time dari
unsupported underground excavation span dengan kalsifikasi geomechanics adalah
berkisar 4 - 20 jam untuk batuan klas IV – Poor Rock.
Tabel 15. Geomechanics Classification for Excavation and Support of Rock Tunnels
( Construction: Drilling and Blasting)
Support Type
Roc Rock Mass Class Excavation Rockbolts(1/3 to ½
Shotcrete Steel Sets
Tunnel width)
Very good rock
Full face
I Generally no support required except for occasional spot bolting
3 m advance
RMR: 81 - 100
Good rock Locally bolts in roof 3 m
Full face. 5 cm in roof where
II long, spaced 2.4 m with None
1 – 1.5 m advance required
RMR: 61 – 80 occasional wire mesh
Top heading and bench
1.5 – 3 m advance in top Systematic bolts 3.6 m
Fair rock
heading. Commence long. Spaced 1.5 – 1.8 in 5 – 10 cm in roof and 5
III None
support after each roof and walls with wire cm in walls
RMR: 41 – 60
blast.Complete support 6 mesh in crown
m from face
Top heading and bench 1
Systematic bolts 3.6 –
Poor rock – 1.5 m advance in top Light to medium
4.5 m long. Spaced 0.9 – 10 – 15 cm in roof and
IV heading. Install support ribs spaced 1.5 m
1.5m in roof and walls 10 cm on walls
RMR: 21 – 40 concurently with where required
with wire mesh
excavation
Medium to heavy
Multiple drifts. 0.3 – 1 m
Systematic bolts 4.5 - 6 ribs spaced 0.6 –
advance in top heading.
Very poor rock m long. Spaced 0.9 – 1.5 15 – 20 cm in roof, 15 1.8 m with steel
Install support concurently
V m in roof and walls with cm on walls and 5 cm lagging and
with excavation. Shotcrete
RMR: < 20 wire mesh in crown. on face forepoling if
as soon as possible after
Bolt invert required. Close
blasting
invert
Setelah selesai dalam pekerjaan shotcrete works maka kembali ke cycle works yaitu
drilling works.
Drainages works adalah suatu pekerjaan untuk dewatering dari dalam tunnel ke luar
tunnel atau supply water dari luar tunnel ke dalam tunnel
Dalam dewatering dari dalam ke luar tunnel adalah mengeluarkan water yang keluar dari
batuan atau water yang berasal dari pekerjaan excavation tunnel yaitu dengan cara
mebuat line drainge dan menggunakan water pipe yang di pumping oleh water pump 4”,
6’’ dan 2’’ dan di alirkan keluar tunnel melalui water pipe. berfungsi pada saat pekerjaan
drilling works dan charging works yaitu menggunakan water pump 4’’ pada bidang muka
tunnel untuk mengeringkaan areal bawah tunnel.
Pengertiaanya adalah mensupply water dari luar ke dalam dengan cara menglirkaan water
tersebut melui water pipe. Dimana water tersebut berguna untuk drilling works , mucking
out dan scalling works.
Grouting
Ada beberapa pekerjaan grouting pada terowongan yang sangat umum dilakukan, sebagai
berikut :
a. Backfill grouting, adalah : Injeksi semen – pasir untuk pengisian antar celah-celah
batuan setelah pekerjaan pengecoran, antara beton terowongan dengan batuan
disekeliling nya atau antara beton terowongan dengan beton backfill.
c. Curtain grouting, adalah : Injeksi semen bertekanan tinggi sebagai upaya untuk
menekan rembesan air ke dalam terowongan dan untuk meminimalkan terjadi nya
bocoran.
d. Contact grouting, adalah : Injeksi semen- pasir untuk mengisi dan menyatukan rongga
antara beton terowongan dengan dinding atas (roof/crown).
1 Mixing grout
2 Grout plan
3 Stang “pecker”
4 Pipa grout
5 Manometer
6 Kelengkapan
lainnya