HALAMAN JUDUL
PENATAAN LAHAN UNTUK PENGGUNAAN LAHAN
TANAMAN KARET
OLEH:
RAYU ZATDRA
NIM. 2006111573
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Dr. Besri Nasrul, SP, M.
Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pemetaan dan Tataguna Lahan serta
kepada Bang Selo Putra Taniran sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Pemetaan
dan Tataguna Lahan yang telah yang telah banyak memberikan bimbingan,
praktikum ini.
laporan akhir praktikum ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapakan kritikan dan
Rayu Zatdra
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1 Tanaman Karet...............................................................................................5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Karet.....................................................................8
III METODOLOGI................................................................................................10
3.1 Tempat dan Waktu.......................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................10
3.3 Cara Kerja....................................................................................................10
V KESIMPULAN..................................................................................................31
5.1 Kesimpulan..................................................................................................31
5.2 Saran.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Tabel
Halaman
pohon yang lurus. Dulunya pohon karet hanya terdapat di brazil, Amerika selatan.
sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia,
terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan
ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah
pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan
dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan
tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan
ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang
Data sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan
survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh
keperluan tertentu.
menilai potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan akan
penjumlahan, dan sistem matching atau mencocokkan antara kualitas dan sifat-
Hilir Provinsi Riau yang sarat dengan berbagai potensi daerah. Salah satu potensi
kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan kecamatan sinaboi. Hal ini
diindikasikan dari banyaknya penduduk yang hidup dari bertani dan luasnya areal
ditunjang oleh pengelolaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dan kelas
kesesuaian lahan . Oleh karena itu, pengelolaan usaha tani pada suatu daerah
harus mempertimbangkan kemampuan lahan dan kelas kesesuaian lahan daerah
tersebut. Akan tetapi disisi lain, informasi tentang kemampuan lahan dan kelas
didahului dengan tersedianya data karakteristik iklim dan lahan, yang selanjutnya
maka harus diketahui karakteristik lahan daerah tersebut, baik karakter fisik,
kimia maupun biologi tanah. Oleh karena itu dilakukan identifikasi karakteristik
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum
Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji
coba penanaman karet adalah Pemanukan dan ciasem, Jawa Barat. Jenis yang
pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah spesies Ficus elastica
atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensi baru ditanam di Sumatera
bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar
Swadaya, 2008).
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya
peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam
Boerhendhy, I. (2009) menyatakan secara umum ada dua jenis karet, yaitu
karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik
yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Saat ini karet yang
digunakan di Industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun kelebihan
yang dimiliki karet alam adalah: (a) memiliki daya lenting dan daya elastisitas
yang tinggi, (b) memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah,
(c) mempunyai daya aus yang tinggi, (d) tidak mudah panas (low heat build up)
dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
zat kimia. Karet sintetis dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
berbagai kondisi agroklimat. Ekologi daerah asal tanaman karet (Brasil) termasuk
lingkungan hutan tropis basah yang hampir serupa dengan lingkungan hutan tropis
Sumatera dan Kalimantan dengan curah hujan 1.5004.000 mm/tahun dan rata-
rata bulan kering 04 bulan/tahun. Faktor lingkungan yang dominan dalam
pengusahaan tanaman karet adalah iklim dan tanah. Curah hujan yang ideal untuk
kering 02 bulan (Thomas 2008). Curah hujan yang baik berkisar antara
tahun tanpa bulan kering kurang baik untuk pengembangan tanaman karet karena
kelembapan tinggi, sehingga tanaman mudah terserang penyakit gugur daun
hutan tropis basah yang produktif, serta dapat dibudidayakan dengan olah tanah
berupa oksigen, kayu, dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi
mengatur tata guna air, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi.
Secara alami, tanaman karet setiap tahun mengalami gugur daun yang mampu
menyuburkan tanah. Daur hidup yang demikian akan terus berulang selama satu
siklus tanaman karet, paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan
tanaman karet sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena tanaman ini
biomassa rata-rata tanaman karet pada umur 3–5 tahun mencapai 3550 ton bahan
kering/ha/tahun. Tanaman karet dalam satu siklus dapat mengikat CO2 udara
sebanyak 660 t/ha, atau rata-rata 23 t/ha/tahun. CO2 dapat diubah menjadi bentuk
organik penyusun jaringan tanaman seperti akar, batang, daun, biji, dan lateks.
Dengan luas pertanaman karet Indonesia sekitar tiga juta hektare, maka CO2 yang
dapat diikat mencapai 70 juta t/tahun, atau dapat mengikat emisi CO2 sedikitnya
2.2.1. Iklim
Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim
yaitu suhu rata – rata harian 280C (dengan kisaran 25 – 350C) dan curah hujan
tahunan rata – rata antar 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari
pertahun. Pada daerah yang sering hujan pada pagi hari akan mempengaruhi
daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah – daerah Indonesia bagian
Barat yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah
(Budiman, 2012).
Curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000 – 2.500 mm setahun disukai
tanaman karet. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan merata sepanjang tahun,
dengan hari hujan berkisar 100 – 150 HH/tahun. Jika sering hujan dipagi hari
produksi akan berkurang, hal tersebut dikarenakan jika penyadapan pada waktu
2.2.3. Suhu
terletak disekitar ekuator (katulistiwa) antara 100 LS dan 100 LU. Karet masih
tumbuh baik sampai batas 200 garis lintang. Suhu 200 dianggap sebagai batas
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian maksimal 500
m dari permukaan laut, pada ketinggian lebih dari 500 m pertumbuhan akan
terhambat dari produksi akan kurang memuaskan. Bisa dikatakan Indonesia tidak
mengalami kesulitan mengenai area yang dapat dibuka untuk ditanami karet
hampir seluruh daerah di Indonesia karet dapat tumbuh subur (Woelan, 2005).
2.2.5. Tanah
tanpa memandang jenis – jenis tanah, karet dapat tumbuh pada kisaran pH tanah
3.5 – 7.0. untuk pH optimum harus disesuaikan dengan jenis tanah, misalnya pada
tanah red basaltic soil pH 4.6 sangat baik bagi pertumbuhan karet. Sebagai contoh
pada tanah red basaltic soil PR 107 dan GT 1 tumbuh baik pada pH 4.5 dan 5.5.
sifat – sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :
1. Solum cukup dalam sampai 100 cm atau lebih dan tidak terdapat batu-batuan.
5. Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm.
6. Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro.
pelaksanaan praktikum Pemetaan dan Tataguna Lahan ini yaitu mulai tanggal 2
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop/PC dan aplikasi Arcgis
10.8. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah peta
Kecamatan Sinaboi, peta sebaran tanah Kecamatan Sinaboi, peta tutupan lahan
data.
3. Setelah itu, klik peta soil yang muncul, lalu tekan properties dan diatur
4. Setelah itu pada layer kec_sinaboi_soil diklik sekali dan klik kanan pada
5. Kemudian diinput data kesesuaian lahan berupa kelas pH, kelas drainase,
kelas kedalaman gambut, kelas texture, kelas CEC dan kelas kesesuaian
lahan dengan cara tekan klik add field, isi nama kelas pada bagian name,
kec_sinaboi_soil.
8. Setelah itu, klik dissolve pada layer hasil intersect tadi, kemudian centang
meng-klik layer hasil dissolve tadi, klik kanan pada kursor, piih properties,
klik symbology, lalu category, dipilih unique values, dipilih pada menu
value field yaitu KLS_KESESUAIAN, kemudian klik add all values, klik
10. Kemudian, di inset pada layernya berupa judul “Peta Kesesuaian Lahan
Tanaman Karet”, Legenda, sumber data, skala, simbol arah mata angin dan
lan sebagainya.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum pemetaan dan tata guna lahan ini dilakukan pembuatan
Hilir, Provinsi Riau, dimana data yang diperoleh diolah menggunakan Aplikasi
ArcGis 10.8. Data yang diperoleh disesuaikan dengan keadaan lokasi studi dan
maka dapat dilihat bahwa terdapat empat desa dikecamatan sinaboi diantaranya
yaitu Desa Raja Benjamu, Desa Sei Nyamuk, Desa Sinaboi dan Desa Sungai
Bakau.
Selain gambar peta wilayah studi juga terdapat tabel terkait nama-nama
desa dan beberapa keterangan lainnya terkait wilayah studi, tabel tersebut dapat
sangat pesat karena berbatasan langsung dengan Kota Dumai, di mana kota
tersebut berkembang sangat pesat, dan Sinaboi akan menjadi pelabuhan nusantara
utama bagi Kota Bagansiapiapi. karena Jarak dari Bagansiapiapi ke Sinaboi dapat
di tempuh perjalanan darat lebih kurang 30 km, dan itu memudahkan masyarakat
kabupaten Rokan Hilir. Letak kecamatan Sinaboi 365 Km dari Ibu Kota Propinsi
dan 40 Km dari Ibu Kota Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten Rokan Hilir
memiliki luas wilayah 8.881,59 km2 atau 888.159 ha, terletak pada kordinat
pendudk yang besar tersebut berkualitas baik. Penduduk merupakan sumber daya
yang sangat diperlukan selain sebagai objek pembangunan juga subjek Penduduk.
Jumlah penduduk yang paling tinggi adalah pada tahun 2015-2016 yaitu sebanyak
tahun 2012 yaitu sebesar 12.890. Kecamatan Sinaboi berjumlah 15.568 jiwa
dengan perincian Jumlah Laki-Laki 7.967 jiwa perempuan 7.601 jiwa dan terdapat
4080 kepala keluarga. Selain jumlah yang terdapat baku yang terdapat di kantor
Kecamatan Sinaboi ada juga penduduk Kecamatan Sinaboi yang masih belum
semua terdaftar didata kependudukan Banyak faktor yang belum bias membuat
mereka tercatat sebagai penduduk asli Kecamatan Sinaboi. Antara lain tidak
memiliki surat pindah dan lain sebagianya sehingga status mereka sebatas
keluarga nelayan, tetapi masih ada penduduk yang memiliki profesi selain
dikenal masyarakat luas sehingga terdapat dua versi yang berbeda tentang nama
sinobus yang berarti sipenebus, karna konon ceritanya oarng luar atau para
perantau yang datang kesinaboi untuk bekerja dapat menebus atau melunasi
hutang-hutangnya dikampung.
cinabuy yang berarti cina beli, karna konon ceritanya dimasa itu sering
terjadi transaksi jual beli Ubi Jalar ( keledek ) antara orang luar dan parng
Tionghua Sinaboi
langsung dengan laut atau selat malaka, sehingga pada tahun 1945 didaerah ini
diKepenghuluan Sinaboi, bahwa sejak tahun 1945 Sinaboi dengan Kota Madya
Dumai dibatasi dengan sungai alam yaitu Senepis yang mana sebelah kiri masuk
warna merah muda, sedangkan lahan bewarna hijau yaitu digunakan untuk
pertanian lahan kering campuran, garis bewarna merah muda adalah sungai, garis
bewarna biru ialah jalan sedangkan lahan berwarna coklat digunakan untuk
kegiatan lainnya seperti pemukiman penduduk, lahan basah atau rawa dan lain
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2011 hingga 2014
jumlah produksi hingga 367.261 ton dan luas lahan sebesar 502.906 ha.
Sebagian besar perkebunan karet yang ada di Riau dimiliki oleh petani
swadaya, yang diusahakan hanya dalam skala kecil, berbeda halnya dengan
Provinsi Riau dengan luas lahan 26.359 ha dan produksi sebesar 23.990 ton
1,086 ton/ha sehingga tidak berbanding lurus dengan perusahaan negara yang
adanya ketimpangan yang sangat jauh antara produktivitas karet milik rakyat
dan milik Negara serta Swasta. Jika menggunakan bibit unggul, setidaknya
industri otomotif. Karet berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke
seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda dan
beberapa karet klon atau karet unggul. Karet unggul tersebut mampu
menghasilkan getah hingga 2 kali lebih banyak dari kebanyakan karet lokal yang
digunakan petani. Namun secara umum produktivitas karet rakyat Indonesia saat
kualitas bibit yang rendah minimnya pemeliharaan yang dilakukan petani dan
ditanam dari biji. Namun harga bitcoin sangat mahal menyebabkan masih banyak
petani yang memilih menanam karet dari bibit cabutan atau anakan liar yang
didapat dari kebun karet milik PT London Sumatra Indonesia Tbk. (PT. Lonsum).
Ketika karet tersebut berumur 8 bulan atau ukuran batangnya sudah mencukupi
untuk diokulasi, petani mencari tenaga operator dan meminta bantuan mereka
untuk melakukan okulasi langsung karet di kebun dengan upah berkisar Rp 2.500-
Rp 3.000 per batang. Hal ini merupakan cara yang relatif aman dan terjangkau
pohon/ha. Dengan kisaran kerapatan tanaman tersebut, pola dan jarak tanam yang
karet pada lahan yang datar sampai kemiringan 10% dapat menggunakan jarak
tanam pagar (jarak tanam 6 m x 3 m atau populasi 555 ha). Jarak tanam lebar (6
m) dibuat searah mata angin Utara dan Selatan dan jarak tanam sempit (3 m)
mengarah ke Timur dan Barat. Dengan pola dan jarak tanam tersebut, area
pertanaman karet dapat ditanami tanaman sela pangan dan atau hortikultura.
tanam menurut kontur, yaitu dengan membuat teras bersambung untuk konservasi
lahan. Pengajiran dapat dilakukan dengan cara menentukan ajir teras bersambung,
kemudian memasang ajir dengan jarak 3 m pada teras sambung yang telah dibuat.
Apabila jarak horizontal antarteras hampir dua kali jarak tanam (12 m), perlu
dibuat teras anakan di antara kedua teras tersebut. Demikian pula apabila jarak
tanam terlalu sempit, teras yang di bagian bawah harus diputus. Ukuran lubang
tanam disesuaikan dengan bibit yang digunakan dan jenis tanah. Untuk karet yang
ditanam pada tanah PMK dengan bibit satu payung daun, dianjurkan
getah pada umur 4-6 tahun, sedangkan karet lokal pada 8 hingga 10 tahun
bila batang karet telah memiliki lingkar batang minimal 45 cm pada ketinggian
100 cm dari atas permukaan tanah. Penyadapan sebaiknya dilakukan ketika 60%
dari pohon pohon karet yang ditanam sudah memiliki lingkar tersebut. Setelah
penyadapan getah atau lateks yang terkumpul diproses menjadi lembaran karet
yang disebut Slab, pengolahan ini dilakukan dengan mencampur getah cair
dari kebiasaan petani. Ketebalan slab yang dianjurkan adalah 10-15 cm.
yang benar, serta pengendalian gulma dan hama penyakit. Penyulaman dilakukan
dipertahankan dan seragam. Bibit karet untuk sulaman digunakan bibit yang
seumur yang sudah dipersiapkan sebanyak 1520% dari populasi, atau lebih tua
dari tanaman yang disulam. Penyulaman masih boleh dilakukan sampai tanaman
karet berumur dua tahun di lapangan (TBM II). Tunas palsu pada tanaman karet
sering kali tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan mata tunas hasil okulasi.
Tunas palsu dapat menghambat pertumbuhan tunas okulasi dan bahkan
mengakibatkan mata okulasi tidak tumbuh. Oleh karena itu, tunas-tunas palsu
harus dibuang agar pertumbuhan tanaman seragam. Tunas cabang yang tumbuh di
bawah ketinggian 2,6 m dari pertautan okulasi (m dpo) harus dibuang ketika tunas
tersebut masih berwarna hijau agar tidak meninggalkan bekas luka pada batang.
Pembuangan tunas cabang bertujuan untuk memperoleh bidang sadap yang baik
(bundar, lurus, dan tegak). Di lapangan tidak jarang ditemui tanaman karet yang
bermasalah dengan angin dan jamur upas karena kondisi kelembapan yang tinggi,
Dengan sistem sanggul, batang utama tanaman karet akan tetap tumbuh ke atas
dan cabang yang dihasilkan posisinya bertingkat sehingga lebih tahan terhadap
angin dan jamur upas. Pembentukan percabangan dapat dimulai sejak tanaman
dengan pengelolaan yang sangat sederhana. Dalam aspek budidaya petani dalam
bibit lokal, dimana setelah bibit ditanam dibiarkan begitu saja tanpa
perawatan. Pemupukan dilakukan sesuai dengan kemampuan petani. Terdapat
seperti jengkol, petai, nangka atau tanaman kayu seperti meranti. Penyadapan
dilakukan petani setiap hari pada pagi hari dan juga tergantung pada cuaca
dengan pengumpulan hasil sadapan tiap 3 hari sekali. Petani menjual hasil
8.000/kg.
4.3 Tanah
sebesar 77,35%, sedangkan perbukitan dengan cakupan 22, 64% dari luas wilayah
Boerhendhy, I. (2009) pada lima Titik lokasi penelitian di Kabupaten Rokan Hulu
didapatkan jenis tanah yang bervariasi dengan analisis sifat struktur tanah yang
paling keras berdasarkan kedalaman maksimal yang tidak mampu ditembus sondir
yaitu jenis tanah berbutir sangat kaku dan jenis tanah berpasir sampai lanau
kepasiran.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara
umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah aluvial biasanya
cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik.
Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada H < 3,0 dan
> pH 8,0.
Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya adalah
sebagai berikut:
a. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
f. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
h. pH 6,5
dan pantai terdiri dari daratan dan meander sepanjang sungai-sungai besar dan
pantai yang umumnya berhutang lebat serta memiliki rawa dataran ini biasanya
terdiri dari endapan aluvium yakni pasir kerikil Krakal lanau dan lempung.
ini menutupi sebagian kecil daerah terutama di daerah bagian barat laut
Kabupaten Rokan Hulu satuan ini tersusun dari endapan pasir konglomerat
diantaranya batuan aluvium muda batuan aluvium tua batuan berpasir kuarsa
batuan gampingan berlumpur atau berpasir batuan galukonit batuan gunung api
Lahan merupakan suatu ruang yang digunakan oleh mahluk hidup untuk
melakukan interkasi antara faktor biotik dengan abiotik. Lahan yang digunakan
dikelompokkan menjadi dua yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian.
kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan sebagainya.
terdapat dua klasifikasi kesesuaian lahan diantaranya yaitu warna cream untuk
lahan yang tidak sesuai untuk tanaman karet (N) dan warna coklat untuk lahan
yang sesuai marjinal (S3). Hal ini didasarkan pada kelas kesuaian lahan dimana
lahan yang secara actual masuk sesuai marjinal (S3) karena kekurangan unsur
hara, dapat berubah menjadi cukup sesuai (S2) atau bahkan menjadi sangat sesuai
untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu,dikenal ada dua ordo yaitu : Ordo S
atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan
tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya
daripada masukan yang diberikan. Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah
secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak
sesuai untuk penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi
berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah, seperti
penanaman pada lereng yang 17 curam. Selain itu, sering pula didasarkan pada
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan
menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang
ditulis di belakang symbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas
yang semakin jelek bila makin tinggi . Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S
dan dua kelas dalam ordo N, maka pembagian serta defenisinya secara kualitatif
yaitu: Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak
mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya. Kelas
diperlukan. Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable)
merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih
mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat
merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak
tataguna tanah dan juga suatu proses dalam menduga potensi lahan tertentu baik
untuk pertanian maupun non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk suatu
fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, lereng, topografi dan persyaratan
yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini maka akan diketahui
potensi lahan atau kelas kesesuaian untuk jenis penggunaan lahan tersebut. Dalam
lahan untuk pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang rumput,
2. Kesesuaian lahan : potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk
lahan.
lahan.
5. Kesesuaian lahan fisik : kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada faktor-
basa.
Menurut Sarwono Hardjowigeno (2007), klasifikasi kesesuaian lahan
kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari
a. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu.
perbaikan yang diperlukan dalamkelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu
atau lebih subkelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas itu
kedalaman efektif (s) dapat menjadi subkelas S2s. dalam subkelas dapat
mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga symbol pembatas, dimana pembatas
paling dominan ditulis paling depan. Misalnya dalam subkelas S2rs maka
pembatas keadan topografi (t) adalah pembatas yang paling dominan dan
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub
kelas berdasar atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada pada dalam
suatu subkelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan
5.1 Kesimpulan
kabupaten rokan hilir, provinsi riau dikarenakan didominasi kelas keseuaian lahan
(N) tidak sesuai dan (S3) sesuai marjinal. Jika ingin tetap mengolah lahan untuk
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum Pemetaan dan tata
guna lahan ini ialah agar dipahami betul terkait syarat tumbuh tanaman sehingga
Azwar, R., N. Alwi, dan Sunarwidi. 1989. Kajian komoditas dalam pembangunan
hutan tanaman industri. Prosiding Lokakarya Nasional Hutan Tanaman
Industri Karet, Medan, 2830 Agustus 1989. Pusat Penelitian Karet,
Sungei Putih.
Boerhendhy, I. 2009. Pengelolaan biji karet untuk bibit. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 31(5): 16.