Anda di halaman 1dari 111

ABSTRAK

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekaligus sebagai upaya
meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan penataan ruang, diperlukan
pengawasan terhadap kinerja penyelenggaraan penataan ruang. Pengawasan teknis
penataan ruang sesuangguhnya sangat diperlukan karena sifatnya yang menyeluruh
dan rutin sehingga dapat menjadi instrument deteksi dini terhadap kekurangan,
penurunan, atau bahkan penyimpangan dalam menyelenggarakan penataan ruang.
Dengan demikian, melalui pengawasan teknis para penentu kebijakan bisa
mendapatkan masukan dengan cepat dan tepat dalam merumuskan langkah –
langkah perbaikan penataan ruang yang perlu di tempuh.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pemerintah dengan strategi
membangun dari pinggiran cukup banyak menyediakan tambahan infrastruktur dan
fasilitas publilk di Wilayah Timur Indonesia yang tentunya akan meningkatkan
kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang tersebut seyogyanya perlu dikelola
dengan tepat agar pemenuhannya tidak bersifat sporadis, menimbulkan konflik,
dan/atau justru menurunkan daya dukung lingkungan dan/atau tingkat layanan
fasilitas publik. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Direktorat Jenderal
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian ATR/BPN
pada Tahun Anggaran 2019 akan melaksanakan kegiatan Pengawasan Teknis
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
menggunakan Sistem Informasi Pengawasan Teknis (SIWASTEK).
Pemerintah daerah diwajibkan mengisi kuisioner melalui SIWASTEK
terkait 5 aspek yakni aspek pengaturan, pembinaan, perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian yang kemudian akan di nilai dengan metode skoring. Adapun
hasilnya adalah 2 dari 10 Kabupaten/Kota yang ada pada Provinsi Nusa Tenggara
Barat, belum dapat dinilai kinerja penyelenggaraan penataan ruangnya karena
pengisian kuisioner pada SIWASTEK belum mencapai 80%. Dari ke 8

i
Kabupaten/Kota yang dapat dinilai kinerja penyelenggaraan penataan ruangnya
terdapat terdapat 4 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja yang baik, 3
Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang serta 1 Kabupaten/Kota mempunyai
kinerja yang buruk dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Kata Kunci: Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pengawasan Teknis,


Provinsi Nusa Tenggara Barat

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena
pada akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek yang
berjudul “Identifikasi Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat” guna memenuhi tugas mata
kuliah Kerja Praktek yang bertempat di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan laporan ini. Adapun rangkaian ucapan terimakasih
tersebut tercurahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala kesempatan, kesehatan yang diberikan serta
inshaAllah ridha –Nya dalam penyusunan laporan ini.
2. Orangtua tercinta dan keluarga tersayang atas segala do’a yang senantiasa
terucap untuk kelancaran dan menjadi motivasi dalam penyusunan laporan
ini.
3. Bapak Dr. Ir. Firmansyah, MT., selaku pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan laporan ini.
4. Ibu Audrie Winny Cynthiasari, ST., MT. selaku pembimbing lapangan dan
Kepala Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang atas bimbingan
dan arahan serta kesempatan yang telah diberikan dalam pelaksanaan kerja
praktek ini.
5. Bapak Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP. selaku Direktur Jendral
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Bapak Ir. Wisnu
Subroto Sarosa, CSA selaku Direktur Pengendalian Pemanfaatan Ruang,
Bapak Ir. Harris Simanjuntak, M.Dev.Plg selaku Kasubdit Pengendalian
Wilayah IV, dan Bapak Ludfie selaku Kepala Seksi Bina Pengendalian
Pemanfaatan Ruang atas kesempatan, arahan dan pengalaman yang telah
diberikan dalam pelaksanaan kerja praktek ini.

iii
6. Sahabat - sahabat Borjuis-ku, sahabat – sahabat ku di Tangerang, Kang Riki
Hasanudin dan rekan – rekan PWK angkatan 2016 yang tidak bisa
disebutkan satu – persatu yang selalu memberi dukungan, motivasi serta
bantuan dalam penyusunan laporan ini.
7. Kakak – kakak tenaga ahli di Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang
atas bimbingan, dan bantuannya serta telah menerima saya dengan sangat
baik pun juga hangat dan menyenangkan selama kerja praktek di
Kementerian ATR/BPN.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, saya
mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut. Besar harapan saya agar laporan ini
bisa bermanfaat dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Semoga apa yang telah
diusahakan dapat membuahkan hasil yang diharapkan dan bermanfaat, baik untuk
masa sekarang maupun yang akan datang. Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 16 Oktober 2019


Regita Viani Gulo

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
B I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
1.4 Sasaran ................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Kerja Praktek ......................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
BAB II INSTANSI KERJA PRAKTEK ............................................................ 5
2.1 Gambaran Umum Instansi ................................................................... 5
2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang. 5
2.1.2 Struktur Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang ......... 6
2.2 Kedudukan dan Tugas Praktikan.........................................................22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 25
3.1 Tinjauan Teori ....................................................................................25
3.1.1 Penataan Ruang ....................................................................... 25
3.1.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang ........................................... 25
3.2 Tinjauan Kebijakan ............................................................................27
3.2.1 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang ..................................................................................... 27
3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang ........................................... 28
3.2.3 Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang
Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019............................... 35
BAB IV METODOLOGI ................................................................................. 51

v
4.1 Metode Pendekatan ............................................................................51
4.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................51
4.3 Metode Analisis..................................................................................52
4.3.1 Analisis Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang ................. 53
4.3.2 Analisis Kualitas Pemanfaatan Ruang ..................................... 58
BAB V HASIL DAN CAPAIAN KERJA PRAKTEK .................................... 61
5.1 Gambaran Umum Pekerjaan ...............................................................61
5.1.1 Latar Belakang Pekerjaan ........................................................ 61
5.1.2 Tujuan dan Sasaran Pekerjaan ................................................. 62
5.2 Materi Praktikan .................................................................................65
5.2.1 Skoring Data Hasil Monitoring Pengisisan Kuisioner pada Sistem
Informasi Pengawasan Teknis (SIWASTEK) .......................... 65
5.2.2 Penilaian Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat ................... 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 96
6.1 Kesimpulan ........................................................................................96
6.1.1 Kesimpulan Pelaksanaan Kerja Praktek ................................... 96
6.1.2 Kesimpulan Materi Kerja Praktek............................................ 96
6.2 Saran ..................................................................................................97
6.2.1 Saran Pelaksanaan Kerja Praktek............................................. 97
6.2.2 Saran untuk Materi Kerja Praktek............................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... I

vi
DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Perbedaan Bentuk Pengawasan Teknis dan Pengawasan Khusus .......36
Tabel III.2 Kriteria dan Indikator Pengawasan Teknis Penataan Ruang...............37
Tabel III.3 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam Pengawasan Teknis Penataan
Ruang Provinsi dan Kabupaten.........................................................43
Tabel III.4 Skema Hak Akses .............................................................................48
Tabel IV.1 Pembobotan Aspek Pengawasan Penataan Ruang .............................53
Tabel IV.2 Pembobotan Kriteria Ketersediaan Produk Hukum Perencanaan .......53
Tabel IV.3 Pembobotan Kriteria Ketersediaan SK TKPRD.................................54
Tabel IV.4 Pembobotan Kriteria Ketersediaan RPJMD .......................................54
Tabel IV.5 Pembobotan Kriteria Ketersediaan Pengaturan Pengendalian ............54
Tabel IV.6 Pembobotan Kriteria Pelaksanaan Rapat Koordinasi .........................54
Tabel IV.7 Pembobotan Kriteria Sosialisasi Koordinasi ......................................55
Tabel IV.8 Pembobotan Kriteria .........................................................................55
Tabel IV.9 Pembobotan Kriteria Ketersediaan Sistem Informasi dan Komunkiasi
.........................................................................................................55
Tabel IV.10 Pembobotan Kriteria Penyebarluasan ..............................................55
Tabel IV.11 Pembobotan Kriteria .......................................................................56
Tabel IV.12 Pembobotan Kriteria Ketersediaan Dokumen RTR .........................56
Tabel IV.13 Pembobotan Kriteria Perencanaan Kota ..........................................56
Tabel IV.14 Pembobotan Kriteria Perencanaan Kabupaten .................................56
Tabel IV.15 Pembobotan Kriteria Kesesuaian RTR dengan RPJM/RKPD ..........57
Tabel IV.16 Pembobotan Kriteria Penerapan KUPZ ...........................................57
Tabel IV.17 Pembobotan Kriteria Pemberian Izin ...............................................57
Tabel IV.18 Pembobotan Kriteria Penetapan Insentif Disisentif..........................57
Tabel IV.19 Pembobotan Kriteria Pengenaan Sanksi atas Pelanggaran ...............58
Tabel V.1 Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat .........................63
Tabel V.2 Peniliaian Ketersediaan Produk Hukum Pembinaan ...........................66
Tabel V.3 Penilaian Ketersediaan Produk Hukum Pemanfaatan ..........................66
Tabel V.4 Penilaian Ketersediaan Produk Hukum Pengendalian .........................67

vii
Tabel V.5 Penilaian Variabel Penyelenggaraan Aspek Pengaturan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB .......................................................67
Tabel V.6 Penilaian Pengadaan Rapat Koordinasi...............................................70
Tabel V.7 Penilaian Pengadaan Sosialisasi .........................................................70
Tabel V.8 Peniaian Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan ..........................70
Tabel V.9 Penilaian Ketersediaan Sistem Informasi dan Komunikasi..................71
Tabel V.10 Penilaian Penyebarluasan Informasi .................................................71
Tabel V.11 Penilaian Pengembangan Masyarakat ...............................................71
Tabel V.12 Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pembinaan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................................................72
Tabel V.13 Penilaian Ketersediaan Dokumen RTR.............................................75
Tabel V.14 Penilaian Kelengkapan Muatan RTRW ............................................75
Tabel V.15 Penilaian Penyelenggaraan Aspek Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................................................76
Tabel V.16 Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota
di Provinsi NTB ...............................................................................78
Tabel V.17 Penilaian Pemanfaatan Ruang yang Telah Menggunakan KUPZ ......81
Tabel V.18 Peniliaian Pemberian Izin Berdasarkan Rekomendasi Teknis Tata
Ruang ............................................................................................81
Tabel V.19 Penilaian Variabel Pengenaan Sankis Atas Pelanggaran ...................81
Tabel V.20 Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ...................................................82
Tabel V.21 Kinerja Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat........................85
Tabel V.22 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok
Tengah .............................................................................................88
Tabel V.23 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok
Barat ................................................................................................89
Tabel V.24 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Dompu
.........................................................................................................90
Tabel V.25 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Bima 91

viii
Tabel V.26 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten
Sumbawa Barat ................................................................................92
Tabel V.27 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok
Utara ................................................................................................93
Tabel V.28 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Mataram ...94
Tabel V.29 Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Bima .........95

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang....................7


Gambar 2.2 Struktur Organisasi Direktorat Jendral Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah ........................................................19
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang ...20
Gambar 2.4 Suasana Kerja di Sub Direktorat Pengendalian Wilayah IV .............23
Gambar 2.5 Kegiatan Penyepakatan Substansi Rancangan PERMEN ATR/BPN 24
Gambar 2.6 Paparan Laporan Antara Kegiatan Kontraktual ................................24
Gambar 3.1 Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang..........................27
Gambar 3.2 Kedudukan Pengawasan Penataan Ruang dalam Penyelenggaraan
Penataan Ruang. ..........................................................................35
Gambar 3.3 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam Pengawasan Teknis
Penataan Ruang ...........................................................................43
Gambar 3.4 Mekanisme Kerja Pengawasan Teknis Melalui SIWASTEK............50
Gambar 4.1 Kedudukan Materi Praktikan..............................................................52
Gambar 4.2 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang .........................................59
Gambar 5.1 Peta Administrasi Nusa Tenggara Barat ............................................64
Gambar 5.2 Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pengaturan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................................................68
Gambar 5.3 Peta Kinerja Aspek Pengaturan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................................................69
Gambar 5.4 Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pembinaan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................................................72
Gambar 5.5 Peta Kinerja Aspek Pembinaan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................................................74
Gambar 5.6 Hasil Penilaian Kinerja Aspek Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ..............................................76
Gambar 5.7 Peta Kinerja Aspek Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat......................................................77

x
Gambar 5.8 Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB .................................................................................79
Gambar 5.9 Peta Kinerja Aspek Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi
Nusa Tenggara Barat ...................................................................80
Gambar 5.10 Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................................................82
Gambar 5.11 Peta Kinerja Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat ...................84
Gambar 5.12 Kinerja Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat .....................85
Gambar 5.13 Peta Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat......................................................87

xi
I BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu
ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam
bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat
yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang
saling melengkapi. Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat, mahasiswa tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan di bidang
teknologi dan informasi semata. Setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan
menghadapi dunia pekerjaan dengan menerapkan ilmu yang diterimanya di bangku
perkuliahan. Banyak hal yang menjadi hambatan bagi mahasiswa yang belum
memiliki pengalaman kerja untuk terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang
yang di geluti.
Pendidikan dan proses belajar pada dasarnya tidak statis dan kaku, tidak
selalu harus terpaku di sekolah, di kampus dan lembaga pendidikan formal lainnya.
Proses belajar dapat di aplikasikan di lapangan secara langsung sebagai
penyempurnaan pemahaman dari teori-teori yang di ajarkan. Selain itu, sebagai
penggambaran antara realita dengan bayangan selama di kelas. Pada tingkat
perguruan tinggi hal ini dilakukan pada tahap praktik dan atau selama kerja praktek
pada masa dimana mahasiswa sudah berada pada tahap menjelang akhir masa studi
atau tingkat akhir.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Teknik Universitas
Pasundan khususnya Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,
dimana setiap mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademis diwajibkan
untuk mengikuti mata kuliah Kerja Praktek. Dimana pada prinsipnya Kerja Praktek
ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan

1
teoritis perencanaan yang telah diperoleh selama dibangku kuliah dalam kegiatan
pekerjaan di bidang Perecanaan Wilayah dan Kota.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pemerintah dengan strategi
membangun dari pinggiran cukup banyak menyediakan tambahan infrastruktur dan
fasilitas publilk di Wilayah Timur Indonesia. Hal ini membuka kesempatan
berusaha dan bekerja yang pada gilirannya dapat mendorong peningkatan
kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang tersebut seyogyanya perlu dikelola
dengan tepat agar pemenuhannya tidak bersifat sporadis, menimbulkan konflik,
dan/atau justru menurunkan daya dukung lingkungan dan/atau tingkat layanan
fasilitas publik. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi para penentu kebijakan
dalam mempertahankan atau meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan
penataan ruang.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan kerja praktek bagi mahasiswa/i
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan selain untuk
memenuhi sks mata kuliah kerja praktek adalah agar mahasiswa/i dapat
menerapkan pegetahuan dan ilmu teoritis yang telah didapatkan di saat perkuliahan
pada dunia professional dan memperoleh pengalaman kerja dari pelaksanaan kerja
praktek.

1.4 Sasaran
Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut di atas, maka sasaran yang harus
dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengalaman dan wawasan baru selama melakukan kegiatan
kerja praktek, khususnya yang berkaitan dengan bidang perencanaan
wilayah dan kota.
2. Menerapkan ilmu perencanaan wilayah dan kota yang telah diperoleh
selama perkuliahan dalam perencanaan wilayah dan kota yang
sesungguhnya dalam dunia professional saat pelaksanaan kerja praktek.

2
3. Terlibat secara aktif dengan tim yang bekerja dalam pekerjaan yang sedang
berjalan saat pelaksanaan kerja praktek.

1.5 Manfaat Kerja Praktek


Dengan dilaksanakannya kerja praktek, diharapkan mahasiwa/i yang
menjadi praktikan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Mahasiswa/i dapat menerapkan ilmu teoritis yang didapatkan saat mengikuti
kuliah formal pada kondisi pekerjaan di lapangan.
2. Menambah wawasan pada mahasiswa/i di dunia professional.
3. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak universitas dengan
perusahaan atau lembaga instansi lainnya

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah memahami laporan Kerja Praktek ini, maka rencana
penulisan laporan ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengeai latar belakang, tujuan dan sasaran kerja praktek,
ruang lingkup kerja praktek, instansi dan lokasi pelaksanaan, peserta dan topik
praktikan, jadwal pelaksanaan, dan sistematika penyusunan laporan kerja praktek.
BAB II INSTANSI KERJA PRAKTEK
Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum instansi/perusahaan kerja
praktek yaitu Kementerian Agraria dan Penataan Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, kedudukan dan tugas praktikan, dan mekanisme kerja praktek.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai tinjauan teori dan tinjauan kebijakan yang berkaitan dengan
topik yang dibahas.
BAB IV METODOLOGI
Bagian ini terdiri dari metode pelaksanaan kegiatan dan menjelaskan tahapan atau
langkah-langkah dalam melaksanakan solusi teknis dalam melaksankan pekerjaan
dan mengatasi permasalahan
BAB V HASIL DAN CAPAIAN KERJA PRAKTEK

3
Pada bagian ini berisikan mengenai gambaran umum kerja praktek yang
menggambarkan kondisi eksisting pekerjaan dan menguraikan mengenai materi
yang praktikan hasilkan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran terhadap hasil pembahasan
yang dilakukan praktikan dalam kegiatan kerja praktek.

4
II BAB II
INSTANSI KERJA PRAKTEK

2.1 Gambaran Umum Instansi


Kementerian Agrarian dan Tata Ruang Republik Indonesia merupakan
kementerian yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara dengan tugas yakni menyelenggarakan urusan di bidang agraria/pertanahan
dan tata ruang. Kementerian Agraria dan Tata Ruang di pimpin oleh seorang
menteri yang juga sebagai kepala Badan Pertanahan Nasional dimana berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Agraria dan Tata Ruang
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang,
infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum
keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah,
pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan
masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang dan tanah.
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Agraria dan Tata Ruang

5
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

2.1.2 Struktur Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian ATR terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal
2. Direktorat Jenderal Tata Ruang
3. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
4. Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan
5. Direktorat Jenderal Penataan Agraria
6. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah
8. Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan
Tanah
9. Inspektorat Jenderal
10. Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat atas Tanah
11. Staf Ahli Bidang Masyarakat Adat dan Kemasyarakatan
12. Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanahan.

Susunan organisasi tersebut kemudian ditambah oleh tiga Pusat sebagai


unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri/Kepala melalui Sekretaris Jenderal. Ketiga Pusat tersebut yakni:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan; dan
3. Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang, dan Lahan Pertanian
Pangan

6
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang

7
2.1.2.1 Sekretariat Jendral
Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jendral dan berada di bawah
serta bertanggung jawab kepada Menteri. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Jendral menyelenggarakan
fungsi:
1. Koordinasi kegiatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama,
hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana
5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundangundangan serta
pelaksanaan advokasi hukum
6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

2.1.2.2 Direktorat Jendral Tata Ruang


Direktorat Jendral Tata Ruang dipimpin oleh Direktur Jendral dan berada di
bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal Tata Ruang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jendral Tata Ruang
menyelenggarakan fungsi:

8
1. Perumusan kebijakan di bidang perencanaan tata ruang dan pemanfaatan
ruang
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan tata ruang, koordinasi
pemanfaatan ruang, pembinaan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan
ruang daerah
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
tata ruang dan pemanfaatan ruang
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan tata ruang
dan pemanfaatan ruange
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan tata ruang dan
pemanfaatan ruang
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tata Ruang
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

2.1.2.3 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan


Direktorat Jendral Infrastruktur Keagrariaan dipimpin oleh Direktur Jendral
dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal
Infrastruktur Keagrariaan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Infrastruktur
Keagrariaan menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar dan
kadastral, serta survei dan pemetaan tematik
3. Pelaksanaan kebijakan pembinaan surveyor dan pemanfaatan peralatan
survei, pengukuran, dan pemetaan
4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan
5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei, pengukuran,
dan pemetaan

9
6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan
7. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
8. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2.1.2.4 Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan


Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan dipimpin oleh Direktur
Jendral dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat
Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penetapan, dan
pendaftaran hak tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, serta
pemberdayaan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pengaturan, penetapan, dan pendaftaran hak
tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, serta pemberdayaan
masyarakat
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penetapan, dan pendaftaran
hak tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, serta pemberdayaan
masyarakat
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengaturan,
penetapan, dan pendaftaran hak tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta
Tanah, serta pemberdayaan masyarakat;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengaturan, penetapan,
dan pendaftaran hak tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, serta
pemberdayaan masyarakat
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengaturan, penetapan, dan
pendaftaran hak tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, serta
pemberdayaan masyarakat
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan

10
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2.1.2.5 Direktorat Jenderal Penataan Agraria


Direktorat Jendral Penataan Agraria dipimpin oleh Direktur Jendral dan
berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal
Penataan Agraria mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penatagunaan tanah, penataan penguasaan dan
pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu,
konsolidasi tanah, dan landreform sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Penataan Agraria
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang penatagunaan tanah, penataan penguasaan
dan pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah
tertentu, konsolidasi tanah, dan landreform
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penatagunaan tanah, penataan penguasaan
dan pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah
tertentu, konsolidasi tanah, dan landreform;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penatagunaan
tanah, penataan penguasaan dan pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau
kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, konsolidasi tanah, dan landreform;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penatagunaan tanah,
penataan penguasaan dan pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
perbatasan dan wilayah tertentu, konsolidasi tanah, dan landreform
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penatagunaan tanah, penataan
penguasaan dan pemanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan
dan wilayah tertentu, konsolidasi tanah, dan landreform
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penataan Agraria
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

11
2.1.2.6 Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah
Direktorat Jendral Pengadaan Tanah dipimpin oleh Direktur Jendral dan
berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal
Pengadaan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah, penilaian tanah, pengaturan dan
penetapan tanah instansi, serta pembinaan dan pengendalian pengadaan tanah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pengadaan tanah, penilaian tanah,
pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta pembinaan dan pengendalian
pengadaan tanah
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah, penilaian tanah,
pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta pembinaan dan pengendalian
pengadaan tanah
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengadaan
tanah, penilaian tanah, pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta
pembinaan dan pengendalian pengadaan tanah
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengadaan tanah,
penilaian tanah, pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta pembinaan
dan pengendalian pengadaan tanah
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengadaan tanah, penilaian
tanah, pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta pembinaan dan
pengendalian pengadaan tanah
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

12
2.1.2.7 Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah
Direktorat Jendral Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah dipimpin oleh Direktur Jendral dan berada di bawah serta bertanggung jawab
kepada Menteri. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan
tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jendral Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan
penguasaan tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan
penguasaan tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian
pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah serta penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian
pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah serta penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian pemanfaatan
ruang dan penguasaan tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

13
Direktorat Jendral Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jendral
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pemberian
pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan
Direktorat Jendral Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana program dan anggaran
b. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan
dan advokasi hukum
c. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan
d. Pelaksanaan urusan kepegawaian
e. Pelaksanaan urusan keuangan dan barang milik negara
f. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat jendral
pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:


a. Bagian Program dan Hukum
b. Bagian Kepegawaian dan Umum
c. Kelompok Jabatan Fungsional

2. Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan
ruang

14
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian pemanfaatan ruang
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian
pemanfaatan ruang
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengendalian pemanfaatan ruang
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang terdiri atas:


a. Subdirektorat Perencanaan dan Pedoman
b. Subdirektorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah I
c. Subdirektorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah II
d. Subdirektorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah III
e. Subdirektorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah IV
f. Subbagian Tata Usaha
g. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang


Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyidikan dan penertiban
terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang serta pembinaan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyidikan dan penertiban
terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang serta pembinaan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang

15
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyidikan dan penertiban terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang serta pembinaan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Penataan Ruang
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyidikan dan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
serta pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyidikan dan
penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang serta pembinaan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyidikan
dan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang serta
pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat

Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang terdiri atas:


a. Subdirektorat Perencanaan dan Pedoman
b. Subdirektorat Penertiban Pemanfaatan Ruang Wilayah I
c. Subdirektorat Penertiban Pemanfaatan Ruang Wilayah II
d. Subdirektorat Penertiban Pemanfaatan Ruang Wilayah III
e. Subdirektorat Penertiban Pemanfaatan Ruang Wilayah IV
f. Subbagian Tata Usaha
g. Kelompok Jabatan Fungsional

4. Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan


Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian
dan pemantauan pertanahan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan menyelenggarakan
fungsi:

16
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian dan
pemantauan pertanahan
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan pemantauan
pertanahan
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
bidang pengendalian dan pemantauan pertanahan
d. Pemberian bimbingan teknis, supervisi dan perizinan kerja sama di
bidang pengendalian dan pemantauan pertanahan
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengendalian dan pemantauan pertanahan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat

Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan terdiri atas:


a. Subdirektorat Pengendalian Penerapan Kebijakan dan Program
Pertanahan
b. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Tanah Pertanian
c. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Tanah Non Pertanian
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional

5. Direktorat Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar


Direktorat Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar mempunyai
tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar

17
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar
e. Pelaksanaan pengamanan dan pendayagunaan tanah negara bekas tanah
terlantar untuk berbagai kepentingan pembangunan
f. Penyusunan program pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar
untuk berbagai kegiatan pembangunan
g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penertiban
dan pendayagunaan tanah terlantar
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Direktorat Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar terdiri atas:


a. Subdirektorat Potensi Tanah Terlantar
b. Subdirektorat Penertiban dan Penetapan Tanah Terlantar
c. Subdirektorat Pendayagunaan Tanah Terlantar
d. Subbagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional

18
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Direktorat Jendral Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah

DIREKTORAT JENDRAL PENGENDALIAN


PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH
BAGIAN PROGRAM
DAN HUKUM

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDRAL

BAGIAN
KEPEGAWAIAN
DAN UMUM

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT PENERTIBAN


PENGENDALIAN PENERTIBAN PENGENDALIAN DAN DAN PENDAYAGUNAAN
PEMANFAATAN RUANG PEMANFAATAN RUANG PEMANTAUAN PERTANAHAN TANAH TERLANTAR

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


PERENCANAAN DAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN POTENSI TANAH
PEDOMAN PEDOMAN PENERAPAN TERLANTAR
KEBIJAKAN DAN
PROGRAM
PERTANAHAN SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
PENERTIBAN DAN
PENGENDALIAN PENERTIBAN
PENETAPAN TANAH
PEMANFAATAN PEMANFAATAN
SUBDIREKTORAT TERLANTAR
RUANG WILAYAH I RUANG WILAYAH I
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI TANAH
PERTANIAN SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT PENDAYAGUNAAN
PENGENDALIAN PENERTIBAN TANAH TERLANTAR
PEMANFAATAN PEMANFAATAN SUBDIREKTORAT
RUANG WILAYAH II RUANG WILAYAH II PEMANTAUAN DAN
EVALUASI TANAH SUBBAGIAN TATA
NON PERTANIAN USAHA
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
PENGENDALIAN PENERTIBAN
PEMANFAATAN PEMANFAATAN SUBBAGIAN TATA
RUANG WILAYAH III RUANG WILAYAH III USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
PENGENDALIAN PENERTIBAN
PEMANFAATAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH IV RUANG WILAYAH IV

SUBBAGIAN TATA SUBBAGIAN TATA


USAHA USAHA

19
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang

DIREKTORAT
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


SUBDIREKTORAT
PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN SUBBAGIAN
PERENCANAAN
PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN TATA USAHA
DAN PEDOMAN
RUANG WILAYAH I RUANG WILAYAH II RUANG WILAYAH III RUANG WILAYAH IV

SEKSI BINA SEKSI BINA SEKSI BINA SEKSI BINA


SEKSI PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN
PERENCANAAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN
RUANG RUANG RUANG RUANG

SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI SEKSI
PEDOMAN
PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
DAN EVALUASI DAN EVALUASI DAN EVALUASI DAN EVALUASI
PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN
RUANG RUANG RUANG RUANG

20
2.1.2.8 Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan
Ruang dan Tanah
Direktorat Jendral Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan
Tanah dipimpin oleh Direktur Jendral dan berada di bawah serta bertanggung jawab
kepada Menteri. Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan
Ruang, dan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jendral Penanganan Masalah
Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelesaian
sengketa, konflik dan perkara agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan
tanah
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelesaian sengketa,
konflik dan perkara agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelesaian sengketa,
konflik dan perkara agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria,
Pemanfaatan Ruang, dan Tanah
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2.1.2.9 Inspektorat Jenderal


Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jendral dan berada di bawah
serta bertanggung jawab kepada Menteri. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

21
Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jendral menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
Pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang
5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2.1.2.10 Staf Ahli


Staf Ahli berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri dan
secara administratif di koordinasikan oleh Sekretaris Jendral. Adapun tugas Staf
Ahli setiap bidangnya adalah sebagai berikut:
1. Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat atas Tanah mempunyai
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri
terkait dengan bidang landreform dan hak masyarakat atas tanah.
2. Staf Ahli Bidang Masyarakat Adat dan Kemasyarakatan mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait
dengan bidang masyarakat adat dan kemasyarakatan.
3. Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanahan mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang ekonomi pertanahan.

2.2 Kedudukan dan Tugas Praktikan


Praktikan menjalankan kerja praktik di Direktorat Jendral Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaaan Tanah, pada Sub Direktorat Pengendalian
Wilayah IV.

22
• Sebagai asisten tenaga ahli yaitu bertugas membantu pekerjaan yang
dilakukan oleh tanaga ahli pada Sub Direktorat Pengendalian Wilayah
IV.
• Adapun kegiatan yang dilakukan oleh praktikan dalam kegiatan
Pengawasan Teknis Wilayah IV 2019 adalah kompilasi data
• Ikut serta dalam kegiatan – kegiatan yang berada di Direktorat
Pengendalian khususnya pada Sub Direktorat Pengendalian Wilayah IV,
seperti mengikuti paparan antara kegiatan – kegiatan kontraktual,
mengikuti Focus Group Discussion (FGD) kegiatan – kegiatan
kontraktual maupun penyepakatan substansi rancangan - rancangan
PERMEN ATR/BPN. Adapun visualisasi kegiatan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.4
Suasana Kerja di Sub Direktorat Pengendalian Wilayah IV

23
Gambar 2.5
Kegiatan Penyepakatan Substansi Rancangan PERMEN ATR/BPN

Gambar 2.6
Paparan Laporan Antara Kegiatan Kontraktual

24
III BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Teori


3.1.1 Penataan Ruang
Ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris
yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya
dalam suatu kualitas kehidupan yang layak (Tisnaadmidjaja dalam Yusuf, 1997).
Untuk menciptakan ruang yang mendukung kehidupan yang layak baik dari sisi
lingkungan, social dan ekonomi maka diperlukan penataan ruang.
Penataan ruang secara umum adalah proses perencanaan, pelaksanaan
rencana dan pengendalian pelaksanaan rencana tata ruang dengan tujuan
terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan kawasan
lindung yang berazaskan pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara
terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, tertib, serasi, seimbang, lestari dan
berkelanjutan sehingga tercapai pemanfaatan ruang yang berkualitas (Kartika,
2011). Sedangkan Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang dapat diklasifikasikan
berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan
kawasan, dan nilai strategis kawasan. Adapun dugas negara dalam penyelenggaraan
penatan ruang meliputi dua hal, yaitu police making, ialah penentuan haluan negara
dan task executing, yaitu pelaksanaan tugas menurut haluan yang telah ditetapkan
oleh negara (Ridwan, 2006).

3.1.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Secara umum pengendalian perencanaan adalah tanggung jawab lembaga
negara dalam membuat regulasi. Otoritas perencanaan biasanya dilembagakan dan
memiliki alat kontrol legislatif dan administrasi serta sanksi. Implementasi menjadi
kewajiban semua stakeholder dalam proses perencanaan untuk mematuhi

25
peraturan. Untuk melaksanaan rencana lembaga harus membuat peraturan terkait
mekanisme yang dapat dilaksanakan dengan aman, jika ada yang melanggar
peraturan maka akan dikenakan sanksi (Stefanofic, Josimovic dan Hristic, 2018).
Menurut I Made Kartika, pengendalian pemanfaatan ruang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari proses penataan ruang. Pemanfaatan ruang
dalam pelaksanaannya tidak selalu sejalan dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan. Ketidaksesuaian atau pelanggaran tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya tekanan perkembangan pasar terhadap ruang, belum jelasnya
mekanisme pengendalian, dan lemahnya penegakan hukum. Kondisi ini
mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan terciptanya pembangunan yang tertib
ruang diperlukan tindakan pengendalian pemanfaatan ruang. Kecenderungan
penyimpangan tersebut dapat terjadi karena produk rencana tata ruang kurang
memperhatikan aspek pelaksanaan atau sebaliknya bahwa pemanfaatan ruang
kurang memperhatikan rencana tata ruang. Pengendalian pemanfaatan tata ruang
dilakukan agar pemanfaatan tata ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata
ruang.
Penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang ada tiga tahapan yaitu
pra-pembangunan, saat pembangunan dan pasca pembangunan. Pada saat pra-
pembangunan itu harus ada kriteria pendukung pembangunan tersebut dimana salah
satunya bentuk pengendalian adanya kriteria peraturan zonasi dalam proses
pemberian izin dan insentif/disinsentif. Sedangkan pada saat pembangunan harus
melihat ketentuan yang tercantum dalam IMB seperti intensitas pemanfaatan ruang
(KLB, KDB, KDH, TB, GSS, GSB, dll) dan pada saat pasca pembangunan itu
melihat pembangunan yang tidak sesuai dengan RTRW atau tidak memiliki izin
yang nantinya akan ditindaklanjuti dengan pengenaan sanksi. Pada tahapan ini juga
pengenaan sanksi mengacu pada hasil pengawasan (monitoring, evaluasi, dan
pelaporan) baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Adapun
pertimbangan dalam pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan yaitu
keselamatan publik, kesehatan public, keamanan, kenyamanan, efesien dan estetika
(Modul Diklat Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang, 2012).

26
Gambar 3.1 Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

3.2 Tinjauan Kebijakan


3.2.1 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Untuk mewujudkan ruang yang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
diperlukan penataan ruang.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang dapat
diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya.

27
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan ruang adalah
kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penataan ruang.

3.2.2.1 Pengaturan Penataan Ruang


Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum
bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
Pengaturan penataan ruang diselenggarakan untuk:
1. Mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang
2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta hak dan kewajibannya dalam
penyelenggaraan penataan ruang
3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh
aspek penyelenggaraan penataan ruang.

3.2.2.2 Pembinaan Penataan Ruang


Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Pembinaan penataan ruang diselenggarakan untuk:

28
1. Meningkatkan kualitas dan efektifitas penyelenggaraan penataan ruang
2. Meningkatkan kapasitas dan kemandirian pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penataan ruang
3. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang
4. Meningkatkan kualitas struktur ruang dan pola ruang.

Pembinaan penataan ruang dilakukan secara sinergis oleh Pemerintah,


pemerintah daerah, dan masyarakat, dimana pelaksanaan pembinaan penataan
ruang dari Pemerintah kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dapat dilakukan
oleh pemerintah daerah provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi serta dalam
melaksanakan pembinaan penataan ruang, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
dapat bekerja sama dengan masyarakat. Adapun bentuk pembinaan penataan ruang
meliputi:
1. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang
2. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan
ruang
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan
ruang
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Penelitian dan pengembangan
6. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
7. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat
8. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

3.2.2.3 Pelaksanaan Penataan Ruang


Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
1. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang. Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk:

29
a. Menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur
b. Menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang berkualitas
c. Menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan sektoral
dan kewilayahan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

2. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan


pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pelaksanaan pemanfaatan
ruang diselenggarakan untuk:
a. Mewujudkan struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat secara berkualitas
b. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan dilaksanakan
secara terpadu.

Pelaksanaan pemanfaatan ruang merupakan pelaksanaan pembangunan


sektoral dan pengembangan wilayah, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, harus mengacu
pada rencana tata ruang. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui:
a. Penyusunan dan sinkronisasi program pemanfaatan ruang
b. Pembiayaan program pemanfaatan ruang
c. Pelaksanaan program pemanfaatan ruang.

3. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan untuk menjamin


terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Pengendalian
pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui:
a. Pengaturan zonasi
Pengaturan zonasi memuat jenis kegiatan yang diperbolehkan,
diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperbolehkan, intensitas
pemanfaatan ruang, prasarana dan sarana minimum serta ketentuan lain
yang dibutuhkan.

30
b. Perizinan
Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin
pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin pemanfaatan ruang
diberikan kepada calon pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan
pemanfaatan ruang pada suatu kawasan/zona berdasarkan rencana tata
ruang, dan diberikan untuk:
Ø Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
Ø Ruang, peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal
Ø Bidang penataan ruang
Ø Mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang
Ø Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas

Dalam proses perolehan izin pemanfaatan ruang dapat dikenakan


retribusi, retribusi ini merupakan biaya untuk administrasi perizinan.
Izin pemanfaatan ruang dapat berupa izin prinsip, izin lokasi, izin
penggunaan pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan serta izin
lain berdasarkan peraturan perundang – undangan.

c. Pemberian insentif dan disinsentif


Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang
diselenggarakan untuk:
Ø Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam
rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang
Ø Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan
rencana tata ruang
Ø Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam
rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.

Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada


kawasan yang didorong pengembangannya serta diberikan dengan tetap

31
menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan. Insentif dapat berupa insentif fiskal dan/atau insentif non
fiskal. Insentif fiskal dapat berupa pemberian keringanan pajak dan/atau
pengurangan retribusi. Sedangkan insentif non fiskal dapat berupa
pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan perizinan, imbalan,
sewa ruang, urun saham, penyediaan prasarana dan sarana,
penghargaan dan/atau publikasi atau promosi.
Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
yang dibatasi pengembangannya serta diberikan dengan tetap
menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Disinsentif dapat berupa disinsentif fiskal dan/atau
disinsentif non fiskal. Disisentif fiskal berupa pengenaan pajak yang
tinggi, sedangkan disisentif non fiskal dapat berupa kewajiban memberi
kompensasi, pensyaratan khusus dalam perizinan, kewajiban memberi
imbalan, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

d. Pengenaan sanksi
Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang
dikenakan sanksi administratif.
Ø Pelanggaran di bidang penataan ruang:
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
• Pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang
• Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai milik umum

Ø Sanksi administratif yang diberikan dapat berupa:


• Peringatan tertulis

32
• Penghentian sementara kegiatan
• Penghentian sementara pelayanan umum
• Penutupan lokasi
• Pencabutan izin
• Pembatalan izin
• Pembongkaran bangunan
• Pemulihan fungsi ruang
• Denda administrative

3.2.2.4 Pengawasan Penataan Ruang


Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan penataan ruang diselenggarakan untuk:
1. Menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang
2. Menjamin terlaksananya penegakan hukum bidang penataan ruang
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang.

Pengawasan penataan ruang dilakukan melalui penilaian terhadap kinerja:


1. Pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang
2. Fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
3. Pemenuhan standar pelayanan minumun bidang penataan ruang

Pengawasan penataan ruang terdiri atas kegiatan pemantauan, evaluasi, dan


pelaporan. Pemantauan merupakan kegiatan pengamatan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang secara langsung, tidak langsung, dan/atau melalui
laporan masyarakat. Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat
pencapaian penyelenggaraan penataan ruang secara terukur dan objektif. Pelaporan
merupakan kegiatan penyampaian hasil evaluasi. Bentuk pengawasan penataan
ruang meliputi pengawasan teknis dan pengawasan khusus.

33
1. Pengawasan Teknis
Pengawasan teknis penataan ruang merupakan pengawasan terhadap
keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan secara
berkala. Adapun kegiatan dalam pengawasan teknis yakni:
a. Mengawasi masukan, prosedur, dan keluaran, dalam aspek pengaturan
penataan ruang, pembinaan penataan ruang, dan pelaksanaan penataan
ruang
b. Mengawasi fungsi dan manfaat keluaran dalam aspek pengaturan
penataan ruang, pembinaan penataan ruang, dan pelaksanaan penataan
ruang
c. Mengawasi ketersediaan dan pemenuhan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang

2. Pengawasan Khusus
Pengawasan khusus penataan ruang merupakan pengawasan terhadap
permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
dilaksanakan sesuai kebutuhan. Adapun kegiatan dalam pengawasan
khusus, yakni:
a. Memeriksa data dan informasi permasalahan khusus dalam
penyelenggaraan penataan ruang
b. Melakukan kajian teknis terhadap permasalahan khusus dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

Pengawasan penataan ruang mengahasilkan laporan yang memuat penilaian


penataan ruang yang di selenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan penataan ruang yang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

34
3.2.3 Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2019
Secara umum pengawasan merupakan upaya untuk memastikan suatu
proses berlangsung sesuai kaidah atau norma yang berlaku sehingga dapat
menghasilkan keluaran sebagaimana diharapkan. Selaras dengan hal tersebut, Pasal
UU Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pengawasan penataan ruang
merupakan upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan penataan ruang
dilakukan melalui penilaian terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang, fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
dan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
Gambar 3.2 Kedudukan Pengawasan Penataan Ruang dalam Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Pengawasan penataan ruang terdiri atas pengawasan teknis dan pengawasan


khusus. Perbedaan bentuk pengawasan teknis dan pengawasan khusus dapat dilihat
pada tabel III.1 dibawah ini.

35
Tabel III.1
Perbedaan Bentuk Pengawasan Teknis dan Pengawasan Khusus
Substansi Pengawasan Teknis Pengawasan Khusus
Keseluruhan proses penyelenggaraan Permasalahan khusus dalam
penataan ruang penyelenggaraan penataan ruang,
antara lain:
a. rekomendasi pengawasan teknis
b. indikasi penyimpangan
Dilakukan Terhadap pemanfaatan ruang yang
mempunyai dampak strategis
c. bencana alam yang
mempengaruhi kinerja
penyelenggaraan penataan
ruang
Dilakasanakan sesuai kebutuhan
Kapan Dilakukan Dilakukan secara berkala (periodik)
(insidentil)
a. Mengawasi masukan, prosedur a. Memeriksa data dan informasi
dan keluaran pengaturan, prmasalahan khusus dalam
pembinaan, dan pelaksanaan penyelenggaraan penataan
b. Mengawasi fungsi dan manfaat ruang
Meliputi Kegiatan
keluaran penyelenggaraan b. Melakukan kajian teknis
penataan ruang terhadap permasalahan khusus
c. Mengawasi ketersediaan dan dalam penyelenggaraan
pemenuhan SPM penataan ruang
a. Penilaian sesuai dengan ketentuan a. Hasil pemeriksaan data dan
peraturan perundang-undangan informasi
Laporan Memuat b. Penilaian yang tidak sesuai b. Hasil kajian teknis
dengan ketentuan peraturan c. Penetapan rekomendasi
perundang - undangan penyelesaian
a. Penataan ruang tanpa Bentuk dan cara penyelesaian
penyimpangan direkomendasikan permasalahan khusus yang terjadi
untuk mendukung peningkatan
kinerja penyelenggaraan penataan
Rekomendasi ruang
b. Penataan ruang yang terdapat
penyimpangan direkomendasikan
untuk dilakukan penyelesaian
permasalahan
a. Penyampaian pada stakeholder a. Penyampaian pada stakeholder
terkait terkait
b. Indikasi pidana ditindaklanjuti b. Indikasi pidana ditindaklanjuti
Tindak Lanjut PPNS PPNS
c. Tindak lanjut sesuai dengan c. Tindak lanjut sesuai dengan
rekomendasi rekomendasi

Sumber: Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019

36
3.2.3.1 Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang
Dalam pelaksanaanya pengawasan teknis dilakukan dengan menilai kinerja
aspek pengaturan penataan ruang, aspek pembinaan penataan ruang, aspek
perencanaan tata ruang, aspek pemanfaatan ruang, aspek pengendalian
pemanfaatan ruang dengan melibatkan lembaga – lembaga terkait.

3.2.3.2 Kriteria dan Indikator Pengawasan Teknis Penataan Ruang


Untuk mempermudah pengawasan teknis penataan ruang di perlukan
kriteria dan indikator, adapun kriteria dan indikator pengawasan teknis penataan
ruang dapat dilihat pada tabel III.2 dibawah ini.
Tabel III.2
Kriteria dan Indikator Pengawasan Teknis Penataan Ruang
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
1. Aspek Pengaturan Penataan Ruang
1. Ketersediaan Perda RTRW Kab/Kota sesuai a. Perda RTRW
UUPR 26/2007 b. Materi Teknis
2. Jumlah Perda RRTR Kab/Kota yang c. Album Peta
diamanatkan dlm RTRW d. File Peta SHP
3. Ketersediaan Perda Rencana Rinci Tata Ruang e. Lampiran Perda
selain yang diamanatkan dalam RTRW RTRW
Kabupaten/Kota f. Lampiran Perbup/
4. Ketersediaan Peraturan Bupati/Walikota atau Perwali/ SK Bupati/
Penetapan
SK Bupati/Walikota terkait ketentuan SK Walikota
peraturan
tambahan/ketentuan khusus yang merupakan
perundang-
1. turunan dari RTRW/RRTR Kabupaten/Kota
undangan terkait
5. Ketersediaan Perda tentang Rencana Tata
perencanaan tata
Ruang Kab/Kota sebelum berlakunya UUPR
ruang
26/2007 tentang Penataan Ruang
6. Apakah Perda tentang Rencana Tata Ruang
Kab/Kota sebelum berlakunya UUPR 26/2007
tentang Penataan Ruang, masih dijadikan
sebagai acuan Pemanfaatan Ruang
7. Ketersediaan tentang penetapan Surat
Keputusan dan Surat Penugasan terkait
penyusunan Rencana Tata Ruang
Penetapan Ketersediaan peraturan perundangan yang di Lampiran Peraturan (cover
peraturan dalamnya dan halaman yang memuat
perundangan menyatakan bahwa kegiatan pemanfaatan ruang pernyataan)
2.
terkait pemanfaatan dan/atau
ruang penyusunan program kegiatan harus mengacu
kabupaten/kota pada Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota

37
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
1. Ketersediaan Perda Peraturan Zonasi di a. Perda RTRW
kabupaten/kota b. Materi Teknis
2. Ketersediaan peraturan tentang perizinan c. Album Peta
d. File Peta SHP
Penetapan pemanfaatan ruang di kabupaten/kota
e. Lampiran Surat
Peraturan 3. Ketersediaan peraturan tentang insentif Keputusan
Perundangan disinsentif terkait pemanfaatan ruang di f. Lampiran Perda/
Terkait kabupaten/kota Perbup/ Perwali/ SK
3.
pengendalian 4. Ketersediaan peraturan tentang pengenaan Bupati/ SK Walikota
Pemanfaatan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan ruang di g. Lampiran Surat
Ruang kabupaten/kota, selain Perda RTRW/RRTR Penugasan
Kabupaten/Kota 5. Penerbitan Surat Penugasan kepada PPNS
Penataan Ruang terkait pelaksanaan tugas
pengendalian pemanfaatan ruang/penegakan
hukum (Wasmatlitrik/Penyidikan)
1. Ketersediaan Surat Keputusan (SK) tentang Lampiran Surat Keputusan
Pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang
Penetapan Daerah (TKPRD) Kabupaten/Kota
Peraturan 2. Penerbitan Surat Keputusan yang merupakan
4. Perundangan tindak lanjut dari hasil keputusan rapat TKPRD
terkait Pembinaan Kabupaten/Kota
Penataan Ruang 3. Penerbitan Surat Keputusan tentang
Pembentukan Kelompok Masyarakat terkait
Penataan Ruang
Penetapan Lampiran Perda/ Perbup/
Peraturan Perwali/ SK Bupati/ SK
Peraturan perundangan selain poin 1, 2, 3 dan 4 di Walikota
5. Perundangan
kabupaten/kota terkait penataan ruang
lainnya di bidang
Penataan Ruang
2. Aspek Pembinaan Penataan Ruang
Jumlah rapat koordinasi penyelenggaraan bidang a. Surat Undangan
Koordinasi penataan ruang yang dilaksanakan TKPRD b. Daftar Hadir
1. Penyelenggaraan Kab/Kota c. Berita Acara
Penataan Ruang tahun 2018 (Topik Rapat dan Keputusan yang
dihasilkan)
Sosialisasi Jumlah pelaksanaan sosialisasi peraturan a. Surat Undangan
Peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang yang b. Daftar Hadir
2. Perundangan dan merupakan produk hukum Pemda Kabupaten/Kota
Pedoman di bidang setelah peraturan perundang-undangan tersebut
Penataan Ruang diterbitkan
Pemberian Lampiran Dokumen
Jumlah pelaksanaan pemberian Pelaksanaan Kegiatan
Bimbingan,
bimbingan/supervisi/konsultasi dalam bidang
Supervisi dan
3. penataan ruang kepada aparat Pemerintah Daerah
Konsultasi
di kecamatan, kelurahan/desa, dan masyarakat di
Pelaksanaan
tahun 2018
Penataan Ruang
Pendidikan dan a. Daftar Kurikulum/
4. Jumlah penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Silabus
Pelatihan

38
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
Penyelenggaraan (Diklat) sebagai upaya mengembangkan b. Laporan Pelaksanaan
Penataan Ruang kemampuan Diklat
SDM Pemda dalam bidang penataan ruang setelah
Perda RTRW Kabupaten/Kota diterbitkan
Penelitian dan Lampiran Foto Fisik/
Pengembangan Alamat Sistem Aplikasi/
5. Jumlah inovasi dalam bidang penataan ruang Lainnya
Bidang Penataan
Ruang
1. Ketersediaan sistem informasi dan komunikasi Lampiran Foto Fisik/
yang terkait bidang penataan ruang (dapat Alamat Sistem Aplikasi/
dalam bentuk situs Lainnya
Pengembangan web/instagram/facebook/youtu be/jaringan
Sistem Informasi sistem elektronik lainnya) setelah Perda RTRW
6.
dan Komunikasi Kabupaten/Kota diterbitkan
Penataan Ruang 2. Jumlah pemutakhiran data/informasi terkait
penataan ruang pada sistem informasi dan
komunikasi yang pernah dilakukan sejak tahun
2018 hingga sekarang
1. Penyebarluasan informasi rencana tata ruang Lampiran Foto
kabupaten/kota (RTRW maupun RDTR
Kabupaten/Kota) kepada masyarakat setelah
Penyebarluasan Perda rencana tata ruang tersebut diterbitkan
Informasi berbagai 2. Penyebarluasan informasi peraturan terkait
7.
Aspek Penataan pengendalian pemanfaatan ruang (peraturan
Ruang zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, dan pengenaan sanksi) kepada
masyarakat setelah peraturan tersebut
diterbitkan
1. Jumlah kegiatan dalam rangka pengembangan Lampiran Dokumen
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat di Kegiatan
Pengembangan bidang penataan ruang setelah Perda RTRW
Kesadaran dan Kabupaten/Kota diterbitkan
8.
tanggung Jawab 2. Ketersediaan Kelompok Masyarakat (Pokmas)
Masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di
kabupaten/kota yang erat kaitannya dengan
penataan ruang
3. Aspek Perencanaan Penataan Ruang
Apabila jawaban poin 1.1.1. “Tidak ada/Belum Lampiran Dokumen Bukti
Perd a” untuk Tahap Progres
1. Proses penyusunan RTRW Kabupaten/Kota Terakhir saja
Rencana Tata saat ini
1. Ruang Wilayah 2. Jenis permasalahan yang dihadapi selama
Kab/Kota proses penyusunan RTRW Kabupaten/Kota
tersebut

Apabila jawaban poin 1.1.1. “Ada/Sudah Perda”

39
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
1. Ketersediaan kelengkapan muatan seperti a. Lampiran halaman dari
KRB, RTH, KP2B, Kawasan Industri, Pasal
Kawasan Pertambangan, dan Kawasan b. Lampiran Peta
Pertahanan Keamanan dalam dokumen Perda
RTRW Kabupaten/Kota
2. Ketersediaan Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang untuk kawasan-kawasan
seperti KRB, RTH, KP2B, Kawasan Industri,
Kawasan Pertambangan, dan Kawasan
Pertahanan Keamanan dalam dokumen Perda
RTRW Kabupaten/Kota
Apabila jawaban poin 1.1.2. “Belum Perda” Lampiran Dokumen Bukti
1. Proses penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang untuk Tahap Progres
Kabupaten/Kota saat ini Terakhir saja

Apabila jawaban poin 1.1.2. “Sudah Perda” a. Lampiran halaman dari


1. Ketersediaan kelengkapan muatan seperti Pasal
KRB, RTH, Zona Pertanian Pangan b. Lampiran Peta (sampel
Rencana Rinci Tata Berkelanjutan, Zona Industri, Zona 1 lembar)
2. Ruang Pertambangan, dan Zona Pertahanan
(RRTR) Kab/Kota Keamanan dalam dokumen Perda Rencana
Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota
2. Ketersediaan ketentuan Peraturan Zonasi untuk
kawasan-kawasan seperti Ketentuan Kegiatan
dan Penggunaan Lahan, Ketentuan Intensitas
Pemanfaatan Ruang, dan Ketentuan Tata
Bangunan dalam dokumen Perda RDTR dan
RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota
4. Aspek Pemanfaatan Ruang
Ketersediaan 1. Ketersediaan Perda RPJMD Kab/Kota a. Perda RPJMD
Rencana 2. Ketersediaan Rencana Kerja Pembangunan b. Dokumen RKPD
1. Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten/Kota c. Dokumen Peraturan
Daerah 3. Ketersediaan rencana pembangunan daerah
Kabupaten/Kota lainnya
1. Ketersediaan rencana pembangunan terkait Lampiran Dokumen
perwujudan Pusat Permukiman yang mengacu halaman yang terkait
pada rencana tata ruang kabupaten/kota
Ketersediaan 2. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
Rencana perwujudan Sistem Jaringan Transportasi yang
Pembangunan mengacu pada rencana tata ruang
2. Daerah dengan kabupaten/kota
Rencana Tata 3. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
Ruang perwujudan Sistem Jaringan Energi yang
Kabupaten/Kota mengacu pada rencana tata ruang
kabupaten/kota
4. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi

40
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
yang mengacu pada rencana tata ruang
kabupaten/kota
5. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
yang mengacu pada rencana tata ruang
kabupaten/kota
6. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan Kawasan Industri yang mengacu
pada rencana tata ruang kabupaten/kota
7. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan Kawasan Pertambangan yang
mengacu pada rencana tata ruang
kabupaten/kota
8. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan Kawasan Pertanian yang mengacu
pada rencana tata ruang kabupaten/kota
9. Ketersediaan rencana pembangunan terkait
perwujudan RTH yang mengacu pada rencana
tata ruang kabupaten/kota
Penilaian SKPD 1. Perda RPJMD
terhadap 1. Memastikan program rencana pembangunan 2. Dokumen RKPD
Kesesuaian daerah sudah mengacu pada rencana tata ruang 3. Dokumen Peraturan
Rencana (RTR) kabupaten/kota
3.
Pembangunan 2. Memastikan lokasi rencana pembangunan
Daerah dengan daerah sudah mengacu pada rencana tata ruang
RTR (RTR) kabupaten/kota
Kabupaten/Kota
1. Memastikan SKPD mengetahui bahwa ada di 1. Perda RPJMD
Pemahaman SKPD dalam rencana tata ruang terdapat indikasi 2. Dokumen RKPD
terhadap program pemanfaatan ruang 3. Dokumen Peraturan
4.
RTR 2. Memastikan SKPD mudah dalam
kabupaten/kota menerjemahkan indikasi program pemanfaatan
ruang ke dalam rencana pembangunan daerah
4. Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1. Memastikan bahwa dalam pemberian Lampiran contoh izin
rekomendasi teknis tata ruang terkait tersebut
permohonan izin pemanfaatan ruang sudah
mengacu pada Ketentuan Umum Peraturan
Zonasi (KUPZ) dan/atau Peraturan Zonasi
1. KUPZ 2. Memastikan rekomendasi teknis tata ruang
menjadi salah satu persyaratan wajib dalam
penerbitan izin pemanfaatan ruang
3. Jumlah rekomendasi teknis tata ruang terkait
permohonan izin pemanfaatan ruang yang
sudah dikeluarkan selama tahun 2018

41
No Kriteria Indikator Dokumen Pendukung
1. Jumlah perizinan pemanfaatan ruang yang Lampiran contoh izin
sudah pernah diterbitkan oleh Pemda tersebut
Perizinan Kabupaten/Kota selama tahun 2018
2. Pemanfaatan
2. Ketersediaan perizinan pemanfaatan ruang
Ruang
yang dikeluarkan tanpa mendapatkan
rekomendasi teknis tata ruang
Memastikan bahwa Pemda Kabupaten/Kota sudah Lampiran Dokumen
3. Pemberian Insentif pernah menerapkan pemberian insentif dan
dan Disinsentif
disinsentif dalam pemanfaatan ruang
1. Jumlah indikasi kasus-kasus pelanggaran Lampiran Dokumen/foto
pemanfaatan ruang kabupaten/kota
2. Jumlah pelanggaran yang dikenai sanksi
4. Pengenaan Sanksi
terhadap pemanfaatan ruang di tahun 2018
3. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Penataan Ruang
Sumber: Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019

3.2.3.3 Kelembagaan Pelaksanaan Pengawasan Teknis


Pelaksanaan pengawasan teknis melibatkan lembaga – lembaga / pihak
terkait baik di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Adapun pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan teknis meliputi:
1. Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang - Direktorat Jenderal
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
2. Kantor Wilayah BPN Provinsi - Bidang Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan
3. Kantor Pertanahan - Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian
Pertanahan
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten/Kota
5. Dinas yang membidangi penataan ruang di tingkat Kabupaten/Kota

42
Gambar 3.3 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam Pengawasan Teknis
Penataan Ruang

Tabel III.3 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam Pengawasan Teknis Penataan
Ruang Provinsi dan Kabupaten
No Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan
a. Melakukan penyelenggaraan
penataan ruang di daerah
b. Melakukan koordinasi dengan
TKPRD dalam mengisi
kuesioner
c. Melakukan pengisian kuesioner
Badan Perencanaan
d. Menyiapkan bukti dukung isian
Pembangunan Daerah
1. kuesioner
(Bappeda) Provinsi dan
e. Menyampaikan hasil isian
Kabupaten/Kota
kuesioner beserta bukti dukung
Penyelenggaran f. Melakukan koordinasi dalam
Penataan Ruang rangka progress pengisian
Daerah kuesioner
g. Menindaklanjuti rekomendasi
hasil pengawasan teknis
a. Melakukan pengumpulan data
dan bukti dukung dari
Organisasi Perangkat Daerah
Dinas yang membidangi
(OPD) Kabupaten/Kota
2. penataan ruang di tingkat
b. Melakukan verifikasi data dan
Provinsi dan Kabupaten/Kota
bukti dukung yang diperoleh
c. Melakukan klarifikasi atas data
yang diberikan oleh OPD

43
No Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan
Kabupaten/Kota melalui
wawancara (apabila diperlukan)
d. Melakukan koordinasi serta
menyampaikan hasil
pemantauan pengawasan teknis
kepada Kanwil BPN Provinsi
a. Melakukan pengumpulan data
dan bukti dukung dari
Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) Kabupaten/Kota
b. Melakukan verifikasi data dan
bukti dukung yang diperoleh
Verivikator Wastek c. Melakukan klarifikasi atas data
3. Kantor Pertanahan (Kantah)
Kabupaten/Kota yang diberikan oleh OPD
Kabupaten/Kota melalui
wawancara (apabila diperlukan)
d. Melakukan koordinasi serta
menyampaikan hasil
pemantauan pengawasan teknis
kepada Kanwil BPN Provinsi
a. Memantau pelaksanaan
pengawasan teknis di
kabupaten/kota yang
Koordinator Wastek dilaksanakan oleh Kantah
Kabupaten/Kota b. Melakukan koordinasi dengan
Ditjen PPRPT dalam rangka
pelaporan progress pemantauan
pengawasan teknis oleh Kantah
a. Melakukan pengumpulan data
dan bukti dukung dari
Organisasi Perangkat Daerah
4. Kantor Wilayah BPN Provinsi
(OPD) Provinsi
b. Melakukan verifikasi data dan
bukti dukung yang diperoleh
Verivikator Wastek c. Melakukan klarifikasi atas data
Provinsi yang diberikan oleh OPD
Provinsi melalui wawancara
(apabila piperlukan)
d. Melakukan koordinasi serta
menyampaikan hasil
pemantauan pengawasan teknis
kepada Ditjen PPRPT
a. Melaksanakan sosialisasi dan
Direktorat Jenderal
pelatihan
Pengendalian Pemanfaatan
5. Admin dan Pembina b. Memantau pelaksanaan
Ruang dan Penguasaan Tanah
pengawasan teknis di provinsi
(Ditjen PPRPT)
dan kabupaten/kota

44
No Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan
c. Melaksanakan evaluasi hasil
pemantauan pengawasan teknis
provinsi dan kabupaten/kota
d. Merumuskan rekomendasi dan
tindak lanjut
Sumber: Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019

3.2.3.4 Sistem Informasi Pengawasan Teknis


Sistem informasi pengawasan teknis (SIWASTEK) adalah sistem informasi
pengawasan teknis berbasis web yang ditujukan untuk memfasilitasi pengawasan
teknis secara lebih efektif dan efisien melalui manajemen model kuesioner, entri
jawaban kuesioner dan validasinya secara online, otomasi perhitungan kinerja, dan
penyajian laporan dalam bentuk peta, grafik dan tabel secara simultan dan
konsisten.
SIWASTEK dibangun untuk mendorong keterbukaan informasi public
mengenai kinerja penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota, serta
mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mencapai kinerja
penyelenggaraan penataan ruang yang semakin berkualitas. Penyusunan desain
awal, konten data dan informasi, serta tampilan antarmuka dari SIWASTEK
dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk mempermudah proses pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan dalam pengawasan teknis sebagai dasar pengambilan
keputusan.

A. Pengguna Sistem Informasi Pengawasan Teknis


Pengguna SIWASTEK terdiri atas administrator, koordinator provinsi,
verifikator, dan penyelenggara penataan ruang daerah kabupaten/kota. Masing-
masing pihak memiliki hak dan kewenangan yang berbeda terhadap data dan
informasi yang terdapat dalam sistem sehingga dibutuhkan pengaturan dalam hal
akses data. Pengaturan pengguna dalam SIWASTEK dilakukan untuk menentukan
akses dan peran masing-masing pengguna dalam aplikasi. Pengaturan pengguna
dibagi menjadi 4 (empat) jenis sesuai dengan peran pengguna, yaitu:

45
1. Administrator
Administrator adalah Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah dimana administrator bertugas dan berfungsi
menjamin kelancaran operasional SIWASTEK, mengelola pengguna
SIWASTEK (User) dan menentukan kewenangan setiap pengguna. Adapun
kewenangan administrator meliputi:
a. Mengelola pengguna dengan kewenangan di bawahnya.
b. Menambah data referensi, seperti referensi wilayah, provinsi,
kabupaten/kota, dan instistusi, serta data referensi lain yang
dibutuhkan.
c. Menambahkan atau membuat desain model kuesioner.
d. Melihat audit trail aplikasi.
e. Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner.
f. Melihat laporan kinerja.

2. Koordinator Provinsi
Koordinator provinsi adalah Kantor Wilayah BPN Provinsi yang
mempunyai tugas dan fungsi untuk memantau progress verifikasi yang
dilaksanakan oleh verifikator serta melakukan koordinasi dengan
administrator terkait progress tersebut. Adapun kewenangan coordinator
provinsi meliputi:
a. Monitoring status jawaban dan verifikasi data dukung dalam lingkup
provinsi yang bersangkutan.
b. Mengirim notifikasi kepada verifikator dalam hal terdapat kekurangan
dalam verifikasi kuesioner beserta data dukung.
c. Melihat laporan kinerja dalam lingkup provinsi yang bersangkutan.

3. Verifikator
Verifikator adalah Kantor Pertanahan (Kantah) yang mempunyai tugas dan
fungsi melakukan verifikasi terhadap jawaban kuisioner dan data yang

46
diisikan oleh penyelenggaran penataan ruang daerah beserta kelengkapan
bukti dukung. Kewenangan verifikator meliputi:
a. Melakukan verifikasi jawaban kuesioner.
b. Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai dengan
Kabupaten/Kota.
c. Mengirim notifikasi kepada Penyelenggara penataan ruang daerah
dalam hal terdapat kekurangan dalam pengisian kuesioner beserta data
dukung.
d. Melihat laporan kinerja dalam lingkup kabupaten/kota yang
bersangkutan.

4. Penyelenggara Penataan Daerah


Penyelenggara penataan ruang daerah adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten/Kota dan dinas yang
membidangi penataan ruang di tingkat Kabupaten/Kota. Penyelenggara
penataan ruang daerah bertugas dan berfungsi untuk mengisi kuisioner
secara online dalam SIWASTEK serta mengunggah bukti dukung yang
diperlukan. Adapun keweenangan penyelenggara penataan ruang daerah
meliputi:
a. Mengisi jawaban kuesioner
b. Mengunggah bukti dukung yang diperlukan
c. Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai dengan
Kabupaten/Kota
d. Melihat laporan kinerja.

B. Jenis Akses
Pengaturan akses pengguna terhadap data dilakukan melalui sistem
keamanan data yang mengatur jenis operasi bagi peran pengguna tertentu pada data
yang tersimpan di dalam SIWASTEK. Metode pengamanan data dilakukan dengan
membagi akses ke dalam security level seperti:
1. No access (pengguna tidak diberikan akses terhadap data)

47
2. View (pengguna hanya dapat melihat (read only) tanpa melakukan edit atau
create)
3. Edit (pengguna memiliki akses untuk melakukan editing atas data)
4. Create (pengguna memiliki akses untuk melakukan create atas suatu
transaksi), dan
5. Full control (pengguna memiliki kontrol penuh untuk melakukan view, edit,
dan create)
Tabel III.4 Skema Hak Akses
Peran Pengguna Jenis Data Akses Level Aktor
Profil Pengguna Full Control
Direktorat Jenderal
Data referensi Full Control
Pengendalian
Notifikasi kepada seluruh pengguna Full Control
Administrator Pemanfaatan Ruang
Desain model Kuisioner Full Control
dan Penguasaan Tanah
Audit trial aplikasi Full Control
(Ditjen PPRPT)
Laporan Kinerja Full Control
Data Dukung View
Koordinator Kantor Wilayah BPN
Notifikasi kepada verifikator Create, View
Provinsi Provinsi
Laporan kinerja View
Jawaban Kuisioner Create, View
Notifikasi kepada penyelenggara Kantor Pertanahan
Verifikator Create, View
penaaan ruang daerah (Kantah)
Laporan kinerja View
Jawaban kuisioner Create, View Badan Perencanaan
Bukti dukung Create, View Pembangunan Daerah
Penyelenggara (BAPPEDA)
Penataan Ruang Kabupaten/Kota dan
Daerah Dinas yang
Laporan kinerja Create, View
Kabupaten/Kota membidangi penataan
ruang di tikat
Kabupaten/Kota
Sumber: Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019

C. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pengawasan teknis melalui SIWASTEK terdiri atas
pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
1. Pemantauan
a. Administrator membuat desain model kuesioner.
b. Penyelenggara penataan ruang daerah mengisi jawaban kuesioner dan
mengunggah bukti dukung.

48
c. Verifikator melakukan verifikasi jawaban kuesioner dan kelengkapan
bukti dukung.
d. Administrator melakukan validasi kuesioner dan kelengkapan bukti
dukung.
e. Penyelenggara penataan ruang daerah mengisi jawaban kuesioner dan
mengunggah bukti dukung apabila data isian/jawaban kuesioner belum
valid.
f. Koordinator provinsi melakukan pemantauan terhadap status jawaban
dan kelengkapan bukti dukung.
g. Koordinator provinsi mengirimkan notifikasi kepada verifikator untuk
verifikasi jawaban kuesioner dan kelengkapan bukti dukung.
h. Verifikator mengirimkan notifikasi kepada penyelenggara penataan
ruang daerah untuk melengkapi data dalam hal mengisi jawaban
kuesioner dan mengunggah bukti dukung.

2. Evaluasi
a. Administrator men-generate sistem untuk melakukan evaluasi
b. Koordinator provinsi melihat hasil evaluasi Kabupaten/Kota di satu
Provinsi
c. Verifikator melihat hasil evaluasi Kabupaten/Kota
d. Penyelenggara penataan ruang daerah melihat hasil evaluasi satu
Kabupaten/Kota.

3. Pelaporan
a. Administrator merumuskan rekomendasi dan tindak lanjut.
b. Koordinator provinsi, verifikator, dan Penyelenggara penataan ruang
daerah melihat laporan kinerja seluruh Kabupaten/Kota.

49
Gambar 3.4 Mekanisme Kerja Pengawasan Teknis Melalui SIWASTEK

Sumber: Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2019

50
IV BAB IV
METODOLOGI

4.1 Metode Pendekatan


Metode pendekatan yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah
pendekatan fenomenologi dan pendakatan partisipatif.
1. Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi merupakan upaya mengeksplorasi suatu gejala
atau peristiwa yang didalamnya bisa termasuk sebab dan akibat yang
ditimbulkannya. Dalam hal ini fenomena yang dimaksud adalah penataan ruang
yang dilakukan oleh para pemerintah daerah. Penataan ruang daerah sebagai suatu
fenomena yang akan diteliti secara hirarkis dan mendalam untuk menemukenali
aspek strategis yang perlu ditindak lanjuti.

2. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif merupakan pendekatan yang mengikutsertakan para
pemangku kepentingan secara langsung dalam proses pengkajian dan perumusan
alternatif kebijakan. Hal ini untuk memastikan hasil pekerjaaan ini sesuai dengan
kondisi lapangan.

4.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan kegiatan ini yakni dengan
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data
primer yang dimaksud adalah dengan kuisioner, dimana setiap pemerintah daerah
wajib mengisi kuisioner tentang penyelenggaraan penataan ruang dimana terdiri
dari aspek pengaturan, pembinaan, perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
yang termuat dalam Sistem Informasi Pengawasan Teknis (SIWASTEK).
Sedangkan pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan dokumen sebagai
pendukung kuisioner yang sebelumnya telah diisi.

51
4.3 Metode Analisis
Dalam mencapai tujuan yakni untuk menemukenali dan merumuskan upaya
– upaya peningkatan kapasitas dan kualitas penataan ruang daerah dengan
melaksanakan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan penataan ruang yang
dilakukan pemerintah daerah, perlu dilakukan analisis-analisis terhadap sasaran
yakni identirikasi kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi
pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang serta identifikasi kualitas
pemanfaatan ruang melalui pemantauan terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang
ibukota Provinsi.
Gambar 4.1 Kedudukan Materi Praktikan
Kegiatan Pengawasan Teknis
UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Pengawasan Teknis Pengawasan Khusus


Penataa Ruang Penataan Ruang

Kinerja Penyelenggaraan Kualitas Pemanfaatan


Penataan Ruang Ruang

Laporan dan kesepakatan tindak lanjut hasil pengawasan teknis

52
4.3.1 Analisis Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang
Untuk mengetahui kinerja penyelenggaraan penataan ruang dilakukan
analisis terhadap data yang di kumpulkan dari tindakan pemantauan yang meliputi
aspek kinerja pengauran, pembinaan, dan pelaksanaan dengan metode analisis
kuantitatif dan metode analisis deskriptif. Metode analisis kuantitatif dilakukan
dengan melakukan perhitungan tehadap jawaban kuisioner berdasarkan skala nilai
yang telah di tetapkan, sedangkan metode analisis deskriptif dilakukan dengan
melihat keterkaitan antara masing – masing aspek pengawasan dengan mencermati
hubungan sebab akibat. Adapun pembobotan aspek pengawasan dapat dilihat pada
tabel IV.1 dibawah ini.

Tabel IV.1
Pembobotan Aspek Pengawasan Penataan Ruang
No. Aspek Bobot
1. Aspek Pengaturan Penataan Ruang 20
2. Aspek Pembinaan Penataan Ruang 20
3. Aspek Aspek Perencanaan Tata Ruang 20
4. Pelaksanaan Aspek Pemanfaatan Ruang 20
5. Penataan Ruang Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang 20
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Dalam setiap aspek terdapat pula pembobotan sesuai kriteria – kriteria


penilaian terkait.
1. Kriteria Penilaian Aspek Pengaturan Penataan Ruang
Tabel IV.2
Pembobotan Kriteria Ketersediaan Produk Hukum Perencanaan
Perencanaan
Bobot (40%) Klasifikasi
RTRW RRTR
Ada Ada 100 Baik
Ada - 50 Sedang
Belum Ada - 0 Buruk
*Ada = Sudah legal (Perwal/Perbup)
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

53
Tabel IV.3
Pembobotan Kriteria Ketersediaan SK TKPRD
SK TKPRD Bobot (20%) Klasifikasi
Ada 100 Baik
Tidak Ada 0 Buruk
*Ada = Sudah legal (SK Walikota/Bupati)
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.4
Pembobotan Kriteria Ketersediaan RPJMD
RPJMD Bobot (20%) Klasifikasi
Ada 100 Baik
Tidak Ada 0 Buruk
*Ada = Sudah legal (SK Walikota/Bupati)
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.5
Pembobotan Kriteria Ketersediaan Pengaturan Pengendalian
Pengaturan Perundangan Pengendalian Bobot
Klasifikasi
KUPZ/PZ Perizinan INDIS Sanksi (20%)
Wajib ada KUPZ dan Perizinan 100 Baik
Wajib ada KUPZ 50 Sedang

Belum Ada 0 Buruk


*Ada = Sudah legal (Perda/Perwali/Perbup/SK Walikota/SK Bupati)
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

2. Kriteria Penilaian Aspek Pembinaan Penataan Ruang


Tabel IV.6
Pembobotan Kriteria Pelaksanaan Rapat Koordinasi
Rapat Koordinasi Bobot (20%) Klasifikasi
Minimal 4 kali/th 100 Baik
< 4 kali/th 50 Sedang
Tidak Pernah 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

54
Tabel IV.7
Pembobotan Kriteria Sosialisasi Koordinasi
Sosialisasi Bobot (15%) Klasifikasi
OPD dan Masyarakat 100 Baik
OPD atau Masyarakat 50 Sedang
Tidak Pernah 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.8 Pembobotan Kriteria


Penelitian dan Pengembangan dalam Aspek Pembinaan
Litbang Bobot (15%) Klasifikasi
≥ 1 Inovasi/Aplikasi 100 Baik
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.9
Pembobotan Kriteria Ketersediaan Sistem Informasi dan Komunkiasi
Sstem Informasi
Bobot (15%) Klasifikasi
Komunikasi
Ada 100 Baik
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.10 Pembobotan Kriteria Penyebarluasan


Informasi dalam Aspek Pembinaan
Penyebarluasan
Bobot (15%) Klasifikasi
Informasi
≥ 1 Media Penyajian 100 Baik
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

55
Tabel IV.11 Pembobotan Kriteria
Pengembangan Kesadaran Masyarakat dalam Aspek Pembinaan
Pengembangan
Bobot (20%) Klasifikasi
Kesadaran Masyarakat
Ada POKMAS yang di 100 Baik
inisiasi PEMDA
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

3. Kriteria Penilaian Aspek Perencanaan Tata Ruang


Tabel IV.12
Pembobotan Kriteria Ketersediaan Dokumen RTR
Ketersediaan Dokumen RTR
Bobot (60%) Klasifikasi
RTRW RRTR
Ada Ada 100 Baik
Ada - 50 Sedang
Belum Ada - 0 Buruk
*Ada = Sudah memperoleh persub (sudah selesai)
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.13
Pembobotan Kriteria Perencanaan Kota
Perencanaan Kota Bobot (40%) Klasifikasi
Ada KRB dan RTH 100 Baik
Ada KRB atau RTH 50 Sedang
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.14
Pembobotan Kriteria Perencanaan Kabupaten
Perencanaan Kabupaten Bobot (40%) Klasifikasi
Ada KRB dan KP2B 100 Baik
Ada KRB atau KP2B 50 Sedang
Tidak Ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

56
4. Kriteria Penilaian Aspek Pemanfaatan Ruang
Tabel IV.15
Pembobotan Kriteria Kesesuaian RTR dengan RPJM/RKPD
Kesesuaian RTR dengan RPJM/RKPD Bobot (100%) Klasifikasi
Sesuai ≥ 6 Program 100 Baik
Sesuai 4-5 Program 50 Sedang
Sesuai <4 Program 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

5. Kriteria Penilaian Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Tabel IV.16
Pembobotan Kriteria Penerapan KUPZ
KUPZ/PZ Bobot (40%) Klasifikasi
Pemanfaatan Ruang yang Baik
sudah menggunakan 100
KUPZ/PZ
Belum ada penerapan 0 Buruk
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.17
Pembobotan Kriteria Pemberian Izin
Pemberian Izin Bobot (30%) Klasifikasi
Banyaknya perizinan yang mendapatkan Baik
100
rekomendasi teknis tata ruang ≥ 80%
Banyaknya perizinan yang mendapatkan Sedang
50
rekomendasi teknis tata ruang 50 < x 80%
Banyaknya perizinan yang mendapatkan Buruk
0
rekomendasi teknis tata ruang ≤ 50%
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.18
Pembobotan Kriteria Penetapan Insentif Disisentif
Insentif Disisentif Bobot (0%) Klasifikasi
Ada penetapan indis dalam 100 Baik
pemanfaatan ruang

57
Insentif Disisentif Bobot (0%) Klasifikasi
Tidak ada penetapan indis dalam Buruk
0
pemanfaatan ruang
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Tabel IV.19
Pembobotan Kriteria Pengenaan Sanksi atas Pelanggaran
Pengenaan Sanksi atas
Bobot (10%) Klasifikasi
Pelanggaran
Sudah ada pengenaan sanksi 100 Baik
atas pelanggaran
Tidak ada pengenaan sanksi atas 0 Buruk
pelanggaran
Sumber: Hasil Penyepakatan dalam Rapat Pengawasan Teknis pada Dirjen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pemanfaatan Tanah, Kementerian ATR/BPN

Setelah masing – masing aspek dilakukan pembobotan maka akan


memunculkan hasil kinerja pemanfaatan ruang dengan klasifikiasi sebagai berikut:
Ø Baik : ≥ 80
Ø Sedang : ≥ 50 x <80
Ø Buruk : < 50

4.3.2 Analisis Kualitas Pemanfaatan Ruang


Dalam pengawasan teknis, untuk mengetahui kualitas pemanfaatan ruang
dilakukan pemantauan terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang ibukota Provinsi.
Analisis kesesuaian pemanfataan ruang didasarkan pada RTRW Kabupaten/Kota,
dimana jika terdapat rencana rinci tata ruang yang memiliki skala peta yang lebih
besar atau tingkat ketelitian pera yang lebih tinggi dari RTRW Kabupaten/Kota
maka analisis kesesuaian pemanfaatan ruang didasarkan pada rencana rinci tata
ruang. Analisis kesesuiaian pemanfaatan ruang dilakukan dengan cara
pertampalan/overlay peta, penilaian kesesuaian penggunaan lahan dan verifikasi
lapangan.

58
Gambar 4.2 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

Pertampalan/overlay peta
Lokasi, luasan dan
jumlah titik indikasi
Penilaian kesesuaian ketidaksesuaian
penggunaan lahan

1. Metode pertampalan analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana


tata ruang dilakukan dengan melakukan pertampalan/overlay terhadap peta
penggunaan lahan eksisting yang sebelumnya telah di digitasi, dengan peta
rencana pola ruang beserta dengan ketentuan pemanfaatannya. Ketentuan
pemanfaatan dapat berupa ketentuan kegiatan dan peruntukan ruang yang
terdapat dalam rencana rinci, atau ketentuan umum peraturan zonasi yang
terdapat pada RTRW Kabupaten/Kota.
Sebelum melakukan proses pertampalan/overlay perlu dilakukan
penyamaan skala ketelitian peta dan pengelompokan penggunaan lahan peta
penggunaan lahan eksisting dengan peta rencana tata ruang yang digunakan.
2. Penilaian kesesuaian penggunaan lahan dilakukan berdasarkan kesesuaian
penggunaan lahan eksisting terhadap ketentuan penggunaan lahan yang
diperbolehkan pada suatu lokasi tertentu yang diatur dalam ketentuan umum
peraturan zonasi yang ditetapkan.
3. Hasil pertampalan/overlay peta dan hasil penilaian kesesuaian penggunaan
lahan dituangkan dalam bentuk peta dan tabel yang memuat:
Ø indikasi ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting
Ø lokasi indikasi ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting dalam
bentuk koordinat
Ø luasan dan jumlah titik lokasi indikasi ketidaksesuaian penggunaan
lahan eksisting.
Ø Informasi tingkat simpangan dengan cara melihat perbedaan atau
selisih luas pada rencana pola ruang dengan luas pada kondisi

59
eksisting/actual yang kemudian di persentasekan dan di klasifikasi
dengan klasifikasi debagai berikut:
• 99% : tidak ada kesesuaian
• 50% - < 99% : simpangan tinggi
• 25% - <50% : simpangan sedang
• 1 % - < 25% : simpangan rendah
• 0 % - < 1% : kesesuaian sempurna

60
V BAB V
HASIL DAN CAPAIAN KERJA PRAKTEK

5.1 Gambaran Umum Pekerjaan


5.1.1 Latar Belakang Pekerjaan
Secara umum pengawasan merupakan upaya untuk memastikan suatu
proses berlangsung sesuai kaidah atau norma yang berlaku sehingga dapat
menghasilkan keluaran sebagaimana diharapkan. Selaras dengan hal tersebut, Pasal
UU Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pengawasan penataan ruang
merupakan upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya Pasal 198 PP Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang menguraikan bahwa
pengawasan penataan ruang dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan secara berkala. Pengawasan teknis
penataan ruang sesuangguhnya sangat diperlukan karena sifatnya yang menyeluruh
dan rutin sehingga dapat menjadi instrument deteksi dini terhadap kekurangan,
penurunan, atau bahkan penyimpangan dalam menyelenggarakan penataan ruang.
Dengan demikian, melalui pengawasan teknis para penentu kebijakan bisa
mendapatkan masukan dengan cepat dan tepat dalam merumuskan langkah –
langkah perbaikan penataan ruang yang perlu di tempuh dalam rangka mewujudkan
ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pemerintah dengan strategi
membangun dari pinggiran cukup banyak menyediakan tambahan infrastruktur dan
fasilitas publilk di Wilayah Timur Indonesia. Hal ini membuka kesempatan
berusaha dan bekerja yang pada gilirannya dapat mendorong peningkatan
kebutuhan ruang. Peningkatan kebutuhan ruang tersebut seyogyanya perlu dikelola
dengan tepat agar pemenuhannya tidak bersifat sporadis, menimbulkan konflik,
dan/atau justru menurunkan daya dukung lingkungan dan/atau tingkat layanan
fasilitas publik. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi para penentu kebijakan
dalam mempertahankan atau meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan

61
penataan ruang. Pelaksanaan pengawasan teknis dapat dijadikan upaya
mengoptimalkan penyelenggaraan penataan ruang di Wilayah Timur Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Direktorat Jenderal Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Rara
Ruang/BPN pada Tahun Anggaran 2019 akan melaksanakan kegiatan Pengawasan
Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pengawasan Teknis ini adalah bagian integral dari upaya peningkatan kapasitas dan
kualitas penyelenggaraan penataan ruang di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

5.1.2 Tujuan dan Sasaran Pekerjaan


Adapun tujuan dan sasaran kegiatan pengawasan teknis penyelenggaraan
penataan ruang di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut.
5.1.2.1 Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukenali dan merumuskan upaya –
upaya peningkatan kapasitas dan kualitas penataan ruang daerah dengan
melaksanakan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan penataan ruang yang
dilakukan pemerintah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

5.1.2.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah:
1. Identifikasi kinerja penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang meliputi pengaturan, pembinaan dan
pelaksanaan penataan ruang.
2. Identifikasi profil kegiatan pemanfaatan ruang melalui pemantauan
terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang ibukota Provinsi Nusa Tenggara
Barat Evaluasi dan perumusan alternatif kebijakan peningkatan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang

5.1.2.3 Ruang Lingkup Wilayah


Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara tepatnya pada 115° 46' - 119°

62
5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 ° 5' Lintang Selatan. Adapun batas adminstrasi
provinsi Nusa Tenggara Barat Meliputi:
Ø Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores
Ø Sebelah Selatan: Samudera Hindia
Ø Sebelah Barat : Selat Lombok dan Provinsi Bali
Ø Sebelah Timur : Selat Sape dan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki luas 2.016.484 Ha dimana


ibukotanya berada di Mataram dan memiliki 8 Kabupaten serta 2 Kota, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel I.1 di bawah ini.
Tabel V.1
Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat
No. Kabupaten/Kota Luas (Ha) Persentase (%)
1. Kabupaten Bima 438.940 21,77
2. Kabupaten Dompu 232.155 11,51
3. Kabupaten Lombok Barat 105.387 5,23
4. Kabupaten Lombok Tengah 120.839 5,99
5. Kabupaten Lombok Timur 160.555 7,96
6. Kabuparen Lombok Utara 80.953 4,01
7. Kabupaten Sumbawa 664.398 32,95
8. Kabupaten Sumbawa Barat 184.902 9,17
9. Kota Bima 22.225 1,15
10. Kota Mataram 6.130 0,32
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2.016.484 100
Sumber: Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2018

Nusa Tenggara Barat terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Lombok dan
Pulau Sumbawa. Pada Pulau Lombok terdapat Kabupaten Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Kota Mataram, sedangkan Pulau
Sumbawa terdapat Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten
Dompu, Kabuparen Bima, serta Kota Bima.

63
Gambar 5.1
Peta Administrasi Nusa Tenggara Barat

64
5.2 Materi Praktikan
Kinerja penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten/Kota dapat dinilai
ketika pengisian kuisioner dalam SIWASTEK mencapai 80%, jika tidak dapat
mencapai 80% maka tidak dapat dinilai. Terdapat 2 Kabupaten pada Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang tidak bisa dinilai kinerja penyelenggaraan penataan ruangnya
karena pengisian kuisioner dalam SIWASTEK tidak mencapai 80%, yakni
Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa. Adapun tindak lanjut untuk
Kabupaten/Kota yang pengisian kuisioner belum mencapai 80% ini akan diadakan
workshop 2 atau workshop pusat bersama dengan Kabupaten/Kota di Provinsi
lainnya. Adapun penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang pada 8
Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat akan di jelaskan sebagai
berikut.

5.2.1 Skoring Data Hasil Monitoring Pengisisan Kuisioner pada Sistem


Informasi Pengawasan Teknis (SIWASTEK)
Pada kegiatan pengawasan teknis penyelenggaraan penataan ruang di
lakukan sosialisasi pengisisian kuisioner pada SIWASTEK melalui workshop yang
di selenggarakan di daerah. Setelah dilakukan kegiatan sosialisasi langkah
selanjutnya adalah memonitoring hasil pengisian kuisioner selama kurang lebih 3
bulan, kegiatan monitoring ini dilakukan oleh pihak pusat sebagai verifikator yang
kemudian mengirimkan notifikasi kepada penyelenggara penataan ruang daerah
untuk melengkapi data dalam hal mengisi jawaban kuesioner dan mengunggah
bukti dukung. Pada tahap monitoring ini dilakukan skoring terhadap hasil pengisian
kuisioner yang kemudian akan dilihat hubungan sebab akibat yang mempengaruhi
nilai kinerja penyelnggaraan penataan ruang di masing – masing Kabupaten/Kota.

5.2.1.1 Aspek Pengaturan Penataan Ruang


Terdapat beberapa variabel peniliaian dalam penyelenggaraan aspek
pengaturan penataan ruang yakni ketersediaan produk hukum perencanaan, produk
hukum pembinaan, produk hukum pemanfaatan dan produk hukum pengendalian.

65
Tabel V.1
Peniliaian Ketersediaan Produk Hukum Perencanaan
RTRW RRTR
Kabupaten/
Status Status Nilai Klasifikasi
Kota Tahun Keterangan Tahun Keterangan
Legal Legal
Lombok Tengah Perda 2011 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Lombok Barat Perda 2011 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Dompu Perda 2012 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Bima Perda 2011 Ada Perda 1 Ada 100 Baik
Sumbawa Barat Perda 2012 Ada Perda 1 Ada 100 Baik
Lombok Utara Perda 2011 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Mataram Perda 2019 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Kota Bima Perda 2012 Ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.2
Peniliaian Ketersediaan Produk Hukum Pembinaan
SK TKPRD/BKPRD
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Status Legal Keterangan
Lombok Tengah 1 Ada 100 Baik
Lombok Barat 1 Ada 100 Baik
Dompu 1 Ada 100 Baik
Bima 1 Ada 100 Baik
Sumbawa Barat 1 Ada 100 Baik
Lombok Utara 1 Ada 100 Baik
Mataram 1 Ada 100 Baik
Kota Bima 0 Tidak ada 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.3
Penilaian Ketersediaan Produk Hukum Pemanfaatan
RPJMD
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Status Legal Keterangan
Lombok Tengah 1 Ada 100 Baik
Lombok Barat 1 Ada 100 Baik
Dompu 1 Ada 100 Baik
Bima 1 Ada 100 Baik
Sumbawa Barat 1 Ada 100 Baik
Lombok Utara 1 Ada 100 Baik
Mataram 1 Ada 100 Baik
Kota Bima 1 Ada 100 Baik
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

66
Tabel V.4
Penilaian Ketersediaan Produk Hukum Pengendalian
KUPZ/PZ Perizinan Insetif Disisentif Sanksi
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Status Legal Keterangan Status Legal Keterangan Status Legal Keterangan Status Legal Keterangan
Lombok Tengah 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Lombok Barat 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Dompu 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Bima 1 Ada 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 100 Baik
Sumbawa Barat 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Lombok Utara 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Mataram 1 Ada 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 100 Baik
Kota Bima 1 Ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0 Tidak ada 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Setelah dilakukan monitoring dan skoring pada masing – masing variabel penilaian aspek pengaturan maka dilakukan penilaian
terhadap aspek pengaturan secara keseluruhan dengan bobot sesuai hasil kesepakatan rapat penilaian pengawasan teknis.
Tabel V.5
Penilaian Variabel Penyelenggaraan Aspek Pengaturan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Ketersediaan Produk Hukum
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Perencanaan (40%) Pembinaan (20%) Pemanfaatan (20%) Pengendalian (20%)
Lombok Tengah 50 100 100 50 70 Sedang
Lombok Barat 50 100 100 50 70 Sedang
Dompu 50 100 100 50 70 Sedang
Bima 100 100 100 100 100 Baik
Sumbawa Barat 100 100 100 50 90 Baik
Lombok Utara 50 100 100 50 70 Sedang
Mataram 50 100 100 100 80 Baik
Kota Bima 50 0 100 50 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Tekni

67
Gambar 5.2
Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pengaturan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

6
5
5
Jumlah Kabupaten/Kota

4
3
3 Kinerja Sedang
Kinerja Baik
2

0
Kinerja Sedang Kinerja Baik

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8


Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 3 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja baik dan terdapat 5 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang
pada aspek pengaturan penataan ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 5.3 dibawah ini.

68
Gambar 5.3
Peta Kinerja Aspek Pengaturan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

69
5.2.1.2 Aspek Pembinaan Penataan Ruang
Terdapat beberapa variabel peniliaian dalam penyelenggaraan aspek
pembinaan penataan ruang yakni rapat koordinasi, sosialisasi, penelitian &
pengembangan, sistem informasi, penyebarluasan informasi, dan pengembangan
masyarakat.
Tabel V.6
Penilaian Pengadaan Rapat Koordinasi
Rapat Koordinasi
Kabupaten/ Kota
Jumlah Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 2 50 Sedang
Lombok Barat 15 100 Baik
Dompu 3 50 Sedang
Bima 9 100 Baik
Sumbawa Barat 6 100 Baik
Lombok Utara 0 0 Buruk
Mataram 2 50 Sedang
Kota Bima 0 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.7
Penilaian Pengadaan Sosialisasi
Sosialisasi
Kabupaten/ Kota
Jumlah Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 2 100 Baik
Lombok Barat 1 50 Sedang
Dompu 2 100 Baik
Bima 1 50 Sedang
Sumbawa Barat 2 100 Baik
Lombok Utara 0 0 Buruk
Mataram 0 0 Buruk
Kota Bima 1 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.8
Peniaian Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten/ Kota
Jumlah Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 0 0 Buruk
Lombok Barat 0 0 Buruk
Dompu 0 0 Buruk
Bima 0 0 Buruk
Sumbawa Barat 2 100 Baik
Lombok Utara 0 0 Buruk

70
Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten/ Kota
Jumlah Nilai Klasifikasi
Mataram 1 100 Baik
Kota Bima 0 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.9
Penilaian Ketersediaan Sistem Informasi dan Komunikasi
Sistem Informasi dan Komunikasi
Kabupaten/ Kota
Jumlah Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 2 100 Baik
Lombok Barat 0 0 Buruk
Dompu 0 0 Buruk
Bima 0 0 Buruk
Sumbawa Barat 2 100 Baik
Lombok Utara 0 0 Buruk
Mataram 0 0 Buruk
Kota Bima 0 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.10
Penilaian Penyebarluasan Informasi
Penyebarluasan Informasi
Kabupaten/ Kota
Jumlah Media Penyajian Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 2 100 Baik
Lombok Barat 3 100 Baik
Dompu 3 100 Baik
Bima 1 100 Baik
Sumbawa Barat 3 100 Baik
Lombok Utara 1 100 Baik
Mataram 0 0 Buruk
Kota Bima 0 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.11
Penilaian Pengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat
Kabupaten/ Kota
Jumlah POKMAS Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah 1 100 Baik
Lombok Barat 0 0 Buruk
Dompu 0 0 Buruk
Bima 0 0 Buruk
Sumbawa Barat 0 0 Buruk
Lombok Utara 0 0 Buruk
Mataram 0 0 Buruk

71
Pengembangan Masyarakat
Kabupaten/ Kota
Jumlah POKMAS Nilai Klasifikasi
Kota Bima 0 0 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Setelah dilakukan monitoring dan skoring pada masing – masing variabel


penilaian aspek pembinaan maka dilakukan penilaian terhadap aspek pembinaan
penataan ruang secara keseluruhan dengan bobot sesuai hasil kesepakatan rapat
penilaian pengawasan teknis. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel V.12
Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pembinaan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
Variabel Penilaian Aspek Pembinaan Penataan Ruang
Sistem
Kabupaten/ Rapat Pengembangan
Sosialisasi Litbang Informasi dan Penyebarluasan Nilai Klasifikasi
Kota Koordinasi Masyarakat
(20%) (10%) Komunikasi Informasi (20%)
(20%) (10%)
(20%)
Lombok Tengah 50 100 0 100 100 100 80 Baik
Lombok Barat 100 50 0 0 100 0 50 Sedang
Dompu 50 100 0 0 100 0 50 Sedang
Bima 100 50 0 0 100 0 50 Sedang
Sumbawa Barat 100 100 100 100 100 0 90 Baik
Lombok Utara 0 0 0 0 100 0 20 Buruk
Mataram 50 0 100 0 0 0 20 Buruk
Kota Bima 0 50 0 0 0 0 10 Buruk
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Gambar 5.4
Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pembinaan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
3.5
3 3
3
Jumlah Kabupaten/Kota

2.5
2
2 Kinerja Baik
Kinerja Sedang
1.5
Kinerja Buruk
1

0.5

0
Kinerja Baik Kinerja Sedang Kinerja Buruk

72
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 2 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja yang baik, 3 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang dan 3
Kabupaten/Kota mempunyai kinerja yang buruk pada aspek pembinaan penataan
ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.5 dibawah ini.

73
Gambar 5.5
Peta Kinerja Aspek Pembinaan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

74
5.2.1.3 Aspek Perencanaan Tata Ruang
Terdapat 2 variabel peniliaian dalam penyelenggaraan aspek perencanaan
tata ruang ruang yakni ketersediaan dokumen rencana tata ruang dan kelengkapan
muatan RTRW.
Tabel V.13
Penilaian Ketersediaan Dokumen RTR
Ketersediaan Dokumen RTR
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
RTRW RDTR
Lombok Tengah Ada Tidak ada 50 Sedang
Lombok Barat Ada Ada 100 Baik
Dompu Ada Tidak ada 50 Sedang
Bima Ada Ada 100 Baik
Sumbawa Barat Ada Ada 100 Baik
Lombok Utara Ada Tidak ada 50 Sedang
Mataram Ada Tidak ada 50 Sedang
Kota Bima Ada Tidak ada 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.14
Penilaian Kelengkapan Muatan RTRW
Kelengkapan Muatan RTRW
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Lokasi KRB Lokasi RTH Lokasi KP2B
Lombok Tengah Ada Ada Ada 100 Baik
Lombok Barat Ada Ada Ada 100 Baik
Dompu Ada Ada Tidak ada 50 Sedang
Bima Ada Ada Tidak ada 50 Sedang
Sumbawa Barat Ada Ada Ada 100 Baik
Lombok Utara Ada Ada Tidak ada 50 Sedang
Mataram Ada Ada Ada 100 Baik
Kota Bima Tidak ada Ada Ada 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Setelah dilakukan monitoring dan skoring pada masing – masing variabel


penilaian aspek perencanaan maka dilakukan penilaian terhadap aspek perencanaan
tata ruang secara keseluruhan dengan bobot sesuai hasil kesepakatan rapat penilaian
pengawasan teknis. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

75
Tabel V.15
Penilaian Penyelenggaraan Aspek Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
Variabel Peniliaian Aspek Perencanaan Penataan Ruang
Kabupaten/ Kota Ketersediaan Dokumen RTR Kelengkapan Muatan RTRW Nilai Klasifikasi
(60%) (40%)
Lombok Tengah 50 100 70 Sedang
Lombok Barat 100 100 100 Baik
Dompu 50 50 50 Sedang
Bima 100 50 80 Baik
Sumbawa Barat 100 100 100 Baik
Lombok Utara 50 50 50 Sedang
Mataram 50 100 70 Sedang
Kota Bima 50 50 50 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Gambar 5.6
Hasil Penilaian Kinerja Aspek Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
6
5
5
Jumlah Kabupaten/Kota

4
3
3 Kinerja Baik
Kinerja Sedang
2

0
Kinerja Baik Kinerja Sedang

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8


Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 3 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja yang baik dan 5 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang
pada aspek perencanaan tata ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
5.7 dibawah ini.

76
Gambar 5.7
Peta Kinerja Aspek Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

77
5.2.1.4 Aspek Pemanfaatan Ruang
Dalam penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang terdapat variabel peniliaian dalam aspek pemanfaatan ruang yakni variabel
kesesuaian antara rencana pembangunan daerah dengan rencana tata ruang Kabupaten/Kota, apakah program – program di dalam rencana
pembangunan daerah sudah mengacu pada rencana tata ruang atau belum.

Tabel V.16
Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Kesesuaian RTR dengan RJPJMD/RKPD
Kabupaten/ Kota Sumber Nilai Klasifikasi
Permukiman Transportasi Energi Telekomunikasi Industri Pertambangan Pertanian RTH
Daya Air
Tidak
Lombok Tengah Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
sesuai
Lombok Barat Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
Tidak Tidak
Dompu Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
sesuai sesuai
Bima Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
Sumbawa Barat Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
Tidak Tidak Tidak
Lombok Utara Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai 0 Buruk
sesuai sesuai sesuai
Tidak Tidak Tidak
Mataram Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai 0 Buruk
sesuai sesuai sesuai
Tidak
Kota Bima Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai 100 Baik
sesuai
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

78
Gambar 5.8
Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
7
6
6
Jumlah Kabupaten/Kota

4
Kinerja Baik
3 Kinerja Buruk
2
2

0
Kinerja Baik Kinerja Buruk

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8


Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 5 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja yang baik dan 2 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja buruk
pada aspek pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.9
dibawah ini.

79
Gambar 5.9
Peta Kinerja Aspek Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

80
5.2.1.5 Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Dalam penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang terdapat variabel
peniliaian dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang yakni variabel
pemanfaatan ruang yang menggunakan KUPZ, pemberian izin berdasarkan
rekomendasi teknis tata ruang dan pengenaan sanksi atas pelanggaran.
Tabel V.17
Penilaian Pemanfaatan Ruang yang Telah Menggunakan KUPZ
Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Menggunakan KUPZ
Lombok Tengah Sudah 100 Baik
Lombok Barat Sudah 100 Baik
Dompu Sudah 100 Baik
Bima Sudah 100 Baik
Sumbawa Barat Sudah 100 Baik
Lombok Utara Sudah 100 Baik
Mataram Sudah 100 Baik
Kota Bima Sudah 100 Baik
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.18
Peniliaian Pemberian Izin Berdasarkan Rekomendasi Teknis Tata Ruang
Pembeian Izin Berdasarkan
Kabupaten/ Kota Nilai Klasifikasi
Rekomendasi Teknis Tata Ruang
Lombok Tengah ≥ 80% 100 Baik
Lombok Barat ≥ 80% 100 Baik
Dompu ≥ 80% 100 Baik
Bima ≥ 80% 100 Baik
Sumbawa Barat ≥ 80% 100 Baik
Lombok Utara ≥ 80% 100 Baik
Mataram ≥ 80% 100 Baik
Kota Bima ≥ 80% 100 Baik
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Tabel V.19
Penilaian Variabel Pengenaan Sankis Atas Pelanggaran
Kabupaten/ Kota Pengenaan Sanksi atas Pelanggaran Nilai Klasifikasi
Lombok Tengah Ada 100 Baik
Lombok Barat Ada 100 Baik
Dompu Ada 100 Baik
Bima Ada 100 Baik
Sumbawa Barat Tidak ada 0 Buruk
Lombok Utara Ada 100 Baik
Mataram Ada 100 Baik
Kota Bima Ada 100 Baik
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

81
Setelah dilakukan monitoring dan skoring pada masing – masing variabel
penilaian aspek pengendalian maka dilakukan penilaian terhadap aspek
pengendalian pemanfaatan ruang ruang secara keseluruhan dengan bobot sesuai
hasil kesepakatan rapat penilaian pengawasan teknis. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut.
Tabel V.20
Penilaian Penyelenggaraan Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Variabel Penilaian Aspek Pengendalian
Kabupaten/ Kota Mangacu pada Pemberian Pengenaan Nilai Klasifikasi
KUPZ (40%) Izin (30%) Sanksi (30%)
Lombok Tengah 100 100 100 100 Baik
Lombok Barat 100 100 100 100 Baik
Dompu 100 100 100 100 Baik
Bima 100 100 100 100 Baik
Sumbawa Barat 100 100 0 70 Sedang
Lombok Utara 100 100 100 100 Baik
Mataram 100 100 100 100 Baik
Kota Bima 100 100 100 100 Baik
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Gambar 5.10
Hasil Penilaian Kinerja Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
8
7
7
Jumlah Kabupaten/Kota

4 Kinerja Baik
Kinerja Sedang
3

2
1
1

0
Kinerja Baik Kinerja Sedang

82
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 7 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja yang baik dan 1 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang
pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 5.11 dibawah ini.

83
Gambar 5.11
Peta Kinerja Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

84
5.2.1.6 Hasil Skoring Hasil Monitoring Pengisisan Kuisioner pada Sistem
Informasi Pengawasan Teknis (SIWASTEK)
Setelah mendapatkan hasil skoring kinerja berdasarkan hasil monitoring
kuisioner pada setiap aspek penyelenggaraan penataan ruang maka langkah
selanjutnya untuk mengetahui kinerja pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa
Tenggara Barat adalah penilaian terhadap seluruh aspek secara keseluruhan di
masing – masing Kabupaten/Kota dengan bobot sesuai hasil kesepakatan rapat
penilaian pengawasan teknis. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel V.21
Kinerja Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Pengaturan Pembinaan Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian
Kabupaten/Kota Nilai Klasifikasi
(20%) (20%) (20%) (20%) (20%)
Lombok Tengah 70 80 70 100 100 84 Baik
Lombok Barat 70 50 100 100 100 84 Baik
Dompu 70 50 50 100 100 74 Sedang
Bima 100 50 80 100 100 86 Baik
Sumbawa Barat 90 90 100 100 70 90 Baik
Lombok Utara 70 20 50 0 100 48 Buruk
Mataram 80 20 70 0 100 54 Sedang
Kota Bima 50 10 50 100 100 62 Sedang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis

Gambar 5.12
Kinerja Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat
4.5
4
4

3.5
Jumlah Kabupaten/Kota

3
3

2.5 Kinerja Baik

2 Kinerja Sedang
Kinerja Buruk
1.5
1
1

0.5

0
Kinerja Baik Kinerja Sedang Kinerja Buruk

85
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari 8
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 4 Kabupaten/Kota
mempunyai kinerja yang baik, 3 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang dan 1
Kabupaten/Kota mempunyai kinerja yang buruk dalam penyelenggaraan penataan
ruang.

86
Gambar 5.13
Peta Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

87
5.2.2 Penilaian Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten/Kota
di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Setelah dilakukan skoring terhadap data hasil kuisioner kinerja
penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
langkah selanjutnya adalah melihat hubungan sebab akibat yang mempengaruhi
nilai kinerja penyelenggaraan penataan ruang di masing – masing Kabupaten/Kota
berdasarkan jawaban – jawaban pada kuisioner dalam SIWASTEK.

5.2.2.1 Kabupaten Lombok Tengah


Kabupaten Lombok Tengah mempunya kinerja penyelenggaraan penataan
ruang dengan klasifikasi baik, namun bukan berarti tidak ada kendala dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang. Adapun permasalahan secara umum yang terjadi
karena keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM daerah, keterbatasan anggaran,
terkendala proses rekomendasi Gubernur di Provinsi, terkendala proses persetujuan
substansi di pusat terkait penyusunan RDTR, selain itu belum adanya penelitian dan
pengembangan di bidang penataan ruang disebabkan isu terkait penataan ruang
bukan manjadi isu utama di daerah.
Tabel V.22
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Tengah
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 70 Sedang
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 50
Sosialisasi 100
Pembinaan Litbang 0
Penataan Sistem Informasi dan 80 Baik
100
Ruang Komunikasi 84 Baik
Penyebarluasan Informasi 100
Pengembangan Masyarakat 100
Perencanaan Ketersediaan RTR 50
70 Sedang
Tata Ruang Muatan RTR 100
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
100 100 Baik
pada KUPZ/PZ

88
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Pengendalian Pemberian Izin 100
Pemanfaatan
Pengenaan Sanksi 100
Ruang
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.2 Kabupaten Lombok Barat


Kabupaten Lombok Barat mempunya kinerja penyelenggaraan penataan
ruang dengan klasifikasi baik, namun bukan berarti tidak ada kendala dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang. Pada aspek pengaturan penataan ruang sudah ada
RDTR, namun belum di PERDA-kan karena keterbatasan kuantitas dan kualitas
SDM daerah, keterbatasan anggaran, ketidakjelasan fungsi kelembagaan daerah
dan terkendala proses rekomendasi Gubernur di Provinsi, serta terkendala proses
persetujuan substansi di pusat. Pada aspek pembinaan penataan ruang, belum
pernah ada penelitian dan pengembangan serta belum adanya pengembangan sistem
informasi dan komunikasi penataan ruang karena masih menunggu regulasi, selain
itu juga belum ada pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
karena masih menunggu revisi RTRW.
Tabel V.23
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Barat
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 70 Sedang
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 100
Sosialisasi 50
Pembinaan Litbang 0 84 Baik
Penataan Sistem Informasi dan 50 Sedang
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 100
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 100
100 Baik
Tata Ruang Muatan RTR 100

89
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.3 Kabupaten Dompu


Kabupaten Dompu mempunya kinerja penyelenggaraan penataan ruang
dengan klasifikasi sedang, dimana terdapat permasalahan – permasalahan yakni
dalam proses penyusunan rencana rinci tata ruang (RRTR) adanya keterbatasan
kuantitas dan kualitas SDM daerah serta anggaran daerah, dan sulit memperoleh
peta citra satelit skala 1:5000 yang telah tervalidasi BIG. Dalam aspek pembinaan
terdapat kendala yakni belum adanya penelitian dan pengembangan bdang penataan
ruang karena pemahaman dan kesadaran tentang tata ruang oleh PEMDA masih
minim serta sumber daya manusia yang masih minim juga.
Tabel V.24
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Dompu
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 70 Sedang
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 50
Sosialisasi 100
Pembinaan Litbang 0
Penataan Sistem Informasi dan 50 Sedang 74 Sedang
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 100
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 50
50 Sedang
Tata Ruang Muatan RTR 50
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD

90
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.4 Kabupaten Bima


Kabupaten Bima mempunya kinerja penyelenggaraan penataan ruang
dengan klasifikasi baik, namun bukan berarti tidak ada kendala dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang. Beberapa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang sudah di PERDA-kan, namun masih ada juga Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang belum di PERDA-kan karena proses pembahasan di DPRD yang
cukup panjang, selain itu juga terdapat beberapa progress penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) terkendala karena proses validasi KLHS melibatkan
instansi lain dan membutuhkan waktu yang panjang. Pada aspek pembinaan belum
terlaksananya kegiatan – kegiatan pembinaan karena keterbatasan anggaran.
Tabel V.25
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Bima
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 100
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 100 Baik
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 100
Koordinasi 100
Sosialisasi 50
Pembinaan Litbang 0
Penataan Sistem Informasi dan 50 Sedang 86 Baik
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 100
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 100
80 Baik
Tata Ruang Muatan RTR 50
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD

91
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.5 Kabupaten Sumbawa Barat


Kabupaten Sumbawa Barat mempunya kinerja penyelenggaraan penataan
ruang dengan klasifikasi baik, namun bukan berarti tidak ada kendala dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang. Dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang
terdapat kendala yakni belum adanya pengenaan sanksi karena pengaturan teknis
pengenaan sanksi pelanggaran sedang dalam proses legalisasi.
Tabel V.26
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Sumbawa Barat
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 100
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 90 Baik
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 100
Sosialisasi 100
Pembinaan Litbang 100
Penataan Sistem Informasi dan 90 Baik
100
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 100 90 Baik
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 100
100 Baik
Tata Ruang Muatan RTR 100
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 70 Sedang
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 0
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

92
5.2.2.6 Kabupaten Lombok Utara
Kabupaten Lombok Utara mempunya kinerja penyelenggaraan penataan
ruang dengan klasifikasi buruk, hal ini disebabkan oleh kendala – kendala yakni
keterbatasan anggaran daerah dan keterbatasan sumberdaya manusia dibidang
penataan ruang, selain itu di aspek pemanfaatan ruang OPD sudah memiliki rencana
program prioritas sendiri dan tidak mengacu pada rencana tata ruang.
Tabel V.27
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Utara
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 70 Sedang
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 0
Sosialisasi 0
Pembinaan Litbang 0
Penataan Sistem Informasi dan 20 Buruk
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 100 48 Buruk
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 50
50 Sedang
Tata Ruang Muatan RTR 50
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
0 0 Buruk
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.7 Kota Mataram


Kota Mataram mempunya kinerja penyelenggaraan penataan ruang dengan
klasifikasi sedang, dimana terdapat permasalahan – permasalahan yakni pada
proses penyusunan rencana rinci tata ruang (RRTR) terdapat keterbatasan kuantitas
dan kualitas SDM daerah, keterbatasan anggaran, dan terkendala proses
rekomendasi Gubernur di Provinsi, serta terkendala proses persetujuan substansi di

93
pusat. Buruknya penyelenggaraan disebabkan oleh tidak adanya anggaran untuk
kegiatan – kegiatan pembinaan. Sedangkan pada aspek pemanfaatan ruang
beberapa sudah ada yang mengacu pada RTR, namun sebagian besar belum
mengacu pada RTR karena OPD sudah memiliki rencana program prioritas sendiri.
Tabel V.28
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Mataram
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 100
Penataan 80 Baik
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 100
Koordinasi 50
Sosialisasi 0
Pembinaan Litbang 100
Penataan Sistem Informasi dan 20 Buruk
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 0 54 Sedang
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 50
70 Sedang
Tata Ruang Muatan RTR 100
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
0 0 Buruk
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

5.2.2.8 Kota Bima


Kota Bima mempunya kinerja penyelenggaraan penataan ruang dengan
klasifikasi sedang, dimana terdapat permasalahan – permasalahan yakni dalam
proses penyelenggaraan aspek pengaturan dan pembinaan penataan ruang terdapat
kendala keterbatasan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia di daerah serta
keterbatasan anggaran daerah.

94
Tabel V.29
Skoring Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Bima
Aspek Total Skor Klasifikasi
Aspek Penilaian Nilai (1) Skor (2) Klasifikasi
Pengawasan Kinerja (3) Kinerja
Produk Hukum Perencanaan 50
Pengaturan
Produk Hukum Pembinaan 0
Penataan 50 Sedang
Produk Hukum Pemanfaatan 100
Ruang
Produk Hukum Pengendalian 50
Koordinasi 0
Sosialisasi 50
Pembinaan Litbang 0
Penataan Sistem Informasi dan 10 Buruk
0
Ruang Komunikasi
Penyebarluasan Informasi 0 62 Sedang
Pengembangan Masyarakat 0
Perencanaan Ketersediaan RTR 50
50 Sedang
Tata Ruang Muatan RTR 50
Pemanfaatan Kesesuaian RTR dengan
100 100 Baik
Ruang RPJM/RKPD
Pemanfaatan Ruang Mengacu
Pengendalian 100
pada KUPZ/PZ
Pemanfaatan 100 Baik
Pemberian Izin 100
Ruang
Pengenaan Sanksi 100
Sumber: Hasil Monitoring dan Skoring Pengawasan Teknis
*Keterangan: (1) = Nilai Aspek Penilaian
(2) = Skor Aspek Pengawasan
(3) = Total Skor Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang

95
VI BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kesimpulan Pelaksanaan Kerja Praktek
Praktikan telah menyelesaikan kerja praktek selama 75 hari, dimana dalam
pelaksanaannya praktikan turut membantu kegiatan – kegiatan yang ada pada Sub
Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah IV, yakni salah satunya
kegiatan pengawasan teknis di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Praktikan
mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dalam sebuah pekerjaan pada bidang
perencanaan wilayah dan kota.
Berdasarkan pengalaman kerja praktek yang diperoleh oleh praktikan,
praktikan menyadari bahwasannya materi – materi yang di dapatkan saat
perkuliahan erat kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, selain itu kerjasama tim
yang selalu dilatih pada saat perkuliahan khususnya mata kuliah studio sangat
berpengaruh terhadap kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja secara nyata.

6.1.2 Kesimpulan Materi Kerja Praktek


Pengawasan teknis penataan ruang merupakan pengawasan terhadap
keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan secara berkala,
minimal 2 kali dalam kurun waktu 5 tahun. Beradasarkan hasil pelaksanaan
kegiatan pengawasan teknis penataan ruang di Provinsi Nusa Tenggara Barat oleh
Kementerian ATR/BPN dapat diketahui bahwa 2 dari 10 Kabupaten/Kota, belum
dapat dinilai kinerja penyelenggaraan penataan ruangnya karena pengisian
kuisioner pada SIWASTEK belum mencapai 80%. Dari ke 8 Kabupaten/Kota yang
dapat dinilai kinerja penyelenggaraan penataan ruangnya terdapat terdapat 4
Kabupaten/Kota mempunyai kinerja yang baik yakni Kabupaten Lombok Tengah,
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat, 3
Kabupaten/Kota mempunyai kinerja sedang yakni Kabupaten Dompu, Kota

96
Mataram dan Kota Bima serta 1 Kabupaten/Kota mempunyai kinerja yang buruk
dalam penyelenggaraan penataan ruang yakni Kabupaten Lombok Utara.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja penyelenggaraan
penataan ruang berdasarkan hasil pengisisan kuisioner pada masing – masing
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan anggaran untuk pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang
secara maksimal
2. Keterbatasan sumberdaya manusia dibidang penataan ruang baik secara
kualitas maupun kuantitas
3. Lambatnya pelaksanaan proses penyelenggaraan penataan ruang yang
melibatkan dengan instansi lain
4. Sulitnya mendapatkan data yang telah tervalidasi untuk rencana detail,
seperti peta skala 1 : 5000 yang sudah tervalidasi oleh BIG
5. Program – program di dalam rencana pembangunan daerah belum mengacu
pada rencana tata ruang karena OPD sudah memiliki rencana program
prioritas sendiri dan tidak mengacu pada rencana tata ruang.

6.2 Saran
6.2.1 Saran Pelaksanaan Kerja Praktek
Perlu adanya penjelasan dan pembelajaran pada perkuliahan tentang
kegiatan penyelenggaraan penataan ruang secara lebih luas, tidak hanya terkait
penyusunan RTRW dan RDTR saja, karena diluar RTRW dan RDTR banyak yang
perlu di ketahui, seperti tentang pengawasan teknis dan pengawasan khusus,
tentang instrumen pengendalian (INSDAL), dan tentang bimbingan teknis terhadap
lembaga terkait penataan ruang.

6.2.2 Saran untuk Materi Kerja Praktek


Untuk mencapai penyelenggaraan penataan ruang yang optimal, perlu
adanya sosialisasi kepada setiap OPD agar program – programnya mengacu kepada
rencana tata ruang, selain itu perlu peningkatan koordinasi antar instansi terkait
proses penyelenggaraan penataan ruang agar proses penyelenggaraan penataan

97
ruang dapat berjalan dengan lancar, serta terkait data untuk penyelenggaraan
penataan ruang baik secara administrasi maupun substansi yang berasal dari pusat
harus lebih di permudah dan valid agar tidak menghambat proses penyelenggaraan
penataan ruang di Daerah.

98
VII DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang/Peraturan/Kebijakan
Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Panduan Pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi dan
Kabupaten/Kota Tahun 2019.

2. Buku Teks
HR, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Radja Grafindo Persada, Jakarta.
Stefanofic, Josimovic dan Hristic. 2018. Models of Implementation of Spatial
Plans: Theoretical Approach and Case Studies for Spatial Plans for the
Special Purpose Area. Institute of Architecture, Urban and Spatial Planning,
Belgrade, Serbia.
Yusuf, Asep Warlan. 1997. Pranata Pembangunan. Universitas Parahyangan,
Bandung.
2012. Modul Diklat Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

3. Badan/Lembaga
Badan Pusat Statistik. 2018. Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka. BPS
Nusa Tenggara Barat.

4. Jurnal
Kartika, I Made. 2011. Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Fakultas Teknik
Universitas Mahasaraswati, Mataram.

I
II

Anda mungkin juga menyukai