Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan lapran progres tugas akhir yang berjudul :
Proposal tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Umi Sholikah, S.Si., M.T selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak
Achmad Ghozali, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
2. Ibu Elin Diyah Syafitri, S.T., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
ITK.
3. Bapak Achmad Ghozali, S.T., M.T selaku Koordinator Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan ITK.
4. Bapak/Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T,. M.T., M.Sc; Ariyaningsih, S.T.,
M.T., M.Sc; Farid Nurrahman, S.T., M.Sc ; Nadia Almira Jordan, S.T., M.T ;
Anggit Suko Rahajeng, S.T., M.T; M.Rizky Pratama, S.T., M.T ; Dwiana
Novianti Tufail, S.T., M.T ; Mega Ulimaz, S.T., M.T dan Ibu Nanda Kartika,
S.Hut Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan ITK.
5. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan proposal tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun.
i
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengevaluasi zonasi penataan ruang
di Kabupaten Penajam Paser Utara berdasarkan pendekatan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem. Penelitian ini terdiri dari 3
tahapan penelitian. Tahap pertama yaitu melakukan analisis daya dukung
lingkungan berdasarkan jasa ekosistemnya dengan analisis AHP untuk
mendapatkan bobot dari setiap variabelnya. Tahapan kedua yaitu Menganalisis
Klaster wilayah berdasarkan jasa ekosistem yang ada di Kabupaten Penajam Paser
Utara dengan cara menghitung indeks komposit dari klasifikasi jasa ekosistem.
Tahap ketiga melakukan evaluasi penataan ruang di Kabupaten Penajam Paser
Utara dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup berbasis jasa
ekosistem dengan cara mengoverlay peta daya dukung lingkungan hidup
berdasarkan jasa ekosistemnya dengan peta pola ruang yang ada.
Hasil dari penelitian tahap pertama terdapat 20 jenis jasa ekosistem yang
ada di Kabupaten Penajam Paser Utara yang kemudian di bagi menjadi 5 klasifikasi
daya dukung yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Dimana
untuk klasifikasi sangat rendah didominasi oleh jasa ekosistem penyedia bahan
pangan sebesar 40.55 %, dan untuk klasifikasi rendah didominasi oleh jasa
ekosistem pengaturan tata aliran air dan banjir sebesar 48.44 %, untuk klasifikasi
sedang didominasi oleh jasa ekosistem pengolahan air limbah sebesar 49.40 %.
iii
Klasifikasi tinggi di dominasi oleh jasa ekosistem estetika sebesar 72.51% dan
untuk klasifikasi tinggi di dominasi oleh jasa ekosistem penyedia energi sebesar
37.84%. Pada tahap selanjutnya dilakukan penentuan klaster jasa ekosistem
(penyedia, pengaturan, budaya, pendukung) dengan mengitung nilai indeks
kompositnya. Sehingga pada tahap ketiga dapat dilakukan evaluasi penataan ruang
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan berdasarkan jasa ekosistemnya.
iv
DAFTAR ISI
v
2.5 Daya Dukung Lingkungan ..................................................................... 26
vi
4.4.3 Menghitung Indeks Jasa Ekosistem ................................................ 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
2
cukup besar yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem serta dapat
menimbulkan ancaman terhadap penurunan daya dukung lingkungan (Wijaya et al.,
2015),
Struktur perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara sampai tahun 2017
masih didominasi sektor berbasis sumber daya alam, yaitu pertambangan dan
penggalian, pertanian, dan industri pengolahan, hal ini dapat dilihat dari besarnya
peranan masing-masing sektor. Pada tahun 2017 sektor pertanian memiliki
kontribusi terhadap PDRB sebesar 20,75% sedangkan untuk sector pertambangan
memiliki kontribusi sebesar 30,56%. Hal ini sejalan dengan tujuan penataan ruang
wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara yang tertuang dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 3 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten
Penajam Paser Utara tahun 2011 - 2031 yaitu untuk mewujudkan Kabupaten
Penajam Paser Utara sebagai pusat agribisnis dan agroindustri yang berbasis pada
ekonomi kerakyatan, serta pengembangan potensi pertambangan dengan
memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan.
Dalam proses pemenuhan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai oleh
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat perubahan penggunaan lahan
yang justru lebih memihak kepada perkembangan ekonomi dan kurang
memperhatikan aspek lingkungannya. Terjadi penurunan luas hutan di Kabupaten
Penajam Paser Utara dari tahun 2010 hingga 2016 sebesar 4.528 Ha akan tetapi luas
pertambangan semakin meningkat pada tahun 2016 yaitu seluas 776 Ha dari tahun
2010 yang hanya seluas 516 Ha (Widjayatnika dkk, 2017)
Pola-pola pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung mengarah pada
pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara kurang terkendali dibarengi
dengan alih fungsi lahan menyebabkan pola penggunaan ruang menjadi kacau serta
dapat mengganggu keberlangsungan hidup ekosistem (Supriatna, 2008). Hal ini
dapat dilihat dari luas lahan yang relatif tetap, masyarakat cenderung
mengeksploitasi lahan yang ada menjadi penyebab terjadinya degradasi lingkungan
(Ridha, 2007). Dampak dari eksploitasi lahan yang intensif tanpa memperhatikan
keberlanjutan fungsi sumberdaya alam dan lingkungan mengakibatkan degradasi
lahan dan memicu terjadinya bencana seperti erosi, sedimentasi, banjir, dan longsor
(Widiatmaka et al., 2015).
3
Pada tahun 2010 hingga tahun 2018 tercatat sebanyak 46 bencana alam yang
terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara dengan jumlah masing – masing kejadian
adalah bencana banjir 23 kejadian, bencana kekeringan 2 kejadian, bencana puting
beliung 3 kejadian, kebakaran lahan dan hutan 17 kejadian dan tanah longsor 1
kejadian (BPNPB, 2018). Menurut laporan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh Kementrian ESDM penyebab terjadinya bencana longsor yang ada di
Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Kemiringan lereng yang terjal serta Tanah
pelapukan yang tebal dan gembur diikuti oleh Curah hujan dengan intensitas tinggi
dan lama, memicu terjadinya gerakan tanah, dan juga penggunaan lahan pada
daerah bencana adalah permukiman sedangkan pada Peta Prakiraan Gerakan Tanah
bulan April 2018, lokasi bencana terletak pada potensi Gerakan Tanah Menengah.
Potensi Menengah berarti pada zona ini kemungkinan terjadi gerakan tanah jika
curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, serta gerakan
tanah lama dapat aktif kembali. (Kementrian ESDM, 2018).
Alhasanah (2006), mengutarakan penyebab utama pemicu terjadinya tanah
longsor terdiri atas tiga faktor yaitu kelerengan, jenis tanah dan penggunaan lahan.
Tipe penggunaan lahan yang menentukan tingkat potensi bahaya longsor (Rawan
hingga sangat rawan) yaitu semak belukar, tegalan, pemukiman, sawah dan ladang.
Perubahan penggunaan lahan merupakan salah satu faktor pemicu penting
terjadinya bencana longsor (Karsli et al., 2008). Perubahan penggunaan lahan di
area perbukitan untuk kawasan budidaya (lahan kering dan sawah) memain-kan
peran penting dalam mempercepat pelapukan tanah dan ketidakstabilan lereng
sehingga berkontri-busi signifikan terhadap terjadinya longsor (Bruschi et al.,
2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Widjayatnika (2016) mendapatkan hasil
bahwa pemanfaatan ruang yang fungsinya sebagai pertanian sebagian besar berada
di Kecamatan Sepaku yaitu seluas 100,616 ha akan tetapi wilayah-wilayah ini tidak
diarahkan untuk pertanian meskipun penggunaan lahan aktualnya telah berupa
pertanian (perkebunan). Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah di Kecamatan
Sepaku (94,995 ha) termasuk dalam kawasan hutan yang tidak boleh di alih
fungsikan penggunaan lahannya. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, bahwa segala
4
kebutuhan masyarakat terutama terkait pemanfaatan lahan merupakan salah satu
bagian dalam penunjang kehidupan yang dapat disediakan oleh alam. Kebutuhan
lahan saat ini perlu mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya untuk generasi
mendatang supaya tidak terjadi degradasi lahan.
Ekosistem telah mengatur dan menyediakan sumber daya alam bagi manusia
untuk dimanfaatkan guna pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraannya. Sumber
daya alam tersebut meliputi jasa atau produk ekosistem yang dapat mendukung
kegiatan perekonomian dan pembangunan yang dilakukan manusia. Pendekatan
jasa ekosistem merupakan konsep perencanaan, pengambilan keputusan dan
pengelolaan yang komprehensif, yang menguraikan “strategi pengelolaan terpadu
tanah, air, dan sumber daya kehidupan yang meningkatkan konservasi dan
pemakaian secara berkelanjutan dan berkeadilan (SCBD 2004). Dalam pendekatan
ini daya dukung jasa ekosistem dilihat dalam konteks “manfaat yang diperoleh
masyarakat dari ekosistem”. Contohnya antara lain meliputi produksi pangan dan
obat-obatan, pengaturan iklim dan penyakit, tersedianya tanah produktif dan air
bersih, perlindungan terhadap bencana alam, peluang untuk rekreasi, terpeliharanya
warisan budaya dan manfaat spiritual (P3EK,2016).
5
Penajam Paser Utara sehingga pembangunan yang dilakukan lebih memperhatikan
konteks lingkungan.
6
3. Evaluasi penataan ruang di Kabupaten Penajam Paser Utara dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem
7
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber : BAPPEDALITBANG Penajam Paser Utara
8
berfungsi agar pemahaman terkait permasalahan dapat terstruktur dan tidak keluar
dari ruang lingkup penelitian yang telah ditentukan. Adapun bagan alir kerangka
pemikiran disajikan pada Gambar 1.2.
9
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, kerangka
pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA: berisi tinjauan pustaka yang digunakan sebagai
dasar dan bahan dalam melakukan analisis dalam penelitian ini, terdiri dari pustaka
terkait tutupan lahan, bentuk lahan, daya dukung lingkungan, jasa ekosistem, dan
sintesis teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN: berisi pendekatan penelitian, variabel
penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, rencana jadwal
penelitian, dan alur penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN: berisi gambaran umum wilayah yang
terdiri dari letak geografis, kondisi geologi, kondisi ekonomi, dan kelerengan.
Selain itu juga terdapat pembahasan terkait bentuk lahan, tutupan lahan, daya
dukung lingkungan hidup berdasarkan jasa ekosistemnya dan profil jasa ekosistem
Kabupaten Penajam Paser Utara
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penutup lahan sebagai tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat
diamati dan merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia
yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan
produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut (BSN, 2014)
Dalam pembahasan tentang jasa ekosistem, penutupan lahan memiliki posisi
penting untuk dibaca dan sebagai cerminan potensi dari masing-masing jenis jasa
ekosistem. Hal ini dikarenakan penutupan lahan merupakan hasil akhir dari setiap
bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan
bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik
material maupun spiritual (Arsyad, 2000).
11
Sungai
Tubuh air alami lain
Hamparan batuan/pasir alami
Hamparan pasir pantai
Rataan lumpur
Lahan terbuka alami lain
Waduk dan danau buatan
Kolam air asin/payau
Kolam air tawar
Saluran air
Tampungan air lain
Permukaan diperkeras bukan gedung
Bangunan permukiman/campuran
Bangunan bukan-permukiman
Hutan lahan tinggi
(pegunungan/perbukitan)
Hutan lahan rendah
Hutan rawa/gambut
Hutan mangrove
Sabana
Semak dan belukar
Herba dan rumput
Liputan vegetasi alami/semi-alami lain
Hutan tanaman
Perkebunan dengan tanaman berkayu keras
Perkebunan tanaman semusim
Kebun dan tanaman campuran (tahunan
dan semusim)
Tanaman semusim lahan kering
Tanaman semusim lahan basah (sawah)
Tanaman berasosiasi dengan bangunan
Tanaman budidaya lain
Bervegetasi budidaya berpindah/siklis
Sumber : Hasil Pustaka,2019
12
Rustiadi et al (2009) meyatakan bahwa penutupan lahan dan penggunaan
lahan dapat memiliki pengertian yang berbeda dimana Penggunaan lahan lebih
menyangkut terhadap aspek aktivitas pemanfaatan lahan oleh manusia sedangkan
penutupan lahan lebih bernuansa fisik. Klasifikasi tutupan lahan yang dijelaskan
pada SNI 7645-1-2014 merupakan implementasi dari teori – teori yang dijelaskan
oleh pendapat para ahli dimana SNI 7645-1-2014 membagi klasifikasi tutupan
lahan berdasarkan skala pemetaannya.
13
c. Kelompok dataran, bentuk lahan dari kelompok dataran ini memiliki
morfologi yang berombak, bergelombang dan berbukit kecil.
Bentuk asal dari kelompok dataran dibagi menjadi 2 yaitu
denudasional dan structural yang kemudian dari keduanya memilik
kelas yang sama yaitu; batuan sedimen pasir, sedimen tuf,sedimen
campuran, batuan metamorf, batuan beku masam, batuan beku
besik, batuan beku ultrabesik, batuan intermediet
d. Kelompok perbukitan, kelompok ini terbentuk oleh proses degradasi
atau structural biasanya kelompok perbukitan memiliki tingkat
kelerengan > 16% . kelompok perbukitan dibagi menjadi 2 yaitu
denudasional dan structural yang kemudian dari keduanya memilik
kelas yang sama yaitu; batuan sedimen pasir, sedimen tuf,sedimen
campuran, batuan metamorf, batuan beku masam, batuan beku
besik, batuan beku ultrabesik, batuan intermediet
e. Kelompok pegunungan, secara umum kelompok pegunungan
memilik kesamaan proses pembentukannya dengan kelompok
perbukitan namun terdapat perbedaan seperti relief local dll.
Klasifikasi pada kelompok pegunungan dibagi menjadi 7 yaitu ;
lereng pegunungan terjal pada batuan pasir, lereng pegunungan
terjal pada batuan sedimen campuran, lereng pegunungan terjal pada
batuan beku besik, lereng pegunungan terjal pada batuan sedimen
tuff, lereng pegunungan terjal pada batuan beku asam, dan lereng
pegunungan terjal pada batuan beku intermediet, serta lereng
pegunungan terjal pada batuan metamorf
f. Kelompok vulkanik, kelompok ini terbentuk dari proses erupsi
gunung api. Kelas dari kelompok vulkanik terdiri dari ; kawah
gunung api, lereng atas gunung api, lereng tengah gunug api, lereng
bawah gunung api, teras vulkanik, dataran alluvial vulkanik, aliran
lava, padang abu vulkanik, planasi, dataran vulkanik bergelombang,
dataran vulkanik berbukit kecil, rangka vulkanik.
g. Kelompok karst, kelompok ini terbentuk dari batu
gamping(limestone/kalkarius). Kelas dari kelompok ini terdiri dari;
14
plato karst, perbukitan lereng denudasi karst, labirin, zona karst
konikal, menara karst, dataran alluvial karst, uvala, lembah
memanjang, lembah kering, ngarai karst
Bentuk lahan adalah bentangan permukaan bumi yang di dalamnya terjadi
hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling ketergantungan
(interdependency) antar berbagai komponen lingkungan, seperti: udara, air, batuan,
tanah, dan flora-fauna, yang mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia
yang tinggal di dalamnya. Menurut Tuttle (1975), bentang lahan (landscape)
merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuklahan (landform), sehingga untuk
menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu mendasarkan pada
kerangka kerja bentuklahan (landform). Verstappen (1983) telah
mengklasifikasikan bentuk lahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 macam asal
proses bentuk lahan, yaitu:
a. Bentuk lahan asal proses vulkanik merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh
bentuklahan ini antara lain: kawah, kerucut gunungapi, kaldera, medan
lava, lereng kaki, dataran, dataran fluvio-vulkanik.
b. Bentuk lahan asal proses struktural merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis.
Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan
(monoklinal/homoklinal), kubah, graben dan gawir, merupakan contoh-
contoh untuk bentuklahan asal struktural.
c. Bentuk lahan asal proses fluvial merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran alluvial, kipas
alluvial, dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam,
gosong sungai merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
d. Bentuklahan asal proses solusional merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang
mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite. Contoh bentuklahan ini
antara lain: menara karst, kerucut karst, doline, uvala, polye, goa, karst,
dan logva.
15
e. Bentuklahan asal proses denudasional merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi, seperti longsor dan
erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah
sungai, peneplain, dan lahan rusak.
f. Bentuklahan asal proses eolian merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan
ini antara lain: gumuk pasir, barkhan, parallel, parabolik, bintang, lidah,
dan transversal.
g. Bentuklahan asal proses marine merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus,
dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gisik pantai
(beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge).
Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka
sering kali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses
fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua proses itu disebut proses
fluvio-marin. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses fluvio-marin ini antara lain delta dan estuari.
h. Bentuklahan asal proses glasial merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan marine.
i. Bentuklahan asal proses organik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora
dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah pantai mangrove,
gambut, dan terumbu karang.
j. Bentuklahan asal proses antropogenik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota,
pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses
antropogenik.
16
Tabel 2. 2 Diskusi Bentuk Lahan
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
1. Verstappen Proses a. Proses Vulkanik
(1983) Pembentukan b. Proses Struktural
c. Proses Fluvial
d. Proses Solusional
e. Proses Denudasional
f. Proses Eolian
g. Proses Marine
h. Proses Glasial
i. Proses Organik
j. Proses Antropogenik
17
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
Kelompok a. Dasar sungai,
Fluvial b. Rawa
c. Dataran banjir berawa
d. Dataran alluvial
e. Lembah alluvial
f. Tanggul sungai
g. Tersa fluvial
h. Kipas alluvial aktif
i. Kipas alluvial tidak aktif
j. Delta fluvial
18
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
Kelompok a. batuan sedimen pasir,
perbukitan b. sedimen tuf,
c. sedimen campuran,
d. batuan metamorf,
e. batuan beku masam,
f. batuan beku besik,
g. batuan beku ultrabesik,
h. batuan intermediet
19
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
Kelompok a. kawah gunung api,
Vulkanik b. lereng atas gunung api,
c. lereng tengah gunug api,
d. lereng bawah gunung api,
e. teras vulkanik,
f. dataran alluvial vulkanik,
g. aliran lava,
h. padang abu vulkanik,
i. planasi,
j. dataran vulkanik
bergelombang
k. dataran vulkanik berbukit
kecil,
l. rangka vulkanik
Kelompok a. plato karst
Karst b. perbukitan lereng denudasi
karst
c. labirin
d. zona karst konikal
e. menara karst
f. dataran alluvial karst
g. uvala
h. lembah memanjang
i. lembah kering
j. ngarai karst
Sumber: Hasil Pustaka, 2018
Dari definisi-definisi diatas memiliki keterkaitan definisi satu sama lain
bahwa ekoregion yang disampaikan oleh Wiradisastra et al. (1999) yang
mengungkapkan bahwa bentuk lahan merupakan konfigurasi permukaan
lahan(land surface) yang mempunyai bentuk-bentuk khusus dan juga suatu bentuk
20
lahan akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan
mempunyai kesan topografi spesifik. Pernyataan Wiradisastra et al. (1999)
didukung oleh Verstappen (1983) dimana bentuk lahan menjadi 10 klasifikasi
menurut asal proses bentuk lahannya yaitu ; Proses Vulkanik, Proses Struktural,
Proses Fluvial, Proses Solusional, Proses Denudasional, Proses Eolian, Proses
Marine, Proses Glasial, Proses Organik, Proses Antropogenik. Selain itu
Nurwadjedi (2000) juga membagi bentuk lahan menjadi 7 kelompok yaitu;
kelompok marin. Kelompok fluvial, kelompok dataran, kelompok perbukitan,
kelompok pegunungan, kelompok vulkanik, kelompok karst.
2.3 Jasa Ekosistem
Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas komunitas
tumbuhan, binatang dan mikro organisme yang dinamis beserta lingkungan
abiotiknya yang saling berinteraksi sebagai satu kesatuan unit fungsional (MEA,
2005). Suatu ekosistem dapat terdiri dari tumbuhan, hewan, mikroorganisme, tanah,
batuan, mineral, sumber air dan suasana lokal berinteraksi dengan satu sama lain.
Ekosistem telah mengatur dan menyediakan sumber daya alam bagi manusia untuk
dimanfaatkan guna pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraannya. Sumber daya
alam tersebut disebut jasa atau produk ekosistem. Fungsi ekosistem adalah
kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam dalam
menyediakan materi/barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung (De Groot et al., 2002).
Dengan demikian jasa ekosistem adalah manfaat atau keuntungan yang
diperoleh manusia dari ekosistem baik secara langsung maupun tidak langsung
(Costanza et al., 2011) atau dengan kata lain jasa ekosistem adalah manfaat yang
bisa diperoleh manusia dari berbagai sumberdaya dan proses alam yang secara
bersama-sama diberikan oleh suatu ekosistem. Seiring berjalannya waktu definisi
jasa ekosistem berkembang dan semakin meluas untuk menggambarkan bagaimana
suatu ekosistem memberikan manfaaf bagi manusia dalam pemenuhan kebutuhan
dan kesejahteraan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
beberapa definisi jasa ekositem yang umum digunakan sebagai definisi ilmiah oleh
para peneliti dan lembaga terkait di dunia, Wahyudin, et al., (2016) mengemukakan
bahwa jasa ekosistem adalah berbagai manfaat yang dapat diperoleh manusia
21
sebagai sumber kehidupan dan penghidupan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, atas keberadaan suatu ekosistem. MEA mengklasifikasikan jasa
ekosistem ke dalam 4 fungsi, yaitu:
1. Jasa penyediaan (provisioning services) seperti : sumber bahan makanan
(pangan), air, sumberdaya genetik (genetic resources) dan serat, bahan bakar dan
material lain.
2. Jasa pengaturan (regulating services) seperti : pengaturan kualitas udara,
pengaturan iklim, pengaturan tata aliran air dan banjir, pencegahan dan
perlindungan terhadap bencana alam, pemurnian air, pengolahan limbah, dan
pengaturan penyerbukan alami pengendalian hama
3. Jasa kultural (cultural services) seperti : identitas dan keragaman budaya,
nilainilai religious dan spiritual, pengetahuan (tradisional dan formal), inspirasi
nilai estetika, hubungan sosial, nilai peninggalan pusaka, rekreasi dan lain-lain.
4. Jasa pendukung (supporting services) seperti : produksi primer, formasi tanah,
produksi oksigen, ketahanan tanah, penyerbukan, ketersediaan habitat, siklus hara.
Sedangkan De Groot, 2002 mengklasifikasikan jasa ekosistem menjadi 4
bagian yaitu ;
1. Regulation functions, kelompok fungsi ini berkaitan dengan kapasitas alam
dan seminatural ekosistem untuk mengatur proses ekologis penting dan
sistem pendukung kehidupan melalui siklus bio-geokimia dan proses
biosfer lainnya. Selain mempertahankan ekosistem (dan biosfer) kesehatan,
fungsi regulasi ini menyediakan banyak layanan, yang memiliki manfaat
langsung dan tidak langsung bagi manusia (seperti udara bersih, air dan
tanah, dan biologis layanan kontrol).
2. Habitat functions, ekosistem alami menyediakan perlindungan dan habitat
reproduksi ke alam liar tanaman dan hewan dan dengan demikian
berkontribusi pada konservasi (in situ) biologis dan keragaman genetik dan
proses evolusi
3. Production functions, Fotosintesis dan penyerapan nutrisi oleh autotrof
mengubah energi, karbon dioksida, air dan nutrisi menjadi berbagai macam
struktur karbohidrat kemudian digunakan oleh produsen sekunder untuk
membuat variasi biomassa hidup yang lebih besar. Ini keragaman luas
22
dalam struktur karbohidrat menyediakan banyak barang ekosistem bagi
manusia konsumsi, mulai dari makanan dan bahan baku hingga sumber daya
energi dan genetic bahan.
4. Information function, karena sebagian besar evolusi manusia terjadi dalam
konteks habitat tidak terdomestikasi, ekosistem alami menyediakan 'fungsi
referensi' yang penting dan berkontribusi terhadap pemeliharaan kesehatan
manusia dengan memberikan peluang untuk refleksi, pengayaan spiritual,
perkembangan kognitif, penciptaan kembali dan pengalaman estetika.
Setiap kelompok masyarakat berbeda-beda dalam keperluan dan
ketergantungan pada jenis jasa ekosistem. Jasa ekosistem tertentu seperti berbagai
jenis kacang-kacangan atau umbi-umbian yang dapat dimakan, produksi kayu, dan
penyeimbang iklim ekstrim merupakan jasa yang sangat penting bagi kehidupan
dan ketahanan pangan masyarakat miskin. Sementara itu, bagi kelompok
masyarakat lain, jasa kultural dan religius dapat saja lebih bernilai dibandingkan
dengan jasa lainnya (Rosa et al., 2008).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat memaknai suatu
kondisi atau keadaan yang disediakan oleh ekosistem tergantung pada kemampuan
ekosistem tersebut dalam menyediakan jasa yang diinginkan. Walaupun kadang
kedekatan sebagian masyarakat dengan lingkungannya terhalang oleh berbagai
faktor seperti kelembagaan sosial, budaya, dan teknologi. Tidak dapat dipungkiri
bahwa semua individu pada umumnya sangat tergantung pada keberadaan jasa
ekosistem (Rosa et al., 2008).
Tabel 2. 3 Diskusi Definisi Jasa Ekosistem
23
No. Sumber Pustaka Jasa Ekosistem
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Jasa ekosistem adalah manfaat atau keuntungan
3. Costanza et al., (2011) yang diperoleh manusia dari ekosistem baik
secara langsung maupun tidak langsung
Jasa ekosistem adalah berbagai manfaat yang
dapat diperoleh manusia sebagai sumber
Wahyudin, et al.,
4. kehidupan dan penghidupan, baik secara
(2016)
langsung maupun tidak langsung, atas
keberadaan suatu ekosistem.
Klasifikasi jasa ekosistem terbagi menjadi 4 ;
1. Jasa Penyediaan (provisioning)
5. MEA, (2005) 2. Jasa Pengaturan (regulating)
3. Jasa Kultural (Cultural)
4. Jasa Pendukung (Supporting)
Sumber: Hasil Pustaka, 2019
Dari definisi-definisi diatas memiliki keterkaitan definisi satu sama lain
bahwa Jasa ekosistem yang disampaikan oleh De Groot et al., (2002) yang
berpendapat bahwa fungsi dari suatu ekosistem kemampuan komponen ekosistem
untuk melakukan proses alam dalam menyediakan materi/barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung. hal ini sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Costanza et
al., (2011) yaitu Jasa ekosistem merupakan manfaat atau keuntungan yang
diperoleh manusia dari ekosistem baik secara langsung maupun tidak langsung.
24
4 jasa yaitu; jasa penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (provisioning), jasa
kultural (cultural), dan jasa pendukung (supporting).
25
Berdasarkan pemaparan berbagai pakar yang telah dijelaskan maka diskusi teori
dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2. 4 Diskusi Klaster Kawasan
26
lingkungan yang stress karena kegiatan sosial ekonomi manusia yang melampaui
batas daya dukung lingkungan (Liu, 2011).
Rusaknya lingkungan akan menurunkan kualitas hidup manusia yang
tinggal di dalamnya. Hal ini karena rusaknya lingkungan berarti rusaknya kondisi
tanah, air, dan udara dan juga lingkungan secara sosial ekonomi. Untuk
mengembalikan kondisi lingkungan bukanlah persoalan yang mudah, karena
diperlukan upaya-upaya ekstra, utamanya untuk lahan-lahan yang secara aktual
telah digunakan melebihi kemampuan lahannya, maka perlu dilakukan konservasi
lahan. Namun jika sudah mencapai titik tidak bisa balik (irreversible) maka akan
sangat sulit untuk diperbaiki lagi (Widiatmaka et al., 2015)
Batas daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu
populasi saat jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya
dan lingkungan yang ada (Soerjani et al.,1987). Menurut Khanna dalam KLH
(2010), daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang terbatas
dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya. Sesuai dengan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung lingkungan tidak
hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung
kehidupan manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran dan
bangunan.
Khanna (1999) membagi daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi
dua komponen yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas
tampung limbah (assimilative capacity). Kapasitas penyediaan (supportive
capacity) adalah kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk
hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Adapun kapasitas
tampung limbah (assimilative capacity) adalah kemampuan lingkungan untuk
menampung / menyerap zat energi dan atau komponen lain yang masuk atau
dimasukan di dalamnya. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2009, supportive
capacity merupakan daya dukung lingkungan hidup dan assimilative capacity
merupakan daya tampung lingkungan hidup.
Perhatian daya dukung lingkungan merupakan kunci perwujudan ruang hidup
yang nyaman dan berkelanjutan. Daya dukung lingkungan seharusnya tidak
27
terbatas pada lokasi dimana sebuah kegiatan berlangsung, namun harus mencakup
wilayah yang lebih luas dalam satu ekosistem (Arsyad, 2008). Daya dukung
lingkungan (carrying capacity) jika dilihat dari sisi ekologis adalah jumlah populasi
atau komunitas yang dapat didukung oleh sumberdaya serta jasa yang tersedia di
dalam suatu ekosistem. Faktor yang mempengaruhi keterbatasan ekosistem dalam
mendukung kehidupan manusia yaitu jumlah sumber daya yang tersedia (lahan),
jumlah populasi, dan pola konsumsi manusia terhadap sumber daya alam
(Wackernagel, 1995). Pendapat lain disampaikan oleh Greymore (2003) daya
dukung lingkungan merupakan jumlah maksimum manusia yang dapat didukung
oleh bumi dengan ketersediaan sumber daya alamnya, selanjutnya daya dukung
lingkungan juga sangat ditentukan oleh pola konsumsi manusia dan limbah yang
dihasilkan sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan, kualitas hidup dan
tingkat teknologi.
Selanjutnya, Dasman et al (1980, dalam Hadi, 2010) mencoba memberikan
pengertian daya dukung lingkungan yaitu sebagai suatu ukuran jumlah individu
pada suatu spesies yang dapat didukung di dalam lingkungan sumber daya. Pada
awalnya konsep daya dukung lingkungan berasal dari disiplin ekologi hewan (zoo
ecology), oleh karena itu pengertian Dasman et al (1980) terkesan merujuk kepada
kondisi ekologi fauna, dimana konsep daya dukung lingkungan tersebut berkaitan
dengan masalah tekanan populasi pada fauna atas sumber daya ekosistemnya
(Abdoellah, 2017). Meskipun demikian, Soemarwoto (1999, dalam Abdoellah,
2017) berpendapat konsep daya dukung juga digunakan dalam ekosistem manusia,
karena berkaitan dengan upaya untuk menilai jumlah populasi manusia yang
didukung oleh lingkungan di daerah tertentu terkait penyediaan lahan dengan tidak
menimbulkan degradasi lingkungan akibat konsumsi sumber daya.
Berdasarkan pemaparan berbagai pakar yang telah dijelaskan maka diskusi teori
dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
1. Pertumbuhan penduduk
28
Sumber
No. Indikator Variabel
Pustaka
Widodo, Penyebab tekanan
Aktivitas ekonomi wilayah
(2015) Lingkungan
Kapasitas penyediaan
Khanna, (supportive capacity).
2. Komponen
(1999) kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity)
Greymore, Pola konsumsi manusia
3. Faktor Penentu
(2003) Limbah yang dihasilkan
Abdoellah, Keterkaitan dengan Populasi Manusia
4.
(2017) Ekosistem Degradasi Lingkungan
Sumber: Hasil Pustaka, 2018
Dari pendapat yang disampaikan para ahli diatas memiliki keterkaitan satu
sama lain bahwa daya dukung lingkungan yang disampaikan oleh Greymore,
(2003) yang berpendapat bahwa daya dukung lingkungan merupakan jumlah
maksimum manusia yang dapat didukung oleh bumi dengan ketersediaan sumber
daya alamnya, selanjutnya daya dukung lingkungan juga sangat ditentukan oleh
pola konsumsi manusia dan limbah yang dihasilkan sehingga menimbulkan dampak
bagi lingkungan, kualitas hidup dan tingkat teknologi. hal ini sependapat dengan
apa yang disampaikan oleh Khanna, (2010) yaitu daya dukung lingkungan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu
daerah dari sumber daya alam yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan
kualitas sumberdayanya.
Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh Greymore, (2003) dan Khanna,
(2010), Widodo, (2015) merangkum Daya dukung lingkungan adalah perbandingan
antara ketersediaan dan kebutuhan. Ketersediaan yang biasanya selalu dalam
kondisi terbatas berhadapan dengan kebutuhan yang tidak terbatas.
Abdoellah, (2017) menyempurnakan Konsep daya dukung lingkungan yang
menyatakan konsep daya dukung juga digunakan dalam ekosistem manusia, karena
berkaitan dengan upaya untuk menilai jumlah populasi manusia yang didukung
29
oleh lingkungan di daerah tertentu terkait penyediaan lahan dengan tidak
menimbulkan degradasi lingkungan akibat konsumsi sumber daya.
2.6 Sintesa Teori
Pembahasan mengenai sintesa tinjauan pustaka bertujuan untuk
merumuskan indikator dan variabel yang akan digunakan dalam menjawab
pertanyaan penelitian. Berdasarkan hasil sintesa teori yang telah dibahas pada
subbab-subbab sebelumnya, telah didapatkan beberapa indikator dan variabel yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut merupakan indikator dan variabel
penelitian yang telah dirumuskan.
30
Pengaturan
Pengolahan Air
Limbah
Pengaturan
Pemeliharaan
Kualitas Udara
Pengaturan
Penyerbukan
Alami
Pengaturan
Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup
Rekreasi dan
Ekoturism
Estetika
Pendukung
Pembentukan
Lapisan Tanah
dan Kesuburan
Pendukung
Siklus Hara
Pendukung
Produksi Primer
Pendukung
Biodiversity
Bentuk Lahan Dataran Fluvial
(Datar - Landai)
Dataran
Fluviomarin
31
Dataran Struktural
Lipatan (Berombak
- Bergelombang)
Lembah Fluvial
Pegunungan
Struktural Lipatan
Perbukitan
Struktural Lipatan
Tutupan Lahan Hutan Lahan kering
Hutan Mangrove
Hutan Tanaman
Kebun Campuran
Perkebunan
Permukiman
Persawahan
Semak Belukar
Semak Belukar Rawa
Sungai
Tambak/Empang
Tanah Terbuka
Tegalan/Ladang
Sasaran 2 : Klasifikasi Jasa Luas Jasa MEA, (2005),
Menganalisis Ekosistem Ekosistem SNI 7645-1-
Klaster wilayah Penyedia Penyedia Bahan 2014
berdasarkan jasa Bangan
ekosostem yang ada Luas Jasa
di Kabupaten Ekosistem
Penajam Paser Utara Penyedia Air
Bersih
Luas Jasa
Ekosistem
Penyedia Serat
Luas Jasa
Ekosistem
Penyedia Energi
Luas Jasa
Ekosistem
32
Penyedia
Sumberdaya
Genetik
Klasifikasi Jasa Luas Jasa
Ekosistem Ekosistem
Pengaturan Pengaturan Iklim
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan Tata
Aliran Banjir
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Pencegahan dan
Perlindungan
Bencana
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Pemurnian Air
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Pengolahan Air
Limbah
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Pemeliharaan
Kualitas Udara
Luas Jasa
Ekosistem
33
Pengaturan
Penyerbukan
Alami
Luas Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Klasifikasi Jasa Luas Jasa
Ekosistem Ekosistem
Cultural Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup
Luas Jasa
Ekosistem
Rekreasi dan
Ekoturism
Luas Jasa
Ekosistem
Estetika
Klasifikasi Jasa Luas Jasa
Ekosistem Ekosistem
Pendukung Pendukung
Pembentukan
Lapisan Tanah
dan Kesuburan
Luas Jasa
Ekosistem
Pendukung
Siklus Hara
Luas Jasa
Ekosistem
34
Pendukung
Produksi Primer
Luas Jasa
Ekosistem
Pendukung
Biodiversity
Sasaran 3 : Tutupan Lahan Hutan Lahan kering SNI 7645-1-
Hutan Mangrove
Evaluasi penataan 2014
Hutan Tanaman
ruang di Kabupaten
Kebun Campuran
Penajam Paser Utara
Perkebunan
dengan Permukiman
memperhatikan daya Persawahan
dukung lingkungan Semak Belukar
Semak Belukar Rawa
hidup berbasis jasa
Sungai
ekosistem
Tambak/Empang
Tanah Terbuka
Tegalan/Ladang
35
BAB III
METODE PENELITIAN
36
3.3 Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017). Pemilihan
variabel penelitian ini didasarkan pada hasil sintesa pustaka dari studi literatur yang
telah dilakukan. Untuk membedakan antara indikator, variabel, dan definisi
operasional berdasarkan tiap sasaran penelitian akan disajikan pada Tabel 3.1.
37
Tabel 3. 1 Indikator, Variabel, dan Definisi Opersional
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
1. Menganalisis daya dukung Jenis Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Bangan Hasil laut, pangan dari hutan
lingkungan berdasarkan jasa (tanaman dan hewan), hasil
ekosistem di Kabupaten pertanian dan perkebunan untuk
Penajam Paser Utara pangan, hasil peternakan
Penyedia Air Bersih Penyediaan air dari tanah
(termasuk kapasitas
penyimpanannya), penyediaan air
dari sumber
permukaan
Penyedia Serat Hasil hutan, hasil laut, hasil
pertanian dan perkebunan untuk
material
Penyedia Energi Penyediaan kayu bakar dan bahan
bakar dari fosil
Penyedia Sumberdaya Genetik Penyediaan sumberdaya genetic
termasuk flora dan fauna
Pengaturan Iklim Pengaturan suhu, kelembaban
dan hujan, pengendalian
38
gas rumah kaca dan karbon
Pengaturan Tata Aliran Banjir Siklus hidrologi, serta
infrastruktur alam untuk
penyimpanan air, pengendalian
banjir, dan pemeliharaan
air
Pengaturan Pencegahan dan Infrastruktur alam pencegahan
Perlindungan Bencana dan perlindungan dari
kebakaran lahan, erosi, abrasi,
longsor, badai dan
tsunami
Pengaturan Pemurnian Air Kapasitas badan air dalam
mengencerkan, mengurai dan
menyerap pencemar
Pengaturan Pengolahan Air Kapasitas lokasi dalam
Limbah menetralisir, mengurai dan
menyerap limbah dan sampah
Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Kapasitas mengatur sistem kimia
Udara udara
39
Pengaturan Penyerbukan Alami Distribusi habitat spesies
pembantu proses penyerbukan
alami
Pengaturan Pengendalian Hama Distribusi habitat spesies trigger
dan Penyakit dan pengendalihama
dan penyakit
Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Ruang dan tempat suci,
peninggalan sejarah,
peninggalan leluhur
Rekreasi dan Ekoturism Ruang untuk tinggal dan hidup
sejahtera, jangkar “kampung
halaman” yang punya nilai
sentimental
Estetika Fitur lansekap, keunikan alam,
atau nilai tertentu yang
menjadi daya tarik wisata
Pendukung Pembentukan Lapisan Kesuburan tanah
Tanah dan Kesuburan
Pendukung Siklus Hara Kesuburan tanah, tingkat
produksi pertanian
40
Pendukung Produksi Primer Produksi oksigen, penyediaan
habitat spesies
Pendukung Biodiversity Keanekaragaman hayati
Bentuk Lahan Dataran Fluvial (Datar - Landai) Pengaruh dataran fluvial terhadap
jasa ekosistem
Dataran Fluviomarin Pengaruh dataran fluviomarin
terhadap jasa ekosistem
Dataran Struktural Lipatan Pengaruh Dataran Struktural
(Berombak - Bergelombang)
Lipatan (Berombak -
Bergelombang) terhadap jasa
ekosistem
Lembah Fluvial Pengaruh bentuk lahan lembah
fluvial terhadap jasa ekosistem
Pegunungan Struktural Lipatan Pengaruh Pegunungan Struktural
Lipatan terhadap jasa ekosistem
Perbukitan Struktural Lipatan Pengaruh perbukitan structural
lipatan terhadap jasa ekosistem
Tutupan Lahan Hutan Lahan kering Pengaruh Hutan Lahan kering
terhadap jasa ekosistem
41
Hutan Mangrove Pengaruh Hutan Mangrove
terhadap jasa ekosistem
Hutan Tanaman Pengaruh Hutan Tanaman
terhadap jasa ekosistem
Kebun Campuran Pengaruh Kebun Campuran
terhadap jasa ekosistem
Perkebunan Pengaruh Perkebunan
Permukiman Pengaruh Permukiman terhadap
jasa ekosistem
Persawahan Pengaruh Persawahan terhadap
jasa ekosistem
Semak Belukar Pengaruh Semak Belukar
terhadap jasa ekosistem
Semak Belukar Rawa Pengaruh Semak Belukar Rawa
Sungai Pengaruh Sungai terhadap jasa
ekosistem
Tambak/Empang Pengaruh Tambak/Empang
terhadap jasa ekosistem
Tanah Terbuka Pengaruh Tanah Terbuka
terhadap jasa ekosistem
42
Tegalan/Ladang Pengaruh Tegalan/Ladang
terhadap jasa ekosistem
Sasaran 2 : Klasifikasi Jasa Ekosistem Luas Jasa Ekosistem Penyedia Luasan Jasa Ekosistem Penyedia
Menganalisis Klaster wilayah Penyedia Bahan Bangan Bahan Bangan (Ha)
berdasarkan jasa ekosostem yang ada di Luas Jasa Ekosistem Penyedia Air Luasan Jasa Ekosistem Penyedia
Kabupaten Penajam Paser Utara Bersih Air Bersih (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Penyedia Luasan Jasa Ekosistem Penyedia
Serat Serat (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Penyedia Luasan Jasa Ekosistem Penyedia
Energi Energi (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Penyedia Luasan Jasa Ekosistem Penyedia
Sumberdaya Genetik Sumberdaya Genetik (Ha)
Klasifikasi Jasa Ekosistem Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pengaturan Iklim Pengaturan Iklim (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Tata Aliran Banjir Pengaturan Tata Aliran Banjir
(Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pencegahan dan Perlindungan Pengaturan Pencegahan dan
Bencana Perlindungan Bencana (Ha)
43
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pemurnian Air Pengaturan Pemurnian Air (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pengolahan Air Limbah Pengaturan Pengolahan Air
Limbah (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pemeliharaan Kualitas Udara Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Penyerbukan Alami Pengaturan Penyerbukan Alami
(Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Luasan Jasa Ekosistem
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengaturan Pengendalian Hama
dan Penyakit (Ha)
Klasifikasi Jasa Ekosistem Luas Jasa Ekosistem Tempat Luasan Jasa Ekosistem Tempat
Cultural Tinggal dan Ruang Hidup Tinggal dan Ruang Hidup (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Rekreasi dan Luasan Jasa Ekosistem Rekreasi
Ekoturism dan Ekoturism (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Estetika Luasan Jasa Ekosistem Estetika
(Ha)
44
Klasifikasi Jasa Ekosistem Luas Jasa Ekosistem Pendukung Luasan Jasa Ekosistem
Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pendukung Pembentukan
Kesuburan Lapisan Tanah dan Kesuburan
(Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pendukung Luasan Jasa Ekosistem
Siklus Hara Pendukung Siklus Hara (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pendukung Luasan Jasa Ekosistem
Produksi Primer Pendukung Produksi Primer (Ha)
Luas Jasa Ekosistem Pendukung Luasan Jasa Ekosistem
Biodiversity Pendukung Biodiversity (Ha)
Sasaran 3 : Tutupan Lahan Hutan Lahan kering Luasan Hutan Lahan kering (Ha)
Evaluasi penataan ruang di Kabupaten Hutan Mangrove Luasan Hutan Mangrove (Ha)
Penajam Paser Utara dengan Hutan Tanaman Luasan Hutan Tanaman (Ha)
memperhatikan daya dukung Kebun Campuran Luasan Kebun Campuran (Ha)
lingkungan hidup berbasis jasa Perkebunan Luasan Perkebunan (Ha)
ekosistem Permukiman Luasan Permukiman (Ha)
Persawahan Luasan Persawahan (Ha)
Semak Belukar Luasan Semak Belukar (Ha)
Semak Belukar Rawa Luasan Semak Belukar Rawa
(Ha)
45
Sungai Luasan Sungai (Ha)
Tambak/Empang Luasan Tambak/Empang (Ha)
Tanah Terbuka Luasan Tanah Terbuka (Ha)
Tegalan/Ladang Luasan Tegalan/Ladang (Ha)
Sumber: Analisis Penulis, 2018
46
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2
(dua) metode, yaitu secara primer dan sekunder. Berikut penjelasan lebih detailnya
1. Pemerintahan
a. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Penajam Paser Utara
b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Penajam Paser
Utara
c. BAPPEDALITBANG Kabupaten Penajam Paser Utara
d. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
47
2.1. Peta Bentuk 2. Pusat Pengendalian Survei Instansional
Lahan Pembangunan
2. Peta Tutupan Ekoregion Kalimantan
Lahan (P3EK)
Sumber: Analisis Penulis, 2018
48
Tabel 3. 3 Teknik Analisis Data
Sasaran Input Data Teknis Analisis Output
Sasaran 1 : Variabel dari indikator - Analisis Stakeholder 1. Peta Daya Dukung Lingkungan
- Metode Overlay (Tumpang Hidup Berbasis Jasa Ekosistem
Menganalisis daya klasifikasi jasa ekosistem,
Susun Peta)
dukung lingkungan bentuk lahan dan tutupan Lahan - Pairwise Comparation
1. Perkalian sederhana KJE
berdasarkan jasa
basis ekoregion dan KJE
ekosistem di Kabupaten
basis penggunaan lahan
Penajam Paser Utara
2. Scalling Nilai KJE
.
3. Klasifikasi Nilai KJE
4. Indeks Jasa Ekosistem
Sasaran 2 : - Peta Daya Dukung - Metode Overlay (Tumpang 2. Peta Klaster Daya Dukung
Susun Peta) Lingkungan Hidup Berdasarkan
Menganalisis klaster Lingkungan Hidup
Jasa Ekosistem
wilayah berdasarkan jasa Berdasarkan Jasa
ekosistem yang ada di Ekosistem
Kabupaten Penajam - Variabel dari indikator
Paser Utara klasifikasi jasa
ekosistem dan
penetapan klaster
49
Sasaran Input Data Teknis Analisis Output
Sasaran 3 : Output dari sasaran 1 dan - Metode Overlay (Tumpang 3. Rekomendasi zonasi penataan
Susun Peta) ruang dengan memperhatikan
Evaluasi Zonasi Penataan sasaran 2 serta variable dari
- Metode Analisis Deskriptif daya dukung lingkungan hidup
Ruang di Kabupaten indicator penggunaan lahan berbasis jasa ekosistem
Penajam Paser Utara
Dengan Memperhatikan
Daya Dukung Lingkungan
Berdasarkan Jasa
Ekosistem
50
3.5.1 Menganalisis Daya Dukung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa
Ekosistem
3.5.1.1 Penilaian Peran Ekoregion dan Tutupan Lahan Terhadap Jasa
Ekosistem.
Perolehan data untuk penyusunan peta daya dukung dan daya tampung
lingkungan berbasis jasa ekosistem dilakukan dengan metode expert based
valuation yaitu penilaian peran masing-masing jenis tipe Tutupan lahan dan bentuk
lahan yang dilakukan oleh sejumlah pakar yang berkompeten di bidangnya.
(muta’ali, 2011)
Metode expert based valuation merupakan suatu metode yang dilakukan
dengan membentuk suatu kelompok atau komunikasi grup yang terdiri dari para
ahli untuk membahas suatu permasalahan. Umumnya para ahli yang dilibatkan
merupakan para ahli yang memiliki keahlian di bidang permasalahan yang sedang
dibahas dan sangat mengenali wilayah kajian. Penilaian peran bentuk lahan dan
tutupan lahan terhadap jasa ekosistem dilakukan dengan memberi nilai / skor.
Untuk penilaian tutupan lahan menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada
stakeholder yang telah ditentukan.
Kuisioner yang disebarkan ini berisikan tabel-tabel yang menggambarkan
perbandingan skala penilaian 20 jasa ekosistem baik itu jasa penyedia, jasa
pengaturan, jasa kultural, maupun jasa pendukung terhadap setiap kelas penutup
lahan dan bentuk lahan. Tabel berikut merupakan contoh bentuk kuisioner yang
digunakan untuk penilaian terhadap ekoregion dan penutup lahan.
Tabel 3. 4 Kuisioner penilaian kontribusi bentuk lahan terhadap jasa
ekosistem penyedia
51
2. Dataran
Fluviomarin
3. Dataran
Struktural
Lipatan
(Berombak -
Bergelombang)
4. Lembah Fluvial
5. Pegunungan
Struktural
Lipatan
6. Perbukitan
Struktural
Lipatan
(Sumber : Penulis,2019)
Tabel 3. 5 Kuisioner penilaian kontribusi tutupan lahan terhadap jasa
ekosistem penyedia
2. Hutan Mangrove
3. Hutan Tanaman
4. Kebun Campuran
5. Perkebunan
6. Permukiman
7. Persawahan
8. Semak Belukar
9. Semak Belukar
Rawa
52
10. Sungai
11. Tambak/Empang
12. Tanah Terbuka
13. Tegalan/Ladang
(Sumber : Penulis,2019)
Pengisian kuisioner dilakukan berdasarkan teori dan pengetahuan,
pengamatan, dan pengalaman yang dimiliki oleh pengisi kuisioner terhadap kondisi
faktual. Mengingat keragaman bentuk lahan dan penutup lahan di wilayah
pengamatan, maka dilakukan prinsip generalisasi sesuai dengan kedalaman skala
pengamatan. Proses transformasi data dari bentuk lahan dan penutup lahan menjadi
nilai jasa ekosistem dilakukan dengan menjawab sejumlah pertanyaan tentang
kepentingan dan peran bentang lahan dan penutup lahan terhadap besar kecilnya
nilai jasa ekosistem. Prinsipnya adalah perbandingan tingkat kepentingan atau
peran jenis-jenis bentang lahan dan penutup lahan terhadap jenis-jenis jasa
ekosistem (prinsip relativitas). Tingkat kepentingan diukur dengan skala likert oleh
stakeholder yang ditentukan. Skala likert yang digunakan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Klasifikasi skala Likert terhadap Peran Komponen Jasa
Ekosistem
53
Sumber :
3.5.1.2 Membuat Matriks Pairwise Comparison
Membuat matrik perbandingan berpasangan, antara penilaian pakar
terhadap jenis-jenis bentuk lahan dan Tutupan lahan. Model berpasangan ini
melakukan penilaian peran suatu variable terhadap kepentingan tertentu dilakukan
dengan cara membandingkannya dengan variable lain secara berpasangan. Sebagai
contoh dalam penilaian peran bentuk lahan terhadap jasa ekosistem pangan, maka
tiap jenis bentuk lahan dibandingkan kepentingannya terhadap jasa pangan.
Demikian pula untuk jenis Tutupan lahan dibandingkan antar jenis dan perannya
terhadap jasa ekosistem pangan.
Sumber : Penilaian Pakar Jasa Ekosistem Air Bersih di Kepulauan Kei dan Kepulauan Aru
54
Gambar 3. 2 Penyusunan Matrik Hasil Penilaian Pakar
A B C D E F G H I J
3 3 3 3 5 3 5 5 0 5
A 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
B 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
C 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
D 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
E 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
F 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
G 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
H 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
J 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Penulis,2019
Kemudian menyusun matriks selisih hasil penilaian pakar dengan dengan
cara mengurangkan nilai pakar pada matriks diagonal bawah dengan matriks
diagonal atas, berikut merupakan contoh matriks selisih hasil penilaian pakar
Gambar 3. 3 Matriks Selisih Penilaian Pakar
A B C D E F G H I J
1 0 0 0 0 -2 0 -2 -2 3 -2
2 0 0 0 0 -2 0 -2 -2 3 -2
3 0 0 0 0 -2 0 -2 -2 3 -2
4 0 0 0 0 -2 0 -2 -2 3 -2
5 2 2 2 2 0 2 0 0 5 0
6 0 0 0 0 -2 0 -2 -2 3 -2
7 2 2 2 2 0 2 0 0 5 0
8 2 2 2 2 0 2 0 0 5 0
9 -3 -3 -3 -3 -5 -3 -5 -5 0 -5
10 2 2 2 2 0 2 0 0 5 0
Sumber : Penulis, 2019
Tahapan selanjutnya adalah membuat matriks Pairwise Comparison dari hasil
matriks selisih penilaian pakar. Matriks pairwise comparison ini dibuat satu per satu
berdasarkan jumlah pakar yang digunakan, sehingga matriks ini akan menghasilkan
nilai koefisien penilaian per pakar. Dalam proses perhitungannya penulis
menggunakan software Microsoft excel untuk memudahkan proses perhitungannya
dengan menggunakan formula perhitungan sebagai berikut :
=IF(A1>-1,A1+1,IF(A1<0,1/(ABS(A15)+1)))
(P3ES, 2016)
Adapun perhitungan matriks perbandingan atau pairwise comparison setiap pakar
dapat dilihat pada Gambar berikut ini ;
55
Gambar 3. 4 Matriks Pairwise Comparison
A B C ED F G H I J
1 1 1 1 1
0.33333 1 0.33333 0.33333 4 0.33333
3 3 3 3
2 1 1 1 1 0.33333 1 0.33333 0.33333 4 0.33333
3 3 3 3
3 1 1 1 1 0.33333 1 0.33333 0.33333 4 0.33333
3 3 3 3
4 1 1 1 1 0.33333 1 0.33333 0.33333 4 0.33333
3 3 3 3
5 3 3 3 3 1 3 1 1 6 1
6 1 1 1 1 0.33333 1 0.33333 0.33333 4 0.33333
3 3 3 3
7 3 3 3 3 1 3 1 1 6 1
8 3 3 3 3 1 3 1 1 6 1
9 0.25 0.25 0.25 0.25 0.16666 0.25 0.16666 0.16666 1 0.16666
7 7 7 7
10 3 3 3 3 1 3 1 1 6 1
Sumber ; Penulis, 2019
3.5.1.3 Menghitung Rata – Rata Baris Matriks Gabungan
Matriks pairwise comparison dibuat untuk setiap pakar dan setiap jasa
ekosistem yang digunakan. Kemudian untuk keperluan perhitungan nilai indeks
tiap jasa ekosistem, dilakukan perhitungan rata-rata geometrik (geometric mean)
dari matriks-matriks semua pakar pada jasa ekosistem yang dihitung. Rata-rata
geometrik adalah rata-rata yang menunjukkan tendensi sentral atau nilai khas dari
sebuah himpunan bilangan dengan menggunakan produk dari nilai-nilai mereka.
Sebagai contoh (4 pakar adalah A, B, C dan D dengan masing-masing matriks-nya)
maka matriks gabungannya adalah;
56
Gambar 3. 5 Matrik Geometrik Mean
57
Gambar 3. 7 Perhitungan Nilai Bobot Jasa Ekosistem
𝐶𝐼 = (𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛)/(𝑛 − 1)
Keterangan:
CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index)
λmaks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
(Saaty,1990)
Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah
kolom dengan eigen vector. Batas ketidak konsistensian di ukur dengan
menggunakan rasiokonsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi (CI)
dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n.
Rasio konsistensi dapat dirumuskan: CR = CI/RI
Random Indeks (RI) adalah indeks acak yang telah ditetapkan sesuai jumlah
kelas yang digunakan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4. 1 Tabel Random Indeks
58
Class RI Value Class RI Value Class RI Value Class RI Value
2 0 12 1.5365 22 1.6470 32 1.6867
59
hidup. Indeks tersebut dihitung dengan melibatkan nilai bobot jasa ekosistem
terhadap bentuk lahan dan tutupan lahan.
Berdasarkan dua nilai Indeks jenis bentuk lahan dan tutupan lahan tersebut
disusun Indeks Jasa Ekosistem (IJE) dengan melakukan perkalian sebagai berikut:
1. Perkalian sederhana IJE basis bentuk lahan dan IJE basis tutupan lahan
Keterangan :
Keterangan:
IJElc : Indeks Jasa ekositem tutupan lahan
IJEeco : Indeks Jasa Ekosistem bentuk lahan
Maks (√IJElc*IJEeco) : Nilai maksimal dari hasil sintesis indeks
(D3TLH Provinsi Sumatera, 2015)
3. Klasifikasi Nilai IJE
Rentang nilai IJE yang telah dinormasilasi dalam proses scalling memiliki
kisaran nilai antara 0-1, semakin mendekati nilai 1, maka Koefisien Jasa Ekosistem
(KJE) suatu wilayah (area) semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan
sebaran data nilai KJE dapat dilakukan klasifikasi IJE yang ditentukan berdasarkan
aturan Geometrik yang dapat dituliskan dalam formula sebagai berikut;
𝑋𝑛 = 𝐵 / 𝐴
𝑋 = 𝑛√𝐵/𝐴
60
n = Jumlah Kelas
(PPPES, 2015)
Tabel 3. Perhitungan Interval kelas Geometri pada jasa penyediaan pangan
Klasifikasi Rumus Interval Keterangan Kelas
Kelas I A – Ax 0 – 0,1328 Sangat Rendah
Kelas II Ax - Ax2 0,1328 - 0,2204 Rendah
Kelas III Ax2- Ax3 0,2204 – 0,3659 Sedang
Kelas IV Ax3 - Ax4 0.3659 – 0,6075 Tinggi
Kelas V Ax4 - Ax5 0,6075 – 0,9880 Sangat Tinggi
Sumber : D3TLH Provinsi Sumatera, 2015
Tiap jasa ekosistem memiliki rentang kelas yang berbeda-beda, akibat dari
nilai minimum dan maksimum yang bervariasi. Semua nilai koefisien jasa
ekosistem ditampilkan dalam peta Daya Dukung Lingkungan Jasa ekosistem.
3.5.1.3 Penyusunan Peta Daya Dukung Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem
Menggunakan Analisis Overlay
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi
lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang terjadi di lokasi tersebut.
Seluruh tahap penyusunan Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup berbasis Jasa Ekosistem di Ekoregion Kabupaten Penajam Paser
Utara menggunakan SIG baik untuk pengumpulan, penyimpanan, mendapatkan
kembali informasi, maupun menampilkan suatu data spasial maupun data atribut.
Penyusunan Peta Daya Dukung Lingkungan berbasis jasa Ekosistem
ekoregion Kabupaten Penajam Paser Utara dengan memanfaatkan data input berupa
peta bentuk lahan, dan peta tutupan lahan. Dua jenis data spasial tersebut digabung
dan divaluasi dengan data atribut tentang sumbangan atau peran bentuk lahan dan
tutupan lahan terhadap nilai jasa ekosistem yang diperoleh nilai kuantitatif (skor)
dari tim panel pakar.
Masing-masing komponen bentuk lahan dan tutupan lahan tersebut
memiliki nilai koefisien tertentu dalam mempengaruhi jasa ekosistem (hasil matrik
pairwise comparation). Berdasarkan variasi nilai koefisien ekoregion dan tutupan
lahan tersebut, dilakukan analisis overlay menggunakan aplikasi arcgis 10.2 untuk
61
menentukan Indeks Jasa Ekosistem (IJE). Setelah diperoleh koefisisen jasa
ekosistem, tahap akhir pemetaan daya dukung adalah pembuatan layout, yaitu
proses untuk mengatur data yang digunakan sebagai output, dan bagaimana data
tersebut akan ditampilkan.
Hasil akhir yang dapat ditampilkan adalah dalam bentuk peta, tabel, dan
grafis. Peta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup berbasis jasa
ekosistem ditampilkan dalam lima bentuk klasifikasi secara ordinal, mulai dari
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi.
2.5.2 Menganalisis Klaster Kawasan Berdasarkan Jasa Ekosistemnya
3.5.2.1 Menghitung Indeks Jasa Ekosistem Komposit
Indek Komposit Jasa Ekosistem adalah nilai gabungan dari indek jenis-jenis
jasa ekosistem yang diperoleh dengan cara melakukan perhitungan rata-rata
(mean).
Adapun formulasi IKJE adalah sebagai berikut :
𝐼𝐾𝐽𝐸 𝑖, 𝑥 = 𝐼𝐽𝐸 𝑖, 𝑥 + 𝐼𝐽𝐸 𝑗, 𝑥 + 𝐼𝐽𝐸 𝑘, 𝑥 + 𝐼𝐽𝐸 𝑙, 𝑥 + 𝐼𝐽𝐸 𝑚, 𝑥
𝛴𝐼𝐽𝐸
Keterangan
IKJE i,x = Indek komposit jasa ekosistem kelompok jasa ekosistem I
(Penyedia,Pengaturan, Budaya, Pendukung) di wilayah x
IJE i,x = Indek jasa ekosistem i (misalnya pangan, air bersih, serat,
bahan bakar sumberdaya genetik) , diwilayah x
ΣIJE = Jumlah jasa ekosistem (misalnya untuk kelompok jasa
pendukung= 5 IJE)
(PPPEJ ,2016)
Hasil akhir yang dapat ditampilkan adalah dalam bentuk peta, tabel, dan
grafis. Peta klaster Jasa Ekosistem yang akan ditampilkan per masing – masing
Kelompok Jasa Ekosistem berdasarkan wilayah administrasi yang ada di Kabupaten
Penajam Paser Utara.
2.5.3 Evaluasi Zonasi Penataan Ruang
3.5.3.1 Metode Overlay (Tumpang Susun)
Penyusunan peta klaster jasa ekosistem di Kabupaten Penajam Paser Utara
dengan memanfaatkan data input berupa peta daya dukung lingkungan hidup
62
berbasis jasa ekosistem dan peta penggunaan lahan yang didapatkan dari hasil
analisis. Dua jenis data spasial tersebut digabung dan dilihat tingkat kesesuaian
antara kedua data tersebut.
Hasil akhir yang dapat ditampilkan adalah dalam bentuk peta, tabel, dan
grafis. Peta zonasi penataan ruang berdasarkan daya dukung lingkungan hidup
berbasis jasa ekosistem yang akan ditampilkan per masing – masing desa/kelurahan
yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara. Dalam analisis Overlay ini
dibutuhkan bantuan perangkat keras berupa seperangkat komputer (hardware) dan
juga perangkat lunak (software).
Dalam penelitian ini, digunakan software ArcGis 10.2 yang dikeluarkan
oleh Environmental System ResearchInstitute (ESRI). ArcGis 10.2 dapat
melakukan pertukaran data, operasi-operasi matematik, menampilkan informasi
spasial maupun atribut secara bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan
bahasa pemrograman (script) serta melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan
bantuan extensions.
3.5.3.2 Metode Deskriptif
Metode ini untuk menjelaskan dan menggambarkan lebih lanjut tentang hasil dari
peta daya dukung lingkungan berbasis ekosistem dan juga peta klaster fungsi
kawasan yang ada di kabupaten penajam paser utara. Setelah didapatkan hasil dari
metode overlay maka akan dirumuskan rekomendasi untuk zonasi penataan ruang
yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara berdasarkan daya dukung lingkungan
hidup berbasis jasa ekosistem.
63
Peta Bentuk Lahan Peta Tutupan Lahan
Expert Opinion
AHP AHP
(Penilaian Jasa Ekosistem)
Bobot dan Skor Bentuk Lahan Bobot dan Skor Tutupan Lahan
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) memiliki luas wilayah sebesar 3.333,06
Km2. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki
batas-batas sebagai berikut.
65
Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kabupaten Penajam Paser Utara
4.1.2 Geologi
Jenis tanah yang dimiliki Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat 4
(empat) jenis, yaitu aluvial, podsolik merah kuning, latosol, dan organosol. Adapun
distribusi jenis jenis tanah masing-masing kecamatan di Kabupaten Penajam Paser
Utara dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4. 2 Tabel Jenis Tanah di Kabupaten Penajam Paser Utara
66
4. Organosol 6.035,06 Babulu, Waru,
Penajam, dan
Sepaku
67
Tabel 4. 3 Formasi Batuan di Kabupaten Paser Utara
68
Gambar 4. 3 Peta Formasi Batuan di Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber : Bappedalitbang Kabupaten Penajam Paser Utara, 2015
4.1.3 Ekonomi
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Penajam Paser
Utara setiap tahunnya terjadi peningkatan yang cukup signifikan, lapangan usaha
yang menyumbang untuk PDRB terbesar pada tahun 2017 berasal dari sektor
pertambangan dan penggalian yakni sebesar 2.184.071,29 juta, untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Lapangan Tahun
Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian, 1.299.548, 1.311.664, 1.322.918, 1.320.459, 1.323.601,
Kehutanan, 01 35 99 09 89
dan
Perikanan
69
Pertambang 2.301.463, 2.313.053, 2.207.648, 2.140.960, 2.184.071,
an dan 59 52 36 88 29
Penggalian
Industri 862.978,1 918.255,6 974.930,5 1.015.896, 1.034.591,
Pengolahan 6 0 6 51 28
Pengadaan 2.732,43 3.310,34 4.392,05 4.799,25 5.089,12
Listrik dan
Gas
Pengadaan 5.361,56 5.265,70 5.270,83 5.266,75 5.627,28
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah,
dan Daur
Ulang
Konstruksi 539.219,9 566.279,1 563.215,2 538.023,7 571.714,3
1 0 5 3 6
Perdaganga 489.690,8 496.564,8 500.278,3 510.331,2 533.932,8
n Besar dan 8 0 6 1 2
Eceran
Transportas 86.226,97 91.704,15 94.942,15 96.757,13 102.780,1
i dan 0
Pergudanga
n
Penyediaan 23.966,53 24.668,68 26.052,86 26.687,64 28.494,55
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi 68.521,93 72.437,46 78.325,44 83.219,09 90.587,90
dan
Komunikasi
70
Jasa 40.866,33 41.039,83 45.067,02 44.719,05 44.120,18
Keuangan
dan
Asuransi
Real Estate 68.823,97 75.093,27 78.711,81 78.538,29 81.649,04
Jasa 1.128,64 1.153,82 1.115,77 1.049,61 1.090,17
Perusahaan
Administras 214.497,7 237.728,6 243.738,0 238.651,2 235.494,2
i 8 4 3 1 4
Pemerintah
an,
Pertahanan
dan
Jaminan
Sosial Wajib
Jasa 154.359,0 171.419,8 188.536,0 197.039,3 204.750,5
Pendidikan 6 0 7 6 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Penajam Paser Utara (Diolah), 2018
71
4.1.4 Kelerengan
Kondisi topografi di Kabupaten Penajam Paser Utara digambarkan melalui
peta kontur. Berdasarkan tingkat kelerengan, Kabupaten Penajam Paser Utara
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
72
Kelerengan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara dapat ditampilkan dalam
bentuk peta sebagai berikut :
73
tertinggi yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara yaitu seluas 71853.10349
Hektar.
74
Gambar 4. 5 Peta Bentuk Lahan Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber : P3EK,2018
Dominasi tutupan lahan yang kedua yaitu jenis tutupan lahan hutan lahan
kering primer dimana memiliki luas 54073.39844 hektar dan memiliki prosentase
sebesar 17.06% dari total keseluruhan luasan tutupan lahan di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Sedangkan Profil tutupan lahan paling kecil di Kabupaten Penajam
Paser Utara adalah sungai dengan total luasan sebesar 641.8449707 hektar dan
prosentase luasannya hanya sebesar 0.20% dari total keseluruhan tutupan lahan
yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara.
75
Secara umum tutupan lahan di Kabupaten Penajam Paser Utara dapat dilihat
pada Gambar 4.6 dan luasan serta distribusi proporsinya disajikan pada Tabel 4.6
berikut
76
Gambar 4. 6 Peta Jenis Tutupan Lahan di Kabupaten Penajam Paser Utara
Sumber : P3EK, 2018
77
Tabel 4. 7 Klasifikasi Jasa Ekosistem
No Kode JE Jenis JE
Jasa Penyediaan (P)
1. P1 Penyedia Bahan Pangan
2. P2 Penyedia Air Bersih
3. P3 Penyedia Serat
4. P4 Penyedia Energi
5. P5 Penyedia Sumberdaya
Genetik
Jasa Pengaturan (R)
6. R1 Pengaturan Iklim
7. R2 Pengaturan Tata Aliran
Banjir
8. R3 Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana
9. R4 Pengaturan Pemurnian Air
10 R5 Pengaturan Pengolahan Air
Limbah
11. R6 Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara
12. R7 Pengaturan Penyerbukan
Alami
13. R8 Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit
Jasa Kultural (C)
14. C1 Tempat Tinggal dan Ruang
Hidup
15. C2 Rekreasi dan Ekoturism
16. C3 Estetika
Jasa Pendukung (D)
17. D1 Pendukung Pembentukan
Lapisan Tanah dan
Kesuburan
18 D2 Pendukung Siklus Hara
78
No Kode JE Jenis JE
19 D3 Pendukung Produksi
Primer
20 D4 Pendukung Biodiversity
Sumber : MEA,2005
79
di setiap baris. Nilai total yang didapat menjadi nilai bobot dari jasa ekosistem
tersebut terhadap masing – masing kelas ekoregion atau penutup lahan.
Sehingga hasil akhir dari matriks pairwise ini adalah bobot dari masing – masing
bentuk lahan maupun tutupan lahan terhadap jasa ekosistem, untuk hasil
perhitungan bobot indeks tutupan lahan dan bentuk lahan dapat dilihat pada
lampiran 3 dan lampiran 4.
80
Pada perhitungan consistency ratio untuk matriks normalisasi bentuk lahan
terhadap jasa ekosistem pangan menggunakan nilai Random Index sebesar 1.2479
seuai dengan nilai Random Index yang ditentukan untuk banyaknya kelas
berjumlah 6. Berikut hasil yang hasilkan dari pengecekan consistency ratio untuk
matriks normalisai bentuk lahan terhadap jasa ekosistem penyedia bahan pangan :
CR = 0.019603/1.2479
CR = 0.015708
CR < 0.1
(Penulis, 2019)
2
√𝐼𝐽𝐸𝑙𝑐 × 𝐼𝐽𝐸𝑒𝑐𝑜
𝑚𝑎𝑘𝑠 ( 2√𝐼𝐽𝐸𝑙𝑐 × 𝐼𝐽𝐸𝑒𝑐𝑜 )
Keterangan:
IJElc : Koefisien Jasa ekositem tutupan lahan
IJEeco : Koefisien Jasa Ekosistem bentuk lahan
Maks (√IJElc*IJEeco) : Nilai maksimal dari hasil sintesis indeks
berikut merupakan contoh salah satu tabel indeks jasa ekosistem, untuk lebih
detailnya dapat dilihat pada lampiran 5.
81
Tabel 4. 10 Tabel Indeks Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan
A B C D E F G H I J K L M
0.60710 0.45526 0.56225 1.36502 0.909918 0.54084 0.57962 0.91662 0.30335
9 4 2 3 03 0.211987 3.155939 6 2 4 1.068115 6 2.323945
Dataran
Fluvial
A
(Datar - 1.6828883 0.39651 0.34336 0.38158 0.59455 0.485426 0.37424 0.38743 0.48721 0.28028
Landai) 9 2 3 2 6 6 0.234302 0.904038 8 1 2 0.525934 4 0.775774
Dataran 0.8808226 0.28686 0.24841 0.27606 0.43013 0.351188 0.27075 0.28029 0.20277
B
Fluviomarin 34 2 1 1 9 39 0.169509 0.654039 5 2 0.35248 0.380494 6 0.561244
Dataran
Struktural
Lipatan
C
(Berombak -
Bergelomban 0.8521960 0.28216 0.24434 0.27153 0.42309 0.345434 0.26631 0.34670 0.19945
g) 2 2 1 8 2 46 0.166732 0.643323 9 0.2757 5 0.37426 3 0.552049
Lembah 2.0591208 0.37981 0.42208 0.65766 0.536953 0.41397 0.42855 0.53892 0.31003
D
Fluvial 2 0.4386 1 6 6 69 0.259173 1 4 6 9 0.581761 6 0.858121
Pegunungan
Struktural E 0.2626205 0.15663 0.13564 0.15073 0.23487 0.14784 0.15304 0.19246 0.11072
Lipatan 63 6 1 9 1 0.191761 0.092558 0.357128 1 9 6 0.207763 2 0.306459
Perbukitan
Struktural F 0.2623515 0.15655 0.13557 0.15066 0.23475 0.191662 0.14776 0.15297 0.19236 0.11066
Lipatan 73 6 1 1 1 76 0.09251 0.356945 6 1 8 0.207657 6 0.306302
Sumber : Penulis,2019
82
Hasil perhitungan indeks daya dukung daya tampung lingkungan hidup
akan memiliki rentang nilai 0 (nol) sampai 1 (satu). Indeks daya dukung daya
tamping lingkungan hidup merupakan nilai relatif yang didapatkan dari nilai bobot
jenis jasa ekosistem per kelas bentuk lahan yang dikalikan nilai bobot jenis jasa
ekosistem per kelas penutup lahan. Indeks ini merepresentasikan kemampuan suatu
jenis lahan atau bentuk lahan dalam menyediakan beragam jasa ekosistem untuk
mendukung perikehidupan makhluk hidup berdasarkan suatu rentang nilai.
Indeks yang paling besar dimiliki oleh tutupan lahan persawahan dan bentuk
lahan daratan fluvial, hal ini sejalan dengan jasa ekosistem yang ingin dicari
indeksnya yaitu jasa ekosistem pangan. Artinya adalah tutupan lahan persawahan
dan bantuk daratan fluvial memiliki daya dukung yang tinggi untuk jasa ekosistem
penyediaan bahan pangan.
𝑋𝑛 = 1 / 0.167945
𝑋 = 𝑛√𝐵/𝐴
X = (1/0.167945)1/5
X = 1.428784
Sehingga di dapatkan interval kelas Geometri pada Jasa Penyediaan Pangan sebagai
berikut :
83
Tabel 4. 11 Perhitungan Interval kelas Geometri pada jasa penyediaan
pangan
84
N Ko Jenis JE Luas Ha
o de Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
JE Rendah Tinggi
1. P1 Penyedia 128555.14 79506.658 60033.148 43556.931 5345.7253
Bahan 3233 171 152 532 68
Pangan
2. P2 Penyedia 32870.516 72212.218 131176.35 71981.258 8757.2530
Air 731 905 8859 888 73
Bersih
3. P3 Penyedia 32000.891 95742.662 143637.18 42905.644 2711.2199
Serat 059 265 8369 788 74
4. P4 Penyedia 39014.480 53587.572 26059.989 78356.350 119979.21
Energi 303 048 313 194 4597
5. P5 Penyedia 7782.1220 64493.228 155809.95 55753.783 33158.522
Sumberd 86 595 0648 006 121
aya
Genetik
6. R1 Pengatur 7782.1220 66085.419 133478.92 73125.297 36525.846
an Iklim 86 809 1062 311 188
7. R2 Pengatur 34297.392 153555.82 103234.63 20638.475 5271.2766
an Tata 399 7511 4461 428 57
Aliran
Banjir
8. R3 Pengatur 31450.925 66306.078 156588.47 60420.221 2231.9048
an 275 552 5969 79 7
Pencega
han dan
Perlindu
ngan
Bencana
9. R4 Pengatur 5149.3925 49436.720 34496.841 157675.00 70239.649
an 94 436 522 1969 936
Pemurni
an Air
85
N Ko Jenis JE Luas Ha
o de Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
JE Rendah Tinggi
1 R5 Pengatur 23332.725 52707.223 118871.34 104145.51 17940.799
0 an 423 183 1173 7372 305
Pengolah
an Air
Limbah
1 R6 Pengatur 7909.8536 14333.941 68530.198 130268.53 95955.074
1. an 06 27 653 8455 473
Pemeliha
raan
Kualitas
Udara
1 R7 Pengatur 1820.8740 16047.859 76494.945 124396.86 98237.066
2. an 47 2 732 0884 594
Penyerbu
kan
Alami
1 R8 Pengatur 6396.3019 28034.835 117145.94 150743.15 14677.367
3. an 17 827 7544 4094 073
Pengend
alian
Hama
dan
Penyakit
1 C1 Tempat 56886.846 142013.50 105171.71 8300.6588 4624.8794
4. Tinggal 127 7192 4924 09 03
dan
Ruang
Hidup
1 C2 Rekreasi 5035.4709 40239.309 92426.090 122484.14 56812.589
5. dan 05 383 486 5876 806
Ekoturis
m
86
N Ko Jenis JE Luas Ha
o de Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
JE Rendah Tinggi
1 C3 Estetika 8360.4927 36088.669 0 229864.61 42683.832
6. 18 963 1061 714
1 D1 Penduku 6347.6913 28094.482 91969.124 147865.22 42721.083
7. ng 11 887 849 4351 057
Pembent
ukan
Lapisan
Tanah
dan
Kesubur
an
1 D2 Penduku 1820.8740 7597.2387 123738.77 143501.61 40339.098
8 ng Siklus 47 74 8913 5782 941
Hara
1 D3 Penduku 5191.5493 29697.964 91508.642 172621.66 17977.786
9 ng 52 221 309 4558 015
Produksi
Primer
2 D4 Penduku 7642.7805 9323.9105 107849.05 174634.51 17547.346
0 ng 3 1 1881 6936 599
Biodiver
sity
Sumber : Penulis,2019
Pada tabel diatas dapat dilihat pada nomor 1 untuk kategori jenis jasa
ekosistem pangan dengan kode P1, menunjukkan bahwa di Kabupaten Penajam
Paser Utara yang memiliki fungsi jasa ekosistem penyediaan bahan pangan
termasuk sangat rendah seluas 128555.1432 hektar, 79506.65817 hektar termasuk
rendah, 60033.14815 hektar termasuk sedang, 43556.93153 hektar termasuk
klasifikasi tinggi, dan 5345.725368 hektar termasuk dalam klasifikasi sangat tinggi.
Besarnya luasan tersebut, tampak yang mendominasi adalah kategori sangat rendah
dan kategori rendah, hal ini menandakan bahwa di Kabupaten Penajam Paser Utara
87
sebagian besar wilayahnya memiliki fungsi penyediaan pangan yang tidak cukup
baik.
Komponen tutupan lahan dan bentuk lahan saling berkaitan dengan daya
dukung lingkungan hidup di suatu wilayah. Hal ini dibuktikan dengan tutupan lahan
yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara bukan di dominasi oleh lahan
persawahan melainkan perkebunan campuran yang lebih mendominasi. Apabila di
Kabupaten Penajam Paser Utara di dominasi oleh tutupan lahan persawahan maka
nilai jasa ekosistem penyedia bahan pangan juga ikut tinggi.
Berikut merupakan peta sebaran daya dukung lingkungan jasa ekosistem penyedia
bahan pangan, sedangkan untuk jasa ekosistem yang lainnya dapat dilihat pada
lampiran 6.
88
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu:
89
masing – masing jenis jasa ekosistem pada klasifikasi jasa ekosistem dibagi dengan
jumlah total jenis jasa ekosistem yang berada dalam klasifikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
90
Groot, R.S., Wilson. M.A., Boumans, M.J. 2002. A Typology for the classification,
description and valuation of ecosystem function, goods, and services. Ecological Economic,
2002 (41) 393-408.
Hadisumarno S. 1982. Geografi Fisik dan Manfaatnya bagi Beberapa Aspek
Pembangunan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar di UGM. Yogyakarta (ID):
Universitas Gadjah Mada.
Liu RZ, Borthwick AGL. 2011. Measurement and assessment of carrying capacity of
the environment in Ningbo China. Journal of Environmental Management. 92: 2047-2053.
Mahi, Kabul Ali, 2016. Pengembangan Wilayah Teori dan Aplikasi, Jakarta: Kencana.
[MEA] Millenium Ecosystem Assesment. 2005. Ecosystem and Human Well- Being.
Washington (USA): World Resources Institute.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Dalam Penataan Ruang Wilayah. Jakarta (ID) : Sekretariat Negara.
Mubyarto. 1996. Pengembangan Kawasan Terpadu Sebagai Program Penanggulangan
Kemiskinan. Adiyya Media. Yogyakarta.
Muta’ali L, Santosa LW. 2013 Kajian Daya Dukung Bioekologikawasan Puncak
Kabupaten Bogor. Majalah Geografi Indonesia. 2(2) : 180-197.
Rees, J. 1990, Natural Resources: Allocation, Economics and Policy, London:
Routledge
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hierarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks [terjemahan]. Jakarta (ID): PT.
Pustaka
Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Verstappen, H.Th, 1983. Applied Geomorphology. Geomorphological Surveys for
Environmental Development. New York, El sevier.
Vink, A.P.A., 1983, in Davidson, D.A. (Ed)., Landscape Ecology and Land Use,
Longman, London
91
LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Tutupan Lahan Berdasarkan SNI 7645-1-2014
No Penutup Lahan Deskripsi
1 Perairan laut Semua kenampakan perairan laut, termasuk
perairan dangkal, perairan dalam, terumbu
karang dan padang lamun
2 Danau/telaga alami Area perairan/genangan permanen yang
terbentuk secara alami di tengah daratan,
biasanya dicirikan oleh adanya batas yang
tegas antara tubuh air dan daratan, serta
genangan yang relatif dalam.
3 Rawa pedalaman Genangan air tawar yang luas dan
permanen di pedalaman daratan dan
dicirikan oleh kedalaman genangan yang
relative dangkal, endapan lumpur yang
tebal dan luas.
4 Rawa pesisir Genangan air payau yang luas dan
permanen di wilayah pesisir dan dicirikan
oleh kedalaman genangan yang relatif
dangkal, endapan lumpur yang tebal dan
luas
5 Sungai Tubuh air yang mengalir pada cekungan
memanjang, dan terbentuk secara alami.
Biasanya membentuk kerapatan alur yang
relatif tinggi pada medan yang kasar dan
berelevasi tinggi dan kerapatan alur yang
relatif rendah, lebih lebar, pada medan yang
lebih landai dan berelevasi rendah. Pada
skala 1:250.000 hanya sungai dengan lebar
>/ 250 m yang dapat disajikan sebagai area.
92
No Penutup Lahan Deskripsi
Lebar kurang dari itu disajikan sebagai
simbol garis
6 Tubuh air alami lain Semua tubuh air yang terbentuk secara
alami lain di luar yang sudah dideskripsikan
sebelumnya.
7 Hamparan batuan/pasir alami Hamparan area lahan terbuka yang tersusun
dari batuan atau pasir, tidak bervegetasi
atau bervegetasi <4%, dan terbentuk oleh
proses-proses alami seperti misalnya
letusan gunung api.
8 Hamparan pasir pantai Hamparan lahan terbuka yang terbentuk
secara alami karena proses pengendapan di
pantai, baik oleh tenaga air maupun tenaga
angin ataupun kombinasi keduanya
9 Rataan lumpur Lahan terbuka berupa dataran dengan
hamparan lumpur yang
berasosiasi dengan aktivitas marin atau
fluvial, dan tidak tertutup
oleh vegetasi.
10 Lahan terbuka alami lain Lahan terbuka lain di luar yang
dideskripsikan sebelumnya
11 Waduk dan danau buatan Tubuh air atau genangan air permanen hasil
rekayasa manusia yang digunakan untuk
berbagai fungsi, misalnya pengendalian
banjir, irigasi, penyediaan air baku, dan
sebagainya
12 Kolam air asin/payau Tubuh air atau genangan air hasil rekayasa,
terletak di wilayah pesisir dan punya akses
terhadap air laut dan air tawar sekaligus,
biasanya berupa gugus (cluster) dengan
93
No Penutup Lahan Deskripsi
batas berupa pematang, dan ukuran
individual kolam relatif kecil, serta
dimanfaatkan untuk budidaya perikanan,
garam, atau yang lain
13 Kolam air tawar Tubuh air atau genangan air hasil rekayasa,
terletak di wilayah pedalaman atau tidak
ada akses ke air laut, dapat berupa kolam
individual ataupun berupa gugus (cluster)
dengan batas berupa pematang, serta
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
termasuk budidaya perikanan dan
penampungan air minum/irigasi secara
umum.
14 Saluran air Saluran air hasil rekayasa manusia, baik
untuk transportasi, irigasi ataupun drainase.
Untuk skala 1:250.000 informasi diperoleh
dari
peta RBI/topografi, atau menjadi informasi
topografi dari peta/citra
skala yang lebih besar.
15 Tampungan air lain Tempat penampungan air lain di luar yang
dideskripsikan sebelumnya
16 Permukaan diperkeras bukan gedung Lahan terbuka yang permukaannya
mengalami perkerasan, konsolidasi dan
atau penguatan struktur dan dibangun untuk
mendukung fungsi-fungsi tertentu
17 Bangunan permukiman/campuran Bangunan yang dibuat untuk permukiman
(tempat tinggal) dan fungsi lain yang
berasosiasi dengan permukiman
94
No Penutup Lahan Deskripsi
18 Bangunan bukan-permukiman Bangunan yang dibuat untuk kegiatan
selain tempat tinggal permanen, terutama
meliputi perdagangan dan industri
19 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh berkembang pada
(pegunungan/perbukitan) habitat lahan kering pada wilayah upland
(perbukitan dan pegunungan) pada elevasi
>/ 300 m
di atas permukaan laut
20 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di
habitat lahan kering pada wilayah
berelevasi rendah (<300 m di atas
permukaan laut)
21 Hutan rawa/gambut Hutan yang tumbuh berkembang pada
habitat lahan basah berupa rawa, termasuk
rawa payau dan rawa gambut. Wilayah
lahan basah berkarakteristik unik, yaitu; (1)
dataran rendah yang membentang
sepanjang pesisir, (2) wilayah berelevasi
rendah, (3) tempat yang dipengaruhi oleh
pasang-surut untuk wilayah dekat pantai,
(4) wilayah dipengaruhi oleh musim yang
terletak jauh dari pantai, gambut dan (5)
sebagian besar wilayah tertutup
22 Hutan mangrove Hutan lahan basah pada wilayah pesisir
berupa dataran yang masih dipengaruhi
oleh pasang surut, berlumpur, dan berair
payau. Semua spesies mangrove tahan
hidup di wilayah dengan kadar garam yang
relatif tinggi. Pada batasan ini, kawasan
mangrove juga meliputi formasi nipah
95
No Penutup Lahan Deskripsi
23 Sabana Formasi vegetasi yang menjadi penciri
wilayah tropis yang relatif
kering, dengan kenampakan padang rumput
yang diselingi semak dan pepohonan
pendek yang sangat jarang
24 Semak dan belukar Formasi atau struktur vegetasi berupa
kumpulan semak dengan ketinggian antara
50 cm sampai dengan 2 m, yang didominasi
oleh
vegetasi berkayu, yang diselingi oleh
pepohonan sangat pendek
dengan ketinggian <= 5 m.
Atau:
Kawasan lahan kering yang telah
ditumbuhi dengan berbagai vegetasi alami
heterogen dan homogen dengan tingkat
kerapatan jarang hingga rapat. Kawasan
tersebut didominasi vegetasi rendah
(alami).
CATATAN Semak belukar di Indonesia
biasanya kawasan bekas hutan
dan biasanya tidak menampakkan lagi
bekas atau bercak tebangan.
25 Herba dan rumput Semua tumbuhan berdaun lebar dan
berdaun jarum sebagai bentuk
pertumbuhan maupun fase pertumbuhan
dengan ketinggian ≤ 50 cm
26 Liputan vegetasi alami/semi-alami lain Penutup lahan berupa vegetasi yang
tumbuh secara alami atau hanya sedikit
mengalami intervensi manusia, dalam arti
96
No Penutup Lahan Deskripsi
tidak sengaja ditanam. Vegetasi alami
meliputi semua hutan alam dan berbagai
struktur vegetasi lain termasuk semak,
belukar, herba, rumput, dan veegetasi
tingkat rendah lain. Vegetasi alami juga
mencakup pertumbuhan akibat suksesi
alami pada wilayah yang pernah dirambah
oleh manusia.
27 Hutan tanaman Kenampakan hutan dari sisi komposisi
struktural vegetasi pada area yang luas,
yang berisi pepohonan dengan spesies yang
homogen, dan sengaja ditanam untuk
fungsi tertentu, termasuk untuk industri
28 Perkebunan dengan tanaman berkayu keras Kenampakan liputan vegetasi berupa
pepohonan berkayu keras yang sengaja
ditanam pada area yang luas untuk
dimanfaatkan produknya dalam bentuk
bukan kayu, misalnya getah, buah, dan
sebagainya.
29 Perkebunan tanaman semusim Kenampakan liputan vegetasi berupa
tanaman semusim (bukan tahunan) yang
ditanam oleh perusahaan perkebunan atau
perkebunan rakyat pada area yang relatif
luas untuk mendukung industri, misalnya
tebu (untuk gula) dan tembakau (untuk
rokok dan cerutu). Perkebunan tanaman
semusim dapat diterapkan pada lahan
sawah atau lahan kering seperti tegalan
(ladang); serta bias permanen namun bisa
pula kontrak temporer.
97
No Penutup Lahan Deskripsi
30 Kebun dan tanaman campuran (tahunan Liputan vegetasi campuran dari sisi jenis
dan
maupun numur (tahunan dan semusim)
semusim)
yang ditanam untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, baik kayu, buah, maupun
produk pertanian lainnya. Biasanya
dikembangkan tidak jauh dari kawasan
permukiman desa.
31 Tanaman semusim lahan kering Tanaman pertanian berumur pendek,
biasanya bukan berupa
pohon, yang ditanam di lahan pertanian
tanpa irigasi penggenangan (bukan sawah);
misalnya cabe, jagung, kedelai, ketela,
kacang tanah, dan sebagainya. Penggunaan
lahan untuk pola tanam semacam ini adalah
ladang atau tegalan.
32 Tanaman semusim lahan basah (sawah) Tanaman semusim lahan basah meliputi
semua jenis tanaman semusim yang
memerlukan pengairan dan penggenangan
dalam
fase pertumbuhannya, misalnya padi dan
tebu lahan basah. Pada kategori ini,
penggunaan lahan sawah meliputi kelas-
kelas sawah dengan tanaman padi terus
menerus, padi diselingi palawija atau
bera/tanpa tanaman, atau tanaman lain yang
memerlukan penggenangan
33 Tanaman berasosiasi dengan bangunan Liputan vegetasi berupa tanaman tahunan
maupun semusim yang kehadirannya
langsung terkait dengan keberadaan
permukiman
98
No Penutup Lahan Deskripsi
dan/atau aktivitas kekotaan, misalnya jalur
hijau, lapangan golf dan hutan/taman kota
yang memberikan fungsi rekreasional,
ekologis, maupun keindahan
34 Tanaman budidaya lain Tanaman yang dibudidayakan di luar yang
sudah dideskripsikan sebelumnya, meliputi
budidaya untuk pakan ternak (padang
rumput), budidaya tanaman obat, dan
budidaya lainnya
35 Bervegetasi budidaya berpindah/siklis Area vegetasi budidaya, biasanya tanaman
semusim, yang diusahakan pada suatu
wilayah secara temporer, untuk kemudian
ditinggalkan karena alasan daya dukung
lahan, dan akan kembali diusahakan setelah
kurun waktu tertentu setelah kesuburan
tanahnya dipandang pulih. Seringkali
budidaya semacam ini
menempati wilayah-wilayah berhutan dan
telah diidentifikasi secara adat oleh
masyarakat lokal.
99
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian
Kuisioner Penelitian
NIM : 08151025
Nama Responden :
Institusi :
Keahlian/profesi :
Tanggal :
100
KUESIONER
Hormat Saya,
101
PETUNJUK PENGISIAN
102
DAFTAR PERTANYAAN
103
B. Jasa Ekosistem Pengaturan
N Bentuk Lahan Jasa Ekosistem
o Pengaturan ( R)
Pengatura Pengatura Pencegahan Pemurnia Pengolaha Pemeliharaa Penyerbuka Pengendalia
n Iklim n Tata dan n Air n dan n Kualitas n Alami n Hama dan
Aliran Air Perlindunga Penguraia Udara Penyakit
& Banjir n Terhadap n Limbah
Bencana
1. Dataran
Fluvial (Datar
- Landai)
2. Dataran
Fluviomarin
3. Dataran
Struktural
Lipatan
(Berombak -
Bergelombang
)
4. Lembah
Fluvial
104
5. Pegunungan
Struktural
Lipatan
6. Perbukitan
Struktural
Lipatan
105
C. Jasa Ekosistem Kultural
No Bentuk Lahan Jasa Ekosistem
Kultural (C)
Tempat Tinggal Dan Rekreasi dan Estetika
Ruang Hidup Ekoturism
1. Dataran Fluvial (Datar - Landai)
2. Dataran Fluviomarin
3. Dataran Struktural Lipatan
(Berombak - Bergelombang)
4. Lembah Fluvial
5. Pegunungan Struktural Lipatan
6. Perbukitan Struktural Lipatan
106
2. Pembobotan peran/kontribusi penutupan lahan terhadap jasa ekosistem.
Menurut Bapak/Ibu berapa bobot peran/kontribusi penutupan lahan terhadap jasa ekosistem?
Penilaian bobot dari 0 sampai 10, semakin besar nilai skor maka semakin penting peran/kontribusi
penutupan lahan terhadap jasa ekosistem.
2. Hutan Mangrove
3. Hutan Tanaman
4. Kebun Campuran
5. Perkebunan
6. Permukiman
7. Persawahan
8. Semak Belukar
10. Sungai
11. Tambak/Empang
12. Tanah Terbuka
13. Tegalan/Ladang
107
B. Jasa Ekosistem Pengaturan
N Bentuk Jasa Ekosistem
o Lahan Pengaturan ( R)
Pengatura Pengatura Pencegahan Pemurnia Pengolaha Pemeliharaa Penyerbuka Pengendalia
n Iklim n Tata dan n Air n dan n Kualitas n Alami n Hama dan
Aliran Air Perlindunga Penguraian Udara Penyakit
& Banjir n Terhadap Limbah
Bencana
1. Hutan Lahan
kering
2. Hutan
Mangrove
3. Hutan Tanaman
4. Kebun
Campuran
5. Perkebunan
6. Permukiman
7. Persawahan
8. Semak Belukar
9. Semak Belukar
Rawa
10 Sungai
108
11 Tambak/Empan
g
12 Tanah Terbuka
13 Tegalan/Ladang
109
C. Jasa Ekosistem Kultural
No Bentuk Lahan Jasa Ekosistem
Kultural (C)
Tempat Tinggal Dan Ruang Rekreasi dan Estetika
Hidup Ekoturism
1. Hutan Lahan kering
2. Hutan Mangrove
3. Hutan Tanaman
4. Kebun Campuran
5. Perkebunan
6. Permukiman
7. Persawahan
8. Semak Belukar
10. Sungai
11. Tambak/Empang
12. Tanah Terbuka
13. Tegalan/Ladang
110
D. Jasa Ekosistem Pendukung
No Bentuk Lahan Jasa Ekosistem
Pendukung (D)
Pembetukan Lapisan Tanah Siklus Produksi Biodiversitas
dan Kesuburan Hara Primer
1. Hutan Lahan
kering
2. Hutan Mangrove
3. Hutan Tanaman
4. Kebun Campuran
5. Perkebunan
6. Permukiman
7. Persawahan
8. Semak Belukar
9. Semak Belukar
Rawa
10. Sungai
11. Tambak/Empang
12. Tanah Terbuka
13. Tegalan/Ladang
111
Lampiran 3 Indeks Bentuk lahan
EKOR
EGION P1 P2 P3 P4 P5 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4
Dataran
Fluvial 1.68 1.91 1.90 0.91 1.51 1.08 1.58 1.41 1.53 1.57 0.80 1.27 1.72 2.03 1.11 1.02 1.60 1.72 1.66 1.54
(Datar - 288 534 418 014 183 583 628 493 552 270 824 272 859 458 271 670 847 053 817 332
Landai) 8 9 3 3 1 9 7 9 3 7 5 7 2 6 6 3 9 3 8 4
Dataran 0.88 1.16 0.96 0.93 0.70 0.93 0.91 0.58 1.18 0.93 1.26 0.86 0.81 1.24 1.01 1.27 1.23 1.05
Fluvio 082 966 0.85 013 772 233 544 131 390 346 337 550 077 437 044 329 193 479 1.19 164
marin 3 7 396 3 9 2 4 9 2 5 9 9 7 4 7 8 2 5 935 7
Dataran
Struktu
ral
Lipatan
(Berom
bak - 0.85 0.67 0.54 1.15 0.58 0.54 0.76 0.72 0.64 1.01 0.70 1.09 1.24 0.82 0.93 0.61 0.92
Bergelo 219 313 230 047 880 397 0.62 526 0.85 077 133 505 444 0.81 489 448 176 328 433 795
mbang) 6 2 2 5 6 7 685 5 945 7 4 5 2 996 3 7 5 2 8 8
Lembah 2.05 1.72 1.70 0.91 1.35 1.27 1.58 1.90 0.99 1.54 0.80 1.64 1.28 1.79 0.94 1.02 1.38 1.31 1.48 1.20
Fluvial 912 740 290 014 932 643 628 768 797 863 824 780 278 952 656 670 449 319 469 109
1 8 2 3 1 5 7 4 8 5 5 6 2 4 8 3 1 3 3 8
Pegunu
ngan
Struktu 0.26 0.23 0.62 1.08 0.96 1.57 0.63 0.51 0.91 0.43 0.36 0.89 0.21 0.87 0.89 0.48 0.35 0.56 0.57
ral 262 745 862 462 073 582 109 658 206 976 1.70 014 116 615 394 387 014 441 924 471
Lipatan 1 8 6 7 4 2 1 9 7 1 566 6 6 2 7 6 7 4 2 1
Perbuki
tan
Struktu 0.26 0.27 0.36 0.98 0.81 0.63 0.48 0.53 1.10 0.43 0.53 0.31 0.73 0.79 0.43 0.44 0.70
ral 235 698 802 447 0.64 559 404 420 1.11 465 313 875 224 540 142 493 318 378 0.46 126
Lipatan 2 6 7 8 158 4 3 3 108 5 6 7 2 2 9 4 6 4 42 2
112
Lampiran 4 Indeks Tutupan Lahan
LAND
COVE
R P1 P2 P3 P4 P5 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4
Hutan 0.60 2.22 2.11 1.15 2.75 2.75 1.54 1.86 2.39 2.09 2.10 1.96 1.90 0.46 1.63 1.64 2.13 2.19 2.01
Lahan 710 829 422 729 139 139 592 791 757 433 646 969 465 793 360 847 003 730 1.95 203
kering 9 2 1 1 3 3 6 7 7 3 3 2 3 5 2 8 3 6 106 6
Hutan 0.45 1.05 0.92 2.22 2.22 1.48 1.38 2.09 1.54 2.15 0.42 2.13 0.93 1.75 2.57
Mangro 526 1.08 245 477 659 659 407 2.01 481 433 005 1.59 998 132 075 1.49 200 1.30 842 801
ve 4 383 8 7 6 6 7 616 6 3 8 522 4 2 2 024 7 125 8 5
Hutan 0.56 1.11 2.22 1.89 1.57 1.57 1.08 1.55 1.26 1.20 1.73 1.78 1.58 0.62 1.32 0.99 1.71 1.68 1.99 1.42
Tanama 225 914 994 462 956 956 001 430 610 688 887 792 122 634 653 093 244 490 945 051
n 2 9 4 8 3 3 2 2 9 9 3 6 1 4 4 5 8 9 8 2
Kebun 1.36 0.49 2.06 2.33 0.84 1.47 1.12 1.57 1.95 2.15 1.38 0.82 1.00 1.12 1.43 1.40 1.49 1.60
Campur 502 953 150 235 1.06 1.06 711 665 391 436 337 283 870 682 854 092 831 799 516 337
an 3 3 6 2 131 131 4 5 3 9 8 9 2 1 1 3 9 5 5 4
0.90 0.68 1.85 1.74 0.93 0.93 0.76 1.09 1.08 0.89 1.15 1.40 1.31 1.06 0.77 1.71 1.40 1.00
Perkebu
nan
991 241 554 821 800 800 244 271 676 0.79 164 181 576 238 180 468 244 799 410 0.80
8 1 8 4 6 6 2 1 4 196 7 5 1 5 7 9 8 5 9 516
0.21 0.55 0.20 0.22 0.22 0.28 0.19 0.30 0.19 0.17 0.19 4.69 0.22 1.10 0.25 0.21 0.16
Permuki
man
198 575 059 0.59 534 534 060 0.38 214 442 478 754 748 975 146 044 976 097 0.19 002
7 9 8 6 5 5 9 567 1 2 2 7 1 5 8 4 5 6 873 8
3.15 0.79 0.40 0.66 0.66 0.83 0.68 1.05 0.78 0.80 0.85 0.86 1.21 1.14 0.83 0.59
Persawa
han
593 1.33 894 735 679 679 949 0.62 773 0.61 737 957 101 0.74 645 638 771 282 386 803
9 515 2 9 4 4 8 711 9 922 3 7 3 344 6 7 8 6 8 8
0.54 0.22 0.34 0.33 0.74 0.74 0.47 0.56 1.33 0.48 0.61 0.98 0.64 0.77 0.40 0.68 0.90 1.03 0.62 0.68
Semak
Belukar
084 419 700 494 900 900 625 635 076 902 559 997 413 874 967 295 697 766 811 672
6 8 4 9 3 3 4 4 2 5 6 3 4 8 5 8 2 3 8 6
Semak 0.57 0.75 0.82 0.60 0.60 0.69 0.54 1.09 0.76 0.64 0.80 0.50 0.63 0.48 0.40 0.52 0.71 0.87
Belukar 962 0.74 758 848 014 014 0.85 082 738 010 786 664 121 597 691 133 281 320 628 118
Rawa 2 678 4 3 7 7 007 9 8 1 8 3 5 2 8 1 8 4 5 5
0.91 2.57 0.19 1.53 2.39 0.56 1.33 0.36 0.54 0.82 0.23 1.92 1.74 0.45 0.85 1.13
Sungai 662 229 006 725 0.93 0.93 143 635 076 1.08 958 764 991 337 837 308 0.25 638 265 578
4 8 7 5 177 177 1 4 2 848 2 3 5 5 1 6 545 3 5 4
113
1.06 0.85 0.17 0.25 0.46 0.46 1.50 1.05 0.82 0.65 0.47 0.25 0.26 0.34 0.77 0.75 0.36 0.30 0.53 0.35
Tambak/
Empang
811 220 415 703 579 579 006 633 484 803 297 129 776 994 161 601 212 078 685 170
5 7 1 9 5 5 5 8 1 3 6 1 7 8 9 8 8 7 5 6
0.30 0.34 0.29 0.42 0.37 0.45 0.36 0.23 0.21 1.22 0.43 0.56 0.49 0.27 0.26 0.24
Tanah
Terbuka
335 030 970 143 0.21 0.21 664 087 0.31 961 875 914 0.30 764 409 259 319 048 333 325
6 8 1 4 666 666 9 6 088 5 8 8 83 8 1 2 7 7 8 7
2.32 0.76 0.91 0.56 0.58 0.58 0.56 0.64 0.51 1.05 0.72 0.70 0.80 0.58 0.78 1.17
Tegalan/
Ladang
394 008 827 021 761 761 585 872 630 0.61 264 068 985 630 016 191 669 1.05 0.76 0.53
5 5 7 8 9 9 3 4 9 922 6 5 4 6 6 9 9 822 193 418
114
Lampiran 5 Indeks Jasa Ekosistem
Table indeks jasa ekosistem pangan
115
Table indeks jasa ekosistem penyedia air bersih
A B C D E F G H I J K L M
2.228 1.083 1.119 0.499 0.6824 0.55575 1.3351 0.224 0.746 2.572 0.340
0.852207 0.760085
292 83 149 533 11 9 5 198 78 298 308
Dataran
Fluvial 1.915 0.930 0.649 0.659 0.440 0.5150 0.46481 0.7204 0.295 0.538 0.363
A 1 0.575588 0.543589
(Datar - 349 734 112 604 678 65 7 51 226 81 727
Landai)
Dataran
1.169 0.727 0.507 0.515 0.344 0.4025 0.36323 0.5630 0.230 0.421 0.781 0.284
Fluviomari B 0.4498 0.424793
667 332 256 455 373 03 7 04 708 059 461 238
n
Dataran
Struktural
Lipatan
0.673 0.551 0.384 0.391 0.261 0.3053 0.27555 0.4271 0.175 0.319 0.592 0.215
(Beromba C 0.341223 0.322253
132 762 81 03 245 43 5 01 017 42 825 626
k-
Bergelomb
ang)
Lembah 1.727 0.883 0.616 0.626 0.418 0.4891 0.44142 0.6841 0.280 0.511 0.949 0.345
D 0.54662 0.516231
Fluvial 408 891 444 407 5 43 4 92 368 692 672 421
Pegununga
n 0.237 0.327 0.228 0.232 0.155 0.1813 0.16366 0.2536 0.103 0.189 0.352 0.128
E 0.202666 0.191399
Struktural 458 714 555 249 164 56 4 73 95 717 103 069
Lipatan
Perbukitan
0.276 0.353 0.246 0.250 0.167 0.1958 0.17676 0.2739 0.112 0.204 0.380 0.138
Struktural F 0.218885 0.206716
986 94 845 835 582 7 1 74 269 899 281 318
Lipatan
116
Lampiran 6. Peta Jasa Ekosistem
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137